Anda di halaman 1dari 19

KERTAS KERJA AUDIT

Makalah ini disusun guna untu memenuhi tugas Mata Kuliah


Auditing Bank Syariah 1
Dosen Pengampu : Osa Maya Kurniadani, S.E

Disusun Oleh :

1. Arif Zulbahri (141258710)


2. Eka Wulandari (141261310)
3. Julianto Nugroho (141265410)
4. Tri Yogi Riandika (141274210)

PROGRAM STUDI STARATA SATU PERBANKAN SYARIAH


JURUSAN SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
JURAI SIWO METRO – LAMPUNG
TAHUN 1436 H/2016 M
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas segala
Rahmat dan Hidayah-Nya lah makalah ini dapat selesai pada tepat waktunya.
Makalah ini penulis buat sebagai tugas makalah pada mata kuliah Auditing Bank
Syariah 1. Salawat serta salam tercurahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW, yang menjadi tauladan bagi kita semua. Dalam pembahasan ini
penulis fokus menelaah tentang “Kerta Kerja Audit” sebagai bantuan para
pembaca untuk memudahkan melihat sumber informasi yang dibutuhkan.
Dalam pembahasan ini penulis tidak secara langsung meneliti materi ini,
tetapi mendapat pengetahuan dari buku, artikel-artikel, dan internet. Maka dari itu,
apa yang penulis sajikan ini dapat diterima atau dipahami oleh pembaca, karena
penulis merasa isi dari makalah ini jauh dari kesempurnaan. Olehnya itu, kritik
dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan
penyusunan makalah yang akan datang

Metro, 21 Oktober 2016

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................... ii

DAFTAR ISI.......................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................... 1

B. Rumusan masalah ....................................................................... 1

C. Tujuan.......................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi Kertas Kerja................................................................... 3

B. Manfaat Kertas Kerja.................................................................. 4

C. Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam pembuatan kertas

Kerja yang baik........................................................................... 5

D. Tipe Kerta Kerja Audit................................................................ 6

E. Kepemilikan Kertas Kerja Dan Kerahasiaan Informasi

Dalam Kertas Kerja..................................................................... 9

F. Pemberian Indeks pada Kertas Kerja Audit................................ 10

G. Metode Pemberian Indeks pada Kertas Kerja Audit................... 11

H. Susunan Kertas Kerja.................................................................. 11

I. Pengarsipan Kertas Kerja........................................................... 11

BAB III PENUTUPAN

Kesimpulan ................................................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 15

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kertas kerja (Working Paper) merupakan mata rantai yang
menghubungkan catatan klien dengan laporan audit. Oleh karena itu , kertas
kerja merupakan alat penting dalam profesi akuntan public. Dalam proses
auditnya auditor harus mengumpulkan atau membuat berbagai tipe bukti
seperti data akuntansi meliputi jurnal , buku besar , buku pembantu , serta buku
pedoman akuntansi , memorandum dan catatan tidak resmi. Untuk mendukung
simpulan  dan pendapatnya atas laporan keuangan auditan. Untuk kepentingan
pengumpulan dan pembuatan bukti itulah auditor membuat kertas kerja. SA
Seksi 339 kertas kerja  memberikan panduan bagi auditor dalam penyusunan
kertas kerja dalam audit atas laporan keuangan atau perikatan auditor lainnya,
berdasarkan seluruh standar auditing yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan
Indonesia (IAI).

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi kertas kerja ?
2. Apa isi kertas kerja ?
3. Apa Tujuan pembuatan kertas kerja ?
4. Bagaimana kepemilikan kertas kerja dan kerahasiaan informasi dalam
kertas kerja ?
5. Apa faktor-faktor yang harus di perhatikan oleh auditor dalam
pembuatan kertas kerja yang baik ?
6.  Apa tipe kertas kerja ?
7.  Bagimana hubungan antara berbagai tipe kertas kerja ?
8. Bagaimana pemberian indeks pada kertas kerja ?
9. Bagaimana metode pemberian indeks kertas kerja ?
10. Bagaimana susunan ketas kerja ?
11. Bagaimana pengarsipan kertas kerja ?

1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi kertas kerja
2.  Untuk mengetahui isi kertas kerja.
3. Untuk mengetahui Tujuan pembuatan kertas kerja.
4. Untuk mengetahui kepemilikan kertas kerja dan kerahasiaan informasi
dalam kertas kerja.
5. Untuk mengetahui faktor-faktor yang harus di perhatikan oleh auditor
dalam pembuatan kertas kerja yang baik.
6. Untuk mengetahui tipe kertas kerja.
7. Untuk mengetahui hubungan antara berbagai tipe kertas kerja.
8.  Untuk mengetahui pemberian indeks pada kertas kerja.
9. Untuk mengetahui metode pemberian indeks kertas kerja.
10. Untuk mengetahui susunan kertas kerja.
11. Untuk mengetahui pengarsipan kertas kerja

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Kerta Kerja
SA Seksi 339 Kertas Kerja paragraph 03 mendefinisikan kertas kerja
sebagai berikut: “Kertas kerja adalah catatan-catatn yang diselenggarakan
oleh auditor mengenai prosedur audit yang ditempuhnya, pengujian yang
dilakukannya, informasi yang diperolehnya, dan simpulan yang dibuatnya
sehubungan dengan auditnya.” Contoh kertas kerja adalah program audit hasil
pemahaman terhadap pengndalian intern, analisis, memorandum, surat
konfirmasi, representasi klien, ikhtisar dari dokumen-dokumen perusahaan,
dan daftar atau komentar yang dibuat atau diperoleh auditor. Data kertas kerja
dapat disimpan dalam pita magetik, film, atau media yang lain.  Dalam SA
339 dikemukakan bahwa kertas kerja biasanya berisi dukumentasi yang
memperlihatkan :
1. Pemeriksaan telah direncanakan dan di supervise dengan baik, yang
menunjukan dilaksanakannya  standar pekerjaan lapangan yang
pertama.
2. Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian internal telah
diperoleh untuk merancangkan audit dan menentukan sifat, saat, dan
lingkup pengujian yang telah dilakuan.
3. Bukti audit telah diperoleh, prosedur pemeriksaan yang telah di
terapkan dan pengujian yang telah dilaksanakan, yang memberikan
bukti yang kompeten yang cukup sebagai dasar yang memadai untuk
menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan, yang
menunjukan dilaksanakannya standar pekerjaan lapangan yang ketiga.
Menurut IBK.Bayangkara kertas kerja audit (KKA) merupakan catatan-
catatan yang dibuat dan data-data yang dikumpulkan auditor secara sistematis
pada saat melaksanakan tugas audit. Untuk memberikan gambaran yang
lengkap terhadap proses audit, KKA harus mencerminkan langkah-langkah
audit yang ditempuh :

3
a. rencana audit
b. pemeriksaan dan evaluasi kecukupan dan efektivitas system
control internal
c. prosedur-prosedur audit yang dilakukan, informasi yang diperoleh
dan kesimpulan yang dicapai.
d. penelahaan kertas kerja audit oleh penyedia
e. laporan audit
f. tindak lanjut dari tindakan perbaikan

B. Manfaat Kertas Kerja Audit (KKA)


Setiap auditor wajib membuat KKA pada saat melaksaanakan tugas audit,
manfaat utama KKA antara lain :
a. merupakan dasar penyusunan laporan hasil audit.
b. merupakan alat bagi atasan untuk mereview dan mengawasi
pekerjaan para pelaksana audit.
c. merupakan alat pembuktian ari laporan hasil audit.
d. menyajikan data untuk keperluan referensi
e. merupakan salah satu pedoman untuk tuga audit berikutnya
Tujuan pembuatan kertas kerja audit, yaitu :
a. mendukung pendapat auditor atas laporan keuangan auditkertas
kerja audit dapat digunakan oleh auditor untuk mendukung
pendapatnya dan merupakan bukti bahwa auditor telah
melaksanakan audit yang memadai.

b. menguatkan simpulan-simpulan auditor dan kompetensi


auditnya.auditor dapat kembali memeriksa kertas kerja yang telah
dibuat dalam auditnya, jika di kemudian hari ada pihak-pihak yang
memerlukan penjelasan mengenai simpulan atau pertimbangan
yang telah dibuat oleh auditor dalam auditnya
c. mengkoordinasikan dan mengorganisasi semua tahap audit. audit
yang dilaksanakan oleh auditor terdiri dari berbagai tahap audit
yang dilaksanakan dalam brbagai waktu, tempat, dan pelaksana.

4
Setiap audit tersebut menghasilkan berbagai macam bukti yang
membentuk kertas kerja. Pengorganisasian dan pengkordinasian
bebagai tahap audit tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan
kertas kerja.
d. memberikan pedoman dalam audit berikutnya. dari kertas kerja
dapat diperoleh informasi yang sangat bermanfaat untuk audit
berikutnya jika dilakukan audit yang berulang terhadap klien yang
sama dalam periode akuntansi yang berlainan. Auditor
memerlukan informasi mengenai sifat usaha klien,  catatan
akuntansi klien dan pengendalian intern klien serta rekomendasi
perbaikan yang diajukan kepada klien dalam audit yang lalu.
Jurnal-jurnal adjustment yang disarankan untuk menyajikan secara
wajar laporan keuangan yang lalu.

C. Faktor-Faktor Yang Harus Diperhatikan Dalam Pembuatan Kertas


Kerja Yang Baik
Ada lima faktor yang harus diperhatikan :
1. Lengkap
a. Berisi semua imformasi yang pokok, menentuakn komposisi semua
data penting yang dicamtumkan dalam kertas kerja.
b. Tidak memerlukan tambahan penjelasan secara lisan. Artinya
kertas kerja harus jelas dapat berbicara sendiri, harus berisi
imformasi yang lengkap, tidak berisi imformasi yang belum jelas
atau pertanyaan yang belum dijawab.
2. Teliti
Dalam pembuatan kerja, akuntan harus memperhatikan ketelitian
dalam penulisan dan perhitungan sehingga kertas kerjanya bebas dari
kesalahan tulis dan perhitungan.
3. Ringkas
Kertas kerja harus dibatasi pada imformasi yang pokok-pokok saja
yang relevan dengan tujuan pemeriksaan yang dilakukan serta disajikan
dengan ringkas . untuk menghindari rincian-rincian yang tidak perlu.

5
Analisis yang perlukan oleh seorang akuntan harus merupakan
peringkasan dan penapsiran data dan bukan hanya merupakan penyalinan
catatan klien kedalam kertas kerja.
4. Jelas
Kejelasan dalam imformasi kepada pihak-pihak yang akan memeriksa
kertas kerja perlu diusahakan oleh akuntan. Penggunaan ini istilah yang
menimbulkan arti ganda perlu dihindari. Penyajian imformasi secara
sistematik perlu dilakukan.
5. Rapi
Kerapian dalam pembuatan kertas kerja dan keteraturan penyusunan
kertas kerja akan membantu akuntan senior dalam menela’ah hasil
pekerjaan stafnya serta memudahkan memperoleh imformasi dari kertas
kerja tersebut.

D. Tipe Kertas Kerja Audit


Isi ketas kerja meliputi semua informasi yang dikumpulan dan dibuat oleh
auditor dalam auditnya. Kertas kerja terdiri dari berbagai macam yang secara
garis besar dapat dikelompokkan ke dalam 5 tipe kertas kerja berikut ini :
1. Program Audit
Program audit merupakan daftar prosedur audit untuk seluruh audit
unsur tertentu, sedangkan prosedur audit adalah instruksi rinci untuk
mengumpulkan tipe bukti audit tertentu yang harus diperoleh pada saat
tertentu dalam audit. Dalam program audit, auditor menyebutkan prosedur
audit yang harus diikuti dalam melakukan verifikasi setiap unsur yang
tercantum dalam laporan keuangan, tanggal dan paraf pelaksana prosedur
audit tersebut, serta penunjukan indeks kertas kerja yang dihasilkan.
Dengan demikian, program audit berfungsi sebagai suatu alat yang
bermanfaat untuk menetapkan jadwal pelaksanaan dan pengawasan
pekerja audit. Program audit dapat digunakan untuk merencanakan jumlah
orang yang diperlukan untuk melaksanakan audit beserta komposisinya,
jumlah asisten dan auditor junior yang akan ditugasi, taksiran jam yang
akan dikonsumsi, serta untuk memungkinkan auditor yang berperan

6
sebagai supervisor dapat mengikuti program audit yang sedang
berlangsung.
2. Working Trial Balance
Working Trial Balance adalah suatu daftar yang berisi saldo-saldo
akun buku besar pada akhir tahun yang diaudit dan pada akhir tahun
sebelumnya, kolom-kolom untuk adjustment dan penggolongan kembali
yang diusulkan oleh auditor, serta saldo-saldo setelah koreksi auditor yang
akan tampak dalam laporan keuangan auditan (audited financial
statements). Working trial balance ini merupakan daftar permulaan yang
harus dibuat oleh auditor untuk memindahkan semua saldo akun yang
tercantum dalam daftar saldo (trial balance) klien. Dalam proses audit,
working trial balance ini digunakan untuk meringkas adjustment dan
penggolongan kembali yang diusulkan oleh auditor kepada klient serta
saldo akhir tiap-tiap akun buku besar setelah adjustment atau koreksi oleh
auditor. Working trial balance ini mempunyai fungsi yang sama dengan
lembar kerja (work sheet) yang digunakan oleh klien dalam proses
penyusunan laporan keuangan. Dalam penyusunan laporan keuangan,
klien menempuh beberapa tahap sebagai berikut :
a. Pengumpulan bukti transaksi
b. Pencatatan dan Penggolongan transaksi dalam jurnal dan buku
pembantu
c. Pembukuan (posting) jurnal ke dalam buku besar
d. Pembuatan lembar kerja.
e. Penyajian laporan keuangan
Dalam proses auditnya, auditor bertujuan untuk menghasilkan laporan
keuangan auditan. Adapun tahap-tahap penyusunan laporan keuangan
auditan tersebut adalah sebagai berikut :
1) Pengumpulan bukti audit dengan cara pembuatan atau pengumpulan
skedul pendukung ( supporting schedules).
2) Peringkasan informasi yang terdapat dalam skedul pendukung ke
dalam skedul utama ( lead schedules atau top schedules) dan
ringkasan jurnal adjustment.

7
3) Peringkasan informasi yang tercantum dalam skedul utama dan
ringkasan jurnal adjustment ke dalamworking trial balance
4) Penyusunan laporan keuangan auditan.
3. Ringkasan Jurnal Adjusment
Dalam proses auditnya, auditor mungkin menemukan kekeliruan
dalam laporan keuangan dan catatan akuntansi kliennya. Untuk
membetulkan kekeliruan tersebut, auditor membuat draft jurnal
adjustment yang nantinya akan dibicarakan dengan klien. Disamping itu,
auditor juga membuat jurnal penggolongan kembali (reclassification
entries) untuk unsur, yang meskipun tidak salah dicatat oleh klien, namun
untuk kepentingan penyusunan laporan keuangan yang wajar, harus
digolongkan. Jurnal adjustment yang diusulkan oleh auditor biasanya
diberi nomor urut dan untuk jurnal penggolongan kembali diberi identitas
huruf. Setiap jurnal adjustment maupun jurnal penggolongan kembali
harus disertai penjelasan yang lengkap. Jurnal adjustment berbeda dengan
jurnal penggolongan kembali. Jurnal penggolongan kembali digunakan
oleh auditor hanya untuk memperoleh pengelompokkan yang benar dalam
laporan keuangan klien. Jurnal ini digunakan untuk menggolongkan
kembali suatu jumlah dalam kertas kerja auditor; tidak untuk disarankan
agar dibukukan ke dalam catatan akuntansi klien. Di lain pihak,
jurnal adjustment digunakan oleh auditor untuk mengoreksi catatan
akuntansi klien yang salah, sehingga jurnal ini disarankan oleh auditor
kepada klien  untuk dibukukan dalam catatan akuntansi kliennya. Oleh
auditor, jurnal adjustment dan penggolongan kembali ini mula-mula
dicatat dalam skedul pendukung dan ringkasan jurnal adjustment. Emudian
jurnal-jurnal tersebut diringkas dari berbagai skedul pendukung ke dalam
skedul utama yang berkaitan ank e dalam working trial balance.
4. Skedul Utama
Skedul utama adalah kertas kerja yang digunakan untuk meringkas
informasi yang dicatat dalam skedul pendukung untuk akun-akun yang
berhubungan. Skedul utama ini digunakan untuk menggabungkan akun-
akun buku besar yang sejenis, yang jumlah saldonya akan dicantumkan

8
dalam laporan keuangan dalam satu jumlah. Skedul utama memiliki kolom
yang sama dengan kolom-kolom yang terdapat dalam working trial
balance. Jumlah total tiap-tiap kolom dalam skedul utama dipindahkan ke
dalam kolom yang berkaitan dengan working trial balance.
5. Skedul Pendukung
Pada waktu auditor melakukan verifikasi terhadap unsur-unsur yang
tercantum dalam laporan keuangan klien, ia membuat berbagai macam
kertas kerja pendukung yang menguatkan informasi keuangan dan
operasional yang dikumpulkannya. Dalam setiap skedul pendukung harus
dicantumkan pekerjaan yang telah dilakukan oleh auditor dalam
memverifikasi dan menganalisis unsur-unsur yang dicantumkan dalam
daftar tersebut, metode verifikasi yang digunakan, pertanyaan yang timbul
dalam audit, serta jawaban atas pertanyaan tersebut. Skedul pendukung
harus memuat juga berbagai simpulan yang dibuat oleh auditor.

E. Kepemilikan Kertas Kerja Dan Kerahasiaan Informasi Dalam Kertas


Kerja
SA Seksi 339 Kertas Kerja paragraph 06 mengatur bahwa kertas kerja
adalah milik kantor akuntan publik, bukan milik klien atau milik pribadi.
Namun, hak kepemilikan kertas kerja oleh kantor akuntan publik masih tunduk
pada pembatasan-pembatasan yang diatur dalam Aturan Etika Kompartemen
Akuntan Publik yang berlaku, ntuk meghindarkan penggunaan hal-hal yag
bersifat rahasia oleh auditor untuk tujuan yangtidak semestinya.
Kertas keja yang bersifat rahasia berdasarkan SA Seksi 339 paragraf 08
mengatur bahwa auditor harus menerapkan prosedur memadai untuk menjaga
keamanan kertas kerja dan harus menyimpannya sekurang-kurangnya 10 tahun.
Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik memuat aturan yang berkaitan
dengan kerahasiaan kertas kerja.Aturan Etika 301 berbunyi sebagai berikut :
“Anggota Kompartemen Akuntan Pubik tidak diperkenankan mengungkapkan
informasi klien yang rahasia tanpa persetujuan dari klien”
Hal-hal yang membuat auditor dapat memberikan informasi tentang klien
kepada pihak lain adalah :

9
1. Jika klien tersebut menginginkannya
2. Jika misalnya praktek kantor akuntan dijual kepada akuntan publik
lain, jika kertas kerjanya diserahkan kepada pembeli harus atas
seijin klien.
3. Dalam perkara pengadilan (dalam perkara pidana).
4. Dalam program pengendalian mutu, profesi akuntan publik dapat
menetapkan keharusan untuk mengadakan peer review di antara
sesama akuntan publik. Untuk me-review kepatuhan auditor
terhadap standar auditing yang berlaku, dalam peer review
informasi yang tercantum dalam kertas kerja diungkapkan kepada
pihak lain (kantor akuntan public lain) tanpa memerlukan izin dari
klien yang bersangkutan dengan kertas kerja tersebut.

F. Pemberian Indeks pada Kertas Kerja Audit


Pemberian indeks terhadap kertas kerja akan memudahkan pencarian
informasi dalam bebagai daftar yang terdapat diberbagai tipe kertas kerja.
Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam pemberian indeks kertas kerja
adalah sebagai berikut :
1. Setiap kertas kerja harus diberi indeks, dapat disudut atas atu di sudut
bawah.
2. Pencantuman indeks silang (cross index) harus dilakukan sebagai
berikut :
a. Indeks silang dari skedul utama.
b. Indeks silang dari skedul akun pendapatan dan biaya.
c. Indeks silang antarskedul pendukung.
d. Indeks silang dari skedul pendukung ke ringkasan jurnal
adjusment.
e. Indeks silang dari skedul utama ke working trial balance.
f. Indeks silang dapat digunakan pula untuk menghubungkan
program audit dengan kertas kerja.

10
3. Jawaban konfirmasi, pita mesin hitung, print-out komputer, dan
sebagainya tidak diberi indeks kecuali jika dilampirkan di belakang
kertas kerja yang berindeks.

G. Metode Pemberian Indeks Kertas Kerja Audit


Ada tiga metode pemberian indeks terhadap kertas kerja :
1. Indeks angka. Kertas kerja utama dan skedul utama diberi indeks
dengan angka, sedangkan skedul pendukung diberi subindeks dengan
mencantumkan nomor kode skedul utama yang berkaitan.
2. Indeks kombinasi angka dan huruf. Kertas kerja utama dan skedul
utama diberi kode huruf, sedangkan skedul pendukungnya diberi kode
kombinasi huruf dan angka.
3. Indeks angka berurutan. Kertas kerja diberi angka yang berurutan.

D. Susunan Kertas Kerja


Tujuan disusun secara sismatik dan dalam urutan logis adalah untuk
memudahkan review atas kertas kerja yang dihasilkan oleh asistant atau staff
auditor. Urutannya sebagai berikut :
1. Draft Laporan Audit (Audit Report)
2. Laporan Keuangan Auditan
3. Ringkasan Informasi bagi reviewer
4. Program Audit
5. Laporan Keuangan/Lembar Kerja (Work sheet) yang dibuat clien
6.  Ringkasan Jurnal Adjustment
7. Working Trial Balance
8. Skedul Utama
9. Skedul Pendukung

H. Pengarsipan Kertas Kerja


1. Arsip kini (current file) : Arsip audit tahunan untuk setiap audit yang
telah selesai dilakukan.

11
2. Arsip permanen (permanent file) untuk data yang secara relatif tidak
mengalami perubahan. Arsip kini berisi kertas kerja yang informasinya
hanya mempunyai manfaat untuk tahun yang diaudit saja. Arsip
permanen berisi informasi sebagai berikut :
a. Copy anggaran dasar dan anggaran rumah tangga klien
b. Bagan organisasi dan luas wewenang serta tanggung jawab para
manajer
c. Pedoman akun, pedoman prosedur, dan data lain yang behubungan
dengan pengendalian
d.  Copy surat perjanjian penting yang mempunyai  masa laku jangka
panjang.
e. Tata letak pabrik, proses produksi, dan produk pokok perusahaan
f. Copy notulen rapat direksi, pemegang saham, dan komite-komite
yang dibentuk klien. Pembentukan arsip permanen ini mempunyai
tiga tujuan yaitu :
1) Untuk menyegarkan ingatan auditor mengenai informasi yang
akan digunakan dalam audit tahun-tahun mendatang.
2) Untuk memberikan ringkasan mengenai kebijakan dan
organisasi klien bagi staf yang baru pertama kali menangani
audit laporan keuangan klien tersebut
3) Untuk menghindari pembuatan kertas kerja yang sama dari
tahun ke tahun.
Analisis terhadap akun-akun tertentu yang relatif tidak  pernah
mengalami perubahan harus juga dimasukkan ke dalam arsip permanin.
Akun-akun seperti tanah, gedung, akimulasi, depresiasi, investasi, utang
jangka panjang, modal saham dan akun lain yang termasuk dalam kelompok
modal sendiri adalah jarang mengalami perubahan dari tahun ke tahun.
Pemeriksaan pertama terhadap akun tersebut akan menghasilkan informasi
yang akan berlaku beberapa tahun, sehingga dalam audit berikutnya auditor
hanya akan memeriksa transaksi-transaksi tahun yang diaudit yang berkaitan
dengan akun-akun tersebut. Dalam hal ini arsip permanen benar-benar
menghemat waktu auditor karena perubahan-perubahan dalam tahun yang

12
diaudit tinggal ditambahkan dalam arsip permanen, tanpa harus memunculkan
kembali informasi-informasi tahun-tahun sebelumnya dalam kertas kerja
tersendiri.

13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kertas kerja didefinisikan sebagai catatan-catatan yang diselenggarakan
oleh auditor mengenai prosedur audit yang ditempuh, pengujian yang
dilakukan, informasi yang diperoleh, dan simpulan yang dibuatnya sehubungan
dengan pelaksanaan penugasan audit yang dilakukannya.
Kertas kerja audit berfungsi sebagai; jembatan/mata rantai
yangmenghubungkan antara catatan auditi dengan laporan hasil audit, dan
dapatpula dipergunakan auditor untuk mempertanggung jawabkan
prosedur/langkahaudit yang dilakukannya, mengkoordinir dan mengorganisir
semua tahap auditmulai dari perencanaan sampai pelaporan, dan sebagai
dokumen yang dapatdigunakan oleh auditor berikutnya.
Kertas kerja yang baik harus lengkap, teliti, ringkas, jelas dan rapi,
disimpan dan dijaga kerahasiannya. Agar mudah diakses, lazimnya kertas kerja
audit dikelompokkan dalam berkas permanen (permanent file), berkas berjalan
(current file), berkas lampiran dan berkas khusus.

14
DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Sukrisno (2006).Auditing.Jakarta:lembaga Penerbit FE UI, Salemba


Empat.
Arens, A Alvin, Randal J. Elder, Mark Beasley(2008).Auditing dan Jasa
Assurance, Jakarta:indeks.
Arens, A Alvin,Mark S. Beasley, Randal J. Elder(2010). Auditing dan Jasa
Assurance, Jakarta:Salemba Empat.
Hall, A James,Tommie Singleton(2007). Audit Teknologi Informasi dan
Asurance, Jakarta:Salemba Empat
Mulyadi, Auditing edisi 6, Jakarta : Salemba Empat, 2009

15
16

Anda mungkin juga menyukai