Anda di halaman 1dari 20

PEGADAIAN SYARIAH

MAKALAH

Disusun Guna Memenuhi

Tugas Mata Kuliah Lembaga Keuangan Syariah

Dosen Pengampu : Ana Zahrotun Nihayah, S.E., M.A.

Disusun Oleh :

1. Sam’iyatul Hidayati Ismi (1905015003)

2. Nadya Fitri Aurelia (1905015004)

JURUSAN D3 PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Allah SWT atas berkat dan rahmatnya

sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah ini. Makalah ini kami buat atas

dasar tugas dari mata kuliah Lembaga Keuangan Syariah, serta diharapkan menambah

wawasan pembaca tentang Perekonomian Menurut Islam. Kami dari kelompok 2 (D3

Perbankan Syariah A) mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ana Zahrotun Nihayah,

S.E., M.A. yang telah membimbing kami untuk menulis makalah tentang Pegadaian

Syariah yang akan dipresentasikan secara online pada bulan Maret 2021 semester 4,

sehingga makalah ini dapat kami selesaikan tepat pada waktunya.

Kami menyadari bahwa makalah kami masih jauh dari kesempurnaan, karena

keterbatasan wawasan serta waktu untuk membuat makalah ini. Oleh karena itu kami

berharap saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Semarang, 7 April 2021

Penulis,

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................................4
A. Latar Belakang.................................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah............................................................................................................................4
C. Tujuan..............................................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................................6
A. Pengertian Pegadaian syariah..........................................................................................................6
B. Landasan Hukum Pegadaian Syariah...............................................................................................8
1. Al-Quran......................................................................................................................................8
2. Al-Hadist.....................................................................................................................................9
3. Ijma Ulama..................................................................................................................................9
C. Rukun dan Syarat Pegadaian Syariah..............................................................................................9
1. Aqid (orang yang berakad)........................................................................................................10
2. Ma'qud 'alaih (barang yang diakadkan)......................................................................................10
3. Shighat (akad gadai)..................................................................................................................10
D. Akad Pegadaian Syariah................................................................................................................11
E. Mekanisme Operasional Pegadaian Syariah..................................................................................11
F. Tujuan dan Manfaat pegadaian syariah..........................................................................................12
G. Perbedaan Pegadaian Syariah dan Pegadaian Konvensional..........................................................13
BAB III PENUTUP...................................................................................................................................19
A. Simpulan........................................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................20

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengaruh perkembangan zaman yang membuat masyarakat semakin hedonis, konsumtif,
namun tidak produktif. Kebutuhan yang semakin hari semakin banyak, namun
pendapatan yang tetap sama. Sehingga terjadilah pembekakan pada pengeluaran bulanan.
Akhirnya banyak masyarakat yang menutupi kebutuhan bulanannya dengan menghutang
pada bank, rentenir, atau lembaga lainnya.
Namun dengan menghutang masalah yang mereka hadapi malah semakin membesar,
setiap bulan harus membayar angsuran beserta bunganya, belum lagi harus memenuhi
kebutuhan sehari-hari.
Alternatif yang dipilih masyarakat untuk menghadapi masalah tersebut adalah dengan
menggadaikan barang-barang berharga. Tidak jarang karena masyarakat lebih banyak
melakukan hal itu, gadai barang menjadi salah satu modus rentenir dalam menjalankan
operasinya.
Oleh karena itu, penulis akan memaparkan hal-hal yang terkait tentang pegadaian
syariah, agar pembaca dapat mengetahui secara jelas tentang pegadaian syariah, dan
dapat memilih pegadaian yang tepat.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu pegadaian dan pegadaian syariah?
2. Apa landasan hukum pegadaian syariah?
3. Apa rukun dan syarat pegadai syariah?
4.  Bagaimana akad pegadaian syariah?
5.  Bagaimana operasional pegadaian syariah?
6.  Apa tujuan dan manfaat pegadaian syariah?
7.  Apa perbedaan pegadaian syariah dan pegadaian konvensional?
C. Tujuan
1. Mengetahui apa itu pegadaian syariah
2. Mengetahui landasan hokum pegadaian syariah
3. Mengetahui rukun dan syarat pegadaian syariah

4
4. Mengetahui akad pegadaian syariah
5. Mengetahui operasional pegadaian syariah
6. Mengetahui tujuan dan manfaat pegadaian syariah
7. Mengetahui perbedaan pegadaian syariah dan pegadaian kovensional

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pegadaian syariah


Pegadaian merupakan lembaga satu-satunya yang menjalankan usaha
gadai. Usaha gadai adalah aktivitas menjaminkan barang-barang berharga kepada
pihak pegadaian, guna memperoleh sejumlah uang dan barang yang sudah
dijaminkan akan ditebus kembali sesuai dengan perjanjian antara nasabah dengan
lembaga pegadaian.Secara umum, ciri-ciri usaha gadai adalah terdapat barang-
barang berharga yang digadaikan, nilai jumlah pinjaman tergantung nilai barang
yang digadaikan, serta barang yang digadaikan dapat ditebus kembali.Sementara
itu, tujuan utama lembaga pegadaian adalah membantu masyarakat yang
membutuhkan uang dengan cara menyediakan prosedur peminjaman uang yang
mudah dan cepat.

Sedangkan Gadai syariah atau rahn adalah menjadikan suatu benda yang
mempunyai nilai harga (nilai ekonomis) milik nasabah (rahin) sebagai jaminan
(marhun) atas utang atau pinjaman yang diterima sehingga pihak yang menerima
gadai (murtahin) memperolah jaminan atau kepercayaan untuk dapat mengambil
kembali seluruh atau sebagian piutang bila pihak yang menggadaikan tidak dapat
membayar utang pada waktu yang ditentukan. Istilah rahn berasal dari bahasa
arab, yang berarti gadai, atau dikenal juga dengan istilah al-habsu. Secara
etimologi, ar-rahn artinya tetap dan lama, sedangkan al-habsu berarti penahanan
terhadap suatu barang dengan hak sehingga dapat dijadikan sebagai pembayaran
dari pembayaran dari barang tersebut. Dengan demikian makna gadai atau rahn
dalam bahasa hukum perundang-undangan disebut sebagai barang jaminan,
agunan, dan rungguhan (Syafi'i, 2000).

Menurut Sabiq (1995), pengertian gadai (rahn) menurut beberapa ulama, antara
lain yaitu:

6
1. Ulama Syafi’iyah: Menjadikan suatu barang yang biasanya dijual sebagai
jaminan utang dipenuhi dari harganya, bila yang berutang tidak sanggup
membayar utangnya.
2. Ulama Hanabilah: Suatu benda yang dijadikan kepercayaan suatu utang, untuk
dipenuhi dari harganya, bila yang berutang tidak sanggup membayar
utangnya.
3. Ulama Malikiyah: Sesuatu yang bernilai harga (mutamawaal) yang diambil
dari pemiliknya untuk dijadikan atas utang yang tetap (mengikat).

Berikut definisi dan pengertian rahn atau gadai syariah dari beberapa sumber
buku:

Menurut Pasaribu dan Lubis (1996), rahn adalah sesuatu benda yang dapat
dijadikan kepercayaan dari suatu hutang untuk dipenuhi dari harganya apabila
kepercayaan dari suatu hutang untuk dipenuhi dari harganya, apabila yang
berhutang tidak sanggup membayarkannya dari orang yang berpiutang.

Menurut Ansori (2006), rahn adalah menjadikan barang yang mempunyai nilai
harta menurut pandangan syara sebagai jaminan hutang, hingga orang yang
bersangkutan boleh mengambil hutang atau ia bisa mengambil sebagian (manfaat)
barangnya itu.

Menurut Basyir (1983), rahn adalah menjadikan sesuatu benda bernilai menurut
pandangan syara' sebagai tanggungan hutang; dengan adanya benda yang menjadi
tanggungan itu seluruh atau sebagian hutang dapat diterima.

Menurut Antonio (2001), rahn adalah menahan salah satu harta salah satu harta
milik nasabah (rahin) sebagai barang jaminan (marhun) atas pinjaman yang
diterimanya. Marhun tersebut memiliki nilai ekonomis. Dengan demikian pihak
yang menahan atau penerima gadai (murtahin) memperoleh jaminan untuk dapat
mengambil kembali seluruh atau sebagian piutang.

7
Menurut Muhammad dan Hadi (2003), rahn adalah menjadikan barang yang
mempunyai nilai harta (nilai ekonomis) sebagai jaminan hutang, hingga pemilik
barang yang bersangkutan boleh mengambil hutang.

B. Landasan Hukum Pegadaian Syariah


Dasar atau landasan hukum gadai syariah atau disebut dengan rahn terdapat dalam
Al-Quran, Al-Hadist, dan Ijma Ulama, yaitu sebagai berikut:

1. Al-Quran
Para ulama fiqh mengemukakan bahwa akad ar-rahn dibolehkan dalam Islam
berdasarkan ketentuan di dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 283, yaitu:

Artinya: "Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara tunai)
sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang
tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). Akan tetapi jika sebagian
kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu
menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah
Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian. Dan
Barang siapa yang menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang
yang berdosa hatinya; dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Barang tanggungan (borg) itu diadakan bila satu sama lain tidak percaya
mempercayai" (QS. Al-Baqarah : 283).

8
2. Al-Hadist
Ulama fiqh sepakat mengatakan bahwa akad ar-rahn itu dibolehkan, karena
banyak kemaslahatan yang terkandung di dalamnya dalam rangka hubungan
antar sesama manusia. Peristiwa Rasulullah SAW merahn-kan baju besinya
merupakan kasus ar-rahn pertama dalam Islam dan dilakukan sendiri oleh
Rasulullah SAW, sebagaimana diriwayatkan oleh HR.Bukhari, yaitu:

Artinya: "Dari Aisyah, sesungguhnya Nabi SAW membeli makanan secara tidak
tunai dari seorang Yahudi dengan menggadaikan baju besinya" (HR. Bukhari).
3. Ijma Ulama
Para ulama telah menyepakati bahwa al-qardh boleh dilakukan. Kesepakatan
ulama ini didasari tabiat manusia yang tidak bisa hidup tanpa pertolongan dan
bantuan saudaranya. Tidak ada seorang pun yang memiliki segala barang yang
ia butuhkan. Oleh karena itu, pinjam-meminjam sudah menjadi satu bagian
dari kehidupan di dunia ini. Islam adalah agama yang sangat memperhatikan
segenap kebutuhan umatnya.
Di samping itu, berdasarkan fatwa Dewan Syari'ah Nasional No.
25/DSNMUI/III/2002, tanggal 26 Juni 2002 dinyatakan bahwa, pinjaman
dengan menggadaikan barang sebagai jaminan hutang dalam bentuk rahn
dibolehkan. Jumhur ulama berpendapat bahwa rahn disyariatkan pada waktu
tidak bepergian maupun pada waktu bepergian.
C. Rukun dan Syarat Pegadaian Syariah
Pada umumnya dalam aspek hukum keperdataan Islam (fiqh mu'amalah) dalam
hal transaksi baik dalam bentuk jual beli, sewa-menyewa, gadai maupun yang

9
semacamnya mempersyaratkan rukun dan syarat sah termasuk dalam transaksi
gadai. Menurut Ali (2008), rukun gadai syariah atau rahn adalah sebagai berikut:
1. Aqid (orang yang berakad)
Aqid adalah orang yang melakukan akad yang meliputi dua orang yang
bertransaksi, yaitu rahin (pemberi gadai), dan murtahin (penerima gadai).
Hal dimaksud, didasari oleh sighat, yaitu ucapan berupa ijab qabul (serah
terima antara pemberi gadai dengan penerima gadai). Untuk melaksanakan
akad rahn yang memenuhi kriteria syariat Islam, sehingga akad yang
dibuat oleh dua pihak atau lebih harus memenuhi beberapa rukun dan
syarat.
2. Ma'qud 'alaih (barang yang diakadkan)
Ma'qud 'alaih meliputim dua hal, yaitu marhun (barang yang digadaikan),
dan marhun bihi (dain) atau utang yang karenanya diadakan akad rahn.
Namun demikian, ulama fikih berbeda pendapat mengenai masuknya
shighat sebagai rukun dari terjadinya rahn. Ulama mazhab Hanafi
berpendapat bahwa shighat tidak termasuk sebagai rukun rahn, melainkan
ijab (pernyataan menyerahkan barang sebagai agunan bagi pemilik
barang) dan qabul (pernyataan kesediaan dan memberi utang, dan
menerima barang agunan tersebut).
3. Shighat (akad gadai)
Shighat gadai tidak boleh digantungkan dengan syarat, dan tidak
disandarkan kepada masa yang akan datang. Hal ini karena akad gadai
menyerupai akad jual beli, dilihat dari aspek pelunasan utang. Apabila
akad gadai digantungkan dengan syarat atau disandarkan kepada masa
yang akan datang, maka akad akan fasid seperti halnya jual beli.
Ulama fiqh menyatakan bahwa syarat-syarat rahn harus sesuai dengan rukun
itu sendiri. Menurut Muttaqien (2009), syarat-syarat ar-rahn atau gadai syariah
adalah sebagai berikut:
1. Syarat yang terkait dengan orang yang berakad adalah cakap bertindak
hukum, kecakapan bertindak hukum menurut jumhur ulama adalah orang
yang baligh dan berakal.

10
2. Syarat Marhun Bih (utang) syarat dalam hal ini adalah wajib dikembalikan
oleh debitur kepada kreditor, utang dapat dilunasi dengan agunan tersebut,
dan utang itu harus jelas dan tertentu.
3. Syarat marhun (agunan) syarat agunan menurut ahli fiqh adalah harus
dapat dijual dan nilainya seimbang dengan besarnya utang, agunan harus
bernilai dan dapat dimanfaatkan menurut ketentuan hukum Islam, agunan
harus jelas dan dapat ditunjukkan, agunan milik sah debitur, agunan tidak
terkait dengan pihak lain, agunan harus merupakan harta yang utuh dan
agunan dapat diserahterimakan kepada pihak lain, baik materi maupun
manfaatnya.
Ulama Hanafiah mengatakan dalam akad itu ar-rahn tidak boleh dikaitkan
dengan syarat tertentu atau dikaitkan dengan masa yang akan datang, karena
akad ar-rahn sama dengan akad jual beli. Apabila akad itu dibarengi dengan
syarat tertentu atau dikaitkan dengan masa yang akan datang, maka syaratnya
batal.
D. Akad Pegadaian Syariah
Akad utama yang digunakan pada produk Pegadaian Syariah adalah akad rahn.
Dalam fatwa Dewan Syari’ah Nasional (DSN) Nomor 25/DSN-MUI/III/2002
tentang rahn dijelaskan bahwa pinjaman dengan menggadaikan barang sebagai
jaminan utang dalam bentuk rahn diperbolehkan dengan beberapa ketentuan.

E. Mekanisme Operasional Pegadaian Syariah


Ada dua mekanisme untuk mendapatkan pembiayaan di Pegadaian Syariah
tergantung jaminan yang diajukan.
Bila nasabah memiliki jaminan perhiasan emas, logam mulia, barang elektronik,
kendaraan dan alat-alat produksi, mekanismenya:
1. Nasabah mengajukan pinjaman dengan mengisi dokumen pengajuan
pinjaman.
2. Nasabah menyerahkan jaminannya selanjutnya ditaksir oleh petugas penaksir
di outlet untuk ditetapkan besarnya pinjaman.

11
3. Nasabah tanda tangan akad Rahn dan petugas outlet melakukan pencairan
pinjaman.
4. Barang jaminan disimpan dengan aman di outlet Pegadaian.
Sementara, bila nasabah memiliki jaminan kendaraan, tanah dan atau bangunan,
mekanismenya:
1. Nasabah mengajukan pinjaman dengan mengisi dokumen pengajuan
pinjaman.
2. Petugas Pegadaian Syariah (tim mikro) melakukan verifikasi, survei dan
analisa kelayakan baik usaha maupun jaminan ke lokasi usaha dan rumah
nasabah.
3. Kuasa pemutus pinjaman menyetujui besaran pinjaman, kemudian nasabah
berakad Rahn Tasjily di Pegadaian Syariah dan menerima uang pencairan
pinjaman.
Barang jaminan berupa dokumen kepemilikan kendaraan disimpan dengan aman
di outlet Pegadaian dan kendaraan dapat tetap digunakan oleh nasabah.

F. Tujuan dan Manfaat pegadaian syariah


Tujuan Pegadaian Syariah :
1. Turut melaksanakan dan menunjang pelaksanaan
kebijaksanaan dan program pemerintah di bidang
ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya
melalui penyaluran uang pembiayaan/pinjaman atas
dasar hokum gadai.
2. Pencegahan praktik ijon, pegadaian gelap, dan pinjaman
tidak wajar lainnya.
3. Membantu orang-orang yang membutuhkan pinjaman
dengan syarat yang mudah.
4. Pemanfaatan gadai bebas bunga, pada gadai syariah
memiliki efek jarring pengaman social karena
masyarakat yang butuh dana mendesak tidak lagi dijerat
pinjaman yang berbasis bunga.

12
Manfaat Pegadaian Syaria
1. Bagi nasabah
 Tersedianya dana dengan prosedur yang relative
lebih sederhana dan dalam waktu yang lebih
cepat dibandingkan dengan pembiayaan/kredit
perbankan.
 Penaksiran nilai barang bergerak secara
professional.
 Mendapatkan fasilitas penitipan barang bergerak
yang aman dan dapat dipercaya.
2. Bagi perusahaan
 Penghasilan yang bersumber dari sewa modal
yang dibayarkan oleh peminjam dana.
 Penghasilan yang bersumber dari ongkos yang
dibayarkan oleh nasabah memperoleh jasa
tertentu. Bank syariah yang mengeluarkan
produk gadai syariah bisa mendapat keuntungan
dari pembebanan biaya admin dan biaya sewaan
tempat penyimpanan emas.
 Pelaksanaan misi perum pegadaian sebagai
BUMN yang bergerak dibidang pembiayaan
berupa pemberian bantuan kepada masyarakat
yang memerlukan dana dengan prosedur yang
relative sederhana.

G. Perbedaan Pegadaian Syariah dan Pegadaian Konvensional.


Perbedaan Pegadaian Syariah dan Pegadaian Konvensional
sendiri terdapat pada sistemnya. Meski dibilang berbeda, namun
tak begitu ada perbedaan yang mencolok dari segi barang yang
bisa digadaikan.

13
Berikut perbedaan pegadaian konvensional dengan Syariah;
Pegadaian Konvensional:
 Pegadaian konvensional pada umumnya tak berbeda
dengan yang dilakukan oleh masyarakat hingga hari ini.
Anda hanya perlu datang membawa barang dan akan
digadaikan untuk mendapatkan uang.
 Barang yang Anda bawa akan diukur harganya dan
diputuskan jumlah yang bisa dipinjam
 Dalam meminjam barang, biasanya akan dikenakan
bunga sebesar 1,15 per minggu atau 2,3% per bulan.
Bunga tersebut bisa menjadi semakin naik, seperti 3,45
per 45 hari, atau 4,6 per bulan, tergantung perjanjian
seberapa lama Anda akan meminjam uang tersebut.
 Bunga pinjaman pun bisa ditentukan berdasarkan jumlah
pinjaman. Jika nilai pinjaman Anda semakin besar,
bunga yang dibebankan pun akan semakin besar pula.
 Perhitungan biaya pinjaman dihitung setiap 15 hari
kemudian dan akan naik di hari ke 16 dan juga
seterusnya.
 Masa penitipan gadai pada umumnya selama 4 bulan.
Bisa pula diperpanjang jika Anda membayar biaya sewa
modal.
 Pinjaman diberlakukan tanggal jatuh tempo saat
pinjaman tersebut harus dilunasi.
 Terdapat persyaratan jika pinjaman tidak dilunasi beserta
bunganya. Biasanya barang tersebut akan dilelang
kepada siapapun hingga tanggal tertentu.

1. Sistem Pegadaian Syariah:


• Gadai emas berbasis Syariah bisnaya tak memberlakukan
sistem bunga. Pihak pegadaian Syariah takkan mengambil

14
untung dari sistem bunga pinjaman ataupun sistem bagi
hasil.
• Pegadaian Syariah hanya mengambil keuntungan dari
upah jasa pemeliharaan barang jaminan.
• Pegadaian konvensional biasanya menentukan bunga atau
sewa modal berdasarkan jumlah pinjaman yang
ditentukan. Sementara pegadaian Syariah menentukan
besarnya pinjaman dan biaya pemeliharaan berdasarkan
taksiran emas yang digadaikan.
• Taksiran emas yang biasanya diperhitungkan dalam
pegadaian Syariah adalah karatase emas, volume emas
serta berat mas
• Biaya yang dikenakan juga merupakan biaya atau
penitipan barang. Jadi Anda bukan membayar biaya atas
pinjaman. Hal tersebut dikarenakan pinjaman yang
mengambil untuk tersebut tak diperbolehkan.
• Biaya yang perlu Anda bayar untuk sistem pegadaian
Syariah adalah biaya penjagaan, biaya penggantian
kehilangan, asuransi, gudang penyimpanan, serta
pengelolaan.
• Dalam pegadaian Syariah terdapat akad, pinjam
meminjam dengan menyerahkan agunan yang didalamnya
membolehkan bauta emeliharaan atau barang jaminan.
Dalam akad pinjam meminjam dengan menyerahkan
agunan.

2. Mengenal Jenis Produk Syariah


Perlu diketahui mengenai jenis-jenis produk Pegadaian Syariah.
Jangan sampai nggak tahu, ketahui lebih dalam di sini:
a. Amanah

15
Amanah biasanya menjadi salah satu produk pegadaian
syariah yang merupakan pinjaman pada pengusaha
mikro/kecil, karyawan serta professional untuk
pembelian kendaraan bermotor. Pegadaian Amanah ini
memberikan pinjaman mulai dari Rp 5.000.000 hingga
Rp 450.000.000 dengan jangka waktu peminjaman 12-
60 bulan.
b. Rahn
Produk Rahn dari Pegadaian Syariah adalah pemberian
pinjaman dengan barang jaminan berupa emas yang juga
bisa berupa perhiasaan, emas batangan, berlian,
smartphone, laptop atau jenis-jenis barang elektronik,
motor, mobil atau barang bergerak lainnya.
Pinjaman (Marhun Bih) pada pembiayaan Rahn ini
mulai dari 50 ribu sampai dengan 1 Milyar keatas
dengan jangka waktu pinjaman selama 4 bulan dan dapat
diperpanjang hingga berkali-kali. Pelunasan pembiayaan
Rahn dapat dilakukan sewaktu-waktu dengan
perhitungan Mu’nah selama masa pinjaman.
c. Arrum BPKB
Arrum BPKB adalah salah satu produk berupa
pembiayaan untuk pengembangan Usaha Mikro Kecil
dan Menengah (UMKM) dengan jaminan BPKB
Kendaraan Bermotor.
Uang pinjaman pada Arrum BPKB mulai dari Rp 3 juta
hingga Rp 400 juta dengan pilihan jangka waktu
pinjaman mulai dari 12, 18, 24 hingga 36 bulan. Pada
pembiayaan ini, Pegadaian hanya menyimpan BPKB dan
kendaraan dapat digunakan nasabah
d. Arrum Emas

16
Arrum Emas merupakan produk Pegadaian untuk
memberikan pinjaman dana tunai dengan jaminan
perhiasan (emas dan berlian). Melalui pembiayaan ini,
pinjaman dapat diangsur melalui proses yang mudah dan
sesuai syariah. Pinjaman mulai dari Rp. 1 juta – Rp. 500
juta dengan jangka waktu 12, 18, 24, dan 36 bulan.
e. Arrum Haji
Arrum haji adalah produk berupa pembiayaan untuk
mendapatkan porsi ibadah haji secara syariah dengan
proses mudah, cepat dan aman. Nasabah hanya
menyerahkan logam mulia senilai 3.5 gram atau 5 gram
logam mulia, langsung mendapat pinjaman
Rp25.000.000,- yang digunakan untuk memperoleh
nomor porsi haji di kementerian Agama.
f. Rahn Hasan
Rahn Hasan merupakan fitur dari produk rahn dengan
tarif mu’nah pemeliharaan sebesar 0%, berjangka waktu
(tenor) 60 (enam puluh) hari. Maksimal marhun bih pada
Rahn Hasan sebesar Rp 500 ribu dengan jangka waktu
60 hari.
g. Rahn Fleksi
Rahn Fleksi adalah pemberian pinjaman dengan jaminan
barang bergerak sesuai syariah, plafon pinjaman tinggi
dan menggunakan biaya titip harian. Rahn Fleksi bisa
diperpanjangan, cicil atau tambah pinjaman. Uang
pinjaman pada layanan ini diterima utuh tanpa biaya
administrasi dengan jangka waktu 10 hari, 30 hari, 60
hari dan minimal 5 hari.
h. Rahn Bisnis
Rahn Bisnis adalah produk Pegadaian syariah untuk
memberikan pinjaman dana tunai kepada pemilik usaha

17
dengan jaminan emas (batangan atau perhiasan).
Pinjaman mulai dari Rp 100 juta sampai lebih dari Rp 1
Milyar Jangka waktu 4 bulan.
i. Rahn Tasjily Tanah
Pembiayaan Rahn Tasjily Tanah merupakan pembiayaan
yang diberikan kepada masyarakat berpenghasilan
tetap/rutin, pengusaha mikro/kecil dan petani dengan
jaminan Sertifikat tanah dan HGB dengan Plafon
Pembiayaan Rp 1 juta – Rp 200 juta. Selain memberikan
layanan pembiayaan, Pegadaian Syariah juga
menyediakan wadah untuk investasi melalui produk
Mulia dan Tabungan Emas.

18
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan

Gadai syariah atau rahn adalah menjadikan suatu benda yang


mempunyai nilai harga (nilai ekonomis) milik nasabah (rahin) sebagai
jaminan (marhun) atas utang atau pinjaman yang diterima sehingga
pihak yang menerima gadai (murtahin) memperolah jaminan atau
kepercayaan untuk dapat mengambil kembali seluruh atau sebagian
piutang bila pihak yang menggadaikan tidak dapat membayar utang
pada waktu yang ditentukan. Rukun pegadaian syariah terdiri Aqid
(orang yang berakad), Ma'qud 'alaih (barang yang diakadkan) , Shighat
(akad gadai). Akad utama yang digunakan pada produk Pegadaian
Syariah adalah akad rahn.

19
DAFTAR PUSTAKA

Dari internet :

http://ilmuladunimakalah.blogspot.com/2017/07/pegadaian-syariah.html?m=1

https://www.seputarpengetahuan.co.id/2015/07/pengertian-pegadaian-menurut-para-ahli-
jenisnya.html

https://www.kompas.com/skola/read/2020/11/16/125209669/pegadaian-definisi-dan-kegiatan-
usahanya

https://www.kajianpustaka.com/2020/10/rahn-atau-gadai-syariah.html?m=1

https://knks.go.id/berita/343/pegadaian-syariah-beri-kemudahan-pembiayaan-untuk-umkm?
category=1

http://dinajournals.blogspot.com/2017/03/pegadaian-syariah.html?m=1

https://kargo.tech/blog/beda-gadai-syariah-dan-gadai-konvensional/

20

Anda mungkin juga menyukai