Disusun oleh :
2021
1
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu dengan
pertolongan-Nya.
Salawat serta salam semoga telimpah curahkan pada baginda Nabi besar
Muhammad SAW. Ucapan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat-Nya,
baik itu secara sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah keperawatan
Metode Penelitian.
Tentu saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih terdapat kesalahan serta kekurangan didalamnya. Untuk itu, saya
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca makalah ini dapat menjadi makalah
yang lebih baik lagi. Mohon maaf apabila ada terdapat banyak kesalahan dalam
pembuatan makalah ini.
Saya mengucapkan terimkasih kepada semua pihak khusunya kepada dosen yang
telah membimbing dalam menulis makalah ini.
penyusun
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................5
C. Tujuan Penelitian.....................................................................................5
D. Manfaat Penelitian...................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................9
A. Konsep Kasus Diare................................................................................9
1. Pengertian Diare................................................................................9
2. Klasifikasi Diare................................................................................9
3. Etiologi............................................................................................11
4. Patofisiologi.....................................................................................13
5. WOC................................................................................................17
6. Manifestasi Klinis............................................................................18
7. Respon Tubuh..................................................................................20
8. Penatalaksanaan...............................................................................21
9. Komplikasi......................................................................................30
B. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Diare......................31
1. Pengkajian.......................................................................................31
2. Kemungkinan Diagnosa Keperawatan............................................37
3. Perencanaan Keperawatan...............................................................38
BAB III PENUTUP.........................................................................................49
1. Kesimpulan......................................................................................49
2. Saran ...............................................................................................49
1
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diare saat ini masih merupakan masalah kesehatan yang sering terjadi
pada masyarakat. Diare juga merupakan penyebab utama kesakitan dan
kematian pada anak di berbagai negara (Widoyono, 2011). Diare dapat
menyerang semua kelompok usia terutama pada anak. Anak lebih
rentan mengalami diare, karena sistem pertahanan tubuh anak belum
sempurna (Soedjas, 2011).
Target penemuan kasus diare pada tahun 2015 adalah 2,14% dari
92,4% penduduk Kota Padang, dengan capaian kasus adalah 49,7%
kasus dan semuanya ditangani. Jumlah kasus ini naik dari tahun
sebelumnya (41,7% kasus) dan lebih banyak ditemukan pada
perempuan (Dinkes, 2016). Cakupan pelayanan diare pada balita kota
Padang tahun 2015 adalah 48,3% dari 100% yang ditargetkan. Laporan
macam penyakit dan jumlah penderita rawat inap di RS Reksodiwiryo
Padang tahun 2016 pasien yang terdiagnosa menderita diare sebanyak
337 kasus dan diare berada di urutan kedua penyakit terbanyak di
kelompok infeksi saluran pencernaan.
Diare pada bayi dan balita ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor
diantaranya: yaitu infeksi, malabsorbsi, makanan, dan psikologis anak.
Infeksi enteral merupakan infeksi saluran percernaan, yang menjadi
penyebab utama diare pada anak. Infeksi enteral disebabkan karena
bakteri, virus dan parasit. Sedangkan infeksi parenteral merupakan
infeksi dari luar pencernaan seperti otitis media akut (OMA),
bronkopneumonia, ensefalitis. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi
dan anak berumur di bawah 2 tahun (Ngastiyah, 2014).
Dampak masalah fisik yang akan terjadi bila diare tidak diobati akan
berakibat kehilangan cairan dan eletrolit secara mendadak. Pada balita
akan menyebabkan anoreksia (kurang nafsu makan) sehingga
mengurangi asupan gizi, dan diare dapat mengurangi daya serap usus
terhadap sari makanan. Dalam keadaan infeksi, kebutuhan sari
makanan pada anak yang mengalami diare akan meningkat, sehingga
setiap serangan diare akan menyebabkan kekurangan gizi. Jika hal ini
berlangsung terus menerus akan menghambat proses tumbuh kembang
anak. Sedangkan dampak psikologis terhadap anak-anak antara lain
anak akan menjadi rewel, cengeng, sangat tergantung pada orang
terdekatnya (Widoyono, 2011).
Selain dari tindakan keperawatan, orang tua dan keluarga juga ikut
memberikan perawatan seperti memberikan perhatian, semangat dan
mendampingi anak selama dirawat dirumah sakit (Nursalam, 2008).
Selain dari perawatan anak di rumah sakit, pengetahuan orang tua
tentang terjadinya diare sangatlah penting. Hal ini disebabkan karena
sebagian ibu belum mengetahui tentang perilaku sehat untuk menjaga
kesehatan keluarga seperti selalu menjaga kebersihan diri dan
makanan, menjaga kebersihan lingkungan rumah, memeriksakan
kondisi kesehatan ketika terdapat gejala suatu penyakit ke puskesmas,
menjaga pola istirahat serta menyempatkan untuk berekreasi guna
menghilangkan stres yang dapat memicu suatu penyakit (Subakti,
2015).
A. Rumusan Masalah
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
C. Manfaat
1. Pengembang Keilmuan
a. Penulis
Dapat menambah wawasan dan pengalaman nyata dalam
memberikan asuhan keperawatan anak pada anak dengan diare.
2. Institusi Pelayanan
a. Institusi Pendidikan Poltekkes Kemenkes RI Padang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
WHO (2009), mengatakan diare adalah suatu keadaan buang air besar
(BAB) dengan konsistensi lembek hingga cair dan frekuensi lebih dari
tiga kali sehari. Diare akut berlangsung selama 3-7 hari, sedangkan
diare persisten terjadi selama ≥ 14 hari.
2. Klasifikasi Diare
Pedoman dari Laboratorium/ UPF Ilmu Kesehatan Anak, Uniersitas
Airlangga dalam Nursalam (2008), diare dapat dikelompokkan
menjadi:
a. Diare akut, yaitu diare yang terjadi mendadak dan berlangsung
paling lama 3-5 hari.
b. Diare berkepanjangan bila diare berlangsung lebih dari 7 hari.
c. Diare kornik bila diare berlangsung lebih dari 14 hari. Diare kronik
bukan suatu kesatuan penyakit, melainkan suatu sindrom yang
penyebab dan patogenesisnya multikompleks. Mengingat
banyaknya kemungkinan penyakit yang dapat mengakibatkan diare
kronik dan banyaknya pemeriksaan yang harus dikerjakan maka
dibuat tinjauan pustaka ini untuk dapat melakukan pemeriksaan
10
lebih terarah.
a. Diare akut
Merupakan penyebab utama keadaan sakit pada balita. Diare akut
didefenisikan sebagai peningkatan atau perubahan frekuensi
defekasi yang sering disebabkan oleh agens infeksius dalam traktus
Gastroenteritis Infeksiosa (GI). Keadaan ini dapat menyertai
infeksi saluran napas atau (ISPA) atau infeksi saluran kemih (ISK).
Diare akut biasanya sembuh sendiri (lamanya sakit kurang dari 14
hari) dan akan mereda tanpa terapi yang spesifik jika dehidrasi
tidak terjadi.
b. Diare kronis
Didefenisikan sebagai keadaan meningkatnya frekuensi defekasi
dan kandungan air dalam feses dengan lamanya (durasi) sakit lebih
dari 14 hari. Kerap kali diare kronis terjadi karena keadaan kronis
seperti sindrom malabsorpsi, penyakit inflamasi usus, defisiensi
kekebalan, alergi makanan, intoleransi latosa atau diare nonspesifik
yang kronis, atau sebagai akibat dari penatalaksanaan diare akut
yang tidak memadai.
c. Diare intraktabel
Yaitu diare membandel pada bayi yang merupakan sindrom pada
bayi dalam usia minggu pertama dan lebih lama dari 2 minggu
tanpa ditemukannya mikroorganisme patogen sebagai penyebabnya
dan bersifat resisten atau membandel terhadap terapi. Penyebabnya
yang paling sering adalah diare infeksius akut yang tidak ditangani
secara memadai.
3. Etiologi
Ngastiyah (2014), mengatakan diare dapat disebabkan oleh berbagai
infeksi, selain penyebab lain seperti malabsorbsi. Diare sebenarnya
merupakan salah satu gejala dari penyakit pada sistem gastrointestinal
atau penyakit lain di luar saluran pencernaan. Tetapi sekarang lebih
dikenal dengan “penyakit diare”, karena dengan sebutan penyakit diare
akan mempercepat tindakan penanggulangannya. Penyakit diare
terutama pada bayi perlu mendapatkan tindakan secepatnya karena
dapat membawa bencana bisa terlambat.
b. Faktor malabsorbsi
1) Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa,
maltosa dan sukrosa); monosakarida (intoleransi glukosa,
fruktosa, dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang terpenting
dan tersering (intoleransi laktosa).
12
2) Malabsorbsi lemak.
3) Malabsorbsi protein.
a. Tidak memberikan ASI secara penuh untuk 4-6 bulan pertama dari
kehidupan.
b. Menggunakan botol susu.
c. Menyimpan makanan masak pada suhu kamar.
d. Air minum tercemar dengan bakteri tinja.
e. Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar, sesudah membuang
tinja, atau sebelum menjamaah makanan.
2. Agens bakteri
a. Escherichia coli, masa inkubasinya bervariasi bergantung pada
strainnya. Biasanya anak akan mengalami distensi abdomen,
demam, vomitus, BAB berupa cairan berwarna hijau dengan
darah atau mukus bersifat menyembur. Dapat ditularkan antar
individu, disebabkan karena daging yang kurang matang,
pemberian ASI tidak eksklusif.
b. Kelompok salmonella (nontifoid), masa inkubasi 6-72 jam
untuk gastroenteritis. Gejalanya bervariasi, anak bisa
mengalami nausea atau vomitus, nyeri abdomen, demam, BAB
kadang berdarah dan ada lendir, peristaltik hiperaktif, nyeri
tekan ringan pada abdomen, sakit kepala, kejang. Dapat
disebabkan oleh makanan dan minuman yang sudah
terkontaminasi oleh binatang seperti kucing, burung, dan
lainnya.
3. Keracunan makanan
a. Staphylococcus, masa inkubasi 4-6 jam. Dapat menyebabkan
kram yang hebat pada abdomen, syok. Disebabkan oleh
makanan yang kurang matang atau makanan yang disimpan di
lemari es seperti puding, mayones, makanan yang berlapis
krim.
b. Clostridium perfringens, masa inkubasi 8-24 jam. Dimana anak
akan mengalami nyeri epigastrium yang bersifat kram dengan
intensitas yang sedang hingga berat. Penularan bisa lewat
produk makanan komersial yang paling sering adalah daging
dan unggas.
c. Clostridium botulinum, masa inkubasi 12-26 jam. Anak akan
mengalami nausea, vomitus, mulut kering, dan disfagia.
Ditularkan lewat makanan yang terkntaminasi. Intensitasnya
bervariasi mulai dari gejala ringan hingga yang dapat
menimbulkan kematian dengan cepat dalam waktu beberapa jam.
4. Patofisiologi
Hidayat (2008), mengatakan proses terjadinya diare dapat disebabkan
oleh berbagai kemungkinan faktor diantaranya :
a. Faktor infeksi
1) Virus
Penyebab tersering diare pada anak adalah disebabkan infeksi
rotavirus. Setelah terpapar dengan agen tertentu, virus akan
masuk ke dalam tubuh bersama dengan makanan dan minuman
yang masuk ke dalam saluran pencernaan yang kemudian
melekat pada sel-sel mukosa usus, akibatnya sel mukosa usus
menjadi rusak yang dapat menurunkan daerah permukaan usus.
Sel-sel mukosa yang rusak akan digantikan oleh sel enterosit
baru yang berbentuk kuboid atau sel epitel gepeng yang belum
matang sehingga fungsi sel-sel ini masih belum bagus. Hal ini
menyebabkan vili-vili usus halus mengalami atrofi dan tidak
dapat menyerap cairan dan makanan dengan baik. Selanjutnya,
terjadi perubahan kapasitas usus yang akhirnya mengakibatkan
gangguan fungsi usus dalam absorpsi cairan dan elektrolit.
Atau juga dikatakan adanya toksin bakteri atau virus akan
menyebabkan sistem transpor aktif dalam usus sehingga sel
mukosa mengalami iritasi yang kemudian sekresi cairan dan
elektrolit akan meningkat.
2) Bakteri
Bakteri pada keadaan tertentu menjadi invasif dan menyerbu ke
dalam mukosa, terjadi perbanyakan diri sambil membentuk
toksin. Enterotoksin ini dapat diresorpsi ke dalam darah dan
menimbulkan gejala hebat seperti demam tinggi, nyeri kepala,
dan kejang-kejang. Selain itu, mukosa usus yang telah dirusak
mengakibatkan mencret berdarah berlendir. Penyebab utama
pembentukan enterotoksin ialah bakteri Shigella sp, E.coli.
diare ini bersifat self-limiting dalam waktu kurang lebih lima
hari tanpa pengobatan, setelah sel-sel yang rusak diganti
dengan sel-sel mukosa yang baru (Wijoyo, 2013).
b. Faktor malabsorpsi,
1) Gangguan osmotik
Cairan dan makanan yang tidak dapat diserap akan terkumpul
di usus halus dan akan meningkatkan tekanan osmotik usus
Akibatnya akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga
usus meningkat. Gangguan osmotik meningkat menyebabkan
terjadinya pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus.
Hal ini menyebabkan banyak cairan ditarik ke dalam lumen
usus dan akan menyebabkan terjadinya hiperperistaltik usus.
Cairan dan makanan yang tidak diserap tadi akan didorong
keluar melalui anus dan terjadilah diare (Nursalam, 2008).
2) Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus
akan terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam
rongga usus dan selanjutnya timbul diare karena terdapat
peningkatan isi rongga usus (Nursalam, 2008).
3) Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan
usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare.
Sebaliknya bisa peristaltik usus menurun akan mengakibatkan
bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya timbul diare pula.
Akibat dari diare yaitu kehilangan air dan elektrolit yang dapat
menyebabkan cairan ekstraseluler secara tiba-tiba cepat hilang,
terjadi ketidakseimbangan elektrolit yang mengakibatkan syok
hipovolemik dan berakhir pada kematian jika tidak segera
diobati (Nursalam, 2008).
c. Faktor makanan, ini dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak
mampu diserap dengan baik. Sehingga terjadi peningkatan
peristaltik usus yang mengakibatkan penurunan kesempatan untuk
menyerap makanan yang kemudian menyebabkan diare (Hidayat,
2008). Diare akut berulang dapat menjurus ke malnutrisi energi
protein, yang mengakibatkan usus halus mengalami perubahan
yang disebabkan oleh PEM tersebut menjurus ke defisiensi enzim yang
menyebabkan absorpsi yang tidak adekuat dan terjadilah diare berulang
yang kronik. Anak dengan PEM terjadi perubahan respons imun,
menyebabkan reaksi hipersensitivitas kulit terlambat, berkurangnya
jumlah limfosit dan jumlah sel T yang beredar.
5. Manifestasi Klini
BAB cair, mungkin disertai lendir dan darah. Warna tinja makin lama
berubah kehijauan karena bercampur dengan empedu. Anus dan daerah
sekitarnya akan lecet karena sering defekasi dan tinja makin lama
makin asam sebagai akibat makin banyak asam laktat yang berasal dari
laktosa yang tidak diabsorbsi oleh usus selama diare.
Gejala muntah dapat timbul sebelum atau sesudah diare dan dapat
disebabkan karena lambung turut meradang atau akibat gangguan
keseimbangan asam basa dan elektrolit. Jika anak telah banyak
kehilangan cairan dan elektrolit, serta mengalami gangguan asam basa
dapat menyebabkan dehidrasi, asidosis metabolik dan hipokalemia,
hipovolemia. Gejala dari dehidrasi yang tampak yaitu berat badan
turun, turgor kulit kembali sangat lambat, mata dan ubun-ubun besar
menjadi cekung, mukosa bibir kering.
Tabel 2.1
Penilaian Derajat Dehidrasi
Penilaian Tanpa Dehidrasi Dehidrasi
Dehidrasi Ringan/Sedan Berat
g
1. Lihat:
Baik, sadar Gelisah, Lesu lungl
Keadaan Umum rewel , ai
Atau tidak
sadar
Mata
Normal Cekung Sang
dan keringceku
19
2. Periksa:
Kembali cepat Kembali lambat Kembali sangat
Turgor kulit lambat
6. Respon Tubuh
a. Sistem Integumen
b. Sistem Respirasi
c. Sistem Pencernaan
d. Sistem Muskoloskletal
e. Sistem Sirkulasi
Akibat dari diare dapat terjadi gangguan pada sistem sirkulasi
darah menyebabkan nadi melemah, tekanan darah rendah, kulit
pucat, akral dingin yang mengakibatkan terjadinya syok
hipovolemik.
f. Sistem Otak
g. Sistem Eliminasi
7. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
a) Jenis cairan
b) Jumlah cairan
(2) Terpai sistematik seperti pemberian obat anti diare, obat anti
mortilitas dan sekresi usus, antiemetik
2) Pengobatan dietetik
Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat
badan kurang dari 7 kg jenis makanan :
(a) Susu (ASI atau susu formula yang mengandung laktosa rendah
dan asam lemak tidak jenuh, misalnya LLM, Almiron atau
sejenis lainnya).
b. Penatalaksanaan Keperawatan
1) Bila dehidrasi masih ringan
(a) Jumlah tetesan per menit dikalikan 60, dibagi 15/20 (sesuai set
infus yang dipakai). Berikan tanda batas cairan pada botol infus
waktu memantaunya.
(c) Perhatikan frekuensi buang air besar anak apakah masih sering,
encer atau sudah berubah konsistensinya.
(d) Berikan minum teh atau oralit 1-2 sendok jam untuk mencegah
bibir dan selaput lendir mulut kering.
a) Beri ASI lebih sering dan lebih lama pada setiap kali
pemberian.
2. Rencana terapi B
Tabel 2.2
Pemberian
Oralit
Umu ≤4 4 - <12 bulan 1 - <2 2 - <5
r bulan tahun tahun
(2) Untuk anak berumur kurang dari 6 bulan yang tidak menyusu,
berikan juga 100-200 ml air matang selama periode ini.
d) Setelah 3 jam
3. Rencana terapi C
Tabel 2.3
Pemberian Cairan
Umur Pemberian Pemberian
Pertama 30 ml/kg Berikut 70 ml/kg
Selama
Selama
Bayi 1 jam* 5 jam
(dibawah umur 12 bulan)
b. Periksa kembali anak setiap 15-30 menit. Jika nadi belum teraba,
beri tetesan lebih cepat.
f. Jika anak bisa minum, bekali ibu larutan oralit dan tunjukkan
cara meminumkan pada anaknya sedikit demi sedikit selama
dalam perjalan menuju klinik.
(1) Jika anak muntah terus atau perut makin kembung, beri
cairan lebih lambat.
(2) Jika setelah 3 jam keadaan hidrasi tidak membaik, rujuk
anak untuk pengobatan intravena.
1) Larutkan tablet dengan sedikit air atau ASI dalam sendok teh
(tablet akan larut ± 30 detik), segera berikan kepada anak.
Probiotik saat ini banyak digunakan sebagai salah satu terapi suportif
diare akut. Hal ini berdasarkan peranannya dalam menjaga
keseimbangan flora usus normal yang mendasari terjadinya diare.
Probiotik aman dan efektif dalam mencegah dan mengobati diare akut
pada anak (Yonata, 2016).
3) Kebutuhan nutrisi
8. Komplikasi
Secara klinis, bila pH turun oleh karena akumulasi beberapa asam non-
volatil, maka akan terjadi hiperventilasi yang akan menurunkan pCO2
menyebabkan pernafasan bersifat cepat, teratur, dan dalam (pernapasan
kusmaul) (Suharyono, 2008).
2. Hipoglikemia
Hypoglikemia terjadi pada 2-3% dari anak-anak yang menderita
diare dan lebih sering terjadi pada anak yang sebelumnya sudah
menderita kekurangan kalori protein (KKP), karena :
terjadi.
3. Gangguan gizi
4. Gangguan sirkulasi
5. Hiponatremia
Anak dengan diare yang hanya minum air putih atau cairan yang
hanya mengandung sedikit garam, dapat terjadi hiponatremi (Na<
130 mol/L). Hiponatremi sering terjadi pada anak dengan
Shigellosis dan pada anak malnutrisi berat dengan oedema. Oralit
aman dan efektif untuk terapi dari hampir semua anaka dengan
hiponatremi. Bila tidak berhasil, koreksi Na dilakukan bersamaan
dengan koreksi cairan rehidrasi yaitu: memakai Ringer Laktat atau
Normal Saline (Juffrie, 2010).
1. Pengkajian
1) Keluhan Utama
5) Riwayat Nutrisi
b. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
2. Berat badan
a) Kepala
b) Mata
c) Hidung
d) Telinga
f) Leher
g) Thorak
(1) Jantung
(a) Inspeksi
Pada anak biasanya iktus kordis tampak terlihat.
(b) Auskultasi
(2) Paru-paru
(a) Inspeksi
h) Abdomen
(1) Inspeksi
(2) Palpasi
(3) Auskultasi
i) Ektremitas
j) Genitalia
Anak dengan diare akan sering BAB maka hal yang perlu
di lakukan pemeriksaan yaitu apakah ada iritasi pada anus.
c. Pemeriksaan diagnostik
1) Pemeriksaan laboratrium
(a) Endoskopi
(b) Radiologi
3. Intervensi Keperawatan
Tabel 2.5
Intervensi Keperawatan Untuk Pasien Diare
Interven
si
N Diagnosa NO NIC
O Keperawat C
an
1 Diare NOC: NIC:
. berhubungan a. Kontinensi usus a. Manajemen diare
dengan Setelah dilakukan Tindakan keperawatan:
parasit, tindakan keperawatan 1. Evaluasi
psikologis, diharapkan efek samping
proses pasien dapat mengontrol pengobatan
pengeluaran feses terhadap
infeksi, dari usus, gastrointestinal
inflamasi, dengan 2. Anjurkan pasien
iritasi, Kriteria hasil: untuk
malabsorbsi. 1. Diare(4) menggunakan obat
2. Mengeluarkan antidiare
feses paling tidak 3 3. Evaluasi
kali per hari(5) intake
3. Minum cairan makanan
secara adekuat(5)
4. Mengkonsumsi yang dikonsumsi
serat secara sebelumnya
adekuat(5) 4. Identifikasi faktor
penyebab
Keterangan: diare (misalnya,
(4): Jarang menunjukkan bakteri)
(5): Secara 5. Berikan makanan
konsisten dalam porsi kecil
menunjukkan dan lebih sering
serta tingkatkan
porsi secara
bertahap
6. Monitor tanda
dan gejala diare
b. Fungsi b. Manajemen
Gastrointestinal Saluran
Setelah dilakukan Cerna
tindakan keperawatan Tindakan keperawatan:
1. Monitor buang
diharapkan saluran air besar
pencernaan pasien termasuk frekuensi,
mampu untuk mencerna, konsistensi,
dan menyerap nutrisi bentuk, volume,
dari makanan, dengan dan warna, dengan
Kriteria hasil: cara yang
1. Frekuensi BAB(4) tepat.
2. Konsistensi feses(5) 2. Monitor bising usus
3. Distensi perut(5) 3. Instruksikan pasien
4. Peningkat mengenai makanan
an tinggi serat
peristaltik(
4)
5. Diare(4)
Keterangan:
(4): Sedikit terganggu
(5): Tidak terganggu
2 Kekurangan NOC: NIC:
. a. Keseimbangan cairan a. Manajemen cairan
Volume cairan
Setelah dilakukan Tindakan keperawatan:
berhubungan tindakan keperawatan 1. Monitor
diharapkan status
Dengan keseimbangan cairan hidrasi
(misalnya,
kehilangan didalam tubuh pasien membran mukosa
tidak terganggu, dengan lembab, denyut
cairan Kriteria hasil: nadi adekuat)
1. Tekanan darah (5) 2. Jaga intake/asupan
aktif, 2. Denyut nadi yang akurat dan
kegagalan perifer(5) catat
3. Keseimbangan intake output pasien
mekanisme dan output dalam 24 3. Monitor
regulasi.
jam(4) makanan/cairan
4. Berat badan stabil(5) yang dikonsumsi
5. Turgor kulit(5)
6. Kelembaban dan hitung asupan
membran mukosa(5) kalori harian
4. Kolaborasi
pemberian cairan IV
Keterangan: 5. Monitor status
(4): Sedikit terganggu nutrisi
6. Timbang berat
badan
(5): Tidak terganggu setiap hari
dan
monitor status pasien
7. Monitor tanda-tanda
vital
8. Dorong
keluarga
untuk
membantu
pasien makan
b. Hidrasi b. Manajeme
Setelah dilakukan n
tindakan keperawatan Hipovole
diharapkan ketersediaan mia
air didalam tubuh pasien Tindakan Keperawatan:
tidak terganggu, dengan 1. Monitor status
cairan termasuk
Kriteria hasil: intake dan output
1. Turgor kulit(5) cairan
2. Membran 2. Pelihara IV line
mukosa lembab(5) 3. Monitor tingkat Hb
3. Intake cairan(5) dan hematokrit
4. Mata dan ubun-ubun 4. Monitor tanda-
cekung(5) tanda vital
5. Nadi cepat 5. Monitor
dan lemah(5) respon
pasien
Keterangan:
terhadap
penambahan cairan
6. Dorong pasien
untuk menambah
intake oral
(5): Tidak terganggu
b. Fungsi
gastrointestinal
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
diharapkan saluran
pencernaan pasien
mampu untuk mencerna,
dan menyerap nutrisi
dari makanan, dengan
Kriteria hasil:
1. Frekuensi BAB(4)
2. Konsistensi feses(5)
3. Distensi perut(5)
4. Peningkat
an
peristaltik(
4)
5. Diare(4)
Keterangan:
(4): Sedikit terganggu
(5): Tidak terganggu
6. Resiko syok
hipovolemik
7. Nyeri akut
8. Hipertermi
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Diare yaitu penyakit yang terjadi ketika terdapat perubahan konsistensi feses. Seseorang dikatakan
menderita diare bila feses lebih berair dari biasanya, dan bila buang air besar lebih dari tiga kali, atau
buang air besar yang berair tetapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam (Dinkes, 2016).
Diare pada bayi dan balita ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya: yaitu infeksi,
malabsorbsi, makanan, dan psikologis anak. Infeksi enteral merupakan infeksi saluran percernaan, yang
menjadi penyebab utama diare pada anak. Infeksi enteral disebabkan karena bakteri, virus dan parasit.
Sedangkan infeksi parenteral merupakan infeksi dari luar pencernaan seperti otitis media akut (OMA).
B. Saran
Setalah membaca makalah ini semoga pembaca memahami isi makalah yang telah disusun meskipun
makalah ini kurang sempurna. Oleh karena itu kami berharap pembaca dapat memberikan kritik dan
saran yang dapat membantu menyempurnakan makalah.
DAFTAR PUSTAKA
Adyanastri, Festy. 2012. Etiologi Dan Gambaran Klinis Diare Akut Di RSUP Dr.
Kariadi Semarang. Karya Tulis Ilmiah Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro. Diakses tanggal 7 Januari 2017 dari
http://eprints.undip.ac.id/37538/1/Festy_G2A008082_Lap_kti.pdf
Arini, Estanti, N. 2012. Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Volume
Cairan Pada An.F Dengan Gastroenteritis Akut (GEA) Di Ruang Melati
RSUD Karanganyar. Studi Kasus Keperawatan STIKES Kusuma Husada
Surakarta. Diakses tanggal 6 Juni 2017 dari
http://digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-estantinur-227-1-estanti-4.pdf
Astuti, Wiwin, p.; Heriyatun.; Yudha, Hendri, T.; 2011. Hubungan Pengetahuan
Ibu Tentang Sanitasi Makanan Dengan Kejadian Diare Pada Balita. Jurnal
Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 7, No. 3. Diakses tanggal 6 Juni
2017 dari
http://digilib.stikesmuhgombong.ac.id/files/disk1/27/jtstikesmuhgo-gdlwiwinpujia1337-
2-hal.151-8.pdf