Anda di halaman 1dari 61

1

LAPORAN PENDAHULUAN

DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. H DENGAN DIAGNOSIS


MEDIS EFUSI PLEURA DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN
OKSIGENESI

DI RUANG GARDENIA RSUD DORIS SYLVANUS

PALANGKA RAYA TAHUN 2020/2021

OLEH :

DERIYANTI

NIM : 2019. A. 10.0798

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

PRODI DIII KEBIDANAN

TAHUN 2020/2021
2

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala atas
berkat dan rahmatnya yang telah diberikan kepada saya sehingga dapat
menyelesaikan Laporan Pendahuluan ini dalam rangka memenuhi persyaratan
untuk melanjutkan PKK selanjutnya dengan judul “Asuhan Keperawatan Pasien
Dengan Efusi Pleura”.

Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis banyak mengalami


kesulitan dan hambatan, akan tetapi semuanya bisa dilalui berkat bantuan dari
berbagai pihak. Dalam penyusunan Laporan Pendahuluan ini penulis telah
mendapatkan bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak baik materil
maupun moril.

Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada yang terhormat :

1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M. Kes Selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Desi Kumala,SST.,M.Kes Selaku Ketua Prodi DIII Kebidanan Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Nita Kusuma Lindarsih, SST Selaku pembimbing yang telah bersedia
meluangkan waktu untuk memberi bimbingan dan memberikan motivasi
peneliti dalam penyusunan Laporan Pendahuluan ini sampai selesai
4. Ibu Ocvilien C, S. Kep., Ners Selaku pembimbing lahan yang telah memberi
saran dan bimbingannya dalam menyelesaikan Laporan Pendahuluan ini.
5. Seluruh staf pengajar jurusan DIII Kebidanan sekolah tinggi ilmu kesehatan
eka harap palangka raya yang telah memberikan bimbingan dan ilmu
pengetahuan selamaini.
6. Kepada kedua orang tua dan saudara-saudara saya yang selama ini telah
banyak memberikan dukungan baik secara materi, doa, nasehat, dan
senantiasa memotivasisayai dalam menyelesaikan proposal ini.
7. Kepada seluruh teman-teman jurusan DIII Kebidanan angkatan X dan semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan Laporan Pendahuluan.
3

DAFTAR ISI
Halaman

BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................


1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................. 5
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 7
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................. 8
1.4 Manfaat Penulisan ........................................................................... 8
BAB II KONSEP DASAR ........................................................................
2.1 Konsep KDM ................................................................................. 10
2.1.1 Konsep Dasar Manusia ........................................................ 10
2.1.2 konsep dasar oksigenasi ....................................................... 11
2.2 Konsep efusi pleura ........................................................................ 13
2.3 Konsep dasar keperawatan .......................................................... 18
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ....................................................
3.1 pengkajian ..................................................................................... 27
3.2 Analisa data..................................................................................... 41
3.3 diagnosa .......................................................................................... 44
3.4 rencana keperawatan ..................................................................... 45
3.5 catatan perkembangan .................................................................. 51
BAB IV PEMBAHASAN..........................................................................
4.1 Pengkajian ...................................................................................... 54
4.2 Diagnosa ......................................................................................... 55
4.2 evaluasi keperawatan ..................................................................... 55
BAB V PENUTUP ..................................................................................... 48
6.1 Kesimpulan ..................................................................................... 57
6.2 Saran ................................................................................................ 58

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 59


4

BAB I

PENDAHULUAN

DERIYANTI

NIM : 2019. A. 10.0798


5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling utama, manusia
mempunyai beberapa kebutuhan dasar yang harus terpenuhi jika ingin dalam
keadaan sehat dan seimbang. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur unsur
yang dibutuhkan oleh manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis
maupun psikologis yang bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan
kesehatan. Salah satu keseimbangan fisiologis yang perlu dipertahankan, yaitu
saluran pernafasan yang berfungsi menghantarkan udara (oksigen) dari atmosfer
yang kita hirup dari hidung dan berakhir prosesnya di paru-paru untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme tubuh (Rosmalawati & Kasiati, 2016).
Gangguan sistem pernapasan merupakan penyebab utama banyaknya ukuran
dan jumlah individu yang terkena penyakit di bagian organ pernapasan. Salah satu
penyakit gangguan sistem pernapasan pada manusia yaitu efusi pleura.Efusi
pleura adalah cairan yang berlebih di dalam membran berlapis ganda yang
mengelilingi paru-paru (Irianto, 2014).
Efusi pleura merupakan kondisi medis yang dilatarbelakangi oleh berbagai
Penyebab. Data WHO menunjukkan bahwa Efusi pleura disebabkan oleh berbagai
kelainan kardiopulmonal seperti gagal Jantung kongestif, gangguan hati, hingga
keganasan di paru-paru (Mc Gart & Anderson, 2011).
Prevalensi efusi pleura di dunia diperkirakan sebanyak 320 kasus per 100.000
penduduk di negara-negara industri dengan penyebarannya tergantung dari
etiologi penyakit yang mendasarinya. Angka kejadian efusi pleura di Amerika
Serikat ditemukan sekitar 1,5 juta kasus per tahunnya dengan penyebab tersering
gagal jantung kongestif, pneumonia bakteri, penyakit keganasan, dan emboli paru
(Rubins, 2013). Hasil penelitian di salah satu rumah sakit di India pada tahun
2013-2014 didapatkan prevalensi efusi pleura sebanyak 80 kasus dengan
penyebab terbanyak tuberkulosis paru (Jamaluddin, 2015). Sedangkan prevalensi
efusi pleura di Indonesia mencapai 2,7% dari penyakit infeksi saluran napas
lainnya dan Kelompok umur terbanyak terkena efusi pleura antara 40-59 tahun,
umur termuda 17 tahun dan umur tertua 80 tahun (Depkes RI, 2006).
6

Penyebab efusi pleura yang disebabkan infeksi yaitu tuberkulosis,


pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik. Sedangkan untuk
non infeksi disebabkan oleh karsinoma paru, karsinoma pleura, karsinoma
mediastinum, tumor ovarium, bendungan jantung, gagal jantung,perikarditis
konstriktiva, gagal hati, gagal ginjal, hipotiroidisme, kilotoraks,emboli paru
(Morton dkk, 2012).
Pasien-pasien dengan efusi pleura menunjukkan gejala klinis yang beragam
mulai dari efusi pleura tanpa gejala hingga efusi pleura masif yang menunjukkan
berbagai gejala serius yang mengganggu pernapasan. Pada kasus efusi pleura
tanpa gejala, biasanya efusi pleura terlihat dari gambaran X-Ray thorak (Wedro,
2014).
Karakteristik tanda dan gejala dari efusi pleura yang sering terjadi seperti
sesak nafas, batuk kering, dan nyeri dada pleuritik. Pada pemeriksaan fisik dapat
ditemukan bunyi redup saat dilakukan perkusi, berkurangnya taktil vokal fremitus
saat dilakukan palpasi, dan penurunan bunyi napas pada auskultasi paru
(Karkhanis, 2012).
Masalah keperawatan yang umum terjadi pada pasien dengan efusi pleura
salah satunya adalah pola napas tidak efektif dan gangguan pertukaran gas
(NANDA, 2012). Pola napas tidak efektif diakibatkan oleh terganggunya ekspansi
paru akibat akumulasi cairan di pleura sehingga akan menimbulkan manifestasi
klinis seperti peningkatan frekuensi napas, kesulitan bernapas (dipsnea),
penggunaan otot-otot bantu pernapasan, dan pada kasus-kasus berat muncul gejala
hipoksia seperti sianosis. Sementara itu, efusi pleura juga berakibat pada
terganggunya pertukaran gas yang bermanifestasi klinis pada perubahan nilai gas
darah arteri (Wilkinson & Ahern, 2005).
Oleh karena itu, peran perawat dan tenaga kesehatan sangatlah diperlukan
terutama dalam bentuk promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative, untuk
mencegah terjadinya komplikasi lebih lanjut seperti pneumonia, peneumothoraks,
gagal nafas dan kolaps paru sampai dengan kematian. Peran perawat secara
promotife misalnya memberikan penjelesan dan informasi penyakit Efusi pleura,
preventifenya mengurangi merokok dan minum minuman beralkohol, kurative
misalnya dilakukan pengobatan ke rumah sakit dan melakukan pemasangan WSD,
7

rehabilitative misalnya melakukan pengecekan kembali kondisi klien ke rumah


sakit atau tenaga kesehatan (Muttaqin, 2008).
Penanganan efusi pleura berfokus pada pemenuhan kebutuhan oksigenasi
yang maksimum.Oksigenasi yang maksimum difokuskan untuk mencapai
pertukaran gas yang adekuat, ventilasi yang adekuat, dan perfusi jaringan yang
adekuat (Dugdale, 2014). Evakuasi cairan dilakukan untuk menjamin ventilasi
dan pertukaran gas yang adekuat. Evakuasi cairain dilakukan melalui tindakan
medis seperti thoracentesis dan pemasangan chest tube (Rubins, 2013). Tindakan
keperawatan juga berperan penting untuk menjamin ventilasi dan perfusi yang
adekuat. Beberapa tindakan keperawatan utama untuk mengatasi masalah
pernapasan pada pasien efusi pleura adalah pengkajian berupa monitor status
pernapasan meliputi frekuensi pernapasan, auskultasi suara paru, monitor status
mental, dispnea, sianosis, dan saturasi oksigen (Wilkinson & Ahern, 2005). Selain
itu, tindakan keperawatan yang penting adalah “Positioning” yang bertujuan untuk
meningkatkan ekspansi paru sehingga mengurangi sesak (Dean, 2014).
Berdasarkan data yang diperoleh dari studi pendahuluan Dari catatan medical
di ruang Gardenia di RSUD DORIS SYLVANUS Palangka Raya Kalimantan
Tengah tahun 2021 hingga sekarang ini kasus efusi pleura yang dirawat di
Gardenia di RSUD DORIS SYLVANUS Palangka Raya Kalimantan Tengah
sebanyak 41 kasus. Sehingga dalam hal ini penulis tertarik untuk mengambil judul
“Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Efusi Pleura Di Gardenia di RSUD
DORIS SYLVANUS Palangka Raya Kalimantan Tengah” secara komperhensif
guna memperoleh gambaran secara nyata.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah diatas, maka rumusan
masalah pada penelitian ini adalah bagaimana Asuhan Keperawatan pada pasien
dengan Efusi Pleura di RSUD DORIS SYLVANUS Palangka Raya Kalimantan
Tengah tahun 2021?.
8

1.3 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan penulisan karya tulis ini adalah :

1.3.1 Tujuan Umum


Tujuan umum penelitian ini adalah memberikan gambaran pelaksanaan
asuhan keperawatan pada pasien dengan Efusi Pleura di RSUD Kanudjoso
Djatiwibowo Balikpapan Kalimantan Timur tahun 2020
1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus pada Laporan Pendahuluan ini adalah:

1.3.2.1. Mengkaji pasien dengan Efusi Pleura di RSUD Doris Sylvanus Palangka
Raya Kalimantan Tengah tahun 2021
1.3.2.2. Menegakkan diagnosa keperawatan pada pasien dengan Efusi Pleura di
RSUD Doris Sylvanus Palangka Raya Kalimantan Tengah tahun 2021.
1.3.2.3. Menyusun perencanaan keperawatan pada pasien dengan Efusi Pleura di
RSUD Doris Sylvanus Palangka Raya Kalimantan Tengah tahun 2021.
1.3.2.4. Melaksanakan intervensi keperawatan pada pasien dengan Efusi Pleura di
RSUD Doris Sylvanus Palangka Raya Kalimantan Tengah tahun 2021
1.3.2.5. Mengevaluasi asuhan keperawatan pada pasien dengan Efusi Pleura di
RSUD DORIS SYLVANUS Palangka Raya Kalimantan Tengah tahun
2021.
1.4 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan Laporan Pendahuluan ini adalah:

1.4.1 Bagi penulis

Hasil penelitian ini diharapkan penulis dapat memperoleh pengalaman


dalam memberikan asuhan keperawatan serta mengaplikasikan ilmu yang
diperoleh selama pendidikan khususnya pada pasien dengan Efusi Pleura.

1.4.2 Bagi perkembangan ilmu pengetahuan

Hasil penulis ini diharapkan agar selalu menambah dan memperdalam imu
pengetahuan dalam bidang keperawatan khususnya dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan pada pasien efusi pleura menggunakan litearur-literatur terbaru.
9

BAB II

KONSEP DASAR

DERIYANTI

NIM : 2019. A. 10.0798


10

BAB II

KONSEP DASAR

2.1 Konsep Kebutuhan Dasar Manusia


2.1.1 Kebutuhan Dasar Manusia
Manusia mengalami perkembangan yang dimulai dari proses tumbuh
kembang dalam rentang kehidupan (life span). Dalam melakukan aktifitas sehari-
hari, individu memulainya dengan bergantung pada orang lain dan belajar untuk
mandiri melalui sebuah proses yang disebut pendewasaan. Proses tersebut
dipengaruhi oleh pola asuh, lingkungan sekitar dan status kesehatan individu.
Dalam melakukan aktivitas sehari-hari, individu dapat dikelompokkan kedalam
tiga kategori, yaitu : 1) terhambat dalam melakukan aktivitas, 2) belum mampu
melakukan aktivitas dan 3) tidak dapat melakukan aktifitas. Virginia Henderson
membagi kebutuhan dasar manusia ke dalam 14 komponen berikut yaitu manusia
harus dapat bernafas secara normal, makan dan minum yang cukup, setiap hari
harus bisa buang air besar dan buang air kecil (eliminasi) dengan lancar, bisa
bergerak dan mempertahankan postur tubuh yang diinginkan, bisa tidur dan
istirahat dengan tenang, memilih pakaian yang tepat dan nyaman dipakai,
mempertahankan suhu tubuh dalam kisaran normal dengan menyesuaikan pakaian
yang dikenakan dan memodifikasikan lingkungan, menjaga kebersihan diri dan
penampilan, menghindari bahaya dari lingkungan dan menghindari
membahayakan orang lain, berkomunikasi dengan orang lain dalam
mengekspresikan emosi, kebutuhan, kekhawatiran dan opini, beribadah sesuai
dengan agama dan kepercayaan, bekerja sedemikian rupa sebagai modal untuk
membiayai kebutuhan hidup, bermain atau berpartisipasi dalam berbagai bentuk
rekreasi dan belajar, menemukan atau memuaskan rasa ingin tahu yang mengarah
pada perkembangan yang normal, kesehatan dan penggunaan fasilitas kesehatan
yang tersedia (Potter dan Perry dalam Rosmalawati dan Kasiati, 2016).
11

2.1.2 Konsep Dasar Oksigenasi


2.1.2.1 Definisi Oksigenasi
Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling mendasar
yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh, mempertahankan
hidup dan aktivitas sebagai organ dan sel tubuh (Andarmoyo, 2012). Fisiologi
respirasi adalah pertukaran gas - gas pernafasan terjadi antara lingkungan dan
darah, memindahkan dari atmosfer ke alveoli, dimana oksigen ditukar menjadi
karbon dioksida. Alveoli memindahkan oksigen dan karbon dioksida ke dan dari
darah mealuli membrane kapiler alveolar. Ada tiga langkah dan proses oksigenasi,
yaitu : ventilasi, difusi dam perfusi. Ventilasi adalah proses perpindahan gas - gas
ke dalam dan ke luar paru-paru. Ventilasi memerlukan kerjasama antara otot dan
elastisitas dari paru-paru serta toraks, begitu juga dengan persarafannya. Otot
inspirasi pernafasan utama adalah diafragma. Diafragma dipersarafi oleh nervus
frenikus, yang terletak di korda spinalis vertebra servikal ke empat. Pertukaran
gas respirasi (difusi) adalah suatu proses pertukaran gas - gas respirasi dalam
alveoli dan kapiler – kapiler jaringan tubuh. Difusi gas terjadi di membran kapiler
kapiler alveolar. Ketebalan membran dapat mempengaruhi kecepatan proses
difusi. Sedangkan Perfusi adalah kemampuan untuk memindahkan gas – gas
pernafasan dari satu area ke area lain. Transpor oksigen terdiri atas paru dan
sisitem kardiovaskuler. Peyampaian tergantung pada jumlah oksigen yang masuk
ke paru – paru (ventilasi), darah mengalir ke paru – paru dan ke jaringan (perfusi),
kecepatan difusi serta kapasitas kandugan oksigen. Agar pertukaran gas-gas
respirasi dapat terjadi, maka organ-organ, persarafan dan otot-otot pernafasan
harus baik dan diperlukan sistem pernafasan. Proses fisiologis lain yang
mempengaruhi oksigenasi meliputi kelainan yang dapat mempengaruhi kapasitas
kandungan oksigen darah, seperti : anemia, peningkatan kebutuhan metabolisme
tubuh seperti kehamilan atau oksigen terlarut dalam plasma, jumlah hemoglobin
dan kecenderungan hemoglobin untuk berikatan dengan oksigen. Hemoglobin
yang merupakan suatu pembawa oksigen dan karbon dioksida, mentrasporkan
lebih banyak oksigen ( sekitar 97 % ). Molekul hemoglobin berikatan dengan
oksigen membentuk oksihemoglobin. Bentuk oksihemoglobin bersifat sangat
12

reversible, sehingga oksigen dan hemoglobin dapat memisahkan diri, di mana


oksigen bebas kemudian masuk ke jaringan (Potter dan Perry, 2010).

2.1.2.2 Anatomi Sistem Pernafasan


1. Sistem pernafasan atas Sistem pernafasan atas terdiri dari :
a. Hidung : Udara yang masuk akan mengalami proses penyaringan,
humidifikasi dan penghangatan.
b. Faring merupakan saluran yang terbagi dua untuk udara dan makanan.
Faring terdiri atas nasofaring dan orofaring yang kaya akan jaringan
limfoid yang berfungsi menangkap dan menghancurkan kuman pathogen
yang masuk bersama dengan udara.
c. Laring : Laring merupakan struktur menyerupai tulang rawan yang bisa
disebut jakun. Selain berperan daam menghasilkan suara, laring juga
berfungsi mempertahakan kepatenan jalan napas dan melindungi jalan
napas bawah dari air dan makanan yang masuk.
2. Sistem pernapasan bawah Sistem pernapasan bawa terdiri dari :
a. Trakea : merupakan pipa membran yang disokong oleh cincin - cincin
kartilago yang menghubungkan laring dengan bronkus utama kanan dan
kiri. Didalam paru, bronkus utama terbagi menjadi bronkus-bronkus yang
lebih kecil dan berakhir dibronkiolus terminal. Keseluruhan jalan napas
tersebut membentuk pohon bronkus.
b. Paru – paru : Paru-paru ada dua buah, terletak disebelah kanan dan kiri.
Masing – masing paru terdiri atas beberapa lobus ( paru kanan tiga lobus
dan paru kiri dua lobus ) dan dipasok oleh satu bronkus. Jaringan paru
sendiri terdiri atas serangkaian jalan napas yang bercbang-cabang, yaitu
alveolus, pembuluh darah paru dan jaringan ikat elastis. Permukaan luar
paru dilapisi oleh kantung tertutup berdinding ganda yang disebut pleura.
Pleura parietal membatasi toraks dan permukaan diafragma, sedangkan
pleura viseral membatasi permukaan luar paru. Diantara kedua lapisan
tersebut terdapat cairan pleura yang berfungsi sebagai pelumas yang
berguna untuk mencegah friksi selama gerakan bernapas (Mubarak dan
Chayatin, 2007
13

2.2 Konsep Efusi pleura


2.2.1.1 Definisi Efusi pleura

Efusi pleura adalah penumpukan cairan di dalam ruang pleural, proses


penyakit primer jarang terjadi namun biasanya terjadi sekunder akibat penyakit
lain. Efusi dapat berupa cairan jernih, yang mungkin merupakan transudat,
eksudat, atau dapat berupa darah atau pus. (Baughman C Diane, 2000).

Efusi pleural adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak
diantara permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi
tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara
normal, ruang pleural mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15ml)
berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan pleural bergerak
tanpa adanya friksi (Smeltzer C Suzanne, 2002).

Efusi pleura adalah penumpukan cairan dalam rongga pleura yang


disebakan oleh banyak faktor seperti penyakit dan tekanan abnormal dalamparu-
paru.

2.2.2 Etiologi

Menurut jenis cairan yang terakumulasi efusi pleura dapat dibedakan menjadi :

2.2.2.1 Transudat ( filtrat plasma yang mengalir menembus dinding kapiler yang
utuh).Penyakit yang menyertai transudat :

2.2.2.2 Gagal jantung kiri.


1. Sindrom nefrotik.
2. Obstruksi vena kava superior
3. Asites pada serosis hati
4. Sindrom meig’s (asites dengan tumor ovarium).
5. Eksudat ( ekstravasasi cairan kedalam jaringan ). Cairan ini dapat terjadi
karena adanya :Infeksi
6. Neoplasma/tumor
7. Infark paru
14

2.2.3 Tanda dan Gejala


2.2.3.1 Adanya timbunan cairan mengakibatkan perasaan sakit karena pergesekan,
setelah cairan cukup banyak rasa sakit hilang. Bila cairan banyak,
penderita akan sesaknapas.
2.2.3.2 Adanya gejala-gejala penyakit penyebab seperti demam, menggigil, dan
nyeri dada pleuritis (pneumonia), panas tinggi (kokus), subfebril
(tuberkulosis), banyak keringat, batuk.
2.2.3.3 Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan berlainan,
karena cairan akan berpindah tempat. Bagian yang sakit akan kurang
bergerak dalam pernapasan, fremitus melemah (raba dan vocal), pada
perkusi didapati daerah pekak, dalam keadaan duduk permukaan cairan
membentuk garis melengkung (garis EllisDamoiseu).

Gejala yang paling sering ditemukan (tanpa menghiraukan jenis cairan yang
terkumpul ataupun penyebabnya) adalah sesak nafas dan nyeri dada (biasanya
bersifat tajam dan semakin memburuk jika penderita batuk atau bernafas
dalam). Kadang beberapa penderita tidak menunjukkan gejala sama sekali.

Gejala lainnya yang mungkin ditemukan:


1. Batuk
2. Pernafasan yang cepat
3. Demam
4. Cegukan

2.2.4 Komplikasi
2.2.4.1 Fibrotoraks
Efusi pleura yang berupa eksudat yang tidak ditangani dengan drainase
yang baik akan terjadi perlekatan fibrosa antara pleura parietalis dan viseralis.
Keadaan ini disebut dengan fibrotoraks. Jika fibrotoraks meluas dapat
menimbulkan hambatan mekanis yang berat pada jaringan-jaringan yang berada
dibawahnya. Pembedahan pengupasan (dekortikasi) perlu dilakukan untuk
memisahkan membran-membran pleura tersebut.
15

2.2.4.2 Attalektasis
Atalektasis adalah pengembahan paru yang tidak sempurna yang
disebabkan oleh penekanan akibat efusi pleura.
2.2.4.3 Fibrosis
Paru fibrosis paru merupakan keadaan patologis dimana terdapat jaringan
ikat paru dalam jumlah yang berlebihan. Fibrosis timbul akibat cara perbaikan
jaringan sebagai lanjutan suatu proses penyakit paru yang menimbulkan
peradangan. Pada efusi pleura, atalektasis yang berkepanjangan dapat
menyebabkan penggantian jaringan baru yang terserang dengan jaringan fibrosis.

2.2.5 Patofisiologi
Dalam keadaan normal hanya terdapat 10-20 ml cairan di dalam rongga
pleura.Jumlah cairan di rongga pleura tetap, karena adanya tekanan hidrostatis
pleura parietalis sebesar 9 cm H2O. Cairan ini dihasilkan oleh kapiler pleura
parietalis karena adanya tekanan hodrostatik, tekanan koloid dan daya tarik
elastis. Sebagian cairan ini diserap kembali oleh kapiler paru dan pleura viseralis,
sebagian kecil lainnya (10-20%) mengalir ke dalam pembuluh limfe sehingga
pasase cairan disini mencapai 1 liter per hari.
Terkumpulnya cairan di rongga pleura disebut efusi pleura, ini terjadi bila
keseimbangan antara produksi dan absorbsi terganggu misalnya pada hyperemia
akibat inflamasi, perubahan tekanan osmotic (hipoalbuminemia), peningkatan
tekanan vena (gagal jantung).
Atas dasar kejadiannya efusi dapat dibedakan atas transudat dan eksudat
pleura.Transudat misalnya terjadi pada gagal jantung karena bendungan vena
disertai peningkatan tekanan hidrostatik, dan sirosis hepatic karena tekanan
osmotic koloid yang menurun. Eksudat dapat disebabkan antara lain oleh
keganasan dan infeksi. Cairan keluar langsung dari kapiler sehingga kaya akan
protein dan berat jenisnya tinggi cairan ini juga mengandung banyak sel darah
putih. Sebaliknya transudate kadar proteinnya rendah sekali atau nihil sehingga
berat jenisnya rendah. (Guytondan Hall , 1997)
16

2.2.6 Pathway

Adanya kebocor an alveoli dengan rongga pleura


17

2.2.7 Pemeriksaan penunjang


2.2.7.1 Pemeriksaan radiologik (Rontgen dada),
pada permulaan di dapati menghilangnya sudut kostofrenik. Bila cairan
lebih 300 ml, akan tampak cairan dengan permukaan melengkung. Mungkin
terdapat pergeseran di mediatinum.
2.2.7.2 Ultrasonografi
1. Torakosentesis / fungsi pleura untuk mengetahui kejernihan, warna, sitologi,
berat jenis. fungsi pleura diantara linea aksilaris anterior dan posterior, pada
sela iga ke-8 terdapat cairan yang mungkin serosa (serotorak),berdarah
(hemotoraks), pus (piotoraks) atau kilus (kilotoraks). Bila cairan serosa
mungkin berupa transudat (hasil bendungan) atau eksudat (hasil radang).
2. Cairan pleural dianalisis dengan kultur bakteri, pewarnaan gram, basil tahan
asam (untuk TBC), hitung sel darah merah dan putih, pemeriksaan kimiawi
(glukosa,amylase, laktat dehidrogenase (LDH), protein), analisis sitologi untuk
sel-sel malignan, dan pH.
3. Biopsi pleura mungkin juga dilakukan

2.2.7.3 Pemeriksaan Laboratorium


Dalam pemeriksaan cairan pleura terdapat beberapa pemeriksaan antara lain :
Transudat Eksudat

Kadar protein dalam <3 >3


effusi 9/dl
Kadar protein dalam < 0,5 > 0,5
Effuse
Kadar protein dalam - > 200
Serum
Kadar LDH dalam effusi < 200 > 200
(1-U)
Kadar LDH dalam effusi < 0,6 > 0,6
Kadar LDH dalam serum
Berat jenis cairan effusi < 1,016 > 1,016
Rivalta Negatif Positif
18

2.2.8 Penatalaksanaan
Pada pemeriksaan fisik, dengan bantuan stetoskop akan terdengar adanya
penurunan suara pernafasan.

Untuk membantu memperkuat diagnosis, dilakukan pemeriksaan berikut:


2.2.8.1 Rontgen dada
Rontgen dada biasanya merupakan langkah pertama yang dilakukan
untukmendiagnosis efusi pleura, yang hasilnya menunjukkan adanya cairan.
1. CT scan dada
2. CT scan dengan jelas menggambarkan paru-paru dan cairan
dan bisa menunjukkan adanya pneumonia, abses paru atau tumor
3. USG dada USG bisa membantu menentukan lokasi dari pengumpulan cairan
yang jumlahnyasedikit, sehingga bisa dilakukan pengeluaran cairan.
4. Torakosentesis Penyebab dan jenis dari efusi pleura biasanya dapat diketahui
dengan melakukan pemeriksaan terhadap contoh cairan yang diperoleh
melalui torakosentesis (pengambilan cairan melalui sebuah jarum yang
dimasukkan diantara sela iga ke dalam rongga dada dibawah pengaruh
pembiusan lokal).
5. Biopsi Jika dengan torakosentesis tidak dapat ditentukan penyebabnya, maka
dilakukan biopsi, dimana contoh lapisan pleura sebelah luar diambil untuk
dianalisa. Pada sekitar 20% penderita, meskipun telah dilakukan pemeriksaan
menyeluruh,penyebab dari efusi pleura tetap tidak dapat ditentukan.
6. Bronkoskopi
Bronkoskopi kadang dilakukan untuk membantu menemukan sumber cairan
yangterkumpul.

2.3 Konsep Asuhan Keperawatan

Asuhan keperawatan pada Efusi Pleura menurut Irman Somantri (2009) yaitu :

2.3.1 Pengkajian
Sesuai dengan etiologi penyebabnya, efusi pleura dapat timbul pada seluruh
usia. Status ekonomi (tempat tinggal) sangat berperan terhadap timbulnya
penyakit ini terutama yang didahului oleh tuberculosis paru. Klien dengan
tuberculosis paru sering ditemukan didaerah padat penduduk dengan kondisi
19

sanitasi yang kurang.


Data-data yang dikumpulkan atau dikaji meliputi :
2.3.1.1 Identitas Pasien
Pada tahap ini perawat perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis
kelamin, alamat rumah, agama atau kepercayaan, suku bangsa, bahasa yang
dipakai, status pendidikan dan pekerjaan pasien.

2.3.1.2 Keluhan Utama


Keluhan utama merupakan faktor utama yang mendorong pasien mencari
pertolongan atau berobat ke rumah sakit. Biasanya pada pasien dengan efusi
pleura didapatkan keluhan berupa sesak nafas, rasa berat pada dada, nyeri
pleuritik akibat iritasi pleura yang bersifat tajam dan terlokasilir terutama pada
saat batuk dan bernafas serta batuk non produktif.
2.3.1.3 Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien dengan effusi pleura biasanya akan diawali dengan adanya tanda-
tanda seperti batuk, sesak nafas, nyeri pleuritik, rasa berat pada dada, berat badan
menurun dan sebagainya. Perlu juga ditanyakan mulai kapan keluhan itu muncul.
Apa tindakan yang telah dilakukan untuk menurunkan atau menghilangkan
keluhan-keluhannya tersebut.
2.3.1.4 Riwayat Penyakit Dahulu

Perlu ditanyakan apakah pasien pernah menderita penyakit seperti TBC


paru, pneumoni, gagal jantung, trauma, asites dan sebagainya. Hal ini diperlukan
untuk mengetahui kemungkinan adanya faktor predisposisi.

2.3.1.5 Riwayat Penyakit Keluarga

Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit-


penyakit sebagai penyebab efusi pleura seperti Ca paru, asma, TB paru dan lain
sebagainya.

2.3.1.6 Riwayat Psikososial

Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara


mengatasinya serta bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang dilakukan
terhadap dirinya.
20

2.3.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinis mengenai seseorang,
keluarha atau masyarakat akibat dari masalah kesehatan atau proses
kehidupan yang aktual dan potensial ( Aziz, 2009). Berikut ini adalah
diagnosa keperawatan yang muncul pada klien Efusi Pleura menurut (Arif
Muttaqim, 2008) :

2.3.2.1 Pola napas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi


paru (akumulasiudara/cairan).
2.3.2.2 Gangguan pola istirahat dan tidur berhubungan dengan adanya nyeri.
2.3.2.3 resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
makanan yang tidak adekuat
21

2.3.4 Rencana Tindakan Keperawatan


Rencana Tindakan Keperawatan adalah Rencana yang disusun oleh perawat untuk kepentingan tindakan keperawatan bagi perawat
yang menulis dan perawat lainnya ( menurut Carpento, 2000).

No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional


1. Pola napas tidak efektif Tupan : Pola napas 1. identifikasi etiologi atau faktor 1. Pemahaman penyebab
berhubungan dengan efektif. pencetus. kolaps perlu untuk
2. Evaluasi fungsi pernapasan (napas
penurunanekspansi paru Tupen : setelah dilakukan pemasangan selang dada
cepat, sianosis, perubahan tanda
(akumulasi udara/cairan) intervensi keperawatan vital) yangtepat dan memilih
selama 3x24 jam pasien 3. Auskultasi bunyinapas. tindakanterpeutik yang
4. Kaji pasien adanya nyeri tekan bila
bisa bernapas dengan lain.
batuk, nafas dalam
normaldengan kriteriahasil: 5. Pertahankan posisi nyaman 2. Disteres pernafasan dan
Menunjukkan pola napas biasanya peninggian kepala tempat perubahan pada tanda-
tidur
normal/efektif dengan tanda vitaldapat terjadi
6. Bila selang dadadipasang :
GDA normal, - periksa pengontrol karena stress foisiologis
Bebas sianosisdan tanda penghisap, batas cairan. dan nyeri qatau dapat
- Observasi gelembung udara menunjukan terjadinya
gejala hipoksia
botol penampung. syok sehubungan dengan
- Klem selang pada bagian
22

bawah unit drainase bila hipoksia/perdarahan


terjadi kebocoran. 3. Bunyi nafas dapat
- Awasi pasang surutnya air menurun atau tak ada pada
penampung. lobus, segmen paru atau
- Catat karakter/jumla h drainase seluruh area paru (
selang dada. unilateral). Area
7. Kolaborasi untuk pemberian atelektasis tak ada bunyi
oksigen melalui kanul/masker nafas, dan sebagian area
kolaps menurun bunyinya
4. Sokongan terhadap dada
dan otot abnormal
membuat batukefektif/
mengurangi trauma.
5. menurunkan resiko
obstruksidrainase/
terlepasnya
6. menurunkan resiko
obstruksidrainase/
terlepasnya selang
23

7. Mempertahankantekanan
negative intrapleural
sesuai yang diberikan ,
yang meningkatkan
ekspansi optimum dan
drainase cairan dan
melakukan Intervensi
2. Gangguan pola istirahat dan Tupan : Pola tidur 1. Kaji masalah gangguan tidur 1. Memberikan infrmasi
tidurberhubungan dengan terpenuhi pasien, karakteristik, dan dasar dalam
adanya nyeri. penyebab kurangtidur. menentukan rencana
Tupen : Setelah dilakukan 2. Lakukan mandi hangat sebelum perawatan.
intervensi keperawatan tidur 2. Meningkatkan tidur
selama 3x24 jam pola 3. Lakukan masase pada daerah 3. Mengurangi gangguan
tidur terpenuhi dengan belakang, tutup jendela / pintu jika tidur
kriteriahasil : perlu 4. Mengurangi gangguan
nyeri berkurang 4. Berikan pengobatan seperti analgetik tidur
dan sedative setengah jam sebelum
tidur.
24

3. Resiko nutrisi kurang dari Tupan : Nutrisi 1. Kaji adanya alergi makanan 1. Menghindari terjadinya

kebutuhan tubuh terpenuhi 2. Kolab dengan ahli gizi untuk alergi makanana

berhubungan dengan intake Tupen : Setelah dilakukan menentukan jumlah kalori dan 2. Untuk mencukupi asupan

makanan yang tidak adekuat intervensi keperawatan nutrisi yang di butuhkan pasien kalori dan nutrisi
selama 3x24 jam nutrisi 3. Anjurkan pasien untuk 3. Untuk meningkatkan daya
kurang dari kebutuhan meningkatkan intake FE tahan tubuh
terpenuhi 4. Anjurkan pasien untuk 4. Menjaga daya tahan tubuh
Dengan kriteria hasil meningkatkan protein dan vit C 5. Agar intake nutrisi dalam
makanan yang di sajikan 5. Berikan makan yang sudah di tubuh terpenuhi
dimakan habis konsultasikan dengan ahli gizi
25

2.3.5. Implementasi

Implementasi adalah kesinambungan dan interaktif dengan komponen lain


dari proses perawatan. Selama implementasi, perawat mengkaji kembali pasien,
modifikasi rencana asuhan, dan menuliskan kembali hasil yang diharapkan sesuai
kebutuhan. Untuk implementasi yang efektif, perawat harus berpengetahuan
banyak tentang tipe-tipe intervensi, proses implementasi dan metode
implementasi. Ada tiga fase implementasi keperawatan yaitu :

2.3.5.1 Fase persiapan

Meliputi pengetahuan tentang rencana, validasi rencana, pengetahuan dan


keterampilan mengimplementasikan rencana, persiapan pasien dan lingkungan.

2.3.5.2 Fase operasional

Merupakan puncak implementasi dengan berorientasi dengn tujuan.


Implementasi apat dilakukan dengan intervensi indeoenden, dependen atau
interdependen

2.3.5.3 Fase terminasi

Merupakan terminasi perawat dengan pasien setelah implementasi


dilakukan (potter and pery, 2005).

2.3.6 Evaluasi

Fase terakhir proses keperawatan adalah evaluasi terhadap asuhan


keperawatan yang diberikan. Hal yang dievaluasi adalah keakuratan dan kualitas
data, teratasi atau tidaknya maslah pasien, serta pencapaian tujuan serta ketepatan
ntervensi keperawatan.

Tujuan evaluasi adalah untuk memberikan umpan balik rencana


keperawatan, menilai dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan melalui
perbandingan pelayanan keperawatan mutu pelayanan keperawatan yang
diberikan serta hasilnya dengan standar yang telah ditentukan terebih dahulu.
26

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN H

DI RUANG GARDENIA

DERIYANTI

NIM : 2019. A. 10.0798


27

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN
Di RUANG GARDENIA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. H DENGAN DIAGNOSIS MEDIS


EFUSI PLEURA DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENESI
DI RUANG GARDENIA RSUD DORIS SYLVANUS
PALANGKA RAYA TAHUN 2021

3.3 ASUHAN KEPERAWATAN

3.3.1 PENGKAJIAN

Tanggal Pengkajian : 23 Maret 2021 Jam : 09. 15 WIB

Pengkajian diperoleh dari :

 √ Pasien Keluarga Orang lain


 Suami/Istri Anak Keluarga lain
 Lain-lain

3.3.1.1 Identitas Pasien

1. Nama : Tn. H
2. Umur : 48 Tahun
3. Jenis Kelamin : Laki-Laki
4. Suku/Bangsa : Dayak
5. Agama : kristen protestan
6. Pekerjaan : swasta
7. Pendidikan : SMA
8. Status Perkawinan : Kawin
9. Alamat : Sampit
10. Tanggal MRS : 23 Maret 2020
11. Diagnosa Medis : EFUSI PLEURA
28

3.3.2. RIWAYAT KESEHATAN/PERAWATAN

3.3.2.1 Keluhan Utama :

Pasien mengatakan sesak saat nafas apabila saat bernafas dan saat
melakukan pekerjaan, dada terasa nyeri dan batuk kadang-kadang, dan nafsu
makan berkurang.

3.3.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien mengatakan sekitar bulan maret 2021 pasien mengalami kesulitan


bernafas selama beberapa hari, pasien melakukan pemeriksaan ke Puskesmas
sampit dan dirujuk ke Rumah Sakit doris sylvanus. Pasien masuk ke ruang IGD
dari RS murjani sampit pada tanggal 20 maret 2021 dan diberikan terapi berupa
inful RL 10 tpm/mt asmet 1x1, molacort 1x1 salbutamol 2x1, OBH 2x1 po dan
langsung di pindahkan ke ruang gardenia diruang kelas III. Saat ini pasien
mengeluh kawatir dan cemas dengan keadaannya, dan tidak merasa nyaman
dengan kondisinya saat ini, dada terasa sesak, nafsu makan menurun, pasien
nampak gelisah, sering ngelamun, dan sedikit berkeringat.

3.3.2.3 Riwayat Penyakit Sebelumnya :

Pasien mengatakan sebelum ini pasien mengalami sesak dada sudah


beberapa bulan yang lalu dan pernah dirawat beberapa hari di Rumah Sakit
murjani sampit. Saat ini pasien mengeluh kawatir dan cemas dengan keadaannya,
dan tidak merada nyaman dengan kondisinya saat ini, nafsu makan menurun,
pasien nampak gelisah, sering ngelamun, dan sedikit berkeringat.

3.3.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga :

Kedua orang tua pasien mengatakan tidak ada penyakit berat yang pernah
di alami anggota keluarga yang lain dan biasanya penyakit yang di derita oleh
anggota keluarganya seperti batuk, pilek dan demam.
29

3.3.2.5 Genogram Keluarga 3 Generasi

Keterangan:

: Perempuan

: Laki-laki

: Pasien (Tn. h)

: Tinggal serumah

: Meninggal

3.3.2 PEMERIKSAAN FISIK


3.3.2.1 Keadaan Umum :

Pasien mengatakan sesak saat nafas apabila saat bernafas dan saat
melakukan pekerjaan, dada terasa nyeri dan batuk kadang-kadang, dan nafsu
makan berkurang, sesak hilang timbul. Klien tampak sakit sedang, kesadaran
kompos mentis, ekspresi wajah klien tampak tenang

3.3.2.2 Status Mental :


1. Tingkat Kesadaran : composmentis
2. Bentuk Badan : normal
3. Bicara : sedikit merintih
4. Penampilan : baik
5. Keluhan Lainnnya : tidak ada
30

3.3.2.3 Tanda-tanda Vital :


1. Suhu/T : 36,8 OC √Axilla
2. Nadi/HR : 126 x/mt
3. Pernafasan/RR : 24 x/mt
4. Tekanan Darah/BP : 111 / 80 mm Hg
3.3.2.4 Pernafasan (Breathing)

Bentuk dada simetris, kebiasaan merokok tidak ada, nyeri dada kadang-
kadang, type pernafasan dada dan perut, irama pernafasan tidak teratur, suara
nafas tambahan ada, dan pernapasan 24x/menit.

1. Bentuk Dada : Simetris


2. Kebiasaan merokok : tidak ada
a. Batuk, sejak : Beberapa hari yang lalu
b. Batuk darah, sejak : tidak ada
c. Sputum, warna : tidak ada
d. Sianosis : tidak ada
e. Nyeri Dada : Beberapa hari yang lalu
f. Dyspnoe : Sesak nafas Lainnya : Tidak ada
g. Sesak Napas : √Saat inspirasi dan Saat aktifitas
h. Type pernapasan : √Dada dan Perut

Kusmaul Cheyne-stoke Biot

Lainnya

i. Irama pernapasan : Teratur √Tidak teratur


j. Suara napas : Vasikuler Bronchoveskuler

√ Bronchial Trakeal

k. Suara napas tambahan :Wheezing √Ronchi kering

Ronchi basah (rales) Lainnya :

l. Keluhan lainnya : Tidak ada


m. Masalah : Tidak ada
31

3.3.2.5 Cardivaskuler (Bleeding)

Klien tidak merasa pusing, Klien tidak ada merasa kepala sakit dan tidak
ada pembengkakan pada ekstrimitas. Klien tidak mengalami clubing finger
ataupun kram pada kaki dan tidak terlihat pucat, capillary refill <2 detik, tidak
terdapat oedema, tidak terjadi peningkatan

1. Nyeri dada Kram kaki Pucat


2. Pusing/sinkop √Tidak Clubbing Finger Siagnosis
3. Sakit kepala Palpitasi Pingsan
√Tidak ada
4. Capillary refill > 2 Detik √< 2 Detik
5. Oedema :√Tidak Wajah Ekstremitas atas

√Tidak Anasarka Ekstremitas bawah

6. Asites, lingkar perut : cm √Tidak ada asites


7. Suara jantung : √ Normal Ada Kelainan
8. Keluhan lainnya : Tidak ada
9. Masalah : Tidak ada

3.3.2.6 Persyaarafan (Brain)

Nilai GCS E: 4 (dengan spontan membuka mata), V: 5 (orientasi baik),


M 6 (bergerak sesuai perintah) dan total Nilai GCS: 15 (Comphos Mentis),
kesadaran Tn.h comphosmentis, pupil Tn. H isokor tidak ada kelainan, reflex
cahaya kanan dan kiri positif.

1. Uji Syaraf Kranial :

Penilaian fungsi saraf kranial: syaraf kranial I (olfaktoris): pada pemeriksaan


ini menggunakan minyak kayu putih dan teh, klien mampu membedakan kedua
bau tersebut. Syaraf kranial II (optikus): klien mampu melihat orang-orang
disekitarnya dengan baik. Syaraf Kranial III (okulomotorius): klien mampu
membuka mata dan menutup mata. Syaraf kranial IV (trochlear): klien mampu
menggerakaan bola mata dengan baik. Syaraf kranial V (trigeminus): klien
dapat mengunyah dengan baik. Syaraf VI (abdusen): klien dapat menggerakan
32

bola matanya kesamping, kanan, dan kiri. Syaraf kranial VII (fasialis): klien
mampu menggerutkan dahi dan mengangkat alis secara simetris. Syaraf kranial
VIII (vestibulokokhlearis): klien mampu mendengarkan kata-kata yang kita
bicarakan dengan jelas. Syaraf kranial IX (glosofaringeus):klien mampu
membedakan rasa pahit, manis, asam dan asin. Syaraf kranial X (vagus):
refleks menelan baik. Syaraf kranial XI (assesorius): klien mampu
menggerakan lehernya dengan baik, klien mampu menoleh kekiri dan ke
kanan. Syaraf kranial XII (hipoglosus): klien mampu menggerakkan lidahnya
dengan baik.

2. Uji Koordinasi: Ekstrimitas atas jari ke jari positif, jari ke hidung positif,
ekstrimitas bawah tumit ke jempol kaki positif. Uji kestabilan tubuh uji
kestabilan tubuhTn. Jnegatif. Refleks kanan dan kiri positip tidak ada yang
mengalami kekakuan
a. Kesadaran : √ Composmentis Somnolent
Delirium

Soporus Coma Sulit dinilai

b. Pupil : √ Isokor Anisokor

Midriasi Meiosis

c. Reflek Cahaya : Kanan √Positif


Negatif
Kiri √Positif
Negatif
d. Nyeri, lokasi : Tidak ada
e. Vertigo Gelisah Apasia
Kesemutan
f.Binggung Disarthria Kejang Tremor
g. Pelo
h. Keluhan lain : Tidak ada
i. Masalah : Tidak ada
33

3.3.2.7 Eliminasi Uri ( Bladder )

pemeriksaan sistem eliminasi urin(bladder)ditemukan hasil yaitu, produksi


urine dengan output urine sekitar 1500 cc/ 24 jam warna urine kuning kemerahan
pekat dan bau khas (amoniak). Tidak ada keluahan dan tidak ada masalah
keperawatan.

a. Produksi Urine : 1500 ml/ 24 jam Frekuensi: 4-5 x/hari


b. Warna : Kekuningan.
c. Bau : Khas Urine
1) √Tidak ada masalah Menetes Inkontien
2) Oliguri Nyeri Retensi
3) Poliuri Hematuri
4) Dysuri Nokturi
5) Kateter Cyostomi
d. Keluhan lain : Tidak ada
e. Masalah : Tidak ada

3.3.2.8 Eliminasi Alvi ( Bowel )

Mulut dan Faring

Pada pemeriksaan eliminasi alvi (bowel) ditemukan hasil yaitu, bibir kering,
gigi tidak lengkap dan tidak terdapat caries, reflek mengunyah baik, tidak ada
peradangan dan kemerahan pada gusi, tidak ada peradangan dan lesi pada lidah,
mukosa bibir kering, tidak ada peradangan pada tonsil, tidak terdapat benjolan
pada rektum, tidak terdapat hemoroid, BAB 1x/hari dengan warna cokelat dan
konsistensi feses lembek.Tidak ada keluhan dan tidak ada masalah keperawatan.

a. Bibir : kering
b. Gigi : Normal
c. Gusi : Tidak ada kelainan
d. Lidah : Normal
e. Mukosa : Lembab
f. Tonsil : Normal
g. Rectum : Normal
h. BAB : 1 x/hari Warna : Kecoklatan Konsentrasi : Lembek
34

1) √ Tidak ada masalah Diare Konstipasi


Kembung
2) Feses berdarah Milena Obat Pencahar
Lavement
i. Bising usus : Normal
j. Nyeri tekan : Tidak ada, lokasi
k. Benjolan : Tidak ada, lokasi
l. Keluhan lainnya : Tidak ada
m. Masalah : Tidak ada
3.3.2.8 Tulang-Otot ( Bone )
Pada pemeriksaan tulang, otot, dan integumen(bone)ditemukan hasil yaitu,
kemampuan pergerakan sendi tidak terbatas ,tidak ada parises, tidak ada nyeri,
bengkak, kekakuan,serta ukuran otot simetris, tulang belakang normal dan uji
kekuatan otot ekstremitas atas 5 3 dan ekstremitas bawah 5 3 , tidak ada
deformitas, peradangan, perlukaan dan patah tulang.
1. Kemampuan pergerakan O √ Bebas O Terbatas
2. Paralaselemah,lokasi : Tidak ada
3. Hemaparalase, lokasi : Tidak ada
4. Nyeri, lokasi : tidak ada
5. Benjolan, lokasi : Tidak ada
6. Uji kekuatan otot : O Ekstremitas Atas : Baik O Ekstremitas Bawah
: Baik
7. Deformitas tulang, lokasi : Tidak ada
8. Peradangan, lokasi : Tidak ada
9. Perlukaan, lokasi : Tidak ada
10. Patah tulang, lokasi : Tidak ada
11. Tulang belakang : O √ Normal O Skoliosis
O Kifosis O Lordosis
12. Keluhan lainnya : Tidak ada
13. Masalah : Tidak ada
35

3.3.2.9 Kulit – Rambut – Kuku


1. Riwayat Alergi :

Riwayat alergi pasien tidak pernah mengalami alergi obat, alergi makanan.
Suhu kulit Tn. m hangat, warna kulit normal tidak ada kelainan, turgor baik kulit
kasar tidak ada kemerahan tidak ada peradangan, jaringan parut tidak ada, tekstur
rambut kasar, distribusi rambut merata, bentuk kuku simetris tidak ada kelainan
tidak ada masalah keperawatan.
a. Obat :Tidak ada
b. Makanan : Tidak ada
c. Kosmetik : Tidak ada
d. Lainnya : Tidak ada
e. Suhu Kulit :O Hangat O √Panas O Dingin
f. Warna Kulit :O √ Normal O Sianosis/ Biru OIkterik/
kuning
O Putih/Pucat O Coklat tua/Hiperpigmentasi
g. Turgor :O √ Baik O Cukup O Kurang
h. Tekstur :O √Halus O Kasar
i. Lesi :
O Macula, lokasi : Tidak ada
O Pustula, lokasi : Tidak ada
O Nodula, lokasi : Tidak ada
O Vesikula, lokasi:Tidak ada
O Papula, lokasi : Tidak ada
O Ulcus, lokasi : Tidak ada
j. Jaringan Parut, lokasi : Tidak ada
k. Tekstur rambut : Lembut
l. Distribusi rambut : Merata
m. Bentuk kuku :
O √Simetris O Clubbing finger O Irregular O Lainnya
n. Keluhan lainnya : Tidak ada
o. Masalah : Tidak ada
36

3.3.2.10 Sistem Penginderaan


1. Mata/penglihatan
a. Fungsi penglihatan : Normal
O Berkurang O Kabur O Ganda O Buta/Gelap
b. Gerakan bola mata :O √Bergerak O Diam OBergerak
spontan
c. Sclera :O √Normal/Putih O Kuning/Ikterus O
Merah/Hifema
d. Konjunctiva : O √Merah muda O Pucat/Anemis
e. Kornea : O Bening O Keruh
f. Alat Bantu : O Kacamata O Lensa Kontak O
Lainnya……..
g. Nyeri : Tidak ada
h. Keluhan lain : Tidak ada
2. Telinga/Penginderaan

Fungsi pendengaran : O Berkurang O Berdengung O Tuli

3. Hidung/Penciuman
a. Bentuk : O√ Simetris O Asimetris
O Lesi
O Patensi
O Obstruksi
O avum Nasal : Warna : Normal Integritas : Normal
O Septum Nasal : O Deviasi O Perforasi O
Perdarahan
O Sekresi, Warna : Normal
O Polip O Kanan O Kiri O
Kanan/ Kiri
b. Keluhan lainnya : Tidak Ada
c. Masalah : Tidak ada
37

4. Leher dan Kelenjar Limfe


a. Masa : O Ya O √Tidak
b. Jaringan Parut : O Ya O √Tidak
c. Kelenjar Limfe : O Ya O √Tidak
d. Kelenjar Tiroid : O Ya O √Tidak
e. Mobilitas Leher : O Ya O √Tidak
f. Keluhan lainnya : Tidak ada
g. Masalah : Tidak ada
3.2.3.11sistem Reproduksi

Reproduksi Pria

a. Kemerahan, lokasi : Tidak ada


b. Gatal-gatal, lokasi : Tidak ada
c. Gland Penis, lokasi : Tidak ada
d. Maetus Uretra : Tidak ada
e. Discharge, warna : Normal
f. Scrotum : Normal
g. Hernia : Tidak ada
h. Kelainan : Tidak ada
i. Keluhan Lain : Tidak ada
j. Masalah : Tidak ada
k. Keluhan lainnya : Tidak ada
l. Masalah : Tidak ada

3.3.3 POLA FUNGSI KESEHATAN


3.3.3.1 Persepsi terhadap kesehatan dan penyakit :
Pasien sadar bahwa saat ini sedang berada di rumah sakit dan dirawat
3.3.3.2 Nutrisi dan Metabolisme :
1. TB : 157 cm
2. BB Sekarang : 40 kg
3. BB Sebelumnya : 58 kg
38

4. Diet : O √Biasa O Saring O


Lunak
5. Diet Khusus : O√ Rendah garam O Rendah Kalori O
TKTP
O Rendah lemak O Rendah Purin O
Lainnya
O Mual O Muntah……x/hari
6. Kesukaran menelan O Ya O
√Tidak
7. Lainnya : Tidak ada
7.3.3.3 Pola Nutrisi
Pola Nutrisi Selama Sakit Sebelum Sakit
1-2 x / hari 3-4 x/ hari
Frekwensi / hari
Sedikit Sedang
Porsi
Berkurang Normal
Nafsu makan
Makanan yang mudah Normal
Jenis Makanan
dicerna
Air Putih Air Putih, ES teh dls
Jenis Minuman

Jumlah minuman/cc/24 1 botol akua 8 gelas / hari bisa


lebih
jam
Cepat kenyang Normal
Kebiasaan makan
Makanan kurang nafsu normal
Keluhan / masalah

7.3.3.4 Pola Istirahat dan Tidur :

Pasien mengatakan sebelum sakit tidur pada malam hari 6-8 jam
sedangkan pada siang hari 1-2 jam. Saat sakit pasien tidur 6-7 jam dan siang hari
1-2 jam

Masalah keperawatan: tidak ada


39

7.3.3.5 Kognitif :

Pasien mengatakan saya mengetahui bahwa dirinya sedang sakit dan dirawat
dirumah sakit.
7.3.3.6 Konsep Diri :
Gambaran diri: Pasien menyesali dan menangisi keadaan tubuhnya yang
terkena penyakit pada pernafasan akibat pola hidup tidak sehat . ideal diri: pasien
malu dengan kondisi nya yang merasakan nyesak nafas sehingga tidak bisa
beraktivitas seperti biasanya dan ingin segera sembuh, identitas diri: pasien
seorang laki-laki, harga diri: pasien sangat di perhatikan oleh keluarga, Peran:
pasien adalah anak kedua dan pasien seorang remaja putri.
7.3.3.7 Aktivitas sehari-hari :
Klien mengatakan klien beristirahat dengan cukup namun tidak dapat
tertidur pulas karena merasa nyeri akibat sesak saat bernafas. klien hanya tertidur
4-5 jam.
7.3.3.8 Koping-Toleransi terhadap stress :
Pasien mengatakan bila ada masalah pasien bercerita kepada ibu dan
bapaknya. Klien mau menerima penyakitnya dan berharap dengan pengobatan
yang dijalaninya dapat membuat klien kembali sehat dan beraktivitas dengan
baik,hubungan dengan suami dan orang lain baik,respon keluarga dengan klien
sangat mendukung dalam faktor keuangan.
7.3.3.9 Nilai Pola Keyakinan :
Pasien mengatakan selama dirawat di rumah sakit tidak ada tindakan
medis yang bertentangan dengan keyakinan yang dianutnya.

7.3.4 SOSIAL-SPIRITUAL
3.3.4.1 Kemampuan berkomunikasi : Baik
3.3.4.2 Bahasa sehari-hari : Indonesia
dan dayak
3.3.4.3 Hubungan dengan keluarga : Baik
3.3.4.4 Hubungan dengan teman/petugas kesehatan/orang lain : Baik
3.3.4.5 Orang berati/terdekat : Keluarga
3.3.4.6 Kebiasaan menggunkan waktu luang : Berkebun
40

3.3.4.7 Kegiatan beribadah : Patuh

3.3.5 DATA PENUNJANG (RADIOLOGI, LABORATORIUM,


PENUNJANG LAIN)
3.3.5.1 Hasil laboratorium
Hari/tanggal :

Jenis pemeriksaan Hasil

SGOT 22 U/L

SGPT 45 U/L

HbsAg Negatif

Pt 11 detik

APTT 27.4Detik

3.3.5.2 Penatalaksanaan Medis


Nama Obat Dosis Rute

20tpm Intravena
Inf. RL + Amox IA
1 x 2 gram Intravena
Inj. Cefriaxone
1x400mg Intravena
Inj. Moxifloxacim
3 x 1 mg Intravena
Po. Salbitamol
3 x5 Ml Po
OBH Syr
41

3.5.6 ANALISA DATA

Data Subyektif dan Data Kemungkinan Penyebab Masalah


Obyektif

DS : Klien Mengatakan Adanya kebocoran antaralveoli Gangguan pola nafas tidak efektif
“sesak saat bernafas dan saat dengan rongga pleura
melakukan kegiatan, sesak |
hilang timbul. klien tampak
Udara pindah dari alveoli ke
sakit sedang, kesadaran
rongga pleura
kompos mentis, ekspresi
|
wajah klien tampak tenang
anya terasa dan nafas terasa Paru kolaps (menguncup)
sesak“
|
DO : TTV :
- Suhu/T : 36,8 OC, Pneumotoraks (udara terdapat
- Nadi/HR : 126 x/mt, didalam ronggapleura)
- Pernafasan/RR : 24
|
x/mt,
menghambat drainase
- Tekanan Darah150 / 90
limfatik
mm Hg,
- Sesak hilang timbul. |
- klien tampak sakit
tekanan kapiler parumeningkat
sedang,
|
- kesadaran kompos
mentis, tekanan hidrostatik
|
42

efusi pleura
|
Penumpukan cairan dalam
rongga pleura
|
Ekspansi paru menurun
|
Frekuensi paru
|

Pola nafas tidak efektif

DS : Sesak Nafas ( hilang Timbul) Gangguan pola istirahat dan tidur berhubungan dengan adanya
Pasien mengatakan tidak I
susah tidur dan sering Nyeri dada nyeri
terbangun saat tengah I
malam
Gangguan pola istrahat tidur
DO :
- Klien tampak lemes
- Mata cekung
- Konjungtiva pucat
- Adanya kantong mata
- Tekanan darah 160/100
43

DS : Resiko perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


Pasien mengatakan nafsu
makan menuru
DO :
- Tampak porsi makan yang
disediakan tidak
dihabiskan
- BB Sblm Sakit : 58 kg
- BB sekarang : 40 kg
- Pasien tampak lemas
44

3.5.7. DIAGNOSA KEPERAWATAN


a. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru
(akumulasiudara/cairan).
b. Gangguan pola istirahat dan tidur berhubungan dengan adanya nyeri
c. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
makanan yang tidak adekuat
45

3.5.7 RENCANA KEPERAWATAN


No Data Dasar Tujuan dan Intervensi Implementasi Evaluasi
Kriteria Hasil

1. Pola napas tidak Tupan : Pola 1. identifikasi 1. Pemahaman S : Klien mengatakan


efektif napasefektif. etiologi atau penyebab kolaps sesak sudah
berhubungan faktorpencetus. perlu untuk berkurang
dengan penurunan Tupen : setelah 2. Evaluasi fungsi pemasangan
ekspansi paru dilakukan pernapasan selang dada yang O : TTV TD:
(akumulasi intervensi (napascepat, tepat dan memilih
a. Irama,
udara/cairan) keperawatan sianosis, tindakanterpeutik frekuensi dan
selama 3x24 jam perubahan tanda yang lain. kedalaman
pasien bisa vital) 2. Disteres pernapasan
bernapas dengan 3. Auskultasi
pernafasan dan dalam batas
normal dengan bunyinapas.
perubahan pada normal
kriteria hasil: 4. Kaji pasien
tanda- tanda vital b. Bunyi napas
Menunjukkan adanyanyeri tekan
dapat terjadi terdengar jelas
pola napas bila batuk, nafas
karena stress c. Tanda – tanda
normal/efektif dalam
foisiologis dan vital dalam
dengan GDA 5. Pertahankan
46

normal, posisinyaman nyeri qatau dapat rentang


Bebas sianosis biasanya menunjukan normal (RR,
dan tanda gejala peninggian kepala terjadinya syok Nadi, Tekanan
hipoksia tempat tidur sehubungan darah dan
6. Bila selang dengan hipoksia/ Suhu)
dadadipasang : perdarahan . d. Menunjukan
a. periksa 3. Bunyi nafas jalan napas
pengontrol dapat menurun yang paten e.
penghisap, atau tak ada pada Pada
batas cairan. lobus, segmen pemeriksaan
b. Observasi paru atau seluruh. rontgen thorak
gelembung area paru ( tidak
udara botol unilateral). Area ditemukan
Penampung atelektasis tak adanya
Klem ada bunyi nafas, akumulasi
selang pada dan sebagian area cairan
bagian kolaps menurun
bawah unit bunyinya A : Pola napas tidak
drainase 4. Sokongan efektif teratasi
bila terjadi terhadap dada
47

kebocoran. dan otot P : Pertahankan


c. Awasi abnormal intervensi

pasang membuat batuk


surutnya air efektif/
penampung. mengurangi
d. Catat trauma.
karakter/ju 5. menurunkan
mla h resiko obstruksi
drainase drainase/
selang terlepasnya
dada. selang
e. Kolaborasi 6. Mempertahankan
untuk tekanan negative
pmberian intrapleural
oksigen sesuai yang
melalui diberikan , yang
kanul/mask meningkatkan
er ekspansi
optimum dan
drainase cairan
48

dan melakukan
7. Intervensi
selanjutnyadalam
menurunkan
kerja nafas;
meningkatkan
penghilangan
distres respirasi
dan sianosis
sehubungan
dengan
hipoksemia

2. Gangguan pola Tupan : Pola 5. Kaji masalah 5. Memberikan S : Klien mengatakan


istirahat dan tidur tidur gangguan tidur infrmasi dasar sudah bisa
berhubungan terpenuhi pasien, dalam tidur walau
dengan adanya Tupen : karakteristik, menentukan masih
nyeri. Setelah dan penyebab rencana terbangun
dilakukan kurangtidur. perawatan.
intervensi 6. Lakukan 6. Meningkatkan O:
keperawatan mandi hangat tidur a. Klien tampak
49

selama 3x24 sebelumtidur 7. Mengurangi rilex


jam pola 7. Lakukan masase gangguan tidur b. Klien terlihat
tidur pada daerah Mengurangi gangguan sudah tidak
terpenuhi belakang, tutup lemas
tidur
dengan jendela / pintu c. Kantong mata
kriteria hasil jikaperlu sdikit
: nyeri 8. Berikanpengobatan berkurang
berkurang seperti analgetik dan
sedative setengah A : Ganguan pola
jam sebelum tidur tidur teratasi

P : Lanjutkan
intervensi

3. Resiko nutrisi Tupan : 1. Kaji 1. Untuk mengetahui


S : Klien mengatakan
conjungtiva, keterpenuhan
kurang dari Resiko
sclera, tugor nutirisi yang nafsu makan
kebutuhan tubuh nutrisi kulit masuk kedalam
meningkat
2. Timbang BB tubuh.
berhubungan terpenuhi
tiap hari 2. Dapat mencukupi O:
dengan intake 3. Berikan keberhasilan
- Klien terlihat
makanan dalam asupan nutrisi
makanan yang Tupen :
keadaan hangat yang di berikan sudah tidak lemas
Setelah 4. Berikan 3. Dapat mencukupi
50

tidak adekuat dilakukan makanan dalam asupan nutrisi - Mukosa bibir


porsi sedikit yang dibutuhkan
intervensi lembab tidak
tapi sering dan tubuh
keperawatan sajikan 4. Dapat pucat
makanan dalam memberikan rasa
selama 3x24 - TTV :
bentuk yang nyaman saat
jam Resiko menarik. makan Td: 110/70
5. Tingkatkan 5. Dapat
nutrisi mmhg, S : 36
kenyamanan meningkatkan
terpenuhi lingkungan saat asupan nutirisi oC, bb : 41 kg
makan yang baru.
dengan A : Resiko nutrisi
6. Kalaborasi
kriteria hasil pemberian kurang dari kebutuhan
vitamin
: nafsu teratasi sebagian
penambah
makan nafsu makan
meningkat P : Lanjutkan
dari biasany intervensi
51

CATATAN PERKEMBANGAN

No Hari/Tanggal Catatan Perkembangan Tanda Tangan

Rabu 24/03/2021 S : pasien mengatakan masih terasa sesak tetapi tidak sesak seperti Derianty

Pukul 07.15 wib hari sebelumnya dan batuk mulai berkurang


s/d 07.30 wib

O:
a. Cek keadaan pasien
b. k/u : baik, kesadaran composmentis, pasien tampak senang
dengan kondisi saat ini yang memiliki kemajuan kesembuhan
c. Dilakukan pemasangan inpus beberapa jam kemudian
dilakukan pelepasan infus.

A : Masalah mulai teratasi

P : Lanjutkan Intervensi
52

No Hari/Tanggal Catatan Perkembangan Tanda Tangan

Kamis 25/03/2021 S : Derianty

Pukul 15.00 wib a. pasien mulai makan jam 5 sore dengan porsi sedang
s/d 19.00 wib b. ada sedikit nyeri di bagian perut

O:
a. Cek keadaan pasien
b. k/u : baik, kesadaran composmentis, pasien tampak senang
dengan kondisi saat ini yang memiliki kemajuan kesembuhan

A : Masalah mulai teratasi

P : Lanjutkan Intervensi
53

BAB IV

PEMBAHASAN

DERIYANTI

NIM : 2019. A. 10.0798


54

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada BAB IV ini merupakan pembahasan mengenai asuhan keperawatan


pada Tn. H dengan diagnosa medis Efudi Pleura di ruang Gardenia di RSUD
Doris Sylvanus Palangkaraya. Pembahasan ini penulis membandingkan antara
teori dengan asuhan keperawatan dalam kasus melihat kesenjangan-kesenjangan
yang ada. Adapun pembahasan kasus ini meliputi pengkajian, diagnosa,
intervensi, implementasi dan evaluasi.

4.1 Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah tahap awal dari proses keperawatan, proses
sistematis dari pengumpulan, dan komunikasi dengan klien. Pengumpulan data
harus berhubungan dengan masalah kesehatan tertentu sehingga data pengkajian
harus relevan seperti yang ditampilkan. Fase proses keperawatan ini mencakup
dua langkah yaitu dari sumber primer (klien) dan sumber sekunder (keluarga,
tenaga kesehatan), dan analisa data sebagai dasar untuk diagnosa keperawatan
(Potter & Perry,2009).
Penulis mengumpulkan data menggunakan metode wawancara,
observasi,dan pemeriksaan fisik. Selama pengkajian, penulis mendapatkan data
subyektif dan objektif. Data subjektif adalah persepsi klien tentang masalah
kesehatan mereka, klien yang dapat memberikan informasi tersebut. Data obyektif
adalah pengamatan yang dibuat oleh pengumpul data (Potter 2009)
Asuhan keperawatan pada Tn H dilakukan pada tanggal 23 Maret 2021 jam
09.15 WIB. Pengkajian didapatkan data klien mengeluh sesak saat bernafas dan
saat melakukan kegiatan, sesak hilang timbul. klien tampak sakit sedang,
kesadaran kompos mentis, ekspresi wajah klien tampak tenang, bentuk badan
klien sedang (endomorph), klien berbaring dengan posisi fowler, klien berbicara
dengan lancar, dan penampilan klien rapi.
55

4.2 Diagnosa Keperawatan


Adapun menurut Supriadi,dkk.2010:62. Diagnosa keperawatan merupakan
keputusan klinis mengenai seseorang, keluarga, atau masyarakat sebagai akibat
dari masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual atau potensial.
Diagnosa keperawatan ini dapat memberikan dasar pemilihan intervensi untuk
menjadi tanggung gugat perawatan. Berdasarkan teori diagnosa yang mungkin
muncul adalah: pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi
paru (akumulasi atau cairan). Dan diagnosa yang kedua gangguan pola istirahat
dan tidur berhubungan dengan adanya nyeri.

4.3 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi keperawatan adalah mengukur dari rencana dan pelaksanaan
tindakan keperawatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan pasien.
Berdasarkan evaluasi yang dilakukan di Ruang Dahlia RSUD dr. Doris sylvanus
Palangka Raya pada tanggal 03 maret 2020. Pada evaluasi masalah belum teratasi
adalah Sesak yang masih dialami
56

BAB V

PENUTUP

DERIYANTI

NIM : 2019. A. 10.0798


57

BAB V

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian penerapan asuhan keperawatan pada pasien 1
dengan efusi pleura di Ruangan di GARDENIA RSUD Doris Sylvanus Palangka
Raya Kalimantan Tengah tahun 2021 dan penulis dapat mengambil kesimpulan
sebagai berikut:
3.1.1 Pengkajian
Pengkajian yang dilakukan sesuai dengan teori meliputi identitas pasien,
keluhan utama, riwayat kesehatan pasien, pola aktivitas sehari-hari, data
psikososial, data status mental pasien, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang
dan penatalaksanaan terapi.Salah satu focus utama pengkajian pada pasien dengan
efusi pleura adalah pola pernapasan pasien.
3.1.2 Diagnosa keperawatan
Menurut teori yang dikemukakan penulis pada bab sebelumnya diagnosa
keperawatan yang biasanya muncul pada pasien efusi pleura setelah dilakukan
tindakan invasive pembedahan yaitu 3 diagnosa. pada pasien 1 tidak dilakukan
pemasangan WSD dan terdapat 3 diagnosa.
3.1.3 Perencanaan
Perencanaan yang digunakan dalam kasus pada pasien dirumuskan
berdasarkan prioritas masalah dengan teori yang ada, Intervensi setiap diagnosa
dapat sesuai dengan kebutuhan pasien dan memperhatikan kondisi pasien serta
kesanggupan keluarga dalam kerjasama. Intervensi yang dilakukan oleh peneliti
yaitu intervensi yang dilakukan secara mandiri maupun kolaborasi.
3.1.4 Pelaksanaan tindakan
Pelaksanaan tindakan pada kasus ini dilaksanakan sesuai dengan intervensi
yang sudah di buat, sesuai dengan kebutuhan kedua pasien dengan efusi pleura.
3.1.5 Evaluasi Keperawatan
Akhir dari proses keperawatan adalah evaluasi terhadap asuhan
keperawatan yang di berikan. Evaluasi yang dilakukan oleh peneliti pada pasien 1
dan 2 selama 3 hari perawatan oleh peneliti dan dibuat dalam bentuk SOAP.
58

Respon pasien dalam pelaksanaan asuhan keperawatan baik, pasien cukup


kooperatif dalam pelaksanaan setiap tindakan keperawatan.
3.2 Saran
3.2.1 Bagi Penulis
Penulis diharapkan lebih teliti dalam melalukan asuhan keperawatan, salah
satunya dalam mengangkat diagnose keperawatan peneliti sebaiknya dalam
melaksanakan asuhan keperawatan dapat melaksanakan pengkajian dan pengisian
data ecara komperhensif dan menyeluruh.
3.2.2 Bagi perkembangan ilmu pengetahuan
Hasil peneliti ini diharapkan agar selalu menambah dan memperdalam
ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan khususnya dalam pelaksanaan
asuhan keperawatan pada pasien efusi pleura menggunakan litearur-literatur
terbaru
59

DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer c Suzanne, Buku Ajar Keperawatan medical Bedah, Brunner


and Suddarth’s, Ed8. Vol.1, Jakarta, EGC, 2002.respirasi (efusi
pleura)/EFUSI PLEURA _ TMC.htm

Baughman C Diane, Keperawatan medical bedah, Jakrta, EGC, 2000.

Aryani, R. (2009). Prosedur Klinik keperawatan pada Mata Ajar


Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: C.V. Trans Info Media.

Astuti, Laily Widya. (2014). Pengaruh Pursed Lips Breathing Terhadap


Pola Pernapasan pada Pasien Dengan Emfisema di Rumah Sakit
Paru Dr. Ario Wirawan Salatiga. perpuswnu.wb.id

Brunner dan Suddarth. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah,


Edisi 12. Jakarta: EGC.

Corwin, Elizabeth J. (2008). Handbook of Pathophysiology (3th ed.), Nike


Budhi Subekti (2009) (alih Bahasa), Jakarta: Erlangga.

Dochterman, Joanne McCloskey., et al. (2008). Nursing Interventions


Classification (NIC). United States of America: Mosby Elsevier.

Herdman, T. Heather. (2012). Diagnosa Keperawatan : Definisi dan


Klasifikasi 2015-2017. Jakarta: EGC.

Lantu, Melinda G., dkk. (2016). Gambaran Foto Toraks pada Efusi
Pleura di Bagian/SMF Radiologi FK Unsrat RSUP Prof. Dr. R. D.
Kandou Manado Periode November 2014 – Oktober 2015. Jurnal
e-Clinic (eCl), Volume 4, No. 1.

Mariyam. (2013). Aplikasi Teori Konservasi Levine pada Anak dengan


Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi di Ruang Perawatan
Anak. Jurnal Keperawatan Anak, Volume 1, No. 2, 104-112.

Moorhead, Su., et al. (2008). Nursing Outcomes Classification (NOC)


Fifth Edition.United States of America: Mosby Elsevier.
60

Muttaqin, Arif. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan


Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.

Natalia, Dewi., dkk. (2007). Efektifitas Pursed Lip Breathing dan Tiup
Balon dalam Peningkatan Arus Puncak Ekspirasi (APE) Pasien
Asma Bronchiale di RSUD Banyumas. Jurnal Ilmiah Kesehatan
Keperawatan. Volume 3, No. 1.

Nield, Margaret A., et al. (2007). Efficacy of Pursed-Lips Breathing a


Breathing Pattern Retraining Strategy for Dyspnea Reduction.
Journal of Cardiopulmonary Rehabilitation and Prevention,
27:237/244.

Notoatmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta:


Rineka Cipta.

Nurachmah, dkk. (2010). Buku Saku Prosedur Keperawatan Medikal


Bedah. Jakarta: EGC.

Pamungkas, Permadi Nur., dkk. (2015). Manajemen Terapi Oksigen oleh


Perawat di Instalasi Gawat Darurat RSUD Karanganyar. Stikes
Kusuma Husada.

Potter, P. A, & Perry, A. G. (2006). Buku Ajar Fundamental


Keperawatan: Konsep, Proses & Praktik. Vol 2. Jakarta: EGC.

Roca, Oriol., et al. (2010). High-Flow Oxygen Therapy in Acute


Respiratory Failure. Jurnal Respiratory Care, Volume 55, No. 4.

Saryono dan Anggriyana Tri Widianti. (2011). Catatan Kuliah Kebutuhan


Dasar Manusia (KDM), Yogyakarta: Nuha Medika.

Simanjuntak, ES. (2014). Efusi Pleura Kanan yang Disebabkan oleh


Carcinoma Mammae Dextra Metastase ke Paru. Medula, Volume
2, No. 1.

Suparmi, Yulia. (2008). Panduan Praktik Kebutuhan Dasar Manusia.


Yogyakarta: PT. Citra Aji Parama.
61

Surjanto, Eddy., dkk. (2014). Penyebab Efusi Pleura pada Pasien Rawat
Inap di Rumah Sakit. Jurnal Respir Indo, Volume 34, No. 2.

Tamsuri, Anas. (2008). Klien Gangguan Pernapasan. Jakarta: EGC

Tarwoto dan Wartonah. (2006). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses


Keperawatan (3th ed.). Jakarta: EGC.

Tobing, Elizabeth M S dan Widirahardjo. (2013). Karakteristik Penderita


Efusi Pleura di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2011. E-
Jurnal FK USU, Volume 1, No. 2.

Wahid, Iqbal Mubarak. (2007). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia


Teori dan Aplikasi Dalam Praktik. Jakarta: EGC.

Vaugans, Bennita W. (2011). Keperawatan Dasar, Th. Arie Prabawati


(2013) (alih Bahasa), Yogyakarta: R apha Publishing.

Anda mungkin juga menyukai