Anda di halaman 1dari 4

PEMBAHASAN

HADITS TENTANG ETIKA DAN METODE BELAJAR

Pekerjaan mencari ilmu adalah pekerjaan yang mulia.Karena kemuliaan nya orang yang menuntut
ilmu diangkat derajatnya oleh allah SWT sebagaimana firmannnya dalam QS.Al – Mujadilah
(58):11.Allah menjanjikan beberapa derajat yang tinggi bagi mereka yang berilmu dan beriman baik
di dunia maupun di akhirat.Ayat di atad menjelaskan bahwa ilmu yang terangkat derajatnya adalah
ilmu yang disertai iman atau iman yang di sertai ilmu.Ilmu yang dapat memperkuat keimanan atau
iman yang di perkuat dengan keilmuan.untuk memperoleh ilmu yang di sertai iman yang tinggi itu
perlu diusahakan sejak dini dengan cara mendekatkan diri kepada allah SWT baik melalui etika yang
baik,maupun melalui moral,perilaku,perbuatan,dan ucapan yang baik pula.Etika itu baik
berhubungan dengan allah maupun berhubungan dengan yang terkait dengan ilmu seperti guru
,buku dan ilmu itu sendiri.

Dalam salah satu hadits Rasulullah SAW bersabda :

Artinya :

“Tuhanku mengajarkan adab kepadaku maka dialah yang memperindah adabku,”(HR.al – ‘Askariy
dari ali)

Al – Zarkasiy dalam Faydh al - Qadir Syarah al – Jami’ al – shaghir menyebutkan bahwa hadist ini
sekalipun Dha’if tetapi maknanya shahih.maka etika belajar penting dalam upaya mendekatkan diri
kepada allah agar memperoleh ilmu yang bermanfaat.

Metode belajar yang ditawarkan ta’lim ada dua yaitu metode rasional atau fisik pada umumnya
dikalangan santri disebut usaha lahir adapun metode irasional atau non fisik disebut usaha
batin.Metode fisik sebagaimana yang diajarkan dalam dalam pendidikan modern seperti metode
drill,trail, and error,dan lain – lain.Metode Irasional adalah metode etika yang berbentuk akhlak
dalam budi pekerti yang sekaligus merupakan tujuan pendidikan.Metode berganda inilah di antara
keistimewaan metode kitab ta’lim yang dipraktekkan oleh mayoritas santri di berbagai pasantren di
Indonesia yang juga merupakan kepribadian santri,seperti tawadhuk,hormat kepada guru,dan lain-
lain.

A. Taat Kepada Allah dan Rasul

“Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Ketika turun kepada Rasulullah SAW ayat Al-Qur’an (al Baqarah (2):
284). Kepunyaan Allahlah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di Bumi. Dan jika kamu
melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikannya,niscaya Allah akan
membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu. Para sahabat merasa sangat cemas
karenanya. Maka mereka pergi menghadap kepada Rasulullah SAW kemudian berlutut dihadapan
beliau seraya berkata: “Iya Rasulullah, kami telah dibebani tugas tugas yang kami mampu
melaksanakannya, yaitu shalat, puasa, jihad, dan sedekah(zakat).” Lalu ayat ini diturunkan kepada
engkau, sedangkan kami tidak mampu melaksanakannya”.
RasulullahSAW bersabda :”Apakah kamu ingin berkata seperti yang dikatakan dua ahli kitab sebelum
kamu (Yahudi dan Nasrani) yaitu perkataan : Kami mendengar dan kami durhaka (tidak taat)? Akan
tetapi katakanlah: Kami mendengar dan kami taat, ampunilah dosa kami wahai Tuhan kami dan
kepada engkaulah tempat kembali kami”. Setelah mereka membacanya, mulut mereka tidak
berbicara apa apa lagi. Lalu Allah menurunkan ayat berikutnya al Baqarah(2): 285:

“Rasul telah beriman kepada Al-Qur’an yang diturunkan kepadanya dari tuhannya, demikian pula
orang-orang yang beriman.., “Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada engkaulah tempat
kembali”.

Setelah mereka melakukannya, Allah menasakh (menghapus hukum) ayat tersebut dengan
menurunkan ayat (al Baqarah (2): 286):

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala
(dari kebajikan) yang diusahakannya dan mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya.
(mereka berdoa ): “Ya Tuhan kami, janganlah engkau hokum kami jika kami lupa atau kami bersalah.
Allah menjawab: ”Ya”. Ya Tuhan kami, janganlah engkau bebankan kepada kami beban yang berat
sebagaimana engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami”. Allah menjawab : “Ya”:”Ya
Tuhan kami janganlah engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri
maaflah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkaulah penolong kami, maka tolonglah
kami terhadap kaum yang kafir”. Allah menjawab: “Ya”. (HR. Muslim)

1. Pelajaran yang dapat dipetik dari Hadis

a. Kepatuhan kepada allah dan rasulnya secara absolut tak ada batas tertentu berbeda dengan
kepatuhan selainnya.

b. Kepatuhan dan ketaatan hanya didasarkan kepada keimanan seeorang kepada allah dan
Rasulnya.Jika ada iman pasti ada kepatuhan dan jika tidak ada iman maka tidak ada pula kepatuhan.

c. Allah memuliakan umat Muhammad Saw dengan memberikan keringanan beban yang tidak
seperti umat sebelumnya .

d. Kondisi para sahabat sangat mematuhi hukum syara’ yang diturunkan kepada mereka.

e. Kata hati yang belum direalisasikan dalam bentuk perbuatan atau perkataan tidak ada
tuntutantetapi dalam kebaikan sudah dihargai pahala sebagai kemurahan Allah kepada umat
muhammad Saw.

A. Bertanya dan Menghargai Perbedaan

“Dari Ubai bin Ka’ab berkata: Rasulullah SAW telah membacakan kepadaku suatu surat. Kemudian
ketika aku duduk di masjid dan mendengarnya seorang laki-laki membacanya berbeda dengan
bacaanku, maka aku katakana kepadanya: Siapa yang mengajarkan engkau surat ini? Ia menjawab:
“Rasulullah SAW” Aku berkata: Kalau begitu jangan berbeda dengan bacaanku, sehingga kami dating
kepada Rasulullah. Aku dating dan bertanya: Ya Rasulullah! Orang ini berbeda bacaannya dengan
bacaanku pada surat yang engkau ajarkan kepadaku. Maka Rasul bersabda: “Hai Ubai baca!” Aku
pun membacanya. Beliau memujiku: “Bagus kamu” Kemudian beliau bersabda kepada seorang laki-
laki tersebut: “Baca!” Ia membaca yang berbeda dengan bacaanku. Beliau juga memujinya: “Bagus
kamu” Kemudian beliau bersabda: “Hai Ubai! Sesungguhnya Al-Quran diturunkan atas tujuh huruf
semuanya benar dan cukup.” (HR. an Nasa’i)

1. Pelajaran yang dipetik dari hadits

a. Perlunya berguru dan belajar membaca Al-Qur’an,karena membaca Al – Qur’an tergolong ilmu
riwayah.

b. Guru sebagai narasumber dalam pengajaran.a. Anjuran murid bertanya kepada guru ilmu
yang belum dipahami atau ketika menghadapi suatu keraguan dalam kebenaran asal dengan
memelihara kesopanan.

d. Murid menghargai pendapat orang lain yang berbeda dengan menjunjung tinggi persaudaraan.

A. Belajar Bersama

“Dari Abu Hurairah dan Abu Sa’id al- Khudriy r.a. bahwa mereka menyaksikan Rasulullah SAW
bersabda: “Tidak duduk suatu kaum berdzikir kepada Allah melainkan mereka dikepung oleh para
malaikat, maka diliputi rahmat dan turunlah ketenangan atas mereka dan disebut-sebut didepan
malaikat yang berada di sisi-Nya.”(HR. Muslim), dalam satu riwayat (bagi Muslim juga dari Abu
Hurairah): “Tidak berkumpul suatu kaum di suatu rumah dari rumah-rumah Allah, mereka membaca
kitab Allah dan mempelajari antara mereka. Melainkan turun atas mereka ketenangan, diliputi
rahmat, dikepung malaikat, dan dan disebut-sebut di hadapan makhluk (malaikat) di sisi-Nya.”

1. Pelajaran yang dipetik dari hadits

a. Anjuran model belajar bersama,muzakarah bersama,diskusi bersama,dan zikir bersama.

b. Keutamaan zikir bersama,berdiskusi,muzakarah dan belajar bersama.

d. Orang yang belajar bersama ,berdiskusi,muzakarah dan berzikir bersama dijaga para
malaikat,mendapatkan rahmat dan ketenangan.

d. Banyak kelebihan belajar bersama yang dapat dirasakan dalam pendidikan minimal menambah
kegairahan dalam pembelajaran.

B. Tekun Belajar

“Dari Ibnu Umar r.a. bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya perumpamaan pemilik
(menguasai) Al-Qur’an itu adalah seperti menguasai seekor unta yang terikat, bila ia
memerhatikannya maka ia akan tetap tertahan dan bila ia membiarkannya, maka lepaslah ia.” (HR.
Mutafaq alaih)

1. Pelajaran yang dipetik dari hadis

a. Dorongan sungguh – sungguh mencari ilmu dengan cara membaca,mencatat atau menulis ilmu
dari berbagai referensi ilmu pengetahuan yang bermanfaat.
b. Perintah Membaca secara berulang – ulang sehingga lancar,tidak lupa dan fasih membacanya.

c. Perintah menghafal Al –Qur’an serta larangan melalaikannya.

d. Perawat Al – Qur’an dan ilmu disamakan dengan perawat unta.

e. Persamaan antara kedua hal tersebut,sama – sama merawat dengan baik,mengikat dengan
tali yang kuat agar tidak lepas.

f. Unta aman tidak akan lari bila di ikat,demikian juga ilmu dan Al – Qur’an tidak akan hilang kalau
dipelihara dengan baik yakni catat,dipahami,dan diamalkan.

DAFTAR PUSTAKA

1. H.Abdul Majid Khon, M.Ag. HADIS TARBAWI (Hadis – hadis pendidikan). Jakarta :2012.
KENCANA PRENADAMEDIA GROUP.

Anda mungkin juga menyukai