Anda di halaman 1dari 65

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehamilan adalah proses alamiah yang dialami oleh setiap wanita dalam siklus
reproduksi. Kehamilan dimulai dari konsepsi dan berakhir dengan permulaan
persalinan.Selama kehamilan ini terjadi perubahan-perubahan, baik perut, fisik
maupun fsikologi ibu (Varney, 2011).
Menurut Sarwono Prawirohardjo (2009:53), mengatakan bahwa setiap tahun
sekitar 160 juta perempuan diseluruh dunia hamil. Sebagian besar kehamilan ini
berlangsung dengan aman.
Kesehatan ibu hamil merupakan salah satu indicator kesehatan nasional. Center
For Indonesian medical students activites (CIMSA) menilai bahwa angka kesehatan
ibu hamil di Indonesia belum dapat dikategorikan baik. Hal ini ditunjukkan oleh
angka kematian ibu di Indonesia yang masih tinggi meskipun pemerintah telah
melakukan berbagai usaha untuk menanggulangi masalah tersebut. Berdasarkan latar
belakang tersebut, CIMSA mengajak mahasiswa kedokteran Indonesia untuk
berperan aktif dalam mempromosikan pentingnya pemeriksaan kehamilan dalam
upaya mengurangi mortalitas dan meningkatkan taraf kesehatan ibu hamil di
Indonesia.
Cakupan Pelayanan K1 dan K4 dari tahun 2008 sampai 2016 di Provinsi
Jawa Barat cenderung meningkat. Begitu juga dengan angka mangkir antara cakupan
K1 dan K4 berfluktuatif tetapi cenderung menurun hingga pada tahun 2016 angka
mangkir masih terdapat 6,92 % . Pelayanan Kunjungan Ibu Hamil Pertama pada
umur kehamilan 0-3 bulan (K1) di Provinsi Jawa Barat tahun 2016, sebanyak
1.028.526 Bumil dari sasaran 975.780 Bumil (105,4%), dan Kunjungan K4 sebanyak
961.017 Bumil (98,5%), terdapat 67.509 Bumil yang mangkir (Drop out) pada
kunjungan K4 (6.92%). Cakupan K1 dan K4 berdasarkan Kab/Kota, dan angka
mangkir K4 dapat digambarkan seperti gambar berikut ini :

1
Upaya lain dilakukan untuk menurunkan kematian ibu dan bayi yaitu dengan
mendorong agar setiap persalinan di tolong oleh tenaga kesehatan terlatih.yaitu
dokter spesialis kebidanan dan kandungan, bidan , diupayakan dilakukan difasilitas
kesehatan. Keberhasilan program ini diukur melalui indicator presentase persalinan
di fasilitas oelayanan kesehatan.

Sejak tahun 2015, penekanan persalinan yang aman adalah persalinan yang
difasilitas oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan. Cakupan persalinan di
fasilitas pelayanan kesehatan menurut provinsi tahun 2017 menunjukan bahwa
terdapat 83,67% ibu hamil yang menjalani persalinan dengan ditolong oleh tenaga
kesehatan dan di lakukan di fasilitasi pelayanan kesehatan di Indonesia. Cakupan
kunjungan nifas kf 3 di Indonesia tahun 2008-2017 menunjukan kecendrungan
peningkatan dari tahun 2008 sebesar 17,9% menjadi 87,36% pada tahun 2017.
Adapun data yang diperoleh di PMB “Y” pada bulan November-Desember tahun
2019 ibu hamil berjumlah 165 orang, ibu bersalin sebanyak 15 orang, ibu nifas
sebanyak 45 orang.

PMB Bidan “Y” Kota Cimahi, memberikan pelayanan kebidanan meliputi:


pemeriksaan kehamilan, persalinan normal dengan kondisi bayi yang baik, imunisasi
bayi, pemeriksaan masa nifas dan pelayanan keluarga berencana (KB). Dari
pelayanan kebidanan komprehensif yang diperoleh penulis di bidan praktik mandiri
tersebut, maka penulis memantau sebuah perkembangan kasus dari Ny.”A” yang
melakukan pemeriksaan ANC di bidan praktik mandiri tersebut dengan pendekatan
asuhan kebidanan komprehensif sejak kehamilan, persalinan, dan nifas.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis membuat studi kasus dengan judul
“Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Ny.”A” G 1P0A0 Di PMB “Y” Kota
Cimahi”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas maka rumusan masalah pada
asuhan kebidanan masa kehamilan ini adalah “Bagaimana asuhan kebidanan
komprehensif pada Ny.”A” G1P0A0 di PMB “Y” Cimahi pada tahun 2019.

2
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Penulis dapat menerapkan asuhan kebidanan pada Ny.”A” dengan
pendekatan manajemen kebidanan secara komprehensif
2. Tujuan Khusus
a. Mampu memberikan asuhan kebidanan kehamilan yang berkualitas pada
Ny.”A” G1P0A0 di PMB “Y” Cimahi tahun 2019.
b. Mampu memberikan asuhan kebidanan persalinan yang berkualitas pada
Ny.“A” G1P0A0 di PMB “Y” Cimahi tahun 2019.
c. Mampu memberikan asuhan kebidanan nifas secara pyang berkualitas pada
Ny.”A” G1P0A0 di PMB “Y” Cimahi tahun 2019.
D. Manfaat
1. Teoritis
Studi kasus ini diharapkan mampu menjadi salah satu gambaran untuk di
jadikan suatu informasi bahwa melakukan pemeriksaan kehamilan rutin sangat
penting dilakukan untuk mengetahui risiko yang mungkin terjadi bagi ibu dan
bayinya, dengan melakukan beberapa pencegahan atau pendeteksian secara
dini.
2. Praktis
a. Bagi Institusi Pendidikan
Dengan adanya studi kasus ini, diharapakan dapat dijadikan sebagai sumber
atau pemikiran yang dapat memberikan informasi kepada institusi yang ingin
mengetahui tentang asuhan kebidanan pada kehamilan, persalinan dan masa
nifas.
b. Bagi PMB
Diharapkan dengan adanya studi kasus ini dapat memberikan informasi dan
wawasan tentang melaksanakan asuhan kebidanan secara komprehensif kepada
pasien yang datang ke PMB “Y” dan sebagai bahan untuk selalu meningkatkan
kualitas pelayanan yang lebih baik.
c. Bagi penulis selanjutnya

3
Diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis selanjutnya sebagai bahan informasi
dan bahan acuan untuk meningkatkan pengetahuan dan menambah pengalaman
dalam memberikan asuhan kebidanan komprehensif kepada ibu hamil, masa
persalinan dan masa nifas. Serta sebagai media pembelajaran untuk
mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh dalam perkuliahan.

4
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Kehamilan
1. Pengertian Kehamilan
Kehamilan adalah  merupakan suatu proses merantai yang
berkesinambungan dan terdiri dari ovulasi pelepasan sel telur, migrasi
spermatozoa dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot, nidasi
(implantasi) pada uterus, pembentukan plasenta, dan tumbuh kembang hasil
konsepsi sampai aterm (Manuaba, 2010).
2. Standar Pelayanan Kehamilan

Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga


professional (dokter spesialis, kebidanan, dokter umum, dan asisten bidan)
untuk ibu selama masa kehamilannya, sesuai dengan standar minimal
pelayanan antenatal.
Berdasarkan informasi dari Kementrian Kesehatan RI (2009),
antenatal care dalam penerapannya sudah terstandarisasi dengan rumus 10T,
yaitu :
a. Timbang Berat Badan dan Ukur Tinggi Badan
Pengukuran ini dilakukan untuk memantau perkembangan tubuh ibu
hamil. Hasil ukur juga dapat dipergunakan sebagai acuan apabila terjadi
sesuatu pada kehamilan, seperti kehamilan kembar, hingga kehamilan
obesitas.
Penambahan berat badan pada trimester II-III, kenaikan berat badan bisa
mencapai 0,5 kg setiap minggu. Pada akhir kehamilan, pertambahan
berat badan berjumlah sekitar 20-90 kg dari berat badan sebelum hamil.
b. Pemeriksaan Tekanan Darah
Selama pemeriksaaan antenatal, pengukuran tekanan darah atau tensi
selalu dilakukan secara rutin. Tekanan darah yang normal berada di
angka 110/80 mmHg – 140/90 mmHg. Gangguan kehamilan seperti pre-

5
eklampsia dan eklampsia bisa mengancam kehamilan karena tekanan
darah tinggi.
c. Pemeriksaan Tinggi Fundus Uteri
Tujuan pemeriksaan tinggi fundus uteri adalah untuk menentukan usia
kehamilan. Tinggi fundus uteri dalam sentimeter (cm) akan disesuaikan
dengan minggu usia kehamilan.
Pengukuran normal diharapkan sesuai dengan tabel ukuran fundus uteri
sesuai usia kehamilan dan toleransi perbedaan ukuran ialah 1-2 cm.
Namun jika perbedaan lebih kecil dari 2 cm dari umur kehamilan
kemungkinan ada gangguan pada pertumbuhan janin.
d. Skrinning Imunisasi Tetanus dan Pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid
(TT)
Pemberian imunisasi harus didahului dengan skrining untuk mengetahui
dosis dan status imunisasi tetanus yang telah diperoleh sebelumnya.
e. Pemberian Tablet Fe
Pada umumnya, zat besi yang akan diberikan berjumlah minimal 90
tablet dan maksimal satu tablet setiap hari selama kehamilan. Hindari
meminum tablet Fe dengan kopi atau teh agar tidak mengganggu
penyerapan.
f. Tetapkan Status Gizi
Pengukuran ini merupakan satu cara untuk mendeteksi dini adanya
kekurangan gizi saat hamil. Jika kekurangan nutrisi, penyaluran gizi ke
janin akan berkurang dan mengakibatkan pertumbuhan terhambat juga
potensi bayi lahir dengan berat rendah. Cara pengukuran ini dilakukan
dengan pita ukur mengukur jarak pangkal bahu ke ujung siku dan lingkar
lengan atas (LILA)
g. Tes Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium terdiri dari pemeriksaan kadar hemoglobin,
golongan darah dan rhesus, tes HIV, juga penyakit menular seksual
lainnya. Penanganan lebih baik tentu sangat bermanfaat bagi proses
kehamilan.

6
h. Tentukan Presentasi Janin dan Denyut Jantung Janin (DJJ)
Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk memantau, mendeteksi, dan
menghindarkan faktor risiko kematian prenatal yang disebabkan oleh
hipoksia, gangguan pertumbuhan, cacat bawaan, dan infeksi.
Pemeriksaan denyut jantung sendiri biasanya dapat dilakukan pada usia
kehamilan 16 minggu.
i. Tata Laksana Kasus
Apabila terjadi sesuatu hal yang dapat membahayakan kehamilan, maka
akan menerima penawaran untuk segera mendapatkan tatalaksana kasus.
j. Temu Wicara Persiapan Rujukan
Temu wicara dilakukan setiap kali kunjungan. Biasanya, bisa berupa
konsultasi, persiapan rujukan dan anamnesa yang meliputi informasi
biodata, riwayat menstruasi, kesehatan, kehamilan, persalinan nifas, dan
lain-lain.
Temu wicara atau konsultasi dapat membantu untuk menentukan pilihan
yang tepat dalam perencanaan, pencegahan komplikasi, dan juga
persalinan/ pelayanan ini juga diperlukan untuk menyepakati segala
rencana kelahiran, rujukan, mendapatkan bimbingan tentang
mempersiapkan asuhan bayi, serta anjuran pemakaian KB pasca
melahirkan.
3. Klasifikasi Kehamilan

Kehamilan trimester III (umur kehamilan 29 - 40 minggu)


Trimester ketiga seringkali disebut periode menunggu dan waspada
karena pada masa ini ibu sering tidak sabar menunggu kelahiran bayinya,
ibu merasa khawatir bila bayinya lahir sewaktu-waktu, dan khawatir
bayinya lahir tidak normal. Kebanyakan ibu bersikap melindungi bayinya
dan cenderung menghindari orang atau benda yang dianggapnya
membahayakan. Rasa tidak nyaman akibat kehamilan timbul kembali
pada trimester III dan banyak ibu merasa aneh dan jelek. Disamping itu,
ibu mulai merasa sedih karena akan berpisah dari bayinya dan kehilangan

7
perhatian khusus yang diterima selama hamil. Trimester ketiga adalah
saat persiapan aktif untuk kelahiran bagi bayi dan kebahagian dalam
menanti rupa bayinya (Asrinah, dkk, 2010).

4. Tanda Bahaya Kehamilan Trimester III

Menurut Romauli (2011:202) tanda bahaya yang dapat terjadi pada


ibu hamil trimester III, yaitu:
a. Perdarahan pervaginam
Perdarahan pada kehamilan setelah 22 minggu sampai sebelum bayi
dilahirkan disebut sebagai perdarahan pada kehamilan lanjut atau
perdarahan antepartum.
b. Solusio Plasenta
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta yang letaknya normal pada
korpus uteri sebelum janin lahir. Biasanya terjadi pada trimester ketiga,
walaupun dapat pula terjadi setiap saat dalam kehamilan. Bila plasenta
yang terlepas seluruhnya disebut solusio plasenta totalis. Bila hanya
sebagian disebut solusio plasenta parsialis atau bisa juga hanya sebagian
kecil pinggir plasenta yang lepas disebut rupture sinus marginalis.
c. Plasenta Previa
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada
segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruhnya
pembukaanjalan lahir. Pada keadaan normal plasenta terletak pada bagian
atas uterus.
d. Keluar cairan pervaginam
Pengeluaran cairan pervaginam pada kehamilan lanjut merupakan
kemungkinan mulainya persalinan lebih awal. Bila pengeluaran berupa
mucus bercampur darah dan mungkin disertai mules, kemungkinan
persalinan akan dimulai lebih awal. Bila pengeluaran berupa cairan, perlu
diwaspadai terjadinya ketuban pecah dini (KPD). Menegakkan diagnosis
KPD perlu diperiksa apakah cairan yang keluar tersebut adalah cairan

8
ketuban. Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan speculum untuk
melihat darimana asal cairan, kemudian pemeriksaan reaksi Ph basa.
e. Gerakan janin tidak terasa
Apabila ibu hamil tidak merasakan gerakan janin sesudah usia kehamilan
22 minggu atau selama persalinan, maka waspada terhadap kemungkinan
gawat janin atau bahkan kematian janin dalam uterus.Gerakan janin
berkurang atau bahkan hilang dapat terjadi pada solusio plasenta dan
ruptur uteri.
f. Nyeri perut yang hebat
Nyeri perut kemungkinan tanda persalinan preterm, ruptur uteri, solusio
plasenta. Nyeri perut hebat dapat terjadi pada ruptur uteri disertai shock,
perdarahan intra abdomen dan atau pervaginam, kontur uterus yang
abnormal, serta gawat janin atau DJJ tidak ada.

5. Ketidaknyamanan pada kehamilan trimester III


a. Peningkatan Frekuensi Berkemih
Frekuensi kemih meningkat pada trimester ketiga sering dialami wanita
primigravida setelah lightening terjadi efek lightaning yaitu bagian
presentasi akan menurun masuk kedalam panggul dan menimbulkan
tekanan langsung pada kandung kemih.
Peningkatan frekuensi berkemih disebabkan oleh tekanan uterus karena
turunnya bagian bawah janin sehingga kandung kemih tertekan, kapasitas
kandung kemih berkurang dan mengakibatkan frekuensi berkemih
meningkat (Manuaba, 2010).
Sering buang air kecil merupakan suatu perubahan fisiologis dimana
terjadi peningkatam sensitivitas kandung kemih dan pada tahap
selanjutnya merupakan akibat kompresi pada kandung kemih. Pada
trimester III kandung kemih tertarik keatas dan keluar dari panggul sejati
ke arah abdomen. Uretra memanjang sampai 7,5 cm karena kandung
kemih bergeser kearah atas. Kongesti panggul pada masa hamil
ditunjukan oleh hiperemia kandung kemih dan uretra. Peningkatan

9
vaskularisasi ini membuat mukosa kandung kemih menjadi mudah luka
dan berdarah. Tonus kandung kemih dapat menurun. Hal ini
memungkinkan distensi kandung kemih sampai sekitar 1500 ml. Pada
saat yang sama pembesaran uterus menekan kandung kemih,
menimbulkan rasa ingin berkemih meskipun kandung kemih hanya berisi
sedikit urine.
Tanda-tanda bahaya yang dapat terjadi akibat terlalu sering buang air
kecil yaitu dysuria, Oliguria dan Asymtomatic bacteriuria. Untuk
mengantisipasi terjadinya tanda – tanda bahaya tersebut yaitu dengan
minum air putih yang cukup (± 8-12 gelas/hari) dan menjaga kebersihan
disekitar alat kelamin. Ibu hamil perlu mempelajari cara membersihkan
alat kelamin yaitu dengan gerakan dari depan kebelakang setiap kali
selesai berkemih dan harus menggunakan tissue atau handuk yang bersih
serta selalu mengganti celana dalam apabila terasa basah.
Penatalaksanaan yang dapat diberikan pada ibu hamil trimester III
dengan keluhan sering kencing yaitu KIE tentang penyebab sering
kencing, kosongkan kadung kemih ketika ada dorongan, perbanyak
minum pada siang hari dan kurangi minum di malam haru jika
mengganggu tidur, hindari minum kopi atau teh sebagai diuresis,
berbaring miring kiri saat tidur untuk meningkatkan diuresis dan tidak
perlu menggunakan obat farmakologis (Hani, 2011 : 59).
b. Bengkak pada mata kaki atau betis
Bengkak pada mata kaki atau betis dapat mengganggu sebagian ibu
hamil. Sementara itu, Rahim yang besar akan menekan pembuluh darah
utama dari bagian bawah tubuh ke atas tubuh, menyebabkan darah yang
mau mengalir dari bagian bawah menjadi terhambat.
Cara mengurangi bengkaknya yaitu dengan cara tidur terlentang dan
berikan bantal dikaki, posisikan kaki lebih tinggi dari kepala.
c. Napas lebih pendek
Ukuran bayi yang semakin besar di dalam Rahim akan menekan daerah
diafragma (Otot di bawah paru-paru) menyebabkan aliran nafas agak

10
berat, sehingga secara otomatis tubuh akan meresponnya dengan napas
yang lebih pendek.
Cara mengatasinya yaitu dengan cara latihan nafas atau mengatur nafas.
d. Panas di perut bagian atas
Panas di perut bagian atas disebabkan oleh peningkatan asam lambung.
Penyebabnya adalah perubahan hormone dalam tubuh ibu hamil.
e. Varises di wajah dan kaki
Varises merupakan pelebaran pembuluh darah pada seorang wanita hamil
terjadi di daerah wajah, leher, lengan dan kai terutama di betis. Pelebaran
pembuluh darah bisa juga terjadi di daerah anus, sehingga menyebabkan
wasir.
f. Stretch mark
Strecth mark adalah garis-garis putih dan parut pada daerah perut, bisa
juga terjadi di dada, pantat, paha dan lengan atas.
g. Payudara membesar
Payudara semakin membesar disebabkan oleh kelenjar susu yang mulai
penuh dengan susu. Pada saat tertentu akan keluar tetesan-tetesan air susu
di bra ibu hamil, terutama setelah bulan ke 9.
6. Tujuan Asuhan Antenatal Menurut (Saifuddin 2002), antara lain :

a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan


tumbuh kembang bayi.
b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial
ibu dan bayi.
c. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang
mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum,
kebidanan dan pembedahan.
d. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu
maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
e. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI
eksklusif.

11
f. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi
agar dapat tumbuh kembang secara normal.
Jadwal pemeriksaan :
1) Usia kehamilan dari hari pertama haid terakhir sampai 28 minggu : 4
minggu sekali
2) 28 - 36 minggu : 2 minggu sekali
3) 36 – 42 minggu : 1 minggu sekali

Kecuali jika ditemukan kelainan / faktor resiko yang memerlukan


penatalaksanaan medik lain, pemeriksaan harus lebih sering dan
7. Kebutuhan Gizi Ibu Hamil

Gizi pada waktu hamil harus ditingkatkan hingga 300 kalori perhari,
ibu hamil seharusnya mengkonsumsi makanan yang mengandung protein,
zat besi, dan minum cukup cairan (menu seimbang).
a. Kalori
Sumber kalori utama adalah hidrat arang dan lemak. Bahan makanan
yang banyak banyak mengandung hidrat arang adalah golongan padi-padian
(misalnya beras dan jagung), golongan umbi-umbian (misalnya ubi dan
singkong), dan sagu.
b. Protein Protein adalah zat utama untuk membangun jaringan
bagian tubuh. Kekurangan protein dalam makanan ibu hamil mengakibatkan
bayi akan lahir lebih kecil dari normal. Sumber zat protein yang berkualitas
tinggi adalah susu. Sumber lain meliputi sumber protein hewani (misalnya
daging, ikan, unggas, telur dan kacang) dan sumber protein nabati (misalnya
kacang-kacangan seperti kedelai, kacang tanah, kacang tolo, dan tahu
tempe).
c. Mineral
Semua mineral dapat terpenuhi dengan makan-makanan sehari-hari
yaitu buah-buahan, sayur-sayuran dan susu. Hanya zat besi yang tidak bisa
terpenuhi dengan makanan sehari-hari. Untuk memenuhi kebutuhan ini
dibutuhkan suplemen besi 30 mg sebagai ferosus, forofumarat atau

12
feroglukonat perhari dan pada kehamilan kembar atau pada wanita yang
sedikit anemia dibutuhkan 60-100 mg/hari. Kebutuhan kalsium umumnya
terpenuhi dengan minum susu. Satu liter susu sapi mengandung kira-kira 0,9
gram kalsium.
d. Vitamin
Vitamin sebenarnya telah terpenuhi dengan makanan sayur dan buah-
buahan, tetapi dapat pula diberikan ekstra vitamin. Pemberian asam folat
terbukti mencegah kecacatan pada bayi.

B. Persalinan
1. Pengertian Persalinan
Persalinan adalah proses lahirnya bayi, plasenta dan selaput ketuban
keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi
pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya
penyulit. Persalinan dimulai (inpartu) dejak iterus berkontraksi dan
menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir
dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu belum inpartu jika konteraksi
uterus tidak mengakibatkan perubahan terhadap serviks. (APN, 2010).
Menurut WHO persalinan normal merupakan persalinan yang dilalui
secara spontan dengan kekuatan ibu sendiri dan melalui jalan lahir, beresiko
rendah pada awal persalinan dan presentasi belakang kepala pada usia
kehamilan anatara 37-42 minggu setelah persalinan ibu maupun bayi berada
dalam kondisi baik.
2. Tahap Persalinan
Menurut Sarwono (2005), persalinan dibagi menjadi 4 tahap yaitu :
a. Kala I (kala pembukaan)
Kala satu persalinan adalah permulaan kontraksi persalinan sejati,
yang ditandai oleh perubahan serviks yang progresif yang diakhiri
dengan pembukaan lengkap (10 cm) pada primipara kala I berlangsung
kira-kira 13 jam, sedangkan pada multipara kira-kira 7 jam (Varney,
2007).

13
Terdapat 2 fase pada kala satu yaitu:
1) Fase laten
Merupakan periode waktu dari awal persalinan hingga ketitik ketika
pembukaan mulai berjalan secara progresif, yang umumnya dimulai
sejak kontraksi mulai muncul hingga pembukaan tiga sampai empat
sentimeter atau permulaan fase aktif berlangsung dalam 7-8 jam.
Selama fase ini presentasi mengalami penurunan sedikit hingga tidak
sama sekali.
2) Fase aktif
Merupakan periode waktu dari awal kemajuan aktif pembukaan
menjadi komplit dan mencakup fase transisi, pembukaan pada
umumnya dimulai dari 3-4 cm hingga 10 cm dan berlangsung selama
6 jam. Penurunan bagian presentasi janin yang progresif terjadi selama
akhir fase aktif dan selama kala dua persalinan.
Fase aktif dibagi dalam 3 fase, antara lain :
a) Fase akselerasi, yaitu dalam waktu 2 jam pembukaan 3cm menjadi
4 cm.
b) Fase dilatasi, yaitu dalam waktu 2 jam pembukaan angat cepat, dari
4 cm menjadi 9 cm.
c) Fase deselerasi, yaitu pembukaan menjadi lamban kembali dalam
waktu 2 jam pembukaan 9 cm menjadi lengkap (Prawirohardjo,
2005).
h. Kala II (Kala Pengeluaran Janin)

Menurut Depkes RI (2002), beberapa tanda dan gejala persalinan


kala II adalah Ibu merasakan ingin meneran bersamaan terjadinya
kontraksi, Ibu merasakan peningkatan tekanan pada rectum atau
vaginanya, perineum terlihat menonjol, vulva vagina dan sfingter ani
terlihat membuka, peningkatan pengeluaran lendir darah. Pada kala II his
terkoordinir, kuat, cepat dan lama, kira-kira 2-3 menit sekali. Kepala
janin telah turun masuk ruang panggul sehingga terjadi tekanan pada otot

14
-otot dasar panggul yang secara reflektoris timbul rasa mengedan, karena
tekanan pada rectum, ibu seperti ingin buang air besar dengan tanda anus
terbuka. Pada waktu his kepala janin mulai terlihat, vulva membuka dan
perenium meregang. Dengan his mengedan yang terpimpin akan lahirlah
kepala dengan diikuti seluruh badan janin. Kala II pada primi : 1½ - 2
jam, pada multi ½ - 1 jam (Mochtar, 2011).

i. Kala III (Pengeluaran Plasenta)


Menurut Depkes RI (2002), tanda-tanda lepasnya plasenta
mencakup beberapa atau semua hal dibawah ini: Perubahan bentuk
(uterus globuler) dan tinggi fundus, tali pusat memanjang, semburan
darah tiba-tiba. Setelah bayi lahir kontraksi rahim istirahat sebentar.
Uterus teraba keras dengan fundus uterus setinggi pusat, dan berisi
plasenta yang menjadi tebal 2 kali sebelumnya. Beberapa saat kemudian
timbul his pelepasan dan pengeluaran uri. Dalam waktu 5-10 menit
plasenta terlepas, terdorong ke dalam vagina akan lahir spontan atau
sedikit dorongan dari atas simfisis atau fundus uteri. Seluruh proses
biasanya berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta
disertai pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc (Mochtar, 2011).
j. Kala IV
Kala pengawasan selama 2 jam setelah plasenta lahir untuk
mengamati keadaan ibu terutama bahaya perdarahan postpartum.
Observasi yang dilakukan adalah :
1) Tingkat kesadaran penderita
2) Pemeriksaan tanda-tanda vital yaitu: tekanan darah, pernafasan, nadi,
suhu
3) Kontraksi uterus
4) Perdarahan
Perdarahan normal bila tidak lebih dari 400-500 cc. Tujuan asuhan
persalinan normal adalah menjaga kelangsungan hidup dan derajat
kesehatan tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui berbagai upaya yang

15
terintegrasi dan lengkap tetapi dengan intervensi yang seminimal
mungkin agar prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga
pada tingkat yang di inginkan atau optimal dengan pendekatan seperti
di ini, bahwa: “ Setiap intervensi yang akan di aplikasikan dalam
asuhan persalinan normal harus mempunyai alasan dan bukti ilmiah
yang kuat tentang manfaat tersebut bagi kemajuan dan keberhasilan
proses persalinan “ (Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal JNPK-
KR DEPKES RI 2008).
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan
Menurut Manuaba (2007), faktor-faktor yang mempengaruhi
persalinan yaitu:
a. Power
His (kontraksi ritmis otot polos uterus) adalah kekuatan mengejan
ibu keadaan kardiovaskuler respirasi metabolik ibu. Kontraksi uterus
berirama teratur dan involunter serta mengikuti pola yang berulang.
Setiap kontraksi uterus memiliki tiga fase yaitu: increment (ketika
intensitasnya terbentuk), acme (puncak atau maksimum), decement
(ketika relaksasi).
Kontraksi uterus terjadi karena adanya penimbunan dan pengikatan
kalsium pada Retikulum Endoplasma (RE) yang bergantung pada
AdenoTriphospat (ATP) dan sebaliknya E2 dan F2 mencegah
penimbunan dan peningkatan oleh ATP pada RE, RE membebaskan
kalsium ke dalam intra selular dan menyebabkan kontraksi miofibril.
Setelah miofibril berkontraksi, kalsium kembali lagi ke RE sehingga
kadar kalsium intraselular akan berkurang dan menyebabkan relaksasi
miofibril.
Peregangan serviks oleh kepala janin akhirnya menjadi cukup kuat
untuk menimbulkan daya kontraksi korpus uteri dan akan mendorong
janin maju sampai janin dikeluarkan. Kontraksi uterus bersifat otonom
artinya tidak dapat dikendalikan oleh parturien, sedangkan saraf simpatis
dan parasimpatis hanya bersifat koordinatif (Wiknjosastro, 2010).

16
b. Passage
Passage adalah keadaan jalan lahir, jalan lahir mempunyai
kedudukan penting dalam proses persalinan untuk mencapai kelahiran
bayi. Evaluasi jalan lahir merupakan salah satu faktor yang menentukan
apakah persalinan dapat berlangsung pervaginam atau sectio sesaria.
Pada jalan lahir tulang dengan panggul ukuran normal apapun jenis
pokoknya kelahiran pervaginam janin dengan berat badan yang normal
tidak akan mengalami kesukaran, akan tetapi karena pengaruh gizi,
lingkungan atau hal-hal lain. Ukuran panggul dapat menjadi lebih kecil
dari pada standar normal, sehingga biasa terjadi kesulitan dalam
persalinan pervaginam.
c. Passanger
Passager adalah janinnya sendiri, bagian yang paling besar dan
keras pada janin adalah kepala janin, posisi dan besar kepala dapat
mempengaruhi jalan persalinan, kepala janin ini pula yang paling banyak
mengalami cedera pada persalinan, sehingga dapat membahayakan hidup
dan kehidupan janin kelak, hidup sempurna, cacat atau akhirnya
meninggal. Biasanya apabila kepala janin sudah lahir, maka bagian-
bagian lain dengan mudah menyusul kemudian.
d. Psikologis Respon

Perasaan positif berupa kelegaan hati, seolah-olah pada saat itulah


benar benar terjadi realitas “kewanitaan sejati” yaitu munculnya rasa
bangga biasa melahirkan atau memproduksi anaknya. Mereka seolah-
olah mendapatkan kepastian bahwa kehamilan yang semula dianggap
sebagai suatu “keadaan yang belum pasti“ sekarang menjadihal yang
nyata. Psikologis meliputi : Melibatkan psikologis ibu, emosi dan
persiapan intelektual, pengalaman bayi sebelumnya, kebiasaan adat,
dukungan dari orang terdekat pada kehidupan ibu.
d. Penolong

17
Peran dari penolong persalinan dalam hal ini adalah mengantisipasi
dan menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan janin.
Proses tergantung dari kemampuan skill dan kesiapan penolong dalam
menghadapi proses persalinan.
3. Tanda-Tanda Persalinan
a. His teratur minimal 2 kali dalam 10 menit
b. Keluar lendir bercampur darah “bloody show” melalui vagina
4. Asuhan Kebidanan Pada Persalinan
Pengertian asuhan persalinan normal (APN) adalah asuhan yang
bersih dan aman dari setiap tahapan persalinan yaitu mulai dari kala satu
sampai dengan kala empat dan upaya pencegahan komplikasi terutama
perdarahan pasca persalinan, hipotermi serta asfiksia pada bayi baru lahir
(JNPK-KR, 2013)
Pertolongan persalinan, tenaga kesehatan di tuntut untuk mampu
memberikan asuhan persalinan dalam upaya mencapai pertolongan
persalinan yang bersih dan aman dengan memperhatikan aspek sayang ibu
dan sayang bayi.
Menurut JNPK-KR (2013), asuhan persalinan normal memiliki tujuan
yaitu mengupayakan kelangsungan hidup dan memberikan derajat kesehatan
yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui berbagai upaya yang terintegrasi
dan lengkap serta dengan intervensi yang minimal sehingga prinsip
keamanan dan kualitas pelayanan tetap terjaga pada tingkat yang optimal.
Menurut Astuti (2012), dalam asuhan persalinan normal mengalami
pergeseran paradigma dari menunggu terjadinya dan menangani komplikasi,
menjadi pencegahan komplikasi. Beberapa contoh yang menunjukkan
adanya pergeseran paradigma tersebut adalah:
1. Mencegah perdarahan pasca persalinan yang disebabkan oleh atonia uteri
(tidak adanya kontraksi uterus)
1) Pencegahan perdarahan pascapersalinan dilakukan pada tahap paling
dini

18
2) Setiap pertolongan persalinan harus menerapkan upaya pencegahan
perdarahan pascapersalinan diantaranya: manipulasi minimal proses
persalinan, penatalaksanaan aktif kala III dan pengamatan dengan
seksama terhadap kontraksi uterus pascapersalinan.
3) Upaya rujukan obstetrik dimulai dari pengenalan dini terhadap
persalinan patologis dan dilakukan saat ibu masih dalam kondisi yang
optimal.
2. Laserasi (robekan jalan lahir)/Episiotomi (tindakan memperlebar jalan
lahir dengan menggunting perineum)
1) Dengan paradigma pencegahan, episiotomi tidak lagi dilakukan secara
rutin.
2) Dilakukan perasat khusus yaitu penolong persalinan akan mengatur
ekspulsi kepala, bahu dan seluruh tubuh bayi untuk mencegah laserasi
atau hanya terjadi robekan minimal pada perineum.
Asuhan persalinan normal untuk mencegah partus lama dengan
mengandalkan partograf untuk memantau kondisi ibu dan janin serta
kemajuan proses persalinan
1) Dukungan suami atau kerabat diharapkan dapat memberikan rasa
tenang dan aman selama proses persalinan berlangsung.
2) Pendampingan diharapkan dapat mendukung kelancaran proses
persalinan, menjalin kebersamaan, berbagi tanggung jawab antara
penolong dan keluarga klien
Dengan pendekatan seperti ini, berarti bahwa keterampilan yang
diajarkan dalam pelatihan asuhan persalinan normal harus merupakan
dasar dalam melakukan asuhan kepada semua ibu selama proses
persalinan dan setelah bayi lahir, yang harus mampu dilakukan oleh
setiap penolong persalinan di manapun peristiwa tersebut terjadi.
(Depkes, 2004).

C. Nifas
1. Pengertian Nifas

19
Masa nifas adalah masa yang dimulai setelah kelahiran plasenta dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.
Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu. (Saifuddin,2006).
2. Tahapan Masa Nifas
Adapun tahapan masa nifas adalah :
a. Puerperium dini : Masa pemulihan, yakni saat-saat ibu diperbolehkan
berdiri dan berjalan-jalan.
b. Puerperium intermedial : Masa pemulihan menyeluruh dari organ – organ
genital, kira-kira antara 6-8 minggu.
c. Remote puerperium : Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama apabila ibu selama hamil atau bersalin mempunyai
komplikasi.
Sebagai catatan, waktu untuk sehat sempurna bisa cepat bila kondisi
sehat prima, atau bisa juga berminggu-minggu, bulanan, bahkan tahunan,
bila ada gangguan-gangguan kesehatan lainnya (Suherni, 2008).
3. Perubahan Fisiologis Pada Masa Nifas
Perubahan fisiologisl pada masa nifas meliputi :
a. Involusi uterus
Involusi uterus adalah perubahan yang merupakan proses kembalinya
alat kandungan atau uterus dan jalan lahir setelah bayi dilahirkan
sehingga mencapai keadaan sebelum hamil
b. Uterus
Setelah persalinan, tempat plasenta merupakan tempat dengan
permukaan kasar, tidak rata dan kira-kira sebesar telapak tangan. Dengan
cepat luka ini mengecil, pada akhir minggu ke-2 hanya sebesar 3-4 cm
dan akhir nifas 1-2cm. Dengan ini besarnya uterus setelah melahirkan
dapat diketahui dari kontraksi uterus yang baik dan tingginya fundus
(Panduan Asuhan Nifas dan Evidance Based Practice, 2012).
3. Pembuluh darah
Dalam kehamilan, uterus mempunyai banyak pembuluh-pembuluh darah
yang besar, tetapi karena setelah persalinan tidak diperlukan lagi

20
peredaran darah yang banyak, maka arteri harus mengecil kembali dalam
masa nifas.
d. Serviks
Serviks mengalami involusi bersama sama dengan uterus. Warna
serviks sendiri merah kehitam hitaman, karena penuh pembuluh darah.
Konsistensinya lunak, kadang kadang terdapat laserasi atau perlukaan
kecil.
Bentuknya seperti corong karena disebabkan oleh korpus uteri yang
mengadakan kontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi sehingga
pada perbatasan antara korpus uteri dan serviks terbentuk cincin. Muara
serviks yang berdilatasi 10 cm pada waktu persalinan, menutup secara
bertahap.
Setelah bayi lahir, tangan masih bisa masuk rongga rahim, setelah 2
jam dapat dimasukkan 2-3 jari, pada minggu ke 6 postpartum serviks
menutup (Ambarwati,2009)
e. Vulva dan vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat
besar selama proses persalinan dan akan kembali secara bertahap dalam 6
sampai 8 minggu postpartum. Penurunan hormon estrogen pada masa
postpartum berperan dalam penipisan mukosa vagina (Ambarwati, 2009).
f. Saluran kencing
Kandung kencing dalam puerperium kurang sensitive dan kapasitasnya
bertambah, sehingga kandung kencing penuh atau sesudah kencing masih
tinggal urin residual. Sisa urin ini dan trauma pada dinding kandung
kencing waktu persalinan memudahkan terjadinya infeksi. Dilatasi ureter
dan pyelum, normal kembali dalam waktu 2 minggu.
g. Lochea
Lochea adalah cairan yang dikeluarkan dari uterus dan luka jalan lahir
dari vagina dalam masa nifas. Akibat involusi uteri lapisan luar desidua
yang mengelilingi situs plasenta akan menjadi nekrotik. Desidua yang
mati akan keluar bersaa dengan sisa cairan. Dalam keadaan normal

21
lochea berbau amis berasal dari bekas melekatnya plasenta. (Panduan
Asuhan Nifas dan Evidance Based Practice, 2012).
Macam-macam lochea :
1) Lochea rubra (Cruenta)
Terdiri dari sel desidua, verniks caseosa, rambut lanugo dan
meconium. Berwarna merah, keluar pada hari ke-1 sampai hari ke-2
postpartum.
2) Lochea sanguinolenta
Pada hari ke-3 sampai hari ke-7 postpartum, berwarna kekuning
kuningan berisi darah bercampur lendir.
3) Lochea serosa
Pada hari ke-7 sampai hari ke-14 berwarna kekuningan. Terdiri dari
leukosit.
4) Lochea alba
Keluar pada 2 minggu postpartum, berwarna putih. Mengandung
leukosit, selaput lendir serviks.
5) Lochea purulenta
Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah, dan berbau.
4. Perubahan Psikologis Pada Masa Nifas
Proses adaptasi psikologi pada seorang ibu sudah dimulai sejak hamil.
Wanita hamil akan mengalami perubahan psikologis yang nyata sehingga
memerlukan adaptasi. Perubahan mood seperti sering menangis, lekas
marah, dan sering sedih atau cepat berubah menjadi senang merupakan
manifestasi dari emosi yang labil. Proses adaptasi berbeda-beda antara satu
ibu dengan ibu yang lain. Perubahan peran seorang ibu memerlukan
adaptasi yang harus dijalani. Tanggung jawab bertambah dengan hadirnya
bayi yang baru lahir. Dorongan serta perhatian anggota keluarga lainnya
merupakan dukungan positif untuk ibu. Dalam menjalani adaptasi setelah
melahirkan, ibu akan mengalami fase-fase sebagai berikut:
a. Fase taking in

22
Fase taking in yaitu periode ketergantungan. Periode ini
berlangsung dari hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan.
Pada fase ini, ibu sedang berfokus terutama pada dirinya sendiri. Ibu
akan berulang kali menceritakan proses persalinan yang dialaminya dari
awal sampai akhir. Ibu perlu bicara tentang dirinya sendiri.
Ketidaknyamanan fisik yang dialami ibu pada fase ini seperti rasa
mules, nyeri pada jahitan, kurang tidur dan kelelahan merupakan sesuatu
yang tidak dapat dihindari. Hal tersebut membuat ibu perlu cukup
istirahat untuk mencegah gangguan psikologis yang mungkin dialami,
seperti mudah tersinggung, menangis. Hal ini membuat ibu cenderung
menjadi pasif. Pada fase ini petugas kesehatan harus menggunakan
pendekatan yang empatik agar ibu dapat melewati fase ini dengan baik.
b. Fase taking hold
Fase taking hold yaitu periode yang berlangsung 3-10 hari setelah
melahirkan. Pada fase ini ibu timbul rasa khawatir akan ketidak
mampuan dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Ibu
mempunyai perasaan sangat sensitif sehingga mudah tersinggung dan
gampang marah. Kita perlu berhati-hati menjaga komunikasi dengan ibu.
Dukungan moril sangat diperlukan untuk menumbuhkan
kepercayaan diri ibu. Bagi petugas kesehatan pada fase ini merupakan
kesempatan yang baik untuk memberikan berbagai penyuluhan dan
pendidikan kesehatan yang diperlukan ibu nifas. Tugas kita adalah
mengajarkan cara merawat bayi, cara menyusu yang benar, cara merawat
luka jahitan, senam nifas, memberikan pendidikan kesehatan yang
dibutuhkan ibu seperti gizi, istirahat, kebersihan diri dan lain-lain.
c. Fase letting go
Fase letting go yaitu periode menerima tanggung jawab akan peran
barunya. Fase ini berlangsung sepuluh hari setelah melahirkan. Ibu sudah
mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya. Ibu memahami
bahwa bayi butuh disusui sehingga siap terjaga untuk memenuhi
kebutuhan bayinya. Keinginan untuk merawat diri dan bayinya sudah

23
meningkat pada fase ini. Ibu akan lebih percaya diri dalam menjalani
peran barunya. Pendidikan kesehatan yang kita berikan pada fase
sebelumnya akan sangat berguna bagi ibu. Ibu lebih mandiri dalam
memenuhi kebutuhan diri dan bayinya.
Dukungan suami dan keluarga masih terus diperlukan oleh ibu.
Suami dan keluarga dapat membantu merawat bayi, mengerjakan urusan
rumah tangga sehingga ibu tidak telalu terbebani. Ibu memerlukan
istirahat yang cukup, sehingga mendapatkan kondisi fisik yang bagus
untuk dapat merawat bayinya.
D. Menyusui
Menyusui adalah cara yang optimal dalam memberikan nutrisi dan
mengasuh bayi, dengan penambahan makanan pelengkap pada paruh kedua
tahun pertama, kebutuhan nutrisi, imunologi, dan psikososial dapat terpenuhi
hingga tahun kedua dan tahun tahun berikutnya (Varney, 2003).
UNICEF (2013) mewartakan bahwa menyusui merupakan penyelamat
hidup anak yang paling murah dan efektif dalam sejarah kesehatan manusia.
Yang diharapkan adalah minimal enam bulan ibu menyusui anaknya, sedapat
mungkin secara eksklusif (enam bulan tanpa ada pemberian cairan/asupan lain
selain ASI).
Banyak ibu yang beranggapan bahwa menyusui merupakan aktivitas
alami, sehingga tidak memerlukan persiapan atau perawatan khusus. Hal ini
tidak sepenuhnya benar terutama bagi ibu yang menyadari bahwa air susu
sangat penting dan utama bagi bayi (Prasetyono, 2009).

1. Persiapan Menyusui
Tubuh ibu bersiap untuk menyusui pada awal kehamilan, dan
payudara pun mulai berkembang. Tubuh ibu mengumpulkan persediaan
energi dan nutrisi lainya untuk membantu memproduksi ASI. Kapanpun
bayi lahir, ASI tetap mengandung kolostrum (Prasetyono, 2009).
Laktasi merupakan proses yang sangat efisien. Selama laktasi,
metabolism ibu sedikit melambat untuk menghasilkan energi yang diperoleh

24
dari makanan. Persediaan ASI tergantung pada kebutuhan bayi. Ketika bayi
tumbuh dan berkembang, maka ibu akan memproduksi lebih banyak ASI.
Laktasi adalah cara yang tidak ada bandingannya dalam memberikan
makanan yang ideal bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi yang sehat;
hal itu juga merupakan bagian integral dari proses reproduktif dengan
berbagai dampak yang penting bagi kesehatan kaum ibu. Berbagai bukti
yang ada menunjukkan bahwa pemberian ASI secara eksklusif selama 6
bulan adalah cara optimum dalam menyediakan pangan bagi para bayi.
Sesudahnya para bayi harus mendapatkan makanan pelengkap dengan
menggabungkannya dengan pemberian ASI yang berlanjut hingga usia 2
tahun atau lebih.
IDAI (2009) memaparkan bahwa dalam proses menyusui, diperlukan
manajemen diri ibu yang kuat dengan fokus pada diri dan pada anak. Ia
memerlukan kekuatan untuk mencapai tujuan yaitu kesejahteraan diri, anak,
dan keluarga.
2. Teknik Menyusui
Bayi menghisap secara alamiah, akan tetapi pada awalnya mungkin
dia mengalami kesulitan menemukan puting susu ibunya. Cara menolong
paling mudah adalah dengan menempelkan pipinya ke payudara. Lalu
masukkan putting ke mulut bayi. Ibu dapat melancarkan aliran air susu
dengan cara menekan nekan areola. Untuk menghentikan hisapan,
masukkan sebuah jari di sudut mulutnya atau dorong dagunya ke bawah
perlahan lahan dengan ibu jari dan jari telunjuk. Pindahkan bayi ke
payudara yang satunya lagi sampai selesai menyusui. Dengan demikian,
bayi menerima air susu dengan volume yang sama dari setiap payudara
setiap hari. Ibu pun terhindar dari pembekakan payudara akibat terlalu
penuh dengan air susu (Kristiyansari, 2009).
3. Posisi Menyusui
Ada banyak cara untuk memposisikan diri dan bayi selama proses
menyusui berlangsung. Sebagian ibu memilih menyusui dalam keadaan
berbaring miring, sambil merangkul bayinya. Sebagian lagi melakukanya

25
sambil duduk di kursi dengan punggung diganjal bantal dan kaki di atas
bangku kecil. Seorang ibu sebaiknya memposisikan diri dan bayinya
sedemikian rupa agar kenyamanan menyusui dapat tercapai (Kristiyansari,
2009)
a. Posisi ibu duduk :
1) Ibu duduk tegak dengan punggung lurus dan pangkuan rata, serta kaki
dipijakkan ke tanah secara rata.
2) Ibu bisa menggunakan bantal atau kantong pangkuan untuk
menyangga berat badan bayi dan agar bayi sejajar dengan payudara
ibu.
3) Ibu menggendong bayi menggunakan lengan kanan bila menyusui
dengan payudara kiri. Demikian pula sebaliknya. Pada posisi ini,
kepala, leher, dan punggung bayi dalam keadaan lurus dan dengan
kepala agak terangkat ke belakang.
4) Ibu membuat pangkal leher dan kepala bayi leluasa bergerak ke
belakang saat bayi menengadah.
5) Ibu mengangkat bayi agar hidungnya sejajar dengan putting payudara.
6) Ibu menyentuh mulut bayi pada payudara dengan lembut. Sebaliknya,
ibu menunggu bayi dalam beberapa waktu hingga ia membuka lebar
mulutnya, misalnya saat ia menguap.
7) Ketika mulut bayi membuka lebar, segera mengarahkan mulut bayi ke
payudara.
8) Bila bayi telah dapat menyusu dengan baik, ibu bias memindahkan
bayi ke lengan sebelah (Prasetyono, 2009).
b. Posisi ibu tidur miring
Posisi ibu menyusui dengan tidur miring dinilai kurang tepat
karena posisi payudara diatas kepala bayi, sehingga mulut bayi sukar
mencapai puting payudara ibu. Jika ibu menyukai posisi miring,
hendaknya ibu mengusahakan agar putting payudaranya sejajar mulut
bayi, sehingga mulut bayi dapat lebih mudah mencapai puting

26
payudaranya, dan bayi pun lebih leluasa menghisapnya (Prasetyono,
2009).
c. Cara menyusui yang benar
Sebelum menyusui ASI dikeluarkan sedikit, kemudian dioleskan
pada putting dan disekitar kelang payudara. Cara ini mempunyai
mempunyai manfaat sebagai disinfektan dan menjaga kelembaban puting
susu.
1) Bayi diletakkan menghadap perut ibu atau payudara.
2) Ibu duduk dengan santai, bila duduk lebih baik gunakan kursi yang
rendah agar kaki ibu menggantung dan punggung ibu bersandar pada
sandaran kursi.
3) Bayi dipegang pada belakang bahunya dengan satu lengan, kepala
bayi terletak pada lengkuk siku ibu.
4) Satu tangan bayi diletakkan di belakang badan ibu dan satunya di
depan.
5) Perut bayi menempel pada badan ibu, kepala bayi menghadap
payudara.
6) Telinga dan lengan bayi teletak pada satu garis lurus.
7) Ibu menatap bayi dengan penuh kasih sayang.
8) Payudara dipegang dengan ibu jari diatas dan jari yang lain menopang
di bawah, jangan menekan puting susu.
9) Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut. Setelah bayi membuka
mulut, segera kepala bayi di dekatkan ke payudaraibu serta areola
payudara dimasukkan ke mulut bayi (Kristiyansari, 2009).

27
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. ASUHAN KEBIDANAN MASA KEHAMILAN


Hari, Tanggal Pengkajian : Senin/25 November 2019
Waktu Pengkajian : Pukul 09:00 WIB
Tempat Pengkajian : PMB “Y”
Pengkaji : Maria Jeufrasia Anis

a. Data Subjektif
1) Identitas
Nama Ny. A Tn. G
Usia 23 Tahun 24 Tahun
Suku Jawa Jawa
Agama Islam Islam
Pendidikan SMA SMA
Pekerjaan Karyawan Karyawan
swasta Swasta
Golongan Darah - -
Alamat Sirngalih 1/ 1 Cibabat

2) Status Kesehatan
a) Keluhan
Ibu mengatakan pusing, nyeri bagian pinggang, dan sering buang
air kecil.

3) Riwayat Kehamilan sekarang


a) HPHT : 13-03-2019
b) Tafsiran Persalinan : 20-12-2019
Umur Kehamilan : 36 Minggu 4 hari
c) Pergerakan Janin
Ibu mengatakan gerakan janin pertamakali dirasakan pada usia
kehamilan 4 bulan, pergerakan janin sering dirasakan oleh ibu.

28
d) Obat yang dikonsumsi
Ibu mengatakan selama hamil hanya mengkonsumsi vitamin yang
diberikan oleh bidan, zat besi (fe) 1x1.
e) Kunjungan ANC
Ibu mengatakan sudah 5 kali kunjungan di bidan
f) Status Imunisasi TT
TT1 : Diberikan pada ibu sebelum menikah
TT2 : Diberikan pada usia kehamilan 4 bulan
g) Keluhan yang sering dirsakan
Trimester I : pusing, mual muntah, Nafsu makan kurang,
Trimester II : Sulit tidur
Trimester III : Pusing, nyeri pinggang, sering BAK
4) Riwayat Kehamilan yang lalu :
Ibu mengatakan ini adalah kehamilan yang pertama dan belum pernah
keguguran.
5) Riwayat Penyakit
a) Penyakit yang pernah atau sedang diderita
Ibu mengatakan bahwa ibu tidak mempunyai riwayat penyakit
seperti TBC, Hepatitis.
b) Penyakit keluarga atau keturunan
Ibu mengatakan bahwa ibu tidak mempunyai riwayat penyakit
keturunan seperti Jantung, DM, Hipertensi, dan Asma.
6) Riwayat Psikososial
a) Status Pernikahan
1. Suami
Suami mengatakan bahwa ini pernikahan pertamanya, pada saat
usia 23 tahun. Lama pernikahan sudah berlangsung 1,5 tahun.
2. Istri
Ibu mengatakan bahwa ini pernikahan pertamanya, pada saat
usia 22 tahun. Lama pernikahan sudah berlangsung 1,5 tahun.
b) Respon keluarga dan klien terhadap kehamilan

29
Keluarga, ibu, dan suami merasa sangat senang dan gembira atas
kehamilannya.
c) Pengambil keputusan : suami
7) Riwayat Kontrasepsi
Ibu mengatakan sebelumnya belum pernah menggunakan kontrasepsi
apapun.
8) Pola Aktivitas Sehari-hari
Table 3.3 Pola Aktifitas Sehari – hari
No Pola Aktivitas Sebelum Hamil Saat Hamil
1 Pola nutrisi :
a. Makan
Frekunsi 3 kali / hari 1 porsi ± 3 kali / hari 1 porsi Nasi,
Jenis makanan Nasi, lauk pauk, lauk pauk, sayuran, kadang
sayuran, kadang - - kadang makan buah -
kadang makan buah - buahan
buahan

Pantangan Tidak ada Tidak ada


b. Minum
Jenis minuman Air putih ± 6-7 gelas / Air putih ± 7-8 gelas / hari,
Frekuensi hari, air teh 1 gelas / susu ± 1 gelas / hari
hari
Pantangan Tidak ada Tidak ada
2 Pola eliminasi:
a. BAK
Frekuensi Warna ±3 – 4 kali / hari ±7-8 kali / hari
b. BAB
Frekuensi ±1 kali / hari ±1 kali / hari

3 Pola istirahat dan tidur


a. Tidur siang 1 jam 1jam
b. Tidur malam 8 jam 5 – 6 jam

30
4 Pola aktivitas Semua pekerjaan Pekerjaan rumah tangga
rumah tangga
5 Pola hygiene
a. Mandi 1 kali / hari 1 kali / hari
b. Keramas 3-4 kali / minggu 3-4 kali / minggu
c. Gosok gigi 2 kali /hari 2-3 kali / hari
d. Perawatan vulva Setelah mandi, BAK, Setelah mandi, BAK, BAB
BAB memakai sabun memakai sabun
e. Perawatan Saat mandi Sebelum mandi
payudara menggunakan sabun menggunakan baby oil.
mandi

b. Data Objektif
1) Pemeriksaan Umum
a) Keadaan Umum : Baik
b) Kesadaran : Composmentis
c) Tanda – tanda Vital
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 80 × per menit
Pernapasan : 20 × per menit
Suhu : 36,8 ° C
d) Tinggi Badan : 154 cm
e) Berat Badan sebelum hamil : 54 Kg
f) Berat Badan saat ini : 62 Kg
g) Kenaikan BB selama Hamil : 8 Kg
h) IMT : 23,47
2) Pemeriksaan Fisik
a) Kepala
Muka : tidak pucat, dan tidak ada oedema
Mata : simetris kiri dan kanan
Konjungtiva : merah muda
Sklera : putih.

31
Mulut : lembab, tidak pucat
b) Leher
Kelenjar Tyroid : Tidak ada pembengkakan
Kelenjar Getah Bening : Tidak ada pembesaran
c) Payudara
Kebersihan : Bersih
Bentuk : Simetris Kiri dan Kanan
Putting Susu : Ada, Menonjol Kiri dan Kanan
Benjolan : Tidak Ada
Rasa Nyeri : Tidak Ada
Pengeluaran : Belum ada pengeluaran kolostrum dari
payudara kiri dan kanan
d) Abdomen
1. Inspeksi
Bekas Luka : Tidak Ada
Striae Gravidarum : Ada
Linea Nigra : Ada
2. Palpasi
TFU : 24 cm
Leopold I : Setinggi possesus xipoideus, pada bagian
fundus teraba bulat, lunak, dan tidak
melenting (bokong)
Leopold II : Dibagian sisi kanan ibu teraba keras,
Panjang, datar (punggung) dan di bagian
sisi kiri ibu teraba bagian-bagian terkecil
janin (ekstremitas )
Leopold III : Bagian bawah perut ibu teraba bundar,
keras, melenting (Kepala)
Leopold IV : Sebagian kecil sudah masuk PAP
(Convergen)
Perlimaan : 4/5

32
3. Auskultasi
DJJ : 142x/menit terdengar jelas dan teratur
e) Ekstremitas
1. Ekstremitas Atas
Lingkar lengan Atas : 25 cm
Oedema : Tidak Ada Oedema
2. Ekstremitas Bawah
Oedema : Tidak Ada Oedema
Varices : Tidak Ada Varices

c. Analisa
G1P0A0 Usia Kehamilan 36 Minggu 4 hari janin hidup tunggal keadaan
ibu dan janin baik.

d. Penatalaksanaan
Tanggal : 25 November 2019 pukul : 09.20 WIB
1. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa ibu dan janin
dalam keadaan baik.
Evaluasi : ibu mengetahui hal tersebut.
2. Memberitahu kepada ibu usia kehamilan ibu dan tafsiran persalinan.
Usia kehamilan ibu saat ini adalah 36 Minggu 4 hari dan tafsiran
persalinannya adalah 20 Desember 2019
Evaluasi : ibu mengetahui usia kehamilannya dan tafsiran
persalinannya.
3. Memberikan KIE kepada ibu mengenai ketidaknyamanan usia
kehamilan Trimester III seperti nyeri pinggang, cara mengatasinya
dengan mengompresnya menggunakan botol yang berisi air hangat.
Kemudian memberitahu ibu bahwa sering BAK itu merupakan
kejadian fisiologis normal yang terjadi pada ibu hamil trimester III
karena adanya penekanan janin ke kandung kemih yang
mengakibatkan ibu sering BAK.

33
Evaluasi : ibu mengerti dengan apa yang dijelaskan.
4. Memberitahu kepada ibu untuk tetap mengkonsumsi tablet vitamin
dan fe yang telah diberikan dari bidan dengan rutin untuk persiapan
persalinan agar tidak terjadi pendarahan serta mencegah terjadinya
anemia.
Evaluasi : ibu mau melakukan anjuran dari bidan.
5. Memberitahu ibu untuk tetap memenuhi kebutuhan nutrisinya dengan
gizi seimbang dan asupan cairan yaitu minum air putih yang banyak.
Evaluasi : ibu dapat mengerti dan akan melakukanya
6. Mengingatkan kembali ibu untuk melakukan perawatan payudara
secara rutin dengan cara membersihkan putting dan aerola ibu dengan
baby oil.
Evaluasi : Ibu mengerti dan akan melakukannya
7. Memberitahu ibu untuk mempersiapkan penolong persalinan dan
tempat persalinan.
Evaluasi : ibu akan melahirkan di bidan.
8. Menanyakan kepada ibu pendamping pada saat proses persalinan
Evaluasi : saat proses persalinan ibu akan didampingi oleh suami
9. Membritahu ibu untuk melakukan kunjungan ulang pada tanggal 02
Desember atau satu minggu yang akan datang
Evaluasi: ibu mengerti dan akan melakukan kunjungan ulang pada
tanggal yang sudah ditentukan bidan
10. Melakukan pendokumentasian asuhan yang diberikan.
Evaluasi : pendokumentasian telah dilakukan

B. ASUHAN KEBIDANAN MASA PERSALINAN


1. Asuhan Kebidanan Masa Persalinan Kala I
Hari, tanggal Masuk : Selasa, 10 Desember 2019
Waktu Pengkajian : Pukul 09:00 WIB
Tempat Pengkajian : PMB “Y”
Pengkaji : Maria Jeufrasia Anis

34
Data Subjektif
1) Alasan Kunjungan
Ibu mengeluh sudah merasakan mulas-mulas sejak pukul 03.00 WIB,
keluar lendir bercampur darah, dan mules menjadi lebih sering
menjalar ke pinggang sampai kebagian perut sejak tanggal 10
Desember 2019
2) Riwayat Istirahat Terakhir
Ibu mengatakan semalam tidur kurang nyenyak kurang lebih 4 jam
3) Riwayat Makan Terakhir
Makan terakhir dengan setengah porsi nasi, ayam dan sayur pada jam
07.00 WIB dan ibu juga mengatakan minum terakhir pukul 08.10
WIB.
4) Riwayat Eliminasi
Ibu terakhir buang air kecil jam 08.00 WIB, warna air kencing kuning
jernih dan buang air besar pukul 05.00 WIB konsistensi lembek.
a. Data Objektif
1) Pemeriksaan Umum
a) Keadaan Umum : Baik
b) Kesadaran : Composmentis
c) Tanda – tanda Vital
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 76 × per menit
Pernapasan : 20 × per menit
Suhu : 36,5 ° C
2) Pemeriksaan Fisik
a) Kepala
Muka : Tidak pucat, dan tidak ada oedema
Mata : Simetris kiri dan kanan
Konjungtiva : Merah muda
Sklera : Putih.
Mulut : Lembab, tidak pucat

35
b) Leher
Kelenjar Tyroid : Tidak ada pembengkakan
Kelenjar Getah Bening : Tidak ada Pembesaran
c) Payudara
Kebersihan : Bersih
Bentuk : Simetris Kiri dan Kanan
Rasa Nyeri : Tidak Ada
Benjolan : Tidak Ada
Putting Susu : Ada, Menonjol Kiri dan Kanan
Pengeluaran : Sudah ada pengeluaran kolostrum dari
payudara kiri dan kanan
d) Abdomen
1. Inspeksi
Bekas Luka : Tidak Ada
Striae Gravidarum : Ada
Linea Nigra : Ada
2. Palpasi
TFU : 26 cm
Leopold I : Di bagian fundus teraba bulat, lunak, dan
tidak melenting (bokong)
Leopold II : Dibagian sisi kanan ibu teraba keras,
panjang, dan datar (punggung) dan dibagian
sisi kiri ibu teraba bagian kecil
(ekstremitas)
Leopold III : Bagian bawah perut ibu teraba bundar,
keras, melenting, dan sudah tidak bisa
digoyangkan (kepala)
Leopold IV : Divergent
Perlimaan : 2/5
TBBJ : (TFU – 11 ) x 155
(26 – 11 ) x 155 = 2.500 gram

36
Kontraksi: 4x dalam 10 menit lamanya 40 detik
3. Auskultasi
DJJ : 144x/menit terdengar jelas dan teratur.
e) Ekstremitas
1. Ekstremitas Atas
Oedema : Tidak Ada Oedema
2. Ekstremitas Bawah
Oedema : Tidak Ada Oedema
Varices : Tidak Ada Varices
f) Genetalia
1. Vulva/Vagina
Keadaan : Baik
Oedema :Tidak Ada Oedema
Varices :Tidak Ada Varices
Pengeluaran Vagina : Lendir Bercampur Darah
Kelenjar Bartholini : Tidak ada pembengkakan dan rasa
nyeri
Kelenjar skene : Tidak ada pengeluaran
2. Pemeriksaan Dalam
Vagina : Teraba licin
Portio : Tipis lunak
Pembukaan : 8 cm
Ketuban : Utuh
Penurunan : Hodge III
Denominator : Ubun ubun kecil kanan depan
Presentase : Belakang Kepala
Bagian Menumbung : Tidak ada
Molase : Tidak ada (0)

b. Analisa

37
G1P0A0 parturient aterm kala I fase aktif janin hidup tunggal, presentase
belakang kepala keadaan ibu dan janin baik.

c. Penatalaksanaan
Tanggal : 10 Desember 2019 Pukul : 09:10
1. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu dan suami
Evaluasi : ibu dan suami mengetahui hasil pemeriksaan
2. Memenuhi kebutuhan makan dan minum ibu
Evaluasi : ibu mengerti
3. Menyarankan ibu untuk tidur miring kiri agar mempercepat penurunan
kepala janin
Evaluasi : ibu mengerti dan melakukannya
4. Mengajarkan ibu relaksasi seperti mengatur nafas dalam
Evaluasi : ibu mengerti dan mengaplikasikannya pada saat ada
kontraksi
5. Menganjurkan ibu istirahat diantara kontraksi dan menganjurkan
makan dan minum untuk tetap mempertahankan pemenuhan nutrisi,
agar pada saat melahirkan ibu kuat untuk mengedan.
Evaluasi : ibu minum air teh manis kurang lebih 1 gelas
6. Memberikan motivasi pada ibu agar tidak cemas menghadapi
persalinan
Evaluasi : Ibu sedikit merasa tenang
7. Memberitahu ibu untuk tidak mengedan sebelum pembukaan lengkap.
Evaluasi : ibu mengerti
8. Observasi TTV, His, DJJ, dan pemeriksaan dalam
Evaluasi : ibu mengerti bahwa akan diobservasi DJJ, Nadi, His, dalam
waktu 30 menit sekali dan Tekanan Darah, Suhu, Pemeriksaan dalam
setiap 4 jam sekali.
9. Menyiapkan peralatan, perlengkapan dan obat-obatan essensial yang
diperlukan untuk proses persalinan, mematahkan oksitosin dan

38
memasukan kedalam spuit serta menyiapkan pakaian bayi dan pakaian
ibu.
Evaluasi : peralatan sudah disiapkan.

2. Asuhan Kebidanan Masa Persalinan Kala II


Tanggal : 10 Desember 2019 Pukul : 10.30 WIB
a. Data Subjektif
Ibu mengatakan ingin meneran, seperti ada tekanan pada anus dan mulas
menjadi lebih sering menjalar ke pinggang sampai ke perut.
b. Data Objektif
1) Keadaan Umum : Baik
2) Kesadaran : Composmentis
3) Nadi : 80x/menit
4) Kontraksi/His : 5 kali dalam 10 menit lamanya 45 detik
5) DJJ : 145 x/menit
6) Pemeriksaan Dalam
Vagina : Terdapat tanda-tanda gejala persalinan kala
II seperti tekanan pada anus, perineum
menonjol dan vulva membuka.
Portio : Tidak teraba
Pembukaan : 10 cm
Ketuban : Utuh
Penurunan : Hodge III(+)
Denominator : Ubun-ubun kecil depan
Presentasi : Belakang Kepala
Bagian Menumbung : Tidak ada
Molase : Tidak ada (0)

c. Analisa
G1P0A0 Parturient aterm kala II janin hidup tunggal, presentasi kepala,
ibu dan janin dalam keadaan baik.

39
d. Penatalaksanaan
Tanggal : 10 Desember 2019 pukul 10:35 WIB
1. Memberitahu ibu dan suami hasil pemeriksaan bahwa pembukaan
sudah lengkap
Evaluasi : ibu dan suami mengetahui hasil pemeriksaan
2. Mengenali tanda dan gejala kala II
Evaluasi : ibu sudah ada dorongan untuk meneran, dan tekanan pada
anus
3. Memakai celemek, mencuci tangan, dan memakai handscon.
Evaluasi : penolong siap tolong
4. Memberikan cairan infus RL 500 ml dengan tetesan 20 gtt/menit
dikarenakan ibu terlihat lemas.
Evaluasi : sudah dilakukan
5. Menyiapkan posisi meneran yang nyaman untuk ibu
Evaluasi : ibu sudah dalam posisi nyaman
6. Meletakan handuk bersih diperut ibu, meletakan kain bersih yang
dilipat 1/3 dibawah bokong ibu, membuka partus set dan memimpin
ibu untuk meneran.
Evaluasi : sudah dilakukan
7. Melakukan amniotomi, hasilnya ketuban jernih, dan tidak berbau.
Cairan ketuban ± 100 ml.
Evaluasi : sudah dilakukan
8. Melindungi perineum, mengecek lilitan tali pusat, kepala bayi
dipegang secara bipariental, mengarahkan kepala kearah bawah dan
atas, sangga dan susur
Evaluasi : bayi lahir spontan pukul 11.00 WIB langsung menangis,
warna kemerahan, tonus otot aktif, JK : perempuan
9. Mengeringkan tubuh bayi, dan memeriksa uterus untuk memeriksa
apakah ada bayi kedua
Evaluasi : tidak ada bayi kedua

40
3. Asuhan Kebidanan Masa Persalinan Kala III
Tanggal : 10 Desember 2019 Pukul : 11.01 WIB
a. Data Subjektif
Ibu mengatakan masih merasa mulas
b. Data Objektif
1) Pemeriksaan Umum
a) Keadaan Umum : Baik
b) Kesadaran : Composmentis
c) TTV :
Tekanan Darah :110/80
Nadi : 80x/menit
Suhu :36,7
Respirasi : 20x/menit
2) Pemeriksaan Fisik
a) Abdomen
TFU : setinggi pusat
Kontraksi Uterus : Keras
Kandung Kemih : Kosong
b) Genetalia
Tampak darah keluar dari jalan lahir.
c. Analisa
P1A0 Kala III

d. Penatalaksanaan
Tanggal : 10 Desember 2019 Pukul11.01WIB
1. Memberitahu ibu bahwa akan dilakukan tindakan pengeluaran
plasenta
Evaluasi : ibu mengetahui tindakan yang akan dilakukan
2. Memberitahu ibu bahwa ibu akan di suntik oxytosin 10 IU secara IM
di paha luar ibu .

41
Evaluasi : ibu mengetahui akan disuntikan oxysitosin
3. Melakukan pemotongan tali pusat untuk mengeluarkan plasenta
Evaluasi : sudah dilakukan
4. Menerapkan manajement aktif kali III, melakukan PTT
Evaluasi : plasenta lahir pukul 11.05 WIB dengan keadaan lengkap
5. Melakukan Masase uterus selama 15 kali dan melakukan pengecekan
uterus
Evaluasi : kontraksi Uterus Keras
6. Estimasi jumlah pendarahan
Evaluasi : kurang lebih 150ml

4. Asuhan Kebidanan Masa Persalinan Kala IV


Tanggal : 10 Desember 2019 pukul : 11.10 WIB
a. Data Subjektif
Ibu mengatakan masih lemas
b. Data Objektif
1) Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tanda-tanda Vital :
Tekanan Darah : 120/80 mmhg
R : 18xl/menit
N : 82 x/menit
S : 36,2 ° C
2) Pemeriksaan Fisik
a) Abdomen
TFU : 3 Jari dibawah pusat
Kontraksi : Keras
Kandung Kemih : Kosong
b) Genetalia

42
Terdapat robekan pada jalan lahir grade 1 yaitu pada mukosa
vagina dan kulit perineum.
c. Analisa
P1A0 Kala IV
d. Penatalaksanaan
Tanggal : 10 Desember 2019 Pukul : 11.50 WIB
1. Memberitahu ibu bahwa ibu akan dilakukan penjahitan luka perineum
dengan tehnik jelujur pada mukosa vagina dan kulit perineum.
Evaluasi: Sudah dilakukan penjahitan
2. Mengajarkan ibu dan keluarga cara melakukan massase uterus dengan
gerakan melingkar selama 15 detik.
Evaluasi : Ibu dan keluarga mengerti dan melakukannya.
3. Memantau keadaan bayi dan memastikan bayi bernafas dengan baik.
Evaluasi : Bayi tampak nyaman dan RR bayi 40 x/m
4. Membereskan alat, memasukan alat ke air klorin, membersihkan ibu
dari paparan darah dan memastikan ibu dalam keadaan nyaman.
Evaluasi : Alat-alat sudah dibereskan dan ibu tampak nyaman
5. Mengobservasi kala IV tiap satu jam pertama 15 menit dan jam kedua
tiap 30 menit
Evaluasi : hasil terlampir di partograf

C. Asuhan Kebidanan Masa Nifas


1. Asuhan Kebidanan KF 1
Hari, Tanggal Pengkajian : SELASA, 10 Desember 2019
Waktu Pengkajian : Pukul 17.00 WIB
Tempat Pengkajian : PMB “Y”
Pengkaji : Rina Maryani
a. Data Subjektif
1) Keluhan Utama
Ibu mengatakan saat ini kondisinya sudah mulai baik, namun masih
merasakan mulas-mulas.

43
2) Proses Menyusui
Ibu mengatakan sudah dapat menyusui bayinya, ASI sudah keluar
(kolostrum).
3) Pola kebutuhan
a) Nutrisi
Makanan : ibu mengatakan sudah makan nasi, tempe, ayam porsi
Sedang
Minum : ibu mengatakan sudah minum air putih 1 gelas
b) Eliminasi
BAK : Ibu mengatakan sudah 3-4 kali buang air kecil saat
Setelah melahirkan
BAB : Ibu mengatakan belum BAB sejak melahirkan.
4) Riwayat Mobilisasi
Ibu mengatakan 2 jam setelah melahirkan sudah bisa berjalan ke
kamar mandi (dibantu).

b. Data Objektif
1) Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tanda-tanda Vital :
Tekanan Darah : 120/80 mmhg
R : 20 x/menit
N : 80x/menit
S : 36,5°C
b) Kepala
Muka : Tidak pucat, dan tidak ada oedema
Mata : Simetris kiri dan kanan
Konjungtiva : Merah muda
Sklera : Putih.
Mulut : Lembab, tidak pucat

44
c) Payudara
Kebersihan : Bersih
Bentuk : Simetris Kiri dan Kanan
Putting Susu : Ada, Menonjol Kiri dan Kanan
Rasa Nyeri : Tidak Ada
Benjolan : Tidak Ada
Pengeluaran : Ada
d) Abdomen
TFU : 3 jari dibawah pusat
Kontraksi : Keras
Kandung Kemih : Kosong
e) Ekstremitas
Oedema : Tidak Ada
Varices : Tidak Ada
f) Genetalia
Keadaan : Bersih
Vulva/vagina : t.a.k
Oedema : Tidak ada
Varices : Tidak ada
Perineum : Terdapat luka jahitan dan masih basah
Lochea : Ada, warna merah (Loche Rubra) ± 50 cc dan
baunya amis khas darah.
g) Anus
Hemoroid : Tidak Ada

c. Analisa
P1A0 Post Partum 6 jam dengan keadaan Ibu baik

d. Penatalaksanaan
Tanggal : 10 Desember 2019 Pukul :17 .00 WIB

45
1. Memberitahu ibu bahwa keadaan ibu dan bayi dalam keadaan baik
dan melakukan up infus.
Evaluasi : ibu dan suami mengetahui keadaannya dan up infus sudah
dilakukan.
2. Memberitahu ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin minimal
2 jam sekali dan lamanya minimal 1 jam.
Evaluasi : ibu mengerti
3. Memberitahu kepada ibu untuk mengonsumsi semua jenis makanan
tidak ada pantangan, konsumsi makanan yang anyir seperti ikan telur
untuk mempercepat keringnya luka jahitan dan memperbanyak
minum, karena dapat mempengaruhi pengeluaran ASI.
Evaluasi : ibu mengetahui dan akan melakukannya
4. Memberitahu ibu untuk menjaga kebersihan diri terutama daerah
vagina dengan sering mencuci dengan air bersih dan sabun setiap
habis BAK dan BAB, dan sering mengganti celana dalam dan
pembalut minimal 3-4 kali. Tidak boleh membilas vagina dengan air
hangat.
Evaluasi : ibu mengetahui dan akan menjaga kebersihan
5. Memberitahu tanda bahaya post partum seperti demam, pusing,
payudara bengkak, pendarahan banyak dan berbau, dll.
Evaluasi : ibu mengerti tentang tanda post partum
6. Memberitahu ibu dan menjelaskan teknik menyusui yang benar
Evaluasi : ibu mengerti dan bisa mempraktekannya
7. Memberikan konseling kepada ibu mengenai seluruh asuhan pada
bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat, dan merawat bayi sehari-
hari.
a. Tali pusat tetap dijaga kebersihannya. Gunakan kasa steril untuk
melindungi tali pusat dan jaga tali pusat agar tetap dalam keadaan
kering. Mengganti kassa jika terkena air kencing bayi, ataupun
basah.

46
b. Menjemur bayi di pagi hari sebelum mandi. Matahari yang baik
dibawah jam 10.00 WIB, baju dibuka semua. ±15 menit menjemur
bayi.
c. Perawatan bayi sehari-hari : berikan ASI saja sampai bayi usia 6
bulan dan dilanjutkan sampai usia 2 tahun. Jangan menggunakan
bedak pada bayi untuk mencegah iritasi, cukup minyak telon.
8. Menganjurkan ibu untuk istirahat dan tidur yang cukup dengan cara
ketika bayi sedang tidur, ibu pun ikut tidur. Karena dengan istirahat
yang cukup akan membantu badan ibu tetap fit.
Evaluasi : ibu mengerti
9. Memberitahu ibu untuk melakukan kunjungan kembali 1 minggu
kemudian pada tanggal 17 Desember 2019 untuk kontrol ulang.
Evaluasi : ibu mengetahui dan akan melakukan kunjungan pada
tanggal 17 Desember 2019.

2. Asuhan Kebidanan KF 2
Hari, Tanggal Pengkajian : SELASA, 17 Desember 2019
Waktu Pengkajian : Pukul 10.00 WIB
Tempat Pengkajian : PMB“Y”
Pengkaji : Wina Sinta Dewi
a. Data Subjektif
1) Alasan Kunjungan
Ibu mengatakan ingin melakukan kunjungan ulang 7 hari setelah
melahirkan
2) Keluhan Utama
Ibu mengatakan saat ini kondisinya sudah mulai baik
2) Proses Menyusui
Ibu mengatakan sudah dapat menyusui bayinya, ASI sudah keluar
(kolostrum)
3) Pola kebutuhan
a) Nutrisi

47
Makanan : 3x1 hari, nasi, sayur, lauk, buah-buahan dll.
Minum : ± 8-9 gelas/hari, jenis minumnya air putih dan susu.
b) Eliminasi
BAK : ±7-8x/hari, warna kuning jernih.
BAB : Ibu mengatakan sudah BAB 2 hari setelah melahirkan
dan konsistensi lembek.
c) Pola istirahat dan tidur
Ibu mengatakan tidur siang ± 1 jam dan tidur malam ± 6 jam, itu
pun sering terbangun karena menyusui bayi nya.
b. Data Objektif
1) Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum :Baik
Kesadaran :Composmentis
Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah : 120/80 mmhg
R : 20 x/menit
N : 80x/menit
S : 36,5°C
2) Pemeriksaan Fisik
i. Kepala
Muka : Tidak pucat, dan tidak ada oedema
Mata : Simetris kiri dan kanan
Konjungtiva : Merah muda,
Sklera : Putih.
Mulut : Lembab, tidak pucat
ii. Leher
Kelenjar Tyroid : Tidak ada pembengkakan
Kelenjar Getah Bening : Tidak ada Pembesaran
iii. Payudara
Kebersihan : Bersih
Bentuk : Simetris Kiri dan Kanan

48
Putting Susu : Ada, Menonjol Kiri dan Kanan
Rasa Nyeri : Tidak Ada
Benjolan : Tidak Ada
Pengeluaran : Ada, ASI
iv. Abdomen
TFU : Pertengahan pusat dan simpisis
Kontraksi : Keras
Kandung Kemih : Kosong
v. Ekstremitas
Oedema : Tidak Ada
Varices : Tidak Ada
vi. Genetalia
Keadaan : Bersih
Vulva/vagina : t.a.k
Oedema : Tidak ada
Varices : Tidak ada
Perineum : Terdapat luka jahitan dan masih agak basah
Lochea : Ada warna merah kekuningan (Loche Sanguilenta)
± 15 ml
vii. Anus
Hemoroid : Tidak Ada

c. Analisa
P1A0 Post Partum 7 hari dalam keadaan baik

d. Penatalaksanaan
Tanggal : 17 Desember 2019 Pukul : 10.20 WIB
1. Memberitahu ibu bahwa keadaan ibu dan bayi dalam keadaan baik
Evaluasi : ibu dan suami mengetahui keadaannya
2. Memberitahu ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin minimal
2 jam sekali, lamanya 1 jam.

49
Evaluasi : ibu sudah melakukannya
4. Memberikan konseling gizi ibu nifas meliputi :
a. Makan dengan diet gizi seimbang untuk mendapatkan protein,
mineral, dan vitamin yang cukup seperti ikan, telur rebus, sayuran
hijau dan buah-buahan untuk mempercepat penyembuhan luka
jahitan.
b. Minum sedikitnya 3 liter air setiap harinya (anjurkan ibu untuk
minum sebelum menyusui)
5. Memberitahu ibu tentang jenis kontrasepsi beserta efek sampingnya
dan memberitahu ibu untuk mempersiapkan memilih kontrasepsi yang
akan digunakan setelah melahirkan.
Evaluasi : ibu mengetahui dan akan menggunakan kontrasepsi pada
kunjungan berikutnya.
6. Memberitahu ibu untuk melakukan kunjungan kembali 1 bulan
kemudian pada tanggal 10 Januari 2020 untuk kontrol ulang dan
pemberian imunisasi BCG kepada bayinya.
Evaluasi : ibu mengetahui dan akan melakukan kunjungan pada
tanggal 10 Januari 2020.

3. Asuhan Kebidanan KF 3
Hari, Tanggal Pengkajian : Rabu, 15 Januari 2020
Waktu Pengkajian : Pukul 11.00 WIB
Tempat Pengkajian : PMB “Y”
Pengkaji : Rina Maryani
a. Data Subjektif
1) Alasan Kunjungan
Ibu ingin melakukan kunjungan ulang, yaitu imunisasi BCG pada
bayinya dan ingin menggunakan kontrasepsi suntik 1 bulan
2) Keluhan Utama
Ibu mengatakan tidak ada keluhan
3) Proses Menyusui

50
Ibu mengatakan bayinya menyusui sangat kuat
4) Pola kebutuhan
a) Nutrisi
Makanan : 3x1 hari, nasi, sayur, lauk dan buah-buahan
Minum : ±9-10 gelas/ hari, air putih
b) Eliminasi
BAK : ±8-9x/hari, warna kuning jernih
BAB : Ibu mengatakan BAB sudah lancar 1x1 hari, konsistensi
lembek.
b. Data Objektif
1) Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tanda-tanda Vital
TD : 120/80 mmhg
R : 20 x/menit
N : 80x/menit
S : 36,5°C
2) Pemeriksaan Fisik
a) Kepala
Muka : Tidak pucat, dan tidak ada oedema
Mata : Simetris kiri dan kanan
Konjungtiva : Merah muda
Sklera : Putih.
Mulut : Lembab, tidak pucat
b) Leher
Kelenjar Tyroid : Tidak ada pembengkakan
Kelenjar Getah Bening : Tidak ada pembesaran
c) Payudara
Kebersihan : Bersih
Bentuk : Simetris Kiri dan Kanan

51
Putting Susu : Ada, Menonjol Kiri dan Kanan
Rasa Nyeri : Tidak Ada
Benjolan : Tidak Ada
Pengeluaran : Ada, ASI
d) Abdomen
Luka Bekas Operasi : Tidak ada
TFU : Tidak teraba
Kontraksi :-
Kandung Kemih : Kosong
e) Ekstremitas
Oedema : Tidak Ada
Varices : Tidak Ada
f) Genetalia
Keadaan : Bersih
Vulva/vagina : t.a.k
Oedema : Tidak ada
Varices : Tidak ada
Perineum : Luka jahitan sudah kering
Lochea : Ada, warna putih (Lochea Alba)
g) Anus
Hemoroid : Tidak Ada

c. Analisa
P1A0 Post Partum 30 hari dalam keadaan baik
d. Penatalaksanaan
Tanggal : 15 januari 2020 Pukul : 11.20 WIB
1. Memberitahu ibu bahwa keadaan ibu dan bayi dalam keadaan baik
Evaluasi : ibu dan suami mengetahui keadaannya
2. Mendampingi asisten Bidan “Y” melakukan imunisasi bayi pada Ny.
“A” (BCG dan Polio 1)
Evaluasi : Sudah dilakukan

52
3. Menjelaskan kembali tentang kontrasepsi yang akan ibu pilih dan ibu
memilih suntik kb 3 bulan.
Evaluasi : sudah dilakukan penyuntikan suntik 3 bulan
4. Memberitahu ibu kunjungan ulang 1 bulan pada tanggal 15 Februari
2020 untuk pemberian imunisasi DPT 1 pada bayinya.
Evaluasi : ibu mengerti dan akan melakukan kunjungan selanjutnya
tanggal 15 Februari 2020.

BAB IV
PEMBAHASAN

Dalam bab ini penulis akan membahas tentang adanya kesenjangan


antara teori dan praktik dalam asuhan kebidanan komperhensif pada Ny. A umur

53
23 tahun dimulai dari masa kehamilan trimester ke III, proses persalinan,
masa nifas beserta dengan asuhan kunjungan nifas di PMB “Y”.

A. Kehamilan
1. Umur
Menurut Ambarwati ( 2010, h.131), umur harus dicatat dalam tahun
untuk mengetahui adanya resiko seperti kurang dari 20 tahun, alat-alat
reprosuksi belum matang, mental dan psikisnya belum siap.
Sedangkan umur lebih dari 35 tahun rentan sekali untuk terjadi
perdarahan dalam masa nifas. Pada kasus yang terjadi pada Ny. A
berumur 23 tahun. Usia 23 tahun merupakan usia reproduktif dan aman
untuk kehamilan dan persalinan. Sehingga pada kasus Ny. A tidak ada
kesenjangan antara teori dengan kasus.

2. Pendidikan
Menurut Eny dan Diah (2010, h; 132) pendidikan berpengaruh dalam
tindakan kebidanan dan untuk mengetahui tingkat intelektualnya,
sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai dengan pendidikannya.
Pada kasus Ny. A pendidikan terakhir adalah SMA dan tingkat intelektual
sudah cukup sehingga mudah diberikan konseling, sehingga tidak ada
kesenjangan antara teori dan kasus.
3. Pekerjaan
Pekerjaan Ny. A adalah karyawan swasta yaitu membantu pekerjaan
suami, seluruh kebutuhan rumah tangga dipenuhi dari gaji suami, tetapi
Ny. A selalu rutin melakukan kunjungan ANC dan didampingi suami.
Jadi terdapat kesamaan antara teori dan kasus yang disebutkan
oleh Ambarwati (2010, h. 132) status pekerjaan untuk mengetahui
dan mengukur tingkat social ekonominya, karena dapat mempengaruhi
dalam gizi pasien dan mempengaruhi frekuensi kunjungan ANC, sehingga
dapat mendeteksi komplikasi secara dini.
4. Alamat

54
Menurut Ambarwati (2010, h. 132) alamat ditanyakan sangat penting
untuk mempermudah kunjungan rumah. Pada Ny. A alamat rumah sudah
jelas yaitu Sirngalih Rt 01 Rw 01 Cibabat sehingga tidak ada kesenjangan
antara teori dan kasus
5. Keluhan utama
Menurut Rustam mochtar, (2012. h.31), keluhan yang sering
muncul pada ibu hamil trimester lll antara lain sering kencing, kram
pada kaki, varices dan nyeri pinggang. Pada kunjungan antenatal
trimester III pada tanggal Senin, 25 November 2019 pukul 09.00 WIB,
Ny. A mengatakan nyeri pinggang dan sering kencing. Menurut (Serri
Hutahaean,h; 45). pada ibu hamil trimester III, terjadi pembesaran
payudara dan rotasi anterior panggul yang memungkinakan untuk
terjadinya lordosis, dan ibu sering mengalami nyeri di bagian
punggung dan pinggang karena mempertahankan posisi stabil, beban
meningkat pada otot punggung dan kolumna vertebrae. Peningkatan
frekuensi berkemih disebabkan oleh tekanan uterus karena turunnya
bagian bawah janin sehingga kandung kemih tertekan, kapasitas kandung
kemih berkurang dan mengakibatkan frekuensi berkemih meningkat
(Manuaba, 2010). Sehingga antara kasus Ny. A dan teori tidak terdapat
kesenjangan.
6. Riwayat kesehatan
Pada riwayat kesehatan diperlukan untuk mengetahui kemungkinan
adanya riwayat atau penyakit akut, maupun kronis seperti Jantung, DM,
Hipertensi, Asma. Dari riwayat kesehatan keluarga juga diperlukan
untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit keluarga
terhadap gangguan kesehatan pasien dan bayinya, apabila ada penyakit
keluarga yang menyertainya. (Ambarwati, 2010, h.133), Pada kasus
Ny. A mengatakan bahwa dahulu dan sekarang dirinya maupun
keluarga tidak mempunyai riwayat penyakit apapun. Sehingga tidak
terdapat kesenjangan antara teori dan kasus pada Ny. A.
7. HPHT

55
Menurut Rustam mochtar, (2012. h.39) hari pertama haid terakhir sangat
penting ditanyakan untuk mengetahui lebih pasti usia kehamilan ibu dan
tafsiran persalinan. Maka dapat dijabarkan tafsiran tanggal persalinan
memakai rumus Neagle yaitu hari +7, bulan -3, dan tahun +1. Pada kasus
Ny. A mengatakan hari pertama haid terakhir pada tanggal 13-03- 2019,
dan diperkirakan tafsiran persalinan pada tanggal 20-12-2019. Sehingga
tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus, karena Ny. A dapat
memberikan keterangan yang jelas mengenai hari pertama haid
terakhir sehingga memudahkan untuk memperkirakan tafsiran persalinan.
8. Riwayat kehamilan sekarang
Menurut Rustam mochtar, (2012. h.38) bahwa pemeriksaan antenatal
bertujuan untuk mengenali dan menangani penyulit- enyulit yang
mungkin dijumpai dalam kehamilan, persalinan, nifas, dan mengenali
serta mengobati penyakit-penyakit yang mungkin di derita sedini
mungkin, menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu dan anak
serta memberikan nasihat-nasihat tentang cara hidup sehari-hari dan
keluarga berencana, kehamilan, persalinan dan nifas dan laktasi.
Pemeriksaan antenatal pertama kali yang ideal adalah sedini mungkin
ketika terlambat haid satu bulan. Pemeriksaan ulang 1x sebulan sampai
kehamilan 7 bulan. Periksa ulang 2x sebulan sampai kehamilan 9
bulan dan periksa khusus jika ada keluhan-keluhan. Pada kasus
Ny. A pemeriksaan antenatal pada trimester l, trimester ll dan trimester
lll, telah sesuai dengan teori, karena Ny. A rutin memeriksakan
kehamilannya ke tenaga kesehatan. Sehingga tidak terdapat kesenjangan
antara teori dan kasus yang terjadi.
9. Riwayat perkawinan
Menurut Eny dan Diah (2010,h; 133).Dalam riwayat perkawinan yang
perlu dikaji adalah berapa kali menikah, status menikah syah atau tidak,
karena berkaitan dengan psikologis pada kehamilan dan persalinan dan
nifas. Pada kasus Ny. A, ibu mengatakan menikah 1x, dan sah secara
agama dan negara, lama perkawinan 1,5 tahun, sehingga tidak

56
berpengaruh terhadap psikologisnya, jadi pada kasus Ny. A tidak ada
kesenjangan antara antara teori dan kasus.
10. Pola kebiasaan sehari-hari
Menurut Rustam mochtar, (2012. h.47) pola nutrisi ibu hamil
diperlukan antara lain untuk pertumbuhan janin, plasenta, uterus,
payudara dan kenaikan metabolisme. Sehingga untuk pengawasan,
kecukupan gizi ibu hamil dan pertumbuhan kandungannya dapat
diukur berdasarkan kenaikan berat badannya. Kenaikan berat badan
rata-rata adalah antara 6,5 sampai 16 kg (10-12 kg).Kenaikan berat
badan yang berlebih atau turunnya berat badan ibu setelah kehamilan
triwulan kedua haruslah menjadi perhatian. Peningkatan berat badan
pada trimester kedua dan ketiga merupakan petunjuk penting
perkembangan janin, peningkatan berat badan yang berhubungan dengan
peningkatan risiko melahirkan bayi tumbuh terlambat sering disebut
retardasi pertumbuhan intrauterine (intrauterine growth retardation
(IUGR)). Selama hamil, Ny. A telah mengkonsumsi makanan yang
memenuhi gizi terdiri dari nasi, sayur – sayuran, dan lauk pauk.
Kenaikan berat badan pada Ny. A selama hamil normal yaitu 8 kg.
Oleh karena itu tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus.
Wanita hamil harus mempunyai proide istirahat secara berkala
selama siang hari. Tidur siang menguntungkan dan baik untuk kesehatan.
Tempat hiburan yang terlalu ramai, sesak, dan panas lebih baik dihindari
karena dapat menyebabkan jatuh pingsan. (Rustam mochtar, 2012.
h.47). Dalam 1 hari pola istirahat selama hamil pada Ny. A untuk
tidur siang selama 1 jam dan tidur malam 5 sampai 6 jam, sehingga
tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.
11. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum dikaji untuk mengetahui kesadaran umum klien, apakah
pasien terlihat dalam keadaan baik atau tidak. Klien dikatakan dalam
keadaan baik apabila klien memperlihatkan respon yang baik terhadap
lingkungan dan orang lain, serta secara fisik pasien tidak mengalami

57
ketergantungan dalam berjalan. Pada Ny. A keadaan umumnya baik,
sehingga tidak terdapat kesenjangan antara teori dengan kasus.
12. Vital sign
Menurut Eny Retna Ambarwati (2009, h : 13-139). Untuk
mengetahui status kesehatan klien, tindakan medis dalam vital sign
yang dikaji adalah Tekanan Darah (TD), nadi (N), suhu (S), respirasi
(R). Ditunjukan untuk mengetahui keadaan ibu berkaitan dengan
kondisi yang dialaminya. Menurut (Serri Hutahaean,h; 45). Tekanan
darah pada ibu hamil biasanya normal, kecuali bila ada kelainan, jika
tekanan darah mencapai 140/90 mmHg atau lebih. Peningkatan atau
penurunan tekanan darah masing – masing merupakan indikasi
gangguan hipertensi pada kehamilan atau syok, peningkatan suhu
menunjukan proses infeksi atau dehidrasi. Peningkatan deyut nadi dan
frekuensi pernafasan dapat menunjukan syok, ansietas dan dehidrasi.
(Varney, 2008, h : 693). Pada kasus Ny. A tekanan darah 110/70
mmHg merupakan normal. Pada pernafasan harus berada dalam
rentang yang normal yaitu sekitar 20-30 x /menit. Menurut Ambarwati
(2010, h. 139). Pada kasus Ny. A pernafasan 20 x/ menit. Tidak ada
kesenjangan antara teori dan kasus.
13. Tinggi badan
Menurut manuaba (2010; h.243) menyebutkan bahwa tinggi badan
yang normal minimal adalah 145 cm, jika kurang dari 145 cm deformitas
pada tulang panggul, panggul sempit merupakan salah satu penyulit
pada saat persalinan. Pada kasus Ny. A tinggi badannya 154 cm, sehingga
antara kasus dan teori tidak terdapat kesenjangan.
14. LILA
Menurut Kusmiyati Y,dkk.(2010 h; 88). Standar minimal untuk
ukuran Lingkar Lengan Atas pada wanita dewasa (reproduksi) adalah 23,5
cm. Jika ukuran LILA kurang dari 23,5 cm maka interpretainya adalah
kurang Energi Kronis (KEK). Pada kasus Ny. A ukuran LILA yaitu 25
cm. Sehingga ttidak erdapat kesenjangan antara teori dan kasus.

58
15. Status obstetrikus
Menurut (Serri Hutahaean,h; 180) tujuan pemeriksaan abdomen
adalah untukmenen tukan letak dan presentasi janin, tinggi fundus uteri
dan denyut jantung janin.Pemeriksaan abdomen dengan palpasi dapat
dilakukan dengan melakukan pemeriksaan Leopold I sampai dengan
Leopold IV. Leopold I yaitu pemeriksaan dengan menghadap ke arah
wajah ibu hamil dan menentukan tinggi fundus uteri, bagian janin dan
fundus, dan konsistensi fundus serta untuk menentukan letak kepala
atau bokong dengan satu tangan di fundus dan tangan lain di atas simfisis.
Leopold II yaitu menentukan batas samping rahim kiri dan kanan,
menentukan letak punggung janin dan pada letak lintang untuk
menentukan mana kepala janin dan untuk menentukan letak punggung
dengan satu tangan menekan difundus. Leopold III yaitu menentukan
bagian terbawah janin apakah bagian terbawah janin sudah masuk
panggul atau masih bisa digoyangkan. Pada leopold IV pemeriksaan
menghadap kaki ibu hamil, dan juga menentukan bagian terbawah
janin dan beberapa jauh janin dan jauh janin sudah masuk pintu
atas panggul. (manuaba,2010,h;118-119). Pada kasus Ny. A dilakukan
pemeriksaan abdomen yaitu dengan cara palpasi dari leopold I sampai
dengan leopold IV. Pada leopold I yaitu pemeriksaan dengan
menghadap ke arah wajah ibu hamil dan menentukan tinggi fundus
uteri dan menentukan letak kepala bokong dan tangan lain di atas
simfisis, dan didapatkan hasil TFU 24 cm dan teraba bokong. Leopold II
yaitu menentukan letak punggung janin dengan satu tangan menekan
di fundus, didapatkan hasil punggung sebelah kanan. Leopold III yaitu
menentukan terbawah janin sudah masuk panggul atau masih bisa
digoyangkan, didapatkan hasil teraba bagian kepala. Dan pada
leopold IV pemeriksaan menghadap kaki ibu hamil dan menentukan
bagian terbawah janin sudah masuk pintu atas panggul atau belum, dan
didapatkan hasil teraba kepala sebagian kecil sudah masuk panggul
(convergen). Sehingga tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus.

59
Menurut Manuaba (2010,h;92) perubahan fisologis pada kehamilan
yang dipengaruhi oleh hormon somatomamotropin yaitu merangsang
pengeluaran kolostrum. Payudara mengalami pertumbuhan dan
perkembangan sebagai persiapan memberikan ASI saat laktasi.
Perkembangan payudara tidak dapat dilepaskan dari pengaruh hormone
saat kehamilan, yaitu estrogen, progesterone dan somatomamotrofin. Pada
kasus Ny. A kolostrum belum keluar pada trimester III, sehingga ada
kesenjangan antara teori dan kasus. Pengkaji memberikan konseling
mengenai cara perawatan payudara secara rutin kepada Ny. A.
Denyut jantung janin menunjukan status kesehatan dan posisi janin
terhadap ibu. Detak jantung janin bisa di dengar menggunakan
stetoskop leanec atau doppler, detak jantung janin normal 120-160 kali
permenit, apabila kurang dari 120x/ menitdisebut brakikardi, sedangkan
lebih dari 160x/menit dinamakan takikardi dan harus diwaspadi adanya
gawat janin. (Serri Hutahaean,h; 184). Pada kasus Ny. A detak jantung
janinnya yaitu 142 x/ menit. Sehingga pada kasus Ny. A tidak ada
kesenjangan antara teori dan kasus.

B. Persalinan
1. Kala I
Tanda – tanda permulaan persalinan yaitu perasaan nyeri di perut dan di
pinggang oleh adanya kontraksi – kontraksi lemah uterus, serviks
menjadi lembek, mulai mendatar, pembukaan yang menyebabkan lendir
yang terdapat pada kanalis lepas, dan terjadi perdarahan karena
kapiler pembuluh darah pecah sehingga sekresinya bertambah dan
mungkin bercampur darah (bloody show) Menurut Rustam Mochtar (2012
h; 70). Pada kasus Ny. A mengeluh mulas-mulas dan sudah
mengeluarkan lender bercampur darah. Sehingga terdapat kesamaan
antara teori dan kasus yang terjadi pada Ny. A bahwa telah terdapat
tanda – tanda permulaan persalinan.
Menurut varney (2008,h673,679) pemeriksaan dalam dilakukan untuk

60
mengetahui kemajuan persalinan, perubahan serviks terjadi akibat
peningkatan intensitas kontraksi braxton hicks, sehingga serviks
menjadi matang selama periode yang berbeda-beda sebelum persalinan.
Kematangan serviks mengindikasikan kesiapannya untuk persalinan.
Dimana untuk menentukan kemajuan persalinan. Pada kala I dibagi
menjadi fase laten dan fase aktif, dimana fase laten dari pembukaan 1cm
sampai 4 cm, dan fase aktif dari pembukaan 4 cm sampai 10 cm.
Frekuensi pemeriksaan dalam dilakukan sesuai kondisi wanita dan
kemampuan bidan untuk menggunakan parameter evaluasi kemajuan
persalinan dan dilakukan pemeriksaan dalam 4 jam sekali. Pada kasus
Ny. A pemeriksaan dalam pertama dilakukan pada pukul 09.00 WIB
dengan pembukaan 8 cm, dan pukul 10.30 WIB pembukaan 10 cm.
Sehingga terdapat kesamaan antara teori dan kasus.
2. Kala II
Tanda – tanda inpartu yaitu rasa nyeri oleh adanya his yang lebih kuat,
sering dan teratur, keluar lendir bercampur darah, pada pemeriksaan
dalam serviks mendatar dan telah ada pembukaan. Menurut Rustam
mochtar (2012, h; 70),. Pada kasus Ny. A mengeluh ingin meneran,
kontraksi uterus semakin sering, sehingga terdapat kesamaan antara teori
dan kasus, bahwa terdapat tanda – tanda inpartu kala II. Menurut
Asrinah (2010.h;77) mengenai tanda – tanda kala II, yaitu dorongan kuat
untuk mengejan, tekanan pada anus, perineum menonjol, vulva dan anus
membuka. Pada kasus Ny. A terlihat adanya dorongan untuk mengejan,
tekanan pada anus, perineum menonjol, dan vulva membuka .
Sehingga tidak ada kesenajngan antara kasus dan teori.
3. Kala III
Menurut Asrinah (2010.h;102) pada kala III otot uterus (miometrium)
berkontraksi mengikuti penyusutan volume rongga uterus setelah
lahirnya bayi. Pada kasus Ny. A mengatakan perut masih terasa mulas
dan teraba keras sehingga terdapat kesamaan antara teori dan kasus,
terjadinya kontraksi menyebabkan perut terasa mulas. Tanda-tanda

61
pelepasan plasenta yaitu fundus mengalami perubahan bentuk dan tinggi
uterus, tali pusat memanjang, semburan darah mendadak dan singkat
(Asrinah.2010.h;102). Pada kasus pada Ny. A terlihat tali pusat
bertambah panjang dan ada semburan darah. Terdapat kesesuaian antara
teori dan kasus.
4. Kala IV
Pada kasus Ny. A, ibu merasa lega telah selesai proses persalinannya dan
ibu masih merasa mulas dan lemas. Menurut Asrinah (2010,118).Kontraksi
uterus mutlak diperlukan untuk mrncegah terjadinya perdarahan dan
pengembalian uterus ke bentuk normal. TFU normal yaitu sejajar dengan
pusat atau di bawah pusat, dan jika uterus lembek maka kontraksi uterus
yang tidak kuat dan terus-menerus dapat menyebabkan atonia uteri.
Sehingga tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus, karena uterus
berkontraksi dengan baik. Pada kasus Ny. A di dapatkan kontraksi uterus
teraba keras dan tinggi fundus uteri 3 jari dibawah pusat.
C. Nifas
1. KF 1
Menurut Suherni (2009,h;77) yang menyatakan bahwa terjadi kontraksi
yang meningkat untuk kembali pada keadaan semula. Pada kasus Ny.
A tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus karena ibu merasa
mulas.
2. KF 2
Pada kunjungan nifas 7 hari pada kasus Ny. A mengatakan kondisinya
sudah mulai membaik. Ibu mengatakan bayinya menyusu dengan kuat,
ASI keluar banyak. Pengkaji tetap memberikan konseling mengenai cara
menyusui yang benar untuk mencegah putting susu lecet serta
perawatan payudara. Menurut (Suherni 2009,h;54) cara mengatasi
bendungan ASI atau payudara bengkak yaitu ASI harus dikeluarkan
dengan cara menyusukannya, payudara dimasase terlebih dahulu,
kompres air dingin dan hangat secara bergantian, menyusui dengan
payudara yang bengkak agar lebih lama. Sehingga terdapat kesesuaian

62
antara teori dan kasus, mengenai pemberian konseling cara menyusui
yang benar dan perawatan bendungan ASI.
3. KF 3
Dalam kunjungan nifas 30 hari pada kasus Ny. A mengatakan tidak ada
keluhan, involusi uterus berjalan dengan baik, tidak terdapat tanda-
tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal. Hal ini terdapat
kesesuaian antara teori dan kasus mengenai tujuan kunjungan nifas 30
hari.

63
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Setelah penulis memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif
kepada Ny.”A” di PMB Y mulai dari masa Kehamilan, persalinan dan nifas
yang dikaji dari tanggal 25 November 2019 maka penulis dapat menyimpulkan
sebagai berikut :
1. Kehamilan
Pengkajian data subjektif dan objektif yang bersumber langsung dari
Ny. A telah dilakukan mulai tanggal 25 November 2019 yaitu ketika usia
kehamilan klien memasuki 36 minggu 4 hari. Dari hasil pemeriksaan yang
dilakukan, ibu tidak mempunyai keluhan yang menjurus pada
kegawatdaruratan.
2. Persalinan
Asuhan masa persalinan telah diberikan dan berlangsung dengan
normal sesuai dengan yang diharapkan, ibu dan bayi dalam keadaan sehat
tidak mengalami penyulit apapun. Dalam memberikan asuhan pada kala I,
III, IV sesuai teori hanya saja pada kala II kurangnya perlengkapan
perlindungan diri.
3. Nifas
Proses masa nifas Ny.”A” berlangsung dengan normal tanpa adanya
gangguan atau penyulit maupun komplikasi yang menyertai selama masa
nifas. Asuhan diberikan sampai 12 jam.
4. Pendokumentasian
Pendokumentasian yang telah dilakukan berdasarkan asuhan yang
diberikan dimulai dari kehamilan persalinan dan nifas.

B. Saran
1. Untuk Penulis
Penulis dapat meningkatkan pengaplikasian teori dan praktik yang
telah didapat diperkuliahan dan di PMB “Y” untuk melaksanakan asuhan

64
kebidanan sesuai dengan standar yang ditetapkan sehingga diharapkan
keterampilan penulis selanjutnya dapat meningkat sesuai standar yang
ditetapkan.
2. Bagi PMB
Untuk meningkatkan asuhan kebidanan komprehensif di PMB, khususnya
PMB “Y”, sehingga diharapkan ibu hamil, ibu bersalin dan ibu nifas di
PMB “Y” akan semakin merasa puas dengan pelayanan yang diberikan.
3. Bagi STIKes Budi Luhur
Studi kasus ini dapat digunakan sebagai bahan informasi dan referensi
tentang asuhan kebidanan secara komprehensif dan memberikan
pembekalan teori dan praktek yang lebih matang dalam bidang kebidanan.

65

Anda mungkin juga menyukai