Anda di halaman 1dari 32

TEKNIK PENGUKURAN TEGANGAN TINGGI SISTEM PELIPAT TEGANGAN

TINGGI MESIN BERKAS ELEKTRON

Disusun Oleh:

S PONIMAN.

PROGRAM STUDI FISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
BADUNG
2016

i
ABSTRAK
Telah dilakukan Uji fungsi tanpa beban dan berbeban pada alat pelipat tegangan dengan
menggunakan resistor dan mikroammeter. Uji fungsi tanpa beban dengan 𝑉𝑜𝑢𝑡 = 60
kV, 𝑉𝑜𝑢𝑡 = 50 kV dan 𝑉𝑜𝑢𝑡 = 51 kV pada tingkat 13, nilainya >50 kV dan 𝑉𝑜𝑢𝑡 = 47 kV, pada
tingkat 13 nilainya 49 kV. Hal ini di sebabkan ketelitian pembacaan skala, mudah terpengaruh
dan pengukurannya tidak dapat >50 kV. Uji fungsi berbeban menggunakan hambatan batang
disusun seri terdiri dari 𝑅𝑆1 =100 MΩ dengan ISTT=577 μA, 𝑅𝑆2 =50 MΩ dengan ISTT=838
μA, 𝑅𝑆3 =50 MΩ dengan ISTT=1060 μA dan 𝑅𝑆4 =20 MΩ dengan ISTT=2190 μA. Disusun paralel
terdiri dari 𝑅𝑃1 =5 MΩ dengan ISTT=4780 μA, 𝑅𝑃2 =2,5 MΩ dengan ISTT=6350 μA dan
𝑅𝑃3 =1 MΩ dengan ISTT=20300 μA. Disusun campuran 𝑅𝐶1 =15 MΩ dengan ISTT=4110 μA
dan 𝑅𝐶2 =15 MΩ dengan ISTT=5180 μA. Disusun tunggal yaitu R=10 MΩ dengan ISTT=2290 μA.
Dari hubungan antara hambatan dengan arus adalah semakin kecil nilai hambatan yang digunakan,
makin besar nilai aISTT.

Kata kunci: Sistem pelipat tegangan, uji fungsi tanpa beban dan berbeban, metode alat resistor
seri dengan mikroammeter

ABSTRACT
Function tests without load and load on voltage multiplier tool has been done by using resistor in
series with microammeter. In the no-load function testing, Function test without load with Vout=60 kV,
Vout=50 kV and Vout=51 kV at a rate of 13 the value is > 50 kV and Vout=47 kV, at a rate of 13 values 49
kV. The reason of this is the accuracy of the reading scale, easily influenced and measurement can’t be >
50 kV. Function test with load using the resistance rods that arranged in series consists of RS1=100 MΩ
with ISTT=577 μA, RS2=50 MΩ with ISTT=838 μA, RS3=50 MΩ with ISTT=1060 μA and RS4=20 MΩ with
ISTT=2190 μA. Arranged in parallel consists of RP1=5 MΩ with ISTT=4780 μA, RP2=2.5 MΩ with ISTT=6350
μA and RP3=1 MΩ with ISTT=20300 μA. Arranged in compound consists RC1=15 MΩ with ISTT=4110 μA
and RC2=15 MΩ with ISTT=5180 μA. Single Compiled R=10 MΩ with ISTT=2290 μA. Then the relationship
between the resistance to the current is the smaller the resistance value is used, the greater the value of
ISTT.

Keywords: folding voltage system, Function tests without load and load, the method of the resistors
in series with microammeter

iii
KATA PENGANTAR.

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan karya ilmiah berjudul “TEKNIK PENGUKURAN TEGANGAN TINGGI
SISTEM PELIPAT TEGANGAN TINGGI MESIN BERKAS ELEKTRON”
Penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat memberi sedikit gambaran tentang
keterkaitan instrumentasi elektronika dengan aplikasinya di BATAN JOGYA.
Karya ilmiah ini dapat terselesaikan berkat bantuan dari teman sejawat dan mahasiswa
bidang kealihan Instrumentasi dan Elektronika Prodi fisika Fmipa Univ.Udayana.
Hormat Penulis.

iv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................... ii
ABSTRAK ................................................................................................................ iii
KATA PENGANTAR .............................................................................................. iv
DAFTAR ISI ............................................................................................................. v
DAFTAR TABEL .................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ vii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 3
1.3 Batasan Masalah .................................................................................. 3
1.4 Metode Penelitian ................................................................................ 4
1.5 Sistematika Penulisan .......................................................................... 4
BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Gambaran Umum Mesin Berkas Elektron (MBE) .................................. 5


2.2 Sumber Tegangan Tinggi –STT Cockcroft-walton .................................. 5
2.3 Pengukuran Tegangan Tinggi.................................................................... 8

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1 Hasil Pengamatan dan Pembahasan Pengujian Tanp Beban …....... 11
3..1.1 Data Pengujian Tanpa Beban .................................................... 11
3.1.2 Analisis Data Pengujian Tanpa Beban........................................... .13
3.2 Hasil Pengamatan dan Pembahasan Pengujian dengan Beban ..... 19
3.2.1 Data Pengujian dengan Beban ...................................................... 19
3.2.2 Analisis Data Pengujian dengan Beban ........................................
v
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ........................................................................................... 22
4.2 Saran ..................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 23

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Uji Fungsi Pelipat Tegangan Tiap Tingkat Tanpa Beban pada Tanggal 01 Agustus 2016
31
Tabel 3.2 Uji Fungsi Pelipat Tegangan Tiap Tingkat Tanpa Beban Vin = 21 Volt 2016 . 31
Tabel 5 3 Uji Fungsi Pelipat Tegangan Tiap Tingkat Tanpa Beban pada Tanggal 02 Agustus 2016
31
Tabel 3.4 Uji Fungsi Pelipat Tegangan Tiap Tingkat Tanpa Beban Vin = 20 kV ... 32
Tabel 3.5 Perbandingan Nilai Vout antara Pengukuran secara Teori dan Pengukuran Analog
dengan Vout akhir = 60 kV ...................................................................... 33
Tabel 3.6 Perbandingan Nilai Vout antara Pengukuran secara Teori dan Pengukuran Analog
dengan Vout akhir = 50 kV ...................................................................... 34
Tabel 3.7 Perbandingan Nilai Vout antara Pengukuran secara Teori dan Pengukuran Analog
dengan Vout akhir = 51 kV ...................................................................... 35
Tabel 3 8 Perbandingan Nilai Vout antara Pengukuran secara Teori dan Pengukuran Analog
dengan Vout akhir = 47 kV ...................................................................... 36
Tabel 3.9 Uji Fungsi Pelipat Tegangan Tiap Tingkat dengan Beban pada Tanggal 04 Agustus
2016 ........................................................................................................ 37
Tabel 3 10 Uji Fungsi Pelipat Tegangan dengan Beban pada Tanggal 08 Agustus 2016 .. 37
Tabel 3 11 Uji Fungsi Pelipat Tegangan dengan Beban pada Tanggal 18 Agustus 2016 37
Tabel 3.12 Uji Fungsi Pelipat Tegangan dengan Beban (R = 20 MΩ) ......................... 38
Tabel 3.13 Uji Fungsi Pelipat Tegangan dengan Beban (R = 10 MΩ) ......................... 38
Tabel 3.14 Uji Fungsi Pelipat Tegangan dengan Beban (R = 5 MΩ) ........................... 38
Tabel 3.15 Uji Fungsi Pelipat Tegangan dengan Beban pada Tanggal 19 Agustus 2016 38
Tabel 3.16 Uji Fungsi Pelipat Tegangan dengan Beban pada Tanggal 22 Agustus 2016 .. 38
Tabel 3.17 Uji Fungsi Pelipat Tegangan dengan Beban pada Tanggal 23 Agustus 2016 .. 39
Tabel 3.18 Uji Fungsi Pelipat Tegangan dengan Beban pada Tanggal 24 Agustus 2016 39

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Diagram Konstruksi Generator Cockcroft-Walton ............................... 16


Gambar 3.2 Susunan dioda, kapasitor dan cincin korona pada kerangka pelipat tegangan tinggi
17
Gambar 3.3 Diagram Proses Konversi Daya dalam Generator Cockcroft-Walton .. 17
Gambar 3.4 Diagram Prinsip Cockcroft-Walton ...................................................... 18
Gambar 3.5 Rangkaian Voltmeter menggunakan resistansi seri dan microammeter 21
Gambar 4.1 Voltmeter menggunakan resistansi seri dan microammeter................. 25
Gambar 4.2 Hambatan dengan Nilai 100 MΩ (Seri) ............................................... 25
Gambar 4.3 Hambatan dengan Nilai 50 MΩ dengan Fleksi Glass (Seri) ................ 26
Gambar 4.4 Hambatan dengan Nilai 50 MΩ Tanpa Fleksi Glass (Seri) .................. 26
Gambar 4.5 Hambatan dengan Nilai 20 MΩ (Seri) .................................................. 26
Gambar 4.6 Hambatan dengan Nilai 10 MΩ ............................................................ 26
Gambar 4.7 Hambatan dengan Nilai 5 MΩ (Paralel) ............................................... 27
Gambar 4.8 Hambatan dengan Nilai 2,5 MΩ (Paralel) ........................................... 27
Gambar 4.9 Hambatan dengan Nilai 1 MΩ (Paralel) ............................................. 27
Gambar 4.10 Hambatan dengan Nilai 15 MΩ (Seri-Paralel) ..................................... 28
Gambar 4.11 Hambatan dengan Nilai 15 MΩ (Paralel-Seri) ..................................... 28

viii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mesin pemercepat elektron atau Mesin Berkas Elektron (MBE) yang digunakan
sebagai sumber radiasi pada proses iradiasi suatu produk industri. Keunggulan teknologi
iradiasi MBE adalah menghasilkan kualitas produk yang lebih tinggi, tidak menimbulkan
polusi pada lingkungan, hemat energi, reaksi-reaksi terjadi pada suhu kamar, proses yang
terjadi mudah dikontrol, bebas protein allergen dan nitrosamine ..
Kegiatan rancang bangun MBE yang dilaksanakan di PSTA-BATAN, terdiri dari
beberapa tahapan yaitu: perancangan lengkap, pembuatan bagian-bagian berdasarkan hasil
rancangan, pengujian (uji fungsi) dari masing-masing bagian sebelum diinstal menjadi satu
kesatuan, MBE terdiri dari beberapa komponen yaitu: sumber elektron (SE), sistem
pemercepat berkas, sistem optik (pemfokus dan pemayar), sistem corong pemayar, sistem
window, sistem bejana tekan, sistem vakum, sistem perisai radiasi, sistem pengaman ozon,
sistem instrumentasi kendali (SIK), kerangka MBE serta komponen pendukung yaitu bejana
iradiasi l
Sumber Tegangan Tinggi (STT) Cockcroft-Walton terdiri atas dua bagian utama yaitu
sumber tegangan osilasi atau osilator daya dan sistem pelipat tegangan. Osilator daya
berfungsi membangkitkan tegangan osilasi dengan daya, tegangan dan frekuensi yang cukup
tinggi sebagai masukan bagi pelipat tegangan. Bagian pelipat tegangan berfungsi merubah
dan melipat gandakan tegangan osilasi dari osilator menjadi tegangan tinggi DC
menggunakan susunan seri sejumlah pengganda tegangan. Jumlah pengganda tegangan
mencirikan jumlah tingkat pelipat tegangan.
Dalam penelitihan dilakukan uji fungsi pada sistem pelipat tegangan tanpa beban dan
berbeban dengan menggunakan teknik pengukuran tegangan tinggi DC. Dari pengukuran
tegangan ini diketahui nilai tegangan keluaran pada STT Cockcroft-Walton dan memeriksa
kualitas dari sistem pelipat tegangan sebelum terinstal untuk mencegah kerugian bagi operator
dan MBE 300 keV/20 mA.
1
2
1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian pada latar belakang maka penelitihan dapat dirumuskan..berikut
1. Bagaimana teknik pengukuran tegangan tinggi DC pengujian awal setiap tingkat pada
sistem pelipat tegangan STT Cockcroft-Walton
2. Mengapa alat ukur probe yang berupa resistan yang dihubungkan secara seri dengan
mikroammeter tidak dapat mengukur Vout yang nilainya >50 kV
3. Apa yang menyebabkan pada uji fungsi tanpa beban, nilai pengukuran tingkat pelipat
tegangan menghasilkan nilai yang tidak sama dengan Vout akhir .
4. Bagaimana hubungan antara hambatan dengan arus pada uji fungsi dalam kondisi
berbeban.

1.3 Batasan Penelitihan


Pada penelitian hanya dilakukan uji fungsi awal pada sistem pemercepat berkas yang
berupa Sumber Tegangan Tinggi - Cockcroft-Walton, pada komponen sistem pelipat
tegangan. Pengujian dilakukan dengan menggunakan teknik pengukuran tegangan tinggi DC
Dalam pengujian fungsi sistem pelipat tegangan Vout yang digunakan hanya sampai
75 kV atau <100 kV .

1.4 Sistematika Penulisan


Gambaran tulisan ini secara singkat dapat diuraikan pada sistematika pembahasan
sebagai berikut:
BAB I: PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan mengenai latar belakang, tujuan, rumusan masalah batasan,
manfaat dari praktik kerja lapangan ini dan metode penelitian yang digunakan serta
sistematika penulisannya.
BAB II: LANDASAN TEORI
Bab ini menjelaskan tentang teori-teori yang menunjang penyelesaian penulisan dari
karya ilmiah ini.

3
BAB V: HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini menjelaskan mengenai data hasil uji fungsi dan analisisnya yang berdasarkan
pengukuran yang dilakukan.
BAB VI: PENUTUP
Dalam bab ini dituliskan hal-hal yang dianggap penting dalam penulisan yang
dirangkum sebagai kesimpulan dan saran.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Gambaran Umum Mesin Berkas Elektron -MBE

Mesin Berkas Elektron –MBE adalah perangkat untuk mempercepat berkas elektron
sehingga mencapai energi orde dari KeV asampai MeV dan sebagai sumber radiasi pada
proses iradiasi suatu produk industri. Keunggulan proses iradiasi dengan MBE adalah mampu
memproses produk industri kapasitas besar dalam waktu singkat, proses iradiasi produk dapat
dikendalikan dengan seksama, pemanfaatan energi radiasi sangat efisien, MBE merupakan
teknologi ramah lingkungan. Beberapa contoh hasil produksi MBE adalah pembuatan ban,
stetoskop dan sarung tangan. Hasil produk tersebut menggunakan bahan dasar lateks karet
alam.
Secara umum MBE memiliki komponen yang terdiri dari sumber elektron -SE, sistem
pemercepat berkas, sistem optik (pemfokus dan pemayar), sistem corong pemayar, sistem
window, sistem bejana tekan, sistem vakum, sistem perisai radiasi, sistem pengaman ozon,
sistem instrumentasi kendali -SIK, kerangka MBE serta komponen pendukung yaitu bejana
iradiasi lateks.
Salah satu komponen dari MBE adalah sistem pemercepat berkas yang berupa Sumber
Tegangan Tinggi –STT dengan nilai 300 kV/20 mA. yang berfungsi mempercepat berkas
elektron berasal dari sumber elektron sehingga dihasilkan energi elektron relative tinggi
(Suhartono, 2014).

2.2 Sumber Tegangan Tinggi –STT Cockcroft-Walton

Sumber tegangan tinggi -STT Cockcroft-Walton terdiri atas dua bagian utama yaitu
sumber tegangan osilasi atau osilator daya dan sistem pelipat tegangan. Pada dasar teori ini
hanya menjelaskan mengenai sistem pelipat tegangan. Pada Gambar 2.1 diperlihatkan sebuah
skema dari osilator daya dan pelipat tegangan yang merupakan bagian utama dari generator
Cockcroft-Walton.

4
5

Gambar 2.1 Diagram Konstruksi Generator Cockcroft-Walton (Dwiatmaja, 2014)

Pada prinsipnya Pelipat tegangan dari Generator Cockroft-Walton terbuat dari


susunan kapasitor dan dioda tegangan tinggi dengan kerangka dari bahan fleksi glass,
kerangka tersebut berfungsi sebagai tempat dudukan komponen-komponen meliputi:
kapasitor, dioda, ring korona dan elektroda tegangan tinggi. Elektroda tegangan tinggi
berfungsi untuk mencegah terjadinya lucutan muatan dari sisi ujung keluaran pelipat
tegangan, sedangkan ring korona juga mencegah terjadinya lucutan muatan melalui
sambungan antar komponen tingkat pelipat tegangan. Berdasarkan rancangan untuk
menghasilkan tegangan 300 kV diperlukan 20 tingkat pelipat tegangan pada tegangan
operasi maksimum kapasitor tegangan tinggi 30 kV. Pelipat Tegangan Generator
Cockroft Walton dapat di perlihatkan pada gambar 2-2 berikut

6
Gambar 2.2 Susunan dioda, kapasitor dan cincin korona pada kerangka pelipat tegangan tinggi (Dwiatmaja, 2014)

Proses Konversi daya yang terjadi dalam generator Cockcroft-Walton 300 kV/20 mA
dapat di berikan pada skema di gambar 2.3 berikut

Gambar 3.3 Diagram Proses Konversi Daya dalam Generator Cockcroft-Walton (Dwiatmaja, 2014)
7
Berdasarkan Gambar 2.3, dapat dijelaskan mengenai urutan skemanya sebagai berikut:
 Pelipat tegangan PT, merubah daya RF dari trafo frekuensi tinggi TRF menjadi daya
DC bertegangan tinggi (daya CW ditentukan: 10 kW) dengan suatu efisiensi PT.
(perkiraan PT: 0,90 sehingga diperlukan daya trafo TRF: 10 kW/0,9 = 11,1 kW).
 Trafo frekuensi tinggi , merubah daya AC frekuensi tinggi bertegangan rendah dari
osilator daya OsD menjadi bertegangan tinggi dengan suatu nilai efisiensi TRF.
(prakiraan TRF = 0,70 sehingga diperlukan daya osilator OsD = 11,1 kW/0,7 = 15,9 kW).
 Osilator OsD, merubah daya DC menjadi daya AC frekuensi tinggi melalui tabung
trioda ITK 15-2 dengan suatu faktor efisiensi OS. (prakiraan OS = 0,70 sehingga
diperlukan daya keluaran SDA = 15,9 W/0,70 = 22,7 kW).

Proses pembangkitan tegangan yang terjadi dalam pelipat tegangan dijelaskan melalui
diagram dalam Gambar 2.4 sebagai berikut:

Gambar 2.4 Diagram Prinsip Cockcroft-Walton (Suhartono, 2003)

8
1. Jika dari titik d mengalir arus beban I, kapasitor C1, C2 dan C3 akan terlucuti, oleh
karena itu tiap kapasitor akan menerima pengisian sesuai kehilangan muatannya
yaitu sebesar ∆Q=It. Bila t dalam satu periode maka T=1/f, sehingga C1 akan
terjadi penurunan tegangan sebesar ∆V=I/fC.
Keterangan: C1 adalah kapasitas
I adalah arus yang mengalir selama waktu t
f adalah frekuensi masukan.
2. Pada saat kondisi baik, setiap kapasitor akan termuati sebesar kehilangan
muatannya sehingga untuk C1 akan mendapat pengisian muatan yang mengalir dari
C’1 melalui dioda d’d yaitu selama d’ atau a’ lebih positif terhadap d atau a, muatan
itu sebesar I/f. Pada setengah gelombang berikutnya C’1 akan mendapat pengisian
dari C2 melalui dioda cd’.
3. Pada setiap satu gelombang, kapasitor C2 akan kehilangan muatan sebesar 2I/f dan
sebaliknya akan menerima pengisian muatan yang sama dari C’2. Dengan cara
yang sama C’2 akan kehilangan muatan sebesar 2I/f, juga C3 dan C’3 terlucuti dan
termuati dengan 3I/f.

2.3 Pengukuran Tegangan Tinggi

Pengukuran tegangan tinggi berbeda dengan pengukuran tegangan rendah, sehingga


perlu penjelasan khusus mengenai pengukuran ini. Ada tiga jenis tegangan tinggi yang akan
diukur dalam pengujian tegangan tinggi, yaitu tegangan tinggi AC, tegangan tinggi DC, dan
tegangan tinggi impuls. Pengujian tegangan tinggi pada umumnya diperlukan untuk
mengetahui apakah peralatan tegangan tinggi yang diuji masih memenuhi standar kualitas dan
kebutuhan yang dispesifikasikan pada peralatan tersebut. Pengujian tegangan tinggi
dimaksudkan untuk:
1. Untuk meneliti sifat-sifat listrik dielektrik yang baru ditemukan, sebagai usaha dalam
menemukan bahan isolasi yang lebih murah.
2. Untuk verifikasi hasil rancangan isolasi baru, yaitu hasil rancangan yang telah dikurangi
volume isolasinya.

9
3. Untuk memeriksa kualitas peralatan sebelum terpasang, hal ini dilakukan untuk
menghindarkan kerugian bagi pemakai peralatan.
4. Untuk memeriksa kualitas peralatan setelah beroperasi dalam rangka mengurangi kerugian
semasa pemeliharaan.
Perlunya pengujian tegangan tinggi seperti diuraikan di atas menuntut adanya cabang
studi tegangan tinggi yang membahas khusus pengujian tegangan tinggi. Studi ini akan
mempelajari cara kerja dan karakteristik peralatan-peralatan uji tegangan tinggi dan prosedur
pengujian yang telah distandarisasi.
Berdasarkan Gambar 3.3, sistem pelipat tegangan yang diuji fungsi tersebut
mengkonversi AC menjadi DC bertegangan tinggi sehingga dapat disimpulkan bahwa uji
fungsi yang dilakukan dengan pengukuran tegangan tinggi yaitu pada tegangan DC.

2 4 Pengukuran Tegangan Tinggi DC

Pengukuran tegangan tinggi DC sebagaimana pada pengukuran tegangan rendah


umumnya dilakukan dengan menambah tahanan seri yang besar mengingat arus dalam
meter biasanya dibatasi pada nilai 1-10 mikroampere untuk full scale deflection. Pada
tegangan yang sangat tinggi (>1000 kV), permasalahan yang muncul adalah disipasi
daya yang besar, arus bocor, perubahan resistansi berkenaan variasi temmperatur.
Pengukuran tegangan tinggi DC dibagi menjadi 3 metode yaitu pengukuran dengan
menghubungakan seri mikroammeter dengan resistor, Pengukuran berdasarkan prinsip
generator dan Pengukuran dengan pemakaian pembagi tegangan.

a. Pengukuran dengan menghubung seri mikroammeter dengan resistor.


Tegangan tinggi DC biasanya diukur dengan menghubungkan resistor yang sangat
tinggi (beberapa ratus MΩ) terhubung seri dengan mikroammeter, sebagaimana
ditunjukkan pada Gambar 2.5.

10
Protective Device

Gamba.5 Rangkaian Voltmeter menggunakan resistansi seri dan mikroammeter (Suhartono, 2014)

Arus I yang mengalir melalui resistansi Rs diukur oleh moving coil mikroammeter,
maka tegangan sumber adalah:

𝑉 = 𝐼𝑅𝑠 (2.1)

Keterangan: V adalah tegangan sumber (Volt)


Vr adalah tegangan jangkau ukur meter (Volt)
I adalah arus melalui meter (Ampere)
Im adalah arus skala penuh meter (Ampere)
Rs adalah resistansi seri (Ohm)
μA adalah mikroammeter
P adalah Protective Device
Pada pengukuran tegangan tinggi diharapkan arus yang mengalir melalui alat ukur
diusahakan sekecil mungkin, dengan tujuan tidak membebani sumber tegangan tinggi
yang diukur.
Alat ukur yang dibangun dengan metode ini akan mempertimbangkan dampak
resiko terhadap terjadinya tegangan lebih (over voltage), kilatan (flash over),
keamanan serta keselamatan operator dan alat. Sehingga keselamatan operator dapat
terjamin dan mesin dapat beroperasi dengan aman.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengujian sistem pelipat tegangan STT Cockcroft-Walton diilakukan dengan menghubungkan
seri mikroammeter dan resistor yang besar hambatan resistor sebesar 480 MΩ . Sebagai acuan
terdapat alat ukur digital yang nilainya akan ditampilkan pada kontrol panel yang pengukurannya
berdasarkan Vout dari pelipat tegangan dengan hambatan sebesar 150 MΩ. Uji sistim dilakukan
dalam kondisi tanpa beban dan berbeban

.3.1 Hasil Pengamatan dan Pembahasan Pengujian Tanpa Beban


Pada pengujian fungsi tanpa beban, pengukuran Vout sistem pelipat tegangan menggunakan probe
tegangan tinggi dengan microammeter sehingga dapat diketahui nilai Vout pada setiap tingkat
yang ditunjukkan pada microammeter.
Berikut ini adalah data pengujian yang dilakukan dari tanggal 01 Agustus sampai 24 Agustus 2016

Tabel 3.1 Uji Fungsi Pelipat Tegangan Tiap Tingkat Tanpa Beban pada Tanggal 01 Agustus 2016

No. Tingkat Vin (Volt) Vout (kV) ISTT (µA) Keterangan


1 1 25 5 7 Vout total = 60 kV
2 2 25 10 7
3 3 25 14,9 7
4 4 25 19,9 7
5 5 25 24 7
6 6 25 28,5 7
7 7 25 33,5 7
8 8 25 38 7
9 9 25 43 7
10 10 25 48 7
11 11 25 >50 7
12 12 25 >50 7
13 13 25 >50 7

11
12
Tabel 3.2 Uji Fungsi Pelipat Tegangan Tiap Tingkat Tanpa Beban dengan Vin = 21 Volt

No. Tingkat Vin (Volt) Vout (kV) ISTT (µA) Keterangan


1 1 21 4 6 Vout total = 50 kV
2 2 21 8,6 6
3 3 21 12,2 6
4 4 21 16,2 6
5 5 21 21 6
6 6 21 24,9 6
7 7 21 28,9 6
8 8 21 33 6
9 9 21 36,5 6
10 10 21 40,9 6
11 11 21 45 6
12 12 21 48,3 6
13 13 21 >50 6

Tabel 3.3 Uji Fungsi Pelipat Tegangan Tiap Tingkat Tanpa Beban pada Tanggal 02 Agustus 2016

No. Tingkat Vin (Volt) Vout (kV) ISTT (µA) Keterangan


1 1 22 4 6 Vout total = 51 kV
2 2 22 8 6
3 3 22 12 6
4 4 22 16 6
5 5 22 20 6
6 6 22 24 6
7 7 22 28 6
8 8 22 32 6
9 9 22 36 6
10 10 22 40 6
11 11 22 44 6
12 12 22 49 6
13 13 22 >50 6

Tabel 3.4 Uji Fungsi Pelipat Tegangan Tiap Tingkat Tanpa Beban Vin = 20 Volt

No. Tingkat Vin (Volt) Vout (kV) ISTT (µA) Keterangan


1 1 20 4 6 Vout total = 47 kV
2 2 20 7,9 6
3 3 20 11,5 6
4 4 20 15 6
5 5 20 19,5 6
6 6 20 23 6
7 7 20 27 6
8 8 20 30,5 6
9 9 20 34,5 6
10 10 20 38 6
11 11 20 41,5 6
12 12 20 46 6
13 13 20 49 6

3.1.1 Analisa Data Tanpa Beban


Analisa data pengujian pada sistem pelipat tegangan dalam kondisi tanpa beban dilakukan dengan
cara membandingkan hasil yang didapatkan antara pengukuran secara teori dengan menggunakan
probe tegangan tinggi dan microammeter .

Pada Tabel 3.1 ditunjukkan nilai Vout akhir yaitu 60 kV (dari kontrol panel) dengan Vout pada
tingkat sistem pelipat tegangan semakin besar ketika mendekati tingkat 13 yang sebanding dengan
Vout akhir yang ditunjukkan pada kontrol panel.
Perbandingan antara pengukuran secara teori dengan pengukuran analog, diperlihatkan pada Tabel
3.5 berikut ini:

Tabel 3.5 Perbandingan Nilai Vout antara Pengukuran secara Teori dan Pengukuran Analog dengan Vout =
60 kV
A B Faktor Kesalahan
Tingkat
Vout Teori (kV) Vout Analog (kV) α = B-A
1 4,6 5 0,4
2 9,2 10 0,8
3 13,8 14,9 1,1
4 18,4 19,9 1,5
5 23 24 1
6 27,6 28,5 0,9
7 32,2 33,5 1,3
8 36,8 38 1,2
9 41,4 43 1,6
10 46 48 2
11 50,6 >50 -
12 55,2 >50 -
13 59,8 >50 -

Dari Tabel 3.5 dapat dilihat bahwa pengukuran secara teori dan pengukuran secara analog terdapat
perbedaan. Hal ini disebabkan karena pengukuran secara analog kelemahannya terletak pada
ketelitian pembacaan skala. Hambatan yang digunakan pada probe tegangan
14
tinggi dengan mikroammeter (pengukuran analog) bernilai 480 MΩ berjumlah 2 buah yang
disusun seri, maka:
(480 𝑀𝛺 𝑥 2) + 5 % = 960,05 𝑀𝛺 atau 1000 MΩ, sehingga:
𝑉 = 𝐼𝑅
𝑉 = (50 𝜇𝐴)(1000 𝑀𝛺)
𝑉 = 50 𝑘𝑉
karena itu, pada pengukuran analog tingkat 11 sampai 13 tidak dapat terukur dengan nilai yang
pasti karena panel/penampil pengukur analog yang berupa microammeter hanya memiliki skala
50 μA sehingga pengukuran diatas 50 kV tidak dapat terukur dengan pasti.

Pada Tabel 3.2 menunjukkan nilai Vout akhir yang didapatkan yaitu 50 kV dengan Vout setiap
tingkat pada sistem pelipat tegangan semakin bertambah hingga tingkat 13 menunjukkan nilai
yang sebanding dengan nilai Vout akhir pada kontrol panel.
Perbandingan antara pengukuran secara teori dengan pengukuran analog, diperlihatkan pada Tabel
3.6 berikut ini:

Tabel 3 6 Perbandingan Nilai Vout antara Pengukuran secara Teori dan Pengukuran Analog dengan Vout =
50 kV
A B Faktor Kesalahan
Tingkat
Vout Teori (kV) Vout Analog (kV) α = B-A
1 3,8 4 0,2
2 7,6 8,6 1
3 11,4 12,2 0,8
4 15,2 16,2 1
5 19 21 2
6 22,8 24,9 2,1
7 26,6 28,9 2,3
8 30,4 33 2,6
9 34,2 36,5 2,3
10 38 40,9 2,9
11 41,8 45 3,2
12 45.6 48,3 2,7
13 49,4 >50 -

Dari Tabel 3 6 dapat dilihat bahwa pengukuran secara teori dan pengukuran secara analog nilainya
tidak sama dengan nilai selisih rata-ratanya adalah 1,925. Pada pengukuran
15
analog tingkat 13 tidak dapat terukur pasti karena rata-rata perbedaan nilai setiap tingkat pada
pengukur analog adalah 4. Jadi bila nilai pada tingkat 12 dijumlahkan dengan 4 maka hasilnya
akan diatas 50 kV. Salah satu keuntungan dari pengukuran menggunakan metode resistansi seri
dengan microammeter adalah kontruksinya yang sederhana dan respon pembacaan data yang
cepat. Penggunaan metode ini sangat dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu ketelitian dalam
pembacaan skala dan mudah terpengaruh lingkungan sekitar.

Pada Tabel 3.3 tegangan keluaran (Vout) akhir yang ditampilkan pada kontrol panel adalah 51 kV
dan Vout untuk setiap tingkat pada sistem pelipat tegangan.
Perbandingan antara pengukuran secara teori dengan pengukuran analog, diperlihatkan pada Tabel
5.7 berikut ini:

Tabel 3.7 Perbandingan Nilai Vout antara Pengukuran secara Teori dan Pengukuran Analog dengan Vout =
51 kV
A B Faktor Kesalahan
Tingkat
Vout Teori (kV) Vout Analog (kV) α = B-A
1 3,9 4 0,1
2 7,8 8 0,2
3 11,7 12 0,3
4 15,6 16 0,4
5 19,5 20 0,5
6 23,4 24 0,6
7 27,3 28 0,7
8 31,2 32 0,8
9 35,1 36 0,9
10 39 40 1
11 42,9 44 1,1
12 46,8 49 2,2
13 50,7 >50 -

Pada Tabel 3.7 menunjukkan perhitungan secara teori dan perhitungan analog memiliki selisih
yang tidak besar dengan selisih rata-rat sekitar 0,73 sehingga pengukuran berdasarkan analog
dapat digunakan untuk mengukur nilai setiap tingkat pada sistem pelipat tegangan. Pada
pengukuran analog tingkat 13 tidak didapat nilai Vout akhir 51 kV
16

karena microammeter tidak dapat mengukur >50 kV sehingga pada tingkat 13 tidak mempunyai
nilai yang pasti.

Pada Tabel 3 4, Vout akhir yaitu 47 kV. Perbandingan antara pengukuran secara teori dengan
pengukuran analog, diperlihatkan pada Tabel 3.8 berikut ini:

Tabel 3 .8 Perbandingan Nilai Vout antara Pengukuran secara Teori dan Pengukuran Analog dengan
Vout = 47 kV
A B Faktor Kesalahan
Tingkat
Vout Teori (kV) Vout Analog (kV) α = B-A
1 3,6 4 0,4
2 7,2 7,9 0,7
3 10,8 11,5 0,7
4 14,4 15 0,6
5 18 19,5 1,5
6 21,6 23 1,4
7 25,2 27 1,8
8 28,8 30,5 1,7
9 32,4 34,5 2,1
10 36 38 2
11 39,6 41,5 1,9
12 43,2 46 2,8
13 46,8 49 2,2

Pada Tabel 3.8, pengukuran secara teori pada tingkat 13 hampir mendekati nilai akhir Vout yang
ditunjukkan panel. Namun, berbeda saat dilakukan pengukuran secara langsung (pengukuran
analog) di lapangan, menghasilkan nilai dengan selisih 2,2 dengan pengukuran secara teori dan
rata-rata selisih setiap tingkat yaitu 1,523. Hal ini dapat disebabkan oleh kesalahan dalam
pembacaan skala microammeter dan keadaan lingkungan sekitar.

3,2 Hasil Pengamatan dan Pembahasan Pengujian dengan Beban


Pada pengujian fungsi dengan beban, pengukuran Vout dilakukan menggunakan hambatan beban
10 MΩ 200 W yang berjumlah 10 buah dengan berbagai nilai hambat

17
Tabel 3.9 Uji Fungsi Pelipat Tegangan Tiap Tingkat dengan Beban pada Tanggal 04 Agustus 2016

No. Tingkat Vin (Volt) Vout (kV) ISTT (µA) Keterangan


1 1 24 4 533 Vout total = 50 kV
2 2 24 8,5 537
R = 100 MΩ (Gambar 4.2)
3 3 24 12,5 541
4 4 24 16 545
5 5 24 20,5 549
6 6 24 25 554
7 7 24 28,5 558
8 8 24 33 562
9 9 24 37 565
10 10 24 41 569
11 11 24 45,5 573
12 12 24 50 577
13 13 24 >50

Tabel 3.10 Uji Fungsi Pelipat Tegangan dengan Beban pada Tanggal 08 Agustus 2016
Vin
No. Vout (kV) ISTT (µA) Keterangan
(Volt)
1 5 4 135 R = 50 MΩ (Gambar 4.3)
2 10 15 350
3 15 27 606 Tanda Merah Menandakan terjadi
4 18 34 720 discharge
5 20 40 838

Tabel 3.11 Uji Fungsi Pelipat Tegangan dengan Beban pada Tanggal 18 Agustus 2016

No. Vin (Volt) Vout (kV) ISTT (µA) Keterangan


1 11 16 375
R = 50 MΩ (Gambar 4.4)
2 15 26 577
3 20 39 833
(hangat setelah dilakukan pengujian)
4 26 50 1060

Tabel 3.12 Uji Fungsi Pelipat Tegangan delengan Beban (R = 20 MΩ)

No. Vin (Volt) Vout (kV) ISTT (µA) Keterangan


1 10 11 710
2 12 16 940 R = 20 MΩ (Gambar 4.5)
3 15 21 1180
4 20 31 1680 (panas setelah dilakukan pengujian)
5 25 41 2190

18
Tabel 3.13 Uji Fungsi Pelipat Tegangan dengan Beban (R = 10 MΩ)
No. Vin (Volt) Vout (kV) ISTT (µA) Keterangan
1 10 7 940 R = 10 MΩ (Gambar 4.6)
2 14 12 1490
3 19 20 2290 (panas setelah dilakukan pengujian)

Tabel 3.14 Uji Fungsi Pelipat Tegangan dengan Beban (R = 5 MΩ)

No. Vin (Volt) Vout (kV) ISTT (µA) Keterangan


1 15 8 2210
R = 5 MΩ (Gambar 4.7)
2 19 12 3100
3 21 15 3480
(tidak panas setelah dilakukan
4 25 19 4390
pengujian)
5 26 21 4780

Tabel 3.15 Uji Fungsi Pelipat Tegangan dengan Beban pada Tanggal 19 Agustus 2016

No. Vin (Volt) Vout (kV) ISTT (µA) Keterangan


1 15 4 2960 R = 2,5 MΩ (Gambar 4.8)
2 20 9 4740
Panas setelah silakukan pengujian
3 24 13 6350

Tabel 3.16 Uji Fungsi Pelipat Tegangan dengan Beban pada Tanggal 22 Agustus 2016

No. Vin (Volt) Vout (kV) ISTT (µA) Keterangan


1 15 2 5160 R = 1 MΩ (Gambar 4.9)
2 20 5 7850 Paralel
3 26 8 10560
Panas setelah dilakukan pengujian
4 26 8 10750
5 26 8 10970
6 26 8 10610
7 26 8 10760
8 43 17 20100
9 43 17 20000
10 44 17 20100
11 44 17 20100
12 44 18 20300
13 44 18 20300
Tabel 3.17 Uji Fungsi Pelipat Tegangan dengan Beban pada Tanggal 23 Agustus 2016

No. Vin (Volt) Vout (kV) ISTT (µA) Keterangan


1 32 50 3510 R = 15 MΩ (Gambar 4.10)
2 34 55 3820
Vout=60 kV
3 37 60 4110
19
Tabel 3.18 Uji Fungsi Pelipat Tegangan dengan Beban pada Tanggal 24 Agustus 2016
No. Vin (Volt) Vout (kV) ISTT (µA) Keterangan
1 10 9 770 R = 15 MΩ (Gambar 4.11)
2 15 18 1380
3 20 28 2050
4 25 37 2640
5 30 48 3370
1 35 58 4030
7 39 66 4560
8 42 70 4840
9 45 75 5180

3 2 1 Analisa Data Dengan Beban.


Analisis data pengujian pada sistem pelipat tegangan dengan kondisi berbeban dilakukan dengan
cara, membuktikan hasil yang didapatkan antara pengukuran secara teori menggunakan hukum
Ohm dengan hasil yang berdasarkan data pengamatan atau analisis data yang terjadi di lapangan.
Pada Tabel 3.9, Vout adalah 50 kV dan R = 100 MΩ. dengan nilai Vout setiap tingkat pelipat
tegangan mengalami kenaikan sekitar 3,5 atau 4,5 dan semakin tinggi tingkatnya nilainya semakin
sebanding dengan Vout yaitu 50 kV. Namun, pengukuran yang dilakukan menghasilkan nilai pada
tingkat 13 yaitu >50 kV dan arus sumber tegangan tinggi semakin besar mengikuti kenaikan
tingkat pelipat tegangan atau sefase dengan Vout tingkat. Berdasarkan teori hukum Ohm bila beban
R = 100 MΩ dan Vout = 50 kV maka didapatkan hasil:
𝑉𝑜𝑢𝑡 = 𝐼𝑆𝑇𝑇 R
𝑉𝑜𝑢𝑡
𝐼𝑆𝑇𝑇 =
𝑅
50 𝑥 103 𝑉
𝐼𝑆𝑇𝑇 =
100 𝑥 106 𝛺
𝐼𝑆𝑇𝑇 = 0,5 𝑥 10−3 A
𝐼𝑆𝑇𝑇 = 500 𝜇𝐴
Dari perhitungan hukum Ohm tersebut didapatkan ISTT pada Vout = 50 kV seharusnya 500 𝜇A
sedang berdasarkan pengujian, ISTT pada Vout = 50 kV adalah 528 𝜇A dan ISTT pada pelipat
tegangan tingkat 12 dengan Vout = 50 kV mempunyai ISTT = 577 𝜇A. Hal ini disebabkan oleh leak
current beban yang cukup besar.
20

a. Analisis data tabel 3.10:


Pada Tabel 3-10, hambatan yang digunakan yaitu R = 50 MΩ bentuk rangkaian seri. Bila
Vout = 40 kV maka ISTT bernilai 838 𝜇A dan terjadi discharge.
Berdasarkan teori hukum Ohm bila beban R = 50 MΩ dan Vout = 40 kV maka didapatkan hasil:
𝑉𝑜𝑢𝑡 = 𝐼𝑆𝑇𝑇 R
𝑉𝑜𝑢𝑡
𝐼𝑆𝑇𝑇 =
𝑅
40 𝑥 103 𝑉
𝐼𝑆𝑇𝑇 =
50 𝑥 106 𝛺
𝐼𝑆𝑇𝑇 = 0,8 𝑥 10−3 A
𝐼𝑆𝑇𝑇 = 800 𝜇𝐴
ISTT yang dihasilkan memiliki selisih 38 𝜇A dengan hukum Ohm.

b. analisis data tabel 3.11:


Pada Tabel 3 11, hambatan yang digunakan yaitu R= 50 MΩ, V out = 50 kV dan ISTT = 1060 𝜇A.
Pada pengukuran ini, discharge tidak terjadi. Pada pengujian ini, ISTT yang dihasilkan memiliki
selisih 60 𝜇A dengan hukum Ohm.
𝑉𝑜𝑢𝑡 = 𝐼𝑆𝑇𝑇 R
𝑉𝑜𝑢𝑡
𝐼𝑆𝑇𝑇 = 𝑅
50 𝑥 103 𝑉
𝐼𝑆𝑇𝑇 =
50 𝑥 106 𝛺

𝐼𝑆𝑇𝑇 = 1 𝑥 10−3 A
𝐼𝑆𝑇𝑇 = 1000 𝜇𝐴

c. Analisis data tabel 3.12:


Pada Tabel 3 12, hambatan yang digunakan yaitu R = 20 MΩ, V out = 41 kV dan ISTT =
2190 𝜇A. Pada pengukuran ini, discharge tidak terjadi walaupun arus yang dihasilkan besar
.Berdasarkan hukum Ohm, ISTT yang dihasilkan yaitu:

21
𝑉𝑜𝑢𝑡 = 𝐼𝑆𝑇𝑇 R
𝑉𝑜𝑢𝑡
𝐼𝑆𝑇𝑇 =
𝑅
41 𝑥 103 𝑉
𝐼𝑆𝑇𝑇 =
20 𝑥 106 𝛺
𝐼𝑆𝑇𝑇 = 2,05 𝑥 10−3 A
𝐼𝑆𝑇𝑇 = 2050 𝜇𝐴
Pada pengujian ini, ISTT yang dihasilkan memiliki selisih 140 𝜇A dengan hukum Ohm.

BAB IV
PENUTUP
.
4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan maka dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu:
1. Pada uji fungsi awal sistem pelipat tegangan tanpa beban, alat ukur probe yang berupa
resistan yang dihubungkan secara seri dengan mikroammeter tidak dapat mengukur V out
yang nilainya >50 kV karena mikroammeter range skalanya 0-50 µA.
2. Tehnik pengukuran tegangan tinggi pada pelipat tegangan Mesin Berkas Elektron (MBE)
tanpa beban Vout di pelipatan tingkat 13 masing masing 60 KV, 50 KV, 51 KV, alat
microammeter mengukur nilai >50 kV, dan pada Vout=47 kV alat micrometert nilainya
49 kV. Perbedaan nilai tersebut disebabkan oleh faktor ketelitian dalam pembacaan skala,
mudah terpengaruh lingkungan sekitar dan tidak dapat mengukur Vout yang nilainya >50
kV.
3. Tehnik pengukuran tegangan tinggi pada pelipat tegangan Mesin Berkas Elektron (MBE)
dalam kondisi berbeban melakukan uji fungsi dengan ditambahkan hambatan batang yang
nilainya bervariasi, yaitu disusun seri terdiri dari 𝑅𝑆1 =100 MΩ menghasilkan nilai ISTT 577
μA, 𝑅𝑆2 =50 MΩ menghasilkan nilai ISTT yaitu 838 μA, 𝑅𝑆3 =50 MΩ menghasilkan nilai
ISTT yaitu 1060 μA dan 𝑅𝑆4 =20 MΩ menghasilkan nilai ISTT yaitu 2190 μA. Disusun paralel
terdiri dari 𝑅𝑃1 =5 MΩ menghasilkan nilai ISTT yaitu 4780 μA, 𝑅𝑃2 =2,5 MΩ menghasilkan
nilai ISTT yaitu 6350 μA dan 𝑅𝑃3 =1 MΩ menghasilkan nilai ISTT yaitu 20300 μA. Disusun
campuran 𝑅𝐶1 =15 MΩ menghasilkan nilai ISTT yaitu 4110 μA dan 𝑅𝐶2 =15 MΩ
menghasilkan nilai ISTT yaitu 5180 μA. Disusun tunggal yaitu R=10 MΩ menghasilkan
nilai ISTT yaitu 2290 μA. Maka hubungan antara hambatan dengan arus adalah semakin
kecil nilai hambatan yang digunakan, makin besar nilai ISTT.

4.2 Saran
Uji fungsi pada sistem pelipat tegangan dilakukan dalam 2 kondisi yaitu tanpa
22
23 beban
dan berbeban. Dalam kondisi tanpa beban dilakukan pengukuran pada setiap tingkat sistem
pelipat tegangan. Sedangkan, pada kondisi berbeban pengukuran setiap tingkat hanya
dilakukan 1 kali pada R = 100 MΩ. Sebaiknya dilakukan pengukuran tingkat pelipat tegangan
pada setiap beban yang digunakan agar dapat diketahui nilai Vout pelipat tegangan setiap
tingkat, pengaruh beban terhadap Vout pelipat tegangan, kualitas dari pelipat tegangan sebelum
diinstal dan data uji fungsi pelipat tegangan lebih detail.

DAFTAR PUSTAKA

Dwiatmaja, A. dan Sukaryono., 2014, Sistem Pemercepat Mesin Berkas Elektron 300 keV/20 mA,
Dokumen Paket Teknologi Proses Pra-Vulkanisasi Lateks Karet Alam Menggunakan Mesin
Berkas Elektron, No. Dok: PTEK-SP.002.3/OT 00 01/STA 2, BFP, PSTA-BATAN,
Yogyakarta.
Frima Yogi, M., 2013, Pengukuran Tegangan Tinggi, Makalah, Departemen Teknik Elektro.
Universitas Jendral Ahmad Yani, Bandung.

Hishomudin, M., 2016, Pembuatan Perangkat Antar muka Komponen Catu Gas Sumber Ion
Siklotron, Laporan PKL, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga, Yogyakarta, 4-14

Suhartono., 2003, Petunjuk Praktikum Operasi STT Cockcroft-Walton, Modul Praktikum, BFP,
PSTA-BATAN, Yogyakarta.

Suhartono, dkk., 2014, Rancang Bangun Meter Volt DC Menggunakan Mikroammeter untuk
Jangkau Ukur 500 kV DC, Jurnal: Prosiding Seminar, ISSN 1410-8178, BFP, PSTA-BATAN,
Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai