Anda di halaman 1dari 2

KIPRAH MUHAMMADIYAH DI SUMATERA BARAT

OLEH : MIFTAHULJANNAH

UNIVERSITAS ANDALAS

Indonesia merupakan negara yang memegang prinsip “berbeda-beda namun tetap


satu”, hal ini dap dilihat dari banyaknya suku, agama dan ras. Bahkan pada satu hal seperti
agama saja juga terdapat perbedaan. Bukan perbedaan tata cara beribadah dan keyakinan.
Perbedaan ini sendiri terdapat pada gerakan atau bahkan pemahaman akan suatu hal. Agama
Islam sebagai agama mayoritas di Indonesia memiliki banyak keberagaman dalam
pemahamannya. Ada yang paham Muhammadiyah, Nahdatul Ulama dan lain sebaginya. Hal
tersebut lahir karena adanya paham orang terhadap ajaran ulama-ulama besar seperti Imam
Syafi’i dan lain-lain.

Muhammadiyah merupakan suatu gerakan keislaman yang sudah lama di Indonesia


dan didirikan pada 8 November 1912. Faham Islam dalam Muhammadiyah adalah kembali
kepada Al-Quran dan AsSunnah. Muhammadiyah merujuk kepada Al-Quran dan Sunnah
dengan mengunakan akal dan fikiran yang sesuai dengan jiwa ajatan Islam. Dengan demikian
Muhammadiyah berdiri sebagai gerakan yang berusaha benar-benar ’membumikan’ ajaran
Islam dalam kehidupan nyata. Muhammadiyan merupakan bentuk pembaruan Islam di
Nusantara. Pembaruaan ini berawal dari K.H. Ahmda Dahlan yang merasa memerlukan
adanya sebuah oranisasi yang dapat menunjang penyebaran paham pembaruan agar dapat
berkompetisi dengan kekuatan kolonial kala itu.

Muhammadiyah yang awalnya berkembang di Pulau Jawa akhirnya berkembang ke


Sumatera. Tepatnya pada 29 Mei 1925 di Maninjau, Syekh Abdul Karim Amrullah membawa
perserikatan Muhammadiyah. Dari Sumatera Barat Muhammadiyah berkembang ke seluruh
sumatera. Muhammadiyah yang awalnya hanya sebagai organisasi berkembang lagi di bidang
pendidikan. Hal ini dapat di buktikan dari persyaratan yang diberikan kepada setiap ranting
atau cabang yang ingin dapat pengesahan, harus lah membuka sekolah.

Pendidikan Sumatera Barat awalnya orang hanya belajar ke surau-surau.


Muhammadiyah banyak mendirikan sekolah-sekolah agama dengan sistem pendidikan
modern seperti belajar di ruangan, memakai kurikulum dan lain-laian. Sehingga bisa
dikatakan Muhammadiyah memplopori sistem pendidikan dengen memodifikasi kurikulum
madarasah dan menambahkan pelajaran agama pada kurikulum sekolah umum.
Muhammadiyah selain mengajarkan pendidikan umum dan agama islam, jugam mengajarkan
jiwa muhammadiyah atau ilmu kemuhammadiyahan. Artinya, disamping mencetak ilmuwan,
muhammadiyah juga berusaha mencetak kader-kader muhammadiyah yang tangguh dan
handal.

Muhammadiyah mendirikan sekolah sampai pada tingakt sekolah menengah. hingga


akhirnya mendirikan Tabligh school. Setelah sekolah berjalan selam satu tahun, aktivitas
belajar terhenti karena tidak mendapatkan izin dari pemerintahan Hidia Belanda kala itu.
Pada tahun 1935. Beberapa orang alumni Sumatra Thawalib dan Diniyah Putra Padang
Panjang menemui Hamka untuk mengaktifkan kembali Tabligh School. Adanya keputusan
dalam Kongres Muhammadiyah ke-11 di Maninjau pada tahun 1936 memutuskan Tabligh
School dijadikan Sekolah Menengah Atas 3 tahun. Namun namnya berubah menjadi
Kuliyatul Mubalighin pada Februari 1936 karena kala itu Muhammadiyah belum mempunyai
sekolah setara SMA. Banyak lagi sekolah-sekolah yang didirikan oleh Muhammadiyah.

Hingga pada zaman sekarang Muhammadiyah masih menjadi organisasi Islama yang
populer di Indonesia. Banyak sekolah formal yang di dirikan Muhammadiyah yang tidak
berbeda jauh dari zaman dahulu.

Daftar Pustaka

PandiKalbar. 2017. “Paham Keagamaan Muhammdiyah”. Di akses dari


https://pandikalbar.wordpress.com/paham-keagamaan-muhammadiyah/ . pada
Tanggal 23 Oktober 2021

Purnama, Syae. 2013. “Paham Agama menurut Muhammadiyah”. Diakses dari


https://www.kompasiana.com/abafina/552a795c6ea8346502552d22/faham-agama-
menurut-muhammadiyah . Pada tanggal 23 Oktiber 2021

Rohman, Fandy Aprianto dan Mulyati. 2019. “Rintisan Awal Pendidikan Muhammadiyah Di
Sumatera Barat Tahun 1925-1939”. Universitas Negeri Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai