Anda di halaman 1dari 25

Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada Klien

Tn. A Dengan TUBERKULOSIS PARU di Ruang Mas


Kalimangun RSUD Balaraja

Nama : Idha Rosida, S.Kep


Nim : 211030230078

PROGRAM PROFESI NERS

STIKES WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG, TAHUN


2021
Jl. Pajajaran, No 1. Pamulang Barat, Tangerang Selatan – Banten
Telp. (021) 74716128

BAB I
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Tuberkulosis Paru adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis, yakni kuman aerob yang dapat hidup terutama di paru atau diberbagai
organ tubuh yang lainnya yang mempunyai tekanan parsial oksigen yang tinggi.
Kuman ini juga mempunyai kandungan lemak yang tinggi pada membran selnya
sehingga menyebabkan bakteri ini menjadi tahan terhadap asam dan pertumbuhan dari
kumannya berlangsung dengan lambat. Bakteri ini tidak tahan terhadap ultraviolet,
karena itu penularannya terutama terjadi pada malam hari. Tuberkulosis Paru atau TB
adalah penyakit radang parenkim paru karena infeksi kuman Mycobacterium
Tuberculosis. Tuberkulosis Paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh
basil mikrobacterium tuberculosis masuk ke dalam jaringan paru melalui airbone
infection dan selanjutnya mengalami proses yang dikenal sebagai focus primer dari
ghon. (Andra S.F & Yessie M.P, 2013).
Penularan tuberkulosis yaitu pasien TB BTA (bakteri tahan asam) positif
melalui percik renik dahak yang dikeluarkan nya. TB dengan BTA negatif juga masih
memiliki kemungkinan menularkan penyakit TB meskipun dengan tingkat penularan
yang kecil (kemenkes RI,2015).

B. Klasifikasi
TB paru diklasifikasikan menurut Wahid & Imam tahun 2013 halaman 161
yaitu:
1. Pembagian secara patologis
1. Tuberculosis primer (childhood tuberculosis)
2. Tuberculosis post primer (adult tuberculosis).
2. Pembagian secara aktivitas radiologis TB paru (koch pulmonum) aktif, non aktif
dan quiescent (bentuk aktif yang mulai menyembuh)
3. Pembagian secara radiologis (luas lesi)
a. Tuberkulosis minimal
Terdapat sebagian kecil infiltrat nonkavitas pada satu paru maupun
kedua paru, tetapi jumlahnya tidak melebihi satu lobus paru.

b. Moderately advanced tuberculosis


Ada kavitas dengan diameter tidak lebih dari 4 cm. Jumlah infiltrat bayangan
halus tidak lebih dari 1 bagian paru.Bila bayangan kasar tidak lebih dari
sepertiga bagian 1 paru.
c. Far advanced tuberculosis
Terdapat infiltrat dan kavitas yang melebihi keadaan pada moderately
advanced tuberkulosis.

C. ETIOLOGI
Menurut Wim de Jong et al 2005 (Nurarif & Hardhi Kusuma, 2015), Penyebab
Tuberculosis adalah Mycobacterium Tuberculosis. Basil ini tidak berspora sehingga
mudah dibasmi dengan pemanasan, sinar matahari, dan sinar ultraviolet. Ada dua
macam mikobakteria tuberculosis yaitu tipe human dan tipe bovin. Basil tipe bovin
berada dalam susu sapi yang menderita mastitis tuberculosis usus. Basil tipe human
bisa berada di bercak ludah (droplet) di udara yang berasal dari penderita TBC
terbuka dan orang yang rentan terinfeksi TBC ini bila menghirup bercak ini.
Perjalanan TBC setelah infeksi melalui udara.

D. Manifestasi Klinis
Menurut Zulkifli Amin & Asril Bahar (2009), keluhan yang dirasakan pasien
tuberkulosis dapat bermacam-macam atau malah banyak ditemukan pasien TB Paru
tanpa keluhan sama sekali dalam pemeriksaan kesehatan. Keluhan yang terbanyak
adalah :
1. Demam
Biasanya subfebris menyerupai demam influenza, tetapi kadang- kadang panas
badan dapat mencapai 40-41oC. Serangan demam pertama dapat sembuh sebentar
tetapi kemudian dapat timbul kembali. Begitulah seterusnya hilang timbulnya
demam influenza ini, sehingga pasien merasa tidak pernah terbebas dari serangan
demam influenza. Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh pasien dan
berat ringannya infeksi tuberkulosis yang masuk.
2. Batuk / batuk berdahak
Batuk ini terjadi karena ada iritasi pada bronkus. batuk ini diperlukan untuk
membuang produk-produk radang keluar, karena terlibatnya bronkus pada setiap
penyakit tidak sama. Mungkin saja batuk baru ada setelah penyakit berkembang
dalam jaringan paru yakni setelah berminggu-minggu atau berbulan-bulan
peradangan bermula. Sifat batuk ini dimulai dari batuk kering (non-produktif)
kemudian setelah timbulnya peradangan menjadi produktif (menghasilkan
sputum). Keadaan yang lanjut adalah berupa batuk darah karena terdapat
pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan batuk darah tuberkulosis pada kavitas,
tetapi dapat juga terjadi pada ulkus dinding bronkus.
3. Sesak napas
Pada penyakit ringan (baru kambuh) belum dirasakan sesak napas. Sesak napas
akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut yang infiltrasinya sudah
meliputi sebagian paru-paru.
4. Nyeri dada
Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah
sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan kedua pleura
sewaktu pasien menarik melepaskan napasnya.
5. Malaise
Penyakit tuberkulosis bersifat radang yang menahun. Gejala malaise sering
ditemukan berupa anoreksia, tidak ada nafsu makan, badan makin kurus (berat
badan turun), sakit kepala, meriang, nyeri otot, keluar keringat malam, dll. Gejala
malaise ini makin lama makin berat dan terjadi hilang timbul secara tidak teratur.

E. Patofisiologi
Ketika seorang pasien tuberkulosis paru batuk, bersin, atau berbicara, maka
secara tak sengaja keluarlah droplet nuclei dan jatuh ke tanah, lantai atau tempat
lainnya. Akibat terkena sinar matahari atau suhu udara yang panas, droplet nuclei tadi
menguap. Menguapnya droplet bakteri ke udara dibantu dengan pergerakan angin
akan membuat bakteri tuberkulosis yang terkandung dalam droplet nuklei terbang ke
udara. Droplet kecil sekali dapat tetap beredar diudara selama beberapa jam. Droplet
nuklei yang sedikit mengandung satu hingga tiga basili yang menghindari sistem
pertahanan jalan napas untuk masuk paru tertanam pada alveolus atau bronkiolus
pernapasan, biasanya pada lobus atas. Karena kuman memperbanyak diri, mereka
menyebabkan respons inflamasi lokal. Respons inflamasi membawa neutrofil dan
makrofag ke tempat tersebut. Mycobacterium tuberculosis terus memperbanyak diri
secara lambat beberapa masuk sistem limfatik untuk menstimulasi respons imun.
Neutrofil dan makrofag mengisolasi bakteri, tetapi tidak dapat menghancurkannya.
Lesi granulomatosa disebut tuberkel, koloni basil yang terlindungi, terbentuk. Dalam
tuberkel¸ jaringan terinfeksi mati, membentuk pusat seperti keju, proses yang disebut
nekrosis degenerasi jaringan mati.
Jika respons imun adekuat, terjadi jaringan parut sekitar tuberkel dan basil
tetap tertutup. Lesi ini pada akhirnya mengalami klasifikasi dan terlihat pada sinar-X.
Pasien, ketika terinfeksi oleh M. tuberculosis tidak terjadi penyakit TB. Jika respons
tidak adekuat untuk mengandung basili, penyakit TB akan terjadi. Terkadang, infeksi
dapat memburuk, menyebabkan destruksi jaringan paru yang luas.
Lesi TB yang telah sembuh sebelumnya dapat diaktivasi kembali.
Tuberkulosis reaktivasi terjadi ketika sistem imun tertekan akibat usia, penyakit, atau
penggunnaan obat imunosupresif. Luas penyakit paru dapat beragam dari lesi kecil
hingga kavitasi luas jaringan paru. Tuberkel rupture, basili menyebar ke jalan napas
untuk membentuk lesi satelit dan menghasilkan pneumonia tuberculosis. Tanpa
terapi, keterlibatan paru masif dapat menyebabkan kematian, atau proses yang lebih
kronik pembentukan tuberkel dan kavitasi dapat terjadi. Orang yang mengalami
penyakit kronik terus menyebarkan M. tuberculosis ke lingkungan, kemungkinan
menginfeksi orang lain (Pricilla LeMone, 2015).
Reaksi infeksi / inflamasi yang terjadi pada penderita tuberculosis paru akan
membentuk kavitas dan merusak parenkim paru lalu menimbulkan edema trakeal /
faringeal, peningkatan produksi sekret, pecahnya pembuluh darah jalan napas dan
mengakibatkan batuk produktif, batuk darah, sesak napas, penurunan kemampuan
batuk efektif dan terjadi masalah keperawatan yaitu ketidakefektifan bersihan jalan
napas (Muttaqin, 2008).

F. Penatalaksanaan Medis
Menurut Zain (2001) membagi penatalaksanaan tuberkulosis paru menjadi
tiga bagian, pengobatan, dan penemuan penderita (active case finding).
1) pemeriksaan kontak, yaitu pemeriksaan terhadap individu yang bergaul erat
dengan penderita TB paru BTA positif. Pemeriksaan meliputi tes tuberkulin,
klinis dan radiologis. Bila tes tuberkulin positif, maka pemeriksaan radiologis
foto thoraks diulang pada 6 dan 12 bulan mendatang. Bila masih negatif,
diberikan BCG vaksinasi. Bila positif, berarti terjadi konversi hasil tes tuberkulin
dan diberikan kemoprofilaksis.
2) Mass chest X-ray, yaitu pemeriksaan massal terhadap kelompok-
kelompok populasi tertentu misalnya:
a) Karyawan rumah sakit / Puskesmas / balai pengobatan.
b) Penghuni rumah tahanan.
3) Vaksinasi BCG
Tabrani Rab (2010), Vaksinasi BCG dapat melindungi anak yang berumur kurang
dari 15 tahun sampai 80%, akan tetapi dapat mengurangi makna pada
tes tuberkulin.
Dilakukan pemeriksaan dan pengawasan pada pasien yang dicurigai menderita
tuberkulosis, yakni:

a) Pada etnis kulit putih dan bangsa Asia dengan tes Heaf positif
dan pernah berkontak dengan pasien yang mempunyai sputum
positif harus diawasi.
b) Walaupun pemeriksaan BTA langsung negatif, namun tes Heafnya
positif dan pernah berkontak dengan pasien penyakit paru.
c) Yang belum pernah mendapat kemoterapi dan mempunyai
kemungkinan terkena.
d) Bila tes tuberkulin negatif maka harus dilakukan tes ulang
setelah 8 minggu dan ila tetap negatif maka dilakukan vaksinasi
BCG. Apabila tuberkulin sudah mengalami konversi, maka
pengobatan harus diberikan.
4) Kemoprofilaksis dengan mengggunakan INH 5 mg/kgBB selama 6-12 bulan
dengan tujuan menghancurkan atau mengurangi populasi bakteri yang masih
sedikit. Indikasi kemoprofilaksis primer atau utama ialah bayi yang menyusu
pada ibu dengan BTA positif, sedangkan kemoprofilaksis
sekunder diperlukan bagi kelompok berikut:
a) Bayi dibawah lima tahun dengan hasil tes tuberkulin positif karena

resiko timbulnya TB milier dan meningitis TB,


b) Anak dan remaja dibawah dibawah 20 tahun dengan hasil tuberkulin

positif yang bergaul erat dengan penderita TB yang menular,


c) Individu yang menunjukkan konversi hasil tes tuberkulin dari negatif

menjadi positif,
d) Penderita yang menerima pengobatan steroid atau obat
immunosupresif jangka panjang,
e) Penderita diabetes melitus.
5) Komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) tentang penyakit tuberkulosis kepada
masyarakat di tingkat puskesmas maupun ditingkat rumah sakit oleh petugas
pemerintah maupun petugas LSM (misalnya Perkumpulan Pemberantasan
Tuberkulosis Paru Indonesia-PPTI). (Mutaqqin Arif, 2012).
Arif Mutaqqin (2012), mengatakan tujuan pengobatan pada penderita TB paru selain
mengobati, juga untuk mencegah kematian, kekambuhan, resistensi terhadap OAT,
serta memutuskan mata rantai penularan. Untuk penatalaksanaan pengobatan
tuberkulosis paru, berikut ini adalah beberapa hal yang penting untuk diketahui.

Mekanisme Kerja Obat anti-Tuberkulosis (OAT)


a. Aktivitas bakterisidal, untuk bakteri yang membelah cepat.
1. Ekstraseluler, jenis obat yang digunakan ialah Rifampisin (R) dan
Streptomisin (S).
2. Intraseluler, jenis obat yang digunakan ialah Rifampisin dan Isoniazid (INH).
b. Aktivitas sterilisasi, terhadap the persisters (bakteri semidormant)

1) Ekstraseluler, jenis obat yang digunakan ialah Rimpafisin dan


Isoniazid.
2) Intraseluler, untuk slowly growing bacilli digunakan
Rifampisin dan Isoniazid. Untuk very slowly growing bacilli,
digunakan Pirazinamid (Z).
c. Aktivitas bakteriostatis, obat-obatan yang mempunyai aktivitas
bakteriostatis terhadap bakteri tahan asam.
1. Ekstraseluler, jenis obat yang digunakan ialah Etambutol (E), asam para-amino
salistik (PAS), dan sikloserine.
2. Intraseluler, kemungkinan masih dapat dimusnahkan oleh Isoniazid dalam
keadaan telah terjadi resistensi sekunder.

Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi dua fase yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan
fase lanjutan (4-7 bulan).Panduan obat yang digunakan terdiri atas obat utama dan
obat tambahan. Jenis obat utama yang digunakan sesuai dengan rekomendasi WHO
adalah Rifampisin, Isoniazid, Pirazinamid, Streptomisin, dan Etambutol (Depkes RI,
2004).
Untuk keperluan pengobatan perlu dibuat batasan kasus terlebih dahulu berdasarkan
lokasi TB paru, berat ringannya penyakit, hasil pemeriksaan bakteriologi, apusan
sputum dan riwayat pengobatan sebelumnya.Disamping itu, perlu pemahaman
tentang strategi penanggulangan TB paru yang dikenal sebagai Directly Observed
Treatment Short Course (DOTSC).

a. DOTSC ya Adanya komitmen politis berupa dukungan para


pengambil keputusan dalam penanggulangan TB paru.
b. Diagnosis TB paru melalui pemeriksaan sputum secara
mikroskopik langsung, sedangkan pemeriksaan penunjang lainnya
seperti pemeriksaan radiologis dan kultur dapat dilaksanakan di
unit pelayanan yang memiliki
sarana tersebut.
c. Pengobatan TB paru dengan paduan OAT jangka pendek dibawah
pengawasan langsung oleh Pengawas Menelan Obat (PMO),
khususnya dalam dua bulan pertama di mana penderita harus
minum obat setiap hari.
d. Kesinambungan ketersediaan paduan OAT jangka pendek yang cukup. Pencatatan
dan pelaporan yang baku.ng direkomendasikan oleh WHO terdiri atas lima
komponen, yaitu:

G. Komplikasi
Menurut Wahid & Imam (2013), dampak masalah yang sering terjadi pada TB
paru adalah:
1. Hemomtisis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat
mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan nafas.
2. Kolaps dari lobus akibat retraksi bronchial.
3. Bronkiektasis (peleburan bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan
ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru.
4. Pneumothorak (adanya udara dalam rongga pleura) spontan: kolaps spontan
karena kerusakan jaringan paru.
5. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, ginjal, dan
sebagainya.
6. Insufisiensi kardiopulmonar (Chardio Pulmonary Insuffciency).
H. Pathway
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI DAN KASUS

A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan langkah awal dari proses keperawatan yang bertujuan
untuk mengumpulkan data baik data subjektif maupun data objektif. Data subjektif
diperoleh berdasarkan hasil wawancara baik dengan klien maupun orang lain.
Sedangkan Data Objektif diperoleh berdasarkan hasil observasi, pemeriksaan fisik
dan data dari rekam medik pasien.
Adapun pengkajian keperawatan pada klien dengan TB adalah sebagai
berikut:
1. Data biografi
Langkah awal adalah melakukan pengkajian terhadap data biografi klien yang
meliputi nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan, ras, dan lain-lain.

2. Keluhan utama
Keluhan yang sering menyebabkan klien dengan TB Paru meminta pertolongan
pada tenaga medis dibagi menjadi 4 keluhan, yaitu :
a. Batuk
Keluhan batuk timbul paling awal dan paling sering dikeluhkan, apakah betuk
bersifat produktif/nonproduktif, sputum bercampur darah
b. Batuk Berdahak
Seberapa banyak darah yang keluar atau hanya blood streak, berupa garis atau
bercak-bercak darah
c. Sesak Nafas
Keluhan ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau karena
ada hal-hal menyertai seperti efusi pleura, pneumotoraks, anemia, dll.
d. Nyeri Dada
Gejala ini timbul apabila sistem persarafan di pleural terkena TB
3. Keluhan sistematis
a. Demam
keluhan ini sering dijumpai yang biasanya timbul pada sore hari atau pada
malam hari mirip dengan influenza
b. Keluhan sistematis lain
keluhan yang timbul antara lain : keringat malam, anoreksia, penurunan berat
badan dan malaise

4. Riwayat kesehatan sekarang


Keadaan pernapasan (napas pendek), nyeri dada, batuk, dan sputum.

5. Riwayat kesehatan dahulu


Jenis gangguan kesehatan yang baru saja dialami, cedera dan pembedahan

6. Kesehatan keluarga
Adakah anggota keluarga yang menderita empisema, asma, alergi dan TB

7. Riwayat psikososial
a. Keluhan dan reaksi pasien terhadap penyakit
b. Tingkat adaptasi pasien terhadap penyakit
c. Persepsi pasien terhadap penyakit

8. Pemeriksaan fisik ( head to toe )


a. Mata : lihat kelopak mata, konjungtiva (pucat atau tidak) (aziz Alimul, 2009).
b. Mulut, gigi dan hidung : kaji bagaimana kebersihan rongga mulut dan bau
mulut, warna bibir (pucat atau kering), lidah (bersih atau kotor). Lihat jumlah
gigi, adanya karies gigi atau tidak, adanya baatuk produktif disertai adanya
peningkatan produksi sekret dan sekresi sputum yang purulent (Aziz Alimul,
2009).
c. Leher : Palpasi daerah leher untuk merasakan adanya massa pada kalenjar tiroid,
kalenjar limfe, dan trakea, kaji juga kemampuan menelan klien, adanya
peningkatan vena jugularis (Aziz Alimul, 2009).
d. Dada : Bentuk dada dan gerakan pernapasan klien dengan TB Paru biasanya
terlihat kurus sehingga pada bentuk dada terlihat adanya penurunan proporsi
anterior-posterior bading proporsi diameter lateral.
Palpasi:
Gerakan dinding thoraks anterior/ekskrusi pernapasan. TB Paru tanpa
komplikasi pada saat dilakukan palpasi, gerakan dada biasanya normal dan
seimbang bagian kiri dan kanan. Adanya penurunan gerakan dinding pernapasan
biasanya ditemukan pada klien TB Paru dengan kerusakan parenkim paru yang
luas.
Perkusi:
Pada klien TB Paru tanpa komplikasi biasanya ditemukan resonan atau sonor
pada seluruh lapang paru. pada klien dengan komplikasi efusi pleura didapatkan
bunyi redup sampai pekak pada sisi yang sakit sesuai dengan akumulasi cairan:
Aukultasi:
Pada klien TB Paru bunyi napas tambahan ronki pada sisi yang sakit.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan napas tidak efektif b/d adanya penumpukan sekret
2. Peningkatan suhu tubuh b/d peradangan
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
4. Kurang pengetahuan b/d kurang informasi
DAFTAR PUSTAKA

Alsagaff, Hood & Abdul Mukty. 2010. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru.
Surabaya : Airlangga University Press.

Depkes RI. 2011. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta :


Gerdunas TB.

Hariadi, Slamet, dkk.2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya :


Departemen Ilmu Penyakit Paru FK Unair – RSUD Dr. Soetomo

Depkes RI. 2017. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan

Hasan, Helmia, Wibisono M, Winariani, Hariadi S, editors. 2010. Tuberkolosis


Paru. Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya: Departemen Ilmu Penyakit
Paru FK UNAIR – RSUD Dr. Soetomo.

Smeltzer, S. C & Brenda G. Bare. 2014.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah


Brunner & Suddarth’s Edisi 10. Jakarta: EGC

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. “Standar Diagnosa Keperawatan


Indonesia”.
Edisi Jakarta: DPP PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. “Standar Intervensi Keperawatan


Indonesia”. Edisi1. Cetakan 2. Jakarta: DPP PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. “Standar Intervensi Keperawatan


Indonesia”. Edisi1. Cetakan 2. Jakarta: DPP PPNI
LAPORAN KASUS DAN
ASUHAN KEPERAWATAN

1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. A
Umur : 47 Tahun.
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal Masuk Rumah Sakit : 04/10/2021
Tanggal Pengkajian : 05/10/2021
No. Register : 00230012
Diagnosa Medis : Tuberkulosis Paru
Suku/Bangsa : Sunda/ Indonesia
Agama : Islam
Status Marietal : Kawin
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Kp. Bendung RT 011 RW 004
Sumber Biaya : Jamkesda
Sumber Informasi : Pasien, Keluarga dan Rekam Medis
Cara Masuk : Lewat Instalasi Gawat Darurat RSUD Balaraja
Keluhan Utama : Sesak napas, batuk berdahak, demam, mual

2. RIWAYAT KEPERAWATAN (NURSING HISTORY)


1) Riwayat Sebelum Sakit
a. Riwayat Alergi ( obat, makanan, binatang, lingkungan ) : klien tidak memiliki
riwayat alergi.
b. Riwayat dirawat di Rumah sakit ( kapan, alasan, dan berapa lama )
a) RSUD Balaraja pada Oktober 2021 karena masalah sesak napas, batuk dan
dirawat sampai sekarang
c. Riwayat pemakaian obat : obat-obatan dari dokter untuk mengurangi sesak
napas dan batuk.
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengatakan sesak napas, batuk berdahak kekuningan sejak 1 bulan yang lalu.
demam di malam hari, berat badan turun 16 Kg, badan lemas, mual nafsu makan
menurun.
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Selama beberapa bulan ini pasien mempunyai riwayat diabetes sudah berobat dengan
obat DM 2x sehari tapi pasien tidak tahu dengan merk obatnya.
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan dari keluarga tidak ada yang menderita penyakit hipertensi, DM
dan jantung coroner. Di keluarganya juga tidak ada yang menderita penyakit menular
seperti hepatitis, TBC, dan HIV.
5) Keadaan Kesehatan Lingkungan
Pasien bekerja di lingkungan rumah yang cukup nyaman.

3. OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK


1) Keadaan Umum : Lemah
2) Tanda-tanda vital
Suhu : 37,6oC
Nadi : 70 x/menit. Lemah dan teratur
Tekanan darah : 100/60 mmHg.
Respirasi : 28 x/menit
SPO2 : 97

3) Body Systems
a. Pernafasan (B 1 : Breathing)
Pernafasan melalui hidung. Frekuensi 28 x/menit O2 nasal 3 Lpm. Trachea tidak
ada kelainan. Tidak terdapat retraksi dinding dada, napas dangkal cepat. Bentuk
dada simestris.
Hasil toraks foto dewasa (04/10/2021)
Trakea di tengah.
Mediastinum superior tak melebar
Cor tidak membesar. Klasifikasi aorta, Sinusos dan diafragma normal
Kesan :
Pneumonia kanan curiga dengan plate like atelektasis
b. Cardiovascular (B 2 : Bleeding)
Nadi 70 X/menit kuat dan teratur, tekanan darah 100/60 mmHg, Suhu 37,6oC.
Palpitasi tidak ada, clubbing fingger tidak ada. Suara jantung normal. Edema :
tidak ada. Tidak ada Gallop dan murmur.
a) Inspeksi : Pergerakan dada kanan dan kiri simetris, tidak tampak
menggunakan otot bantu penafasan.
b) Palpasi : Vocal vemitus normal.
c) Perkusi : pekak
d) Auskultasi : terdapat Ronchi, Whizzing tidak ada.

c. Persyarafan (B 3 : Brain)
Tingkat kesadaran : Compos Mentis
GCS :Eye : Spontan (4)
Motorik : Dapat bergerak sesuai perintah (6)
Verbal : Dapat menjawab pertanyaan dengan spontan (5)
Kepala dan wajah : Tidak ada kelainan.
Mata : Sklera putih, Conjungtiva : Merah muda, Pupil : Isokor.
Leher : Tidak ada kelaianan.

d. Perkemihan-Eliminasi Urin (B.4 : Bladder)


Tidak ada keluhan buang air kecil. Pasien menggunakan folley catheter. Jumlah
urine 3600cc/24 jam.Warna urine kuning jernih. Bau : Khas. Suprasimfisis dan
genitalia eksterna tidak ada kelainan.

e. Pencernaan-Eliminasi Alvi (B 5 : Bowel)


Mukosa mulut tampak kering. Nafsu makan menurun, pasien makan 1-2 porsi,
tidak pernah sampai habis disaat makan. Pasien dapat buang air besar tanpa
pencahar.

f. Tulang-Otot-Integumen (B 6 : Bone)
Kemampuan pergerakan sendi lengan dan tungkai normal tidak ada gangguan.
Ekstrimitas :
Atas :
Kanan : Begerak normal tidak ada kelainan
Kiri : Begerak normal tidak ada kelainan
Bawah :
Kanan : Begerak normal tidak ada kelainan
Kiri : Begerak normal tidak ada kelainan
Tulang Belakang : Tidak ada kelainan.
Warna kulit : Kuning kecoklatan.

4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium Tn. A di ruang Mas Kalimangun RSUD Balaraja Tanggal 04
Oktober 2021

PEMERIKSAAN METODE HASIL SATUAN NILAI


RUJUKAN

HEMATOLOGI

HB Automatic 11,8 g/dL 13.2 – 16.0

Hematokrit Automatic 35 % 33 – 45

Eritrosit Automatic 4,63 Ribu/ul 5.0 10.0

Leukosit Automatic 15,02 Ribu/ul 150 – 440

Trombosit Automatic 426 Juta.uL 4.40 – 5.90

LED Automatic 111 mm/jnm 0-10

KIMIA KLINIK

Glukosa Sewaktu 231 mg/dl

FUNGSI GINJAL

Ureum Darah Urease 40 mg/dl 20 – 40

Keratin Darah Jaffe No 1,0 mg/dl 0.6 – 1.5


Deprot

ELEKTROLIT

Natrium 119 mmo1/L 136-145


Kalium 3,5 mmo1/L 3,5-5,1

Klorida 84 mmo1/L 98-107

Screening Anti Non Non Reaktif


SARS Cov-2 Igm Reaktif

5. TERAPI
Pemberian Terapi Klien Tn.A di Ruang Mas Kalimangun RSUD Balaraja
1) Ceftriaxone 1 x 1gr (IV)
2) Omeprazole 1 x 40mg (IV)
3) Paracetamol 3 x 500mg (IV)
4) Ondansentron 3 x 4mg (IV)
5) Ambroxol 3 x 30mg (Po)
6) Levemir 1 x10 unit (SC)
7) Novorapid 3 x 8 unit (SC)
8) Infus NacL 0,9% 500ml / 8 jam
6. ANALISA DATA

No. Data Fokus Problem


1. DS
Pasien mengatakan, batuk berdahak
kekuningan sejak 1 bulan yang lalu.

DO
- Pasien tampak lemah dan lemas ( D.0001 )
- Pasien tampak batuk mengeluarkan
Bersihan Jalan Napas Tidak
dahak/sekret
- Terdapat suara Ronchi Efektif
- TTV :
TD : 150/90
S : 37,5oC
SPO2: 97
O2 3 Lpm Nasal Canul

2. DS
Pasien mengatakan badan lemas, mual
nafsu makan menurun, makan 1-2
porsi/hari, tidak pernah habis saat
makan ( D.0080 )
DO Defisit Nutrisi Kurang Dari
- Pasien tampak Lemas Kebutuhan Tubuh
- Mukosa mulut tampak kering
- Berat Badan turun 16 Kg
- Tampak masih ada sisa makanan di
saat selesai jam makan

7. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. ( D0001 ) Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif b/d Adanya penumpukan sekret
2. ( D.0080 ) Defisit Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh b/d Anoreksia
8. INTERVENSI KEPERAWATAN

No. Tanggal/ Diagnosa Tujuan dan


Intervensi Keperawatan
Jam Keperawatan Kriteria Hasil
1 06 L.01001 : Bersihan I.01006 : Latihan Batuk
Oktober Jalan Napas Efektif
2021 Observasi:
(D.0001) Setelah dilakukan
- Identifikasi kemampuan
Bersihan Jalan tindakan keperawatan batuk
Jam 16.00
selama 3x 24 jam - Monitor adanya retensi
WIB Napas Tidak
diharapkan jalan sputum
Efektif napas lancar dan - Monitor tanda dan gejala
membaik dengan infeksi saluran napas
kriteria hasil : - Monitor input dan outpu
cairan (mis. Jumlah dan
1. Batuk efektif
karakteristik)
meningkat Terapeutik:
2. Produksi sputum - Atur posisi semi-Fowler
menurun atau fowler
3. Dispnea menurun - Pasang perlak dan
4. Wheezing bengkok di pangkuan
menurun pasien
- Buang sekret pada tempat
5. Frekuensi napas
sputum
membaik
6. Pola napas Edukasi :
membaik - Jelaskan tujuan dan
prosedur batuk efektif
- Anjurkan tarik napas
dalam melalui hidung
selama 4 detik, ditahan
selama 2 detik, kemudian
keluarkan dari mulut
dengan bibir mencucu
(dibulatkan) selama 8 detik
- Anjurkan mengulangi tarik
napas dalam hingga 3 kali
- Anjurkan batuk dengan
kuat langsung setelah tarik
napas dalam yang ke-3

Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian
mukolitik atau
ekspektoran, jika perlu

2 07 L.030024 : Nafsu I.03119 : Manajemen


Oktober (D.0080) Makan Nutrisi
2021 Defisit Nutrisi
Setelah dilakukan Observasi
Kurang Dari tindakan keperawatan - Identifikasi status nutrisi
Jam 16.00
WIB Kebutuhan selama 3x 24 jam - Identiifikasi alergi dan
diharapkan nafsu intoleransi makanan
Tubuh
makan membaik - Identifikasi makanan yang
dengan kriteria hasil : disukai
- Monitor asupan makanan
- Keinginan makan
meningkat Terapeutik
- Asupan makanan - Lakukan oral hyginie
meningkat sebelum makan, jika perlu
- Energi untuk - Sajikan makanan secara
makan meningkat menarik dan suhu yang
- Kemampuan sesuai
merasakan - Berikan makanan tinggi
serat untuk mencegah
makanan
konstipasi
meningkat - Memberikan makanan
- Asupan nutrisi tinggi kalori dan tinggi
meningkat protein
- Berikan suplemen
makanan, jika perlu

Edukasi
- Anjurkan posisi duduk, jika
perlu

Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan,
jika perlu

9. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


Tanggal Jam Diagnosa Implementasi Evaluasi
Keperawatan Keperawatan Keperawatan
06 - Mengidentifikasi S:
Oktober 16.00 kemampuan batuk Pasien mengatakan
2021 batuk berdahaknya
16.30 ( D0001 ) - Memonitor adanya sudah mulai
Bersihan retensi sputum berkurang
Jalan Napas
Tidak Efektif
17.00 - Memonitor tanda dan O:
gejala infeksi saluran - Pasien tampak
napas batuk
mengeluarkan
17.30. - Memonitor input dan dahak/sekret
outpu cairan (mis. Jumlah - Terdapat suara
dan karakteristik) Ronchi
18.00 - Jumlah sekret
- Mengatur posisi semi-
yang keluar
Fowler atau fowler
tampak banyak
18.15
- Memasang perlak dan A:
bengkok di pangkuan Diagnosa Bersihan
pasien Jalan Napas Tidak
18.30 Efektif Teratasi
- Membuang sekret pada Sebagian
tempat sputum

- Menjelaskan tujuan dan P : Intervensi


prosedur batuk efektif dilanjutkan
- Monitor tanda dan
18.45 gejala infeksi
- Menganjurkan tarik napas saluran napas
dalam melalui hidung - Monitor input dan
selama 4 detik, ditahan outpu cairan (mis.
selama 2 detik, kemudian Jumlah dan
keluarkan dari mulut karakteristik)
dengan bibir mencucu
(dibulatkan) selama 8
19.00 detik

- Menganjurkan
mengulangi tarik napas
dalam hingga 3 kali

- Anjurkan batuk dengan


kuat langsung setelah
tarik napas dalam yang
ke-3

07 16.00 - Mengdentifikasi status S:


Oktober nutrisi Pasien mengatakan
2021 masih kurang nafsu
(,D.0080,) - Mengdentiifikasi alergi makan karena masih
dan intoleransi makanan mual dan lemas
Defisit Nutrisi
16.30 Kurang Dari - Menganjurkan posisi
duduk, jika perlu O:
Kebutuhan - Pasien tampak
Tubuh - Mengidentifikasi
lemah dan lemas
makanan yang disukai
- Mukosa tampak
- Memonitor asupan kering
17.00
makanan - Konjungtiva
tampak Anemis
- Melakukan oral hyginie - BB turun 16 Kg
sebelum makan, jika
perlu
A
17.15 Diagnosa Defisit
- Mensajikan makanan
secara menarik dan suhu Nutrisi Kurang Dari
yang sesuai Kebutuhan Tubuh
17.30 teratasi sebagian
- Memberikan makanan
tinggi serat untuk P:
mencegah konstipasi
Intervensi dilanjutkan
- Memberikan makanan - Kolaborasi dengan
18.00 ahli gizi untuk
tinggi kalori dan tinggi
protein menentukan
jumlah kalori dan
jenis nutrien yang
- Memberikan suplemen dibutuhkan,
makanan, jika perlu

19.00
- Berkolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrien
yang dibutuhkan, jika
perlu

Anda mungkin juga menyukai