Anda di halaman 1dari 6

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pemeriksaan Hematologi merupakan salah satu pemeriksaan yang

digunakan sebagai penunjang diagnosa yang berkaitan dengan terapi dan

prognosis. Tes hematokrit merupakan salah satu bentuk pemeriksaan dibidang

hematologi (Kiswari R, 2014).

Hematokrit adalah pemeriksaan khusus yang dilakukan di laboratorium.

Nilai hematokrit dapat digunakan sebagai tes skrining sederhana untuk

anemia,referensi kalibrasi untuk metode otomatis hitug sel darah, dan sebagai

pembimbing keakuratan pengukuran hemoglobin (Santosa B dan Waenah, 2005).

Hematokrit merupakan seluruh presentasi volume erirtrosit yang ada di

dalam darah yang diperoleh dari volume eritrosit yang dipisahkan dari plasma

dengan cara memutarnya di dalam tabung khusus dalam waktu dan kecepatan

tertentu yang nilainya dinyatakan dalam persen (%), nilai untuk pria 40-48 vol/%

dan untuk wanita 37-43 vol/%.

Hematokrit dapat dilakukan secara langsung menggunakan metode

makrohematokrit dan mikrohematokrit (Kiswari R, 2014). Sel-sel darah dengan

cara ini akan terpisah menjadi lapisan eritrosit atau sel darah merah yang

merupakan lapisan yang tebal dapat mencapai hampir separuh volume darah.

Selain itu, ada pula lapisan yang tipis dan putih di atas lapisan eritrosit (buffy

coat), yang terdiri atas sel-sel leukosit dan sejumlah trombosit atau keping-keping

darah (platelet) (Sadikin M, 2014). Volume darah secara keseluruhan kira-kira

http://repository.unimus.ac.id
2

merupakan 1/12 berat badan atau kira-kira 5 liter. Sekitar 55 persennya adalah

cairan, sedangkan 45 persen sisanya terdiri atas sel darah. Angka ini dapat

diperoleh dangan mengetahui nilai hematokrit atau volume sel darah yang

dipadatkan berkisar antara 40-47 (Pearce, EC, 2006).

Tinggi dari kolom eritrosit,buffy coat dan kolom plasma harus

diperhatikan dikarenakan plasma yang berwarna merah muda maupun merah

menunjukan peningkatan hemoglobinemia akibat spesimen mengalami hemolisis.

Hemolisis dapat disebabkan banyak faktor diantaranya penambahan antikoagulan

yang kurang benar dan juga proses homogenisasi antara darah antikoagulan.

Antikoagulan asam heparin dan etilen diamin tetra asetat (EDTA) adalah

antikoagulan yang memuaskan untuk tujuan tes ini (Kiswari R, 2014). EDTA

adalah Salah satu antikoagulan yang sering digunakan dalam pemeriksaan

hematologi khususnya hematokrit karena harga antikoagulan lain seperti heparin

lebih mahal sehingga antikoagulan heparin jarang digunakan dalam pemeriksaan.

Aktifitas zat EDTA pada dasarnya dengan mengikat atau mengendapkan

ion kalsium (Ca) sehingga pembekuan tidak terjadi, dimana ion kalsium

merupakan salah satu faktor IV dalam faktor koagulasi (Kiswari R, 2014).

Antikoagulan EDTA dapat digunakan dalam dua bentuk yaitu berupa larutan atau

cair dan berupa zat kering atau zat padat. EDTA kering atau kristal lebih

direkomendasikan karena EDTA cair dapat menyebabkan nilai hemoglobin

rendah,hitung eritrosit, leukosit,dan trombosit rendah, begitu pula dengan

hematokrit. Pemakaian antikoagulan EDTA yaitu 1-1,5 mg /1 ml darah untuk

EDTA kering dan l0 ul /1 ml darah untuk EDTA cair (Kiswari R, 2014). Namun

http://repository.unimus.ac.id
3

di dalam pemeriksaan, tenaga kesehatan laboratorium biasa menggunakan EDTA

konsentrasi 5% dengan tujuan untuk meminimalisir penggunaan bahan reagen,

EDTA cair yang sering digunakan bidang hematologi khususnya yaitu 1 tetes

EDTA/lml darah, dalam pemipetan I tetes EDTA berarti mengandung 50 ul

(berdasarkan ukuran pipet Pasteur). Penambahan antikoagulan EDTA volume 50

ul menyebabkan gangguan pada tekanan osmotik darah yang disebabkan natrium

pada antikoagulan EDTA,akibatnya darah akan lebih encer karena cairan eritrosit

keluar menyababkan plasma meningkat, eritrosit akan mengkerut (krenasi)

sehingga menyebabkan menurunnya nilai hematokrit (Santosa B dan waenah,

2005).

Sebagaimana hasil penelitian Santosa B dan Waenah (2005) yaitu ada

perbedaan yang signifikan antara volume EDTA 10 ul dan EDTA 50 ul

konsentrasi 10% pada hasil pemeriksaan hematokrit, tetapi belum diketahui

bagaimana dengan konsentrasi yang lain. Berdasarkan uraian yang telah penulis

sampaikan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang

perbedaan variasi konsentrasi dan volume antikoagulan EDTA terhadap hasil

hematokrit metode mikro.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dalam penelitian

ini dapat dirumuskan sebagai berikut : “Apakah ada pengaruh hasil pemeriksaan

hematokrit berdasarkan variasi konsentrasi dan volume antikoagulan EDTA

metode mikro ?

http://repository.unimus.ac.id
4

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya

pengaruh nilai hematokrit berdasarkan variasi dari konsentrasi dan volume

antikoagulan EDTA metode mikro.

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Mengukur nilai hematokrit berdasarkan konsentrasi antikoagulan EDTA 5%

dan volume 10 ul metode mikro.

b. Mengukur nilai hematokrit berdasarkan konsentrasi antikoagulan EDTA 5%

dan volume 20 ul metode mikro.

c. Mengukur nilai hematokrit berdasarkan konsentrasi antikoagulan EDTA 5%

dan volume 50 ul metode mikro.

d. Mengukur nilai hematokrit berdasarkan konsentrasi antikoagulan EDTA 10%

dan volume 10 ul metode mikro.

e. Mengukur nilai hematokrit berdasarkan konsentrasi antikoagulan EDTA 10%

dan volume 20 ul metode mikro.

f. Mengukur nilai hematokrit berdasarkan konsentrasi antikoagulan EDTA 10%

dan volume 50 ul metode mikro.

g. Menganalisis pengaruh variasi konsentrasi dan volume antikoagulan EDTA

terhadap hasil hematokrit metode mikro.

http://repository.unimus.ac.id
5

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Bagi teknisi laboratorium

Sebagai bahan acuan bagi teknisi laboratorium untuk melakukan tahapan

pra analitik yang benar khususnya dalam penggunaan reagen untuk pemeriksaan

hematokrit sehingga memberikan hasil yang akurat dan tepat.

1.4.2. Bagi instansi terkait

Agar dapat melakukan revisi protap yang sudah ada apabila ditemukan

hasil yang berbeda dengan asumsi yang ada selama ini sehingga mutu pelayanan

laboratorium akan selalu terjaga dan kepercayaan pemakai jasa meningkat.

1.5. Orisinalitas Penelitian

Tabel 1. Orisinalitas Penelitian

No Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian


1. Mulyadi. Perbedaan jumlah sel Hasil: Variasi konsentrasi dan volume
Universitas berdasarkan variasi antikoagulan Na2EDTA terhadap
Muhammadiyah konsentrasi dan volume pemeriksaan jumlah sel darah
Semarang, 2013 antikoagulan Na2EDTA menunjukan perbedaan yang
metode impedansi signifikan baik secara laboratorik
elektrik. maupun statistic
2. Santosa B dan Perbedaan hasil Hasil: Ada perbedaan yang signifikan
Waenah, 2005 pengukuran hematokrit antara volume EDTA 10 ul dan EDTA
metode mikro pada 50 ul konsentrasi 10% pada hasil
darah yang pemeriksaan hematokrit khususnya
menggunakan pada penggunaan antikoagulan volume
antikoagulan EDTA 10 50 ul.
ul dan 50 ul pada
konsentrasi 10 %
Berdasarkan data orisinalitas penelitian di atas, maka perbedaan penelitian

yang akan di lakukan dengan penelitian yang telah di laksanakan oleh Santosa dan

Waenah (2005) Mulyadi (2013) adalah Peneliti terdahulu menggunakan

perbedaan konsentrasi dan volume untuk mengukur jenis sel sel darah dengan

metode automatik, dan peneliti lain hanya menngunakan satu konsentrasi yaitu

10% pada penelitian yang lain, sementara penelitian yang akan dilakukan yaitu

http://repository.unimus.ac.id
6

melihat perbedaan variasi konsentrasi dan volume antikoagulan EDTA terhadap

nilai hematokrit dengan menggunakan metode mikro.

http://repository.unimus.ac.id

Anda mungkin juga menyukai