Ferdie Darmawan
www.InvestorSibuk.com
InvestorSibuk.com – Cukup 10 Menit Setiap Minggu untuk Membuat Uang Bekerja untuk Anda
Oleh karena itu JAGA BAIK-BAIK report ini agar TIDAK TER-COPY baik
sengaja maupun tidak sengaja oleh orang lain, kerabat, maupun
ORANG TERDEKAT anda.
Sekali lagi kami TEKANKAN: JAGA BAIK-BAIK report ini agar TIDAK TERCOPY
baik sengaja maupun tidak sengaja oleh orang lain, kerabat, maupun ORANG TERDEKAT
anda, karena ANDA yang akan
bertanggung-jawab atas segala pelanggaran yang terjadi !!
SERTA
S
aya sangat bersyukur dan berterima kasih kepada Tuhan YME atas berkat dan
rahmat-Nya karena telah diberi kesempatan untuk membagikan pengalaman saya
dalam berinvestasi dan dapat menyelesaikan buku ini dengan baik.
Selanjutnya, ucapan terima kasih dengan tulus saya sampaikan kepada pihak-pihak yang
telah menginspirasikan saya mengenai kesuksesan dan kekayaan karena tanpa mereka buku
ini tidak akan pernah ada. Mereka adalah : Wallace D. Wattles (The Science of Getting Rich
& The Science of Being Great), Jack Canfield (The Success Principle), Donald Trump
(Think Big & Kick Ass), Robert T. Kiyosaki (Cashflow Quadrant, Rich dan Poor Dad, Rich
Dad Poor Dad for Teens), Brian Tracy (Secret of Self Made Millionaire), Napoleon Hill
(Think and Grow Rich), Zig Ziglar (God’s Way is Still The Best Way), Joe Vitale (The
Atractor Factor), Rhonda Byrne (The Secret), Adam Khoo (Secret of Self Made
Millionaire), Anthony Robbins (Awaken The Giant Within), dan masih banyak lagi nama
yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu.
Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada para guru investasi dunia yang pikiran dan
sumbangan idenya telah menginspirasikan saya. Mereka Adalah Warren Buffett, George
Soros, Phil Town, Benjamin Graham, Philip Fisher, Jesse Livermore, Nicolas Darvas,
Alexander Elder, David Novac, Peter Lynch, Robert Rhea, Steven B.Achelis, Adam Khoo,
Martin Pring, Gerald Appel, George Lane, dan masih banyak lagi.
Terima kasih juga saya sampaikan kepada tutor Junior Trader Club : Soeratman
Doerachman (Bapak Saham Indonesia), Santo Vibby, M.Alfatih, dan juga Jhon Veter atas
semua bimbingan dan ilmunya.
Terima kasih kepada para penulis buku dan penyelenggara seminar tentang investasi,
motivasi, dan kekayaan di Indonesia, antara lain : Prof. Roy Sembel, Eko P. Pratomo,
Ubaidillah Nugraha, Adler Haymans Manurung, Freddy Pieloor, Safir Senduk, Aidil Akbar,
Eko Endarto, Elvyn G. Masassya, Prasetya M. Brata, Edy Zaqeus, Dedhy Sulistiawan,
Mario Teguh, Tung Desem Waringin, James Gwee, Andrie Wongso, Anthony Dio Martin,
Andrias Harefa, Tanadi Santoso, dan semua penulis lain yang telah menginspirasikan saya.
Terima kasih untuk ayah, ibu, dan adik yang selalu mendukung semua cita-cita saya.
Akhirnya, terima kasih kepada semua orang yang telah membantu dan berjasa dalam
perjalanan kehidupan saya yang tidak mungkin disebutkan satu per satu.
Salam,
Ferdie Darmawan
Darmawan
Profil Penulis
Ferdie Darmawan (21 Tahun) – Investor BEI
Akan tetapi, jadwal kuliah yang amat sibuk membuatnya mengurungkan niat dan akhirnya
memulai investasi di pasar modal yang justru menghasilkan income yang jauh lebih
menjanjikan dibandingkan menjadi guru les privat.
Di samping itu, ia menyadari bahwa saat ini lapangan pekerjaan semakin sempit dan gaji
lulusan Sarjana S1 pun amat minim.
Memulai perjalanan investasi di akhir tahun 2007 saat market sedang berada di kondisi
harga tertingginya.Di awal mula perjalanan investasinya, ia langsung mengalami tantangan
besar menghadapi salah satu crash market dahsyat di tahun 2008 yang merupakan efek
domino dari krisis finansial di Amerika hingga mengalami kerugian yang amat parah.
Namun, semua itu justru membuatnya semakin semangat belajar dan belajar dari kesalahan-
kesalahannya sehingga berujung pada penemuan sebuah cara yang aman dalam berinvestasi.
Berangkat dari kata-kata orang tuanya ,”Seorang anak harus lebih baik dari orang
tuanya”, ia selalu belajar dan terus belajar terhadap hal-hal baru yang ada di dunia.
Terinspirasi dari buku-buku guru dunia seperti Robert T.Kiyosaki, Wallace D Wattles,
Warren Buffett, Benjamin Graham, Donald Trump, Joe Vitale, Brian Tracy, Jack Canfield,
Zig Ziglar, Napoelon Hill, dan masih banyak lagi, ia mulai menemukan benang merah
dalam mencapai financial freedom yang menjadi impian setiap orang.Benang merah itu
adalah bisnis dan investasi.
Perkenalannya dengan dunia investasi saham dimulai saat ia bertemu dengan guru-guru
terbaik di bidang investasi saham di Indonesia. Ia sangat terpengaruh dengan gaya investasi
dan trading dari Soeratman Doerachman (Bapak Saham Indonesia) yang merupakan salah
satu founder J-Club (salah satu komunitas investor ritel terbesar di Indonesia www.idx-
investors.com).
Ia juga banyak belajar dari Santo Vibby, seorang full time trader, entrepreneur, dan penulis
dua buku best seller “When to Buy and Sell Candlestick Can Tell” serta “Jual Saham Anda
Lebih Mahal”.
Di samping itu, ia juga banyak terinspirasi dari cara M. Alfatih (salah satu founder Asosiasi
Analis Teknikal Indonesia) dalam melakukan pendekatan analisa teknikal. Seseorang yang
paling menginspirasikannya karena sama-sama telah mengawali investasi saham di usia
muda yaitu Jhon Veter, seorang investor fundamental J-club yang sudah berinvestasi di
bursa saham sejak usia SMA.
Ia juga pernah mengikuti seminar-seminar lain yang diadakan oleh berbagai komunitas
investor saham di Indonesia serta berbagai buku dan home study course tentang investasi
dari guru-guru trading dan investasi dunia. Dalam dunia investasi saham, ia juga sudah
banyak mengalami pengalaman pahit, mulai dari kerugian yang cukup membuatnya patah
semangat karena hampir 40% accountnya lenyap, hingga stress berkepanjangan lantaran
memikirkan saham yang terus menerus turun saat sedang ujian. Hal ini membuat dirinya
cukup tertekan dan hampir membatalkan niatnya untuk meneruskan investasi di pasar
modal.
Akan tetapi, semua itu berubah sejak ia menyusun sebuah cara sederhana dalam berinvestasi
di bursa saham, karena dengan cara ini, ia hanya meluangkan waktunya kurang dari 10
menit setiap minggu.
Metode ini merupakan solusi bagi keterbatasan waktu yang dimilikinya dalam memantau
investasi di pasar modal, lantaran jadwal kuliah yang amat sibuk.
Tidak seperti remaja pada umumnya yang cenderung membeli barang-barang konsumtif, ia
justru menggunakan sebagian besar profitnya untuk terus belajar, membeli buku-buku &
home study course, serta mengikuti seminar di berbagai bidang. Dengan kata lain, ia
mengikuti semua seminar dengan GRATIS, karena biaya investasi berbagai seminar
diperoleh dari hasil investasinya di bursa saham.
Daftar Isi
Disclaimer
Profil Penulis
Daftar Isi
BAB IV . Cara Orang Sibuk : Menjadi Master Candlestick dalam Hitungan ‘Menit’
BAB V . Holy Grail Indicator : Tool Boxes, Black Boxes, dan Gray Boxes
BAB VII . Four Season Indicator : Dari Musim Semi Hingga Musim Salju
BAB IX . When to EXIT your Transaction? : 1001 Cara Menutup Transaksi Anda !
BAB XII . Putting it All Together : Let’s Move Along with The Market
BAB I.
11 Pilar Kontroversial
INVESTOR VS TRADER
S
ebelum saya ungkapkan metode INVESTORSIBUK©, saya ingin Anda
mengetahui apa perbedaan investor dan trader. Saya mendapatkan pelajaran
ini dari guru saya, Soeratman Doerachman . Berikut ini adalah
perbedaannya :
Ingat 3 cara sederhana untuk menjadi pemenang di bursa (Baca “Secret Report :
Cara Paling Sederhana Menjadi Pemenang di Bursa”). Agar sukses, Anda harus
selalu belajar dari yang terbaik. Oleh karena itu, Anda cari dulu siapa investor
terbaik di muka bumi ini? Tentu Warren Buffett jawabannya. Untuk mencapai
sukses, Anda harus belajar dari yang terbaik. Yang terbaik adalah Warren Buffett.
Anda bisa belajar banyak darinya. Ingat, selalu belajar dari yang terbaik!
Dia adalah seorang investor sejati dan bukan trader. Dia membeli perusahaan,
bukan sahamnya. George Soros adalah seorang spekulator. Anda bisa lihat sendiri
bahwa kekayaan Warren Buffett jauh lebih besar dari George Soros. Itu
membuktikan bahwa untuk menjadi kaya Anda harus berinvestasi dan bukannya
berspekulasi.
Kecuali, Anda mau jadi full time trader seperti Santo Vibby atau Alexander Elder.
Untuk itu, Anda harus menjadikan trading sebagai pekerjaan utama Anda, punya
banyak waktu, dan ilmu yang lebih. Dengan demikian, hasilnya tentu akan maksimal
dan bisa mengalahkan performa investasi. Namun, Anda harus serius
menjalankannya!
Bagi Anda yang punya pekerjaan lain, boleh saja trading, tapi hanya menggunakan
10% dari modal total Anda. Misalnya, Anda punya uang sebesar 1 Milyar, maka
hanya 10% dari 1 Milyar (100 juta) saja yang boleh digunakan untuk trading.
Akan tetapi, meskipun mayoritas orang sudah mengetahui fakta ini, tetap saja mereka
ingin kaya instan dengan melakukan trade sesering mungkin.
Padahal, yang terjadi adalah sebaliknya. Jika Anda ingin sukses berinvestasi di pasar
modal, sekali lagi, buang jauh-jauh pemikiran bahwa dengan berinvestasi di saham
Anda akan kaya instan.
Saat beliau ditanya kenapa dia bisa sekaya ini, dia menjawab “Saya kaya bukan
karena saya hebat, melainkan karena saya memulainya lebih awal (usia 11 tahun)
dan saya sabar menunggu”. Poin yang saya garis bawahi, yaitu bukan karena hebat
(beliau sangat rendah hati), memulai lebih awal ( hal inilah yang menginspirasikan
saya berinvestasi pada usia muda), dan sabar menunggu (inilah yang membuat saya
semakin yakin bahwa untuk menjadi kaya, seseorang harus berinvestasi dan sabar
menunggu, bukannya trading sesering mungkin). Jadi, kuncinya adalah PATIENCE
!
Anda akan menjumpai bahwa hanya dengan transaksi 4-5 kali saja dalam setahun
profitnya jauh lebih besar dari trader yang melakukan trading sangat agresif, dan anda
juga akan melihat sinyal yang ditunjukkan oleh metode INVESTORSIBUK© ini yang
mengatakan saya harus keluar dari bursa sejak kuartal pertama 2008 sehingga bisa
terselamatkan dari crash besar di bursa.
Kemudian, saya memindahkan sebagian besar uang saya ke deposito selama tahun
2008 dan bersantai ria menikmati bunga yang cukup kompetitif di kala orang-orang
lain mengalami depresi berat karena investasi sahamnya jatuh berguguran. Hanya 10
% dari modal saya yang saya tradingkan di bursa. Sisanya sudah saya pindahkan ke
deposito dan dalam bentuk cash sejak Maret 2008.
Saya sangat beruntung karena sudah mengetahui rahasia berinvestasi yang benar
dan belajar dari guru-guru terbaik. Memang ada faktor keberuntungan juga disini,
13 Copyrights © 2009 InvestorSibuk by Ferdie Darmawan – www.InvestorSibuk.com
InvestorSibuk.com – Cukup 10 Menit Setiap Minggu untuk Membuat Uang Bekerja untuk Anda
Jika Anda tidak siap menerima keberuntungan, maka Anda tidak akan beruntung.
Artinya, Anda harus terus belajar agar Anda selalu siap menerima kesempatan-
kesempatan yang datang. Bayangkan saja bila saya belum mengetahui metode
INVESTORSIBUK© ini, meskipun di bursa ada peluang-peluang yang datang,
tentunya saya tidak dapat mengambil kesempatan itu.
Ya, mungkin Anda berpikir saya salah tulis, tetapi saya tidak salah tulis. Jauhi
running trade ! Sekali lagi, JAUHI RUNNING TRADE !!
Dalam metode ini saya mengatakan bahwa Anda cukup membutuhkan waktu 10
menit setiap minggunya untuk berinvestasi. Untuk mencapai tingkat 10 menit setiap
minggunya, tentunya Anda harus disiplin : membaca buku ini berulang-ulang, dan
ingat selalu TAKE ACTION.
Banyak yang beranggapan bahwa bertransaksi saham adalah mudah dan akhirnya
merasakan bahwa hal itu sukar setelah modal habis atau kepercayaan diri hilang.
Apalagi orang-orang yang mengalami masa keemasan bursa saham (2002-2007),
banyak sekali yang amat terpukul di tahun 2008-2009 ini karena sebagian besar dari
mereka berinvestasi tanpa ilmu, melainkan berdasarkan rumor-rumor dan info-info
saja. Tahun 2008-2009 adalah tahun ujian dan orang yang tetap bertahan barulah
dapat disebut investor sejati.
Untuk menjadi sukses dalam berinvestasi di bursa saham, Anda harus membuat
sebuah investing plan, tahu kapan Anda masuk, tahu kapan Anda keluar, tahu
kenapa Anda masuk dan kenapa Anda keluar?
Sesuai slogan dari metode INVESTORSIBUK© yakni follow the trend, not the
crowd, Anda akan saya ajak untuk mengikuti arah pasar dan let’s move along with the
market, bukannya trading dengan ikut-ikut orang lain (crowd), tapi punya satu tools
tersendiri untuk berinvestasi dengan aman dan terkendali. Jadi, Anda dapat
mengambil keputusan sendiri dalam investasi anda.
Solusinya adalah hal apa yang harus Anda lakukan ketika Anda salah, dan hal apa
yang harus Anda lakukan ketika Anda benar ? Maksudnya, Anda harus mengerti
benar tentang konsep Let Your Profit Run, and Cut your Loss Short.
Artinya, Anda boleh membiarkan profit Anda terus berjalan, tapi jika merugi, harus
cut loss secepatnya.
Ada orang-orang yang memegang prinsip anti cut loss, padahal hal itu salah besar.
Coba Anda bayangkan apa yang terjadi bila seorang investor membeli saham BUMI
di harga 8000 kemudian tanpa cut loss membiarkannya sampai harga 500. Sudah
dapat dipastikan, kerugiannya amat besar dan secara psikologis orang tersebut juga
pasti terganggu. Orang ini pasti kehilangan kepercayaan dirinya dalam berinvestasi di
pasar modal dan Anda bisa lihat setiap kali terjadi crash besar di bursa, angka suicide
meningkat.
Padahal, Warren Buffett sendiri juga pernah menjual sahamnya. Beliau menjual
sahamnya setelah saham tersebut menyimpang dari kriteria-kriteria yang telah
dibuatnya. Beliau selalu mendasarkan investasinya berdasarkan harga di bawah nilai
intrinsik dan menjualnya setelah mencapai nilai intrinsiknya.
Artinya, sehebat apapun Anda dalam melakukan analisis dan manajemen resiko,
tetapi jika Anda belum dapat melakukan kontrol terhadap keadaan psikologi (fear and
greed), Anda hanya memperoleh porsi 40% keberhasilan.
Jadi, untuk memperoleh 100% keberhasilan, Anda harus menguasai Fundamental dan
Technical Analysis, Risk Management, serta Fear and Greed Management.
HAPPY INVESTING !!
BAB II.
The Powerful Direction
CYCLES AND TRENDS
P
asar selalu bergerak dalam cycle (siklus), layaknya siklus ekonomi. Siklus
pasar modal terbagi jadi 4 stage. Gerakannya hanya berkisar antara 4 stage
itu saja. Jadi, normal saja apabila dalam pasar modal terjadi kenaikan dan
penurunan harga, tergantung kepada supply and demand.
• Stage 1 merupakan awal dari siklus bullish. Mereka-mereka yang sudah mulai
melakukan pembelian di daerah sini biasanya investor besar (hedge fund),
manajer investasi, maupun internal perusahaan. Berita resminya belum
diungkapkan ke publik.
• Stage 3 merupakan confusing stage karena tidak ada kepastian akan gerakan
selanjutnya. Pada Stage 3 ini, banyak orang-orang yang berinvestasi karena
‘ikut-ikutan’ dan tidak menggunakan analisa, hingga akhirnya beli di harga
yang terlalu tinggi (buy on fear) dan akhirnya mengalami kerugian (sell on
greed) setelah pasar memasuki stage 4.
Stage 3 ditandai dengan market yang cenderung flat. Sedangkan stage 4 ditandai
dengan koreksi (penurunan) yang jauh lebih panjang dibandingkan rally (kenaikan).
Stage 1 agak sulit dideteksi karena stage ini merupakan peralihan dari stage 4 menuju
ke stage 2. Jika Anda berhasil masuk sejak stage 1, semakin besar pula potensi
keuntungan Anda dalam setiap transaksinya.
Baiklah, judul dari bab ini adalah Cycle dan Trends. Apa bedanya? Sebuah siklus
terdiri dari sebuah stage yang terbentuk dari trends. Dengan kata lain, Siklus tersusun
atas trends, dan trends itulah yang menunjukkan kepada Anda informasi mengenai
stage yang sedang terjadi saat ini.
Penentuan stage dan trends menjadi prasyarat utama agar Anda bisa menggunakan
metode INVESTORSIBUK© yang akan saya bagikan kepada Anda pada bab-bab
selanjutnya.
Ada sebuah pepatah terkenal dalam bidang investasi, “The Trend is your friend” dan
“Never fight the trend”, bahkan di judul bab 2 ini saya juga menuliskan sebuah
proverbs yang amat saya kagumi “The genius of investing is recognizing the
direction of a trend - not catching highs and lows”.
Artinya, untuk sukses dalam investasi Anda harus mengetahui arah trend.
Kebanyakan orang justru tidak terlalu mempedulikan trend dan malah sibuk untuk
menemukan metode paling akurat agar bisa membeli di harga terendah dan menjual
di harga tertinggi.
Mungkin saja suatu saat ada orang yang menemukan metode agar bisa selalu
membeli di harga terendah dan jual di harga tertinggi. Namun bagi saya, yang penting
adalah profit dari total account Anda, bukannya selalu menjual di harga tertinggi dan
membeli di harga terendah pada setiap transaksi Anda.
Yang jelas, sejak buku ini ditulis, dari ratusan bahkan ribuan indikator yang ada di
dunia, belum ada satu metode pun yang secara akurat berhasil membuat setiap trade
menghasilkan sinyal pembelian di harga terendah dan penjualan di harga tertinggi.
Dalam Dow Theory dikatakan bahwa terdapat tiga jenis trend, yaitu :
- Uptrend
- Downtrend
- Sideways/Channeling/Nontrends
Akan tetapi, harga saham juga tidak terus menerus naik dan terus menerus turun.
Harga saham bergerak secara zig zag. Setiap trend, di dalamnya terdapat rally dan
juga koreksi.
Pada pola uptrend, puncak dan lembah yang terbentuk semakin lama semakin tinggi.
Pada pola downtrend, puncak dan lembah yang terbentuk semakin lama semakin
rendah. Sedangkan pada pola sideways, ketinggiannya hampir sama. Ketiga pola
tersebut dapat Anda lihat pada gambar 2.2, gambar 2.3, dan gambar 2.4.
Gambar 2.3
2. Downtrend : jarak "puncak ke puncak" serta
"lembah ke lembah" berikutnya semakin menurun
Gambar 2.5 Contoh Uptrend dalam Chart – Daily line charts ASII periode Juli 2004 – April 2009 (Sumber : Yahoo Finance)
Gambar 2.6 Contoh downtrend dalam chart - Daily candlestick charts BUMI periode 2008 – 2009 (Sumber : Yahoo Finance)
Gambar 2.7 Contoh Sideways dalam Chart – Daily candlestick charts UNVR periode Juni 2008 – April 2009
Gambar 2.8 Contoh Uptrend Line – Daily bar charts PTBA periode 2006-2008 (Sumber : Yahoo Finance)
Gambar 2.9 Contoh Downtrend Line – Daily bar charts ANTM periode Oktober 2007 – Oktober 2008 (Sumber : Yahoo Finance)
Gambar 2.10 Contoh Sideways Channel – Daily bar charts UNVR periode Oktober 2007 – Agustus 2008 (Sumber : Yahoo Finance)
Bullish dan Bearish merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan situasi
pasar yang terjadi. Istilah bullish berasal dari kata bull (banteng), sedangkan bearish
dari kata bear (beruang).
Bullish menggambarkan optimisme pasar. Bullish artinya pasar sedang berada dalam
uptrend atau siklus 2. Istilah ini digunakan karena sesuai dengan sifat banteng yang
selalu mengayunkan tanduknya ke arah atas.
Bearish menggambarkan pesimisme para pelaku pasar. Bearish artinya pasar sedang
berada dalam downtrend atau siklus 4. Istilah ini digunakan karena sesuai dengan
sifat beruang yang suka mengayunkan cakarnya ke arah bawah.
BAB III.
Terang di Kegelapan
Candlestick Charting
C
andlestick charting amat populer dikalangan trader dan investor dunia.
Terangnya dapat membawa Anda melewati gelapnya dunia pasar modal.
Candlestick adalah tools yang sangat berguna, dan menjadi favorit sebagian
besar trader di dunia. Apa saja kelebihannya?
Sebelumnya, Anda perlu mengetahui dulu apa itu charts. Charts merupakan sebuah
gambar atau grafik yang berfungsi untuk menunjukkan data historis dari pergerakan
harga saham pada suatu periode waktu tertentu. Terdapat 3 jenis charts yang paling
sering digunakan, yaitu line charts, bar charts, dan candlestick charts.
Gambar 3.1 Contoh line charts – Daily line charts IHSG periode Maret 2007 – Februari 2008 (Sumber : Yahoo Finance)
Gambar 3.2 Contoh bar charts – Daily bar charts IHSG periode Oktober 2008 – Januari 2009 (Chartnexus.com)
Gambar 3.3 Contoh candlestick charts – Daily candlestick charts IHSG periode Oktober 2008 – Januari 2009 (Chartnexus.com)
Gambar 3.4 Bar Charts Gambar 3.5 Bar Charts Gambar 3.6 Bar Charts
Harga penutupan < Harga Harga penutupan = Harga Harga penutupan > Harga
Pembukaan Pembukaan Pembukaan
Grafik bar charts susah untuk diamati, karena memiliki warna yang sama. Namun,
beberapa orang terbiasa menggunakan grafik bar charts ini.
- O = Opening Price
- H = Highest Price
- L = Lowest Price
- C = Closing Price
Kelebihannya, candlestick memiliki warna yang berbeda pada bagian body (tubuh)
nya, sehingga Anda dapat melihatnya secara sekejap mata apakah hari itu pasar
mengalami tekanan jual atau mengalami tekanan beli. Mungkin Anda bertanya-tanya,
darimana asal mula candlestick ini dan mengapa begitu populernya.
kalangan trader dan technicalist barat. Di barat, candlestick dipopulerkan oleh Steve
Nison, seorang trader yang sangat tertarik dengan metode orang Jepang ini.
Pengenalan Candlestick
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, Candlestick juga terdiri dari 4 komponen
harga yaitu OHLC (Open, High, Low, dan Close). Konstruksi candlestick dapat
dilihat pada gambar 3.7 di bawah ini.
Body candlestick warnanya dibedakan antara harga yang naik dengan harga yang
turun, sehingga lebih mudah diamati secara sekilas.
Warna-warna Red atau Black biasa digunakan untuk menandakan harga yang ditutup
turun pada sesi tersebut (pasukan Beruang berkuasa di sesi itu).
Perlu diingat, sesi yang dimaksud tergantung dari time frame chart yang digunakan.
Apabila time frame yang digunakan adalah daily, berarti yang berlaku adalah harga di
hari itu. Apabila time framenya weekly, artinya harga pada satu minggu, dan berlaku
pula untuk time frame lainnya.
Pola-Pola Candlestick
Pola –pola Candlestick terbagi dalam 3 bagian besar, yakni bullish reversal pattern,
bearish reversal pattern, serta continuation pattern. Pola bullish reversal terjadi
setelah downtrend berkepanjangan, pola bearish reversal terjadi setelah uptrend
berkepanjangan, sedangkan pola continuation artinya meneruskan trend yang
sedang terjadi.
Pola bullish reversal menandakan bahwa downtrend akan segera berakhir, dan
merupakan awal dimulainya sebuah trend baru (bisa berupa uptrend maupun
sideways). Pola bullish reversal dikatakan valid apabila terjadi di dasar downtrend.
Pola bearish reversal menandakan bahwa uptrend akan segera berakhir, dan
merupakan awal dimulainya sebuah trend baru (bisa berupa downtrend atau
sideways). Pola bearish reversal dikatakan valid apabila terjadi di puncak uptrend.
Pola continuation menandakan bahwa trend yang sedang terjadi akan terus berlanjut .
Trend akan berubah apabila ditemukan pola-pola reversal.
“Contoh-contoh di bawah ini diambil dari sebuah website forex, jadi Anda bisa melihat bahwa ada
pola FX (Forex) dan juga pola equity (saham). Pada Pola FX hampir tidak pernah terjadi GAP
(loncatan) harga. Saat ini , yang Anda bicarakan adalah equity, sehingga yang perlu Anda lihat
hanyalah pada pola equity saja.”
Gambar 3.8 Bullish abandoned baby Gambar 3.9 Bullish belt hold
Gambar 3.16 Bullish inverted hammer Gambar 3.17 Bullish ladder bottom
Gambar 3.18 Bullish morning doji star Gambar 3.19 Bullish morning star
Gambar 3.20 Bullish piercing line Gambar 3.21 Bullish three inside up
Gambar 3.22 Bullish three outside up Gambar 3.23 Bullish three star in the south
Gambar 3.24 Bullish three white soldier Gambar 3.25 Bullish tri star
Gambar 3.27 Bearish abandoned baby Gambar 3.28 Bearish advanced block
Gambar 3.29 Bearish belt hold Gambar 3.30 Bearish break away
Gambar 3.33 Bearish downside tasuki gap Gambar 3.34 Bearish dragonfly doji
Gambar 3.35 Bearish engulfing Gambar 3.36 Bearish evening doji star
Gambar 3.37 Bearish evening star Gambar 3.38 Bearish gravestone doji
Gambar 3.41 Bearish harami cross Gambar 3.42 Bearish meeting lines
Gambar 3.43 Bearish shooting star Gambar 3.44 Bearish three inside down
Gambar 3.45 Bearish three outside down Gambar 3.46 Bearish tri stars
Gambar 3.48 Bearish continuation in neck Gambar 3.49 Bearish continuation on neck
Gambar 3.50 Bearish downside tasuki gap Gambar 3.51 Bearish falling three methods
Gambar 3.52 Bearish side by side white lines Gambar 3.53 Bearish three line strike
Gambar 3.55 Bullish rising three Gambar 3.56 Bullish three line strike
BAB IV.
Cara Orang Sibuk
Menjadi Master Candlestick
Dalam Hitungan Menit
P
USING !!! Pasti itu yang ada di pikiran Anda setelah melihat puluhan pola
candlestick di bab sebelumnya. Dulu, saya juga seperti Anda. Saya
menghafalkan hampir semua pola, bahkan sampai membuka website
http://fxwords.com untuk memastikan pola apa yang sedang terjadi setiap kali hendak
melakukan transaksi.
Kabar gembiranya, Anda tidak perlu menghafal dan tidak perlu mengetahui nama-
namanya sama sekali. Namun, jika Anda memang tetap ingin menghafalkannya saya
juga tidak dapat melarang, karena itu adalah pilihan pribadi Anda.
“Percayakah Anda bila saya mengatakan bahwa seluruh pola di atas dapat Anda
kuasai hanya dalam hitungan “MENIT” ?”
Sebelum saya memberitahu caranya kepada Anda, ijinkahlah saya untuk bercerita
sedikit tentang apa yang sebenarnya terjadi dibalik sebuah batang candle.
Bullish Candle
Dari gambar bullish candle di atas, Anda dapat melihat bahwa pihak buyer/pembeli,
mengangkat harga pasar hingga titik tertinggi (terlihat shadow/ekor atas), dan
akhirnya ditutup di atas harga pembukaan. Artinya pihak buyer memenangkan
konflik kepentingan pada sesi ini.
Bearish Candle
Dari gambar bearish candle di atas, Anda dapat melihat bahwa pihak seller/penjual,
mendorong harga pasar hingga titik terendah (terlihat shadow/ekor bawah), dan
akhirnya ditutup di bawah harga pembukaan. Artinya pihak seller memenangkan
konflik kepentingan pada sesi ini.
Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya, penguasaan Anda terhadap psikologi pasar
maupun diri Andalah yang paling menentukan kesuksesan Anda dalam berinvestasi.
Jika Anda telah mengetahui apa yang terjadi di balik sebuah candlestick, Anda tidak
perlu menghafalkan puluhan pola candle yang terlampir di bab sebelumnya. Hal
yang utama yaitu pemahaman Anda terhadap psikologi pasar.
Dari puluhan pola yang ada, sebenarnya Anda cukup mengetahui 5 pola saja yang
paling penting. Oleh karena itu, Anda boleh berbahagia bahwa Anda dapat menjadi
master candlestick dalam waktu yang amat singkat. Apa saja pola-pola yang penting
itu? Silahkan anda lihat pada gambar 4.3 dan gambar 4.4 di bawah ini :
Gambar 4.5 Pola Piercing line, doji star, dan hammer pada minor downtrend dari sebuah uptrend channel
Gambar 4.6 Pola bullish engulfing dan harami pada minor downtrend dari sebuah uptrend channel
Gambar 4.7 Pola dark cloud cover dan bearish harami pada minor uptrend dari sebuah downtrend channel
Gambar 4.8 Pola shooting star pada minor uptrend dari sebuah downtrend channel
As simple as that...
BAB V.
Holy Grail Indicator
Tool Boxes, Black Boxes, Gray Boxes
B
egitu membaca judul bab ini, Anda mungkin langsung merasa gembira
karena beranggapan bahwa di dalam buku ini akan dibahas sebuah holy
grail indicator yang artinya benar-benar 100% akurat dalam meramalkan
pergerakan pasar. Banyak orang hingga hari ini terus memodifikasi berbagai macam
indikator teknikal, termasuk di dalamnya modifikasi parameter, modifikasi formula,
atau metode statistik lainnya. Apa tujuannya? Sudah dapat ditebak, yakni untuk
mencari indikator apa yang paling tepat dalam meramalkan posisi BUY dan SELL.
Lain halnya dengan blackboxes. Apa yang ada di dalam blackboxes adalah sebuah
rahasia. Anda tinggal memasukkan data dan sistem itu yang akan menunjukkan
perintah buy maupun sell. Black boxes ini tampak seperti sihir yang menjadi sebuah
jalan untuk menghasilkan uang tanpa Anda harus berpikir. Biasanya orang yang
51 Copyrights © 2009 InvestorSibuk by Ferdie Darmawan – www.InvestorSibuk.com
InvestorSibuk.com – Cukup 10 Menit Setiap Minggu untuk Membuat Uang Bekerja untuk Anda
Saya sendiri terkejut ketika membaca pernyataan Alexander Elder dalam bukunya
Trading for A Living. Berikut ini adalah kutipannya :
“Blackboxes always come with impressive track records showing profitable past performance.
Every black box self destructs because markets keep changing. Even systems with built-in
optimization do not work because we do not know what kind of optimization will be needed in the
future. There is no substitute for mature judgement in trading. The only way to make money from a
black box is to sell one.
Each black box is guaranteed to fail, even if sold by an honest developer. Complex human activities
such as trading cannot be automated. Machines can help but not replace humans. Trading with a
black box means using a slice of someone else’s intelligence, as it existed at some point in the past.
Markets change, and experts change their minds, but a black box keeps churning out its buy and
sell signals. “
Pernyataan Dr. Elder sangatlah berani, apalagi kata-kata yang saya beri cetak tebal
,”The only way to make money from a black box is to sell one.” Dari kutipan
tersebut, rasanya tidak bijak bagi Anda jika mengandalkan sebuah blackboxes dalam
mengelola uang Anda. Tentunya, Anda ingin memiliki kontrol penuh, kenapa Anda
membeli dan kenapa Anda menjual berdasarkan keputusan pribadi Anda.
Kategori yang ketiga menurut Dr. Elder adalah grayboxes. Grayboxes terletak di
antara toolboxes dan blackboxes. Anda dapat mengetahui logika yang terjadi dibalik
tools tersebut dan memungkinkan Anda untuk mengatur parameternya dan
menyesuaikan sesuai dengan pengalaman Anda sendiri. Rasanya, dari ketika kategori
tersebut, yang layak Anda pertimbangkan adalah toolboxes dan grayboxes. Anda
dapat mengubah sebuah toolboxes menjadi sebuah grayboxes buatan Anda sendiri
berdasarkan analisa dan pengetahuan Anda pribadi mengenai market.
Secara garis besar, ada dua jenis analisa yang masuk dalam kategori tool boxes, yakni
analisa fundamental dan analisa teknikal. Analisa fundamental adalah analisa
sekuritas menggunakan data-data fundamental yang berhubungan dengan perusahaan
yang bersangkutan seperti misalnya laporan keuangan dan juga menggunakan data-
data sektoral, data siklus bisnis, makroekonomi, dan sebagainya. Analisa teknikal
adalah analisa yang dilakukan berdasarkan data historis dari pergerakan saham yang
bersangkutan.
Anda akan mempelajari analisa fundamental yang sederhana untuk mencari saham
APA yang akan Anda beli, kemudian dengan menggunakan analisa teknikal anda
akan mempelajari KAPAN Anda akan membeli dan menjual saham Anda ? Sangat
sederhana bukan ?
Konsep yang paling utama dalam berinvestasi adalah kesederhanaan. Banyak buku-
buku yang mengajarkan misalnya, posisi BUY hanya boleh dilakukan jika indikator
A sudah dikonfirmasi oleh indikator B, C, D, dan E, disertai volume blowoff (masif).
Apa yang terjadi? Banyak orang justru kebingungan dan ketika semua indikator
sudah terkonfirmasi, harga sudah terlalu tinggi dan saat itu baru masuk ke pasar.
Akhirnya keesokan harinya justru harga saham turun dan orang itu mengalami stress
yang terus menerus dan akhirnya menyerah. Bahkan, ada yang bertanya ,”Indikator A
sudah menyatakan beli, tetapi indikator B menyatakan jual, apa yang harus saya
lakukan?” Untuk menghindari pertanyaaan ini, silahkan Anda lanjutkan membaca.
BAB VI.
Identifying The Trend
Moving Average Sebagai
Trend Detector
M
ayoritas pemula cenderung mencari sebuah magic bullet, sebuah
indikator untuk menghasilkan uang atau dapat disebut holy grail
indicator. Sayangnya, tidak ada indikator semacam itu. Saat beruntung,
seakan-akan mereka telah menemukan jalan pintas menuju Roma untuk memperoleh
keuntungan. Namun, ketika magic bullet tersebut tidak berfungsi, mayoritas orang
akan terus menerus memodifikasi indikator hingga menemukan kombinasi yang
menurutnya paling akurat. Sayangnya, pasar terlalu kompleks untuk dapat dimengerti
dengan menggunakan satu indikator saja.
The Contradiction
Setiap indikator memiliki ciri khasnya masing-masing. Trend following indicator
(lagging indicator) akan memberikan sinyal BUY saat terjadi uptrend. Namun di
satu sisi, indikator jenis oscillator (leading indicator) akan mengalami overbought
(kondisi jenuh beli) pada saat uptrend dan justru memberikan sinyal SELL.
Simple Moving Average (SMA) dihitung dari penjumlahan harga saham n hari
sebelumnya dibagi dengan n hari. Misalnya, jika Anda ingin membuat SMA 5 hari
dari suatu pergerakan harga saham, maka Anda harus menjumlahkan harga saham 5
hari sebelumnya kemudian membagi hasil penjumlahan itu dengan angka 5. Harga
yang dimaksud adalah harga penutupan. Meskipun demikian, Anda dapat juga
menggunakan rata-rata nilai harga pembukaan pada hari yang bersangkutan.
Anda dapat melihat lebih jelas lagi mengenai perhitungannya di bawah ini :
Tabel 6.1 Perhitungan nilai SMA (5) dan SMA (8) pada saham PTBA
Sinyal BUY : Grafik saham memotong ke atas grafik SMA Artinya harga saham
berada di atas nilai rata-rata bergeraknya (Moving Average)
Sinyal SELL : Grafik saham memotong ke bawah grafik SMA Artinya harga
saham berada di bawah nilai rata-rata bergeraknya (Moving Average)
Gambar 6.1 Sinyal yang ditunjukkan indikator SMA – panah biru menunjukkan sinyal BUY, panah merah menunjukkan
sinyal sell (charts by chartnexus.com)
Saat downtrend terjadi, Moving Average akan memberikan sinyal SELL, tetapi
leading indicator justru menjadi oversold (kondisi jenuh jual) dan memberikan sinyal
BUY.
Langkah kedua yaitu memilih time frame dengan jangka waktu yang lebih besar
dibandingkan time frame pilihan Anda di langkah pertama. Misalnya, karena saya
memilih time frame utama (2nd time frame) saya adalah daily, maka untuk time
frame lebih besarnya (1st time frame) saya akan memilih Weekly. Untuk lebih
mudahnya, saya menyertakannya dalam tabel 6.2 berikut ini.
Sebenarnya, Anda juga dapat menggunakan prinsip ini untuk time frame yang lebih
kecil, seperti hourly, minutely, 15 minutes, dsbnya. Akan tetapi, saya tidak
menyarankan melakukan trading dengan time frame yang sangat kecil seperti itu
karena bagi para pemula sangat sulit untuk melakukan kontrol emosi dengan jangka
waktu yang sangat pendek. Saya pribadi nyaman dengan menggunakan time frame
daily sebagai time frame pilihan (time frame utama).
Jika Anda menjawab bahwa fungsinya adalah untuk mendeteksi trend dan cycle
(lihat BAB IV) yang sedang terjadi, artinya Anda memang brilian dan layak disebut
sebagai INVESTORSIBUK© sejati !
Sesuai tujuannya, maka Anda akan menggunakan lagging indicator pada 1st time
frame ini. Gunakan saja lagging indicator yang paling sederhana, yakni Simple
Moving Average. Sebenarnya Anda bebas menggunakan jenis lagging indicator serta
parameter yang Anda inginkan. Namun, saya lebih suka menggunakan SMA dengan
parameter 26, yakni rata-rata pergerakan sederhana (Simple Moving Average) harga
26 minggu sebelumnya.
Mengapa saya memilih angka 26 ? Alasannya sangat sederhana. Dalam satu tahun
terdiri dari 52 minggu dan bagi saya pribadi menggunakan SMA 52 terasa terlalu
lama, sehingga saya memilih SMA 26. Secara kasar dapat dikatakan bahwa saya
menggunakan rata-rata pergerakan harga selama 6 bulan terakhir. Sekali lagi, Anda
bebas menentukan parameter yang digunakan, sesuaikan saja dengan profil resiko
Anda masing-masing.
Setelah memilih 1st time frame dan parameter SMA, sekarang Anda akan
menempatkan indikator ini pada stock price yang Anda pilih dengan time frame
WEEKLY.
“Saat harga berada di atas SMA 26, artinya market sedang berada dalam stage 2 atau
lebih dikenal dengan sebutan uptrend/bullish. Dalam kondisi ini, posisi yang paling
aman diambil adalah posisi BUY (Long) . Anda boleh melakukan BUY and HOLD
selama harga masih berada di atas SMA 26 Weekly. “
“Ketika harga mulai berada di bawah garis SMA 26, artinya pasar mulai memasuki
stage 4 (downtrend/bearish). Posisi yang paling aman diambil adalah posisi SELL
(Short). “
Bolehkah Anda mengambil posisi BUY saat harga berada di bawah garis Weekly
SMA 26? Jawabannya, boleh saja, tetapi saya amat sangat tidak menyarankan. Mau
tahu alasannya? Silahkan lanjutkan membaca dan Anda akan menemukan
jawabannya dalam bab – bab selanjutnya.
Long artinya Anda membeli sebuah saham pada harga rendah, dengan harapan
harganya akan naik (Buy Low Sell High atau Buy High sell Higher). Terminologi
Long ini adalah yang umum diketahui masyarakat awam. Semua orang membeli
saham dengan harapan saham tersebut akan mengalami kenaikan di kemudian hari.
Short artinya Anda menjual terlebih dahulu saham di harga tinggi, baru kemudian
membelinya kembali di harga rendah (Sell High Buy Low). Artinya, meskipun pasar
sedang mengalami penurunan, Anda tetap dapat memperoleh profit. Mungkin Anda
merasa kebingungan dengan terminologi short selling ini karena memang bagi para
pemula, terminologi ini terasa masih baru. Hal yang paling sering ditanyakan adalah,
“Bagaimana saya bisa menjual saham terlebih dahulu di harga tinggi, jika saya tidak
memiliki sahamnya ?” Jawaban sederhana : Pinjam dari broker Anda, tentunya
dengan bunga tertentu! Di Indonesia, aturan shortselling masih seringkali
diperdebatkan dan hanya beberapa broker saja yang bersedia meminjamkan saham
untuk Anda gunakan dalam proses short selling. Itupun dengan berbagai macam
syarat dan ketentuan minimal modal yang cukup besar jumlahnya.
Jadi, anggap saja di Indonesia shortselling masih sulit dan hampir mustahil untuk
diterapkan bagi investor ritel. Di pasar negara lain seperti Amerika dan Hongkong,
proses short selling tergolong hal yang lumrah dilakukan. Dengan adanya
shortselling, Anda dapat memperoleh keuntungan dari dua arah market, baik market
naik maupun turun. Short selling paling sering dijumpai di pasar Futures dan juga
Options. Dalam perdagangan derivatif seperti Future dan Options, Anda
diperbolehkan untuk melakukan transaksi dua arah, yakni LONG dan SHORT.
BAB VII.
Four Season Indicator
Dari Musim Semi Hingga
Musim Salju
S
ecara klasikal, trend di dalam pasar modal terdiri dari tiga bagian : long term
trend yang berakhir dalam hitungan tahun, intermediate trend yang berakhir
dalam hitungan bulan, dan minor trend yang periodenya di bawah bulanan.
Analogi yang biasa digunakan dalam menggambarkan trend ini adalah analogi
fenomena gelombang laut. Robert Rhea, salah satu technical analyst pionir dalam
sejarah pasar modal dunia, menggambarkan long term trend sebagai tides (pasang),
intermediate trend sebagai waves (gelombang), dan minor trend sebagai ripples
(riak).
Seperti yang sudah Anda pelajari sebelumnya, setelah memilih time frame pilihan,
selanjutnya Anda harus melihat trend besarnya (tides / 1st time frame). Di bab
sebelumnya Anda diajak untuk menggunakan SMA 26 pada grafik Weekly untuk
63 Copyrights © 2009 InvestorSibuk by Ferdie Darmawan – www.InvestorSibuk.com
InvestorSibuk.com – Cukup 10 Menit Setiap Minggu untuk Membuat Uang Bekerja untuk Anda
mendeteksi stage mana yang terjadi sekarang. Kali ini, Anda akan diajak untuk
mendeteksi stage dalam pasar modal dengan cara yang agak sedikit berbeda.
Anda pasti tahu bahwa di beberapa belahan negara, terjadi 4 macam musim yang
selalu berotasi. Mari Anda belajar dari cerdasnya seorang petani. Seorang petani akan
menabur di musim semi, memanen hasilnya di akhir musim panas, serta
memanfaatkan musim gugur untuk bersiap-siap menghadapi datangnya musim salju.
Ada kalanya menabur, ada kalanya pula menuai. Konsep rotasi musim ini sebenarnya
terlihat jelas di dalam siklus pasar modal maupun siklus bisnis.
Sebagai Investor yang cerdas, Anda akan melakukan pembelian (buy) di musim semi,
menuai profitnya (sell) di musim panas, menjual (sell short) di musim gugur, dan
membeli kembali (cover) di musim dingin.
Konsep trend dalam siklus pasar selain dianalogikan sebagai fenomena gelombang
laut, dapat juga dianalogikan dengan menggunakan konsep rotasi musim ini.
Sebenarnya, konsep dari rotasi musim ini sangat sederhana. Anda hanya boleh
melakukan transaksi LONG (Buy to Open and Sell to Close) di antara musim semi
dan musim panas, sedangkan transaksi SHORT (Sell to Open dan Cover to Close )
dilakukan di antara musim gugur dan musim salju.
Pertanyaannya...
Sebelum saya memberitahu Anda bagaimana cara mendeteksi keempat musim yang
terjadi, Anda akan saya ajak berkenalan dengan salah satu indikator favorit saya,
yakni MACD (Moving Average Convergence Divergence).
MACD terdiri dari dua garis : garis MACD dan garis sinyal (signal line). Garis
MACD tersusun atas dua buah Exponential Moving Average (EMA) yang cukup
responsif terhadap perubahan harga, sedangkan garis sinyal (signal line) tersusun atas
garis MACD yang diperhalus dengan tambahan EMA lainnya. Sinyal beli dan jual
ditandai dengan perpotongan (cross) antara garis MACD dan garis sinyal. Sinyal beli
terjadi ketika garis MACD memotong ke atas garis sinyal, sedangkan sinyal jual
terjadi ketika garis MACD memotong ke bawah garis sinyal. MACD buatan Gerald
Appel tersusun atas parameter sebagai berikut :
4. Hitung EMA 9 dari data MACD lines (bukan harga penutupan saham). Hasil
EMA 9 dari MACD lines akan menjadi garis sinyal (signal lines)
Anda dapat melihat gambaran lebih jelas dari indikator Moving Average
Convergence Divergence (MACD) pada gambar 7.1 di bawah ini.
Gambar 7.1 Sinyal yang ditunjukkan indikator MACD – panah biru menunjukkan sinyal BUY, panah merah menunjukkan
sinyal sell (source : chartnexus.com)
MACD Histogram
Saat ini saya yakin pasti Anda semakin penasaran dan bertanya-tanya, bagaimana
cara menggunakan MACD untuk mendeteksi musim yang sedang terjadi? Sabar
sebentar, karena Anda harus mengetahui beberapa hal lagi. Ingat, kunci investasi
yang paling utama adalah kesabaran. Jadi, Anda harus bersabar saat ini. Hehehe...
Kalau Anda teliti baik-baik pada gambar 7.1, selain Anda melihat dua buah garis
(MACD lines dan signal lines), Anda juga melihat semacam histogram yang
menjadi background dari kedua garis tersebut. Histogram tersebut tentunya bukan
hanya hiasan semata. Histogram itulah yang akan menunjukkan kepada Anda musim
yang sedang terjadi saat ini. Tentunya, Anda harus mengetahui terlebih dahulu
filosofi pembentukan MACD histogram tersebut.
MACD histogram mengukur selisih antara garis MACD dengan garis sinyal yang
ada. Selisihnya tersebut kemudian diplot dalam bentuk histogram berbentuk batang-
batang vertikal. Jika selisih antara garis MACD dan garis sinyal bernilai positif, maka
MACD histogramnya positif dan digambar di atas zero line. Sebaliknya, ketika
selisihnya negatif maka MACD histogram digambar di bawah zero line. Ketika
kedua garis berpotongan, maka MACD histogram bernilai nol.
Saat selisih antara garis MACD dan garis sinyal bernilai besar, maka gambar
histogramnya juga menjadi lebih tinggi. Sebaliknya, jika selisihnya semakin kecil,
gambar histogramnya juga menjadi lebih pendek.
Kemiringan dari MACD histogram dilihat dari hubungan antara batang-batang yang
bersebelahan. Apabila batang terakhir lebih tinggi dari yang sebelumnya, artinya
kemiringan (gradiennya) bernilai positif. Sebaliknya, apabila batang terakhir lebih
rendah dari sebelumnya, berarti gradiennya bernilai negatif.
Gradien dari MACD histogram memberi petunjuk mengenai siapa yang sedang
berkuasa di market. MACD histogram yang meningkat, menunjukkan pasukan
banteng lebih kuat. MACD histogram yang menurun menunjukkan pasukan beruang
menjadi lebih kuat. Saat gradien dari MACD histogram bergerak searah dengan
pergerakan harga, artinya trend yang terjadi adalah trend yang sehat. Ketika gradien
MACD histogram berlawanan dengan arah gerakan harga, maka trend tersebut patut
dipertanyakan validitasnya.
Cara yang paling aman yaitu mengambil posisi sesuai dengan arah gradien MACD
histogram. Artinya, jika gradiennya positif, posisi yang boleh Anda ambil hanyalah
posisi LONG saja, sedangkan jika gradiennya negatif, posisi yang boleh Anda ambil
hanya posisi SHORT saja. Gradien dari MACD histogram menunjukkan urgensi yang
lebih tinggi dibandingkan apakah posisinya itu berada di atas atau di bawah zero line
(garis nol).
Sinyal BUY terbaik terjadi saat MACD histogram berada di bawah centerline (garis
nol /zero line), tetapi gradiennya positif, menunjukkan bahwa pasukan beruang (bear)
telah kehabisan tenaga . Sinyal SELL terbaik terjadi saat MACD histogram berada di
atas centerline tetapi gradiennya negatif, menunjukkan pasukan banteng (bull) mulai
kehabisan tenaga.
Gambar 7.2 Posisi Buy dilakukan saat awal musim semi, ditutup dengan SELL di akhir musim panas. Posisi Short Sell
dilakukan saat awal musim gugur dan ditutup dengan Cover Short di akhir musim salju (dingin)
Kebanyakan orang baru mulai memanfaatkan sinyal MACD dan MACD histogram
hanya saat cross saja (nilai histogramnya bernilai nol). Padahal, sinyal cross ini
adalah peralihan dari musim semi ke musim panas, dan artinya Anda sudah agak
terlambat. Setelah mengetahui hal ini, mulai sekarang Anda dapat memulai investasi
Anda di awal musim semi, yakni saat MACD histogram masih di bawah center line
dan nilai gradiennya positif. Dengan memulai menanam benih pada musim semi,
Anda akan memiliki kesempatan yang lebih baik untuk membeli pada harga murah.
Akan tetapi, Anda tidak dianjurkan untuk langsung membeli saham dengan seluruh
kapital yang Anda miliki. Anda tetap harus melakukannya secara bertahap, yang
dikenal dengan istilah probe the market.
Anda dapat melihat secara lebih jelas mengenai ringkasannya di dalam tabel 9.1 di
bawah ini.
Tabel 7.1 Ringkasan MACD histogram dalam menentukan musim yang sedang terjadi
Sekali lagi, perlu Anda ingat bahwa indikator MACD ini akan Anda gunakan pada
grafik WEEKLY dan bukan DAILY. Fungsinya yaitu untuk menentukan saat ini
Anda sedang berada di stage yang mana. Jika dalam Bab 4 Anda telah mengetahui
bahwa siklus dalam pasar modal terdiri dari 4 stage, di dalam bab ini Anda
menganalogikan 4 stage itu menjadi 4 musim. Melalui indikator 4 musim ini, Anda
memperoleh informasi apakah saat ini Anda hanya boleh mengambil posisi LONG
atau hanya boleh mengambil posisi SHORT.
BAB VIII.
Bagian Terpenting dari Buku Ini
Berbagai Anomali di Pasar Modal
B
ila setelah membaca daftar isi Anda langsung melompat ke bab ini, saya
tidak menyalahkan Anda. Namun, ada baiknya Anda bertanya kepada diri
Anda sendiri, mengapa Anda langsung menuju bab ini ? Saya yakin,
jawabannya adalah karena Anda merasa penasaran. Anda mungkin berpikir bahwa
judulnya berkata bahwa dengan membaca bab ini saja, maka Anda sudah dapat
menguasai isi keseluruhan buku secara instan dan menjadi INVESTORSIBUK©
sejati. Apapun alasan Anda untuk melompati bab-bab lainnya dan langsung membaca
bab ini, Anda perlu merenungkannya lagi. Hal inilah yang dilakukan oleh
kebanyakan orang, yakni mencari jalan pintas dan menginginkan semuanya serba
instan. Oleh karena itu, mayoritas pemula dalam investasi di pasar modal 97% akan
mengalami kegagalan dan hanya 3 % yang berhasil. Jadi, jika Anda belum membaca
bab-bab sebelumnya, perintah saya : BACALAH dan PAHAMI terlebih dahulu agar
Anda dapat mencapai kesuksesan dalam berinvestasi di pasar modal!
Baiklah, saya anggap Anda telah membaca bab-bab sebelumnya dan akan saya
lanjutkan pembahasan kali ini. Pada bab sebelumnya, Anda telah mempelajari
bagaimana cara mendeteksi trend besar atau musim yang sedang terjadi saat ini
dengan menggunakan 1st time frame Anda.
Pada bab ini, Anda akan menggunakan 2nd time frame (time frame pilihan Anda)
guna memasuki pasar. Anda juga telah mengetahui bahwa pada 1st time frame
(WEEKLY), indikator yang digunakan adalah lagging indicator (Moving Average
dan MACD Histogram). Nah, pada 2nd time frame ini (DAILY) , Anda akan
menggunakan leading indicator untuk mengetahui kapan Anda harus masuk pasar
atau menambah posisi (laddering/average up).
71 Copyrights © 2009 InvestorSibuk by Ferdie Darmawan – www.InvestorSibuk.com
InvestorSibuk.com – Cukup 10 Menit Setiap Minggu untuk Membuat Uang Bekerja untuk Anda
Oleh karena itu, sebenarnya suatu indikator yang dikatakan sebagai leading indicator
bukan berarti dapat memprediksikan harga saham secara tepat sebelum harga saham
itu terjadi. Anda harus ingat bahwa tidak ada satu indikatorpun yang dapat
meramalkan arah pasar secara tepat.
Suatu indikator disebut leading karena sinyal yang ditimbulkannya lebih cepat
daripada indikator yang sifatnya lagging. Leading indicator yang ada jumlahnya
sangat banyak, seperti misalnya Relative Strengh Index, Elder Ray, Rate of Change,
Momentum, William %R, Stochastic Oscillator, dan masih banyak lagi. Saya pribadi
menggunakan yang paling umum dan sederhana yakni Stochastic Oscillator. Untuk
itu, mari Anda berkenalan dengan Oscillator yang satu ini.
Stochastic Oscillator
Sesuai namanya, oscillator berarti sesuatu yang berosilasi naik dan turun. Osilasi
yang terjadi menunjukkan seberapa jenuh kondisi harga saham pada saat ini.
Indikator Stochastic dipopulerkan pertama kali oleh George Lane. Indikator
Stochastic menggambarkan hubungan antara harga penutupan dengan range harga
saham tertinggi-terendah yang terakhir. Stochastic terdiri dari dua sinyal : sinyal
pertama disebut fast line atau %K dan sinyal kedua disebut slow line atau %D.
Rumus perhitungan Stochastic :
1. Rumus fast line %K :
C − L୬
%K= × 100
H୬ − L୬
dengan
C = Harga Penutupan Hari ini (Close)
Ln = Harga terendah selama n periode
Hn = Harga tertinggi selama n periode
n = periode yang diinginkan
2. Garis slow line %D diperoleh dengan melakukan smoothing %K, umumnya
untuk jangka waktu n = 3 periode, seperti :
Penjumlahan 3 hari dari (C − L୬ )
%D= × 100
Penjumlahan 3 hari dari (H୬ − L୬ )
Stochastic didesain untuk berosilasi antara angka 0 dan 100. Di samping itu, terdapat
juga garis referensi di angka 20 dan 80 yang menjadi batas overbought (jenuh beli)
dan oversold (jenuh jual).
Jenuh jual artinya harga sudah terlalu rendah dan bersiap untuk mengalami kenaikan.
Sinyal Beli (Long buy) teraman muncul saat Stochastic berada di area oversold dan
garis %K memotong ke atas garis %D (panah biru pada gambar 8.1). Sinyal Sell
teraman muncul saat Stochastic berada di area overbought dan garis %K memotong
ke bawah garis %D (panah merah pada gambar 8.1).
Gambar 8.1 Daerah overbought dan oversold pada Stochastic Oscillator. Panah biru menunjukkan sinyal BUY, panah
merah menunjukkan sinyal SELL (chart by chartnexus.com)
Anomali ini sangat membingungkan dan membuat banyak orang menjadi emosional.
Biasanya ketika uptrend, setelah Anda menjual saham Anda dan keesokannya naik
lagi, yang biasa dilakukan adalah membeli saham tersebut secara emosional tanpa
mempedulikan indikator lagi. Sialnya, justru setelah Anda membeli saham tersebut
pada harga tinggi, keesokan harinya harga saham tersebut malah mengalami
penurunan. Pola seperti ini tidak dapat dikatakan sebagai investor, melainkan sebagai
trader, lebih tepatnya trader yang gagal. Investor maupun trader harus dapat
melakukan kontrol terhadap emosi mereka. Salah satu cara mengontrol emosi adalah
dengan menggunakan indikator sebagai alat pengambilan keputusan.
akhir 2008-awal 2009 lalu saat terjadi krisis subprime mortgage di Amerika, saat itu
grafik IHSG Weekly berada di bawah SMA 26nya. Artinya, posisi yang sebenarnya
aman diambil hanyalah posisi SHORT SELL saja dan bukannya posisi LONG
BUY. Namun, di bursa kita posisi short sell tidak diperbolehkan (kalau pun boleh
aturannya masih simpang siur dan butuh modal yang cukup besar sesuai kontrak
dengan broker) sehingga orang-orang yang bersikeras untuk tetap di bursa hanya bisa
mengambil posisi LONG BUY.
Ini adalah fenomena nyata yang terjadi pada periode akhir 2008 - awal 2009 lalu.
Kebanyakan orang merasa harga sudah murah, tetapi harga justru masih terus
menerus turun. Bahkan saya mendapat cerita, ada broker yang menelpon nasabahnya
saat harga saham BUMI mencapai 6000. Broker tersebut menelpon nasabahnya dan
mengatakan bahwa harga BUMI sudah murah dan saatnya BUY hingga akhirnya
nasabah itu mengikuti nasehat sang broker. Ternyata, harga saham BUMI meluncur
lagi ke bawah menuju angka 4000. Broker pun kembali menelpon nasabahnya dan
berkata “Pak, BUMI sudah di 4000 nih, kapan lagi kejadian kaya gini? All time high
sekitar 8000 loh, ini sudah murah banget Pak, sudah turun 50%, ayo tambah lagi!”
Anda bisa menebak kejadian selanjutnya ? “Ya, si nasabah pun mengikuti saran
brokernya dan membeli lagi saham BUMI di harga 4000. Selanjutnya, Anda pasti
tahu bahwa harga saham BUMI meluncur ke 2000. Sang broker pun ketakutan, tidak
dapat berkata-kata lagi, dan tentunya tidak berani lagi menelpon sang nasabah.
Kemudian, harga pun turun lagi ke harga 1000 dan bahkan rekor harga terendahnya
adalah 425-450. Wow, sungguh mengerikan!
Jadi, dalam keadaan bursa yang seperti itu, tidak bijak bagi Anda seorang investor
untuk tetap bersikeras mengambil posisi LONG BUY. Lebih baik Anda tarik uang
Anda dan dimasukkan ke deposito seperti yang saya lakukan, kemudian menunggu
harga saham kembali di atas SMA 26 Weeklynya. Ditambah lagi, dalam keadaan
crash seperti itu, bunga deposito menjadi cukup kompetitif. So... buat apa anda
bersusah payah trading di bursa dan mengambil posisi LONG BUY seperti ini bila
returnnya hanya sekian persen tapi resikonya bisa puluhan hingga ratusan persen.
Lucunya lagi, saya bertanya kepada beberapa orang yang melakukan HIT and RUN
di bursa saat itu dan mereka mengatakan returnnya kadang di atas bunga deposito dan
kadang di bawah bunga deposito, tetapi lebih sering berada di bawah bunga deposito.
Jadi, buat apa Anda kurang kerjaan melakukan transaksi di bursa jika keadaannya
seperti itu. Lebih baik Anda tarik uang Anda, masukkan ke deposito, dan Anda dapat
tidur dengan tenang.
Namun, beberapa orang tetap bersikeras mengambil strategi HIT and RUN, baru
naik beberapa poin langsung keluar. Kalau keputusannya seperti ini, berarti Anda
harus memelototi layar monitor terus menerus karena jika terlewat sedikit saja, maka
kesempatan Anda untuk melakukan cut loss akan terlambat mengingat di bursa kita
belum ada fasilitas automatic stop loss. Paling-paling hanya bisa titip order stop loss
ke broker, itupun kalau brokernya tidak lupa, mengingat banyaknya nasabah yang
mereka layani.
Saya pribadi kurang sreg dengan strategi HIT and RUN ini karena membuat pikiran
jadi lelah, menyita banyak waktu, dan artinya Anda melawan arus pasar. Coba Anda
renungkan, lebih mudah mana berenang mengikuti arus atau melawan arus? Tentunya
lebih mudah jika Anda mengikuti arus bukan? Anda bisa-bisa saja berenang melawan
arus, tetapi butuh effort yang lebih dan resikonya pun justru menjadi lebih besar. So..
kalau ada yang lebih gampang , buat apa cari yang susah, gitu aja kok repot ? Hehe...
Jika memang dalam keadaan crash seperti itu Anda tetap ingin bertransaksi di bursa
saham, Anda bisa melakukannya di market lain seperti US atau Hongkong karena
mereka melegalkan transaksi SHORT SELL. Bahkan, jika Anda lebih bernyali lagi
Anda bisa mencoba transaksi FUTURE yang memperbolehkan posisi LONG maupun
SHORT. Namun, bagi pemula hal ini tidak disarankan karena resikonya terlalu
tinggi.
BAB IX.
When To EXIT Your Transaction?
1001 Cara Untuk Menutup Transaksi Anda !
K
apan Anda harus menjual dana hasil investasi Anda ? Jawabannya,
pertahankanlah investasi itu SELAMA MUNGKIN. Semakin lama, maka
hasilnya akan semakin baik. Ingat, semakin lama Anda mempertahankan
investasi Anda, maka resikonya pun semakin kecil dan efek compounding interestnya
juga semakin besar. Namun, apabila pasar sudah dinilai terlalu jenuh dan berada di
akhir musim panasnya, ada baiknya anda JUAL seluruh INVESTASI Anda! Ketika
pasar jatuh, segera BELI kembali di harga murah, dan lakukan hal yang sama
berulang-ulang!
Dalam investasi, sebenarnya cut loss tidak terlalu penting. Warren Buffett hampir
tidak pernah melakukan cut loss, tetapi justru menambah posisi ketika harga semakin
turun. Ia berani melakukan itu karena ia telah memperhitungkan harga wajar dari
sebuah saham dan tahu harga sebenarnya dari saham tersebut.
Namun, sebagai investor yang bijak dan dengan modal yang terbilang sangat kecil
jika dibandingkan dengan Warren Buffett, Anda harus tetap melakukan cut loss
79 Copyrights © 2009 InvestorSibuk by Ferdie Darmawan – www.InvestorSibuk.com
InvestorSibuk.com – Cukup 10 Menit Setiap Minggu untuk Membuat Uang Bekerja untuk Anda
dalam investasi Anda, tentunya untuk melindungi modal Anda. Hanya saja, batasan
cut lossnya lebih besar dari orang yang melakukan trading. Saya pribadi melakukan
cut loss ketika harga saham berbalik dan tidak sesuai dengan prediksi. Batasan cut
loss saya adalah 10% dari harga pembelian. Sederhana saja dan tidak memerlukan
perhitungan yang rumit.
Pada bab sebelumnya saya sudah mengajarkan pada Anda bagaimana cara
mendeteksi trend menggunakan SMA 26 atau MACD Histogram serta masuk pasar
menggunakan stochastic. Saat harga sudah berada di atas SMA 26 Weekly dan saya
membeli ketika stochastic pada grafik daily menunjukkan buy, jarang sekali harga
saham turun hampir 10%. Paling-paling turun hanya dibawah 10 %. Jika ini terjadi,
yang saya lakukan adalah sebaliknya, yaitu menambah posisi lagi (tentunya dengan
menunggu sinyal buy dari stochastic). Ingat bahwa batasan saya yakni turun lebih
dari 10%. Ketika turunnya kurang dari 10%, yang saya lakukan justru menambah
posisi lagi (laddering/average up).
Contohnya, Anda melakukan long BUY ketika harga saham berada di atas SMA 26
WEEKLY dan Stochastic Daily menunjukkan posisi oversold dan cross ke atas garis
sinyalnya.
Setelah Anda memiliki open position (posisi yang terbuka), Anda punya dua pilihan
dalam menjualnya : pilihan pertama, Anda dapat mengikuti juga sinyal sell yang
diberikan stochastic. Ini artinya, anda melakukan swing trading. Anda akan keluar
setiap kali sinyal stochastic daily menunjukkan sell.
Namun, saya tidak menyarankan cara yang ini karena Anda akan sering sekali keluar
masuk pasar dan tentunya profit Anda akan tergerus dengan komisi broker. Sekali
lagi, semuanya terserah Anda. Dengan melakukan swing trading, kadang kala Anda
bisa ketinggalan kesempatan-kesempatan yang ada jika Anda sedang tidak sempat
memantau harga saham yang Anda beli.
Gambar 9.1 Jika Anda memilih cara pertama untuk keluar masuk pasar, maka Anda akan menjadi swing trader dan akan
sangat sering keluar masuk pasar, mengikuti sinyal buy dan sell yang diberikan stochastic oscillator
(chart by chartnexus.com)
Pilihan kedua, Saya justru menambah posisi, ketika sinyal stochastic daily
menyatakan buy, dan tidak pernah menghiraukan sinyal sell stochastic dailynya.
So.. kapan saya akan keluar pasar ? Saya hanya akan keluar pasar JIKA dan
HANYA JIKA grafik harga saham WEEKLY berada di bawah SMA 26
WEEKLYnya. Artinya, saya menyimpan saham dalam jangka waktu yang cukup
LAMA, bisa berbulan-bulan. Mungkin Anda agak bingung dengan penjelasan ini
karena hanya berupa tulisan. Untuk itu, Anda dapat melihat video tutorial mengenai
hal ini dalam paket pembelajaran PLATINUM http://www.InvestorSibuk.com
Gambar 9.2 Jika Anda memilih cara kedua, maka Anda hanya menghiraukan sinyal BUY dari daily stochastic dan
mengabaikan perintah SELL nya. Setiap kali stochastic menunjukkan sinyal BUY, maka Anda menambah posisi lagi di
saham tersebut (chart by chartnexus.com)
Selain menggunakan sinyal yang ditimbulkan oleh indikator, biasanya saya juga
menggunakan target rasional yang sederhana. Misalnya, saya selalu menjual setengah
jumlah saham yang saya beli ketika profit sudah mencapai 50%. Sisanya, saya akan
biarkan terus menerus naik dan menunggu sampai harga memotong ke bawah garis
SMA 26 Weeklynya. Sangat sederhana, bukan ?
Mengapa hanya menjual setengahnya? Jawabannya simple saja.. Ini disebut jurus
serba untung. Bila setelah Anda jual ternyata harga sahamnya mengalami penurunan,
maka Anda bisa berkata ,”Wah untung sudah saya jual setengah!”. Namun, bila
ternyata setelah Anda jual sahamnya justru mengalami kenaikan harga, Anda bisa
berkata ,”Yes, untung baru saya jual setengah!” Serba untung kan? Hehe...
BAB X.
The Forgotten Essential
Things You Must Know!
P
ernah dengar peribasa,”Karena nila setitik, rusak susu sebelanga ?” Hal-hal
kecil dapat merusak hal yang lebih besar lagi. Ada beberapa point penting
yang akan Anda telusuri di dalam bab ini dan seringkali dilupakan oleh
banyak orang. Oleh karena itu, Anda harus mengetahuinya dan jangan mengulangi
kesalahan-kesalahan tersebut.
Begitu banyak broker dari sekuritas yang menyarankan nasabahnya untuk membeli
lagi setiap kali harga turun. Prinsip ini tampaknya baik bagi Anda yang mempunyai
pandangan investasi jangka amat sangat panjang (misalnya investasi di Reksadana
Saham > 5 tahun atau > 10 tahun ). Namun, sebenarnya prinsip ini sangat berbahaya
apabila diterapkan pada timing yang salah. Masalahnya, seberapa sering dan seberapa
banyak pun Anda melakukan average down, posisi Anda akan selalu merugi.
Saya tahu bahwa tujuan Anda melakukan average down adalah untuk mengurangi
resiko dan mendapat harga murah. Namun, sekali lagi, seberapa sering dan seberapa
banyak pun Anda melakukan average down, posisi Anda akan selalu merugi. Tidak
percaya ? Mari Anda buktikan sendiri.
Misalkan Anda membeli saham XXXX sebanyak 1 lot di harga 8000. Beberapa bulan
kemudian harganya turun menjadi 6000, Anda membeli lagi saham XXXX sebanyak
1 lot di harga 6000. Harga rata-rata pembelian Anda sekarang adalah 7000. Dapat
dilihat di sini bahwa harga pasar saham XXXX adalah 6000 sedangkan harga rata-
rata pembelian Anda adalah 7000.
Bulan berikutnya, saham XXXX tersebut turun ke 2000 dan Anda memutuskan untuk
membeli lagi 1 lot saham tersebut. Harga rata-rata pembelian Anda sekarang menjadi
5333,33 (8000+6000+2000)/3 = 5333,33
Sekali lagi, Anda melihat bahwa harga pasar saham XXXX adalah 2000 dan harga
pembelian Anda adalah 5333,33 Artinya Anda mengalami kerugian sebesar
3333,33 per lembar sahamnya. Anda perlu ingat bahwa sekarang jumlah saham yang
Anda miliki adalah 3 lot (1500 lembar), berarti total kerugian Anda adalah 1500 x
3333,33 = 4.999.995 rupiah.
Seberapa sering Anda melakukan averaging down, maka hasilnya sama saja, yakni :
KERUGIAN. Artinya Anda sedang menambah resiko, dan bukannya mengurangi
resiko. Masalahnya, tentu jumlah uang Anda akan habis pada suatu saat (istilah
banyak orang : kehabisan peluru). Seberapa besar pun uang yang Anda miliki, Anda
tidak mungkin melakukan averaging down terus menerus.. apalagi bila ternyata harga
sahamnya menjadi nol. Anda dapat melihat ilustrasinya pada gambar 10.1 di bawah
ini.
Gambar 10.1 Ilustrasi dari cara averaging down. Cara ini sangat tidak dianjurkan karena sangat berbahaya. Saham BUMI
pada periode ini berada di bawah garis SMA 26 Weeklynya. Anda lihat sendiri, ketika harga saham berada di bawah
SMA 26 Weekly, semua sinyal BUY dari stochastic adalah sinyal abnormal (chart by chartnexus.com)
Jadi, yang harus Anda lakukan adalah averaging up (laddering). Artinya, Anda
menambah posisi ketika saham naik secara terus menerus sehingga menyerupai
tangga (laddering). Dengan demikian, posisi Anda akan selalu untung karena harga
rata-rata saham Anda akan lebih rendah daripada harga pasar saham tersebut. Mau
lihat buktinya ? Mari Anda buktikan!
Contohnya, Anda membeli saham XXXX sebanyak 1 lot di harga 5000. Bulan
berikutnya, harga saham naik menjadi 6000 dan Anda membelinya lagi 1 lot. Harga
rata-rata pembelian Anda adalah 5500, sedangkan harga pasar adalah 6000. Bulan
berikutnya, saham tersebut naik lagi menjadi 7000 dan Anda memutuskan untuk
membeli lagi saham tersebut. Harga rata-rata saham yang Anda miliki menjadi 6000
(5000+6000+7000)/3
Sekali lagi, dapat Anda lihat bahwa harga pasar saat ini adalah 7000, sedangkah
harga rata-rata pembelian Anda adalah 6000, sehingga Anda mendapatkan
keuntungan 1000 per lembar saham dengan total keuntungan 1500 (3 lot) x 1000 =
1,5 juta rupiah. Jadi, seberapapun seringnya Anda melakukan laddering/averaging up,
Anda akan selalu mendapat keuntungan karena harga rata-rata pembelian Anda akan
selalu berada di bawah harga pasar.
Bagaimana cara melakukan averaging up? Mudah saja : Pastikan saham sekarang
sedang berada di atas grafik SMA 26 Weeklynya, kemudian tunggu sampai di grafik
daily terjadi penurunan harga saham. Tunggu sampai stochastic mengalami oversold
dan memberikan sinyal BUY . Di daerah-daerah inilah, Anda akan melakukan
averaging up dengan resiko yang minimal.
Gambar 10.2 Gambaran sederhana proses laddering pada saham ANTM. Anda menambah posisi terus menerus selama
harga saham mengalami kenaikan (chart by chartnexus.com)
Jika mereka menyimpan lebih dari 20% asetnya dalam bentuk uang cash, mereka
akan dikritik dan dianggap tidak melakukan pekerjaan mereka. Fakta mengejutkan ini
saya baca dari buku “Secret of Millionaire Investors” karangan Adam Khoo. Dengan
melakukan investasi secara konstan di market (constant dollar averaging), mereka
akan mengalami kerugian yang sama besarnya dengan keuntungan yang diperoleh.
Mengapa?
Sebuah pertanyaan menarik untuk dijawab. Bagi para investor institusi dan manajer
investasi reksadana yang notabene memegang dana yang amat besar, tidak mungkin
untuk keluar masuk pasar “seenak hati”. Bisa dibayangkan ketika mereka bertindak
seenak hati, maka pengaruhnya ke pasar akan sangat terasa. Bayangkan saja jika
dalam satu waktu, manajer investasi reksadana atau dana institusi melakukan
penjualan bersamaan, dapat dipastikan terjadi koreksi indeks yang amat dalam.
Nah, inilah salah satu kelebihan yang Anda miliki sebagai investor ritel. Mengapa?
Dengan dana yang terbilang ‘kecil’ jika dibandingkan dengan manajer investasi
reksadana, Anda dapat keluar masuk pasar kapan pun Anda mau, apalagi dengan
adanya fasilitas Online trading yang amat memudahkan Anda dalam bertransaksi.
Masalahnya, banyak investor pemula yang melakukan hal yang sama dengan hal
yang dilakukan oleh para manajer investasi dan investor institusi. Banyak dari
investor pemula yang selalu menginvestasikan uangnya dalam satu waktu, tidak
peduli ada kesempatan atau tidak. Agar investasi Anda lebih aman, maka Anda
harus melakukan apa yang dikenal dengan sebutan probe trading. Apa itu probe
trading ?
Dari asal katanya, probe memiliki arti memeriksa atau menyelidiki. Bayangkan
Anda hendak menyeberang jalanan yang amat ramai dengan kendaraan bermotor, apa
yang Anda lakukan ? Jika Anda memutuskan untuk langsung berlari menyeberang
jalan tanpa melihat kiri kanan terlebih dahulu, maka Anda memiliki resiko untuk
tertabrak mobil atau motor yang melintas. Hal ini merupakan keputusan yang cepat
dan berani namun berakibat fatal karena Anda terlalu agresif.
Oleh karena itu, apa hal sederhana yang harus Anda lakukan sebelum Anda hendak
menyeberang jalan tersebut ? Sebaiknya Anda melihat kiri kanan terlebih dahulu dan
memastikan bahwa keadaan sudah aman, baru kemudian Anda menyeberang jalan.
Hal ini disebut dengan probing, dalam bahasa Indonesia artinya memeriksa atau
menyelidiki. Hal yang sama harus Anda terapkan saat Anda hendak membeli saham
sebuah perusahaan. Lakukan pula apa yang disebut dengan probing. Cari tahu dahulu
apakah saat ini kondisi sudah aman untuk masuk ke pasar. Cara paling aman untuk
mengetahuinya adalah beli sedikit demi sedikit.
Renungkanlah apabila Anda membeli sebuah saham langsung dengan 100% modal
Anda, tiba-tiba muncul berita negatif mengenai manajemen perusahaan tersebut
sehingga menyebabkan harga saham turun sebanyak 80%. Berarti, Anda memiliki
floating loss (kerugian yang belum direalisasikan) sebanyak 80% dari total account
Anda.
Anda mungkin tahu, tidak jarang para pemula dalam dunia investasi sangat yakin
dengan saham pilihannya sehingga ia mengalokasikan 100% dananya ke sebuah
saham. Bila harga saham tersebut naik, tentunya tidak menjadi masalah karena ia
akan mendapatkan profit yang besar. Namun, apabila harga saham tersebut
mengalami penurunan, maka orang itu berada dalam masalah besar. Jadi, Anda harus
membeli saham sedikit demi sedikit, dan ingat konsep laddering (averaging up). Bila
memang benar bahwa harga saham tersebut naik, baru tambah posisi lagi, begitu
seterusnya. Dengan cara seperti ini, Anda akan menjadikan investasi Anda High
Return with Adjusted Risk !
‘Rule 1 :2 :2 :1”
Nah, bagaimana porsi sebaiknya dalam melakukan laddering ? Saya memiliki
formula sendiri yang disebut Rule 1:2:2:1. Apa itu ? Berikut adalah
pembahasannya…
Kondisi paling aman dalam memasuki pasar yakni saat peralihan dari stage 4 menuju
stage 2. Dengan kata lain, Anda paling aman masuk pada stage 1 (Jika Anda masih
bingung mengenai stage, bacalah lagi tentang siklus di bab-bab sebelumnya). Stage
1 merupakan awal dari musim semi. Anda dapat mendeteksi keadaan ini
menggunakan MACD Histogram Weekly maupun SMA 26 Weekly. Stage 1 akan
terjadi setelah masa bearish yang berkepanjangan. Ketika memasuki stage 1,
biasanya saya melakukan probing terlebih dahulu dengan rasio 1.
Untuk menggunakan rule ini, Anda harus menetapkan basis perhitungan terlebih
dahulu. Misalkan saya menetapkan basis bahwa rasio 1 = 5 lot. Artinya, rule tersebut
menjadi
Contoh lainnya, apabila saya menetapkan basis rasio 1 = 10 lot, maka rule tersebut
menjadi
“10 lot : 20 lot : 20 lot :10 lot”
Rasio tersebut menunjukkan jumlah lot yang akan saya beli setiap kali melakukan
laddering. Bila saya menggunakan rasio “5 lot : 10 lot : 10 lot : 5 lot ”, artinya pada
posisi pertama saya akan membeli sebanyak 5 lot saham. Pada averaging up yang
kedua saya akan membeli 10 lot, pada averaging ketiga saya membeli 10 lot, dan
pada averaging keempat saya membeli 5 lot saja.
Mungkin Anda bertanya, mengapa pada averaging keempat jumlahnya menjadi lebih
sedikit dibanding dengan yang kedua atau ketiga? Jawabannya simple saja. Saat
market sudah berada dalam stage 2 dan uptrend yang terjadi sudah terlalu lama, maka
harga saham tersebut akan menjadi overvalued (di atas nilai wajarnya).
Perlu Anda ingat bahwa pasar modal selalu bergerak dalam siklus. Jika sudah
mengalami kenaikan yang tinggi , maka Anda harus bersiap-siap akan terjadinya
penurunan. Oleh karena itu, semakin naik trend yang terjadi, porsi yang Anda beli
jadi semakin sedikit, sekedar berjaga-jaga apabila ternyata market berbalik arah.
a. Probe the market first pada stage 1 (GUNAKAN BASIS RASIO 1, atau kalau
mau lebih konservatif lagi Anda bisa selalu memulai dengan 1 lot terlebih
dahulu, sehingga rulenya menjadi “1 lot : 1 : 2 :2 :1”)
b. Kurangi jumlah lot yang dibeli seiring dengan uptrend yang terjadi
Value Investing selalu mengajarkan kepada Anda untuk membeli saham pada harga
discount (obral). Menurut para penganut value investing, dalam jangka pendek pasar
saham adalah sebuah alat pengambil keputusan (voting), sedangkan dalam jangka
panjang pasar saham merupakan alat penentu keputusan (final judgement).
Mereka percaya bahwa dalam jangka pendek, harga saham bergerak secara tidak
wajar karena dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Akan tetapi, dalam jangka
panjang, harga saham akan selalu merefleksikan kinerja perusahaan. Penganut value
investing selalu menghitung harga wajar sebuah saham (fair value) kemudian akan
memanfaatkan momen ketidakwajaran untuk membeli saham di bawah harga wajar
(dikenal dengan margin of safety). Mereka selalu membeli di saat orang lain panik,
dan menjual di saat orang lain serakah (Buy on Fear, Sell on Greed). Dengan
demikian, para penganut value investing dikenal dengan sebutan contrarian.
Jangan membeli saat saham sedang mengalami downtrend karena Anda tidak
tahu seberapa murahkah sebuah saham itu disebut murah, kecuali Anda memiliki
dana unlimited dan jangka waktu investasi yang amat panjang , maka Anda dapat
terus menerus melakukan average down, tetapi hal ini sangat tidak dianjurkan karena
sebagai investor ritel, tentu dana Anda terbatas.
Kesimpulannya, jadilah seorang value investor ketika harga saham mengalami crash
besar-besaran, dan jadilah growth investor ketika harga saham mengalami uptrend.
Ilustrasinya dapat Anda lihat pada gambar 10.3 di bawah ini.
saham ditutup melemah, maka volumenya dibuat berwarna merah. Bila Anda
membandingkan volume dua saham yang berbeda, Anda akan melihat yang mana
yang lebih likuid dan yang mana yang tidak.
Mungkin Anda sering mendengar para investor atau trader mengatakan harga
bergerak dengan volume rendah atau volume tinggi. Rendah atau tinggi sebenarnya
sifatnya relatif, sehingga Anda harus memiliki pembanding dalam mengatakan tinggi
rendahnya volume. Pembandingnya biasanya digunakan volume rata-rata yang ada.
Saya pribadi menggunakan Volume MA 14 (Standar dari kebanyakan Technical
Analysis Software). Artinya, pada bagian volume bar, Anda menambahkan Volume
Moving Average. Gambar 10.4 menunjukkan ilustrasi dari pergerakan volume sebuah
saham.
Gambar 10.4 Volume bar berwarna hijau menunjukkan di hari itu harga mengalami penguatan. Volume bar berwarna
merah menunjukkan di hari itu harga mengalami pelemahan. Volume Moving Average 14 merupakan rata-rata
pergerakan volume selama 14 hari terakhir (chart by charnexus.com)
Sebagai rule of thumb, Anda dapat menyatakan bahwa “volume tinggi” berarti
sekurang-kurangnya berada 25% di atas VMA 14 nya, sedangkan “volume rendah”
berarti sekurang-kurangnya berada 25% di bawah VMA 14 nya. Rule of thumb ini
sesuai dengan yang disebutkan oleh beberapa trader profesional di dunia. Hal-hal
yang harus diperhatikan mengenai hubungan harga dan volume yaitu :
BAB XI.
Mau Beli APA ?
Rule of Thumb in
Fundamental Analysis
D
ari Bab I hingga Bab XI, Anda telah mengetahui kapan harus membeli
sebuah saham, kapan harus menambah posisi, kapan harus keluar posisi,
dan bagaimana cara mengelola resiko. Sadarkah Anda bahwa Anda belum
mengetahui saham apa yang harus Anda beli ? Seperti yang telah disebutkan dalam
bab-bab sebelumnya, ada dua tools analisa yang ada di pasar modal. Dengan analisa
teknikal, Anda akan mengetahui kapan harus membeli dan menjual saham Anda,
sedangkan untuk mengetahui saham apa yang akan Anda beli , diperlukan analisa
fundamental.
Oleh karena itu, dalam buku ini saya akan memberikan jalan pintas yang amat sangat
sederhana kepada Anda dan tidak ada alasan lagi bagi Anda untuk berkeluh
kesah,”Saya sibuk, saya tidak punya waktu untuk berinvestasi, saya tidak sempat
mengamati harga saham, saya tidak sempat melakukan analisa, dan alasan lainnya.”
Sekali lagi, sibuk bukanlah alasan bagi Anda untuk tidak berinvestasi di pasar modal.
#1 st Key : Indeks LQ 45
Jika Anda tidak mau repot harus memilih saham apa, maka belilah saham-saham
yang termasuk dalam daftar LQ 45. Indeks LQ 45 merupakan indeks yang terdiri dari
45 jenis saham dengan likuiditas tinggi dan harus memenuhi kriteria tertentu. Di
mana Anda bisa mendapatkan list saham-saham LQ 45 ?
Anda dapat mengunjungi www.idx.co.id di bagian kanan bawah dan Anda akan
menemukan menu ‘Stock List’. Klik pada menu ‘LQ 45’ dan Anda akan menemukan
list dari saham-saham tersebut. Apa saja kriteria pemilihan saham-saham LQ 45 ?
Untuk masuk dalam indeks LQ 45, sebuah saham harus memiliki kriteria sebagai
berikut :
Agar lebih aman lagi, Anda pilih top 10 saham dari 45 yang paling aktif tersebut.
Dengan memilih saham-saham top 10 dalam indeks LQ 45, Anda sudah terbebas dari
analisa-analisa fundamental yang cukup menyita waktu.
Jika Anda sedikit lebih ‘rajin’, mungkin Anda berniat untuk melakukan analisa
tambahan secara sederhana. Anda dapat memanfaatkan kriteria-kriteria sederhana
yang akan saya sebutkan di bawah ini. Sebelumnya, Anda harus mengetahui dulu ,
mengapa Anda harus melihat fundamental ? Jawabannya ada 3 poin penting :
ܰ݁ݐ݂݅ݎܲ ݐ
= ܵܲܧ
ܱܵ ݃݊݅݀݊ܽݐݏݐݑℎܽݏ݁ݎ
.
Anda perlu tahu bahwa kejatuhan harga saham akan mengakibatkan turunnya nilai
PER juga. Pada masa bullish, PER setiap saham cenderung tinggi karena terjadi
kelebihan likuiditas yang besar.
Nilai i dapat dianggap sebagai keuntungan minimum yang Anda harapkan yang
besarnya sama dengan bunga deposito dari bank.
Kesimpulannya, saat suku bunga naik (likuiditas ketat), PER cenderung mengecil.
Ketika suku bunga turun (likuiditas tinggi), PER akan membesar. Jadi, secara
sederhana Anda mengetahui bahwa nilai ideal dari PER (Price/Earning Per Share)
= .
Bila harga saham berada di bawah nilai PER ideal maka tergolong murah.
Sebaliknya, bila harga saham berada di atas nilai PER ideal dapat dikatakan bahwa
saham tersebut sudah mahal.
Misalkan, saat ini BI rate adalah sebesar 6,25 %. Secara sederhana, Anda akan
mengetahui nilai PER ideal = =16
,
Artinya, saat PER saham di bawah 16, saham tersebut tergolong murah. Bila PER
saham di atas 16, saham tersebut tergolong mahal. Cara ini adalah cara paling
sederhana yang dapat dimanfaatkan oleh Anda, para investor yang sibuk.
Namun, bukan berarti jika harganya 50% dari target analis, Anda akan langsung
masuk ke pasar. Anda harus ingat lagi trend besar yang terjadi, gunakan SMA 26
Weekly yang sudah dibahas di bab-bab sebelumnya dan tunggu ada sinyal BUY pada
grafik daily.
Bila Anda memiliki uang lebih dan malas menghitung rasio-rasio tersebut, Anda
dapat juga berlangganan data berbayar seperti RTI. Namun, Anda patut bersyukur
karena ada sebuah website yang menurut saya sangat baik dalam menyajikan laporan
keuangan beserta summary dan grafik histogramnya. Ditambah lagi, semuanya bisa
Anda peroleh secara GRATIS!
Selain summary, Anda juga dapat melihat data mentah dari Balance Sheet, Cash
Flow, serta Income Statement. Anda dapat melihat rasio-rasio lainnya di sana. Bila
Anda belum register ke website ini, maka Anda hanya memperoleh 3 tahun data
laporan keuangan. Bila Anda telah register, Anda dapat melihat data hingga 5 tahun
terakhir, dan registernya pun GRATIS! Sungguh menyenangkan, bukan ? Happy
Investing !
BAB XII.
Putting it All Together
Let’s Move Along with The
Market
J
anganlah menjadi kelompok pecundang, jadilah kelompok pemenang! Kata-
kata itu sering diucapkan oleh guru saya Soeratman Doerachman. Kata-kata itu
yang terus menginspirasi saya untuk terus belajar dari berbagai sumber dan
tidak menutup diri terhadap berbagai teknik analisa yang ada. Selamat bagi Anda
yang telah membaca hingga akhir bab dari buku ini. Mulai saat ini, Anda telah
mengetahui strategi-strategi sederhana yang dapat Anda terapkan dalam investasi
Anda, meskipun Anda adalah orang yang sibuk. Jangan lagi dengarkan berbagai
rumor yang ada, jangan dengarkan perkataan orang lain, dan matikan running trade
Anda segera! Be an experts and don’t rely on experts. Jangan ikut-ikutan orang lain,
jangan menjadi kelompok pecundang, jadilah kelompok pemenang !
1. Tentukan stage berapa yang terjadi saat ini atau musim apa yang terjadi saat ini
!
2. Tunggu koreksi-koreksi kecil pada grafik daily untuk mulai masuk pasar !
3. Pastikan bahwa trend yang terjadi adalah trend yang akan naik atau sedang
naik, bukan downtrend !
Gambar 12.1 Grafik IHSG Weekly pada periode Maret 2007 – Mei 2008. Anda dapat melihat bahwa pada awal Maret
2008, posisi Index berada di bawah garis SMA 26 Weekly dan gradient histogram negative serta di bawah zero line
(chart by chartnexus.com)
Dari gambar tersebut Anda dapat melihat bahwa nilai index memotong ke bawah
garis SMA 26 Weeklynya sejak awal Maret 2008. Gradien histogram juga
menunjukkan gradien negatif dan posisinya berada di bawah zero line. Artinya,
musim yang terjadi adalah musim salju dan stage yang terjadi adalah stage 4. Anda
perlu ingat lagi, posisi apa yang boleh Anda ambil pada keadaan seperti ini. Untuk
mengingat kembali, coba Anda lihat lagi tabel 14.1 di bawah ini.
Tabel 12.1 Ringkasan MACD histogram dalam menentukan musim yang sedang terjadi
Gradien negatif dan posisi histogram berada di bawah zeroline, artinya musim yang
terjadi adalah musim salju. Lantas, apa yang boleh Anda lakukan ? Bila Anda
Gambar 12.2 MACD Histogram mendeteksi terjadinya musim gugur sejak November 2007 dan memerintahkan untuk
bersiap-siap terhadap datangnya musim salju (chart by chartnexus.com)
mengikuti sinyal dari MACD histogram, Anda sudah diperintahkan untuk bersiap-
siap menjual saham Anda sejak bulan November 2007. Anda bisa mulai mengurangi
sebagian portofolio Anda sejak November 2007 ini. Sinyal keluar yang valid
ditunjukkan secara sederhana pada Maret 2008, ditandai dengan nilai index yang
memotong ke bawah garis MA26 Weekly.Sangat sederhana bukan bila Anda
mengetahui bagaimana cara berinvestasi yang benar ? Dengan cara sederhana ini
Anda dapat keluar dari pasar pada saat yang tepat dan dapat terhindar dari crash
market yang terjadi. Sekarang, saksikanlah apa yang terjadi setelah Maret 2008
apabila Anda tidak keluar pasar. Gambar 12.3 menunjukkan realita yang terjadi.
Gambar 12.3 Crash (Big Downtrendline) di bursa mulai Maret 2008 – Maret 2009 sebagai efek domino dari krisis
subprime mortgage di Amerika
Mungkin Anda merenung dalam hati, “Wah mudah sekali cara mendeteksinya!”
Memang sangat mudah. Sekali lagi, sesuai semboyan INVESTORSIBUK© follow
the trend, not the crowd, Anda tidak diajak untuk meramalkan arah pasar,
melainkan mengikuti arah pasar. Anda mungkin berkata ,”Wah kenapa saya tidak
tahu hal semudah ini dari dulu?” Mungkin Anda terlalu sibuk menggunakan
berbagai macam indikator yang rumit atau membaca berita dan mendengar rumor
ke sana kemari.
Bila Ada hal yang sangat sederhana seperti ini, seharusnya Anda tidak perlu
kehilangan uang di bursa. Sekali lagi, ingat kebiasaan milyuner yang pertama : BE
PROACTIVE, karena seperti yang telah Anda ketahui bahwa tak seorang pun dari Anda
pernah diajari bagaimana cara menghasilkan uang, bagaimana menginvestasikan uang, atau
bagaimana cara mengelola kekayaan. Oleh karena itu, Anda harus bersikap PROAKTIF
dan mencari tahu bagaimana caranya !
Jika Anda menyimak bab-bab sebelumnya, tentunya Anda dapat menjawab : Saat
awal musim semi hingga akhir musim panas dan saat grafik harga berada di
atas SMA 26 Weeklynya.
Satu pertanyaan lagi untuk Anda : Saat terjadi crash di bursa (Maret 2008-Maret
2009), musim apa yang sedang terjadi dan bagaimana posisi grafik harga terhadap
garis SMA 26 Weeklynya ?
Jawabannya : Musim yang terjadi adalah musim gugur-musim salju dan posisi
harga berada di bawah garis SMA 26 Weeklynya.
Nah, coba Anda ingat-ingat lagi, apabila posisi harga berada di bawah garis SMA 26
Weeklynya, posisi apa yang boleh Anda ambil ?
Sekali lagi, di Indonesia posisi SHORT SELL bisa Anda anggap tidak dapat
dilakukan karena butuh kontrak serta modal yang cukup besar sesuai dengan
perjanjian dengan broker Anda. Jadi anggap saja SHORT SELL dilarang di
Indonesia.
Oleh karena itu, banyak orang yang memaksakan diri dengan mengambil posisi
LONG BUY, padahal Anda sudah mengetahui bahwa grafik harga berada di bawah
SMA 26 Weeklynya dan musim yang terjadi adalah musim gugur-musim salju.
Artinya, Anda sedang melawan arus pasar !!!
Renungkanlah, mana yang lebih mudah ? Berenang melawan arus atau berenang
ikut arus? Tentu Anda akan menjawab bahwa yang lebih mudah adalah berenang
mengikuti arus. Bisa saja Anda berenang melawan arus, tapi butuh effort yang lebih
dan resikonya pun menjadi lebih besar.
Pada periode Maret 2008-Maret 2009 lalu, banyak orang tetap bersikeras mengambil
posisi LONG BUY, padahal itu adalah posisi yang tidak aman. Orang seringkali
menyebutnya sebagai strategi HIT and RUN (mengambil posisi LONG saat grafik
harga memotong ke bawah SMA 26 Weeklynya), untung sedikit langsung kabur
(jigobur).
Gambar 12.4 Perhatikan Grafik IHSG Weekly pada Maret 2008 – Maret 2009 berada di bawah SMA 26 Weeklynya
(chart by chartnexus.com)
dan mencari bisnis yang lain. Hal yang sama terjadi saat harga saham berada di
bawah garis SMA 26 Weeklynya, risk selalu lebih besar daripada reward yang
didapatkan apabila Anda tetap bersikeras mengambil posisi LONG BUY. Gambar
12.4 menunjukkan kepada Anda grafik IHSG Weekly pada periode Maret 2008-
Maret 2009. Terlihat jelas di sana bahwa grafik harga berada di bawah garis SMA 26
Weeklynya. Mari Anda perkecil time framenya menjadi DAILY untuk melihat lebih
jelas lagi apa yang terjadi. Gambar 12.5 menunjukkan grafik IHSG dalam time frame
daily pada periode Maret 2008-Maret 2009.
Gambar 12.5 Grafik IHSG Daily pada periode yang sama. Pada gambar ini terjadi downtrend, di mana koreksi lebih besar
dari rally yang terjadi (chart by chartnexus.com)
Dari gambar di atas, Anda melihat bahwa penurunan (koreksi) selalu lebih besar dari
kenaikan (rally). Artinya, resiko selalu lebih besar daripada rewardnya apabila Anda
mengambil posisi long BUY. Mungkin Anda berpikir, “Loh, kan saya bisa saja
hanya mengambil yang panah-panah biru?”
Masalahnya, jika Anda mau mengambil area-area kenaikan kecil itu Anda harus
standby di market terus menerus. Artinya, Anda harus memonitor pasar terus
menerus agar tidak terlambat melakukan cut loss apabila terjadi penurunan tiba-tiba.
Mengapa demikian? Karena Anda bergerak melawan arus pasar. Bila Anda
membiarkan uang Anda dan tidak melihat pasar, kerugian yang Anda peroleh sejak
Maret 2008-Maret 2009 menjadi sekitar 50-60%.
Ingat, apabila Anda melakukan strategi HIT and RUN di kala pasar bearish seperti
ini, Anda bukan berinvestasi, melainkan berspekulasi. Lebih baik Anda simpan
uang Anda di deposito atau surat berharga jangka pendek lainnya dan mendapatkan
kenyamanan serta terhindar dari stress berkepanjangan. Perlu Anda ketahui, pada
masa downtrend seperti ini biasanya suku bunga deposito akan meningkat karena
ketatnya likuiditas. Jadi, lebih baik Anda simpan uang di deposito saja dan tunggu
market berbalik arah kembali.
Masalahnya, banyak orang tidak mempercayai hal ini dan tetap saja ada orang yang
nekat melakukan HIT and RUN di kala market bearish. Perlu diingat, rewardnya
tidak seberapa jika dibandingkan dengan risk yang harus Anda hadapi. Saya tidak
melarang Anda melakukan hal ini, semuanya kembali ke diri Anda. Namun, saya
ingatkan sekali lagi bahwa berenang melawan arus resikonya lebih besar jika
dibandingkan dengan mengikuti arus.
Di samping itu, pada masa bearish ini seringkali sinyal BUY yang ditunjukkan oleh
semua oscillator (stochastic, RSI, Momentum, dsbnya) tidak berfungsi dan hanya
sinyal SELL saja yang bekerja. Artinya, bisa saja hari ini stochastic menyatakan
buy, kemudian esok harinya sudah menyatakan sell, atau yang lebih parah lagi,
stochastic menyatakan BUY, tapi keesokan harinya harga saham malah turun.
Namun, bila stochastic menunjukkan sinyal SELL, akan terjadi penurunan yang
amat tajam. Oleh karena itu, mungkin Anda pernah dengar banyak orang berkata
bahwa di market bearish, analisa teknikal tidak berguna. Padahal, orang-orang yang
berkata seperti itu tidak mengetahui bagaimana cara yang tepat menggunakan
indikator teknikal di kala bearish. Saat bearish, Anda hanya percaya pada sinyal
SELL oscillator dan abaikan semua sinyal BUY nya.
Menurut saya, kata-kata tersebut terlalu sombong. Meskipun pasar sedang bullish,
nyatanya masih banyak orang menderita kerugian karena orang-orang tersebut tidak
tahu kapan harus menjual sahamnya dan kapan market mulai menunjukkan tanda-
tanda reversal ke arah bearish. Nah, kalau masih ada orang yang rugi di kala bullish
artinya orang-orang tersebut lebih ‘tolol’ daripada monyet, apabila Anda mengatakan
“Even Monkey Can Make Money in Bullish Market!”
Sekali lagi, jangan sombong dan percaya pada kata-kata tersebut. Meskipun pasar
bullish, Anda tetap harus berhati-hati karena bearish market bisa datang kapan saja.
Seringkali di masa bullish orang terlalu cepat menjual sahamnya ternyata keesokan
harinya saham masih naik. Karena emosional, orang tersebut akan membeli di harga
mahal. Ternyata, keesokan harinya harga malah turun dan orang tersebut menjual
rugi. Esoknya, harga naik lagi dan orang tersebut kembali emosional dan membeli di
harga yang terlalu tinggi. Hal inilah yang menyebabkan masih banyak orang
menderita kerugian di market yang bullish. So, jangan sombong dan mengatakan
“Even Monkey Can Make Money in Bullish Market!”
Bila Anda terlalu sombong dan tidak mau belajar, pada akhirnya profit yang
didapatkan selama masa bullish tadi akan hilang dalam waktu yang amat singkat
ketika bearish market datang. Biasanya, kenaikan yang butuh waktu bertahun-tahun
akan habis dengan cepat karena penurunan akan memakan waktu yang lebih singkat.
Konsepnya sama saat Anda melihat sebuah mainan anak-anak yang bernama
‘perosotan’ atau ‘selorotan’. Naiknya perlahan, tapi turunnya sangat cepat.
Mungkin dari tadi Anda bertanya-tanya bagaimana caranya agar Anda dapat
memperoleh profit konsisten hanya dengan waktu 10 menit setiap minggunya dan
membuat uang Anda terus bertumbuh bahkan ketika Anda sedang tidur sekalipun,
tanpa perlu sering-sering memonitor pasar.
Di awal, Anda telah melihat sinyal yang memerintahkan Anda untuk keluar pasar
sejak Maret 2008. Sekarang Anda akan melihat bagaimana cara menggabungkan
semua ilmu yang telah Anda pelajari di bab-bab sebelumnya. Saya akan kembali
memberikan contoh nyata kepada Anda. Berikut adalah rule of thumbnya :
1. Lihat musim saat ini Kondisi terbaik untuk bersiap-siap mengawali investasi
Anda adalah awal musim semi (spring) Perhatikan awal terbentuknya gradien
histogram positif dan posisinya masih di bawah centerline.
Lihat Stage yang Terjadi Kondisi terbaik adalah stage 1, yakni saat pasar
akan naik setelah pulih dari downtrend yang berkepanjangan Harga saham
baru mulai memotong ke atas garis SMA 26 Weeklynya. Gambar 12.6
menunjukkan kepada Anda kondisi ini.
Gambar 12.6 Grafik IHSG Weekly Awal Maret 2009 mulai memotong ke atas SMA 26 dan mengakhiri downtrendnya.
Pada bulan November-Desember 2008, MACD Histogram telah memerintahkan Anda untuk bersiap-siap melakukan
pembelian (chart by chartnexus.com)
Tunggu koreksi minor Setelah Anda memastikan bahwa harga saham sudah
di atas SMA 26 Weeklynya, tunggu sampai ada koreksi minor. Anda perlu tahu
bahwa harga sebuah saham tidak mungkin naik terus, melainkan terdapat koreksi-
koreksi kecil seiring dengan kenaikannya. Koreksi-koreksi ini menjadi point
penting bagi Anda untuk melakukan pembelian. Setelah koreksi sehat terjadi,
nantinya akan muncul sinyal BUY yang ditunjukkan oleh Stochastic pada grafik
DAILY.
Perhatikan Volume Selalu perhatikan Volume pada saat sinyal BUY terjadi.
Anda harus ingat bahwa kenaikan yang sehat akan ditandai dengan volume yang
meningkat pula. Gambar 12.7 menunjukkan posisi-posisi Anda melakukan
pembelian dan juga laddering. Ingat : Gunakan Grafik Daily!
Gambar 12.7 Grafik IHSG Daily Periode Maret 2009 – September 2009. Anda melakukan posisi BUY dan laddering secara
terus menerus berdasarkan sinyal stochastic, 5 formasi candle terpenting, dan juga volume yang di atas rata-rata
3. Rational Exit Anda dapat menggunakan target rasional dalam melakukan exit.
Misalkan, Anda jual setengah posisi Anda dulu saat sudah mencapai profit 50%
dari harga beli, sisanya dijual kemudian.
Speculation Exit Anda dapat juga mengikuti sinyal SELL Stochastic pada
grafik daily. Artinya, Anda akan seringkali keluar masuk pasar (Swing Trading)
Exit yang saya anjurkan Tunggu sampai harga memotong ke bawah garis
SMA 26 WEEKLY. Jadi, selama grafik harga belum memotong ke bawah SMA
26 Weeklynya, Anda akan terus melakukan averaging up berdasarkan sinyal
stochastic dan pola candle. Ingat juga “rule 1:2:2:1”, kurangi porsi laddering
Anda seiring kenaikan harga. Dengan cara seperti ini, Anda tidak akan
kehilangan momen-momen penting di pasar. Kadangkala, apabila Anda
melakukan swing trading, Anda akan merasa takut masuk di harga yang terlampau
tinggi. Dengan cara ini, Anda dapat merasakan kesempatan-kesempatan kenaikan
besar di pasar.
Cut Loss Jangan lupakan aturan cut loss yang sederhana. Bila ternyata setelah
Anda melakukan pembelian terakhir kemudian harganya turun 10%-20% (bebas,
tergantung seberapa besar Anda bersedia menanggung kerugian - Saran: 10%)
dari pembelian Anda, segera lakukan cut loss (jual rugi untuk menghindari
kerugian yang lebih besar, tidak perlu menunggu sinyal-sinyal teknikal lain).
Dalam buku ini , saya hanya menampilkan satu contoh saja mengenai penerapan
metode ini karena keterbatasan tempat. Anda dapat memperoleh video tutorialnya
untuk mendapatkan lebih banyak contoh di www.InvestorSibuk.com. Pada paket
pembelajaran tersebut, Anda juga akan menemukan video mengenai beberapa
sinyal yang salah (failure signal) dan mengharuskan Anda untuk segera
melakukan cut loss. Anda juga akan menemukan berbagai tips praktis bagaimana
cara memilih saham dengan konsep TOP DOWN APPROACH (membeli saham
terbaik dari sektor terbaik), bagaimana memanfaatkan fasilitas ALERT secara
gratis sehingga Anda sama sekali tidak perlu melihat pasar. Anda hanya dapat
memperolehnya dalam paket pembelajaran PLATINUM www.InvestorSibuk.com.
BAB XIII.
PENUTUP
Learning is a Neverending
Process
S
elamat datang di bagian penutup dari buku ini. Saya yakin Anda setuju
bahwa Anda telah menempuh sebuah perjalanan fantastis untuk menemukan
cara-cara sederhana menuju kesuksesan dalam berinvestasi di pasar modal.
Saya yakin Anda telah mengetahui secara lengkap mengenai hal-hal apa saja yang
diperlukan untuk dapat sukses berinvestasi di pasar modal.
Dengan seluruh pengetahuan dan tools ini, Anda harus merancang sendiri perjalanan
kesuksesan investasi Anda. Ingat selalu 3 cara sederhana untuk menjadi pemenang,
yakni punya tujuan yang jelas, punya alasan sangat kuat, dan selalu belajar dari yang
terbaik.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pasar bergerak dalam 4 stage atau 4
musim. Dalam setiap musim, Anda punya strategi-strategi yang berbeda pula. Anda
mungkin berpikir bahwa sangat mudah untuk meraup keuntungan di pasar modal.
Akan tetapi, pada kenyataannya fakta menunjukkan bahwa mayoritas orang gagal
dalam bertransaksi dan selalu rugi, bahkan kehilangan modal dalam
transaksinya. Mengapa ? Karena banyak orang menganggap segala sesuatunya itu
sepele sehingga menjadi sombong dan tidak mau belajar lagi, dan yang paling
penting : TIDAK DISIPLIN dan EMOSIONAL !
Bahkan, salah satu guru favorit saya, Anthony Dio Martin, seorang pakar Emotional
Quotient di Indonesia menyampaikan endorsement untuk buku saya sebagai berikut :
“Kebanyakan buku investasi ditulis dengan teknis dan ‘njelimet’. Tapi, buku ini akhirnya
membahas satu aspek dalam berinvestasi yang jarang disinggung, yaitu EMOSI. Dari
pengalaman saya berinvestasi dan berbisnis, inilah salah satu faktor penting yang
terlupakan. Bahkan, saya sering mengajarkan, emosi Fear (takut) dan Greed (serakah)
seringkali menjadi lubang yang menjebloskan para investor dan pebisnis. Buku yang sangat
nyaman dinikmati dari awal hingga akhir. Saya begitu terkesan dengan rekan Ferdie
Darmawan yang dalam usia muda menghasilkan karya yang luar biasa!”
Saya mengatakan kepada Anda bahwa Anda cukup meluangkan waktu 10 menit
setiap minggunya untuk melakukan hal-hal ini :
Ketiga hal di atas dapat Anda lakukan setelah pasar tutup. Anda sama sekali tidak
perlu berada di depan layar monitor saat jam buka pasar. Saya melakukan hal itu
setiap hari setelah pasar tutup dan hanya memakan waktu 2 menit setiap harinya.
Dalam satu minggu, biasanya ada 5 hari bursa, sehingga setiap minggu Anda hanya
membutuhkan waktu 10 menit. Sibuk bukanlah alasan bagi Anda untuk tidak
berinvestasi di pasar modal.
Sekali lagi, meskipun semua TERLIHAT sangat sederhana, tetapi untuk mencapai
level 10 menit dan membiasakan diri Anda, dibutuhkan PERJUANGAN KERAS!!
Sekali lagi, PERJUANGAN KERAS dan KONTROL EMOSI!! Kontrol Emosi
dapat Anda lakukan dengan menggunakan indikator-indikator dan aturan-aturan yang
telah saya bahas di bab-bab sebelumnya. Bila Anda tidak memiliki tools yang jelas,
maka Anda hanya menggunakan EMOSI dalam transaksi Anda.
Awalnya, Anda mungkin akan mengalami berbagai macam kendala dan mengalami
kerugian karena berinvestasi di pasar modal tidaklah mudah! Sekali lagi,
berinvestasi di pasar modal TIDAKLAH MUDAH ! Anda harus selalu DISIPLIN
dan mampu melakukan kontrol terhadap diri Anda sendiri, terutama kontrol EMOSI.
Sekali lagi, butuh PERJUANGAN dan KEINGINAN KUAT untuk dapat sukses di
pasar modal. Guru saya, Soeratman Doerachman selalu berkata bahwa bagi para
pemula, dengan hanya menjaga keutuhan modal saja pada tahun pertama, itu sudah
menjadi sebuah prestasi yang menggembirakan, karena Anda telah berhasil
menjaga modal Anda dari liarnya pasar.
Anda harus menjadikan investasi sebagai bagian dari hidup Anda dan jangan pernah
berhenti BELAJAR. Di luar sana, masih ada berbagai sumber ilmu yang wajib Anda
kuasai untuk meningkatkan kemampuan Anda dalam berinvestasi di pasar modal.
Teruslah belajar dari berbagai macam sumber dan jangan pernah puas terhadap ilmu
yang telah Anda miliki saat ini.
Saya yakin, ketika Anda baru menerima fakta-fakta baru ini Anda akan merasa tidak
nyaman, apalagi bila Anda sama sekali pemula dalam berinvestasi di pasar modal.
Namun, ingatlah bahwa “Kesuksesan Anda identik dengan seberapa jauh Anda
dapat menerima ketidaknyamanan.” Jadi, kalau saat ini Anda merasa tidak nyaman,
itu artinya Anda sedang berada dalam tahap menguasai sebuah keterampilan baru
menuju ke tingkat kesuksesan Anda yang lebih tinggi lagi. So.. keep learning,
because learning is a neverending process!
Happy Investing !
Salam INVESTORSIBUK©
DAFTAR PUSTAKA
Wattles, Wallace D. 2007. The Science of Getting Rich. New York : Penguin Group.
Wattles, Wallace D. 2007. The Science of Being Great. New York : Penguin Group.
Graham, Benjamin. 2004. The Intelligent Investor Revised Edition. US: Perfect Bound
Publishing
Elder, Alexander. 2001. Trading for A Living : Psychology, Trading Tactics, Money
Management. New York : John Wiley & Sons.
Elder, Alexander. 2002. Come Into My Trading Room : A Complete Guide to Trading.
New York : John Wiley & Sons.
Pring, Martin J. 1992. The All Season Investor. New York : John Wiley & Sons.
Epstein, Lisa. 2005. Reading Financial Reports For Dummies. Indiana : Wiley Publishing,
Inc.
Nison, Steve. 1991. Japanese Candlestick Charting Techniques. New York : New York
Institute of Finance
O’Neill, William J. 2002. How to Make Money in Stocks : Senjata Ampuh dalam Segala
Kondisi. Yogyakarta : Penerbit Andi
O’Neill, William J. 2004. The Successful Investor : What 80 Million People Need to Know
to Invest Profitably AND Avoid Big Losses. USA: McGrawHill
Damodaran, Aswath. 2002. Investment Valuation : Tools and Techniques for Determining
the Value of Any Asset. New York : Wiley Finance.
Hangstrom, Robert G. 2005. The Warren Buffett Way. Jakarta : Bhuana Ilmu Populer
(Kelompok Gramedia).
Heller, Robert. 2008. Warren Buffett: Investor yang Meraup Miliaran Dolar dengan
Strategi Investasi yang Unik. Jakarta : Esensi (Erlangga).
Vibby, Santo. 2006. When to BUY and SELL Candlestick can TELL. Jakarta : Vibby
Printing.
Vibby, Santo. 2007. Jual Saham ANDA Lebih Mahal ! Jakarta : Vibby Printing.
Masassya, Elvin G. 2004. Cara Cerdas Mengelola Investasi Keluarga. Jakarta : PT Elex
Media Komputindo.
Manurung, Adler. 2008. Ke Mana Investasi ? Kiat dan Panduan Investasi Keuangan.
Jakarta : Penerbit KOMPAS
Nugraha, Ubaidillah & Pratomo, Eko P. 2005. Reksa Dana : Solusi Perencanaan
Investasi di Era Modern. Jakarta : PT. Gramedia.
Akbar, Aidil. 2007. Rich Game : Cara Kaya dengan Investasi. Jakarta : Rabka Publisher
Widoatmodjo, Sawidji. 2007. Cara Sehat Investasi di Pasar Modal. Jakarta : PT Elex
Media Komputindo
Widoatmodjo, Sawidji. 2007. Cara Cepat Memulai Investasi Saham : Panduan Bagi
Pemula. Jakarta : PT Elex Media Komputindo
Widoatmodjo, Sawidji. 2007. Cara Benar Mencapai Kemakmuran Finansial Ala Robert T.
Kiyosaki. Jakarta : PT Elex Media Komputindo
Tambunan, Andy Porman. 2007. Menilai Harga Wajar Saham. Jakarta : PT Elex Media
Komputindo.
Pierce, Lynn. 2009. Subconscious Mind in Action : Melejitkan Kekuatan Alam Bawah
Sadar Anda Agar Kesuksesan Mengejar Anda. Jakarta : Ufuk Press.