Disusun Oleh:
S PONIMAN.
i
ABSTRAK
Telah dilakukan Uji fungsi tanpa beban dan berbeban pada alat pelipat tegangan dengan
menggunakan resistor dan mikroammeter. Uji fungsi tanpa beban dengan 𝑉𝑜𝑢𝑡 = 60
kV, 𝑉𝑜𝑢𝑡 = 50 kV dan 𝑉𝑜𝑢𝑡 = 51 kV pada tingkat 13, nilainya >50 kV dan 𝑉𝑜𝑢𝑡 = 47 kV, pada
tingkat 13 nilainya 49 kV. Hal ini di sebabkan ketelitian pembacaan skala, mudah terpengaruh
dan pengukurannya tidak dapat >50 kV. Uji fungsi berbeban menggunakan hambatan batang
disusun seri terdiri dari 𝑅𝑆1 =100 MΩ dengan ISTT=577 μA, 𝑅𝑆2 =50 MΩ dengan ISTT=838
μA, 𝑅𝑆3 =50 MΩ dengan ISTT=1060 μA dan 𝑅𝑆4 =20 MΩ dengan ISTT=2190 μA. Disusun paralel
terdiri dari 𝑅𝑃1 =5 MΩ dengan ISTT=4780 μA, 𝑅𝑃2 =2,5 MΩ dengan ISTT=6350 μA dan
𝑅𝑃3 =1 MΩ dengan ISTT=20300 μA. Disusun campuran 𝑅𝐶1 =15 MΩ dengan ISTT=4110 μA
dan 𝑅𝐶2 =15 MΩ dengan ISTT=5180 μA. Disusun tunggal yaitu R=10 MΩ dengan ISTT=2290 μA.
Dari hubungan antara hambatan dengan arus adalah semakin kecil nilai hambatan yang digunakan,
makin besar nilai aISTT.
Kata kunci: Sistem pelipat tegangan, uji fungsi tanpa beban dan berbeban, metode alat resistor
seri dengan mikroammeter
ABSTRACT
Function tests without load and load on voltage multiplier tool has been done by using resistor in
series with microammeter. In the no-load function testing, Function test without load with Vout=60 kV,
Vout=50 kV and Vout=51 kV at a rate of 13 the value is > 50 kV and Vout=47 kV, at a rate of 13 values 49
kV. The reason of this is the accuracy of the reading scale, easily influenced and measurement can’t be >
50 kV. Function test with load using the resistance rods that arranged in series consists of RS1=100 MΩ
with ISTT=577 μA, RS2=50 MΩ with ISTT=838 μA, RS3=50 MΩ with ISTT=1060 μA and RS4=20 MΩ with
ISTT=2190 μA. Arranged in parallel consists of RP1=5 MΩ with ISTT=4780 μA, RP2=2.5 MΩ with ISTT=6350
μA and RP3=1 MΩ with ISTT=20300 μA. Arranged in compound consists RC1=15 MΩ with ISTT=4110 μA
and RC2=15 MΩ with ISTT=5180 μA. Single Compiled R=10 MΩ with ISTT=2290 μA. Then the relationship
between the resistance to the current is the smaller the resistance value is used, the greater the value of
ISTT.
Keywords: folding voltage system, Function tests without load and load, the method of the resistors
in series with microammeter
iii
KATA PENGANTAR.
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan karya ilmiah berjudul “TEKNIK PENGUKURAN TEGANGAN TINGGI
SISTEM PELIPAT TEGANGAN TINGGI MESIN BERKAS ELEKTRON”
Penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat memberi sedikit gambaran tentang
keterkaitan instrumentasi elektronika dengan aplikasinya di BATAN JOGYA.
Karya ilmiah ini dapat terselesaikan berkat bantuan dari teman sejawat dan mahasiswa
bidang kealihan Instrumentasi dan Elektronika Prodi fisika Fmipa Univ.Udayana.
Hormat Penulis.
iv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................... ii
ABSTRAK ................................................................................................................ iii
KATA PENGANTAR .............................................................................................. iv
DAFTAR ISI ............................................................................................................. v
DAFTAR TABEL .................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ vii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 3
1.3 Batasan Masalah .................................................................................. 3
1.4 Metode Penelitian ................................................................................ 4
1.5 Sistematika Penulisan .......................................................................... 4
BAB II LANDASAN TEORI
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Uji Fungsi Pelipat Tegangan Tiap Tingkat Tanpa Beban pada Tanggal 01 Agustus 2016
31
Tabel 3.2 Uji Fungsi Pelipat Tegangan Tiap Tingkat Tanpa Beban Vin = 21 Volt 2016 . 31
Tabel 5 3 Uji Fungsi Pelipat Tegangan Tiap Tingkat Tanpa Beban pada Tanggal 02 Agustus 2016
31
Tabel 3.4 Uji Fungsi Pelipat Tegangan Tiap Tingkat Tanpa Beban Vin = 20 kV ... 32
Tabel 3.5 Perbandingan Nilai Vout antara Pengukuran secara Teori dan Pengukuran Analog
dengan Vout akhir = 60 kV ...................................................................... 33
Tabel 3.6 Perbandingan Nilai Vout antara Pengukuran secara Teori dan Pengukuran Analog
dengan Vout akhir = 50 kV ...................................................................... 34
Tabel 3.7 Perbandingan Nilai Vout antara Pengukuran secara Teori dan Pengukuran Analog
dengan Vout akhir = 51 kV ...................................................................... 35
Tabel 3 8 Perbandingan Nilai Vout antara Pengukuran secara Teori dan Pengukuran Analog
dengan Vout akhir = 47 kV ...................................................................... 36
Tabel 3.9 Uji Fungsi Pelipat Tegangan Tiap Tingkat dengan Beban pada Tanggal 04 Agustus
2016 ........................................................................................................ 37
Tabel 3 10 Uji Fungsi Pelipat Tegangan dengan Beban pada Tanggal 08 Agustus 2016 .. 37
Tabel 3 11 Uji Fungsi Pelipat Tegangan dengan Beban pada Tanggal 18 Agustus 2016 37
Tabel 3.12 Uji Fungsi Pelipat Tegangan dengan Beban (R = 20 MΩ) ......................... 38
Tabel 3.13 Uji Fungsi Pelipat Tegangan dengan Beban (R = 10 MΩ) ......................... 38
Tabel 3.14 Uji Fungsi Pelipat Tegangan dengan Beban (R = 5 MΩ) ........................... 38
Tabel 3.15 Uji Fungsi Pelipat Tegangan dengan Beban pada Tanggal 19 Agustus 2016 38
Tabel 3.16 Uji Fungsi Pelipat Tegangan dengan Beban pada Tanggal 22 Agustus 2016 .. 38
Tabel 3.17 Uji Fungsi Pelipat Tegangan dengan Beban pada Tanggal 23 Agustus 2016 .. 39
Tabel 3.18 Uji Fungsi Pelipat Tegangan dengan Beban pada Tanggal 24 Agustus 2016 39
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
BAB I
PENDAHULUAN
Mesin pemercepat elektron atau Mesin Berkas Elektron (MBE) yang digunakan
sebagai sumber radiasi pada proses iradiasi suatu produk industri. Keunggulan teknologi
iradiasi MBE adalah menghasilkan kualitas produk yang lebih tinggi, tidak menimbulkan
polusi pada lingkungan, hemat energi, reaksi-reaksi terjadi pada suhu kamar, proses yang
terjadi mudah dikontrol, bebas protein allergen dan nitrosamine ..
Kegiatan rancang bangun MBE yang dilaksanakan di PSTA-BATAN, terdiri dari
beberapa tahapan yaitu: perancangan lengkap, pembuatan bagian-bagian berdasarkan hasil
rancangan, pengujian (uji fungsi) dari masing-masing bagian sebelum diinstal menjadi satu
kesatuan, MBE terdiri dari beberapa komponen yaitu: sumber elektron (SE), sistem
pemercepat berkas, sistem optik (pemfokus dan pemayar), sistem corong pemayar, sistem
window, sistem bejana tekan, sistem vakum, sistem perisai radiasi, sistem pengaman ozon,
sistem instrumentasi kendali (SIK), kerangka MBE serta komponen pendukung yaitu bejana
iradiasi l
Sumber Tegangan Tinggi (STT) Cockcroft-Walton terdiri atas dua bagian utama yaitu
sumber tegangan osilasi atau osilator daya dan sistem pelipat tegangan. Osilator daya
berfungsi membangkitkan tegangan osilasi dengan daya, tegangan dan frekuensi yang cukup
tinggi sebagai masukan bagi pelipat tegangan. Bagian pelipat tegangan berfungsi merubah
dan melipat gandakan tegangan osilasi dari osilator menjadi tegangan tinggi DC
menggunakan susunan seri sejumlah pengganda tegangan. Jumlah pengganda tegangan
mencirikan jumlah tingkat pelipat tegangan.
Dalam penelitihan dilakukan uji fungsi pada sistem pelipat tegangan tanpa beban dan
berbeban dengan menggunakan teknik pengukuran tegangan tinggi DC. Dari pengukuran
tegangan ini diketahui nilai tegangan keluaran pada STT Cockcroft-Walton dan memeriksa
kualitas dari sistem pelipat tegangan sebelum terinstal untuk mencegah kerugian bagi operator
dan MBE 300 keV/20 mA.
1
2
1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian pada latar belakang maka penelitihan dapat dirumuskan..berikut
1. Bagaimana teknik pengukuran tegangan tinggi DC pengujian awal setiap tingkat pada
sistem pelipat tegangan STT Cockcroft-Walton
2. Mengapa alat ukur probe yang berupa resistan yang dihubungkan secara seri dengan
mikroammeter tidak dapat mengukur Vout yang nilainya >50 kV
3. Apa yang menyebabkan pada uji fungsi tanpa beban, nilai pengukuran tingkat pelipat
tegangan menghasilkan nilai yang tidak sama dengan Vout akhir .
4. Bagaimana hubungan antara hambatan dengan arus pada uji fungsi dalam kondisi
berbeban.
3
BAB V: HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini menjelaskan mengenai data hasil uji fungsi dan analisisnya yang berdasarkan
pengukuran yang dilakukan.
BAB VI: PENUTUP
Dalam bab ini dituliskan hal-hal yang dianggap penting dalam penulisan yang
dirangkum sebagai kesimpulan dan saran.
BAB II
LANDASAN TEORI
Mesin Berkas Elektron –MBE adalah perangkat untuk mempercepat berkas elektron
sehingga mencapai energi orde dari KeV asampai MeV dan sebagai sumber radiasi pada
proses iradiasi suatu produk industri. Keunggulan proses iradiasi dengan MBE adalah mampu
memproses produk industri kapasitas besar dalam waktu singkat, proses iradiasi produk dapat
dikendalikan dengan seksama, pemanfaatan energi radiasi sangat efisien, MBE merupakan
teknologi ramah lingkungan. Beberapa contoh hasil produksi MBE adalah pembuatan ban,
stetoskop dan sarung tangan. Hasil produk tersebut menggunakan bahan dasar lateks karet
alam.
Secara umum MBE memiliki komponen yang terdiri dari sumber elektron -SE, sistem
pemercepat berkas, sistem optik (pemfokus dan pemayar), sistem corong pemayar, sistem
window, sistem bejana tekan, sistem vakum, sistem perisai radiasi, sistem pengaman ozon,
sistem instrumentasi kendali -SIK, kerangka MBE serta komponen pendukung yaitu bejana
iradiasi lateks.
Salah satu komponen dari MBE adalah sistem pemercepat berkas yang berupa Sumber
Tegangan Tinggi –STT dengan nilai 300 kV/20 mA. yang berfungsi mempercepat berkas
elektron berasal dari sumber elektron sehingga dihasilkan energi elektron relative tinggi
(Suhartono, 2014).
Sumber tegangan tinggi -STT Cockcroft-Walton terdiri atas dua bagian utama yaitu
sumber tegangan osilasi atau osilator daya dan sistem pelipat tegangan. Pada dasar teori ini
hanya menjelaskan mengenai sistem pelipat tegangan. Pada Gambar 2.1 diperlihatkan sebuah
skema dari osilator daya dan pelipat tegangan yang merupakan bagian utama dari generator
Cockcroft-Walton.
4
5
6
Gambar 2.2 Susunan dioda, kapasitor dan cincin korona pada kerangka pelipat tegangan tinggi (Dwiatmaja, 2014)
Proses Konversi daya yang terjadi dalam generator Cockcroft-Walton 300 kV/20 mA
dapat di berikan pada skema di gambar 2.3 berikut
Gambar 3.3 Diagram Proses Konversi Daya dalam Generator Cockcroft-Walton (Dwiatmaja, 2014)
7
Berdasarkan Gambar 2.3, dapat dijelaskan mengenai urutan skemanya sebagai berikut:
Pelipat tegangan PT, merubah daya RF dari trafo frekuensi tinggi TRF menjadi daya
DC bertegangan tinggi (daya CW ditentukan: 10 kW) dengan suatu efisiensi PT.
(perkiraan PT: 0,90 sehingga diperlukan daya trafo TRF: 10 kW/0,9 = 11,1 kW).
Trafo frekuensi tinggi , merubah daya AC frekuensi tinggi bertegangan rendah dari
osilator daya OsD menjadi bertegangan tinggi dengan suatu nilai efisiensi TRF.
(prakiraan TRF = 0,70 sehingga diperlukan daya osilator OsD = 11,1 kW/0,7 = 15,9 kW).
Osilator OsD, merubah daya DC menjadi daya AC frekuensi tinggi melalui tabung
trioda ITK 15-2 dengan suatu faktor efisiensi OS. (prakiraan OS = 0,70 sehingga
diperlukan daya keluaran SDA = 15,9 W/0,70 = 22,7 kW).
Proses pembangkitan tegangan yang terjadi dalam pelipat tegangan dijelaskan melalui
diagram dalam Gambar 2.4 sebagai berikut:
8
1. Jika dari titik d mengalir arus beban I, kapasitor C1, C2 dan C3 akan terlucuti, oleh
karena itu tiap kapasitor akan menerima pengisian sesuai kehilangan muatannya
yaitu sebesar ∆Q=It. Bila t dalam satu periode maka T=1/f, sehingga C1 akan
terjadi penurunan tegangan sebesar ∆V=I/fC.
Keterangan: C1 adalah kapasitas
I adalah arus yang mengalir selama waktu t
f adalah frekuensi masukan.
2. Pada saat kondisi baik, setiap kapasitor akan termuati sebesar kehilangan
muatannya sehingga untuk C1 akan mendapat pengisian muatan yang mengalir dari
C’1 melalui dioda d’d yaitu selama d’ atau a’ lebih positif terhadap d atau a, muatan
itu sebesar I/f. Pada setengah gelombang berikutnya C’1 akan mendapat pengisian
dari C2 melalui dioda cd’.
3. Pada setiap satu gelombang, kapasitor C2 akan kehilangan muatan sebesar 2I/f dan
sebaliknya akan menerima pengisian muatan yang sama dari C’2. Dengan cara
yang sama C’2 akan kehilangan muatan sebesar 2I/f, juga C3 dan C’3 terlucuti dan
termuati dengan 3I/f.
9
3. Untuk memeriksa kualitas peralatan sebelum terpasang, hal ini dilakukan untuk
menghindarkan kerugian bagi pemakai peralatan.
4. Untuk memeriksa kualitas peralatan setelah beroperasi dalam rangka mengurangi kerugian
semasa pemeliharaan.
Perlunya pengujian tegangan tinggi seperti diuraikan di atas menuntut adanya cabang
studi tegangan tinggi yang membahas khusus pengujian tegangan tinggi. Studi ini akan
mempelajari cara kerja dan karakteristik peralatan-peralatan uji tegangan tinggi dan prosedur
pengujian yang telah distandarisasi.
Berdasarkan Gambar 3.3, sistem pelipat tegangan yang diuji fungsi tersebut
mengkonversi AC menjadi DC bertegangan tinggi sehingga dapat disimpulkan bahwa uji
fungsi yang dilakukan dengan pengukuran tegangan tinggi yaitu pada tegangan DC.
10
Protective Device
Gamba.5 Rangkaian Voltmeter menggunakan resistansi seri dan mikroammeter (Suhartono, 2014)
Arus I yang mengalir melalui resistansi Rs diukur oleh moving coil mikroammeter,
maka tegangan sumber adalah:
𝑉 = 𝐼𝑅𝑠 (2.1)
Tabel 3.1 Uji Fungsi Pelipat Tegangan Tiap Tingkat Tanpa Beban pada Tanggal 01 Agustus 2016
11
12
Tabel 3.2 Uji Fungsi Pelipat Tegangan Tiap Tingkat Tanpa Beban dengan Vin = 21 Volt
Tabel 3.3 Uji Fungsi Pelipat Tegangan Tiap Tingkat Tanpa Beban pada Tanggal 02 Agustus 2016
Tabel 3.4 Uji Fungsi Pelipat Tegangan Tiap Tingkat Tanpa Beban Vin = 20 Volt
Pada Tabel 3.1 ditunjukkan nilai Vout akhir yaitu 60 kV (dari kontrol panel) dengan Vout pada
tingkat sistem pelipat tegangan semakin besar ketika mendekati tingkat 13 yang sebanding dengan
Vout akhir yang ditunjukkan pada kontrol panel.
Perbandingan antara pengukuran secara teori dengan pengukuran analog, diperlihatkan pada Tabel
3.5 berikut ini:
Tabel 3.5 Perbandingan Nilai Vout antara Pengukuran secara Teori dan Pengukuran Analog dengan Vout =
60 kV
A B Faktor Kesalahan
Tingkat
Vout Teori (kV) Vout Analog (kV) α = B-A
1 4,6 5 0,4
2 9,2 10 0,8
3 13,8 14,9 1,1
4 18,4 19,9 1,5
5 23 24 1
6 27,6 28,5 0,9
7 32,2 33,5 1,3
8 36,8 38 1,2
9 41,4 43 1,6
10 46 48 2
11 50,6 >50 -
12 55,2 >50 -
13 59,8 >50 -
Dari Tabel 3.5 dapat dilihat bahwa pengukuran secara teori dan pengukuran secara analog terdapat
perbedaan. Hal ini disebabkan karena pengukuran secara analog kelemahannya terletak pada
ketelitian pembacaan skala. Hambatan yang digunakan pada probe tegangan
14
tinggi dengan mikroammeter (pengukuran analog) bernilai 480 MΩ berjumlah 2 buah yang
disusun seri, maka:
(480 𝑀𝛺 𝑥 2) + 5 % = 960,05 𝑀𝛺 atau 1000 MΩ, sehingga:
𝑉 = 𝐼𝑅
𝑉 = (50 𝜇𝐴)(1000 𝑀𝛺)
𝑉 = 50 𝑘𝑉
karena itu, pada pengukuran analog tingkat 11 sampai 13 tidak dapat terukur dengan nilai yang
pasti karena panel/penampil pengukur analog yang berupa microammeter hanya memiliki skala
50 μA sehingga pengukuran diatas 50 kV tidak dapat terukur dengan pasti.
Pada Tabel 3.2 menunjukkan nilai Vout akhir yang didapatkan yaitu 50 kV dengan Vout setiap
tingkat pada sistem pelipat tegangan semakin bertambah hingga tingkat 13 menunjukkan nilai
yang sebanding dengan nilai Vout akhir pada kontrol panel.
Perbandingan antara pengukuran secara teori dengan pengukuran analog, diperlihatkan pada Tabel
3.6 berikut ini:
Tabel 3 6 Perbandingan Nilai Vout antara Pengukuran secara Teori dan Pengukuran Analog dengan Vout =
50 kV
A B Faktor Kesalahan
Tingkat
Vout Teori (kV) Vout Analog (kV) α = B-A
1 3,8 4 0,2
2 7,6 8,6 1
3 11,4 12,2 0,8
4 15,2 16,2 1
5 19 21 2
6 22,8 24,9 2,1
7 26,6 28,9 2,3
8 30,4 33 2,6
9 34,2 36,5 2,3
10 38 40,9 2,9
11 41,8 45 3,2
12 45.6 48,3 2,7
13 49,4 >50 -
Dari Tabel 3 6 dapat dilihat bahwa pengukuran secara teori dan pengukuran secara analog nilainya
tidak sama dengan nilai selisih rata-ratanya adalah 1,925. Pada pengukuran
15
analog tingkat 13 tidak dapat terukur pasti karena rata-rata perbedaan nilai setiap tingkat pada
pengukur analog adalah 4. Jadi bila nilai pada tingkat 12 dijumlahkan dengan 4 maka hasilnya
akan diatas 50 kV. Salah satu keuntungan dari pengukuran menggunakan metode resistansi seri
dengan microammeter adalah kontruksinya yang sederhana dan respon pembacaan data yang
cepat. Penggunaan metode ini sangat dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu ketelitian dalam
pembacaan skala dan mudah terpengaruh lingkungan sekitar.
Pada Tabel 3.3 tegangan keluaran (Vout) akhir yang ditampilkan pada kontrol panel adalah 51 kV
dan Vout untuk setiap tingkat pada sistem pelipat tegangan.
Perbandingan antara pengukuran secara teori dengan pengukuran analog, diperlihatkan pada Tabel
5.7 berikut ini:
Tabel 3.7 Perbandingan Nilai Vout antara Pengukuran secara Teori dan Pengukuran Analog dengan Vout =
51 kV
A B Faktor Kesalahan
Tingkat
Vout Teori (kV) Vout Analog (kV) α = B-A
1 3,9 4 0,1
2 7,8 8 0,2
3 11,7 12 0,3
4 15,6 16 0,4
5 19,5 20 0,5
6 23,4 24 0,6
7 27,3 28 0,7
8 31,2 32 0,8
9 35,1 36 0,9
10 39 40 1
11 42,9 44 1,1
12 46,8 49 2,2
13 50,7 >50 -
Pada Tabel 3.7 menunjukkan perhitungan secara teori dan perhitungan analog memiliki selisih
yang tidak besar dengan selisih rata-rat sekitar 0,73 sehingga pengukuran berdasarkan analog
dapat digunakan untuk mengukur nilai setiap tingkat pada sistem pelipat tegangan. Pada
pengukuran analog tingkat 13 tidak didapat nilai Vout akhir 51 kV
16
karena microammeter tidak dapat mengukur >50 kV sehingga pada tingkat 13 tidak mempunyai
nilai yang pasti.
Pada Tabel 3 4, Vout akhir yaitu 47 kV. Perbandingan antara pengukuran secara teori dengan
pengukuran analog, diperlihatkan pada Tabel 3.8 berikut ini:
Tabel 3 .8 Perbandingan Nilai Vout antara Pengukuran secara Teori dan Pengukuran Analog dengan
Vout = 47 kV
A B Faktor Kesalahan
Tingkat
Vout Teori (kV) Vout Analog (kV) α = B-A
1 3,6 4 0,4
2 7,2 7,9 0,7
3 10,8 11,5 0,7
4 14,4 15 0,6
5 18 19,5 1,5
6 21,6 23 1,4
7 25,2 27 1,8
8 28,8 30,5 1,7
9 32,4 34,5 2,1
10 36 38 2
11 39,6 41,5 1,9
12 43,2 46 2,8
13 46,8 49 2,2
Pada Tabel 3.8, pengukuran secara teori pada tingkat 13 hampir mendekati nilai akhir Vout yang
ditunjukkan panel. Namun, berbeda saat dilakukan pengukuran secara langsung (pengukuran
analog) di lapangan, menghasilkan nilai dengan selisih 2,2 dengan pengukuran secara teori dan
rata-rata selisih setiap tingkat yaitu 1,523. Hal ini dapat disebabkan oleh kesalahan dalam
pembacaan skala microammeter dan keadaan lingkungan sekitar.
17
Tabel 3.9 Uji Fungsi Pelipat Tegangan Tiap Tingkat dengan Beban pada Tanggal 04 Agustus 2016
Tabel 3.10 Uji Fungsi Pelipat Tegangan dengan Beban pada Tanggal 08 Agustus 2016
Vin
No. Vout (kV) ISTT (µA) Keterangan
(Volt)
1 5 4 135 R = 50 MΩ (Gambar 4.3)
2 10 15 350
3 15 27 606 Tanda Merah Menandakan terjadi
4 18 34 720 discharge
5 20 40 838
Tabel 3.11 Uji Fungsi Pelipat Tegangan dengan Beban pada Tanggal 18 Agustus 2016
18
Tabel 3.13 Uji Fungsi Pelipat Tegangan dengan Beban (R = 10 MΩ)
No. Vin (Volt) Vout (kV) ISTT (µA) Keterangan
1 10 7 940 R = 10 MΩ (Gambar 4.6)
2 14 12 1490
3 19 20 2290 (panas setelah dilakukan pengujian)
Tabel 3.15 Uji Fungsi Pelipat Tegangan dengan Beban pada Tanggal 19 Agustus 2016
Tabel 3.16 Uji Fungsi Pelipat Tegangan dengan Beban pada Tanggal 22 Agustus 2016
𝐼𝑆𝑇𝑇 = 1 𝑥 10−3 A
𝐼𝑆𝑇𝑇 = 1000 𝜇𝐴
21
𝑉𝑜𝑢𝑡 = 𝐼𝑆𝑇𝑇 R
𝑉𝑜𝑢𝑡
𝐼𝑆𝑇𝑇 =
𝑅
41 𝑥 103 𝑉
𝐼𝑆𝑇𝑇 =
20 𝑥 106 𝛺
𝐼𝑆𝑇𝑇 = 2,05 𝑥 10−3 A
𝐼𝑆𝑇𝑇 = 2050 𝜇𝐴
Pada pengujian ini, ISTT yang dihasilkan memiliki selisih 140 𝜇A dengan hukum Ohm.
BAB IV
PENUTUP
.
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan maka dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu:
1. Pada uji fungsi awal sistem pelipat tegangan tanpa beban, alat ukur probe yang berupa
resistan yang dihubungkan secara seri dengan mikroammeter tidak dapat mengukur V out
yang nilainya >50 kV karena mikroammeter range skalanya 0-50 µA.
2. Tehnik pengukuran tegangan tinggi pada pelipat tegangan Mesin Berkas Elektron (MBE)
tanpa beban Vout di pelipatan tingkat 13 masing masing 60 KV, 50 KV, 51 KV, alat
microammeter mengukur nilai >50 kV, dan pada Vout=47 kV alat micrometert nilainya
49 kV. Perbedaan nilai tersebut disebabkan oleh faktor ketelitian dalam pembacaan skala,
mudah terpengaruh lingkungan sekitar dan tidak dapat mengukur Vout yang nilainya >50
kV.
3. Tehnik pengukuran tegangan tinggi pada pelipat tegangan Mesin Berkas Elektron (MBE)
dalam kondisi berbeban melakukan uji fungsi dengan ditambahkan hambatan batang yang
nilainya bervariasi, yaitu disusun seri terdiri dari 𝑅𝑆1 =100 MΩ menghasilkan nilai ISTT 577
μA, 𝑅𝑆2 =50 MΩ menghasilkan nilai ISTT yaitu 838 μA, 𝑅𝑆3 =50 MΩ menghasilkan nilai
ISTT yaitu 1060 μA dan 𝑅𝑆4 =20 MΩ menghasilkan nilai ISTT yaitu 2190 μA. Disusun paralel
terdiri dari 𝑅𝑃1 =5 MΩ menghasilkan nilai ISTT yaitu 4780 μA, 𝑅𝑃2 =2,5 MΩ menghasilkan
nilai ISTT yaitu 6350 μA dan 𝑅𝑃3 =1 MΩ menghasilkan nilai ISTT yaitu 20300 μA. Disusun
campuran 𝑅𝐶1 =15 MΩ menghasilkan nilai ISTT yaitu 4110 μA dan 𝑅𝐶2 =15 MΩ
menghasilkan nilai ISTT yaitu 5180 μA. Disusun tunggal yaitu R=10 MΩ menghasilkan
nilai ISTT yaitu 2290 μA. Maka hubungan antara hambatan dengan arus adalah semakin
kecil nilai hambatan yang digunakan, makin besar nilai ISTT.
4.2 Saran
Uji fungsi pada sistem pelipat tegangan dilakukan dalam 2 kondisi yaitu tanpa
22
23 beban
dan berbeban. Dalam kondisi tanpa beban dilakukan pengukuran pada setiap tingkat sistem
pelipat tegangan. Sedangkan, pada kondisi berbeban pengukuran setiap tingkat hanya
dilakukan 1 kali pada R = 100 MΩ. Sebaiknya dilakukan pengukuran tingkat pelipat tegangan
pada setiap beban yang digunakan agar dapat diketahui nilai Vout pelipat tegangan setiap
tingkat, pengaruh beban terhadap Vout pelipat tegangan, kualitas dari pelipat tegangan sebelum
diinstal dan data uji fungsi pelipat tegangan lebih detail.
DAFTAR PUSTAKA
Dwiatmaja, A. dan Sukaryono., 2014, Sistem Pemercepat Mesin Berkas Elektron 300 keV/20 mA,
Dokumen Paket Teknologi Proses Pra-Vulkanisasi Lateks Karet Alam Menggunakan Mesin
Berkas Elektron, No. Dok: PTEK-SP.002.3/OT 00 01/STA 2, BFP, PSTA-BATAN,
Yogyakarta.
Frima Yogi, M., 2013, Pengukuran Tegangan Tinggi, Makalah, Departemen Teknik Elektro.
Universitas Jendral Ahmad Yani, Bandung.
Hishomudin, M., 2016, Pembuatan Perangkat Antar muka Komponen Catu Gas Sumber Ion
Siklotron, Laporan PKL, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga, Yogyakarta, 4-14
Suhartono., 2003, Petunjuk Praktikum Operasi STT Cockcroft-Walton, Modul Praktikum, BFP,
PSTA-BATAN, Yogyakarta.
Suhartono, dkk., 2014, Rancang Bangun Meter Volt DC Menggunakan Mikroammeter untuk
Jangkau Ukur 500 kV DC, Jurnal: Prosiding Seminar, ISSN 1410-8178, BFP, PSTA-BATAN,
Yogyakarta.