Anda di halaman 1dari 2

BEBERAPA PERTIMBANGAN YANG HARUS DIPERTIMBANGKAN OLEH

SEORANG CALON PENELITI SEBELUM MENENTUKAN PILIHANNYA


By: Azro’i Marzuki (Az Marzuq)

Merujuk pada pendapat yang dikemukakan beberapa ahli seperti Gerald E & Miller Nicholson
dalam buku Littlejohn & Foss, yang dikutip oleh Kriyantono (2006:75) mengatakan bahwa ada tiga
tahapan riset:

Pertama : asking question: Tahap ini merupakan tahap yang menyertai seluruh proses periset.
Karena itu penelitian diartikan sebagai: “nothing more...than the process of asking
interesting, significant question ...and providing disciplined, systematic answers to
them”. Jadi periset tidak lebih dari proses menanyakan sesuatu yang menarik, dan
signifikan (bermanfaat) serta menyediakan jawaban secara sistematik.

Kedua : adalah observation, dimana peneliti melakukan pengamatan terhadap suatu objek baik
dengan menguji dokumen-dkumen dan artefak-artefak, maupun observasi partisipan
dengan menggunakan instrumen tertentu dan eksperimen terkontrol atau intervieu.
Kesemua itu dilakukan untuk mencari jawaban permasalahan yang kita susun
sebelumnya.

Ketiga : constructing answer yaitu mengkonstruksi jawaban dengan mencoba mendefinisikan,


menggambarkan, dan menjelaskan serta memberikan penilaian baik untuk menguji
sebuah teori atau bahkan bisa menemukan teori baru.

Untuk sampai kepada p[ada tahapan tersebut maka seorang calon peneliti harus
mempertimbangkan beberapa hal sebagaimana dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto, (2005: 35-
41) yaitu:

Pertama : Permasalahan tersebut harus sesuai dengan bidang ilmu yang sudah dan atau sedang
dialami sesuai dengan peta keahlian (expertice), dalam hal ini seseorang harus
menguasai dua hal, yaitu: materi (substance) dari bidang ilmu yang akan diteliti dan
metodologi yang akan digunakan dalam melakukan penelitian tersebut.

Kedua : Permasalahan yang dipilih harus sesuai dengan minat calon peneliti, dimana mulai dari
menyusun proposal yang menuntut ketelitian, kecermatan dan kesabaran yang tidak
kecil dari pelakunya. Karena seringkali calon peneliti sudah menguras tenaga dan
pikiran yang tidak sedikit dan bahkan sudah mengeluarkan biaya, ternyata proposal itu
dengan serta merta ditolak oleh pembimbing, hal ini bisa dikarenakan kurangnya minat
terhadap permasalahan yang akan diteliti yang tercermin dalam pemaparan proposal
tersebut yang dapat membuat calon peneliti frustrasi.

Ketiga : Permasalahan yang dipilih harus penting dalam arti mempunyai manfaat yang luas.
Karena dalam melakukan penelitian memerlukan tenaga, pikiran dan biaya, kalau
ternyata penelitian itu tidak berfanfaat tentunya akan terbuang sia-sia.
Keempat : Permasalahan penelitian harus dapat ditangani oleh peneliti, jangan sampai setelah
proposal disetujuai ternyata peneliti sendiri mengalami kesulitan dan tidak mampu
melaksanakannya. Kemampuan disi mencakup beberapa segi, antara lain:

1. Kemampuan yang menyangkut bidang ilmu, sebab kalau kemampuan bidang ilmu
tersebut belum memadai seringkali calon peneliti hanya membuat repot orang lain.
2. Kemampuan yang menyangkut keuletan dala mengelola penelitian masih terbatas,
yang dapat berakibat tidak lancarnya proses penelitian tersebut dan bahkan
mungkin terhenti.
3. Kemampuan untuk membiayai penelitian, karenanya calon peneliti sebaiknya
memilih permasalahan dan topik penelitian yang sederhana terutama mampu
untuk dibiayai.
4. Kketerbatasan waktu, jika ternyata waktu yang tyersedia cukup singkat, maka kita
harus mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan yang bisa menghambat
proses penelitian tersebut.
5. Hal yang sangat rentan sekali apabila tidak tersedianya data yang akan diteliti, atau
sulitnya mendapatkan responden (umpamanya) yang bisa dijadikan objek
percobaan dalam sebuah penelitian, padahal proposal sudah disetujui, hal ini juga
akan membuat calon peneliti mundur teratur dan bisa frustrasi.
6. Apabila ingin meneliti hal-hal yang sensitif seringkali terbentur dengan kebijakan
pemerintah yang mungkin bisa menggoncangkan stabilitas.
7. Kemungkinan bahwa permasalahan yang dibuat bisa hanya tinggal angan-angan,
maksudnya karena penelitian betul-betul tidak dapat dilaksanakan.

Referensi:
Rahmat Kriyantono, (2006), Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana.
Suharsimi Arikunto, (2005), Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai