Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN CA CERVIX DI RUANG WIJAYAKUSUMA

RSUD.PROF.MARGONO SOEKARJO

DISUSUN OLEH:
ADEISMA PRASSETIYO NINGTIAS
2111040063

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
I. Konsep Kebutuhan
I.1 Definisi
Kanker adalah istilah umum untuk satu kelompok besar penyakit yang dapat
mempengaruhi setiap bagian tubuh. Istilah lain yang digunakan adalah tumor ganas
dan neoplasma. Kanker adalah pertumbuhan sel-sel baru secara abnormal yang
tumbuh melampaui batas normal, dan yang kemudian dapat menyebar bagian seluruh
tubuh dan menyebar ke organ lain. Proses ini disebut metasase. Metasase merupakan
penyebab utama kematian akibat kanker (WHO, 2015).
Kanker serviks merupakan kanker yang menyerang area serviks atau leher
rahim, yaitu area bawah pada rahim yang menghubungan rahim dan vagina (Rozi,
2017).
Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher rahim atau
serviks yang dapat pada bagian terendah rahim yang menempel pada puncak vagian
(Diananda, 2018).
Kanker leher rahim atau kanker serviks (cervical cancer) merupakan kanker
yang terjadi pada serviks uterus, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang
merupakan pintu masuk kearah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan
liang senggama (vagina)(Purwoastuti, 2015).
I.2 Fisiologi Sistem
Puncak insedensi karsinoma insitu adalah usia 20 hingga usia 30 tahun. Faktor
resiko mayor untuk kanker serviks adalah infeksi Human Paipilloma Virus (HPV)
yang ditularkan secara seksual. Faktor resiko lain perkembangan kanker serviks
adalah aktivitas seksual pada uisa muda, paritas tinggi, jumlah pasangan seksual yang
meningkatkan, status sosial ekonomi yang rendah dan merokok (Price, 2016).
Karsinoma sel skuamosa biasanya muncul pada taut epitel skuamosa dan
epitel kubus mukosa endoserviks (persambungan skuamokolumnar atau zona
transformasi). Pada zona transformasi serviks memperlihatkan tidak normalnya sel
progresif yang berakhir sebagai karinoma servikal invasif. Displasia servikal dan
karsinoma in situ High-grade Squamous Intraepithelial Lesion (HSIL) mendahului
karsinoma invasif. Karsinoma serviks terjadi bila tumor menginvasi epitelium masuk
ke dalam stroma serviks. Kanker servikal menyebar luar secara langsung kedalaman
jaringan para servikal. Pertumbuhan yang berlangsung mengakibatkan lesi yang
dapat dilihat dan terlibat lebih progresif pada jaringan servikal. Karsinoma servikal
invasif dapat menginvasi atau meluas ke dinding vagina, ligamentum kardinale dan
rongga endometrium. Invasi ke kelenjar getah bening dan pembuluh darah
mengakibatkan metastase kebagian tubuh yang jauh (Price, 2016).
I.3 Faktor- faktor
Penyebab terjadinya kelainan pada sel-sel serviks tidak diketahui secara pasti, tetapi
terdapat beberapa faktor resiko yang berpengaruh terhadap terjadinya kanker serviks
yaitu:
I.3.1 Faktor HPV (Human papilloma virus)
HPV adalah virus penyebab kutil genetalis ( kandiloma akuminata) yang
ditularkan melalui hubungan seksual. Varian yang sangat berbahaya adalah
HPV tipe 16, 18 , 45 , dan 56.
a. Timbulnya keganasan pada binatang yang diinduksi dengan virus
papiloma.
b. Dalam pengamatan terlihat adanya perkembangan menjadi karsinoma
pada kondilom akuminata.
c. Pada penelitian 45 dan 56, keterlibatan HPV pada kejadian kanker
dilandasi oleh beberapa faktor yaitu: epidemiologic infeksi HPV
ditemukan angka kejadian kanker serviks yang meningkatkan.
d. DNA HPV sering ditemukan pada Lis (Lesi Intraepitel Serviks)
I.3.2 Faktor Merokok
Tembakau merusak sistem kekebalan dan mempengaruhi kemampuan
tubuh untuk melawan infeksi HPV pada serviks. Pada wanita perokok
konsentrasi nikotin pada getah serviks 56 kali lebih tinggi dibandingkan
didalam serum, efek langsung bahan tersebut pada serviks adalah menurunkan
status imun lokal sehingga dapat menjadi kokarsinogen infeksi virus.
I.3.3 Hubungan seksual pertama dilakukan pada usia dini.
I.3.4 Berganti-ganti pasangan seksual.
I.3.5 Suami/pasangan seksualnya melakukan hubungan seksual pertama pada usia
di bawah 18 tahun, berganti-ganti pasangan dan pernah menikah dengan
wanita yang mendertita kanker serviks.
I.3.6 Pemakaian DES (Diethistilbestrol) pada wanita hamil untuk mencegah
keguguran.
I.3.7 Gangguan sistem kekebalan.
I.3.8 Pemakaian Pil KB.
I.3.9 Infeksi herpes genitalis atau infeksi klamidia menahun.
I.3.10 Golongan ekonomi lemah ( karena tidak mampu melakukan pap smear secara
rutin).

(Nurarif, 2016)

II. Rencana Asuhan Klien


II.1 Pengkajian
II.1.1 Riwayat Keperawatan
a) Identitas
Identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, suku
bangsa,alamat, tanggal masuk rumah sakit, nomor register, tanggal
pengkajian dan diagnosa medis
b) Keluhan utama Kaji adanya nyeri pada perut, mual muntah, berak darah
dan lemas.
c) Riwayat penyakit sekarang
Pre op :
- Klien mengatakan mengalami berak bercampur darah
- Klien mengeluh nyeri pada perut
- Klien mengatakan sering lemas dan pusing
- Klien mengeluh mual, muntah nafsu makannya menurun

d) Riwayat penyakit dahulu


Biasanya pada pasien kanker serviks memiliki riwayat kesehatan dahulu
seperti riwayat penyakit keputihan riwayat penyakit HIV/AIDS (Ariani,
2015).
e) Riwayat penyakit keluarga
Biasanya riwayat keluarga adalah salah satu faktor yang paling
mempengaruhi oleh kelainan genetika. Keluarga yang memiliki riwayat
kanker didalam keluarga lebih beresiko tinggi terkena kanker dari pada
keluarga yang tidak ada riwayat didalam keluarganya (Diananda, 2018).
II.1.2 Pemeriksaan fisik
a) Kepala
Biasanya pada pasien kanker serviks mengalami rambut rontok dan mudah
tercabut.
b) Wajah
Simetris
c) Leher
Tidak adanya pembesaran kelenjar getah bening atau tiroid.
d) Abdomen
Adanya nyeri abdomen atau nyeri tekan pada bagian perut bawah akibat
kanker serviks.
e) Ekstermitas
f) Genitalia
Biasanya pada pasien kanker serviks mengalami sekret berlebihan,
keputihan, peradangan, pendarahan dan lesi (brunner, 2017). Pada pasien
kanker serviks biasanya mengalami perdarahan pervaginaan.

II.1.3 Pemeriksaan penunjang


Preinvasive kanker serviks biasanya tanpa gejala dan sudah diderita selama
kurang lebih 10-15 tahun. Pada tahap awal, kanker dapat terdeteksi selama
prosedur skrining, namun sebagian besar perempuan memiliki kesadaran yang
rendah untuk melakukan pemeriksaan baik melalui test paps smear maupun
inspeksi visual dengan asam asetat (IVA). Hasil penelitian, bahwa dari 171
perempuan yang mengetahui tentang kanker serviks, hanya 24,5 % (42
perempuan) yang melakukan prosedur skrining (Wuriningsih,2016).
.
a) IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Aset)
Sesuai dengan namanya, IVA merupakan leher rahim (serviks) dengan
cara melihat langsung(dengan mata telanjang) leher rahim setelah memulas
leher rahim dengan larutan asetat 3-5%. Apabila setelah peluasan terjadi
perubahan warna asam asetat yaitu tampak bercak putih, maka
kemungkinan ada kelainan tahap prakanker serviks. Jika tidak ada
perubahahan warna, maka dapat dianggap tidak ada infeksi pada serviks
(Wijaya, 2010).
Proses skrining dengan IVA merupakan pemeriksaan yang paling
disarankan oleh departemen kesehatan. Laporan hasil konsultasi WHO
menyebutkan bahwa IVA dapat mendeteksi lesi tingkat atas prakanker
(High-Grade Precancerous Lesions) dengan sensitivitas sekitar 66-96%
dan spesifitas 64-98%. Sedangkan nilai prediksi positif (positive predicitve
value) dan nilai prediksi negatif(negative predictive value) masing-masing
antara 10-20% dan 92-97% secara umum, berbagai penelitian menunjukan
bahwa sensitivitas IVA sejajar dengan pemeriksaan secara sitologi, akan
tetapi spesifitasnya lebih. Keunggulan secara skrining ini ialah cukup
sederhana,murah, cepat, hasil segera diketahui, dan pelatihan kepada tenaga
kesehatan lebih mudah dilakukan.
b) Tes Pap Smear
Tes pap smear merupakan cara atau metode untuk mendeteksi sejak dini
munculnya lesi prakanker serviks. Pemeriksaan ini dilakukan dengan cepat, tidak
sakit, dan dengan biaya yang relatif terjangkau serta hasil yang akurat.
Pemeriksaan pap smear dilakukan ketika wanita tidak sedang masa
mensturasi. Waktu yang terbaik untuk skrining adalah antara 10 dan 20 hari
setelah hari pertama masa menstruasi. Selama kirakira dua hari sebelum
penggunan pembersihan vagina, karena bahan-bahan ini dapat menghilangkan
atau menyembunyikan sel-sel abnormal.

c) Uji DNA-HPV
Telah dibuktikan bahwa lebih dari 90% kondiloma serviks, NIS
(Intraepitel Serviks), dan kanker serviks mengandung DNA-HPV.46 HPV
(Human papiloma Virus) adalah virus penyebab kanker serviks. Perjalanan
dari infeksi HPV sehingga menjadi kanker serviks memakan waktu yang
cukup lama, yaitu sekitar 10 hingga 20 tahun. Namun proses penginfeksian
ini sering tidak disadari oleh para penderita,karena proses HPV kemudian
menjadi pra- kanker sebagian besar berlangsung tanpa gejala. Ujian DNA-
HPV dilakukan untuk mengetahui adanya infeksi HPV dengan lidi kapas
atau sikat kecil. Tes DNA-HPV lebih berguna bila dikombinasikan dengan
pemeriksaan sitologi. Pasien dengan hasil positif sebaiknya dilakukan
kolposkopi.
d) Kolposkopi
Kolposkopi merupakan pemeriksaan dengan menggunakan alat
kolposkopi yaitu alat mikroskop binokuler dengan sumber cahaya yang
terang untuk memperbesar gambaran visual serviks.40 pemeriksaan
dilakukan untuk melihat porsio (juga vagina dan vulva) dengan pembesaran
10-15. Porsio akan tampak setelah dipulas terlebih dahulu dengan asam
astat 3-5%. Porsio dengan kelainan (infeksi HPV atau NIS) terlihat bercak
putih atau perubahan corak pembuluhan darah. Kolposkopi dapat berperan
sebagai alat skrining awal, tetapi alat ini tidak mudah. Karena mahal, alat
ini lebih sering digunakan sebagai prosedur pemeriksaan lanjut dari hasil
uji Pap abnormal.
e) Pap net
Pap Net (dengan komputerisasi) pada dasarnya berdasarkan
pemeriksaan uji Pap. Bedanya uji ini mengidentifikasi sel abnormal. Secara
komputerisasi pada gelas kaca, hasil uji pap mengandung sel abnormal
dievaluasi ulang oleh ahli patologi atau sitologi.

II.2 Diagnosa
a) Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi
hemoglobin.
b) Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas
c) Risiko defisit nutrisi berhubungan dengan ketidak mampuan mencerna makan
d) Ansietas berhubungan dengan krisis situasional.

II.3 Rencana Tindakan Keperawatan

No Diagnosis Tujuan Kriteria Hasil (NOC) Intervensi (NIC)


keperawatan
1. Perfusi perfier Setelah Setelah dilakukan  identifikasi penyebab
tidak efektif dilakukan tindakan selama 3x24 gangguan intergitas
b.d penurunan tindakan jam perfusi perfier kulit( perubahan
konsentrasi selama 3x24 tidak efektif teratasi: sirkulasi).
hemoglobin jam, 1. Tekanan sistol  gunakan produk
dan diastol berubahan
dalam rentang petrolium/minyak pada
normal kulit kering.
2. Tidak ada  anjurkan meningkatkan
ortostatik nutrsisi.
hipertensi  Anjurkan minum air yang
3. Kapilarirefil< cukup.
2 detik  Meningkatkan memakan
buah dan sayur.
 membeikan transfusi
darah
2. Pola nafas Setelah Setelah dilakukan Manajemen jalan nafas
tidak efektif dilakukan tindakan keperawatan  Pertahnkan pemberian O2
b.d hambatan tindakan selama 3x24 jam sesuai kebutuhan.
upaya nafas selama 3x24 1. Sesak  Kaji peningkatan
nafas kegelisahan, ansietas dan
jam pasien
berkurang tersengal-sengal
dapat sampai  Ajarkan teknik relaksaksi
mengatasi dengan kepada pasien
hilang.  Kolaborasi tim medis
2. Tidak ada untuk program terapi,
nyeri dan pemberian oksigen,
cemas pemeriksaan
3. Ttv dalam medis,pemasangan alat
batas bantu nafas, dan
normal fisioterapi
meliputi
suhu :36
Nadi :85
Rr :25
Td :
140/90
3 Resiko defisit Setelah Setelah dilakukan Manajemen nutrisi
nutrisi b.d dilakukan tindakan keperawatan  Monitor mual dan muntah
ketidak tindakan 3x 24 jam risiko defisit akibat kemoterapi
mampuan selama 3x 24 nutrisi  Monitor status gizi dan
mencerna 1. Mual dan berat badan
jam pasien
makanan muntah sudah  Berikan asupan cairan
sudah mulai mulai
nafsu makan adekuat
berkurang  Berikan obat kemoterapi
teratasi 2. Sudah mulai sesuai program
untuk nafsu  Anjurkan diet sesuai
makan 2-3 indikasi
sendok  Kolaborasi pemberian
3. Asupan nutrisi obat ondnsentron 3x1
sudah mulai
terpenuhi
4 Ansietas b.d Setelah Setelah dilakukan  identifikasi kesembuhan
krisis dilakukan tindakan keperawatan jangka panjang sesuai
situsional tindakan 3x24 jam ansietas: kondisi pasien
selama 3x 24 1. Verbal  berikan harapan yang
khawatir realisis sesuai prognosis
jam pasien
akibat kondisi  jelaskan alternatif yang
ansietas yang dihadapi positif untuk memenuhi
2. Perilaku keyakinan dan
gelisah keperawatan
3. Pola tidur  berikan penjelasan yang
relevan dan mudah
dipahami
 kolaborasi dengan
spiritual

I. KONSEP KEBUTUHAN OKSIGENASI


I.1 Definisi
Terapi oksigen adalah memasukkan oksigen tambahan dari luar ke paru melalui
saluran pernafasan dengan menggunakan alat sesuai kebutuhan. (Standar Pelayanan
Keperawatan di ICU, Dep.Kes. RI, 2005)
Terapi oksigen adalah pemberian oksigen dengan konsentrasi yang lebih tinggi
dibandingkan dengan oksigen di atmosfer. Konsentrasi oksigen dalam udara ruangan
adalah 21%. Tujuan terapi oksigen adalah memberikan transport oksigen yang
adekuat dalam darah sambil menurunkan upaya bernafas dan mengurangi stres pada
miokardium. (Brunner & Suddarth,2001)
Terapi oksigen adalah pemberian oksigen pada konsentrasi yang lebih timggi dari
udara bebas untuk mencegah terjadinya hipoksemia dan hipoksia yang akan
mengakibatkan terjadinya kematian sel. (Patria & Fairuz,2012)
Secara klinis tujuan utama pemberian O2 adalah (1) untuk mengatasi keadaan
Hipoksemia sesuai dengan hasil Analisa Gas Darah, (2) untuk menurunkan kerja
nafas dan menurunkan kerja miokard.

I.2 Fisiologi Sistem


Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan transportasi.
Proses ventilasi (proses penghantaran jumlah oksigen yang masuk dan keluar ke paru
paru), apabila pada proses ini terdapat obstruksi maka oksigen tidak dapat tersalur
dengan baik dan sumbatan tersebut akan direspon jalan nafas sebagaibenda asing
yang menimbulkan pengeluaran mukus. Proses difusi (penyaluran oksigen dari alveoli
ke jaringan) yang terganggu akan menyebabkan ketidakefektifan pertukaran gas.
Selain kerusakan pada proses ventilasi, difusi, maka kerusakan pada transportasi
seperti perubahan volume sekuncup, afterload dan kontraktilitas miokard juga dapat
mempengaruhi pertukaran gas ( Brunner & Suddarth, 2008).

I.3 Faktor-faktor
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan klien mengalami gangguan
oksigenasi menurut NANDA (2017),yaitu hiperventilasi, hipoventilasi,
deformitas tulang dan dinding dada, nyeri,cemas, penurunan
energy,/kelelahan, kerusakan neuromuscular, kerusakan muskoloskeletal,
kerusakan kognitif / persepsi, obesitas, posisi tubuh, imaturitas neurologis
kelelahan otot pernafasan dan adanya perubahan membrane kapiler-alveoli.
Fungsi paru-paru menentukan konsumsi oksigen seseorang, yakni
jumlah oksigen yang diikat oleh darah dalam paru-paru untuk digunakan
tubuh. Konsumsi oksigen sangat erat hubungannya dengan arus darah ke paru-
paru. Berkurangnya fungsi paru-paru juga disebabkan oleh berkurangnya
fungsi sistem respirasi seperti fungsi ventilasi paru. Faktor-faktor risiko
tersebut diatas akan mendatangkan proses inflamasi bronkus dan juga
menimbulkan kerusakan pada dinding bronkiolus terminalis. Akibat dari
kerusakan akan terjadi obstruksi bronkus kecil (bronkiolus terminalis), yang
mengalami penutupan atau obstruksi awal fase ekspirasi. Udara yang mudah
masuk ke alveoli pada saat inspirasi, pada saat ekspirasi banyak terjebak
dalam alveolus dan terjadilah penumpukan udara (air trapping).
Hal inilah yang menyebabkan adanya keluhan sesak napas dengan
segala akibatnya. Adanya obstruksi pada awal ekspirasi akan menimbulkan
kesulitan ekspirasi dan menimbulkan pemanjangan fase ekspirasi (Brunner &
Suddarth, 2007).
Faktor presipitasi atau pencetus dari adanya gangguan oksigenasi yaitu:
1) Gamgguan jantung, meliputi : ketidakseimbangan konduksi, kerusakan
fungsi valvular, hipoksia miokard, kondisi-kondisi kardiomiopati dan
hipoksia jaringan perifer.
2) Kapasitas darah untuk membawa oksigen.
3) Faktor perkembangan, pada bayi premature beresiko terkena penyakit
membrane hialin karena belum matur dalam menghasilkan
surfaktan.Sistem pernafasan dan jantung mengalami perubahan fungsi
pada usia tua/lansia.
4) Perilaku atau gaya hidup, nutrisi mempengaruhi fungsi kardiopulmonar.
Obesitas yang berat menyebabkan penurunan ekspansi paru.Latihan fisik
meningkatkan aktivitas fisik metabolism tubuh dan kebutuhan oksigen.

I.4 Macam-macam
1) Hiperventilasi Upaya tubuh dalam meningkatkan jumlah O2 dalam paruparu agar
pernafasan lebih cepat dan dalam. Tanda dan gejalanya yaitu takikardia, nafas
pendek, nyeri dada, menurunnya konsentrasi, disorientasi
2) Hipoventilasi Terjadi ketika ventilasi alveolar tidak adekuat untuk memenuhi
penggunaan O2 tubuh atau mengeluarkan CO2 dengan cukup. Biasanya terjadi
pada etelektasis (kolaps paru). Tanda dan gejalanya nyeri kepala, penurunan
kesadaran, disorientasi, 31 kardiak disritmia, ketidakseimbangan elektrolit, kejang
dan kardiak arrest.
3) Hipoksia Kondisi tidak tercukupinya pemenuhan O2 dalam tubuh akibat dari
defisiensi O2 yang diinspirasi atau meningkatnya penggunaan O2 di sel. Tanda
dan gejalanya kelelahan, kecemasan, menunrunnya kemampuan konsentrasi, nadi
meningkat, pernafasan cepat dan dalam, sianosis, sesak nafas dan clubbing finger.
4) Hipoksemia Hipoksemia adalah keadaan dimana terjadi penurunan konsentrasi
oksigen dalam pembuluh arteri. Hipoksemia bisa terjdi karena kurangnya tekanan
parsial O2 (PaO2) atau kurangnya saturasi oksigen (SaO2) dalam pembuluh arteri.
Seseorang dikatakan hipoksemia apabila tekanan darah parsial pada pembuluh
arterinya kurang dari 50 mmHg.

II. RENCANA ASUHAN KLIEN


II.1Pengkajian
II.1.1 Riwayat Keperawatan
Menurut Brunner & Suddarth (2016), pengkajian keperawatan untuk pasien
gagal jantung berfokus pada pemantauan keefektifan terapi dan kemampuan
pasien untuk memahami dan menjelaskan strategi manajemen diri. Tanda dan
gejala kongesti paru dan kelebihan beban cairan harus segera dilaporkan yang
akan mengganggu pemenuhan kebutuhan oksigen atau timbulnya masalah
oksigenasi. Pengkajian keperawatan pada pasien gagal jantung dengan masalah
oksigenasi meliputi :
a. Identitas Klien
Identitas klien yang perlu dikaji meliputi nama, jenis kelamin, tanggal
lahir, nomor register, usia, agama, alamat, status perkawinan, pekerjaan, dan
tanggal masuk rumah sakit. Berdasarkan risiko CHF, kejadian penyakit ini
akan meningkat pada orang lanjut usia (lansia) karena penurunan fungsi
ventrikel akibat penuaan. Kondisi ini akan menyebabkan jantung tidak
mampu memompakan darah secara adekuat yang akan mempengaruhi
kebutuhan akan oksigen (Kasron, 2012).
b. Identitas Penanggungjawab
Identitas penanggungjawab yang perlu dikaji meliputi nama, umur,
pekerjaan, alamat, dan hubungan dengan klien.
c. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Gejala yang menjadi keluhan utama pada pasien CHF adalah sesak
napas saat pasien beristirahat atau berbaring diatas tempat tidur (Sibuea dkk,
2009). Keluhan utama lain yang biasa muncul pada pasien dengan gangguan
kebutuhan oksigen dan karbondioksida antara lain batuk, peningkatan
produksi sputum, dispnea, hemoptisis, wheezing, stridor, dan chest pain
(Somantri, 2009).
2) Riwayat Kesehatan sekarang
Keluhan yang muncul pada pasien CHF dengan masalah gangguan
kebutuhan oksigen pada saat dikaji adalah adanya sesak napas yang akan
menggangu proses tidur, kesulitan makan karena sesak napas, sesak napas
saat beraktivitas serta munculnya rasa cemas karena sesak napas .
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Biasanya klien dengan penyakit gagal jantung (CHF) memiliki
kebiasan atau pola hidup yang kurang sehat seperti gaya hidup merokok atau
terpapar polusi udara, adanya riwayat penyakit jantung yang akan dapat
mengindikasikan adanya gangguan pada fungsi pernapasan (Somantri,
2009). Tingkat kesehatan klien dimasa lalu juga menentukan ada atau
tidaknya masalah oksigenasi. Pada seseorang yang sehat, sistem
kardiovaskuler dan pernapasan secara normal menyediakan oksigen bagi
kebutuhan tubuh. Pada penyakit kardiovaskuler, hal ini sering kali
berdampak terhadap pengangkutan oksigen ke sel tubuh, sedangkan penyakit
sistem pernapasan dapat mempengaruhi oksigenasi dalam darah (Somantri,
2009).
4). Riwayat Kesehatan Keluarga
Perlu dikaji adanya riwayat keluarga yang memiliki penyakit
keturunan seperti adanya riwayat jantung, hipertensi, DM, dan gagal ginjal,
karena penyakit CHF ini merupakan salah satu penyakit keturunan.

II.1.2 Pemeriksaan Fisik


Berguna selain untuk menemukan tanda-tanda fisik yang mendukung
diagnosis asma dan menyingkirkan kemungkinan penyakit lain, juga berguna
untuk mengetahui penyakit yang mungkin menyertai asma, meliputi
pemeriksaan :
1) Status kesehatan umum
Perlu dikaji tentang kesadaran klien, kecemasan, gelisah, kelemahan
suara bicara, tekanan darah nadi, frekuensi pernapasan yang meningkatan,
penggunaan otot-otot pembantu pernapasan sianosis batuk dengan lendir dan
posisi istirahat klien.
2) Integumen
Dikaji adanya permukaan yang kasar, kering, kelainan pigmentasi,
turgor kulit, kelembapan, mengelupas atau bersisik, perdarahan, pruritus,
ensim, serta adanya bekas atau tanda urtikaria atau dermatitis pada rambut di
kaji warna rambut, kelembaban dan kusam.
3) Thorak
a) Inspeksi
Dada di inspeksi terutama postur bentuk dan kesemetrisan adanya
peningkatan diameter anteroposterior, retraksi otot-otot Interkostalis, sifat
dan irama pernafasan serta frekwensi peranfasan.
b) Palpasi.
Pada palpasi di kaji tentang kosimetrisan, ekspansi dan taktil fremitus.
c) Perkusi
Pada perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor sedangkan
diafragma menjadi datar dan rendah

d) Auskultasi.
Terdapat suara vesikuler yang meningkat disertai dengan expirasi lebih dari
4 detik atau lebih dari 3x inspirasi, dengan bunyi pernafasan dan Wheezing.
4) Sistem pernafasan
a) Batuk mula-mula kering tidak produktif kemudian makin keras dan
seterusnya menjadi produktif yang mula-mula encer kemudian menjadi
kental. Warna dahak jernih atau putih tetapi juga bisa kekuningan atau
kehijauan terutama kalau terjadi infeksi sekunder.
b) Frekuensi pernapasan meningkat
c) Otot-otot bantu pernapasan hipertrofi.
d) Bunyi pernapasan mungkin melemah dengan ekspirasi yang memanjang
disertai ronchi kering dan wheezing.
e) Ekspirasi lebih daripada 4 detik atau 3x lebih panjang daripada inspirasi
bahkan mungkin lebih.
f) Pada pasien yang sesaknya hebat mungkin ditemukan:
 Hiperinflasi paru yang terlihat dengan peningkatan diameter
anteroposterior rongga dada yang pada perkusi terdengar hipersonor.
 Pernapasan makin cepat dan susah, ditandai dengan pengaktifan otot-
otot bantu napas (antar iga, sternokleidomastoideus), sehingga tampak
retraksi suprasternal, supraclavikula dan sela iga serta pernapasan
cuping hidung.
g) Pada keadaan yang lebih berat dapat ditemukan pernapasan cepat dan
dangkal dengan bunyi pernapasan dan wheezing tidak terdengar(silent
chest), sianosis

5) Sistem kardiovaskuler
a) Tekanan darah meningkat, nadi juga meningkat
b) Pada pasien yang sesaknya hebat mungkin ditemukan:
 Takhikardi makin hebat disertai dehidrasi.
 Timbul Pulsus paradoksusdimana terjadi penurunan tekanan darah
sistolik lebih dari 10 mmHg pada waktu inspirasi. Normal tidak lebih
daripada 5 mmHg, pada asma yang berat bisa sampai 10 mmHg atau
lebih.
c) Pada keadaan yang lebih berat tekanan darah menurun, gangguan irama
jantung.
II.1.3 Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan fungsi paru
Untuk mengetahui kemampuan paru dalam melakukan pertukaran gas secara
efisien.
2) Pemeriksaan gas darah arteri
Untuk memberikan informasi tentang difusi gas melalui membrane kapiler
alveolar dan keadekuatan oksigenasi.
3) Oksimetri
Untuk mengukur saturasi oksigen kapiler.
4) Pemeriksaan sinar X-ray
Untuk pemeriksaan adanya cairan, massa, fraktur dan proses-proses
abnormal.
5) Bronkoskopi
Untuk memperoleh sampel biopsy dan cairan atau sampel sputum/benda
asing yang menghambat jalan nafas.
6) Endoskopi
Untuk melihat lokasi kerusakan dan adanya lesi
7) Fluoroskopi
Untuk mengetahui mekanisme radiopulmonal, missal : kerja jantung dan
kontraksi paru
8) CT-SCAN
Untuk mengidentifikasi adanya massa abnormal

II.4 Diagnosa
e) Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi
hemoglobin.
f) Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas
g) Risiko defisit nutrisi berhubungan dengan ketidak mampuan mencerna makan
h) Ansietas berhubungan dengan krisis situasional.

II.5 Rencana Tindakan Keperawatan

No Diagnosis Tujuan Kriteria Hasil (NOC) Intervensi (NIC)


keperawatan
1. Perfusi perfier Setelah Setelah dilakukan  identifikasi penyebab
tidak efektif dilakukan tindakan selama 3x24 gangguan intergitas
b.d penurunan tindakan jam perfusi perfier kulit( perubahan
konsentrasi selama 3x24 tidak efektif teratasi: sirkulasi).
hemoglobin jam, 4. Tekanan sistol  gunakan produk
dan diastol berubahan
dalam rentang petrolium/minyak pada
normal kulit kering.
5. Tidak ada  anjurkan meningkatkan
ortostatik nutrsisi.
hipertensi  Anjurkan minum air yang
6. Kapilarirefil< cukup.
2 detik  Meningkatkan memakan
buah dan sayur.
 membeikan transfusi
darah
2. Pola nafas Setelah Setelah dilakukan Manajemen jalan nafas
tidak efektif dilakukan tindakan keperawatan  Pertahnkan pemberian O2
b.d hambatan tindakan selama 3x24 jam sesuai kebutuhan.
upaya nafas selama 3x24 4. Sesak  Kaji peningkatan
nafas kegelisahan, ansietas dan
jam pasien
berkurang tersengal-sengal
dapat sampai  Ajarkan teknik relaksaksi
mengatasi dengan kepada pasien
hilang.  Kolaborasi tim medis
5. Tidak ada untuk program terapi,
nyeri dan pemberian oksigen,
cemas pemeriksaan
6. Ttv dalam medis,pemasangan alat
batas bantu nafas, dan
normal fisioterapi
meliputi
suhu :36
Nadi :85
Rr :25
Td :
140/90
3 Resiko defisit Setelah Setelah dilakukan Manajemen nutrisi
nutrisi b.d dilakukan tindakan keperawatan  Monitor mual dan muntah
ketidak tindakan 3x 24 jam risiko defisit akibat kemoterapi
mampuan selama 3x 24 nutrisi  Monitor status gizi dan
mencerna 4. Mual dan berat badan
jam pasien
makanan muntah sudah  Berikan asupan cairan
sudah mulai mulai
nafsu makan adekuat
berkurang  Berikan obat kemoterapi
teratasi 5. Sudah mulai sesuai program
untuk nafsu  Anjurkan diet sesuai
makan 2-3 indikasi
sendok  Kolaborasi pemberian
6. Asupan nutrisi obat ondnsentron 3x1
sudah mulai
terpenuhi
4 Ansietas b.d Setelah Setelah dilakukan  identifikasi kesembuhan
krisis dilakukan tindakan keperawatan jangka panjang sesuai
situsional tindakan 3x24 jam ansietas: kondisi pasien
selama 3x 24 4. Verbal  berikan harapan yang
khawatir realisis sesuai prognosis
jam pasien
akibat kondisi  jelaskan alternatif yang
ansietas yang dihadapi positif untuk memenuhi
5. Perilaku keyakinan dan
gelisah keperawatan
6. Pola tidur  berikan penjelasan yang
relevan dan mudah
dipahami
 kolaborasi dengan
spiritual
Daftar Pustaka
Amin huda nurarif, and H. K. (2016). Aplikasi Asuhan keperawatan berdasarkan diagnosis
Medis & NANDA. Edisi revisi jilid 1. Yogyakarta : MediaAction.
Ariani . (2015). Stop ! Kanker. Yogyakarta : Istana Merdeka.
Nurarif, Amin H & Kusuma, Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Kepreawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc. Yogyakarta : MediaAction.
Brunner, and S.(2017). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2. Jakarta:
EGC.
Morita, D. (2016). Kajian pengobatan pasien kanker serviks di RSUD Abdul Wahab
Sjahranie Samarinda. In Procedding of Mulawarman Pharmacetuticals Conferences (vol. 4,
pp. 330-334).
Padila. (2015). Asuhan Keperawatan Maternitas II. Yogyakarta : Nuha Medika
Price, and W. (2012). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, edisi 7. Jakarta:
EGC
Rozi. (2017). Kiat Mudah Mengatasi Kanker Serviks. Yogyakarta: Aulia Publishing.
WHO. ( 2015). World Health Organization Prevention cancer control. Who. Int
Wurningsih.(2016). Potret Asuhan Keperawatan Maternitas Pada Klien Dengan Kanker
Serviks Melalui Pendekatan Konservasi Dan Efikasi Diri. Nurscope. Jurnal Keperawatan dan
Pemikiran Ilmiah Keperawatan, 2,(2), 49-6
Astowo. Pudjo. 2005. Terapi oksigen: Ilmu Penyakit Paru. Bagian Pulmonologi dan
Kedokteran Respirasi. FKUI. Jakarta.
Brunner dan Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Depkes RI.2005. Standar Pelayanan Keperawatan di ICU. Jakarta: Depkes RI
Djojodibroto, Darmanto. (2009). Respirologi (Respiratory Medicine). Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.
Mubarak, Wahid dan Cahyani Nurul. 2007. Kebutuhan Dasar. Jakarta : EGC
Nanda Internasional. 2017. Diagnosa Keperawatan : Definisi & Klasifikasi. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai