Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini.
judul“Insfeksi Masa Nifas Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal”.Selama
mengikuti pendidikan ini penulis telah banyak mendapat bantuan dan dukungan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan rasa terimakasih yang
takterhingga pada semua pihak yang telah memberi bantuan dan dukungan kepada
penulis. Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada yang terhormat :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M. Kes Selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Desi Kumala,SST.,M.Kes Selaku Ketua Prodi DIII Kebidanan Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Desi Hertati, SST., M.Keb Selaku dosen pengampu Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.
4. Seluruh staf pengajar jurusan DIII Kebidanan sekolah tinggi ilmu kesehatan
eka harap palangka raya yang telah memberikan bimbingan dan ilmu
pengetahuan selamaini.
5. Kepada kedua orang tua dan saudara-saudara saya yang selama ini telah
banyak memberikan dukungan baik secara materi, doa, nasehat, dan
senantiasa memotivasisayai dalam menyelesaikan tugas ini.
i
DAFTAR ISI
ii
K. Penatalaksanaan medis...................................................................................
13
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
....................................................................................................................................15
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari
persalinan yaitu setelah kelahiran plasenta selesai sampai alat-alat kandungan
kembali seperti pra-hamil, lama masa nifas ini yaitu 6-8 minggu.
Infeksi nifas adalah infeksi pada dan melalui traktus genetalis setelah
persalinan. Suhu 38 °C atau lebih yang terjadi antara hari ke 2-10 postpartum
dan diukur peroral sedikitnya empat kali sehari. Istilah infeksi nifas mencakup
semua peradangan yangdisebabkan oleh mesuknya kuman-kuman kedalam alat
genetalia pada waktu persalinan dan nifas. Infeksi nifas pada awalnya adalah
penyebab kematian maternal yang paling banyak,namun dengan kemajuan
ilmu kebidanan terutama pengetahuan tentang sebab-sebab infeksi nifas,
pencegahan dan penemuan obat-obat baru dari itulah dapat diminimalisir
terjdinya infeksi nifas.
Dari itulah seorang bidan perlu mengetahui tentang infeksi nifas, mulai
dari apa itu infeksi nifas , bagaimana penyebab terjadinya infeksinya,
pencegahanya dan pegobatan dari infeksi nifas tersebut . Hal ini ditujukan
untuk terwujugnya persalinan yang aman asuhan nifas yang higienis sehingga
komplikasi pada masa nifas tidak lagi terjadi.
B. Rumusan Masalah
Untuk mengetahui tentang infeksi nifas, mulai dari apa itu infeksi nifas ,
bagaimana penyebab terjadinya infeksinya, pencegahanya dan pegobatan dari
infeksi nifas.
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui masalah-masalah yang dihadapi dalam masa nifas dan
bagaimana cara mengatasi masalahnya.
2. Untuk mengetahui tentang masalah-masalah yang dihadapi dalam masa
nifas dan bagaimana cara mengatasi masalah,
3. Untuk menambah pengetahuan tentang masalah-masalah pada ibu nifas,
4. Untuk menambah pengetahuan tentang cara mengatasi masalah dalam
masa nifas
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Infeksi nifas adalah infeksi pada dan melalui traktus genetalis setelah
persalinan. Suhu 38 °C atau lebih yang terjadi antara hari ke 2-10 postpartum
dan diukur peroral sedikitnya empat kali sehari.
Masa Nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran placenta dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil
dan berlangsung kira-kira 6 minggu.
Setelah persalinan, terjadi beberapa perubahan penting di antara nya
makin meningkatkan pembentukan urine untuk mengurangi hemodilusi
darah,terjadi beberapa penyerapan bahan tertentu melalui pembuluh darah
vena sehingga mengalami peningkatan suhu badan sekitar 0,5 C yang bukan
merupakan keadaan patologis menyimpang pada hari pertama. Perlukaan
karena persalinan merupakan tempat masuknya kuman ke dalam
tubuh,sehingga menimbulkan infeksi pada kala nifas.
Infeksi kala nifas adalah infeksi-perdangan pada semua alat genetalia
pada masa nifas oleh sebab apapun dengan kententuan meningkatnya suhu
badan melebihi 38 C tanpa menghitung hari pertama dan berturut-turut
selama 2 hari. Masuknya kuman-kuman dapat terjadi dalam kehamilan,waktu
persalinan dan nifas. Hal ini dapat mengakibatkan demam nifas yaitu demam
dalam nifas.
B. Jenis-Jenis Infeksi
1. Infeksi pada perineum, vulva, vagina dan serviks
Gejalanya berupa rasa nyeri serta panas pada tempat infeksi dan kadang-
kadang perih bila kencing. Bila getah radang bisa keluar, biasanya
keadaannya tidak berat, suhu sekitar 38°C dan nadi di bawah 100 per
menit. Bila luka terinfeksi tertutup oleh jahitan dan getah radang tidak
dapat keluar, demam bisa naik sampai 39 – 40°C dengan kadang-kadang
disertai menggigil.
2
3
2. Endometritis
Jenis infeksi yang paling sering ialah endometritis. Kuman-kuman
memasuki endometrium, biasanya pada luka bekas insersio plasenta, dan
dalam waktu singkat mengikutsertakan seluruh endometrium. Pada infeksi
dengan kuman yang tidak seberapa patogen radang terbatas pada
endometritium.
Gambaran klinik tergantung jenis dan virulensi kuman, daya tahan
penderita, dan derajat trauma pada jalan lahir. Biasanya demam mulai 48
jam postpartum dan bersifat naik turun (remittens). His royan dan lebih
nyeri dari biasa dan lebih lama dirasakan. Lochia bertambah banyak,
berwarna merah atau coklat dan berbau. Lochia berbau tidak selalu
menyertai endometritis sebagai gejala. Sering ada sub involusi. Leucocyt
naik antara 15000-30000/mm³.
Kadang-kadang lokia tertahan oleh darah, sisa-sisa plasenta dan selaput
ketuban. Keadaan ini dinamakan lokiametra dan dapat menyebabkan
kenaikan suhu. Uterus pada endometritis agak membesar, serta nyeri pada
perabaan dan lembek. Pada endometritis yang tidak meluas, penderita
merasa kurang sehat dan nyeri perut pada hari-hari pertama. Mulai hari ke-
3 suhu meningkat, nadi menjadi cepat, akan tetapi dalam beberapa hari
suhu dan nadi menurun dan dalam kurang lebih satu minggu keadaan
sudah normal kembali. Lokia pada endometritis, biasanya bertambah dan
kadang-kadang berbau. Hal ini tidak boleh dianggap infeksinya berat.
Malahan infeksi berat kadang-kadang disertai oleh lokia yang sedikit dan
tidak berbau.
Sakit kepala, kurang tidur dan kurang nafsu makan dapat mengganggu
penderita. Kalau infeksi tidak meluas maka suhu turun dengan berangsur-
angsur dan turun pada hari ke 7-10. Pasien sedapatnya diisolasi, tapi bayi
boleh terus menyusu pada ibunya. Untuk kelancaran pengaliran lochia,
pasien boleh diletakkan dalam letak fowler dan diberi juga uterustonika.
Pasien disuruh minum banyak
4
atau kanan dan nyeri pada pemeriksaan dalam, hal ini patut dicurigai
terhadap kemungkinan parametritis. Pada perkembangan proses
peradangan lebih lanjut gejala-gejala parametritis menjadi lebih jelas. Pada
pemeriksaan dalam dapat diraba tahanan padat dan nyeri di sebelah uterus
dan tahanan ini yang berhubungan erat dengan tulang panggul, dapat
meluas ke berbagai jurusan. Di tengah-tengah jaringan yang meradang itu
bisa tumbuh abses. Dalam hal ini, suhu yang mula-mula tinggi secara
menetap menjadi naik-turun disertai dengan menggigil. Penderita tampak
sakit, nadi cepat, dan perut nyeri. Dalam dua pentiga kasus tidak terjadi
pembentukan abses, dan suhu menurun dalam beberapa minggu. Tumor di
sebelah uterus mengecil sedikit demi sedikit, dan akhirnya terdapat
parametrium yang kaku. Jika terjadi abses, nanah harus dikeluarkan karena
selalu ada bahaya bahwa abses mencari jalan ke rongga perut yang
menyebabkan peritonitis, ke rektum, atau ke kandung kencing.
5. Peritonitis
Peritonitis dapat berasal dari penyebaran melalui pembuluh limfe uterus,
parametritis yang meluas ke peritoneum, salpingo-ooforitis meluas ke
peritoneum atau langsung sewaktu tindakan perabdominal. Peritonitis
nifas bisa terjadi karena meluasnya endometritis, tetapi dapat juga
ditemukan bersama-sama dengan salpingo-ooforitis dan sellulitis pelvika.
Selanjutnya, ada kemungkinan bahwa abses pada sellulitis pelvika
mengeluarkan nanahnya ke rongga peritoneum dan menyebabkan
peritonitis.
Peritonitis, yang tidak menjadi peritonitis umum, terbatas pada daerah
pelvis. Gejala-gejalanya tidak seberapa berat seperti pada peritonitis
umum. Penderita demam, perut bawah nyeri, tetapi keadaan umum tetap
baik. Pada pelvioperitonitis bisa terdapat pertumbuhan abses. Nanah yang
biasanya terkumpul dalam kavum douglas harus dikeluarkan dengan
kolpotomia posterior untuk mencegah keluarnya melalui rektum atau
kandung kencing.
Peritonitis umum disebabkan oleh kuman yang sangat patogen dan
merupakan penyakit berat. Suhu meningkat menjadi tinggi, nadi cepat dan
6
kecil, perut kembung dan nyeri, ada defense musculaire. Muka penderita,
yang mula-mula kemerah-merahan, menjadi pucat, mata cekung, kulit
muka dingin; terdapat apa yang dinamakan facies hippocratica. Mortalitas
peritonitis umum tinggi. Peritonitis yang terlokalisir hanya dalam rongga
pelvis disebut pelvioperitonitis, bila meluas ke seluruh rongga peritoneum
disebut peritonitis umum, dan ini sangat berbahaya yang menyebabkan
kematian 33% dari seluruh kematian akibat infeksi.
f. Perawatan Perineum
1) Penghangatan dan berendam
2) Tujuan: mengurangi ketidaknyamanan, kebersihan, mencegah
infeksi, mempercepat penyembuhan.
E. Etiologi
1. Berdasarkan masuknya kuman ke dalam alat kandungan.
a. Eksasogen : kuman datang dari luar.
b. Autogen : kuman masuk dari tempat lain dalam tubuh.
c. Endogen : dari jalan lahir sendiri.
2. Berdasarkan kuman yang sering menyebabkan infeksi.
a. Streptococcus haemolytieus aerobicus merupakan sebab infeksi yang
paling berat, khususnya golongan A. Infeksi ini biasanya eksogen
(dari penderita lain, alat atau kain yang tidak steril).
b. Staphylococcus aerus masuk secara eksogen, infeksinya sedang,
banyak ditemukan sebagai penyebab infeksi di rumah sakit.
c. Eschercia Coli sering berasal dari kandung kemih atau rektum dan
dapat menyebabkan infeksi terbatas pada perineum, vulva dan
endometrium.
d. Clostridium Welchii, bersifat anaerob. Jarang ditemukan akan tetapi
sangat berbahaya. Infeksi lebih sering terjadi pada abortus
kriminalis.
14
15
DAFTAR PUSTAKA
Cunningham, Gary F., dkk. (2005). Obstetri Williams. Ed 21. Jakarta : EGC
Saifuddin, Abdul Bari (2006) Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta, Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Walsh, Linda (2008) Buku Ajar Kebidanan Komunitas. Jakarta, EGC
Varney, Helen, dkk. (2008) Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4 Volume 2.
Jakarta, EGC