Anda di halaman 1dari 11

TUGAS METODOLOGI PENELITIAN

TEKNIK PEMERIKSAAN ABDOMEN 3 POSISI DENGAN


KLINIS ILEUS OBSTRUKSI

Rafi Akmal Ramadhan

(19058)

PROGRAM DIII

TINGKAT III / SEMESTER V

AKADEMI TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI


NUSANTARA JAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2017/2018
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Radiologi adalah ilmu yang memanfaatkan penggunaan sumber radiasi
pengion dan bukan radiasi pengion seperti gelombang suara dan magnet untuk
keperluan imaging diagnostic dan terapi (1). Contoh radiasi pengion yaitu pada alat
radiologi sinar x dan CT Scan dan contoh alat radoilogi bukan pengion yaitu USG
(ultra sonografi) dan MRI (magnetic resonace imaging).
Abdomen adalah bagian tubuh yang berbentuk rongga terletak diantara
toraks dan pelvis. Rongga ini berisi viscera dan dibungkus dinding abdomen yang
terbentuk dari dari otot abdomen, columna vertebralis, dan tulang ilium. Untuk
membantu menetapkan suatu lokasi di abdomen, yang paling sering dipakai adalah
pembagian abdomen oleh dua buah bidang bayangan horisontal dan dua bidang
bayangan vertikal. Bidang bayangan tersebut membagi dinding anterior abdomen
menjadi sembilan daerah (regiones). Dua bidang diantaranya berjalan horizontal
melalui setinggi tulang rawan iga kesembilan, yang bawah setinggi bagian atas crista
iliaca dan dua bidang lainnya vertikal di kiri dan kanan tubuh yaitu dari tulang rawan
iga kedelapan hingga ke pertengahan ligamentum inguinale(2)
Interpretasi radiografi abdomen tiga posisi pada pasien ini adalah
properitoneal fat line masih tegas dan simetris, tampak distensi sebagian sistema
usus halus dan colon, tampak gambaran air fluid level multiple panjang pendek dan
tak tampak udara usus di regio rektum, mengarah ke suatu gambaran ileus obstruksi
letak rendah tak tampak pneumoperitoneum, tak tampak gambaran udara
subdiafragma maupun pada tempat tertinggi pada posisi LLD (left lateral decubitus)
Sistema tulang tervisualisasi baik(3).
Ileus obstruktif adalah suatu penyumbatan mekanis pada usus dimana
merupakan penyumbatan yang sama sekali menutup atau menganggu jalannya isi
usus(4). Hal ini dapat terjadi dikarenakan kelainan didalam lumen usus, dinding usus
atau benda asing diluar usus yang menekan, serta kelainan vaskularisasi pada suatu
segmen usus yang dapat menyebabkan nekrosis segmen usus(4)
Tujuan utama penatalaksanaan adalah dekompresi bagian yang mengalami
obstruksi untuk mencegah perforasi . Tindakan operasi biasanya selalu diperlukan .
Menghilangkan penyebab obstruksi adalah tujuan kedua. Kadang-kadang suatu
penyumbatan sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan, terutama jika
disebabkan oleh perlengketan . Penderita penyumbatan usus harus dirawat dirumah
sakit(5)
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana pemeriksaan abdomen 3 posisi dengan klinis ileus obstuksi?
Mengapa pada pemeriksaan abdomen 3 posisi menggunakan posisi LLD tidak RLD?
Apa penyakit ileus obstuksi?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan umum
Mahasiswa dapat mengetahui pemeriksaan abdomen 3 posisi dengan klinis
ileus obstruksi
1.3.2 Tujuan khusus
Pembaca tidak hanya mengetahui melainkan dapat melakukan teknik
pemeriksaan abdomen 3 posisi dengan klinis ileus obstuksi

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 manfaat bagi peneliti
Mengetahui penyakit ileus obstruksi dan mengetahui teknik pemeriksaan
abdomen 3 posisi dengan klinis ileus obstruksi

1.4.2 manfaat bagi IPTEK radiologi


Mengetahui teknik pemeriksaan abdomen 3 posisi dengan klinis ileus
obstruksi maka sangat membantu para klinisi dalam menegakkan diagnosa
pada kasus-kasus ileus obstuksi sehingga dengan mudah dapat dilakukan
penanganan kasus tersebut secara tepat

1.5 Ruang Lingkup


1.5.1 Ruang lingkup Waktu
Pelaksanaan penelitian dilakukan pada tanggal 5 Juni 2021 sampai dengan
tanggal 5 Agustus 2021

1.5.2 Ruang Lingkup Tempat


Tempat penelitian dilakukan di RSUD Koja Jakarta Utara

1.5.3 Ruang Lingkup Materi


Penelitian ini menggunakan pesawat sinar x-ray penelitian ini memfokuskan
abdomen 3 posisi (AP supine, AP erect, LLD)
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi
Abdomen adalah bagian tubuh yang berbentuk rongga terletak
diantara toraks dan pelvis. Rongga ini berisi viscera dan dibungkus dinding
(abdominal wall) yang terbentuk dari dari otot-otot abdomen, columna vertebralis,
dan ilium(6). Rongga abdomen meliputi juga rongga pelvis. Pada pemeriksaan
radiologi meliputi untuk memperlihatkan rongga abdomen atas dan rongga
abdomen bawah ada beberapa jenis pemeriksaan salah satunya yaitu pemeriksaan
abdomen 3 posisi. Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan radiografi khusus pada
daerah abdomen dengan tujuan memperlihatkan kelainan yang terjadi pada
tractusdigestivus / gastrointestinal, hepar, tractus urinarius, ileus obstuksi dan
perforasi. Teknik pemeriksaan abdomen 3 posisi dilakukan dengan 3 posisi
pemotretan atau 3 kali ekspose, yaitu foto dengan posisi pasien supine (terlentang)
proyeksi AP (Anterior Posterior), posisi pasien erect AP, dan posisi pasien LLD
(Lateral Left Decubitus) atau tidur miring. Salah satu indikasi pemeriksaan radiografi
abdomen 3 posisi adalah ileus obstruksi (gangguan jalannya makanan di usus karena
sumbatan yang biasanya disebabkan oleh udara ataupun cairan. indikasi ini termasuk
indikasi kritis sehingga pemeriksaannya harus cepat dengan penanganan yang hati-
hati karena dapat menimbulkan ketidaknyamanan pada pasien.
Usus halus merupakan tabung yang kompleks, berlipat-lipat yang
membentang dari pilorus sampai katup ileosekal. Pada orang hidup panjang usus
halus sekitar 12 kaki (22 kaki pada kadaver akibat relaksasi). Usus ini mengisi bagian
tengah dan bawah abdomen. Ujung proksimalnya bergaris tengah sekitar 3,8 cm,
tetapi semakin kebawah lambat laun garis tengahnya berkurang sampai menjadi
sekitar 2,5 cm.(7)
2.2 Patologi
Ileus adalah gangguan/hambatan pada fase ini usus yang merupakan tanda
adanya obstruksi usus akut yang segera membutuhkan pertolongan atau tindakan.
Ileus obstruktif atau disebut juga ileus mekanik adalah keadaan dimana isi lumen
saluran cerna tidak bisa disalurkan ke distal atau anus karena adanya sumbatan /
hambatan mekanik yang disebabkan kelainan dalam lumen usus, dinding usus atau
luar usus yang menekan atau kelainan vaskularisasi pada suatu segmen usus yang
menyebabkan nekrose segmen usus tersebut.
Ileus dibagi menjadi dua yaitu ileus obstruktif dan ileus paralitik. Ileus
obstruktif atau disebut juga ileus mekanik adalah keadaan dimana isi lumen saluran
cerna tidak bisa disalurkan ke distal atau anus karena adanya sumbatan atau
hambatan mekanik yang disebabkan kelainan dalam lumen usus (8). Sedangkan ileus
paralitik atau adynamic ileus adalah keadaan di mana usus gagal / tidak mampu
melakukan kontraksi peristaltik untuk menyalurkan isinya. Ileus paralitik ini bukan
suatu penyakit primer usus melainkan akibat dari berbagai penyakit primer, tindakan
(operasi) yang berhubungan dengan rongga perut, toksin dan obat-obatan yang
dapat mempengaruhi kontraksi otot polos usus(9).
Pengaruh obstruksi kolon tidak sehebat pengaruh pada obstruksi usus halus,
karena pada obstruksi kolon, keculai pada volvus, hampir tidak pernah terjadi
stragulasi, kolon merupakan alat pemompaan feses sehingga secara relatif fungsi
kolon sebagai alat penyerap sedikit sekali. Oleh karena itu kehilangan cairan dan
elektrolit berjalan lambat pada obstruksi kolon distal. Gambaran klinik ini disebut
obstruksi rendah, berlainan dengan ileus usus halus yang dinamai ileus tinggi (10).
2.3 Fisiologi
Esophagus memiliki panjang 25 cm dengan diameter 3 cm dimulai dari
pharync sampai dengan lambung. Dinding esophagus sendiri menghasilkan mucus
untuk lubrikasi makanan sehingga memudahkan makanan untuk masuk ke dalam
lambung. Terdapat spincter cardiac yang mencegah terjadinya regurgitasi makanan
dari lambung ke esophagus.
Lambung memiliki bagian yang disebut fundus, body dan antrum. Fungsi
lambung adalah mencampur makanan dengan cairan lambung seperti pepsin, asam
lambung mucus, dan intrinsic factor yang semuadnya disekresi oleh kelenjar di
sumbukosa. Asam lambung sendiri mempunyai pH 1. Sphincter pyloric mengkontrol
makanan bergerak masuk dari lambung ke duodenum.
Usus halus dimulari dari sphincter pyloric sampai dengan proximal usus
besar. Sekresi dari pancreas dan hati membuat chime menjadi tekstur yang
semiliquid. Disini terjadi poses absorbsi nutrient dan produk-produk lain. Segemen
dari usus halus sendiri terdiri dari duodenum, jejunum dan ileum. Duodenum
memiliki panjang 25 cm dan diameter 5 cm.
Usus besar memiliki panjang 1.5 m dengan bagian-bagian cecum, colon,
rectum dan anal canal (anus). Sedangkan colon terdiri dari segmen colon ascenden,
transversal, descenden dan sigmoid. Fungsi primer dari usus besar adalah absorpsi
air dan elektrolit.
Pankreas memiliki fungsi endokrin dan eksokrin. Fungsi endokrin sel beta
pankreas mensekresi pankreas dan mempunyai fungsi regulasi level glukosa darah.
Fungsi eksokrin dimana kelenjar acini menghasilkan getah pancreas dimana enzym
pancreas itu lipase dan amylase yang dikeluarkan ke usus halus.
Empedu menghasilkan getah-getah empedu sebanyak 30-60 ml dimana
komposisi nya 80% air, 10% bilirubin, 4-5% phospholipid dan 1% kolesterol (11).

2.4 Teknik Pemeriksaan


Teknik pemeriksaan abdomen ada 3 posisi yaitu posisi AP supine (tidur terlentang),
AP semi erect (setengah tegak), LLD (left lateral decubitus). Berikut teknik
pemeriksaannya :
2.4.1 Proyeksi AP supine
 Persiapan pasien = Pasien dianjurkan untuk membuka baju hanya di
sekitar perut saja PP (Posisi pasien) = Pasien dalam posisi Supine atau
tidur terlentang
 PO (Posisi Objek) = Pusatkan MSP (Mid Sagital Plane) pada meja
pemeriksaan dan pelvis usahakan tidak terjadi rotasi (Terlihat dari kedua
SIAS berjarak sama dikedua sisinya)
 Ukuran kaset = 30x40 cm Vertikal
 CR = Tegak lurus Vertikal
 CP = Pada umbilikus (Pusar) sekitar 3jari di atas Crista iliaca
 Luas lapangan kolimasi = Batas atas T11 dan T12 harus tampak dan batas
bawah sympisis pubis harus tampak
 FFD = 100cm
 Marker = R/L Orientasi AP
 Memakai Lysolm/Grid
 Intruksi ekposi = Tarik napas,,,,,keluarkan nafas,,,,Tahan napas lalu
ekspose.

(Gambar 1) Abdomen AP Supine


(Gambar 2) Hasil gambaran abdomen AP supine

Kriteria Gambaran : 

 Tampak kontur liver (Hati), ginjal, dan keadaan dalam abdomen, tampak
sedikit costae dan processus spinosus, columna vertebrae pada satu garis
lurus.
 Kedua SIAS terlihat simetris, os iliaca simetris

2.4.2 Proyeksi AP Semi Erect


 PP (Posisi pasien) = Pasien duduk di meja pemeriksaan dengan MSP (Mid
Sagital Plane) tubuh sejajar dengan kaset, kedua tangan lurus disamping
tubuh.
 PO (Posisi Objek) = Kaset berada di belakang tubuh pasien, aturlah batas
atas procxypoid dan batas bawah sympisis pubis, pelvis dan shoulder
tidak mengalami rotasi.
 Ukuran kaset = 30x40 cm Vertikal
 CR = Tegak lurus Horizontal
 CP = pada umbilikus (Pusar) atau 3jari di atas crista iliaca
 FFD = 100 cm
 Luas lapangan kolimasi = Batas atas T11,T12 dan Batas bawah Sympisis
pubis.
 Marker = R/L Orientasi AP
 Memakai Lysolm/grid
 Intruksi ekposi = Tarik nafas,,,,Keluarkan nafas,,,,Tahan nafas.
(Gambar 3) Abdomen AP Semi Erect

(Gambar 4) Hasil Gambaran AP Semi Erect

Kriteria Evaluasi :

 Proyeksi ini bertujuan untuk memperlihatkan daerah sekitar diafragma

2.4.3 Proyeksi LLD

 Persiapan pasien = Pasien tetap posisi miring (LLD) selama 10 atau 20


menit sebelum dilakukan eksposi  untuk memberikan kesempatan udara
bebas agar naik hingga daerah permukaan atas rongga peritoneum.
 PP (Posisi Pasien) = Pasien berbaring miring dengan sisi kiri tubuh
menempel pada meja pemeriksaan. kedua lengan ditekuk dengan lutut
diletakkan agak ke depan bidang anterior abdomen.
 PO (Posisi objek) = Kaset dan grid dengan ukuran sesuai kebutuhan
dipasang dibelakang punggung secara vertikal dan diganjal agar posisinya
terfiksasi. Pertengahan kaset berada pada garis yang menghubungkan
kedua Crista iliaca. Bidang median sagital (MSP) berada sejajar dengan
meja pemeriksaan dan tegak lurus kaset. Kaset harus mencakup
diafragma
 Ukuran kaset = 30x40 cm Horizontal
 CR = Tegak lurus Horizontal
 CP = Pada Umbilikus (Pusar) atau 3jari di atas Krista iliaca
 FFD = 100cm
 Marker = L Orientasi AP

(Gambar 5) Abdomen Posisi LLD

(Gambar 6) Hasil Gambaran Abdomen LLD

Kriteria Evaluasi :

 Diafragma dan Abdomen bawah terlihat


 Batas air dan udara (air-fluid level) di abdomen dengan detail soft tissue
tampak di anterior abdomen
2.5 Proteksi Radiasi
2.5.1 Prosedur proteksi terhadap pasien antara lain :

1. Meminimalkan frekuensi paparan


2. Pemotretan harus berdasarkan pertimbangan klinis (asas manfaat)
3. Penyinaran sesuai kebutuhan klinis
4. Menghindari pemotretan ulang

2.5.2 Prosedur proteksi terhadap masyarakat dan lingkungan antara lain:

1. Ada tanda peringatan lampu warna merah bahwa pesawat sinar x sedang
dioperasikan
2. Bagi pengunjung yang memang harus ada disamping pasien maka
menggunakan alat pelindung diri berupa apron
3. Arah berkas sinar tidak boleh diarahkan ke arah kerumunan

2.5.3 Prosedur proteksi terhadap petugas radiologi antara lain :


petugas juga menerima paparan radiasi dari mesin sinar X, oleh karena itu
tindakan perlindungan operator juga penting untuk meminimalkan paparan
radiasi. Tindakan perlindungan operator bisa meliputi :

1. Pendidikan
2. penerapan program perlindungan radiasi tahunan dan seumur hidup,
3. batas paparan radiasi pengionmrekomendasi untuk memakai dosimeter
pribadi dan menggunakan perisai penghalan.

2.6 NBD ( nilai batas dosis ) yang diperkenan sesuai dengan azas proteksi radiasi yaitu :
1. NBD untuk pekerja :
Nilai Batas Dosis untuk Pekerja Radiasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
huruf a ditetapkan dengan ketentuan:
 Dosis Efektif rata-rata sebesar 20 mSv (duapuluh milisievert) per tahun
dalam periode 5 (lima) tahun, dan 50 mSv (limapuluh milisievert) dalam 1
(satu) tahun tertentu;
 Dosis Ekivalen untuk lensa mata rata-rata sebesar 20 mSv (duapuluh
milisievert) per tahun dalam periode 5 (lima) tahun dan 50 mSv
(limapuluh milisievert) dalam 1 (satu) tahun tertentu dan
 Dosis Ekivalen untuk tangan atau kaki atau kulit sebesar 500 mSv
(limaratus milisievert) per tahun(14)

2. NBD untuk masyarakat dan pasien :


Nilai Batas Dosis untuk anggota masyarakat sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf c ditetapkan dengan ketentuan:
 Dosis Efektif sebesar 1 mSv (satu milisievert) per tahun.
 Dosis Ekivalen untuk lensa mata sebesar 15 mSv (limabelas
milisievert) per tahun; dan
 Dosis Ekivalen untuk kulit sebesar 50 mSv (limapuluh milisievert) per
tahun(12).
Daftar Isi

1. Risaharti, Saurmawaty S, Mono ER. Gambaran Nilai Densitas Radiografi dengan


Klinis Ileus Obstruksi dan Perforasi pada Pemeriksaan Abdomen 3 (Tiga) Posisi di
Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Zainoel Abidin Banda
Aceh Tahun 2019. J Aceh Med [Internet]. 2020;4(2):80–9. Available from:
www.jurnal.abulyatama.ac.id/acehmedika
2. Mayssara A. Abo Hassanin Supervised A. abdomen. Pap Knowl Towar a Media Hist
Doc. 2014;(4):9–29.
3. Wahyudi A, Siswandi A, Purwaningrum R, Dewi BC. Obstructive Ileus Incidence
Rate in Examination of BNO 3 Position in Abdul Moeloek Hospital. Jiksh [Internet].
2020;11(1):145–51. Available from: https://akper-sandikarsa.e-journal.id/JIKSH
4. Widiastusti. Prosedur Pemeriksaan Radiografi Abdomen Akut Pada Kasus Ileus
Obstruksi Di Instalasi Radiologi Rsup Dr. Hasan Sadikin Bandung. J Chem Inf Model.
2012;53(9):1689–99.
5. Univerity PKJ. Teori Illeus. 2019;53(9):1689–99. Available from:
www.journal.uta45jakarta.ac.id
6. Asshiddiqi M, Margawati A, Mughni A. Hubungan Antara Skala Ruptur Lien Pada
Trauma Tumpul Abdomen Yang Memerlukan Pembedahan Dan Yang Tidak
Memerlukan Pembedahan Di Rsup Dr Kariadi Semarang. J Kedokt Diponegoro.
2014;3(1):108865.
7. Indrayani MN. DIAGNOSIS DAN TATA LAKSANA ILEUS OBSTRUKTIF.
148:148–62.
8. Mayssara A. Abo Hassanin Supervised A. tinjauan pustaka definisi ileus. Pap Knowl
Towar a Media Hist Doc. 2014;7–24.
9. Is-dan-ilues PO, Ramadhant S, Pack PDF, Laporan B, Emen D, Ruang S, et al. Ileus
paralitik.
10. Nation. pengertian obtuksi. J Am Chem Soc. 2011;123(10):2176–81.
11. Emaliyanti E. Kegawatdaruratan pada sistem pencernaan trauma abdomen. 2010;
12. Badan K, Tenaga P. jdih.bapeten.go.id. 2011;

Anda mungkin juga menyukai