Disusun Oleh :
Alhamdulilahhirabbil `alamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali
yang kita ingat segala puji hanya layak untuk Allah tuhan seru sekalian alam atas segala
Berkat, Rahmat, Taufik, serta Hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah dengsn judul “Pembayaran dan Ketetapan Pajak”.
Meskipun penyusun berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan
kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik
dan saran yang membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi kedepan nya .
Akhir kata penyusun berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca
maupun pendengar.
Penyusun
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………….. i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah……………………………………………………………... 1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………………. 1
C. Tujuan………………………………………………………………………………... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Prosedur Pembayaran Pajak………………………………………………………… 2
B. Macam – Macam Ketetapan Pajak…………………………………………………. 3
A. Kesimpulan…………………………………………………………………………. 9
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………..…………………………. 10
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam sistem pemungutan pajak, Indonesia menganut sistem self assessment dimana
wajib pajak dipercaya untuk menghitung, menyetor, dan melaporkan sendiri jumlah pajak
yang terutang, dengan harapan hal tersebut bisa menjadi kunci keberhasilan dalam mencapai
target penerimaan pajak. Namun, memberi kepercayaan kepada wajib pajak sering
menimbulkan resiko wajib pajak yang tidak menjalankan kewajibannya dengan benar, hal
tersebut disebabkan oleh kelalaian, ketidaktahuan maupun kesengajaan dari wajib pajak. Oleh
karena itu, Direktorat Jendral Pajak mempunyai wewenang dalam melakukan penelitian dan
pemeriksaan pajak untuk menguji kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban
berdasarkan undang-undang perpajakan. Produk hukum yang dihasilkan dari penelitian
berupa Surat Tagihan Pajak (STP).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Prosedur Pembayaran Pajak?
2. Apa Saja Ketetapan – Ketetapan Pajak?
C. Tujuan
1. Mengetahui Bagaimana Prosedur Pembayaran Pajak
2. Mengetahui Apa Saja Ketetapan – Ketetapan Pajak
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Prosedur Pembayaran Pajak
1. Cara Pembayaran Pajak
Pembayaran pajak adalah dimaksudkan untuk menghapuskan utang pajak.
Pembayaran pajak dapat dilakukan untuk sebagian dari utang yang bersangkutan dan
dapat juga dilakukan untuk seluruh utang pajak. Pembayaran yang dapat
menghapuskan utang pajak adalah pembayaran yang meliputi seluruh jumlah utang
pajak beserta denda–denda yang ditambahkan pada jumlah utang tersebut.
Pembayaran merupakan perbuatan hukum yang hanya sah apabila dilakukan oleh
orang atau subyek hukum yang mampu melakukan perbuatan hukum.
Oleh karena itu, wajib pajak yang tidak mampu melakukan perbuatan hukum,
pembayaran pajaknya harus dilakukan oleh walinya atau wakilnya yang ditunjuk
berdasarkan ketentuan hukum. Pembayaran pajak hanya sah apabila dilakukan pada
pejabat yang diberi wewenang untuk menerima pembayaran pajak-pajak seperti
Kepala Kantor Kas Negara, Kepala Kantor Pos dan Giro, Kepala Bank Pemerintah
yang khusus ditunjuk untuk maksud tersebut yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
Pembayaran pajak dilakukan dalam jumlah uang Republik Indonesia, sehingga
pembayaran utang pajak dengan mata uang asing merupakan pembayaran yang tidak
sah. Pembayaran dengan cek tidak diterima oleh Kantor Kas Negara, yang
mengandung maksud untuk menghindarkan kerepotan administrasi dan pula untuk
menghindarkan kesukaran, bila ternyata dananya tidak tersedia dalam bank.1
Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan dengan menggunakan Surat
Setoran Pajak (SSP) atau sarana administrasi lain yang disamakan dengan
SSP. Sarana administrasi lain ini dapat berupa :
1. Bukti Penerimaan Negara (BPN) atas pembayaran dan penyetoran pajak melalui
sistem pembayaran pajak secara elektronik atau dengan datang langsung ke Bank
Persepsi
2. Surat Setoran Pabean, Cukai dan Pajak (SSPCP) atas pembayaran dan penyetoran
PPh Pasal 22 impor, PPN impor, dan PPnBM impor serta PPN Hasil Tembakau
Buatan Dalam Negeri;
3. Bukti Pbk atas pembayaran dan penyetoran pajak melalui Pemindahbukuan; atau
1
Dr. Suparnyo, SH. MS, Hukum Pajak : Suatu Sketsa Asas. (Semarang : Pustaka Magister, 2012), Hal. 62.
4
4. bukti penerimaan pajak lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
SSP atau sarana administrasi lain tersebut dinyatakan sah, apabila telah divalidasi
dengan Nomor Transaksi Penerimaan Negara (NTPN). Khusus untuk
Pemindahbukuan, Bukti Pbk dinyatakan sah apabila telah ditandatangani oleh Pejabat
yang berwenang untuk menerbitkan Bukti Pbk.
Berbagai produk hukum yang dapat diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Pajak dalam hal ini
Kantor Pelayanan Pajak atau Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KPP/KPPBB)
untuk mengetahui adanya kewajiban atau hak Wajib Pajak (WP) adalah berupa surat
ketetapan pajak terdiri atas 6 (enam) macam, yaitu :
2
https://www.pajak.go.id/id/pembayaran-dan-penyetoran-pajak (di akses pada 21 September 2021, pukul
00.45).
5
diatur dalam Undang-undang Nomor 16 Tahun 2000 KUP. Surat tagihan Pajak
diterbitkan dalam hal-hal sebagai berikut :
1. Apabila Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar.
2. Apabila dari hasil penelitian Surat Pemberitahuan terdapat kekurangan
pembayaran pajak sebagai akibat salah tulis dan atau salah hitung.
3. Apabila Wajib Pajak dikenakan sanksi administrasi berupa denda dan atau
bunga.
4. Apabila pengusaha yang dikenakan pajak berdasarkan undang-undang PPn
dan perubahannya tidak melaporkan kegiatan usahanya untuk dikukuhkan
sebagai pengusaha kena pajak (PKP).
5. Apabila pengusaha yang tidak dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak
tetapi membuat faktur pajak.
6. Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak tidak
membuat atau membuat faktur pajak, tetapi tidak tepat waktu atau tidak
mengisi selengkapnya faktur pajak.
Penerbitan surat tagihan pajak ditambrah dengan sanksi administrasi berupa bunga
sebesar 2% seblan untuk paling lama 24 bulan dihitung sejak saat terutangnya
pajak atau bagian tahun atau tahun pajak sampai dengan diterbitkannya surat
tagihan pajak.
6
4. Apabila wajib pajak tidak melakukan kewajiban pembukuan dan tidak
memenuhi permintaan dalam pemeriksaan pajak, sehingga tidak dapat
diketahui besarnya pajak yang terutang.
Penerbitan SKPKB akan diikuti dengan sanksi administrasi yang bisa berupa
denda atas jumlah ajak ang telah ditetapkan dalam SKPKBT. SKPKBT diatur
dalam pasal 13 undang-undang KUP yang diterbitkan untuk menampung beberapa
kemungkinan yang terjadi seperti :
Penerbitan SKPKBT dilakukan apabila ditemukan data baru (novum) dan atau
data yang semula belum terungkap yang dapat menyebabkan penambahan pajak
yang terutang.
7
d. Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN)
SKPN adalah surat ketetapan pajak yang diterbitkan untuk menentukan jumlah
pokok pajak sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang
dan tidak ada kredit pajak. SKPN diatur dalam Pasal 17A Undang-undang KUP
dalam hal sebagai berikut :
1. Untuk PPh, jumlah kredit pajak sama dengan pajak yang terutang atau pajak
yang tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.
2. Untuk PPn, jumlah kredit pajak sama dengan jumlah pajak yang terutang atau
pajak tidak erutang dan tidak ada kredit pajak.
3. Untuk PPnBM, jumlah pajak yang dibayar sama dengan jumlah pajak yang
terutang atau pajak tidak terutang dan tidak ada pembayaran pajak.
3
https://123dok.com/document/qm0vnr7y-kd-macam-macam-ketetapan-pajak.html (di akses pada 21 September
2021, Pukul 01.05).
8
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Di Indonesia, sumber pendapatan terbesarnya berasal dari penerimaan pajak.
Pajak merupakan iuran yang dibayar oleh wajib pajak, baik wajib pajak orang pribadi
maupun badan kepada negara sesuai dengan undang-undang dan tidak memperoleh
balas jasa secara langsung. Masyarakat yang membayar pajak memang tidak dapat
merasakan manfaatnya secara langsung, karena pajak bukan digunakan untuk
kepentingan pribadi melainkan untuk kepentingan umum. Oleh karena itu, banyak
masyarakat yang tidak mempunyai kesadaran sendiri dalam membayar pajak.
9
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Suparnyo, SH. MS, Hukum Pajak : Suatu Sketsa Asas. (Semarang : Pustaka Magister,
2012).
10