Bab 2 PDF
Bab 2 PDF
Bab 2 PDF
LANDASAN TEORITIS
A. Kesejahteraan
1. Pengertian kesejahteraan
Setelah karyawan diterima, dikembangkan, mereka perlu
dimotivasi agar tetap mau bekerja pada perusahaan sampai pensiun. Untuk
mempertahankan karyawan ini kepadanya diberikan kesejahteraan atau
kompensasi pelengkap (fringe benefits). Kesejahteraan yang diberikan
sangat berarti dan bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan fisik dan mental
karyawan beserta keluarganya. Pemberian kesejahteraan akan menciptakan
ketenangan, semangat kerja, dedikasi, disiplin, dan sikap loyal karyawan
terhadap perusahaan. Program kesejahteraan karyawan adalah balas jasa
pelengkap (material dan nonmaterial) yang diberikan berdasarkan
kebijaksanaan. Tujuannya untuk mempertahankan dan memperbaiki
kondisi fisik dan mental karyawan agar produktivitas kerjanya meningkat.1
Program kesejahteraan adalah balas jasa tidak langsung atau
imbalan di luar gaji atau upah yang diberikan kepada karyawan dan
pemberiannya tidak berdasarkan kinerja karyawan tetapi didasarkan pada
keanggotaannya sebagai bagian dari organisasi yang berguna untuk
memenuhi kebutuhan karyawan di luar upah atau gaji. Menurut Moekijat
yang dikutip oleh Hendra Eka, bahwa program kesejahteraan bertujuan
untuk memberikan suatu keamanan tambahan ekonomi di atas pembayaran
pokok dan pembayaran perangsang serta hadiah-hadiah yang berhubungan
lainnya. 2
Turunnya kinerja karyawan juga bisa disebabkan kurangnya
tingkat kesejahteraan yang diterima karyawan. Menurut Ojo yang di kutip
oleh Andana menyatakan bahwa tingkat kesejahteraan yang adil dan layak
1
Malayu S.P. Hasibuan, Op. Cit., hal. 185.
2
Hendra Eka dkk, Pengaruh Kompetensi, Komunikasi, dan Kesejahteraan Terhadap Motivasi
Dan Implikasinya Pada Kinerja Karyawan Kantor Pusat Operasional PT. Bank Aceh, Volume 4
No. 3, Agustus 2015, hal. 77.
13
14
3
Andana, Desak Ketut, Op. Cit., hal. 341.
4
Basir Barthos, Manajemen Sumber Daya Manusia, Bumi Aksara, Jakarta, 1990, hal. 137.
5
Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, Bumi Aksara, Jakarta, 2005,
hal. 118.
6
Sondang P. Siagan, Manajemen Abad 21, Bumi Aksara, Jakarta, 2004, hal. 178.
15
a. Jaminan penghasilan
Penghasilan seorang karyawan harus terjamin, termasuk dalam
kondisi tidak mempunyai pekerjaan. Bentuk jaminan tersebut adalah:
1) Upah
Dalam rangka meningkatkan kelancaran, efesiensi dan
kelangsungan hidup perusahaan, perusahan perlu menjamin
pemberian imbalan yang layak secara kemanusiaan dan sesuai
dengan sumbangan jasa yang dihasilkan oleh buruh. Oleh
karenannya kebijaksanaan upah disamping memperhatikan
peningkatan produktivitas tenaga kerja dan pertumbuhan produksi,
perlu diarahkan kepada peningkatan kesejahteraan dan peningkatan
daya beli golongan penerima upah yang rendah. Sehubungan
dengan itu, pihak perusahaan wajib memperhatikan peningkatan
kesejahteraan buruh berdasarkan kemampuan dan sesuai dengan
kemajuan yang dicapai perusahaan.
Salah satu cara melindungi buruh dan meningkatkan kesejahteraan
dalam pemenuhan kebutuhan pokok adalah melalui pengaturan
upah minimum, terutama ditujukan kepada jenis-jenis upah yang
masih di bawah tingkat kelayakan. Gagasan upah minimum yang
sudah dimulai dan dikembangkan sejak awal 1970-an bertujuan
untuk mengusahakan agar dalam jangka panjang besarnya upah
minimum paling sedikit dapat memenuhi Kebutuhan Fisik
Minimum (KFM). Untuk menyelesaikan upah minimum dengan
KFM ini diharapkan dapat menjamin tenaga kerja untuk memenuhi
kebutuhan hidup beserta keluarga dan sekaligus dapat mendorong
produktifitas buruh.7
2) Kenaikan upah
Semua organisasi paling tidak memperhatikan upah untuk
karyawan pada semua level organisasi yang biasa dilakukan setiap
7
Sonny Sumarsono, Ekonomi Manajemen Sumberdaya Manusia dan Ketenagakerjaan, Graha
Ilmu, Yogyakarta, 2003, hal. 145.
16
8
Merchant, Van der Stede, Sistem Pengendalian Manajemen: Pengkuran Kinerja, Evaluasi
dan Insentif, Salemba Empat, Jakarta, 2014, hal. 409.
17
9
Sondang P. Siagian, Manajemen Sumber Daya Manusia, PT. Bumi Aksara, Jakarta, 2006,
hal. 269.
10
Kolonel Kal. Susilo Martoyo, Manejemen Sumber Daya Manusia, BPFE, Yogyakarta,
1987, hal. 115.
18
11
I komang Ardana, dkk, Manajemen Sumber Daya Manusia, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2012,
hal. 174.
19
12
Ibid., hal. 207.
13
Basir Barthos, Op. Cit., hal. 144.
20
14
Abdurrahmat, Organisasi dan Manajemen Sumber Daya Manusia, PT. Rineka Cipta,
Jakarta, 2006, hal. 158.
15
Yusuf Qardhawi, Norma dan Etika Ekonomi Islam, Gema Insani Pers, Jakarta, 1997, hal.
109.
16
Thaha Jabir, Bisnis Islam, AK Group, Yogyakarta, 2005, hal. 129.
17
Yusuf Qardhawi, Op. Cit., hal. 233.
21
قال رسول اهلل صلّى اهلل عليو وسلم:وعن ابن عمر رضى اهلل عنهما قال
َّ َج َرهُ قَ ْب َل أَ ْن يَ ِج
)ف َع َرقُوُ (رواه ابن ماجو ِ ((أَ ْعطُوا ْاْل
ْ َج ْي َر أ
Artinya : “Ibnu Umar ra. berkata: bahwasannya Rasulullah SAW telah
bersabda (Berikanlah upah kepada pekerjamu sebelum
kering keringatnya).” (Ibnu Majjah).18
B. Jaminan Sosial
1. Pengertian jaminan sosial
Menurut Naning yang dikutip oleh Siti Khafidhoh menyatakan
bahwa jaminan sosial adalah jaminan terhadap kemungkinan hilangnya
pendapat bunga sebagian atau seluruhnya, bertambahnya pengeluaran
karena resiko sakit, kecelakaan, hari tua, meninggal dunia, atau resiko
sosial lainnya. Pada umumnya perusahaan yang mengadakan atau
memberikan jaminan sosial mempunyai tujuan tertentu. Tujuan dari
pemberian jaminan sosial adalah:
a. Perusahaan menginginkan karyawan dapat bekerja dengan baik
b. Untuk memenuhi kebutuhan karyawan agar dapat tercapai tingkat
produktifitas yang tinggi
c. Untuk menambah kegairahan kerja dan semangat yang tinggi dari
karyawan. 19.
Perkembangan jaminan sosial pada dasarnya merupakan tahap
awal dalam proses pembentukan sistem pemeliharaan pendapatan hari
tua yang pelaksanaannya dapat mengarah pada sistem asuransi sosial.
Semakin tinggi pendapatan seseorang, semakin tinggi kebutuhan akan
program jaminan sosial. Semenjak tahu 1930-an program pensiun mulai
dimasukkan sebagai salah satu program utama jaminan sosial yang
18
Al Hafidh Bin Hajar Al „Asqalani, Bulughul Maram, Hadis 937, Thaha Putra, Semarang,
773-852, hal. 188.
19
Siti khafidhoh, Pengaruh Insentif dan Jaminan Sosial Terhadap Produktivitas Kerja
Karyawan Kantor Pada PT. Rea Kaltim Plantations di Samarinda, e Journal Ilmu Administrasi
Bisnis, Volume 3, Nomer 3, hal. 592.
22
20
Sonny Sumarsono, Op. Cit., hal. 147.
21
Ririn Wahyu Arida, Op. Cit., hal. 148.
22
Sonny Sumarsono, Op. Cit., hal. 150.
23
23
Siti Khafidhoh, Op. Cit., hal. 592.
24
Sonny Sumarsono, Op. Cit., hal. 183.
24
25
Burhanuddin Yusuf, Manajemen Sumber Daya Manusia di Lembaga Keuangan Syariah,
PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2015, hal. 257.
25
jalan permulaan dari terwujudnya jaminan sosial, tetapi islam tidak hanya
merasa cukup dengan hasil zakat, ia menetapkan adanya hak lain dalam
harta selain zakat26
Allah berfirman:
َ َم ِامن ُمؤ ِم ٍن االّ َواَنا: وعنو رضى اهلل عنو عن النبى صل اهلل عليو وسلم قال
لم ْؤ ِمنِْى َن ِم ْن ِ الد نْياَ واْالَ ِخرةِ اِقرٍءوا اِ ْن ِشئتُم (اَلنبِى اَ ْو ِ ِِ
ُ ْلى با
َ ُ ْ َ َ ٌّ اولَى بو فى
ِ ِ
َ اَنْ ُفس ِه ْم فَاَيُّماَ ُم ْؤ من مات وتَ َر َك َما الً فَ لْيَ ِر ثْوُ َع
صبَتُوُ َم ْن كاَ نُ ْوا َوَم ْن تَ َر َك
ُضيَا ًعا فَ لْي ْأ تِ ْى فَاَ نَا َم ْو الَه
َ َد يْ نًا اَ ْو
Artinya: “Tidak seorang mukmin pun kecuali akulah yang paling
berhak menanggungnya di dunia dan di akhirat. B acalah
jika kamu mau,” Nabi itu (hendaknya) lebih utama bagi
orang orang mukmin dari diri mereka sendiri”. Maka
seorang mukmin mana pun yang meninggalkan harta maka
hendaklah mewarisi keluarganya yang terdekat yang masih
ada, dan jika dia meninggalkan utang atau pekerjaan
datanglah padaku, akulahnpenanggungnya.” (H.R.
Bukhari).27
C. Kinerja
1. Pengertian Kinerja
Istilah kinerja digunakan untuk mengukur hasil yang telah dicapai
sehubungan dengan kegiatan atau aktivitas perusahaan, apakah kinerja
perusahaan telah baik atau perlu adanya evaluasi-evaluasi kebelakang
mengenai hasil yang dicapai. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi
kinerja dari individu tenaga kerja, yaitu kemampuan mereka, motivasi,
dukungan yang diterima, keberadaan pekerjaan yang mereka lakukan,
dan hubungan mereka dengan organisasi. 28
Dalam dunia usaha yang berkompetensi secara global, perusahaan
memerlukan karyawan dengan kinerja yang tinggi. Kinerja seseorang
26
Ahmad Muhammad, Fathi Ahmad, Sistem, Prinsip dan Tujuan Ekonomi Islam, Pustaka
Setia, Bandung, 1999, hal. 108.
27
Musthofa Muhammad Umaroh, Jawahirul Bukhari, Hadits 348, Cetakan 8, Hidayah,
Surabaya, 127, hal. 270.
28
Robbert dan Jhon, Manajemen Sumber Daya Manusia, Salemba Empat, Jakarta, 2001,
hal. 82.
26
32
Pabundu Tika, Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahaan, Bumi Aksara,
Jakarta, 2006, hal. 121.
33
Heny Sidenti, Pengaruh Lingkungan Kerja, Disiplin Kerja, dan Motivasi Kerja Terhadap
Kinerja Pegawai Negeri Sipil di Sekretariat DPRD Kabupaten Madiun, Jurnal JIBEKA, Volume 9
Nomer 1, Februari 2015, hal. 46.
34
Zainul Hidayat & Muchamad Taufiq, Pengaruh Lingkungan Kerja dan Disiplin Kerja serta
Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten
Lumajang, Jurnal WIGA Vol. 2 No. 1, Maret 2012 ISSN NO 2088-0944, hal. 84.
28
35
Payaman J. Siamanjuntak, Manajemen dan Evaluasi Kinerja, Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 2005, hal. 10.
29
36
Ibid., hal. 12.
30
37
Ibid., hal. 13.
31
38
Ibid., hal. 103-104.
32
39
Kaswan, Op. Cit., hal. 187.
40
Al-Qur‟an Surat An-Nahl Ayat 97, Op. Cit., hal. 417.
33
D. Penelitian Terdahulu
1. Penelitian oleh Ririn Wahyu Arida (2012), tentang pengaruh jaminan sosial
tenaga kerja terhadap motivasi kerja karyawan pada Universitas Islam
Kadiri Kediri. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara variabel jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian,
jaminan hari tua, dan jaminan pemeliharaan kesehatan dengan motivasi
kerja karaywan Universitas Islam Kadiri Kediri. Dari hasil analisis parsial
membuktikan bahwa antara X1, X2, X3, dan X4 ada hubungannya dengan
Y dan hubungannya rendah. Jaminan pemeliharaan kesehatan (X4)
mempunyai pengaruh paling dominan terhadap motivasi kerja karyawan
dibandingkan dengan variabel penelitian lainnya. Dari hasil uji F secara
serempak diketahui bahwa F hitung > Ftabel yang berarti H0 ditolak. Dari hasil
uji t yang t hitung > t table yang berarti H0 ditolak dan Ha diterima yang
membuktikan bahwa ada pengaruh yang nyata antara jaminan kesehatan
terhadap motivasi kerja karyawan.
41
Yusuf Qardhawi, Op. Cit., hal. 115.
42
Al-Qur‟an Surat At-Taubah Ayat 105, Op. Cit., hal. 298.
34
43
Ririn Wahyu Arida, Op. Cit. hal., 147.
44
Siti khafidhoh, Op. Cit., hal. 592.
35
45
Hendra Eka dkk, Op. Cit., hal. 74.
46
Andana, Desak Ketut, Op. Cit., hal. 341.
36
E. Kerangka Berpikir
Untuk mengetahui masalah yang akan dibahas, perlu adanya kerangka
pemikiran yang merupakan model konseptual tentang bagaimana teori
berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah
yang penting. Model konseptual penelitian dapat dijelaskan melalui kerangka
pemikiran teoritis sebagai berikut:
47
Endang murtianingsih, Op. cit., hal. 84.
37
Gambar 2.1
Kerangka Pikir Penelitian
Kesejahteraan (X1)
Jaminan sosial
(X2)
F. Hipotesis
1. Pengaruh Kesejahteraan terhadap Kinerja Karyawan
Program kesejahteraan adalah balas jasa tidak langsung atau imbalan
di luar gaji atau upah yang diberikan kepada karyawan dan pemberiannya
tidak berdasarkan kinerja karyawan tetapi didasarkan pada
keanggotaannya sebagai bagian dari organisasi yang berguna untuk
memenuhi kebutuhan karyawan di luar upah atau gaji.
Penelitian Andana, Desak Ketut (2012) mengatakan bahwa tingkat
kesejahteraan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja
karyawan pada Aroma Spa Sanur.
Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis yang dibuat penulis
pada penelitian ini adalah:
H1 : Kesejahteraan berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja
karyawan PT. Kudos Istana Furniture Kudus.