Anda di halaman 1dari 11

Makalah Hukum Pajak

PEMBAYARAN DAN KETETAPAN PAJAK

Dosen pengampuh : Ariana Nurfaza, M.Si.

Disusun Oleh :

Zamzawir Akbar (201912056)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI LHOKSEUMAWE


FAKULTAS SYARIAH
HUKUM EKONOMI SYARIAH
TAHUN AJARAN 2021-2022
Kata Pengantar

Alhamdulilahhirabbil `alamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali
yang kita ingat segala puji hanya layak untuk Allah tuhan seru sekalian alam atas segala
Berkat, Rahmat, Taufik, serta Hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah dengsn judul “Pembayaran dan Ketetapan Pajak”.

Meskipun penyusun berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan
kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik
dan saran yang membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi kedepan nya .

Akhir kata penyusun berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca
maupun pendengar.

Lhokseumawe, 20 September 2021

Penyusun

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………….. i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah……………………………………………………………... 1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………………. 1
C. Tujuan………………………………………………………………………………... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Prosedur Pembayaran Pajak………………………………………………………… 2
B. Macam – Macam Ketetapan Pajak…………………………………………………. 3

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan…………………………………………………………………………. 9

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………..…………………………. 10

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Di Indonesia, sumber pendapatan terbesarnya berasal dari penerimaan pajak. Pajak


merupakan iuran yang dibayar oleh wajib pajak, baik wajib pajak orang pribadi maupun
badan kepada negara sesuai dengan undang-undang dan tidak memperoleh balas jasa secara
langsung. Masyarakat yang membayar pajak memang tidak dapat merasakan manfaatnya
secara langsung, karena pajak bukan digunakan untuk kepentingan pribadi melainkan untuk
kepentingan umum. Oleh karena itu, banyak masyarakat yang tidak mempunyai kesadaran
sendiri dalam membayar pajak.

Dalam sistem pemungutan pajak, Indonesia menganut sistem self assessment dimana
wajib pajak dipercaya untuk menghitung, menyetor, dan melaporkan sendiri jumlah pajak
yang terutang, dengan harapan hal tersebut bisa menjadi kunci keberhasilan dalam mencapai
target penerimaan pajak. Namun, memberi kepercayaan kepada wajib pajak sering
menimbulkan resiko wajib pajak yang tidak menjalankan kewajibannya dengan benar, hal
tersebut disebabkan oleh kelalaian, ketidaktahuan maupun kesengajaan dari wajib pajak. Oleh
karena itu, Direktorat Jendral Pajak mempunyai wewenang dalam melakukan penelitian dan
pemeriksaan pajak untuk menguji kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban
berdasarkan undang-undang perpajakan. Produk hukum yang dihasilkan dari penelitian
berupa Surat Tagihan Pajak (STP).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Prosedur Pembayaran Pajak?
2. Apa Saja Ketetapan – Ketetapan Pajak?

C. Tujuan
1. Mengetahui Bagaimana Prosedur Pembayaran Pajak
2. Mengetahui Apa Saja Ketetapan – Ketetapan Pajak

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Prosedur Pembayaran Pajak
1. Cara Pembayaran Pajak
Pembayaran pajak adalah dimaksudkan untuk menghapuskan utang pajak.
Pembayaran pajak dapat dilakukan untuk sebagian dari utang yang bersangkutan dan
dapat juga dilakukan untuk seluruh utang pajak. Pembayaran yang dapat
menghapuskan utang pajak adalah pembayaran yang meliputi seluruh jumlah utang
pajak beserta denda–denda yang ditambahkan pada jumlah utang tersebut.
Pembayaran merupakan perbuatan hukum yang hanya sah apabila dilakukan oleh
orang atau subyek hukum yang mampu melakukan perbuatan hukum.
Oleh karena itu, wajib pajak yang tidak mampu melakukan perbuatan hukum,
pembayaran pajaknya harus dilakukan oleh walinya atau wakilnya yang ditunjuk
berdasarkan ketentuan hukum. Pembayaran pajak hanya sah apabila dilakukan pada
pejabat yang diberi wewenang untuk menerima pembayaran pajak-pajak seperti
Kepala Kantor Kas Negara, Kepala Kantor Pos dan Giro, Kepala Bank Pemerintah
yang khusus ditunjuk untuk maksud tersebut yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
Pembayaran pajak dilakukan dalam jumlah uang Republik Indonesia, sehingga
pembayaran utang pajak dengan mata uang asing merupakan pembayaran yang tidak
sah. Pembayaran dengan cek tidak diterima oleh Kantor Kas Negara, yang
mengandung maksud untuk menghindarkan kerepotan administrasi dan pula untuk
menghindarkan kesukaran, bila ternyata dananya tidak tersedia dalam bank.1
Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan dengan menggunakan Surat
Setoran Pajak (SSP) atau sarana administrasi lain yang disamakan dengan
SSP. Sarana administrasi lain ini dapat berupa :
1. Bukti Penerimaan Negara (BPN) atas pembayaran dan penyetoran pajak melalui
sistem pembayaran pajak secara elektronik atau dengan datang langsung ke Bank
Persepsi
2. Surat Setoran Pabean, Cukai dan Pajak (SSPCP) atas pembayaran dan penyetoran
PPh Pasal 22 impor, PPN impor, dan PPnBM impor serta PPN Hasil Tembakau
Buatan Dalam Negeri;
3. Bukti Pbk atas pembayaran dan penyetoran pajak melalui Pemindahbukuan; atau

1
Dr. Suparnyo, SH. MS, Hukum Pajak : Suatu Sketsa Asas. (Semarang : Pustaka Magister, 2012), Hal. 62.

4
4. bukti penerimaan pajak lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

SSP atau sarana administrasi lain tersebut dinyatakan sah, apabila telah divalidasi
dengan Nomor Transaksi Penerimaan Negara (NTPN). Khusus untuk
Pemindahbukuan, Bukti Pbk dinyatakan sah apabila telah ditandatangani oleh Pejabat
yang berwenang untuk menerbitkan Bukti Pbk. 

Pembayaran yang anda lakukan diakui sebagai pelunasan kewajiban sesuai


dengan tanggal bayar yang tertera pada BPN atau tanggal bayar berdasarkan validasi
MPN pada SSP atau sarana administrasi lain yang disamakan dengan SSP. 

Satu formulir SSP hanya dapat digunakan untuk pembayaran (kecuali untuk


Wajib Pajak dengan kriteria tertentu sesuai Penjelasan Pasal 3 ayat (3a) Undang-
Undang KUP):

 1 (satu) jenis pajak,


 1 (satu) Masa Pajak atau Tahun Pajak atau bagian Tahun Pajak, dan
 1 (satu) surat ketetapan pajak, Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak
PBB atau Surat Tagihan Pajak PBB, atau surat putusan atas upaya hukum
(keberatan/banding/peninjauan kembali).2

B. Macam – Macam Ketetapan Pajak


1. Macam-macam Ketetapan Pajak

Berbagai produk hukum yang dapat diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Pajak dalam hal ini
Kantor Pelayanan Pajak atau Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KPP/KPPBB)
untuk mengetahui adanya kewajiban atau hak Wajib Pajak (WP) adalah berupa surat
ketetapan pajak terdiri atas 6 (enam) macam, yaitu :

a. Surat Tagihan Pajak (STP)


Penjelasan masing-masing surat ketetapan pajak tersebut di atas seperti di bawah ini.
a. Surat Tagihan Pajak (STP)
Surat Tagihan Pajak adalah surat yang diterbitkan untuk melekukan tagihan pajak
dan atau sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda. Surat Tagihan Pajak

2
https://www.pajak.go.id/id/pembayaran-dan-penyetoran-pajak (di akses pada 21 September 2021, pukul
00.45).

5
diatur dalam Undang-undang Nomor 16 Tahun 2000 KUP. Surat tagihan Pajak
diterbitkan dalam hal-hal sebagai berikut :
1. Apabila Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar.
2. Apabila dari hasil penelitian Surat Pemberitahuan terdapat kekurangan
pembayaran pajak sebagai akibat salah tulis dan atau salah hitung.
3. Apabila Wajib Pajak dikenakan sanksi administrasi berupa denda dan atau
bunga.
4. Apabila pengusaha yang dikenakan pajak berdasarkan undang-undang PPn
dan perubahannya tidak melaporkan kegiatan usahanya untuk dikukuhkan
sebagai pengusaha kena pajak (PKP).
5. Apabila pengusaha yang tidak dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak
tetapi membuat faktur pajak.
6. Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak tidak
membuat atau membuat faktur pajak, tetapi tidak tepat waktu atau tidak
mengisi selengkapnya faktur pajak.

Penerbitan surat tagihan pajak ditambrah dengan sanksi administrasi berupa bunga
sebesar 2% seblan untuk paling lama 24 bulan dihitung sejak saat terutangnya
pajak atau bagian tahun atau tahun pajak sampai dengan diterbitkannya surat
tagihan pajak.

b. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)


SKPKB adalah surat ketetapan pajak yang diterbitkan untuk menentukan besarnya
jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok
pajak, besarnya sanksi admnistrasi, dan jumlah pajak yang msih harus dibayar.
SKPKB diatur dalam pasal 13 undang-undang KUP yang dapat diterbitkan dalam
jangka waktu 10 tahun sesudah saat tertangnya pajak, berakhirnya masa pajak,
bagian tahun pajak atau tahun pajak dalam hal-hal sebagai berikut :
1. Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain pajak yang
terutang tidak atau kurang dibayar.
2. Apabila surat pemberitahuan tidak disampaikan dalam jangka waktu yang
telah ditetapkan.
3. Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atas PPn dan PPnBM ternyata tidak
seharusnya dikompensasikan selisih lebih pajak atau tidak seharusnya
dikenakan tarif 0%.

6
4. Apabila wajib pajak tidak melakukan kewajiban pembukuan dan tidak
memenuhi permintaan dalam pemeriksaan pajak, sehingga tidak dapat
diketahui besarnya pajak yang terutang.

Penerbitan SKPKB akan diikuti dengan sanksi administrasi yang bisa berupa
denda atas jumlah ajak ang telah ditetapkan dalam SKPKBT. SKPKBT diatur
dalam pasal 13 undang-undang KUP yang diterbitkan untuk menampung beberapa
kemungkinan yang terjadi seperti :

1. Adanya SKPKBT yang telah ditetapkan ternyata lebih rendah dripada


perhitungan yang sebenarnya.
2. Adanya proses pengembalian pajak yang telah ditetapkan dalam SKPLB yang
seharusnya tidak dilakukan.
3. Adanya pajak terutang dalam surat ketetapan pajak nihil (SKPN) yang
ditetapkan ternyata lebih rendah.

Penerbitan SKPKBT dilakukan apabila ditemukan data baru (novum) dan atau
data yang semula belum terungkap yang dapat menyebabkan penambahan pajak
yang terutang.

c. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB)


SKPLB adalah Surat Ketetapan Pajak yang diterbitkan untuk menentukan jumlah
kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar daripada pajak
yang terutang atau tidak seharusnya terutang. SKPLB diatur dalm Pasal 17
Undang-undang KUP yang telah diterbitkan untuk hal-hal sebagai berikut:
1. Untuk Pajak Penghasilan (PPh), jumlah kredit pajak lebih besar dari jumlah
pajak yang terutang, atau telah dilakukan pembeyaran pajak yang seharusnya
tidak terutang.
2. Untuk Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Jumlah kredit pajak lebih besar dari
jumlah pajak yan terutang, atau telah dilakukan pembayaran pajak yang
seharusnya tidak terutang.
3. Untuk Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), jumlah pajak yang
dibayar lebih besar dari jumlah pajak yang terutang atau telah dilakukan
pembayaran pajak yang tidak seharusnya terutang. SKPLB akan diterbitkan
jika ada permohonan tertulis dari wajib pajak.

7
d. Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN)
SKPN adalah surat ketetapan pajak yang diterbitkan untuk menentukan jumlah
pokok pajak sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang
dan tidak ada kredit pajak. SKPN diatur dalam Pasal 17A Undang-undang KUP
dalam hal sebagai berikut :
1. Untuk PPh, jumlah kredit pajak sama dengan pajak yang terutang atau pajak
yang tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.
2. Untuk PPn, jumlah kredit pajak sama dengan jumlah pajak yang terutang atau
pajak tidak erutang dan tidak ada kredit pajak.
3. Untuk PPnBM, jumlah pajak yang dibayar sama dengan jumlah pajak yang
terutang atau pajak tidak terutang dan tidak ada pembayaran pajak.

e. Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT)


besarnya utang atas pajak bumi dan Bangunan yang harus dilunasi oleh Wajib
Pajak pada waktu yang telah ditentukan. SPPT diterbitkan berdasarkan Surat
Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) ang trlah disampaikan oleh Wajib Pajak atau
berdasarkan data Objek Pajak yang telah ada di Kantor Pelayanan PBB.3

3
https://123dok.com/document/qm0vnr7y-kd-macam-macam-ketetapan-pajak.html (di akses pada 21 September
2021, Pukul 01.05).

8
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Di Indonesia, sumber pendapatan terbesarnya berasal dari penerimaan pajak.
Pajak merupakan iuran yang dibayar oleh wajib pajak, baik wajib pajak orang pribadi
maupun badan kepada negara sesuai dengan undang-undang dan tidak memperoleh
balas jasa secara langsung. Masyarakat yang membayar pajak memang tidak dapat
merasakan manfaatnya secara langsung, karena pajak bukan digunakan untuk
kepentingan pribadi melainkan untuk kepentingan umum. Oleh karena itu, banyak
masyarakat yang tidak mempunyai kesadaran sendiri dalam membayar pajak.

9
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Suparnyo, SH. MS, Hukum Pajak : Suatu Sketsa Asas. (Semarang : Pustaka Magister,

2012).

https://www.pajak.go.id/id/pembayaran-dan-penyetoran-pajak (di akses pada 21 September

2021, pukul 00.45).

https://123dok.com/document/qm0vnr7y-kd-macam-macam-ketetapan-pajak.html (di akses

pada 21 September 2021, Pukul 01.05).

10

Anda mungkin juga menyukai