Anda di halaman 1dari 7

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Salah satu tolak ukur kemajuan suatu bangsa seringkali dilihat dari

harapan hidup penduduk suatu bangsa. Semakin meningkat Umur Harapan

Hidup (UHH) suatu bangsa di tandai dengan meningkatnya jumlah warga

lanjut usia (Rengganis, 2009).

WHO memperkirakan tahun 2025 jumlah lansia di seluruh dunia akan

mencapai 1,2 miliar orang yang akan terus bertambah hingga 2 miliar orang

di tahun 2050. Hasil sensus penduduk tahun 2010 menunjukkan bahwa

Indonesia termasuk 5 besar negara dengan jumlah penduduk lansia terbanyak

di dunia yaitu mencapai 18,1 juta orang pada tahun 2010. Sementara itu data

Susenas BPS 2012 menunjukkan lansia di Indonesia sebesar 7,56% dari total

penduduk Indonesia (Yosep, 2009). Fenomena ini jelas mendatangkan

sejumlah konsekuensi, antara lain timbulnya masalah fisik, mental, sosial,

serta kebutuhan pelayanan kesehatan yang lebih komprehensip dan terpadu.

Dampak perubahan epidemiologis, penyakit pada lanjut usia cenderung ke

arah penyakit mental sosial salah satunya adalah gangguan harga diri rendah

(Stanley (2006).

Harga diri adalah perasaan negatif terhadap diri sendiri,hilangnya

percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan (Stanley 2006).

Menurut klasifikasi Diagnostic and Statisyical Manual of Mental Disorder

1
2

Text Revision (DSM IV, TR 2000), harga diri rendah merupakan salah satu

jenis gangguan jiwa pada seseorang pada kategori gangguan kepribadian

(Videbeck, 2008).

Harga diri rendah adalah suatu masalah utama untuk kebanyakan

orang dan dapat diekspresikan dalam tingkat kecemasan yang tinggi.

Harga diri rendah kronik merupakan suatu keadaan yang maladaptif

dari konsep diri, dimana perasaan tentang diri atau evaluasi diri yang

negatif dan dipertahankan dalam waktu yang cukup lama. Termasuk

didalam harga diri rendah ini evaluasi diri yang negatif dan dihubungkan

dengan perasaan lemah, tidak tertolong, tidak ada harapan, ketakutan,

merasa sedih, sensitif, tidak sempurna, rasa bersalah dan tidak adekuat. Harga

diri rendah kronik merupakan suatu komponen utama dari depresi yang

ditunjukkan dengan perilaku sebagai hukum dan tidak mempunyai rasa

(Stuart dan Laraia, 2005).

Manusia dalam kehidupan sehari-hari selalu mempunyai masalah.

Setiap individu biasanya mempunyai cara sendiri untuk menyelesaikan

masalahnya, tapi jika ada sebagian manusia yang tidak dapat menyelesaikan

masalahnya sendiri akan dapat mengakibatkan gangguan jiwa. Ternyata

dampaknya mampu menimbulkan dampak sangat besar dan berpengaruh

terhadap jiwa seseorang yang tidak dapat mengantisipasi gejala yang timbul.

Hasil survey Organisasi Kesehatan (Videbeck, 2008).


3

Dunia (WHO) tahun 2000 menyatakan tingkat gangguan kesehatan

jiwa orang di Indonesia tinggi dan di atas rata - rata gangguan kesehatan

jiwa didunia. Hal Ini ditunjukkan dengan data yang dikeluarkan oleh

Departemen Kesehatan RI tahun 2000 : Rata-rata 40 dari 100.000 orang

di Indonesia melakukan bunuh diri, sementara rata-rata dunia menunjukkan

15,1 dari 100.000 orang.

Rata-rata orang bunuh diri di Indonesia adalah 136 orang per-hari atau

48.000 orang bunuh diri per tahun, satu dari empat orang di Indonesia

mengalami gangguan kesehatan jiwa, Penderita gangguan jiwa di Indonesia,

hanya 0,5 % saja yang dirawat di rs jiwa. Hal ini temasuk persepsi

individu akan sifat dan kemampuannya, interaksi dengan orang lain

dan lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan objek,

tujuan serta keinginannya. Biasanya harga diri sangat rentan terganggu

pada saat remaja dan usia lanjut. Dari hasil riset ditemukan bahwa

masalah kesehatan fisik mengakibatkan harga diri rendah. Harga diri tinggi

terkait denganan sietas yang rendah, efektif dalam kelompok dan

diterima oleh orang lain. Sedangkan harga diri rendah terkait dengan

hubungan interpersonal yang buruk dan resiko terjadi harga diri rendah dan

skizofrenia. Gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan

negatif terhadap diri sendiri termasuk hilangnya percaya diri dan harga

diri (Rifa, 2015).

Berdasarkan survei awal yang dilakukan peneliti di Panti Sosial

Tresna Werdha ”Puspakarma” Mataram pada bulan Desember 2015


4

prevalensi lansia yang mengalami gangguan konsep diri harga diri rendah

selama 3 bulan terakhir dari bulan Agustus hingga Juni September tahun

2015 adalah 9 orang dari 71 klien yang dirawat di Panti Sosial Tresna

Werdha ”Puspakarma” dengan sebaran kasus 7 wanita dan 2 pria.

Tingginya prevalensi dan mengingat dampak yang ditimbulkan oleh

harga diri rendah maka perlu adanya penanganan yang lebih konpehensip dari

petugas kesehatan, terutama dalam upaya perawatan dan penanganan melalui

upaya preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitative serta bagaimana

mencegah timbulnya komplikasi komplikasi yang dapat ditimbulkan. Peran

perawat diharapkan dapat mengurangi angka kesakitan sekaligus memberikan

keadaan sehat yang optimal pada penderita sehingga penulis tertarik untuk

mengangkat judul Asuhan Keperawatan Pada Pada Lansia dengan Diagnosa

Medis Harga Diri Rendah di Panti Sosial Tresna Werdha Mataram dalam

bentuk karya tulis ilmiah.

1.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada proposal Karya Tulis Ilmiah ini adalah

“Bagaimanakah Penerapan Asuhan Keperawatan Pada Klayan dengan

Masalah Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah di Panti Sosial

Tresna Werdha ”Puspakarma” Mataram”?.


5

1.3. Tujuan Penulisan

1.3.1. Tujuan umum

Tujuan umum dari penulisan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini

adalah penulis dapat melaksanakan asuhan keperawatan pada klayan

dengan diagnosa medis harga diri rendah menggunakan pendekatan

proses keperawatan.

1.3.2. Tujuan khusus

Adapun tujuan khusus penulisan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini

yaitu penulis mampu :

a. Menjelaskan konsep dasar usia lanjut meliputi pengertian, batasan

lansia, teori penuaan dan perubahan fisiologi lansia.

b. Menjelaskan konsep dasar harga diri rendah yang terdiri terdiri dari

pengertian, penyebab, patofisiologi, tanda dan gejala, pemeriksaan

penunjang, penatalaksanaan, komplikasi, dan prognosis.

c. Melakukan pengkajian pada klayan dengan masalah gangguan

konsep diri : harga diri rendah

d. Merumuskan diagnosa keperawatan pada klayan dengan masalah

gangguan konsep diri : harga diri rendah

e. Menyusun rencana tindakan keperawatan pada klayan dengan

masalah gangguan konsep diri : harga diri rendah

f. Melakukan tindakan keperawatan pada klayan dengan masalah

gangguan konsep diri : harga diri rendah

g. Melakukan evaluasi pada klayan dengan masalah gangguan konsep


6

diri : harga diri rendah

h. Mendokumentasikan asuhan keperawatan pada klayan dengan

masalah gangguan konsep diri : harga diri rendah.

1.4. Manfaat Penulisan.

Bagian ini mengemukakan tentang manfaat penelitian yaitu :

1.4.1 Manfaat Teoritis

a. Bagi Mahasiswa

Penulis mampu meningkatkan pengetahuan, dan pemahaman

mahasiswa dalam penerapan asuhan keperawatan khususnya pada

lansia dengan masalah gangguan konsep diri : harga diri rendah

b. Bagi Institusi Pendidikan

Penulis berharap Proposal Karya Tulis Ilmiah ini dapat

dijadikan sebagai kajian pustaka dan pengembangan ilmu

keperawatan khususnya bidang keperawatan grontik.

1.4.2 Manfaat Praktis

a. Bagi Lahan Praktik dan Masyarakat

Penulis berharap Proposal Karya Tulis Ilmiah ini dijadikan sebagai

bahan masukan dalam penerapan asuhan keperawaatan khususnya

pada klien dengan masalah gangguan konsep diri : harga diri rendah

b. Manfaat Bagi Pasien

Meningkatkan pengetahuan klien dalam penanganan dan

penanggulangan masalah harga diri rendah


7

1.4. Waku dan Tempat

1.4.1. Waktu

Direncanakan pada bulan Juni 2016

1.4.2. Tempat

Panti Sosial Tresna Werdha “Puspakarma” Mataram.

1.5. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan Proposal Karya Tulis Ilmiah terdiri dari lima

tahap, yaitu :

Bab I, pendahuluan berisi tentang latar belakang, rumusan

masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, dan sistematika penulisan.

Bab II, tinjauan teori yang meliputi konsep dasar lanjut usia yang

terdiri dari pengertian, batasan lansia, teori proses penuaan, perubahan

fisiologi pada lanjut usia, konsep penyakit harga diri rendah yang terdiri

dari definisi, etiologi, anatomi dan fisiologi, klasifikasi, patofisiologi,

tanda dan gejala, penatalaksanaan, dan konsep asuhan keperawatan harga

diri rendah yang terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan,

perencanaan, implementasi, dan evaluasi.

Anda mungkin juga menyukai