Anda di halaman 1dari 136

PLAGIAT

PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PENGARUH KERUSUHAN MEI 1998


DALAM NOVEL
PUTRI CINA
KARYA SINDHUNATA

Tugas Akhir
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia
Program Studi Sastra Indonesia

Oleh:
Christopher Allen Woodrich
NIM: 084114001

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA


JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Skripsi ini disembahkan untuk semua korban Kerusuhan Mei 1998 serta
para pejuang hak mereka.

ii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Merahnya Merah-Putihku
Setetes darah
Percik di benderaku tercinta
Darah mereka tak berdosa
Menjadi kambing hitam belaka

Teriak sunyi orang tersiksa


Masih bergema, masih bergema
Tiada kita perdulikan nista
Teman kita dalam Bhineka Tunggal Ika

Sewindu setengah telah berlalu


Tapi masih terharu hatiku
Melihat sang merah-putih berduka
Semakin merah karna dosa kita

Kapankah kita kan bekerja sama


Kapankah merah-putihku bisa bahagia
Bersih dari darah korban api dan musnah
Merah merah semangat bukan luka

Dijilat api benderaku masih berlambai


Memberi sinar harapan bangsa
Sementara impian tak tercapai
Selama kita masih memangsa
Yogyakarta
2010

iii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Tugas Akhir

PENGARUH KERUSUHAN MEI 1998


DALAM NOVEL
PUTRI CINA
KARYA SINDHUNATA

Oleh:
Christopher Allen Woodrich
NIM: 084114001

Telah disetujui oleh

Pembimbing I

tanggal 5 January 2012


(Susilawati Peni Adji, S.S. M. Hum.)

Pembimbing II

tanggal 5 January 2012


(Dr. I. Baryadi Praptomo, M. Hum.)

iv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PENGARUH KERUSUHAN MEI 1998


DALAM NOVEL
PUTRI CINA
KARYA SINDHUNATA

Dipersiapkan dan ditulis oleh


Christopher Allen Woodrich
NIM: 084114001

Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji


Pada 9 Januari 2012
Dan dinyatakan memenuhi syarat

Susunan Panitia Penguji

Nama Lengkap Tanda Tangan


Ketua Herry Antono .............................
Sekretaris S. E. Peni Adji .............................
Anggota Yoseph Yapi Taum ..............................
I. Baryadi Praptomo
S. E. Peni Adji ..............................
..............................

Fakultas Sastra

Dekan

v
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Pernyataan Persetujuan Publikasi Karya Ilmiah


untuk Kepentingan Akade mis

Saya, yang bertanda tangan di bawah ini,


Nama : Christopher Allen Woodrich
NIM : 084114001
yang merupakan mahasiswa Sanata Dharma, memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul “Pengaruh Kerusuhan
Mei 1998 Dalam Novel Putri Cina Karya Sindhunata” beserta perangkat yang
diperlukan (bila ada) demi pengembangan ilmu pengetahuan.

Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma


hak menyimpan, mengalihkan dalam bentuk lain, mengelolanya dalam bentuk
pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya di internet
atau media yang lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya
maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis. Tulisan ini juga dilepaskan dengan lisensi hak cipta Creative
Commons Attribution Share-Alike.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta, pada tanggal 12 January 2012

Yang menyatakan
Christopher Allen Woodrich

vi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ABSTRAK
Untuk memahami suatu karya sastra perlu kita memahami latar belakang
sosial-budayanya, khususnya peristiwa sejarah di daerah karya itu ditulis. Demikian
pula halnya meneliti Putri Cina, karya Sindhunata. Makalah ini bertujuan mencari
hubungan antara Kerusuhan Mei 1998 dengan memahami unsurnya, yaitu Kerusuhan
Mei 1998 dan karya Putri Cina. Dari pengertian dasar itu akan ditarik kemiripan
dengan menggunakan teori sosiologi sastra.
Pada bulan Mei 1998 terjadi suatu peristiwa yang sampai sekarang
mempengaruhi psikis orang keturunan Cina di Indonesia, khususnya yang WNI. Pada
saat itu terjadi amuk massa yang amat keji dan diarahkan kepada orang Cina:
perkosaan, pembunuhan, penjarahan dan pembakaran. Amuk massa ini akhirnya
memaksa Presiden Soeharto mengundurkan diri. Kini peristiwa itu dikenal Kerusuhan
Mei 1998.
Putri Cina menceritakan kehidupan dua perempuan Cina, yaitu Putri Cina,
yang agak mistis, dan Giok Tien, yang menikah dengan seorang pribumi. Putri Cina
merasa kehilangan identitasnya, maka dia melewati beberapa masa, dari keruntuhan
kerajaan Majapahit sampai pada akhir rezim Prabu Amurco Sabdo, untuk mencari
identitas itu. Giok Tien adalah istri Setyoko, senapati kerajaan Medang Kamulan
Baru. Kakak-kakaknya dibunuh dan dia sendiri diperkosa. Biarpun akhirnya dia
diselamatkan Setyoko dan berdua mereka memaksa Prabu Amurco Sabdo
mengundurkan diri, dia tidak percaya pada suaminya. Ketika mereka akhirnya
berbaikan, Setyoko dan Giok Tien dibunuh orang yang mengharapkan Giok Tien dari
zaman dahulu.
Kerajaan Medang Kamulan Baru adalah Orde Baru, dengan Prabu Amurco
Sabdo sebagai wakil Soeharto. Rasa trauma yang dirasa Giok Tien mencerminkan
rasa trauma orang Cina setelah tragedi itu. Itu dan beberapa kemiripan novel dengan
kejadian nyata dan tokoh sejarahwi dapat dibaca pada Bab IV.

vii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ABSTRACT
In order to understand a literary work one must understand its social and
cultural background, especially the history of the area where it is written. The above
statement holds true as well for analysing Putri Cina, by Sindhunata. This paper will
explain the May 1998 tragedy and Putri Cina and then draw parallels between the
two using the theory of sociology of literature.
In May 1998 something happened that until now affects people of Chinese
descent in Indonesia, especially those who are Indonesian citizens. At that time a
large pogrom occurred, directed towards Chinese-Indonesians. These acts included
rape, murder, pillaging and razing. This pogrom eventually forced Suharto, the
president of Indonesia, to resign. Now that event is known as the May 1998 Tragedy.
Putri Cina is about the lives of two Chinese women, namely Putri Cina
(literally Chinese Princess), who is almost mystical, and Giok Tien, who is married to
a pribumi (one considered to be indigenous to Indonesia). Putri Cina feels like she
has lost her identity, so she travels through time, from the fall of the Majapahit
kingdom up until the end of Prabu Amurco Sabdo’s regime to find it. Giok Tien is
Setyoko’s wife, making her the wife of the commander in chief of the army of the
kingdom of Medang Kamulan Baru. Her older sisters are murdered and she herself is
raped. Even though she is eventually rescued by Setyoko and together they force
Prabu Amurco Sabdo to resign, she doesn’t trust her husband. When they eventually
are able to trust each other again, they are killed by one of Giok Tien’s long time
admirers.
The kingdom of Medang Kamulan Baru represents the New Order, with Prabu
Amurco Sabdo as its Suharto. The trauma that Giok Tien feels reflects the trauma
Chinese-Indonesians felt after the May 1998 Tragedy. These conclusions and other
similarities between the novel and actual events and historical figures can be found in
Chapter IV.

viii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

KATA PENGANTAR
Tulisan ini merupakan suatu titik akhir dari perjalanan yang sudah saya
tempuh selama sepuluh tahun, sejak kelas enam SD saat saya mulai mengenali
kebudayaan Asia. Sejak itu, saya sudah mengikuti pertukaran pelajar ke Indonesia
sehabis SMA dan bahkan kembali ke Indonesia untuk kuliah. Berdasarkan latar
belakang saya dengan banyak teman keturunan Cina dan obsesi saya dengan hak
asasi manusia, tugas akhir ini pun dapat diselesaikan.
Atas bantuan mereka dalam penyelesaian makalah ini saya ingin ucapkan
terima kasih kepada orang-orang berikut:
• Trifosa Sie Yulyani Retno Nugroho, atas dukungannya dalam semua tugas
akademik.
• Keluarga saya di Kanada, khususnya ibu saya Diane Marie Boismier dan
nenek saya Sarah Della Whitehead Sr., untuk dukungannya selama saya
kuliah di Indonesia.
• Peni Adji, S.S. M. Hum., untuk kesabarannya selama membimbing saya
dalam penulisan tugas akhir ini.
• Dr. I Praptomo Baryadi M. Hum., untuk kesabarannya dalam membantu
mengoreksi tata bahasa dan diksi
• Sindhunata, untuk usahanya memperjuangkan hak warga Tionghoa
melalui karya ini.
Makalah ini tidak sempurna dan apabila terjadi kekurangan saya mohon maaf
lebih dahulu. Terima kasih.
Yogyakarta, 12 January 2012

Christopher Allen Woodrich


NIM: 084114001

ix
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa makalah yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 12 Januari 2012


Penulis

Christopher Allen Woodrich

x
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
PERSEMBAHAN .............................................................................................. ii
KUTIPAN PEMBUKA ...................................................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................ iv
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ v
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS ....................................................................... vi
ABSTRAK ......................................................................................................... vii
ABSTRACT ......................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ix
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................. x
DAFTAR ISI ...................................................................................................... xi
DAFTAR ISTILAH ........................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xv
BAB 1: PENDAHULUAN ........................................................................ 1
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
1.2 Perumusan Masalah ...................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................... 3
1.4 Tinjauan Pustaka ........................................................................... 3
1.5 Landasan Teori .............................................................................. 5
1.5.1 Teori Strukturalisme ............................................................ 5
1.5.2 Teori Sosiologi Sastra .......................................................... 7
1.6 Metode Penelitian ......................................................................... 11
1.6.1 Metode Pengumpulan Data .................................................. 11
1.6.2 Metode Analisis Data ........................................................... 12
1.6.3 Metode Penyajian Data ......................................................... 12
1.6.4 Sumber Data ......................................................................... 12

xi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

1.7 Sistematika Penyajian ................................................................... 13


BAB 2: KERUSUHAN MEI 1998 DI INDONESIA ................................. 15
2.1 Latar Belakang .............................................................................. 15
2.2 Kerusuhan di Jakarta ..................................................................... 18
2.2.1 Secara Umum .................................................................... 18
2.2.2 Kerusuhan dan Penjarahan ................................................ 22
2.2.3 Kekerasan Terhadap Etnis Cina ........................................ 27
2.2.4 Respons Aparat ................................................................. 31
2.2.5 Reaksi Warga .................................................................... 33
2.3 Kerusuhan di Surakarta ................................................................. 35
2.4 Kerusuhan di Kota Lain ................................................................ 39
2.5 Dampak dari Kerusuhan Mei 1998 ............................................... 41
BAB 3: ANALISIS STRUKTURAL NOVEL PUTRI CINA .................... 43
3.1 Sudut Pandang ............................................................................... 43
3.2 Gaya Bahasa .................................................................................. 44
3.3 Alur ............................................................................................... 46
3.4 Latar .............................................................................................. 54
3.4.1 Latar Tempat ..................................................................... 54
3.4.2 Latar Waktu ....................................................................... 56
3.3.3 Latar Sosio-Budaya ........................................................... 57
3.5 Penokohan ..................................................................................... 58
3.5.1 Putri Cina ........................................................................... 58
3.5.2 Giok Tien ........................................................................... 60
3.5.3 Setyoko / Gurdo Paksi ....................................................... 61
3.5.4 Radi Prawiro / Joyo Sumengah ......................................... 63
3.5.5 Prabu Murhardo / Prabu Amurco Sabdo ........................... 64
3.5.6 Korsinah ............................................................................ 65
3.5.7 Keluarga Giok Tien ........................................................... 66
3.5.8 Aryo Sabrang ..................................................................... 67

xii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

3.6 Tema .............................................................................................. 67


3.6.1 Krisis Identitas ................................................................... 67
3.6.2 Kemabukan Kekuasaan ..................................................... 69
3.6.3 Cinta Sejati ........................................................................ 71
BAB 4: PENGARUH KERUSUHAN MEI 1998 DALAM PUTRI CINA 74
4.1 Alur ............................................................................................... 74
4.2 Latar .............................................................................................. 81
4.2.1 Latar Tempat ..................................................................... 81
4.2.2 Latar Waktu ....................................................................... 84
4.2.1 Latar Sosio-Budaya ........................................................... 84
4.3 Penokohan ..................................................................................... 87
4.3.1 Putri Cina ........................................................................... 87
4.3.2 Giok Tien ........................................................................... 89
4.3.3 Setyoko / Gurdo Paksi ....................................................... 90
4.3.4 Radi Prawiro / Joyo Sumengah ......................................... 91
4.3.5 Prabu Amurco Sabdo ........................................................ 94
4.3.6 Korsinah ............................................................................ 96
4.3.7 Keluarga Giok Tien ........................................................... 97
4.3.8 Aryo Sabrang ..................................................................... 99
BAB 5: PENUTUP ..................................................................................... 101
5.1 Kesimpulan .................................................................................. 101
5.1.1 Ringkasan Penelitian ......................................................... 101
5.1.2 Kesimpulan ........................................................................ 103
5.2. Saran ........................................................................................... 103
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 105
LAMPIRAN ..................................................................................................... 109
BIOGRAFI PENULIS ........................................................................................ 120

xiii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR ISTILAH
Oleh karena tiga tokoh mengubah nama dengan jabatan baru atau berjalannya waktu,
akan digunakan hanya satu nama untuk ketiga tokoh itu, berdasarkan nama pertama
yang digunakan secara kronologis, yaitu:
Nama Yang Dilambangkan
Prabu Murhardo : Prabu Murhardo / Prabu Amurco Sabdo
Setyoko : Setyoko / Gurdo Paksi
Radi Prawiro : Radi Prawiro / Joyo Sumengah

Selain itu, di tugas akhir ini digunakan istilah Cina, yang kadang dianggap sebagai
a
penghinaan, untuk menjaga konsistensi dengan novel Putri Cina, yang
menggunakan istilah itu.

a
Istilah Tionghoa dan China sering dianggap lebih netral. Lihat Woodrich, Christopher Allen.
“Pandangan Pemuda-Pemudi Yogyakarta tentang Kedudukan Suku Tionghoa di Indonesia.”
Makalah. Yogyakarta: Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma. untuk contoh penerimaan
istilah Cina dalam kalangan pemuda-pemudi Yogyakarta.

xiv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Peta Kerusuhan di Jakarta .............................................................................. 109
2. Data Kerusakan dan Korban .......................................................................... 110
2.1 Data Kerusakan dan Korban Versi DKI Jakarta ............................. 110
2.2 Data Ker usak a n da n Korba n Ve rs i Tim Re la wa n Untuk
Kemanusiaan (TRUK) ..................................................................... 110
2.3 Data Korban Versi RSCM ............................................................... 111
2.4 Data Kerusakan dan Korban Versi Kodam Jaya ............................. 111
2.5 Data Kerugian Bisnis Properti Akibat Kerusakan ........................... 112
2.6 Data Kerusakan dan Korban TRUK ................................................ 112
2.7 Data Korban Jiwa dan Luka-Luka Versi Tabloid Berita Mingguan
Adil .................................................................................................. 112
2.8 Data Kerusakan Versi Tabloid Berita Mingguan Adil .................... 113
2.9 Data Perkosaan Tim Gabungan Pencari Fakta ................................ 113
3. Transcript Wawancara dengan Wahyu Apri Wulan Sari ............................... 114
4. Transcript Wawancara Trifosa Sie Yulyani Retno Nugroho ......................... 117

xv
1
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Karya sastra bertitik tolak pada dunia nyata, termasuk karya sastra Indonesia.

Pada waktu sastra Indonesia lahir, kekuasaan Belanda mewarnai semua aspek

kehidupan; dengan demikian, karya sastra yang diterbitkan, seperti Sitti Nurbaya, di

permukaan tampak pro-Belanda. 1 Pada saat perang kemerdekaan, kemanusiaan dan

semangat perjuangan tidak dapat terpisah dari kehidupan; demikian pula pada karya

sastra, seperti dalam Jalan Tak Ada Ujung, yang mengutamakan tema kemanusiaan

dan kemerdekaan. Setiap periode diilhami oleh peristiwa nyata. 2

Demikian pula Putri Cina karya Sindhunata, yang diterbitkan pada tahun

2007. Akibat kekacauan ekonomi, pada tahun 1998 orang keturunan Cina dijadikan

kambing hitam di seluruh Indonesia. Di Jakarta sendiri, dalam waktu tiga hari (dari

tanggal 13 – 15 Mei 1998) sebanyak 1.217 orang tewas, 3 152 wanita diperkosa, 4 dan

ada kerugian material setidaknya Rp. 2,5 triliun. 5 Sebagai akibat dari krisis ekonomi

dan kerusuhan di “kota paling aman dan dijaga se-Indonesia,” akhirnya Presiden

1
Siregar, Bakri. Sedjarah Sastera Indonesia Modern. 1964. Akademi Sastera dan Bahasa
“Multatuli”: Jakarta. Hal. 31 – 32.
2
Teeuw, A. Sastra Baru Indonesia I. Diterjemahkan Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial. Ed isi Pertama.
1980. Nusa Indah: Ende. Hal. 170 – 172.
3
Hartin ingsih, Maria, dan Ahmad Arif. “Tragedi Mei: Membaca Kota dari Puing Berjelaga.” 2008.
Kompas. 16 Mei. Hal. 49.
4
“Soal Kerusuhan: Pemerintah Bentuk Tim Interdep.” 1998. Kompas. 14 Ju li. Hal. 6.
5
Setiono, Benny G. Tionghoa dalam Pusaran Politik: Mengungkap Fakta Sejarah Tersembunyi
Orang Tionghoa di Indonesia. Edisi Pertama. 2008. TransMedia: Jakarta. Hal. 1084.
2
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Suharto terpaksa mengundurkan diri. 6 Kerusuhan ini menyebabkan hilangnya

identitas dalam batin warga keturunan Cina, yang menjadi bingung: apa artinya

nasionalitas, kalau tidak bisa Cina dan tidak bisa Indonesia? Putri Cina lahir sebagai

tanggapan pertanyaan itu. 7

Biarpun Putri Cina merupakan tanggapan atas pertanyaan identitas, novel itu

tidak dapat dipisahkan dari peristiwa yang telah mengilhaminya. Novelnya penuh

dengan peristiwa yang menjadi paralel kerusuhan Mei 1998, di antaranya kerusuhan

yang menjadi alasan pembunuhan orang Cina, perkosaan wanita Cina,

ketidakmampuan pemerintah untuk mencegah kerusuhan, dan gara-gara yang

tersebar di seluruh Indonesia. Sejauh manakah Putri Cina mencerminkan realitas?

1.2 Perumusan Masalah

Penelitian ini memecahkan tiga masalah, yaitu:

1.2.1 Bagaimanakah peristiwa Kerusuhan Mei 1998 di Indonesia?

1.2.2 Bagaimanakah struktur novel Putri Cina karya Sindhunata?

1.2.3 Bagaimanakah Kerusuhan Mei 1998 mempengaruhi Putri Cina karya

Sindhunata?

6
Tan, Mely G. Etnis Tionghoa di Indonesia: Kumpulan Tulisan. 2008. Yayasan Obor Indonesia:
Jakarta. Hal. 212
7
Hartin ingsih, Maria. “Pergumu lan Menguakkan Identitas.” 2007. Ko mpas. 23 September. Hal. 11.
3
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini mempunyai tiga tujuan sebagai berikut.

1.3.1 Mendeskripsikan peristiwa Kerusuhan Mei 1998 di Indonesia.

1.3.2 Mendeskripsikan struktur novel Putri Cina karya Sindhunata.

1.3.3 Mendeskripsikan pengaruh Kerusuhan Mei 1998 terhadap novel Putri

Cina karya Sindhunata.

1.4 Tinjauan Pustaka

Dalam tinjauan pustaka telah ditemukan beberapa pembahasan Putri Cina

karya Sindhunata. Pembahasan-pembahasan yang ditemukan ada yang merupakan

skripsi/tugas akhir, esai dan resensi buku.

Pembahasan pertama ditulis oleh Maria Hartiningsih berjudul “Pergumulan

Menguakkan Identitas”. Tulisan ini merupakan resensi buku Putri Cina. Resensi yang

diterbitkan di Kompas pada tanggal 23 September 2007 ini memberi sinopsis plot,

serta membahas salah satu pesan novel, yaitu “Identitas Tunggal adalah Ilusi.”

Biarpun ada sedikit pembahasan interteks pada pembukaan dengan menjelaskan

sedikit tentang Kerusuhan Mei 1998 dan pengaruhnya di dunia sastra, serta satu

paragraf yang menarik keparalelan di antara dunia nyata dan dunia Putri Cina:

Manusia terus mengulang sejarah itu dalam konteks politik yang


berbeda-beda. Pemerkosaan terhadap perempuan etnis Cina juga terjadi
waktu itu (hal 149-150). Sejarah kontemporer mencatat
pengambinghitaman etnis Cina sejak tahun 1740 (hal 85-86). 8

8
Hartin ingsih, Maria. Op. Cit.
4
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Dalam penulisan ini belum dijumpai pembahasan sosiologi sastra historis

yang mendalam. Sementara, tugas akhir ini diharapkan dapat membahas ilham dari

sudut sosiologi sastra sejarahwi secara lebih dalam.

Ditemukan pula sebuah skripsi dari Fakultas Ilmu Budaya di Universitas

Gadjah Mada berjudul “Novel Putri Cina Karya Sindhunata: Analisis Intertekstual”

oleh Dedy Purwono. Skripsi ini, yang diselesaikan pada tahun 2008, membahas Putri

Cina dengan teori interteks. Skripsi Dedy sebagaimana dikemukakan di inti sarinya:

Berdasarkan teori intertekstual, nampak kehadiran teks-teks lain


dalam novel Putri Cina. Teks lain yang kehadirannya dapat dilacak
dalam novel Putri Cina yaitu Babad Jaka Tingkir, Babad Tanah Jawa,
sajak-sajak Cina klasik, drama “Jakarta 2039”, dan novel Sam Pek Eng
Tay. Kehadiran teks-teks tersebut saling berkaitan dan menetralisasi satu
sama lain sehingga berhasil menambah kualitas novel Putri Cina sebagai
sebuah produktivitas. 9

Skripsi tersebut bertujuan untuk mencari interteks di antara Putri Cina dengan

karya sastra lain. Sementara, tugas akhir ini akan mencari pengaruh Kerusuhan Mei

1998 dalam karya Putri Cina dengan menggunakan teori sosiologi sastra.

Sementara, Novita Dewi, dosen Kajian Bahasa Inggris (Pascasarjana) di

Universitas Sanata Dharma, menulis makalah mengenai bagaimana Putri Cina

melambangkan usaha untuk rekonsilasi masyarakat pasca-Kerusuhan Mei 1998.

Sebagaimana dinyatakan dalam abstraknya,

Tulisan ini bertujuan mengungkapkan adanya rekonsilasi pasca


konflik lewat imajinasi historis dalam karya terbaru Sindhunata Putri
Cina (2007). Rekonsilasi akan pesan perdamaian ditunjukkan melalui
menerimanya tokoh akan ketidakjelasan identitasnya. Pesan ini dikemas

9
Purwono, Dedy. “Novel Putri Cina Karya Sindhunata: Analisis Intertekstual”. 2008. Skripsi.
Yogyakarta: Faku ltas Ilmu Budaya, Un iversitas Gad jah Mada. Hal. x.
5
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

menggunakan narasi tentang peperangan, balas dendam, dan


pengambinghitaman dengan mengangkat sejarah, mitos, cerita rakyat,
dan realitas politik modern yang menggarisbawahi kengerian dan kesia-
siaan perang antarsaudara. Rekonsilasi dan peran perdamaian ini dibayar
oleh cinta dan kematian. 10

Tulisan Novita Dewi ini menggunakan sosiologi sastra sejarah, folklor, dan

politik untuk menunjukkan bagaimana novel Putri Cina merupakan sebuah usaha

untuk merekonsiliasi suku pribumi dengan orang keturunan Cina. Sementara, tugas

akhir ini mengutamakan teori sosiologi sastra sejarah dan dimaksud untuk

menemukan ilham- ilham Putri Cina.

1.5 Landasan Teori

Dalam tugas akhir ini akan digunakan dua teori, yaitu teori strukturalisme

untuk memahami novel Putri Cina dan teori sosiologi sastra untuk memahami

hubungannya dengan Kerusuhan Mei 1998.

1.5.1 Teori Strukturalisme

Teori strukturalisme dalam sastra merupakan pengertian struktural terhadap

sebuah karya sastra, baik prosa, puisi maupun drama. Berdasarkan strukturnya;

penelitian ini akan menelusuri sudut pandang naskah, alur cerita, latar, penokohan,

dan tema.

10
Dewi, Novita. “Putri Pewarta Perdamaian : Kajian atas Putri Cina karya Sindhunata” dalam Sintesis
Vo l. 6 No. 1 Maret 2008. Hal. 40.
6
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Sudut pandang merupakan bagaimana suatu cerita disampaikan. Apabila

disampaikan dengan “aku-an” (tokoh utama ialah si “Aku”), maka sudut pandangnya

disebut orang pertama. Apabila cerita disampaikan dengan menggunakan nama tokoh

dan narator yang mempunyai kedudukan di luar cerita, maka naskah mempunyai

sudut pandang orang ketiga atau “dia-an”. Sudut pandang orang ketiga ini dapat

dibagi lagi menjadi dua jenis yaitu terbatas (hanya mengetahui beberapa tokoh saja),

dan mahatahu (mengetahui keadaan dan pikiran semua tokoh). 11

Alur cerita (plot) adalah apa yang terjadi dalam cerita. Alur ini dibagi dalam

lima bagian, yakni perkenalan, munculnya konflik, perkembangan konflik, klimaks

dan penyelesaian. Walaupun secara umum kelima bagian tersebut berurutan, ada juga

karya yang menggunakan urutan yang berbeda, dengan menggunakan teknik seperti

flashback untuk mengembangkan cerita. 12

Latar terdiri dari tiga bagian, yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar sosio-

budaya. Latar tempat adalah ruang lingkup di mana cerita terjadi, baik secara sempit

(misalnya istana presiden) maupun luas (misalnya Jawa Barat). Latar waktu adalah

kurun waktu di mana sebuah peristiwa itu terjadi, baik secara sempit (misalnya jam

tiga siang), maupun luas (misalnya tahun 1998). Latar sosio-budaya adalah

keseluruhan adat dan kebudayaan di tempat dan waktu di mana cerita terjadi. 13

11
Ratna, Nyo man Kutha. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra: dari Strukturalisme hingga
Postrukturalisme Perspektif Wacana Naratif. Cetakan 1. 2004. Pustaka Pelajar: Yogyakarta. Hal.
319 – 320
12
Ibid. Hal. 240 – 243.
13
Obstfeld, Raymond. Fiction First Aid: Instant Remedies for Novels, Stories and Scripts. 2002
Cincinnati, OH: Writer's Digest Books. Hal. 1, 65, 115, 171.
7
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Penokohan adalah perkembangan tokoh-tokoh dalam cerita. Ada tiga jenis

tokoh, yaitu protagonis (pelaku/pendorong cerita), antagonis (penghambat

protagonis), dan tritagonis (pembantu protagonis dan / atau antagonis). Hubungan di

antara para tokoh dapat menyebabkan dan menyelesaikan konflik. 14

Tema adalah pembahasan terhadap hal- hal mendasar dalam naskah yang

merupakan perjuangan universal. Ada tema klasik, seperti ‘yang baik mengalahkan

yang jahat,’ dan ada juga yang lebih jarang digunakan seperti ‘yang jahat

mengalahkan yang baik.’ 15

Dalam penelitian ini, yang akan dijadikan acuan ialah plot, latar, penokohan,

dan tema, sementara sudut pandang akan disinggung pada Bab III tapi tidak didalami

pada Bab IV.

1.5.2 Teori Sosiologi Sastra

Sosiologi sastra (juga disebut sosiokritik) adalah ilmu sastra interdisiplin

(ilmu sastra dengan ilmu sosiologi) 16 yang dipicu sebagai tanggapan atas kekurangan

teori strukturalisme. Oleh karena dipercaya bahwa karya sastra harus dipahami

sebagai satu aspek kebudayaan yang melengkapi kebudayaan lain, sosiologi sastra

berusaha untuk memahaminya dalam konteks kebudayaan itu. Semua aspek saling

melengkapi, baik pengarang, artifak, pembaca, maupun interteks. 17

14
Ratna, Nyo man Kutha. Op. Cit. Hal. 318.
15
Obstfeld, Raymond. Op. Cit. Hal. 1, 65, 115, 171.
16
Ratna, Nyo man Kutha. Op. Cit. Hal. 338.
17
Ibid. Hal. 332.
8
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Menurut Jonathan Culler, karya sastra, yang merupakan suatu sistem simbol,

hanya dapat mempunyai arti apabila dijelaskan dari mana asal- usulnya dan untuk

siapa dimanfaatkan. Penelitian yang tidak memperhatikan ini tidak dapat menjelaskan

karya sastra dengan sesungguhnya. 18

Dalam penerapannya, teori sosiologi sastra dinyatakan lebih mudah

dipergunakan untuk prosa, khususnya novel. Menurut Nyoman Kutha Ratna, ini

terjadi karena beberapa hal. Pertama, novel menampilkan unsur-unsur cerita yang

paling lengkap, serta paling luas. Kedua, bahasa yang digunakan cenderung bahasa

sehari- hari, sehingga paling mudah dipahami. 19

Sosiologi sastra dianggap teori yang baru. Biarpun dinyatakan telah lahir pada

abad kedelapan belas, baru ada buku teks yang diterbitkan pada tahun 1970.20

Walaupun demikian, perkembangannya sudah pesat. Di bawah ini dijelaskan berbagai

aspek teori sosiologi sastra.

Menurut Nyoman Kutha Ratna, kedudukan karya sastra adalah sebagai

berikut.

1. Karya sastra ditulis oleh pengarang, diceritakan oleh tukang cerita, disalin

oleh penyalin. Ketiga subjek itu adalah anggota masyarakat.

2. Karya sastra hidup dalam masyarakat, menyerap aspek-aspek kehidupan yang

terjadi dalam masyarakat, yang pada gilirannya juga digunakan masyarakat.

18
Culler, Jonathan. 1977. Structuralist Poetics: Structuralism, Linguistics, and the Study of
Literature. Routledge & Kegan Pau l: London. Hal. 5. dalam Ratna, Nyo man Kutha. Op. Cit. Hal.
337.
19
Ratna, Nyo man Kutha. Op. Cit. Hal. 335 – 336.
20
Ibid. Hal. 331.
9
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

3. Medium karya sastra, baik lisan maupun tulisan, dipinjam melalui kompetensi

masyarakat, yang dengan sendirinya telah mengandung masalah- masalah

kemasyarakatan.

4. Berbeda dengan ilmu pengetahuan, agama, adat- istiadat, dan tradisi yang lain,

dalam karya sastra terkandung estetika, etika, bahkan juga logika. Masyarakat

jelas sangat berkepentingan terhadap ketiga aspek tersebut.

5. Sama dengan masyarakat, karya sastra adalah hakikat intersubjektivitas;

artinya, masyarakat menemukan citra dirinya dalam suatu karya. 21

Dengan demikian, menurut Nyoman Kutha Ratna kekayaan karya sastra

terjadi karena dua hal, sebagaimana dijelaskan di bawah.

1. Pengarang, dengan pengetahuan intersubjektivitasnya, menggali kebudayaan

masyarakat lalu memasukkan kebudayaan itu dalam karyanya. Keberhasilan

pemasukan kebudayaan itu bertitik tolak pada kemampuan pengarang dalam

melukiskannya.

2. Pembaca, dengan pengertian kebudayaan itu, memahami apa yang dibaca

dengan kaca mata budaya itu. Apabila pembaca tidak memahami atau berasal

dari kebudayaan itu, sangat susah untuk karya sastra berhasil mengesankan

pembaca. 22

Menurut Nyoman Kutha Ratna, karya sastra selamanya milik masyarakat

yang melahirkan pengarangnya. Selama hidup pengarang, dia dapat diakui sebagai

21
Ibid. Hal. 333.
22
Ibid. Hal. 333 – 334.
10
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

pengarang karya sastra. Namun, setelah kematiannya pengarang tunggal itu diganti

dengan pengarang jamak, yaitu masyarakat yang melahirkan situasi sosio-budaya

yang mewarnai karya sastra. Pengarang jamak ini yang dinamakan pengarang

implisit. Tidak ada karya sastra yang merupakan hanya hasil dunia batin pengarang

sendiri. 23

Pernyataan serupa dinyatakan oleh ahli ilmu sastra lain. Menurut Jonathan

Culler, tidak ada karya sastra yang berasal dari pikiran yang benar-benar independen

yang dapat dimengerti oleh masyarakat luas. Apabila karya sastra diharapkan untuk

dibaca, dipahami, dan dinikmati masyarakat, harus termasuk horison harapan

pembaca, atau sistem kebiasaan dan pikiran umum di masyarakat itu yang sudah pasti

akan dipahami pembaca. 24

Sebagai ilmu interdisiplin antara ilmu sastra dan sosiologi, sosiologi sastra

juga menerapkan berbagai aspek kebudayaan, antara lain sejarah, filsafat, agama,

ekonomi, dan politik. Namun, prioritas dalam penelitian sosiologi sastra adalah karya

sastra sendiri, dengan ilmu- ilmu lain sebagai ilmu pembantu. 25

Ada tiga macam model penelitian karya sastra yang dapat digunakan seorang

peneliti, sebagai berikut:

1. Menganalisis masalah-masalah sosial yang terkandung di dalam karya sastra

itu sendiri, kemudian menghubungkannya dengan kenyataan yang pernah

terjadi.

23
Ibid. Hal. 336.
24
Culler, Jonathan. Op. Cit. Hal. 5. dalam Ratna, Nyoman Kutha. Op. Cit. Hal. 337.
25
Ratna, Nyo man Kutha. Op. Cit. Hal. 339.
11
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

2. Sama dengan di atas, tetapi dengan cara menemukan hubungan antarstruktur,

bukan aspek-aspek tertentu.

3. Menganalisis karya dengan tujuan untuk memperoleh informasi tertentu,

dilakukan dengan menggunakan disiplin tertentu. Model ini mudah diterapkan

dengan cara yang salah, sehingga karya sastra menjadi objek kedua. 26

Dalam penelitian ini, aspek sosiologi sastra yang akan diteliti adalah sejarah,

dengan menggunakan model ketiga.

1.6 Metode Penelitian

1.6.1 Metode Pengumpulan Data

Untuk memecahkan masalah yang telah dirumuskan di atas, diperlukan data

yang cukup mengenai Kerusuhan Mei 1998 beserta unsur intrinsik novel Putri Cina.

Untuk pengumpulan data itu, digunakan dua metode, yaitu kajian pustaka dan

wawancara.

Untuk data tentang Kerusuhan Mei 1998, akan digunakan sumber sekunder,

antara lain buku sejarah, artikel koran, artikel majalah, dan novel. Sementara, untuk

data mengenai perasaan dan pengalaman orang, akan digunakan metode wawancara

supaya perasaan dan pengalaman korban lebih menonjol.

26
Ibid. Hal. 340
12
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

1.6.2 Metode Analisis Data

Oleh karena ketiga masalah yang akan dipecahkan dalam tugas akhir ini

mempunyai sifat yang sangat berbeda, akan digunakan tiga metode analisis data.

Untuk Bab 2, yang bersifat sejarah kuantitatif/kualitatif, akan digunakan metode

historis deskriptif agar apa yang terjadi dapat dikemukakan dengan jelas. Untuk Bab

3, yang menggunakan teori strukturalisme, akan digunakan metode analisis objektif-

deskriptif, sesuai dengan filsafat dasar teori strukturalisme bahwa tidak ada unsur di

luar karya sastra yang berperan dalam pembentukan karya sastra tersebut. Sementara,

untuk Bab 4, yang berusaha untuk menghubungkan keterjadian pada Kerusuhan Mei

1998 dengan keterjadian dalam novel Putri Cina, akan digunakan metode komparatif,

dengan menarik kesamaan di antara kenyataan sejarahwi dan keterjadian dalam

novel.

1.6.3 Metode Penyajian Data

Data akan disajikan secara deskriptif, dengan kesimpulan ditarik dari

deskripsi itu.

1.6.4 Sumber Data

Sumber data yang utama digunakan untuk penelitian ini adalah sumber

sekunder (sumber pustaka), di antara lain artikel majalah, artikel koran, buku sosial,

buku sejarah, dan skripsi. Sementara, untuk keperluan tertentu digunakan sumber

primer dan sumber tersier. Sumber primer dalam bentuk wawancara digunakan untuk
13
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

mengetahui emosi yang terasa oleh korban kerusuhan, sementara sumber tersier

dalam bentuk kamus digunakan untuk penerjemahan istilah-istilah asing.

1.7 Sistematika Penyajian

Tugas akhir ini akan dibagi menjadi lima bab dan tujuh belas subbab. Bab

satu adalah pendahuluan, yang berfungsi sebagai pengantar. Bab ini dibagi menjadi

tujuh subbab dan menjelaskan latar belakang masalah, masalah, teori yang digunakan,

tujuan dan metode penelitian, dan sistem penyajian.

Bab dua berfungsi sebagai informasi yang menjelaskan Kerusuhan Mei 1998,

ditarik dari berbagai sumber sekunder dan hasil wawancara pribadi. Bab ini akan

dibagi menjadi lima subbab, dengan subbab pertama menjelaskan penyebab

Kerusuhan Mei 1998, subbab dua menceritakan peristiwa di Jakarta, subbab tiga

menceritakan peristiwa di Surakarta, subbab empat menceritakan garis besar

kerusuhan di kota lain dan subbab lima menjelaskan dampak kerusuhan itu dalam

batin warga Cina.

Bab tiga adalah kajian struktural Putri Cina. Bab ini akan dibagi dalam lima

subbab. Setiap subbab akan merupakan penjelasan salah satu aspek struktur Putri

Cina, yaitu sudut pandang, alur cerita, latar cerita, penokohan, dan tema.

Bab empat mengemukakan pengaruh Kerusuhan Mei 1998 dalam Putri Cina.

Bab ini akan terdiri dari hasil kajian interteks, yaitu antara penelitian pustaka dan

unsur-unsur cerita. Dengan penyamaan ini dapat ditarik kesimpulan bagaimana Putri

Cina dipengaruhi Kerusuhan Mei 1998.


14
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Bab terakhir adalah penutup. Bab ini akan berisi kesimpulan dan saran dari

penelitian.
15
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB 2

KERUSUHAN MEI 1998 DI INDONESIA

2.1 Latar Belakang

Kerusuhan yang terjadi pada bulan Mei 1998 adalah akibat dari krisis moneter

yang telah terjadi di Asia Selatan-Timur mulai di Thailand pada bulan Juli 1997. Pada

saat itu, pemerintah Thailand memutuskan mengembangkan nilai tukar baht. Itu

menyebabkan nilai tukar mata uang negara tetangganya, seperti ringgit dan rupiah,

bergoyang. Sebagian besar mata uang di Asia Selatan-Timur menjadi lemah,

termasuk rupiah. Pada tanggal 13 Agustus 1997 harga tukar rupiah sudah sampai nilai

terendah yang pernah ada sampai saat itu, dengan harga tukar sebanyak Rp. 2.682 per

dolar AS. Semakin hari harga tukar rupiah menjadi semakin rendah, dan harga barang

dan keperluan dasar seperti nasi menjadi semakin mahal. Walaupun pemerintah

Indonesia dapat pinjaman dari Dana Moneter Internasional (IMF), tarik- menarik di

antara pemerintah Indonesia dan IMF membuat situasi di Indonesia menjadi semakin

buruk, sampai pada Maret 1998 situasi ekonomi di Thailand dan negara- negara lain

sudah mulai menjadi lebih baik, tetapi situasi di Indonesia menjadi semakin buruk. 27

Kehancuran ekonomi ini tidak dapat diacuhkan oleh masyarakat. Pada tengah

dan akhir tahun 1997 jumlah mahasiswa- mahasiswi yang melakukan aksi

keprihatinan, dan itu hanya di kampus mereka saja. Kemudian, mulai pada bulan

Januari 1998 jumlah mahasiswa- mahasiswi yang berpartisipasi dalam aksi-aksi

27
Luhulima, James. Hari-Hari Terpanjang: Menjelang Mundurnya Presiden Soeharto dan Beberapa
Peristiwa Terkait. 2008. Ko mpas: Jakarta. Hal. 78 – 83.
16
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

keprihatinan mulai bertambah sampai ratusan orang; juga ada dosen dan alumni yang

mulai terlibat. Aksi keprihatinan besar pertama terjadi pada tanggal 16 Januari, 1998

di Kampus Institut Teknologi Bandung; aksi keprihatinan ini disusun oleh lebih dari

500 mahasiswa- mahasiswi. Setelah itu aksi keprihatinan menjadi semakin besar,

seperti aksi keprihatinan yang terjadi di Universitas Indonesia pada tanggal 25 dan 26

Februari dan yang terjadi di Universitas Gadjah Mada pada bulan Maret 1998.28

Akhirnya aksi-aksi keprihatinan terus meluas sampai ke seluruh kota besar di

Indonesia, dan hampir setiap hari berlangsung demonstrasi mahasiswa- mahasiswi. 29

Demonstrasi semakin hari menjadi semakin terbuka anti-pemerintah.

Contohnya, pada aksi keprihatinan yang terjadi di Universitas Gadjah Mada sebuah

boneka kertas Presiden Soeharto yang setinggi dua meter dibakar; marak- marak

seperti ini tidak jarang berlanjut menjadi bentrokan antara mahasiswa- mahasiswi dan

aparat keamanan. Agar masyarakat bisa lebih tenang dan mahasiswa- mahasiswi bisa

kembali belajar tanpa melakukan aksi keprihatinan lagi, Menteri Pertahanan dan

Keamanan / Panglima ABRI (Menhankam/Pangab) Jenderal Wiranto mengajak

masyarakat menyampaikan aspirasinya kepada pemerintah dalam dialog. Namun,

pada awalnya senat mahasiswa-mahasiswi menolak ajakan berdialog. Akhirnya pada

tanggal 18 April 1998 terjadi sebuah dialog antara pemerintah dan tokoh masyarakat,

cendekiawan, dan mahasiswa- mahasiswi di Gedung Niaga Arena Pekan Raya Jakarta,

Kemayoran. Namun, sejumlah senat mahasiswa-mahasiswi tidak hadir dan, walaupun

28
Ibid. Hal. 83 – 84.
29
Setiono, Benny G. Tionghoa dalam Pusaran Politik: Mengungkap Fakta Sejarah Tersembunyi
Orang Tionghoa di Indonesia. Edisi Pertama. 2008. TransMedia: Jakarta. Hal. 1082.
17
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Menhankam/Pangab menganggap dialog itu sukses, sebenarnya dialog antara

pemerintah dan senat mahasiswa- mahasiswi itu tidak menyurutkan niat para

mahasiswa- mahasiswi untuk terus menggelar aksi-aksi keprihatinan dan mimbar

bebas. 30

Awal Mei 1998 suasana di Indonesia masih sangat kacau, penuh dengan rasa

takut dan ragu. Aksi mahasiswa-mahasiswi menjadi semakin luas, tetapi di antara

semua ini rezim Soeharto memutuskan untuk menaikkan harga BBM dan tarif dasar

listrik. Soeharto menyatakan bahwa, sesungguhnya, harga BBM sudah lama mau

dinaikkan tetapi situasi sampai saat itu belum memungkinkannya, dan apabila

harganya tidak dinaikkan, keadaan akan lebih berat lagi. Setelah mengumumkan itu,

Presiden Soeharto berangkat ke Kairo, Mesir untuk hadir di Konferens Tingkat

Tinggi G-15. Setelah dia pergi, suasana menjadi semakin kacau. 31

Korban dari aparat keamanan pertama dalam kekacauan dan aksi-aksi

keprihatinan ini ialah Letnan Dua (Pol) Dadang Rusmana, Kepala Satuan Intelijen

Kepolisian Resor Bogor; dia tewas di Rumah Sakit Ciawi pada pukul 16.00, tanggal 9

Mei 1998, setelah dihajar kepalanya dengan batu sampai pingsan oleh mahasiswa-

mahasiswi saat dia mengamankan protes mereka di Kampus Universitas Djuanda

(Unida) di Bogor. Selain Letnan Dua (Pol) Dadang Rusmana ada satu pihak

keamanan lain yang tewas setelah menjadi korban pemukulan mahasiswa- mahasiswi,

30
Luhulima, James. Op. Cit. Hal. 84 – 86.
31
Ibid. Hal. 108 – 111.
18
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

yaitu Kapten (Inf.) Ali, Kepala Seksi Intelijen Komando Distrik Militer Bogor.32

Kedua kematian itu menyebabkan pihak keamanan menjadi semakin keras terhadap

mahasiswa- mahasiswi yang melakukan demonstrasi, hingga tiga hari kemudian

terjadi sebuah tragedi yang, setelah semua sudah berakhir, menyebabkan ribuan orang

tewas se-Indonesia, kehancuran harta yang bernilai triliunan rupiah, dan memaksa

Soeharto mengundurkan diri.

Pada pukul 17:20, tanggal 12 Mei 1998, empat mahasiswa dari Universitas

Trisakti yang memprotes situasi ekonomi dan rezim Soeharto, yaitu Elang Mulia

Lesmana, Hendriawan Sie, Heri Hartanto, dan Hafidhin Alifidin Royan, ditembak

mati setelah mahasiswa-mahasiswi mulai kembali ke kampus setelah melakukan aksi

keprihatinan tanpa senjata dan secara teratur. 33 Pelaku aksi keprihatinan kembali ke

halaman kampus Trisakti pada tanggal 13 Mei untuk memprotes kezaliman penguasa

militer yang telah menembak mahasiswa-mahasiswi yang tidak bersenjata, dan

berhasil membunuh empat di antaranya. Namun, aksi tersebut diarahkan oleh

provokator dan kemudian menjadi aksi rasialis anti-Cina. 34

2.2 Kerusuhan di Jakarta 35

2.2.1 Secara Umum

32
Ibid. 111 – 112.
33
Ibid. 112 – 113.
34
Setiono, Benny G. Op. Cit. Hal. 1083.
35
Untuk gambaran tersebarnya kerusuhan dan penganiayaan, lihat Lamp iran 1: Peta Kerusuhan di
Jakarta.
19
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Kerusuhan mulai tersebar dari dekat kampus Universitas Trisakti. Pada

tanggal 13 Mei, sekitar pukul 11:00 WIB daerah itu ramai dengan mahasiswa yang

berduka cita atas kematian rekan mereka. Ada banyak karangan bunga tanda simpati.

Ada pula beberapa tokoh politik dan masyarakat berkumpul melakukan orasi,

memberi dukungan reformasi yang dipelopori mahasiswa. 36

Di luar kampus, terlihat massa terus bertambah. Ada aparat keamanan terlihat

berkumpul di bawah jembatan layang Kuningan, memperhatikan massa. Setelah

mahasiswa menolak bergabung dengan massa, massa mulai menyebar ke arah Roxy,

Tomang, Jalan S. Parman, Jalan Daan Mogot, dan Citraland. Setelah massa bubar

terjadi pembakaran di berbagai lokasi yang dilewati. 37 Kerusuhan yang mulai dekat

Trisakti ini akhirnya sampai ke seluruh Jakarta, bahkan ke Tangerang dan Bekasi.

Massa perusuh, yang diperkirakan dua juta orang, 38 terdiri dari orang dari

semua segi kehidupan. Ibu- ibu dan bapak-bapak menjarah barang untuk keluarga,

remaja-remaja menjarah barang elektronik seperti compact disk dan televisi, kanak-

kanak menjarah gula- gula, permen, coklat, dan permainan, sedangkan orang tua

menjarah kesukaan mereka. Massa ini sangat bersemangat melakukan kerusuhan ini;

mereka beteriak, bertepuk tangan, dan bersorak sambil merusak, menjarah, dan

membakar. 39

36
Jusuf, Ester Indayani dan Ray mond R. Siman jorang. Reka Ulang Kerusuhan Mei 1998. 2005. Tim
Solidaritas Kasus Kerusuhan Mei 1998: Jakarta. Hal. 11
37
Ibid. Hal. 15.
38
Chailil, Munawar, dan Tim Foru m. “Di Ujung Aksi Damai.” 1998. Forum Keadilan. 1 Juni
39
Sumbogo, Priyono B., Hidayat Gunadai, dan Andi Zulfikar Anwar. “Mereka Ingin Reformasi tapi
Jakarta Dijilat Api.” 1998. Gatra. 23 Mei. Hal. 24 – 31.
20
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Massa dikendalikan oleh provokator yang dicurigai merupakan anak buah dari

aparat dengan persuasi, misalnya “Bakar Citraland!” 40 Provokator ini kadang-kadang

malah membuat perusuh lain menjadi korban. Contohnya, ratusan ibu- ibu, remaja-

remaja, dan anak-anak diprovokasi untuk menyerbu beberapa mal dan menjarah

barang-barang, tetapi kemudian menjadi korban pembakaran ketika provokator-

provokator membakar mal atau pertokoan tersebut; 41 ini terjadi di Yogya Plaza dan

Department Store Klender, dan sesedikitnya 259 orang tewas dalam kasus-kasus

tersebut. 42

Pada umumnya target kerusuhan ini adalah orang Cina; ribuan toko dan

rumah yang milik warga etnis Cina dijarah dan dibakar. Demikian juga ribuan

kendaraan bermotor yang menjadi bangkai karena dibakar dalam pogrom 43 anarkis

itu. Demikian juga sejumlah mal dan pertokoan lain seperti Supermall Karawaci,

Glodok Plaza, dan Yogya Department Store Klender. 44 Kantor-kantor Bank Central

Asia, yang milik Sudono Salim, juga ditarget dan menjadi korban perusuhan ini. 45

Selama tiga hari kerusuhan ini terjadi (13 – 15 Mei 1998), sebagian besar

orang berkuasa hanya diam. Yang bertanggung jawab atas keamanan masyarakat di

Jakarta, yaitu Kapolda Metro Jaya Mayjen Hamami Nata dan Pangdam Jaya Mayjen

40
Sumbogo, Priyono B., Hidayat Gunadai, dan Andi Zulfikar Anwar. Op. Cit. 23 Mei. Hal. 24 – 31
41
Setiono, Benny G. Op. Cit. Hal. 1083 – 1084.
42
Arif, Ah mad dan Maria Hart iningsih. “10 Tahun Kerusuhan Mei: Berebut Ruang Ingatan.” 2008.
Kompas. 14 Mei. Hal. 1
43
“Pembunuhan besar-besaran thd suatu bangsa”
Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Keempat. 2009.
Gramed ia: Jakarta. Hal. 1087.
44
Setiono, Benny. G. Op. Cit. Hal. 1083.
45
Sumbogo, Priyono B., Hidayat Gunadai, dan Andi Zulfikar Anwar. Op. Cit. 23 Mei. Hal. 24 – 31.
21
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Sjafrie Sjamsuddin, tidak melakukan apa pun untuk mencoba mengatasi anarki yang

terjadi pada saat itu; aparat keamanan disuruh menyelesaikan kerusuhan itu sendiri.

Demikian juga Panglima ABRI Jenderal Wiranto, yang melepas tangan, 46 dan

mengutamakan persiapan upacara serah terima jabatan Panglima Divisi Infanteri 2

Kostrad di Malang tanggal 14 Mei, 1998, walaupun ada orang yang tewas dan

dikorbankan di sekitarnya. 47

Ketika aparat keamanan berusaha untuk mencegah aksi massa, terjadi

pemberontakan yang besar. Batu dilempar ke arah aparat keamanan, dan di satu kasus

ada truk yang dikendarai dengan kecepatan tinggi agar truk tersebut dibenturkan ke

pos polisi. Mobil polisi dikejar, dan polisi ditimpuki. Aparat keamanan membalas

dengan tembakan ke udara, tetapi akhirnya mereka tidak mampu menenangkan

masyarakat dan para perusuh tidak bisa dihentikan. Oleh sebab itu, karyawan-

karyawan di berbagai toko dan perusahaan lain seperti Pusat Perkulakan Goro

membiarkan massa membawa pulang barang, asal mereka tidak membakar gedung.

Akhirnya, massa perusuh dibiarkan menjarah, merusak, dan membakar sepuasnya.48

Setelah kekacauan anarkis selesai, Jakarta kelihatan seperti zona perang.

Biarpun jumlah korban dan kerugian tidak disetujui oleh para analis, 49 sudah diakui

bahwa jumlah korban dan kerugian tidaklah sedikit. Menurut The Jakarta Post, ada

lebih dari seribu orang tewas, dan jumlah seluruh kerugian diperkira sesedikit-

46
Setiono, Benny G. Op. Cit. Hal. 1084.
47
Luhulima, James. Op. Cit. Hal. 122.
48
Ibid. Hal. 24 – 31.
49
Lihat Lampiran 2.
22
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

sedikitnya Rp. 2,5 triliun, atau USD 238 juta. Sekitar 13 pasar, 2.479 rumah toko, 40

mal, 1.604 toko, 45 bengkel, 387 kantor, 9 SPBU, 8 bus dan kendaraan umum

lainnya, 1.119 mobil, 826 sepeda motor, dan 1.026 rumah dirusaki, dijarah, dan / atau

dibakar selama kerusuhan berlangsung. 50

Menurut Kompas, pada tahun 1998 jumlah korban yang tewas diperkirakan di

antara 200 dan 500 orang. 51 Namun, sekarang jumlah korban yang tewas diperkirakan

mencapai 1.217 orang. 52 Jumlah korban perkosaan mencapai 152 orang, dengan 15 di

antara mereka yang tewas. 53

Semua ini menjadi sangat mengejutkan untuk warga Jakarta, karena ketika

ada protes-protes di kota lain para pemimpin sangat tegas menyatakan bahwa Jakarta

adalah “kota yang paling aman dan dijaga se-Indonesia.” Oleh sebab itu, belum ada

yang siap, baik warga maupun aparat keamanan, untuk menghindari kerusuhan itu. 54

2.2.2 Kerusuhan dan Penjarahan

Dapat digunakan penjarahan Yogya Plaza di Klender, Jakarta Timur, sebagai

studi kasus bagaimana kerusuhan dijalankan.

Sekitar pukul 12.00 WIB [Pen. tanggal 14 Mei], terjadi


perkelahian antar pelajar di sekitar Jalan I Gusti Ngurah Rai. Mereka
terlihat saling melempar batu di Jalan Layang Klender. Sekitar 30 pelajar
masuk pemukiman Kampung Jati. Warga mengusir karena takut
50
Setiono, Benny G. Op. Cit. Hal. 1084.
51
Harsanto, Damar, dalam Su mbogo, Priyono B., Hidayat Gunadai, dan Andi Zu lfikar Anwar. Op.
Cit. 23 Mei. Hal. 24 – 31.
52
Hartin ingsih, Maria, dan Ahmad Arif. “Tragedi Mei: Membaca Kota dari Puing Berjelaga.” 2008.
Kompas. 16 Mei. Hal. 49.
53
“Soal Kerusuhan: Pemerintah Bentuk Tim Interdep.” Op. Cit.
54
Tan, Mely G. Op. Cit. Hal. 212.
23
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

merugikan warga. Kemudian mereka lari ke arah Klender. Sampai di


stasiun Klender, di dekat persimpangan Yogya Plaza terlihat sekelompok
massa, kira-kira 20 orang berdiri di situ. Ketika para pelajar itu melewati
mereka, beberapa orang dari kelompok massa tersebut berteriak ‘Serang,
Serang!’ Mereka memiliki ciri berbadan cukup tegap, atletis, dan
berambut cepak. Segera setelah komando itu, massa menyerang pelajar
dengan menggunakan kayu, batu dan batangan besi. Pelajar yang
diserang lalu lari masuk ke arah Yogya Plaza.
Kesaksian lain menyebutkan sebelumnya keadaan sekitar Yogya
Plaza belum terjadi apa-apa. Kemudian banyak orang lari- lari sambil
berteriak ‘Serbu Yogya! Serbu Yogya!’. Terlihat banyak yang pakai
seragam sekolah, tapi badannya besar-besar dan wajahnya tua-tua, ada
yang bertato. Mereka menyerbu Yogya Plaza sambil membuka pakaian
seragam sekolah.
Kesaksian lain lagi menyebutkan adanya kelompok pemuda dan
pelajar yang seolah-olah bertengkar untuk mengundang massa.
Kemudian massa mulai berdatangan. Tidak berapa lama kemudian
terlihat ada yang mulai membakar ban bekas di depan plaza.
Pada saat yang hampir bersamaan terlihat seorang berpakaian
polisi berdiri di atas Jalan Layang Klender mengamati tawuran antar
pelajar itu.
Banyak massa yang ikut menjarah. Banyak orang terlihat mondar-
mandir mengambil barang jarahan.
Sekitar pukul 15.00 – 15.15 WIB, salah seorang warga melihat
sebuah truk besar berplat merah berwarna orange masuk ke lokasi Yogya
Plaza. Truk tersebut mengangkut kira-kira 50 orang yang berpakaian
macam- macam (berpakaian seragam sekolah, berbaju singlet dll.)
Saksi mata melihat orang-orang tersebut saling mengenal. Mereka
masing- masing membawa jirigen berwarna putih dan berlari ke arah
Yogya Plaza. Tidak diketahui apa yang mereka kerjakan, tetapi beberapa
saat kemudian mereka kembali ke truk dengan tangan kosong.
Ciri-ciri orang-orang yang datang dengan truk berwarna orange
tersebut adalah berbadan tegap dan berumur kira-kira 20 – 30 tahun.
Mereka berpakaian preman, ada yang menggunakan seragam SMA.
Beberapa di antara mereka berambut cepak, lainnya berpotongan rambut
biasa saja. Mereka sepertinya saling mengenal satu sama lain dan
mendapat perintah dari supir dan satu orang yang duduk di samping
supir. Setelah orang-orang tersebut berada di Yogya Plaza, kemudian
terdengar ledakan keras dari belakang Yogya Plaza. Setelah ledakan,
supir dan 2 orang lain di truk, melambaikan tangan ke orang-orang yang
tadi membawa jirigen.
Orang-orang tersebut kemudian kembali ke truk dengan tangan
kosong dan meninggalkan lokasi. Kejadian itu terbuka dan banyak orang-
24
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

orang mengamati hal yang sama. Saat itu saksi mata sudah melihat asap
tebal mulai keluar dari Yogya Plaza.
Warga ... melihat sekitar 50 orang turun dari dua buah truk yang
datang dari arah Pondok Kopi ke Yogya Plaza sambil membawa jirigen
dan terlihat ada yang memimpin dengan menggunakan HT dan berkaca
mata. Warga yang menyaksikan melihat bahwa isi jirigen tersebut adalah
bensin. Terlihat ada orang melempar jirigen di lantai satu. Terlihat juga
ada yang mengumpulkan segala macam barang menjadi satu, kemudian
disiram dengan bensin (dari jirigen) dan dibakar. Diketahui kemudian
ternyata ada yang mengunci lantai 2, sehingga anak-anak dan yang
lainnya tidak dapat keluar menyelamatkan diri.
Sekitar pukul 15.30 WIB, [di] lantai dua bangunan terlihat banyak
orang terjebak dan berusaha keluar. Api sudah membesar dan asap tebal
menghalangi pandangan. Dari luar bangunan terlihat banyak orang
melambai tangan meminta tolong dari lantai 4 gedung. Warga kemudian
mengambil tali tambang dari kain iklan film di bioskop Yogya Plaza
untuk diulurkan dengan bambu ke lantai 4.
Sekitar pukul 15.30 – 17.30 WIB, terlihat banyak orang dari lantai
4 turun dengan menggunakan tambang tersebut. Dalam keadaan panik,
banyak juga orang melompat ke bawah. Akibat banyak orang menjadi
terluka dan meninggal dunia.
Sekitar pukul 21.00 WIB di sekitar Yogya Plaza hujan turun dan
api mulai padam.
Sekitar pukul 21.30 WIB, setelah api mulai padam warga
mencoba masuk ke dalam gedung. Saat masuk melalui pintu eskalator di
satu, terlihat kawat dikaitkan ke pintu rolling door, menghalangi jalan
keluar. Saksi berhasil masuk sampai batas escalator di lantai dua. Hawa
di dalam ruangan sangat panas. Sandal yang digunakan sempat meleleh.
Terlihat di dalam ruangan banyak mayat terbakar bertumpuk menjadi
satu.
Warga lain, yang juga mencoba untuk memasuki bangunan,
melihat pintu rolling door dalam keadaan terkunci gembok dan pintu
masuk dihalangi oleh kawat yang diikat ke pintu rolling door dan
dikaitkan ke eskalator sehingga pintu rolling door tidak dapat dibuka. ...
rolling door tersebut sebelumnya dalam keadaan terbuka karena
digunakan orang banyak keluar masuk gedung. 55

Seperti dilihat dari kasus Yogya Plaza, awalnya sekelompok provokator

datang dan memancing emosi massa agar siap menjarah. Kemudian, provokator pergi

55
Jusuf, Ester Indayani dan Ray mond R. Siman jorang. Op. Cit. Hal. 110 – 122.
25
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

dan membiarkan massa menjarah sepuasnya. Modus operandi ini juga dilihat di

seluruh Jakarta, antara lain, sebagai berikut.

• Pada tanggal 14 Mei di Sunter, Jakarta Utara, terlihat beberapa pengendara

sepeda motor mondar- mandir dan memainkan gas dengan keras di sepanjang

jalan depan Kompleks Ruko Griya Inti Sentosa. Pengendara motor tersebut

terlihat berbadan kekar dan sebagian besar menggunakan seragam SMU,

tetapi wajahnya mereka terlihat cukup tua untuk disebut pelajar SMA. Tidak

lama kemudian massa datang dan menjarah Kompleks Ruko Griya Inti

Sentosa. 56

• Pada tanggal 14 Mei, di depan Supermarket Hero Megaria, Jakarta Pusat,

terlihat tiga pria berusia antara 20 – 30 tahun melempari bangunan dengan

batu. Mereka berambut cepak, berbadan tegap, dan berpakaian preman. Tiga

pria ini melempar batu dahulu, lalu diikuti massa. Setelah massa sibuk

melempari dan menjarah Hero, mereka lenyap. 57

• Pada tanggal 14 Mei, di Ciledug, Tangerang, terlihat sekitar 3 – 5 orang

memimpin massa. Mereka umumnya berbadan kekar dan berambut cepak.

Umumnya mereka mengenakan baju hitam, celana jeans dan meneriakkan

yel- yel “Bakar Cina!” dan “Jarah Cina!” Di bawah pimpinan mereka, toko-

toko dan Mal Ciledug dijarah. 58

56
Ibid. Hal. 61 – 62.
57
Ibid. Hal. 101.
58
Ibid. Hal. 175.
26
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Massa pada umumnya terdiri dari kaum rendah dan dari segala usia, baik

dewasa, remaja, maupun anak. 59 Jumlahnya diperkirakan mencapai dua juta orang.60

Mereka pada umumnya menjarah barang yang harga aslinya mahal, dan merusak

barang yang tidak diambil. 61

Massa dipimpin oleh sekelompok provokator. Para provokator ini mempunyai

ciri-ciri yang mirip, yaitu berjenis kelamin pria, berbadan tegap dan atletis, berambut

hitam cepak, dan terkoordinasi. Oleh karena itu, diduga bahwa para provokator

adalah aparat yang memancing emosi rakyat. 62

Provokator ini berusaha untuk mengarahkan serbuan massa pada perusahaan

atau toko milik warga keturunan Cina atau orang Cina sendiri. Selain menggunakan

yel seperti “Cina babi!” 63 atau “Ganyang Cina!” 64 dan komando seperti “Cina-Cina,

JP milik Cina, bakar-bakar!”, 65 massa secara aktif diarahkan agar tidak menjarah

perusahaan milik orang pribumi. Ini terlihat di Cempaka Putih Tengah, Jakarta Pusat,

ketika massa dikomando untuk tidak menjarah atau membakar gedung Asuransi

Bumi Putera. 66

59
Ibid. Hal. 1 – 179.
60
Chailil, Munawar, dan Tim Foru m. Op. Cit.
61
Jusuf, Ester Indayani dan Ray mond R. Siman jorang. Op. Cit. Hal. 1 – 19.
62
Ibid. Hal. 101,
63
Ibid. Hal. 29
64
Ibid. Hal. 55
65
Ibid. Hal. 132
66
Ibid. Hal. 83
27
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

2.2.3 Kekerasan Terhadap Etnis Cina

Selain anggota massa yang meninggal dalam kebakaran, juga sering terjadi

kekerasan yang ditargetkan kepada etnis Cina. Ada bukti bahwa pemukulan,

pembunuhan, dan perkosaan telah terjadi secara massal. 67 Beberapa kasus kekerasan

terhadap orang-orang Cina, antara lain sebagai berikut.

• Pada tanggal 14 Mei di Tomang, Jakarta Barat seorang warga etnis Cina

dipaksa turun dari angkatan mikrolet JB 03, lalu dipukuli beramai- ramai

sambil barangnya dirampas. 68

• Pada tanggal 14 Mei di Glodok, Jakarta Barat seorang warga etnis Cina

kehilangan dua cucu laki- lakinya yang terbakar selama kerusuhan. 69

• Pada tanggal 14 Mei di Slipi, Jakarta Barat dua orang keturunan Cina, seorang

lelaki dan seorang perempuan, dilempari batu oleh massa dan luka berat.

Massa berteriak “Cina babi, bunuh!” Akhirnya diselamatkan seorang aparat

TNI (yang juga dilempari batu) dan dibawa ke Apotek Prima. Apotek itu

kemudian hendak dibakar massa, tetapi pemiliknya keluar dengan berpakaian

Muslim dan meyakinkan massa agar tidak melakukan hal tersebut. 70

• Pada tanggal 14 Mei di Mangga Besar, Jakarta Utara, massa membakar dan

merusuh sambil meneriakkan kata-kata seperti “Reformasi! Reformasi!” serta

67
Setiono, Benny. G. Op. Cit. Hal. 1083 – 1084.
68
Jusuf, Ester Indayani dan Ray mond R. Siman jorang. Op. Cit. Hal. 18 – 19.
69
Ibid. Hal. 23.
70
Ibid. Hal. 29.
28
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

yel- yel anti-Cina seperti “Ganyang Cina!” Seorang warga etnis Tionghoa

hampir ditikam oleh salah seorang di antara kelompok massa. 71

• Pada tanggal 14 Mei di Jalan Mangga Besar, Jakarta Utara, sebuah mobil

Mercedes Benz milik etnis Tionghoa dihentikan oleh lebih dari dua puluh

orang, lalu penumpangnya dipaksakan turun. Mobil kemudian dirusak dan

dibakar. 72

• Pada tanggal 14 Mei di Grasera, Jakarta Timur terlihat massa melakukan

sweeping pengendara bermotor. Semua yang melintasi dipaksa membuka

helm sebelum diizinkan pergi. Ketika ditanya mengapa ada sweeping ini,

seorang anggota massa menjelaskan “Kami mencari orang Cina.” 73

Ada pula kekerasan seksual yang terjadi kepada wanita keturunan Cina.

Perkosaan ini dinyatakan terjadi secara ramai-ramai, dan kerap tidak ada yang

bersedia membantu. Contohnya, di Glodok telah terjadi perkosaan yang brutal kepada

wanita etnis Cina di depan umum, dan korban-korban perkosaan itu kadang dibunuh

setelah digunakan. 74 Tercatat bahwa jumlah korban perkosaan mencapai 152 orang,

dengan 15 di antara mereka yang tewas. 75

Yang tidak dibunuh merasa trauma dan ada yang sampai masuk rumah sakit

jiwa atau bunuh diri karena tidak bisa menahan rasa malu dan trauma. 76 Untuk

71
Ibid. Hal. 54 – 55.
72
Ibid. Hal 61.
73
Ibid. Hal. 123.
74
“Jangan Biarkan Pelecehan dan Perkosaan Tak Terselesaikan.” 1998. Ko mpas. 06 Juni. Hal. 12.
75
“Soal Kerusuhan: Pemerintah Bentuk Tim Interdep.” Op. Cit.
76
Setiono, Benny. G. Op. Cit. Hal. 1083 – 1084.
29
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

menyelamatkan diri ribuan orang asing dan orang Cina melarikan diri, sampai

perusahaan penerbangan menyediakan penerbangan ekstra untuk para pengungsi. 77 78

Kejadian perkosaan ini sangat tragis, sebagaimana bisa dilihat dari kasus

‘Andina’ di bawah, yang terjadi di Jakarta pada tanggal 13 Mei, 1998:

… sebut saja [Andina]. Gadis berusia 26 tahun ini, pada hari


naas itu … pulang dari kantornya. Sebuah bank swasta di kawasan
Tomang. Ia dibonceng pacarnya, pegawai perusahaan komputer,
menuju rumahnya di bilangan Jelambar, Jakarta Barat.
Merasa keadaan sudah mereda, mereka nekad pulang
menjelang pukul 21.00 WIB. Keduanya tak pernah bermimpi, dalam
perjalanan itu, di suatu tempat di Jakarta Barat mereka tiba-tiba
dikepung massa yang muncul begitu saja entah dari mana.
Di keremangan malam itu, Andina sudah tak mampu lagi
berpikir diapakan saja dirinya. Yang teringat hanyalah, ia ditarik-tarik
massa agar turun dari sepeda motor.
‘Tuhan, tolong Tuhan....’ hanya kata-kata itu yang dia
teriakkan, di tengah-tengah himpitan kepanikan dan ketakutan luar
biasa. Blazernya sudah terlepas, sementara seluruh harta miliknya
dilolosi. Uang, handphone, kartu ATM, SIM, STNK, helm, bahkan
obat dokter untuk orang-tuanya yang baru ditebus di apotek, habis
dijarah.
Andina tidak ingat lagi, diapakan saja dirinya waktu itu. Hanya
doa yang terus menguatkannya. Sekali ia jatuh terjengkang, tetapi
dengan kekuatan yang tersisa ia bangun dan kembali memegang baju
pacarnya erat-erat. Sang pacar, yang orang-tuanya berencana melamar
tanggal 17 Mei -empat hari sebelum kejadian ini menimpa- tak
berdaya dipukuli massa. Yang terdengar hanyalah rintihannya,
‘Ampun Pak… ampun… Saya orang biasa...’
Sementara teriakan massa makin menyeramkan. Tetapi dalam
keputusasaan, menurut penuturan Andina, tiba-tiba ada orang tua
muncul. Ialah yang memerintahkan agar para penjarah membebaskan
dua anak manusia ini. Andina dan pacarnya bisa pergi meninggalkan
tempat itu, sebelum kemudian ditolong polisi jaga di dekat situ yang
juga tak luput dari lemparan batu massa.

77
Sumbogo, Priyono B., Hidayat Gunadai, dan Andi Zulfikar Anwar. Op. Cit. 23 Mei. Hal. 24 – 31.
78
Kelana, A ries, dan I. Made Suarjana. “Yang Untung dan Buntung.” 1998. Gatra. 23 Mei. Hal. 66 –
67.
30
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Oleh polisi mereka diantar ke rumah penduduk. Seorang


penduduk kemudian memboncengkan keduanya sampai rumah.
Berhari-hari kemudian, Andina masih saja dicekam peristiwa itu
[hingga] lama ia tak masuk kantor. Sekujur tubuhnya penuh bilur-bilur
biru, bahkan juga di pangkal paha. Bekas-bekas kekerasan ini, baru
hilang seminggu kemudian.
[Ketika ditanya mengapa dia menceritakan peristiwa itu, dia
menyatakan bahwa dia] ‘Sakit, sakit sekali... Saya bercerita, dengan
harapan ada salah satu dari mereka bisa membaca, bisa tahu apa yang
saya rasakan, dan tak mengulanginya pada orang lain.’ 79

Beberapa kasus perkosaan lain yang tercatat termasuk:

• ‘Dini’, seorang wanita keturunan Cina yang diculik di daerah Jalan Jenderal

Sudirman lalu diperkosa di daerah persawahan pada tanggal 15 Mei 1998.

Karena menjadi trauma, dia akhirnya berpindah ke Amerika Serikat. 80

• ‘Mei Ling’, seorang ibu dari dua anak keturunan Cina yang pada tanggal 14

Mei 1998 dicegat massa di jalan, lalu diperkosa oleh empat orang pria.

Setelah diselamatkan, badannya penuh memar dan dalam keadaan syok.

Menjadi sangat takut pada lelaki, dan akhirnya harus masuk ke rumah

perawatan di Jakarta, dengan anaknya diasuh orang lain. 81

• ‘Lina’, seorang pemudi keturunan Cina yang pada tanggal 14 Mei 1998

dikejar massa lalu diperkosa ramai-ramai di dalam rumahnya oleh lebih dari

sepuluh orang. Setelah diperkosa, perempuan berusia empat belas tahun itu

79
“Luka Kerusuhan, Lu ka Perempuan.” 1998. Kompas. 5 Juni. Hal. 1.
80
“Hidup yang Terenggut”. 2003. Tempo. 25 Mei. Hal. 169.
81
Ibid. Hal. 168.
31
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

menjadi takut pada lelaki dan tidak mendapatkan haid untuk jangka waktu

yang panjang. Akhirnya berpindah ke Taiwan. 82

• ‘Mona Johan’, seorang pemudi keturunan Cina yang diperkosa di antara

tanggal 13 dan 14 Mei 1998 oleh lima orang lelaki. Empat di antara mereka

memegang kakinya, sementara lelaki kelima menempatkan leher dan kepala

Mona ke ujung tempat tidur, lalu memaksa alat kelaminnya ke dalam mulut

Mona. Keempat pria lain bergantian memerkosanya di vagina. Setelah

diperiksa, akhirnya Mono Johan bersama keluarga berpindah ke Australia. 83

2.2.4 Respons Aparat

Respons aparat selama kerusuhan terjadi tidak ada kepastian. 84 Dalam kasus-

kasus tertentu, seperti kasus Slipi di atas, aparat berusaha untuk menyelamatkan

warga yang ada dalam kondisi bahaya, bahkan atas risiko besar.

Namun, ada pula banyak laporan aparat tidak berusaha untuk mencegah

penjarahan atau kekerasan, biarpun ada kemampuan. Misalnya, di daerah Mangga

Besar, Jakarta Utara, pada tanggal 14 Mei 1998:

Saksi ... melihat sekitar 50-an orang dari arah Jembatan Baru
berusaha memasuki wilayah Pasar Pagi Mangga Dua. Kelompok massa
ini dihadang 50-an pasukan Kostrad (terlihat dari baret hijau yang
dikenakan) yang berjaga di bawah jalan layang kereta api. Selain pasukan
yang berjaga juga terlihat 2 buah truk dan panser. Warga mengatakan

82
Ibid. Hal. 169.
83
Gunadi, Fannie. “Mona, di Balik Sprei Kembang.” 1998. Tempo. 12 Oktober. Hal. 63.
84
Lihat Lampiran 1: Peta Kerusuhan di Jakarta, bagian Titik A muk Massa Terbesar untuk gambaran
respons aparat.
32
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

bahwa pasukan terlihat telah berjaga sejak siang hari pada tanggal 13
Mei.
Kelompok orang tersebut setelah berhasil dihadang akhirnya
bergerak mundur menuju perumahan dan toko di Jalan Mangga Dua.
Sekitar pukul 10:00 – 11:00 WIB, sebuah toko material mulai
dilempari kelompok massa yang baru saja berpindah dari seberang jalan.
Toko tersebut dilempari hingga pecah kaca-kacanya, kemudian mereka
mulai menggedor dan mendobrak pintu lantai bawah. Tidak lama
kemudian asap tebal mulai mengepul dan membesar dengan cepat.
Terdengar beberapa kali ledakan (diperkirakan disebabkan oleh
pengencer cat yang diletakkan di lantai bawah).
Suasana menjadi semakin panik setelah asap mulai memenuhi
lantai dua dan pintu belakang yang tidak bisa dijebol penghuni bangunan.
Akhirnya dengan segala upaya 3 laki- laki penghuni toko berhasil keluar
dari bangunan dengan dibantu warga yang berada di belakang toko.
Orang tua dan seorang penghuni lainnya juga berhasil ditolong, tetapi
mereka telah dalam keadaan terbakar.
Setelah semua penghuni bangunan berhasil keluar, salah seorang
korban menghampiri pasukan yang berada di bawah jembatan layang. Ia
meminta bantuan dan pengawalan untuk mengantar anggota keluarga
yang luka ke rumah sakit. Permintaan itu ditolak pasukan. Kemudian
korban tersebut menghubungi ambulans. Ambulans baru datang sekitar
pukul 22:00 WIB.
Selama peristiwa terjadi, pasukan yang berjarak sekitar 20 meter
tersebut tidak melakukan tindakan menghalangi atau menghentikan
massa yang melempar, membobol, dan membakar bangunan. 85

Selain itu, ada laporan bahwa ada aparat yang mencari keuntungan dalam

kerusuhan itu. Menurut hasil penelitian Tim Solidaritas Kerusuhan Mei 1998, di

wilayah Glodok pada tanggal 14 Mei 1998 terlihat sekelompok polisi yang menyuruh

perusuh mengisi truk dengan barang jarahan, lalu pergi dengan membawa barang-

barang itu. 86

Ada pula kecurigaan bahwa provokator yang memancing rakyat untuk

melakukan kerusuhan adalah tentara, biarpun ini belum dibuktikan. Menurut pikiran

85
Ibid. Hal. 46 – 48.
86
Ibid. Hal 23.
33
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

rakyat pada waktu itu, Letnan Jenderal Prabowo Subianto, yang pada saat itu

merupakan pemimpin Kostrad, bersama Mayor Jenderal Syafrie Sjamsoeddin, yang

bertanggung jawab atas anggota ABRI di Jakarta, menyuruh bawahannya untuk

memancing emosi rakyat dan melakukan kekerasan untuk dua alasan, yaitu untuk

meneror musuh pemerintah dan memalukan Menteri Pertahanan Jenderal Wiranto,

yang menjadi pesaingnya untuk menjadi presiden setelah Soeharto turun. 87 Biarpun

memang provokator mempunyai ciri-ciri yang seperti prajurit dan hal ini dipercaya

oleh rakyat, belum ada bukti definitif.

Risiko untuk aparat yang berusaha untuk mencegah amuk massa memang

tinggi, sebagaimana dilihat di Jalan Kyai Tapa, Grogol, Jakarta Barat ketika pos

polisi hancur ditabrak truk, lalu dibakar. 88 Namun, aparat bertugas untuk mencegah

kerusuhan sebisa mungkin dan tidak dibenarkan untuk menggunakan situasi untuk

kepentingan sendiri.

2.2.5 Reaksi Warga

Sebagai akibat ketidakmampuan aparat untuk mencegah massa, masyarakat

terpaksa mengambil inisiatif sendiri untuk melindungi diri. Menurut ahli politik-

ekonomi AS Albert Hirschman, secara umum ada tiga respons yang paling

dimungkinkan dalam kerusuhan, yaitu exit (keluar dari negara di mana kerusuhan

87
Purdey, Jemma. Anti-Chinese Violence in Indonesia, 1996–1999. 2006. Singapore University
Press: Singapura. Hal. 106 – 107.
88
Jusuf, Ester Indayani dan Ray mond R. Siman jorang. 2005. Op. Cit. Hal. 13.
34
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

terjadi), voice (melakukan protes dan demonstrasi), dan loyalty (menerima semua

dengan diam). 89 Ketiga cara ini digunakan oleh masyarakat.

Exit pada umumnya dilakukan orang Cina. Mereka bersembunyi di

beberapa hotel milik pribumi atau meninggalkan Indonesia untuk pergi ke negara

asing yang dianggap lebih aman. 90 Jumlah pengungsi Cina pada saat itu diperkira

mencapai 10.000 sampai 100.000 orang. 91 92

Sementara, voice digunakan oleh karyawan toko-toko tertentu yang ditarget

oleh massa. Namun, voice ini bukan merupakan cara menentang pasif. Karyawan

berusaha secara aktif untuk mencegah penjarahan. Misalnya, di Jatinegara Plaza,

Jakarta Timur, karyawan ditugaskan untuk menjaga pintu dan menghentikan orang

yang berusaha untuk masuk; karyawati disuruh pulang. 93 Ini juga terlihat dalam kasus

orang yang menyelamatkan tetangga, seperti keluarga keturunan pemilik toko

material yang diselamatkan oleh warga setempat di Mangga Dua, Jakarta Utara. 94

Sementara, jalan loyalty diikuti oleh orang-orang miskin atau menengah,

baik pribumi maupun keturunan; ini kelompok yang paling besar. Pemilik toko

pribumi memasang tanda bertulisan “Milik Pribumi”, “Milik Haji,” 95 “Pro-

89
Khoiri, Ilham. “I. W ibowo tentang Liberalisasi Masyarakat Tionghoa.” 2008. Ko mpas. 10 Februari.
Hal. 12.
90
Sumbogo, Priyono B., Khoiri A kh madi, dan Nurlis Effendi. "Massa Hantu Merayap dan Memicu
Kerusuhan Itu." 1998. Gatra. 16 Mei. Hal. 24 – 28.
91
Khoiri, Ilham. 2008. Op. Cit.
92
Gie, Kwik Kian. “Warga Keturunan Tionghoa dan Distribusi.” 1998. Kompas. 7 Juni. Hal. 4.
93
Jusuf, Ester Indayani dan Ray mond R. Siman jorang. Op. Cit. Hal. 130 – 131.
94
Ibid. Hal. 46 – 47.
95
Ibid. Hal. 17.
35
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Reformasi”, 96 dan sebagainya; mereka berharap agar kepribumian mereka dapat

menghindari amuk massa.

Orang Cina bersembunyi di rumah diam-diam dan berharap agar semua

kerusuhan selesai dengan cepat. Orang-tua berkorban demi keselamatan anak mereka

dengan cara menyediakan makanan sepuasnya untuk anak-anak tetapi hanya

mengambil makanan untuk dirinya sendiri ketika anak-anak sudah puas. Banyak

orang-tua yang harus berpuasa selama beberapa hari kerusuhan itu terjadi. 97 98

Namun, ada pula orang yang menggunakan kerusuhan itu untuk mencari

keuntungan sendiri. Karena situasi mendesak itu, harga naik tidak terkendalikan.

Contohnya, harga tiket keluar Jakarta dinaiki sembarangan, hingga tiket pesawat

Jakarta – Batam yang aslinya hanya Rp. 580.000 dijual dengan harga 1,3 juta. 99

2.3 Kerusuhan di Surakarta

Pada bulan Mei 1998 kota Surakarta (juga dikenal dengan nama Solo)

mengalami kerusuhan yang mirip Jakarta. Pada tanggal 8 Mei ada insiden di antara

kurang- lebih 5.000 anggota masyarakat dan polisi; dalam kasus itu sebanyak 25

orang terluka oleh peluru karet dan lebih dari 100 orang terluka oleh pelemparan

batu. 100 Keadaan menjadi lebih anarkis mulai dari tanggal 14 Mei 1998 kerusuhan

yang disebabkan oleh penewasan empat mahasiswa Trisakti di Jakarta mulai terasa di

96
Wawancara pribadi dengan Wahyu Apri Wulan Sari, tanggal 15 November 2008.
97
Sumbogo, Priyono B., Khoiri A kh madi, dan Nurlis Effendi. 1998. Op. Cit. Hal. 24 – 28.
98
Khoiri, Ilham. 2008. Op. Cit.
99
“Lega..., Lepas dari Jakarta.” 1998. Kompas. 21 Mei. Hal. 8.
100
“Aksi Mahasiswa: Bentrok d i So lo, Yogya, dan Samarinda.” 1998. Kompas. 9 Mei. Hal. 3.
36
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Surakarta. Dengan kabar tentang penembakan mahasiswa- mahasiswi Trisakti, rasa

hangat berkembang dalam hati masyarakat umum dan menyebabkan warga-warga

Solo mulai kerusuhan yang terasa separah kerusuhan yang terjadi di Jakarta. 101

Didahului oleh orang yang bersepeda motor, massa menjarah semua

pertokoan dan sebagainya sepanjang jalan protokol Slamet Riyadi, Sudirman, Urip

Sumoharjo, Ir Sutami, dan seluruh jalan di dalam kota. Massa juga dipinggirkan oleh

warga Surakarta yang, walau tidak menjarah, memberi semangat kepada para

perusuh. Warga Cina yang terlihat dikejar dan diperlakukan dengan jahat. Dalam

waktu semalam, hasil pembangunan selama 30 tahun dihancur dan dibakar. 102

Aparat keamanan tidak mampu menghindari kerusuhan itu. Jumlah aparat

keamanan di Surakarta diakui sangat sedikit, dan dari personel yang ada sebagian

besar ditugaskan untuk mendukung Polri mengamankan aksi keprihatinan mahasiswa

di Universitas Muhammadiyah Surakarta. Oleh sebab itu, massa perusuh tidak

dihentikan dan penjarahan, perkosaan, pembunuhan, dan pembakaran terjadi, 103 baik

kepada milik warga umum maupun milik aparat keamanan. 104 Akibatnya, massa

perusuh mampu bergerak ke luar kota. Pada tanggal 15 Mei 1998 massa sebesar

ribuan orang sudah tiba di Boyolali, Jawa Tengah dan menjarah dan membakar

pabrik, toko, rumah, dan sebagainya. Dampak dari ini terasa sampai ke Salatiga. 105

101
“Kota Solo Penuh Asap.” 1998. Kompas. 15 Mei. Hal. 11.
102
“’Si Lembut’ Itu Mendadak Beringas.” 1998. Kompas. 16 Mei. Hal. 11.
103
“Amien Rais: Kerusuhan Jakarta dan Solo ada Dalangnya.” 1998. Kompas. 11 Juni. Hal. 1.
104
“Kota Solo Penuh Asap.” 1998. Op. Cit. Hal. 11
105
“Amuk Massa Landa Boyolali.” 1998. Kompas. 16 Mei. Hal. 7.
37
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Oleh sebab kerusuhan itu, hampir semua pusat pembelanjaan tertutup.

Demikian juga bank, sekolah, kantor pemerintah, dan sebagainya. Warga Surakarta

yang tidak ikut massa itu hanya bisa bersembunyi, berdoa dan berharap bahwa

mereka tidak akan kena kerusuhan itu. Toko-toko, bank, kantor, dan lain- lain sejauh

Salatiga, Jawa Tengah, tutup karena takut dirusuh oleh massa itu. 106 Ketika

kerusuhan sudah selesai pun jarang ada yang berani membuka tokonya; demikian

banyak orang yang menderita saat itu. 107

Warga Cina di Surakarta dijadikan kambing hitam untuk semua masalah

masyarakat, dan demikian ditarget dalam kerusuhan itu. Perumahan, vihara, dan toko

Cina dirampok dan dibakar oleh massa tersebut. Berikut adalah naratif dari Wahyu

Apri Wulan Sari, seorang orang Jawa dengan keturunan Jepang yang tinggal di

Surakarta pada saat kekacauan Mei 1998.

Saya melihat banyak sekali pertokoan, mall, pasar, semuanya


dibakar. Banyak bangkai mobil dan kendaraan bermotor lainnya yang
menjadi bangkai di jalan raya pada saat itu. Penjarahan juga ada di
mana-mana. Banyak rumah-rumah penduduk di Surakarta, khususnya
penduduk Cina yang dijarah, dan dibakar. Bahkan ada banyak juga
wanita yang diperkosa; tapi tidak sebanyak di Jakarta.
Salah satu teman saya yang terkena serangan itu, Lina (dia
adalah warga keturunan Cina yang [keluarganya] memiliki toko buku
terkenal di Solo, namanya Toko Buku Sekawan), dia sendiri
diperkosa, dan orang tuanya dibuang keluar. Seisi tokonya dijarah
penduduk. Walaupun penjagaan dari para penduduk setempat sudah
banyak membantu, tapi ternyata itu semuanya tidak berhasil. Akhirnya
Toko Sekawan tersebut terbakar, seisinya. Dan Lina sendiri menjadi
stress berat, sampai saat ini. Dia sekarang masih berada di Rumah
Sakit Jiwa Kentingan, Surakarta.

106
Ibid.
107
“Hampir Seluruh Kota Sepi dan Mencekam.” 1998. Kompas. 21 Mei. Hal. 11.
38
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Setiap saya dan keluarga saya berjalan di jalan dengan


menggunakan mobil atau kendaraan lain, dan kami hampir diserang
penduduk, kami selalu berkata, ‘Kami orang Jawa, kami Pro-
Reformasi!,’ atau menyebutkan nama perusahaan kami yang dikenal
dengan nama Indonesianya. Rumah kami juga ditulisi dengan banner
Pro-Reformasi, yang jumlahnya banyak sekali.
Kami telah mencoba membantu orang Cina. Dulu, sempat
kami membantu orang Cina, yang rumahnya kebetulan berhadapan
dengan rumah tante saya di daerah Jagalan. Jagalan adalah salah satu
kampung Cina di Solo. Mereka satu keluarga bertempat tinggal di
Vihara, walaupun mereka tidak terkena serangan apapun, tapi mereka
merasa takut akan serangan yang mungkin akan tiba-tiba terjadi.
Akhirnya mereka kami tampung di rumah tante selama beberapa hari,
dan kebetulan saat itu, saya dan keluarga saya ikut juga.
Awalnya kami semua takut untuk keluar rumah, bahkan kami
berencana untuk pindah ke luar kota, dan juga pindah sekolah. Solo
benar-benar seperti kota mati saat itu, tidak ada orang, cuma bangkai
mobil dan motor, dan juga pecahan kaca di mana- mana. Banyak
gedung yang terbakar. Sekolah-sekolah, termasuk sekolah saya pun,
ditutup untuk beberapa waktu, sampai menunggu pengumuman lebih
lanjut dari pihak sekolah. Lebih parah lagi, kami tidak bisa
menemukan toko atau pasar yang terbuka, jadi kami sempat kehabisan
bahan makanan selama beberapa hari. Suasana saat itu benar-benar
seperti perang mendadak di kota Solo 108 (Lampiran 3)

Oleh sebab Surakarta jauh lebih kecil daripada Jakarta (luasnya Surakarta

sekitar 44 km2 dan penduduk pada saat itu berjumlah 500.000), kerugian dan

intensitas kerusuhan itu lebih terasa, dan selama berbulan-bulan warga Cina di

Surakarta hidup dalam suasana ketakutan, walaupun suasana di Surakarta mulai

menjadi lebih tenang pada tanggal 17 Mei 1998. Dalam aksi kerusuhan yang terjadi

selama dua hari itu, tercatat 56 kantor dan bank, 27 toko swalayan, 217 toko, 12

rumah makan, 18 ruang pamer mobil, dan delapan pabrik dirusak dan dibakar. Massa

108
Wawancara pribadi dengan Wahyu Apri Wulan Sari, tanggal 15 November 2008.
39
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

juga membakar 287 mobil, 570 sepeda motor, 55 bus dan tujuh truk. 109 Jumlah

kerugian dari kerusuhan itu mencapai Rp. 457 miliar. 110 Selain itu, korban tewas

terbakar dalam bangunan yang terbakar diperkirakan mencapai 31 orang. 111 Ada juga

24 keluarga yang melaporkan bahwa ada anggota keluarga yang diperkosa saat

kerusuhan itu. 112 Dari 230 perusuh yang ditangkap polisi, hanya 19 masih ditahan

satu bulan kemudian. 113

2.4 Kerusuhan di Kota-Kota Lain

Di kota lain di Jawa juga terjadi kerusuhan, tetapi pada umumnya tidak

separah kerusuhan yang terjadi di Jakarta dan Surakarta. Walaupun demikian, warga

Cina penuh dengan rasa ketakutan, baik di kota yang mengalami kerusuhan maupun

di kota yang masih relatif tertib. Warga yang tinggal di pinggiran kota, jauh dari

aparat keamanan, merasa paling khawatir. 114

Di Surabaya, 10.000 orang keturunan Madura menjaga keamanan Surabaya

dengan membawa celurit. 115 Namun, penjarahan masih terjadi pada tanggal 14 Mei di

kawasan Sidotopo. Massa membobol pintu toko-toko dan menjarah, kemudian

membakar milik warga keturunan Cina. 116 Akibatnya, warga Surabaya masih harus

109
“Warga Desak Otak Kerusuhan Solo Diungkap.” 1998. Kompas. 06 Juni. Hal. 11.
110
“Daerah Sekilas.” 1998. Kompas. 06 November. Hal. 8.
111
“Warga Desak Otak Kerusuhan Solo Diungkap.” 1998. Op. Cit.
112
“Perkosaan di So lo Tak Terungkap.” 1998. Ko mpas. 22 Juli. Hal. 11.
113
“Polisi So lo Masih Menahan 19 Perusuh.” 1998. Ko mpas. 22 Juni. Hal. 9.
114
“Lega..., Lepas dari Jakarta.” 1998. Kompas. 21 Mei. Hal. 8.
115
“Rakyat Harus Ikut Mencari Perusuh.” 1998. Ko mpas. 22 Mei. Hal. 5.
116
Wijayanta, Hanibal W. Y., Sen Tjiauw, dkk. “Percik Bara Seantero Nusantara.” 1998. Foru m
Keadilan. 1 Juni. Hal. 19.
40
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

menjaga diri dengan cara mereka sendiri. Toko, kantor, dan sebagainya tertutup. 117 Di

Bandung, massa melempari toko-toko dengan batu hingga sekitar 20 toko rusak

berat. 118 Juga masih ada ratusan orang Semarang yang melarikan diri agar mereka

tidak kena kerusuhan apabila kerusuhan terjadi. 119 Di seluruh Jawa, suasana sangat

was-was oleh karena adanya kerusuhan besar di Jakarta dan Solo. Yang paling was-

was ialah warga Cina, yang pada umumnya menutup diri dalam rumah, rumah toko,

atau hotel, atau keluar dari Indonesia. 120

Berikut adalah naratif dari Trifosa Sie Yulyani Retno Nugroho, seorang warga

keturunan Cina yang bertempat tinggal di Semarang sejak lahir sampai tahun 2009.

Naratif ini menggambarkan suasana di Semarang pada saat itu.

… [keluarga saya] merasa sedikit takut karena banyak isu yang


mengatakan, seperti ‘ninja- ninja itu akan mendatangi rumah-rumah
orang Cina atau suku Cina dengan membunuh atau bahkan merampas
harta dan memerkosa para gadis atau wanitanya.’ Jadi, kami hanya
bersembunyi di dalam rumah dan mempersiapkan pintu darurat bila
seandainya sesuatu terjadi, dan kami merasa was-was di saat malam.
Jadi tidur pun terasa harus terjaga.
Kemudian, saat sekolah harus sedikit tertutup dengan
menggunakan jaket dan topi untuk menutupi identitas diri sehingga
tidak mencolok di luar; itu karena di Semarang ada kejadian dekat
rumah kami di mana seorang gadis Cina yang sedang naik motor
dipukul sampai jatuh dari motornya dan diperkosa ramai-ramai... dan
dia dibiarkan tergeletak begitu saja di jalan. Saya tidak melihat
kejadian itu dengan mata kepala saya sendiri; saya hanya
mendengarnya dari tetangga-tetangga yang menyaksikan kejadian ini.
Akan tetapi, tidak seorang pun dari mereka yang berani menolong
gadis itu saat kejadian berlangsung. Dia akhirnya ditolong dan dibawa
ke rumah sakit ketika segerombolan orang jahat itu pergi

117
“Hamp ir Seluruh Kota Sepi dan Mencekam.” 1998. Op. Cit.
118
Wijayanta, Hanibal W.Y., Sen Tjiauw, d kk. Op. Cit. Hal. 19.
119
“Lega..., Lepas dari Jakarta.” 1998. Kompas. 21 Mei. Hal. 8.
120
“Hamp ir Seluruh Kota Sepi dan Mencekam.” 1998. Op. Cit. Hal. 11.
41
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

meninggalkannya; namun, malang gadis itu akhirnya meninggal dunia.


Pada saat itu saya merasa sangat takut dan membenci sekali perbuatan
[pemerkosa itu] (Lampiran 4.).

2.5 Dampak dari Kerusuhan Mei 1998

Pada saat kerusuhan di Jakarta terjadi, Presiden Soeharto masih hadir di

KTT G-15 di Kairo, Mesir; setelah dia diberi tahu keadaan di Indonesia dia segara

kembali ke Indonesia. Namun, setiba di Indonesia Presiden Soeharto menyadari dia

kehilangan kendali pemerintahan dan kekuasaan karena demonstrasi untuk menuntut

dilakukannya reformasi dan penggantian pemerintahan telah mencapai puncaknya;

puluhan ribu mahasiswa- mahasiswi berdemonstrasi setiap hari di seluruh Indonesia.

Apalagi, empat belas calon anggota kabinetnya telah meninggalkan beliau, dipimpin

oleh Menteri/Ketua Bappenas Ir. Ginanjar Kartasasmita. Oleh karena hal- hal itu, pada

tanggal 21 Mei 1998 Presiden Soeharto mengumumkan pengunduran dirinya sebagai

Presiden RI, dan Wakil Presiden Habibie mengambil sumpahnya menjadi Presiden

RI. Berakhirlah masa Orde Baru dan muncullah masa Reformasi. 121

Suasana politik berubah dengan hadirnya Presiden Habibie. Dia segara

berusaha untuk menjaga jarak dari rezim otoriter Soeharto dan membersihkan citra

buruk Indonesia di dunia internasional. Untuk mendapatkan itu, Presiden Habibie

melakukan tiga hal: dia mengutuk Kerusuhan Mei 1998 dalam jumpa pers pada

tanggal 15 Juni 1998, 122 memerintahkan Jaksa Agung Mayjen Andi Galib, SH. agar

memeriksa kasus korupsi yang telah terjadi pada saat Orde Baru, dan juga mulai

121
Setiono, Benny G. Op. Cit. Hal. 1086.
122
Tan, Mely G. 2008. Op. Cit. Hal. 220.
42
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

menghapus dikotomi di antara orang Pribumi dan orang Non-Pribumi dengan cara

mengeluarkan Instruksi Presiden No.26/1998 pada tanggal 16 September 1998.123

Namun, selama berbulan-bulan setelah kerusuhan, masih ada orang yang mengancam

korban kerusuhan dan menyatakan bahwa kerusuhan itu akan terulang. 124

123
Setiono, Benny G. Op. Cit. Hal. 1087 – 1090.
124
“Aparat Jamin Keamanan, Warga Masih Was-Was.” 1998. Ko mpas. 13 Agustus. Hal. 9.
43
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB 3

ANALISIS STRUKTURAL NOVEL PUTRI CINA

Bab ini, yang membahas struktur novel Putri Cina, mulai dari sudut pandang dan

gaya bahasa yang digunakan supaya pengertian alur yang lebih mendalam dapat

digarap. Peristiwa-peristiwa dalam cerita tidak bisa lepas dari bagaimana alur

disampaikan; tidaklah mungkin bahwa ada eksposisi tentang perilaku antagonis

dalam cerita bersudut-pandang Aku-an. Sementara, setelah alur dibahas maka hal- hal

yang tergantung pada alur, yaitu latar dan penokohan, akan dijelaskan supaya

pengertian alur ini menjadi lebih bulat. Terakhir ada tema, yang mengikat segala

aspek cerita.

3.1. Sudut Pandang

Novel Putri Cina ditulis dalam sudut pandang dia-an maha-tahu. Dia-an ini

memusatkan tokoh “Putri Cina” dan Giok Tien, tetapi ada pula tokoh lain yang

pikirannya disampaikan penulis. Berikut ada tiga contoh, satu dari pihak Putri Cina,

satu dari Giok Tien, dan satu dari Prabu Murhardo sebagai tokoh minor. Yang

mengisahkan Putri Cina berbunyi demikian:

Tak henti-hentinya, ia si Putri Cina itu, bertanya, ke mana


wajahnya? Segala jawab ia dapatkan, toh belum juga wajah itu ia
temukan. Ia tidak sadar, ia sendiri yang telah meletakkan wajahnya. Ia
merasa, wajah itu berat dan amat mengganggunya. Sekarang, wajah itu
bagaikan sebuah topeng yang selalu ada di tangannya. 125

Sementara, kutipan dari bagian yang mengisahkan Giok Tien:

125
Sindhunata. Putri Cina. Cetakan Kedua. 2007. PT Gramed ia Pustaka Utama: Jakarta. Hal. 14.
44
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Giok Tien baru saja melepas dandanannya. Tiba-tiba di


hadapannya berdiri seorang lelaki tampan dan gagah perkasa. Giok Tien
sendiri terkejut, mengapa di hatinya terasa, seakan ia melihat Pangeran
Tejaningrat sungguhan berdiri di hadapannya? ‘Tidakkah Pangeran
Tejaningrat itu hanyalah Tejo, temanku sesama pemain Ketoprak Sekar
Kastubo yang sudah kukenal setiap hari? Kenapa ia seakan menjadi
sungguh nyata, persis seperti kubayangkan sebagai Tejaningrat yang asli,
ketika aku main sebagai Roro Hoyi?’ tanya Giok Tien dalam hati. 126

Sementara, kutipan dari bagian yang mengisahkan perilaku Prabu Murhardo:

Prabu Amurco Sabdo berhenti lagi sejenak. Ia terentak dan


bertanya mendadak. Mengapa senapatinya bisa memiliki Putri Cina yang
cantik ini, dan aku sendiri tidak? Hatinya lalu makin bergelora panas.
Sekarang Gurdo Paksi, senapatinya, tak mau patuh dan taat pada
perintahnya. Dan bisa saja ia mengkhianatinya. Sebelum ia dikhianati
oleh Senapati, apa salahnya ia menikmati istrinya yang cantik ini?
Senapati boleh menghancurkan kekuasaannya, tetapi apa arti
kemenangan itu, bila ia bisa menggagahi dan menghancurkan istrinya
ini? Ya, dengan menaklukkan istrinya, ia telah menaklukkan dan
membungkam kuasa Senapati, jika ia memang sungguh hendak
mengkhianatinya. 127

3.2. Gaya Bahasa


Gaya bahasa yang digunakan dalam Putri Cina bersifat mistis dan klasik,
dengan banyak penggunaan kosa kata dan struktur kalimat yang agak kuno; dengan
demikian, kadang tampak seperti puisi prosa.
Unsur mistisnya paling kuat di awal cerita, ketika Putri Cina mencari
identitasnya. Teknik ini digunakan karena berdasarkan mitos Jawa. Misalnya:
‘Bukan, Tuan Putri, bukan! Sebelum ada agama apa pun, manusia
di Tanah Jawa ini sudah didera dengan pertikaian. Buminya sudah
ditaburi dengan darah dendam dan pembalasan. Semua hanyalah lanjutan
darah Kurusetra, di mana nenek moyang mereka, sesama saudara,
berperang habis-habisan dan meninggalkan warisan dendam, satu sama
lainnya, sampai sekarang,’ kata Sabdopalon-Nayagenggong. 128

126
Ibid. Hal. 193.
127
Ibid. Hal. 250
128
Ibid. Hal. 55.
45
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Setelah tokoh utama pindah menjadi Giok Tien, gaya bahasa menjadi lebih
deskriptif, tetapi masih menggunakan kosa kata yang klasik. Ini melambangkan
faktor- faktor duniawi yang menonjol, biarpun dinyatakan terjadi di suatu kerajaan
rekaan. Misalnya:
Keadaan genting yang membuat matanya gelap, ternyata
sekaligus membuat rahasia tersingkap, di lubuknya terdalam kuasa yang
selama ini mengungkapkan diri keluar dalam segala bentuk penindasan
dan kekerasan, adalah kuasa kesyahwatan, kuasa lelaki yang harus
menaklukkan perempuan. Dalam matanya yang sudah digelapkan itu, ia
hanya tahu, dunia akan mencemoohnya, dan kuasanya akan lumpuh tak
berdaya, bila ia tidak dapat melampiaskan hasrat syawat kelaki- lakiannya
terhadap perempuan yang diingininya, yang kini ada di hadapannya. Ia
sudah tidak dapat lagi menahan diri untuk segara menelanjanginya. 129

Dalam penceritaan Putri Cina juga sering digunakan istilah- istilah Jawa. Ini

memberi rasa kelokalan dan aktualitas; oleh karena cerita terjadi di tanah Jawa,

harusnya ada unsur-unsur kebudayaan Jawa, termasuk bahasa. Selain itu, raja

Medang Kemulan Baru, Sabdo Murhardo, memegang adat Jawa dengan erat dan

sering menggunakan bahasa Jawa dalam dialognya. Istilah- istilah dan kalimat-kalimat

bahasa Jawa yang digunakan termasuk bebathen 130 (keuntungan), 131 jamane edan132

(zamannya gila) 133 sendika dhawuh134 (setuju dengan perintah) 135 tedheng aling-

aling 136 (secara rahasia) 137 dan ayu-ayuning wanita, sak jagat tan ana sami 138 (wanita

paling cantik, di seluruh dunia tidak ada yang sama). 139

129
Ibid. Hal. 247.
130
Ibid. Hal. 83.
131
Purwadi. Kamus Jawa-Indonesia Populer. Cetakan Pertama. 2004. Med ia Abadi: Yogyakarta. Hal.
36.
132
Sindhunata. Op. Cit. Hal. 119.
133
Purwadi. Op. Cit. Hal. 155, 146.
134
Sindhunata. Op. Cit. Hal. 140.
135
Dalam konteks ini, ‘akan saya turuti’. Purwadi. Op. Cit. Hal. 520, 100.
136
Sindhunata. Op. Cit. Hal. 194.
46
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

3.3 Alur

Alur Putri Cina secara kronologis sebagai berikut: bab satu kontemporer

dengan bab tiga belas sampai selesai, dan bab dua sampai dua belas adalah flashback.

Ini terbukti karena pada bab satu sudah ada krisis identitas; apabila sudah ada itu,

pasti sudah ada peristiwa yang menyebabkan itu.

Secara plot, urutan Putri Cina sebagai berikut:

Lambang 1: Alur Putri Cina140


Bab Halaman Bagian Alur Tanda
1 9 – 14 Perkenalan1 ; Timbulnya Konflik1 A1 , B1
2 – 12 15 – 87 Peningkatan Konflik1 C1
13 – 17 88 – 148 Perkenalan2 ; Timbulnya Konflik2 A2 , B2
18 149 – 152 Peningkatan Konflik2 C2
19 – 20 153 – 165 Perkenalan3 ; Timbulnya Konflik3 A3, B3
21 – 28 166 – 257 Peningkatan Konflik3 C3
29 – 31 258 – 302 Klimaks; Penyelesaian D; E
atau A1 – B1 – C1 – A2 – B2 – C2 A3 – B3 – C3 – D – E.

Pada bab pertama, tokoh Putri Cina diperkenalkan. Konfliknya sebagai tokoh

juga muncul; ternyata dia merasa kehilangan identitas, yang ditandai dengan

kehilangan wajahnya.

Dalam Peningkatan Konflik1 , Putri Cina teringat pada cerita rakyat. Anak raja

Majapahit, Jaka Prabangkara, dihukum karena telah menggambarkan selir

137
Departemen Pendidikan Nasional. Op. Cit.. Hal. 1416.
138
Sindhunata. Op. Cit. Hal. 248
139
Merupakan penyusunan kalimat sendiri dari terjemahan ‘cantik’, ‘wanita’, ‘seluruh’, ‘dunia’,
‘tidak’, ‘ada’, ‘sama’. Zoet mulder, P. J. Dan S. O. Robson. Kamus Jawa Kuna Indonesia.
Diterjemah kan Darusuprapta dan Sumart i Suprayitna. Cetakan Kelima. 2006. Gramedia: Jakarta.
Hal. 34, 90, 404, 1005, 1198.
140
Tanda ditentukan oleh kedudukan unsur itu dalam alu r konvensional. No mor kecil (subscript)
menandai p lot mana yang tampil. D dan E tidak mempunyai subscript karena menyatukan ket iga
alur cerita.
47
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

kesayangan raja dengan sangat tepat, termasuk noda hitam dekat vaginanya. Sebagai

hukuman, Jaka Prabangkara ditugaskan untuk menggambarkan semua yang ada di

langit dan tidak turun dari langit sampai dia tiba di negeri Cina. Setiba di sana, dia

menjadi terkenal dan akhirnya menikah dengan dua perempuan, yaitu seorang warga

miskin dan seorang putri kaisar Cina; keturunannya bertakdir kembali ke tanah Jawa.

Oleh karena itu, Putri Cina merasa bahwa dia sebenarnya sudah orang Jawa.

Namun, dia teringat lagi bahwa pada kerajaan Majapahit sudah ada seorang

selir dari Cina; dengan demikian, Putri Cina merasa bahwa pencariannya tidak

selesai. Dia ingat bahwa selir Cina itu telah dienyahkan saat hamil ke Sumatra karena

kehendak permaisuri kesayangan raja; selir itu dinikahkan dengan anak raja itu dan

akhirnya melahirkan anak dari kedua bapak-anak itu. Kedua anaknya tumbuh dewasa,

lalu pulang ke tanah Jawa dan akhirnya menjatuhkan raja Majapahit dan mendirikan

kerajaan baru, kerajaan Demak.

Putri Cina tidak tega, anaknya bisa mengkhianati ayah mereka. Dia merasa itu

melawan adat. Maka dia, sebagai selir Cina itu, pulang ke tanah Jawa, mencari

jawaban. Setelah bertemu dengan Loro Cemplon, seorang hamba di kerajaan

Majapahit, dia berangkat ke Banyuwangi untuk mencari Sabdopalon-Nayagenggong.

Setiba di sana, dia bertanya Sabdopalon-Nayagenggong mengapa Tanah Jawa selalu

menjadi rawan perang.

Sabdopalon-Nayagenggong menceritakan kutukan Sarama, dewi anjing,

sebagai balasan kekerasan yang terjadi kepada anaknya. Sabdopalon-Nayagenggong

mengatakan bahwa kutukan itu membuat Tanah Jawa menjadi kacau setiap beberapa
48
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ratus tahun, dan bangsa Cina yang dikambinghitamkan. Sabdopalon-Nayagenggong

juga menyatakan bahwa itu sebenarnya salah mereka ada kutukan seperti itu.

Sabdopalon-Nayagenggong menceritakan asal usul Semar, Togog dan Batara

Guru. Mereka adalah tiga dewa bersaudara yang berasal dari satu telur. Untuk

mendapatkan jabatan raja dewa dari ayah mereka, Semar dan Togog berlomba

menelan Gunung Gabawarsa. Togog gagal, tetapi Semar berhasil. Namun, gunung itu

tidak bisa keluar dari perutnya. Akhirnya Semar dan Togog digusur ke bumi dan

Batara Guru menjadi pemimpin dewa. Perbuatan cekcok mereka yang seperti

manusia akhirnya menjadi ciri khas manusia.

Ketika Putri Cina bertanya kepada Sabdopalon-Nayagenggong mengapa

mereka merasa bersalah, mereka mengakui bahwa merekalah Semar dan murca, atau

hilang. Setelah itu, Putri Cina bersama Loro Cemplon pergi ke kota Tuban. Di sana,

mereka berpisah dan Putri Cina melewati waktu ratusan tahun dalam waktu singkat.

Saat perjalanan waktu dia melihat keturunan Jaka Prabangkara kembali ke

Tanah Jawa dalam jumlah besar. Mereka menjadi kaya raya, tetapi mulai melupakan

budaya asalnya. Putri Cina juga melihat kekerasan terhadap bangsanya; dia melihat

10.000 orang Cina dibunuh di Batavia oleh penguasa Tanah Jawa Baru, Kompenie,

ratusan orang Cina dibunuh di Tangerang pada tahun 1946, pembunuhan dan

perkosaan di Malang pada tahun 1947 dan pembunuhan tanpa alasan pada tahun 1949

di Surabaya.

Setelah melihat semua penderitaan ini, dia berhenti ketika lagu “Cucak Rowo”

sedang digandrungi di tanah Jawa. Dia melihat orang turun dari kereta, melepaskan
49
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

pakaian dan mendekatkan wayang Cina potehi wanita ke celana dalamnya. Putri

Cina, karena sudah terbiasa kekerasan, tidak mengerti ancaman itu.

Pada bab tiga belas sampai dengan enam belas terjadi perkenalan latar baru,

yaitu Kerajaan Medang Kamulan Baru. Kerajaan Medang Kamulan Baru adalah

lanjutan dari Kerajaan Medang Kamulan yang didirikan dengan ideologi yang beda.

Walau ketika Kerajaan Medang Kamulan Baru masih baru itu sangat dicintai oleh

rakyat, kini hanya ada rasa putus asa; putus asanya sangat parah, sampai Kerajaan

Medang Kamulan Baru juga diberi nama panggilan Kerajaan Pedang Kemulan dan

Negeri Mampir Ngombe.

Para antagonis dan salah satu protagonis diperkenalkan pada bab tujuh belas,

yaitu raja Prabu Murhardo, senapati Setyoko (dengan nama Gurdo Paksi), lurah

prajurit Radi Prawiro (dengan nama Joyo Sumengah) dan penasihat Patih

Wrehonegoro. Konflik baru juga timbul; karena rakyat sedang banyak demonstrasi

dan ingin menjatuhkan Prabu Murhardo, dia atas saran Patih Wrehonegoro ingin

mengalahkan amarah rakyat kepada orang Cina. Namun, Setyoko tidak bersedia. Dia

ingin mencari jalan tanpa kekerasan; karena itu, dia menyerahkan Nyai Pesat Nyawa,

keris senapati, kepada Prabu Murhardo. Joyo Sumengah, akan tetapi, bersedia

melaksanakan tugas itu dan menerima keris senapati.

Dalam bab berikutnya, konflik kekuasaan Prabu Murhardo dan rakyat

ditingkatkan. Kebencian masyarakat dialihkan ke orang Cina. Akibatnya, harta- harta

orang Cina dijarah, rumah dibakar, dan wanita Cina diperkosa dan dibunuh. Dalam
50
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

amuk massa ini aparat tidak bergerak; karena tidak ada aksi dari mereka, terasa

bahwa mereka mendukung perusuh ini.

Pada bab sembilan belas dan dua puluh plot ketiga muncul. Tokoh Giok Tien,

Giok Hwa dan Giok Hong, tiga kakak-beradik, bersiap untuk mengungsi ke negara

Singa. Biarpun Giok Tien istri Setyoko, mereka tidak merasa aman. Saat bersiap

untuk mengungsi, Giok Tien menjadi terkenang akan masa lalu.

Giok Tien mengingat masa kecilnya, ketika masih sering mengikuti ibunya

menonton ketoprak. Lama-kelamaan dia menjadi pemain ketoprak juga di rombongan

Sekar Kastubo. Bersama teman satu rombongan, Korsinah, dia belajar tentang dunia

ketoprak. Ketika dia menjadi bintang rombongan itu, dia juga menjadi pujaan lelaki;

Korsinah juga mengajar dia dalam hal ini.

Namun, konflik timbul ketika Radi Prawiro, seorang prajurit muda, menjadi

mabuk cinta untuk Giok Tien. Biarpun dia ditolak, dia tidak mengalah. Dia berjanji

kepada dirinya bahwa dia akan mendapatkan Giok Tien suatu saat.

Konflik ini lalu ditingkatkan dalam tujuh bab berikutnya. Bersama Sekar

Kastubo Giok Tien keliling Indonesia. Dia menjadi pemain dan bintang ketoprak

Sekar Kastubo. Namun, dia juga menggunakan waktu itu untuk berdoa demi masa

depan. Demi kelancaran pemeranannya, Korsinah memberikan rapal ke Giok Tien.

Dia menjadi semakin terkenal dan pintar bermain.

Di saat itu Radi Prawiro tidak putus asa untuk memiliki Giok Tien. Dia bicara

pada wanita tua dan membayarnya agar Giok Tien kena guna, terpaksa mencintainya.
51
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Setelah dia kena guna, Giok Tien merasa semakin gila. Namun, Korsinah mengerti itu

dan bisa menghilangkan guna itu.

Suatu hari, dia menjadi Roro Hoyi dalam lakon Geger Mataram. Karena

perannya sangat luar biasa, akhirnya seorang prajurit muda, Setyoko, mendekatinya

untuk mengakui cinta. Giok Tien pun jatuh cinta Setyoko, dan mereka menjadi pacar.

Lama- lama mereka tunangan, tetapi karena Giok Tien masih ingin main ketoprak,

mereka belum berani menikah. Giok Tien juga takut perbedaan suku mereka akan

menimbulkan masalah.

Akibat kedekatan Giok Tien dan Setyoko, Radi Prawiro menjadi sangat

cemburu dan menyimpan dendam kepada Setyoko. Dia tidak ingin melepaskan Giok

Tien.

Sebelum memerankan Eng Tay dalam lakon Sam Pek Eng Tay, Giok Tien

mengucapkan rapal yang diajari Korsinah. Pemeranannya sangat bagus, dan dia

merasa bahwa dia hampir menjadi Eng Tay yang sesungguhnya. Dia sangat gembira.

Tidak lama setelah itu, Siok Nio, ibu Giok Tien, meninggal dunia.

Perpisahannya dengan Siok Nio membuat Giok Tien sangat terharu. Oleh karena itu,

dia tidak main ketoprak lagi, tetapi berpindah ke ibu kota bersama kakak-kakaknya

untuk bersama dengan Setyoko.

Setelah mengingat masa lalu itu, Giok Tien, Giok Hwa, dan Giok Hong

kembali mengepak untuk mengungsi ke Negara Singa. Namun, ada kelompok orang

masuk ke rumah. Mereka memerkosa dan membunuh Giok Hwa dan Giok Hong.

Namun, Giok Tien diselamatkan Radi Prawiro, yang membantai orang-orang itu.
52
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Giok Tien trauma atas pembunuhan kakak-kakaknya, apalagi karena mereka tertusuk

Nyai Pesat Nyawa yang milik suaminya.

Setelah dia dibawa ke rumah Radi Prawiro, ternyata Radi Prawiro tidak

datang untuk benar-benar menyelamatkan Giok Tien. Dia ingin menggagahi Giok

Tien dan memenuhi nafsunya, serta balas dendam kepada Setyoko. Namun, Prabu

Murhardo datang sebelum Radi Prawiro bisa menanggalkan pakaian Giok Tien dan

Radi Prawiro disuruh berhenti karena perilakunya tidak untuk kepentingan negara.

Giok Tien lega.

Pada saat yang sama Setyoko pulang ke rumah dan diprotes warga-warga

setempat. Mereka memandang dia sebagai pembunuh dan pengkhianat; mayat Giok

Hwa dan Giok Hong telah ditemukan, bersama Nyai Pesat Nyawa. Setyoko

menegaskan bahwa dia tidak bersalah, lalu berangkat ke istana raja untuk mencari

keadilan.

Giok Tien dibawa Prabu Murhardo ke istana. Di sana, Prabu Murhardo

bingung mengapa dia membawa Giok Tien. Dia sampai pada jawaban bahwa dia

ingin memiliki Giok Tien. Akibatnya, dia menggagahi Giok Tien. Radi Prawiro

masuk ke ruangan itu saat Prabu Murhardo masih menggagahi Giok Tien, tetapi diam

sampai Prabu Murhardo bersyahwat.

Setelah Prabu Murhardo bersyahwat, Radi Prawiro berbicara. Dia

menganggap Prabu Murhardo munafik, karena telah melakukan hal yang sudah dia

melarang. Prabu Murhardo tidak merasa bersalah; menurut dia itu haknya sebagai

raja. Namun, agar Radi Prawiro tidak membantah dia menawarkan Giok Tien untuk
53
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

nikmat Radi Prawiro; setelah Radi Prawiro selesai, mereka hendak membunuh Giok

Tien.

Radi Prawiro segara turun menggagahi Giok Tien, tetapi tidak mencapai

puncak nafsu. Pada klimaks Setyoko akhirnya masuk ke ruangan itu dan

menghentikan Radi Prawiro. Dia marah besar, dan berusaha membantu istrinya.

Dalam debat yang terjadi saat itu Setyoko mengancam akan ada perang saudara; Giok

Tien menghindari itu dengan menyatakan bahwa dia bisa menjatuhkan Prabu

Murhardo dengan mudah; dia ada bukti bahwa raja itu biadab. Setyoko juga

mengatakan bahwa keluarganya dibunuh, entah oleh siapa; sebagai bukti itu dia

menyerahkan Nyai Pesat Nyawa. Prabu Murhardo mengalah.

Akibat persetujuan bersama, Prabu Murhardo mengundurkan diri sebagai raja

dan Setyoko mengundurkan diri dari jebatan senapati. Radi Prawiro naik pangkat

menjadi senapati dan menerima Nyai Pesat Nyawa kembali. Berakhirlah plot nomor

dua.

Empat puluh hari setelah kematian Giok Hong dan Giok Hwa, Giok Tien

berdoa untuk roh mereka. Dia tidak percaya pada suaminya; dia masih merasa anak

buah suaminya telah membunuh kakaknya. Namun, setelah Setyoko datang dan

menyerahkan seragam senapatinya kepada roh Giok Hong dan Giok Hwa, Giok Tien

sadar bahwa suaminya benar-benar mencintainya. Mereka berpelukan, bahagia

bersama.

Kesunyian ini dipecah ketika Radi Prawiro berusaha untuk menembak

Setyoko dengan anak panah. Giok Tien mendorong Setyoko, tetapi dia sendiri kena
54
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

anak panah itu. Setyoko memegang mayat istrinya, lalu mengakui bahwa dia merasa

lebih parah daripada pengkhianat karena tidak bisa melindungi istrinya. Akhirnya dia

pun kena anak panah.

Radi Prawiro mendekati mayat cinta dan musuhnya. Dia puas karena

dendamnya akhirnya dibalas, tetapi merasa sedih karena dia sendiri sudah membunuh

Giok Tien. Setelah mencoba melupakan cintanya kepada Giok Tien, dia mengakui

bahwa cintanya kini membunuhnya. Dia lalu berusaha untuk memegang mayat Giok

Tien, tetapi kedua mayat itu lenyap menjadi kupu-kupu.

Kupu-kupu itu beterbangan ke langit. Radi Prawiro melihat, ada awan yang

bentuknya mirip sekali dengan Giok Tien. Dia merasa bahwa dirinya sudah

dimaafkan, tetapi masih tidak tega. Akhirnya dia menikam diri dengan Nyai Pesat

Nyawa. Plot nomor tiga selesai.

Melihat kupu-kupu itu beterbangan dan bersuka ria Putri Cina merasa lega.

Dia merasa bahagia, dan terbang bagai kupu-kupu ke seluruh tanah Jawa, berbunga-

bunga dan membagikan permata Suinli. Orang Jawa dan orang Cina tinggal dalam

kedamaian sejahtera. Plot satu selesai.

3.4 Latar

3.4.1 Latar Tempat

Latar tempat luas dalam Putri Cina ada dua, yaitu Indonesia, terutama tanah

Jawa, dan negeri Cina. Indonesia adalah tempat keterjadian sebagian besar cerita, dan

digambarkan sebagai negeri yang amat indah dengan banyak hal mistis, di antara lain
55
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

anjing ajaib dan dua dewa yang turun ke bumi; namun, kemistisan ini sudah hilang

pada Kerajaan Medang Kamulan Baru. Sementara Cina, yang hanya muncul pada

Bab 2, digambarkan sebagai negara yang sangat berdasarkan hal yang aktual.

Walaupun kaisar dinyatakan keturunan dewa, tidak ada dewa yang muncul dalam

cerita; hal lain di negara Cina hanya terkait dengan manusia biasa.

Selain itu, ada puluhan latar tempat sempit. Latar tempat yang paling penting

dalam cerita ini adalah:

• rumah Giok Tien dan Setyoko, sebuah rumah besar yang mewah, dan tempat

di mana Giok Hwa dan Giok Hong diperkosa dan dibunuh;

• istana Prabu Murhardo, istana raja yang besar dan digunakan untuk pertemuan

Prabu Murhardo bersama penasihatnya beserta perkosaan Giok Tien dan

pemerasan Prabu Murhardo;

• kuburan Giok Hong dan Giok Hwa, tempat kuburan kakak-kakak Giok Tien

dan pembunuhan Giok Tien dan Setyoko oleh Radi Prawiro;

• tempat pementasan Sekar Kastubo, di mana Giok Tien berkenalan dengan

Setyoko dan Radi Prawiro dan juga mendapatkan saran atas kehidupan dari

Korsinah;

• kerajaan Majapahit dan Demak, dua kerajaan yang dikunjungi Putri Cina saat

mencari identitasnya; dan

• Banyuwangi, di mana Putri Cina mendapatkan penjelasan mengapa tanah

Jawa membahayakan untuk orang keturunan Cina.


56
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

3.4.2 Latar Waktu

Ada dua latar waktu besar dalam Putri Cina, yaitu pada keruntuhan Majapahit

dan pada akhir abad kedua puluh. Bab dua sampai dengan sebelas terjadi pada tahun-

tahun keruntuhan Majapahit, sebagaimana digambarkan alurnya. Sementara bab dua

belas sampai selesai terjadi pada akhir abad kedua puluh; ini ditandai pada halaman

85 dan 86 dengan Putri Cina tiba di Medang Kamulan Baru ketika lagu “Cucak

Rowo” sedang popular.

Latar waktu sempit sangat banyak dan berbeda-beda. Namun, tidak ada yang

pasti seperti “jam delapan pagi” atau “hari Rabu,” semuanya relatif. Antara lain, ada:

• ketika matahari hampir terbenam, ketika Putri Cina diberi tahu alas an

mengapa Tanah Jawa rawan kerusuhan; 141

• malam yang sangat gelap, ketika Giok Hong dan Giok Hwa diperkosa

dan dibunuh, Giok Tien diperkosa dua kali, dan Setyoko dan Prabu

Murhardo mencapai kesepakatan untuk mengundurkan diri; 142

• malam benderang dengan bulan purnama, waktu Putri Cina menyadari

bahwa dia tidak mempunyai wajah; 143 dan

• empat puluh hari setelah kematian Giok Hong dan Giok Hwa, ketika Giok

Tien dan Setyoko dibunuh Radi Prawiro. 144

141
Sindhunata. Op. Cit. Hal. 43.
142
Ibid. Hal. 223.
143
Ibid. Hal. 10.
144
Ibid. Hal. 288.
57
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

3.4.3 Latar Sosio-Budaya

Tanah Jawa digambarkan sebagai negara yang mempunyai kebudayaan

kerajaan yang sampai akhir cerita dipegang. Dengan demikian, kuasa raja dianggap

mutlak; dia boleh berbuat apa saja. Namun, Prabu Murhardo sudah menjadi seperti

raja terpilih. Dia tidak takut pada orang luar, tetapi rakyatnya sendiri. Dengan

demikian, Kerajaan Medang Kamulan Baru bisa dinyatakan sudah dipengaruhi

demokrasi.

Pemerintahan Medang Kemulan Baru munafik dalam hubungannya dengan

rakyat. Walau sebenarnya Prabu Murhardo adalah hamba masyarakat, dia menakuti

dan menginjak masyarakat untuk menahan kekuasaannya. Bahkan ketika ada sesuatu

yang mengancam kekuasaannya, seperti gara-gara dan demonstrasi, perasaan rakyat

itu dialihkan ke orang-orang Cina.

Orang Cina dalam Putri Cina digambarkan sebagai orang yang berusaha

untuk mencampuri adat Cina dan Jawa sehingga menjadi beda dari keduanya. Walau

masih percaya pada dewa-dewi Cina dan mempunyai kebiasaan-kebiasaan yang

bersifat kecinaan, tokoh seperti Giok Tien dan Siok Nio digambarkan menyukai

kebudayaan Jawa seperti ketoprak:

Pada zaman itu bukanlah aneh orang-orang Cina suka menonton


ketoprak, wayang orang, atau ludruk. Beberapa orang Cina malah sempat
ikut menjadi pemain di perkumpulan sandiwara-sandiwara itu. Malah ada
sebuah perkumpulan wayang orang, yaitu semua pemainnya orang Cina,
Ang Hing Ho namanya.
Di kotanya, Siok Nio juga suka menonton ketoprak. Jika ada
perkumpulan ketoprak sedang main di kotanya, paling tidak seminggu
sekali Siok Nio pasti menyempatkan diri untuk menonton. Dan ke sana,
58
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ia selalu membawa anak-anaknya, terutama Giok Tien, putri bungsunya.


...
Karena sering diajak menonton, akhirnya Giok Tien juga
menyukai ketoprak. ... Tapi entah kenapa, ia tiba-tiba sering
membayangkan, alangkah indahnya jika ia boleh menjadi pemain
ketoprak. 145
Orang-orang Jawa digambarkan sebagai orang yang terkutuk dan terpaksa

harus selalu bertengkar dengan sesama. Mereka iri hati karena melihat kekayaan

orang-orang Cina, tetapi tergoda oleh kaum perempuan Cina. Dengan demikian, bisa

dikatakan bahwa orang Cina dibenci tetapi diinginkan sebagai pasangan.

3.5 Penokohan146

3.5.1 Putri Cina

Putri Cina, tokoh protagonis pertama, adalah tokoh yang sangat kriptis. Dia

tampaknya bisa di mana-mana, atau di hanya satu tempat. Dia bisa menggunakan

badan orang lain sebagai badannya, atau bisa terbang bebas bagai kupu-kupu. Oleh

karena itu, ada beberapa interpretasi tokoh Putri Cina.

Menurut penulis, Putri Cina adalah tokoh yang berdiri sendiri dan tidak

merupakan perwujudan tokoh lain. Dia adalah ibu metaforis dari semua orang Cina di

Tanah Jawa, dan mewakili perasaan umum kaum Cina pada suatu saat tertentu.

Dengan demikian, dia mempunyai kekuatan yang luar biasa yang digunakan untuk

menenangkan diri dan mencari informasi.

145
Ibid. Hal. 156 – 157.
146
Di sini hanya akan dijelaskan tokoh-tokoh yang akan ditelit i pada Bab IV. Tokoh-tokoh lain,
misalnya Sabdopalon-Nayagenggong, tidak akan dibahas karena tidak men jadi acuan untuk
penelitian.
59
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Kemungkinan lain, Putri Cina adalah perwujudan dari Giok Tien. Bila

demikian, Putri Cina adalah representasi roh Giok Tien saat Giok Tien mencari

jawaban atas pembunuhan kakak-kakaknya. Dalam waktu empat puluh hari di antara

pembunuhan Giok Hong dan Giok Hwa, Giok Tien menggunakan pengalamannya

dari dunia ketoprak untuk mencari identitasnya dan jawaban mengapa kekacauan dan

kerusuhan terjadi. Oleh karena terjadi dalam dunia batin Giok Tien, dia mempunyai

kekuatan untuk melakukan apa saja.

Bagaimana pun dia, baik tokoh sendiri maupun perwakilan dari tokoh lain,

Putri Cina mempunyai karakterisasi yang khas. Dari segi fisik, dia:

... [dikatakan], ... cantik jelita. Matanya nyaris sipit, tapi


menambah wajahnya jadi lebih manis. Hidungnya tak terlalu mancung,
tapi ia tampak sebagai gadis opera Peking yang amat anggun. Kulit
wajahnya langsat kuning. Indah, meski tak seasli gadis-gadis asli Cina di
tanah leluhurnya.
Memang dahulu dia luar biasa. Dia dikenal kaya raya, dengan
kecantikan yang luar biasa dan hati baik yang meninggalkan kenikmatan
bagi orang-orang yang dijumpainya. Dia harum bagai bunga. 147

Namun, akibat trauma dia tidak merasa demikian. Dia merasa bahwa dia jelek

dan tidak berguna. Dia selalu kelihatan sedih, dan bahkan wajahnya sudah hilang.

Walaupun dia tambah kaya, dia merasa itu atas kehilangan dirinya sendiri.

Pada akhir cerita, Putri Cina menjadi lega dan lepas dari depresinya karena

melihat cinta Giok Tien dan Setyoko yang tidak pernah bisa dipisahkan, kendati

mereka Cina dan Jawa. Dengan mengetahui bahwa kaumnya akan bisa hidup bersama

147
Ibid. Hal. 10 – 11.
60
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

dengan orang Jawa dengan baik, Putri Cina menjadi bebas dari depresinya dan

menjadi bagai kupu-kupu, menyebarkan kehidupan baru di Tanah Jawa. 148

3.5.2 Giok Tien

Giok Tien adalah tokoh utama dan protagonis kedua. Dia seorang putri Cina

yang menikah dengan Setyoko. Dahulu dia bekerja sebagai pemain ketoprak, tetapi

setelah kematian ibunya dia meninggalkan pekerjaan dan tinggal di Ibu Kota bersama

suaminya dan kedua kakaknya, Giok Hong dan Giok Hwa.

Dia terkenal cantik jelita, sehingga ketika dia pemain ketoprak ada ratusan

lelaki jatuh cinta kepadanya dan merayunya, antara lain Radi Prawiro. Hal itu dan

beberapa hal lain membantu dia menjadi terkenal dalam dunia ketoprak:

Dalam waktu yang tak lama, Giok Tien akhirnya menjadi bintang
Sekar Kastubo. Penonton amat mengaguminya, karena ia dapat menjiwai
peran-perannya. Suaranya indah. Kata-katanya seperti mengalir dari
hatinya. Dan tentu saja, semuanya itu menjadi bertambah indah, karena
Giok Tien adalah pemain yang cantik jelita. Kulitnya kuning langsat.
Matanya sipit. Hidungnya mungil. Alisnya naik menggaris. Ini semua
makin menjadikan dia pemain yang lain daripada yang lain. 149

Dari segi batin, dia adalah wanita yang kuat dan tahu apa yang

diinginkannya. Ketika masih kecil dia berani meminta izin menjadi pemain

ketoprak. Saat menjadi pemain ketoprak dia bisa menolak ratusan lelaki yang

merayunya, bahkan yang menggunakan guna atau menawarkan harta. Ketika

dia selesai digagahi oleh Prabu Murhardo dan Radi Prawiro, dia mampu berdiri

148
Ibid. Hal. 299 – 302.
149
Ibid. Hal. 158.
61
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

dan menyatakan bahwa dia akan menyebabkan kejatuhan kerajaan itu karena

dibuktikan kemunafikan raja dan pejabat.

Cintanya kepada Setyoko tulus dan tidak pernah hilang. Namun, setelah

kematian kedua kakaknya dia menjadi bingung akan suaminya yang

sebenarnya; Prabu Murhardo dan Radi Prawiro sudah mengatakan bahwa

Setyoko telah membunuh mereka dan Giok Tien percaya mereka. Akan tetapi,

setelah dia melihat betapa Setyoko berduka cita atas kematian Giok Hong dan

Giok Hwa, Giok Tien tidak ragu-ragu lagi dan berani mengorbankan diri demi

suami.

3.5.3 Setyoko / Gurdo Paksi

Setyoko (nama pangkat Gurdo Paksi) adalah Senapati Kerajaan Medang

Kemulan Baru dan suami Giok Tien; dengan demikian, tritagonis ini mendukung

protagonis. Walau dia berketurunan Jawa dan menjadi pejabat negeri, dia tidak peduli

tentang etnisitas Giok Tien. Dia bahkan sangat senang bersama orang-orang Cina;

kesenangan itu mungkin juga dari harta yang dapat dikumpulkan dari mereka,

sebagaimana dikutip di bawah:

‘Benar kau, Joyo Sumengah. Aku bahkan pura-pura menutup


mataku, walau aku tahu, Senapati menjadi kaya raya karena
kedekatannya dengan orang-orang Cina itu,’ sambung Gurdo Amurco
Sabdo. 150

150
Ibid. Hal. 137.
62
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Walau sebelumnya dia telah menangani kerusuhan dengan kejam dan keras,

dia tidak sanggup melanjutkan tugas itu. Dia berusaha untuk menyelesaikan masalah

itu dengan lembut, tanpa kekerasan; oleh karena dia merasa dipengaruhi oleh keris

sakti Senapati, Kyai Pesat Nyawa. Ini membuat prestasinya jatuh dengan Radi

Prawiro dan Prabu Murhardo.

Cinta dia pada Giok Tien tulus. Dari awal pertemuan mereka pertama dia

berlangkah pelan dan tidak buru-buru. Akhirnya setelah mereka menikah Giok Hwa

dan Giok Hong juga diajak tinggal di kediaman mereka di Ibu Kota. Setelah

mengetahui Giok Tien diperkosa Prabu Murhardo dan Radi Prawiro, dia marah besar

dan mengancam perang saudara kepada Prabu Murhardo. Namun, ketulusan cinta dia

paling kelihatan setelah Giok Tien ditembak dengan panah oleh Radi Prawiro; dia

segara menyesal ketidakmampuannya untuk melindungi keluarganya:

‘Giok Tien, akulah yang harus minta maaf padamu. Dulu aku
berjanji padamu, tak hendak aku menjadi Tejaningrat yang mengkhianati
cintamu. Sekarang, kau mati terlebih dahulu. Itu pun kaulakukan untuk
melindungi aku dari sambaran anak panah ini. Tien, seharusnya aku yang
melindungimu. Tapi akhirnya kau jugalah yang melindungi aku, sampai
kau mati terlebih dahulu. Tien, memang aku tak berbuat seperti
Tejaningrat, tapi sebagai lelaki yang pernah menjadi prajurit, aku
ternyata demikian lemah dan tak berdaya, melebihi Tejaningrat,’ kata
Gurdo Paksi merindih sedih.
Air mata Gurdo Paksi terus berlinangan. Diciuminya wajah Giok
Tien berulang-ulang. Ia terus menggendong tubuh istrinya itu dan
menghadapkannya ke kuburan kakaknya. 151

151
Ibid. Hal. 293.
63
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

3.5.4 Radi Prawiro / Joyo Sumengah

Radi Prawiro (nama pangkat Joyo Sumengah), antagonis pertama, adalah

punggawa keamanan istana. Dengan demikian, jabatannya lebih rendah daripada

Setyoko. Dia adalah orang yang licik dan terkenal keras, sehingga ditakuti oleh

massa. Namun, dia juga menyimpan rasa cinta kepada Giok Tien yang tidak mereda

setelah puluhan tahun; rasa cinta ini juga menyebabkan dia mempunyai rasa dendam

kepada Setyoko, yang mampu memiliki Giok Tien.

Rasa cinta dan dendam ini menyebabkan dia berbuat hal yang jahat. Dia

merencanakan pembunuhan Giok Hong dan Giok Hwa, berusaha untuk memerkosa

Giok Tien, lalu akhirnya berhasil setelah diizinkan oleh Prabu Murhardo. Dia juga

membunuh Giok Tien (tidak sengaja) dan Setyoko dengan panah.

Namun, setelah kematian Giok Tien cinta tulus Radi Prawiro tampil jelas

sekali. Dia segara menyesal kematian Giok Tien, dan akhirnya menusuk diri karena

sesal itu. Dia tampaknya tidak sanggup melanjutkan hidupnya dengan pengetahuan

bahwa dia sendiri sudah membunuh wanita yang paling dia cintai, biarpun dia

dimaafkan Giok Tien.

‘Tien, aku hanya hendak membunuh suamimu untuk


melampiaskan dendamku. Bila suamimu sudah tiada, dengan segala cara
aku ingin membujukmu untuk mau hidup bersamaku, karena aku amat
mencintaimu, Tien. Ternyata kau malah terbunuh mendahului suamimu.
Hatiku hancur dan sedih, Tien, karena akhirnya akulah yang
membunuhmu,’ rapat Joyo Sumengah. Suaranya pedih menyayat-nyayat.
...
... senyum itu sudah cukup untuk menjadi tanda, bahwa Giok
Tien telah memaafkan segala kekejaman yang ia lakukan. ... tanpa
berpikir panjang, Joyo Sumengah pun menghunus keris Kyai Pesat
64
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Nyawa dari sarungnya. Lalu secepat kilat, ia menusukkan keris pusaka


itu ke dadanya...
Karena tusukan Kyai Pesat Nyawa, darah pun menyembur keras
dari dadanya, dan Joyo Sumengah roboh, tergeletak tak bernyawa. 152

3.5.5 Prabu Murhardo / Prabu Amurco Sabdo

Prabu Murhardo, antagonis kedua cerita, adalah raja Medang Kamulan Baru.

Saat dia menjadi raja, rakyat sangat bahagia. Namun, setelah dia sudah lama berkuasa

dan semakin mabuk kuasa rakyat menjadi putus asa dan mencari jawaban dalam

minuman keras. Akhirnya mereka beramuk massa, menentang kekuasaan raja.

Prabu Murhardo tidak memikirkan kepentingan orang lain, hanya dirinya

sendiri. Walaupun orang Cina telah banyak membantu dan memperkaya dia, dia

mengambil keputusan agar amuk massa diarahkan ke mereka agar dia bisa menikmati

kekuasaannya. 153 Saat perintahnya itu ditolak oleh Setyoko untuk alasan nurani,

Prabu Murhardo menjadi marah dan mengancam akan memecat Setyoko sebagai

Senapati, seakan itu penghinaan terhadap diri Prabu Murhardo.

Prabu Murhardo juga munafik. Walau dia telah menegaskan kepada Radi

Prawiro bahwa Giok Tien tidak boleh digagahi karena akan menyebabkan kekacauan

dan urusan pribadi tidak boleh dicampur dengan urusan negara, dia sendiri sanggup

memerkosa Giok Tien. Ketika Radi Prawiro menangkap basah perbuatannya, Prabu

Murhardo tidak merasa bersalah besar:

‘Bukankah Paduka sendiri yang berkata, negeri sedang berada


dalam keadaan gawat, karena itu Paduka mencegah dan menyuruh hamba

152
Ibid. Hal. 295 – 298.
153
Ibid. Hal. 136 – 137.
65
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

menunda nafsu hamba terhadap Putri Cina ini? Padahal hamba sendiri
sesungguhnya sudah tidak bisa menguasainya lagi!’ ...
‘... lelaki mana bisa tahan, bila berhadapan dengan Putri Cina
yang cantik dan menggairahkan ini? ... Joyo Sumengah, jangan kau
berpura-pura. Diam-diam dengan kata-katamu, kau telah menyalahkan
dan menuduh aku. ... Aku adalah rajamu, selayaknyalah kau
mendahulukan kemauanku.’ 154
Akhirnya, sebagai akibat dari perbuatannya dia terpaksa harus mengundurkan

diri sebagai raja, dengan persetujuan dengan Setyoko agar semua kerusuhan bisa

selesai dengan damai dan tidak terjadi perang saudara.

3.5.6 Korsinah

Korsinah, tokoh tritagonis yang mendukung protagonis, adalah seorang

pemain ketoprak Jawa senior yang menjadi teman baik Giok Tien. Korsinah

berfungsi sebagai ibu angkat Giok Tien di Sekar Kastubo, memberi saran tentang

bermain ketoprak dan juga kehidupan dengan lelaki. Dia sangat khawatir Giok Tien

akan mengikuti jalan seperti dia ketika masih muda.

‘Hidupku pernah seperti pengemis-pengemis itu. Ketika aku


masih cantik dan terkenal di panggung, aku menjual tubuhku pada para
laki- laki yang menyukai aku. Tidakkah aku sama dengan pengemis-
pengemis itu? Mereka mengemis dengan batoknya, dan aku mengemis
dengan tubuhku. Namanya pengemis, Tien, mana ia bisa bahagia.
Sekarang aku sudah tua, tubuhku tak mau lagi kuajak mengemis pada
laki- laki. Kalau aku tidak jadi seniwati ketoprak, mungkin aku sudah
menjadi pengemis seperti mereka. Maka meski hanya menjadi emban,
dan mendapat uang hanya cukup untuk makan, aku sudah bersyukur.
Maka kalau kamu tidak hati- hati, Tien, tubuhmu yang molek itu bisa
menuntunmu jadi pengemis,’ tutur Korsinah. 155

154
Ibid. Hal. 253 – 254.
155
Ibid. Hal. 172.
66
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Demi perlindungan Giok Tien, Korsinah mengajar sebuah rapal agar Giok

Tien selalu bisa berperan optimal; Korsinah juga menghapus guna-guna Radi Prawiro

dengan guna sendiri. Akhirnya, saat mereka berpisah, Giok Tien sangat sedih. Dia

memberi Korsinah liontin yang dulu diberi ibu untuk keselamatan. Dengan menangis,

mereka harus berpisah.

3.5.7 Keluarga Giok Tien

Ada tiga anggota keluarga Giok Tien yang diperkenalkan di Putri Cina, yaitu

ibunya Siok Nio dan kakak-kakaknya Giok Hong dan Giok Hwa; mereka semua

berperan sebagai tritagonis pendukung protagonis. Siok Nio adalah seorang janda

Cina yang suka menonton ketoprak. Biarpun dia sering dihampiri oleh lelaki, dia

memilih berjanda dan membesarkan putri-putrinya.

Tak heran bila banyak laki- laki, lebih- lebih laki- laki pribumi,
menyukainya dan ingin meminangnya. Salah satu pengagumnya adalah
seorang punggawa kota praja. Kerap punggawa kota praja ini
memesankan kursi untuk menonton ketoprak bagi Siok Nio dan anak-
anaknya. Tentu maksudnya, agar ia bisa duduk di dekat Siok Nio, ketika
mereka bersama menonton ketoprak. Siok Nio tahu, punggawa itu amat
menyukainya dan ingin mengambilnya sebagai istri. Namun Siok Nio
tetap memilih hidup sendiri, bersama ketiga anaknya. 156

Dia paling menyayangi Giok Tien dan memberi hadiah yang sangat berharga.

Dia meninggal tak lama setelah pernikahan Giok Tien.

Giok Hong dan Giok Hwa adalah kakak perempuan Giok Tien. Mereka tidak

menikah, tetapi memilih tinggal di satu rumah dengan Setyoko dan Giok Tien setelah

156
Ibid. Hal. 157.
67
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

pernikahan adik mereka. Mereka meninggal, ditusuk Kyai Pesat Nyawa oleh pasukan

Radi Prawiro, dalam kerusuhan.

3.5.8 Aryo Sabrang

Aryo Sabrang, salah satu tritagonis, adalah adipati yang menggantikan Prabu

Murhardo sebagai raja Medang Kamulan. Biarpun dia dikemukakan sebagai anak

buah Prabu Murhardo, 157 dia ternyata tidak sependirian. Dia menghapus bekas-bekas

dari kerajaan Prabu Murhardo dan mengembalikan Medang Kamulan Baru ke

aslinya. 158

3.6 Tema

Ada tiga tema utama dalam novel Putri Cina, yaitu kebingungan atas identitas

(identity crisis), kemabukan kekuasaan, dan cinta sejati. Setiap tema ini mempunyai

kedudukan yang setara dengan yang lain; akibatnya, tidak dapat dikatakan bahwa

Putri Cina hanya mempunyai satu tema utama.

3.6.1 Krisis Identitas

Tema mayor krisis identitas, yang muncul di sepanjang cerita, sudah

diwujudkan pertama pada bab satu, ketika tokoh Putri Cina duduk dan berbicara

157
Ibid. Hal. 273 – 274.
158
Ibid. Hal. 279 – 280.
68
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

dengan bulan seakan mereka pencinta. Putri Cina bingung karena merasa tanpa

identitas, yang dipersonifikasikan sebagai wajah:

Malam sedang terang benderang, ketika ia menanyakan perihal


hidupnya itu. Bulan seperti keluar dari sarangnya, lalu menghampiri
biliknya. Cahayanya demikian dekat padanya, sampai bulan itu terasa
menari- nari di hadapannya. Disapanya bulan dengan mesra, seolah
kekasihnya, ‘Sejak kita berpisah, betapa aku ingin kau datang kembali
padaku. Ternyata kau hanya datang dalam mimpiku. Sungguhkah kau
datang, dan mau bersama dengan aku dalam bilikku? Aku khawatir, kau
hanyalah nyala yang keluar dari lilin di hadapanku. Dan begitu lilin itu
habis mencair, kau pun hilang bersama nyalanya yang padam. Apakah
kau hanya boleh kunikmati dalam mimpi?’
Tentu tiada jawaban baginya. Bulan pun segara pergi
meninggalkannya. Ia merasa, bukan kekasih yang ia cari, tapi dirinya
sendiri. Dan dirinya itu tak pernah ia temukan sampai kini.
Ia meraba wajahnya. Wajahnya ternyata tiada. 159
Dari permulaan itu, tokoh Putri Cina mengingat dongeng-dongeng Jawa untuk

mencari asal dirinya. Dia mengingat bahwa kaumnya ada yang pernah datang dari

Cina setelah kerajaan Majapahit, keturunan dari seorang pangeran Jawa dan seorang

miskin Cina, yakni Jaka Prabangkara dan Kim Muwah. Namun, dia ingat bahwa

sebelumnya sudah ada kaumnya di tanah Jawa, seorang selir yang hanya disebut Putri

Cina. Namun, asal usul Putri Cina itu tidak diketahui. Akibatnya, Putri Cina

mengambil keputusan bahwa dia bukan Jawa dan bukan Cina. 160

Sebagai Putri Cina selir Majapahit, dia kembali ke tanah Jawa dari Sumatra

setelah keruntuhan Majapahit dan mencari Sabdopalon-Nayagenggong, dua hamba

setia. Sabdopalon-Nayagenggong, yang ternyata sebenarnya Semar, menyatakan

kepada Putri Cina bahwa kaumnya sebenarnya sudah sebagian dari bangsa Jawa,

159
Ibid. Hal. 10
160
Ibid. Hal. 15 – 31.
69
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

tetapi karena kutukan Sarama (wakil dari Togog) mereka selalu akan dimaki dan

dihina. 161

Terkejut, Putri Cina pergi ke Tuban. Setelah kerusuhan di Medang Kamulan

Baru, dia melihat sepasang kupu-kupu, yang dia mengerti adalah Giok Tien dan

Setyoko. Lega karena mengetahui bahwa kaumnya sebenarnya bisa tinggal di Jawa

dengan aman dan bersama orang Jawa saling mencintai, dia menemukan identitasnya

dan terbang ke langit sebagai kupu-kupu pula:

Kupu-kupu cinta yang tak lagi memisahkan Jawa dan Cina itu
terbang terus ke utara. Amat indahlah badan kupu-kupu itu. Badannya
adalah badan Putri Cina yang sedang bertelanjang dada. Badan kupu-
kupu itu begitu menarik penghuni alam semesta. Maka datanglah aneka
jenis bunga, berebut menempel di buah dadanya, seakan hendak
memberikan dirinya sehabis-habisnya, sampai tertumpahlah semua
keharumannya. Langit pun harum dengan aroma bunga. Dan Putri Cina
yang menjadi badan kupu-kupu itu lalu mencium sekuntum bunga
berwarna ungu, seakan ia sedang mencium kematiannya dengan amat
mesra. Karena tersentuh oleh cinta dan kasih sayangnya, maka kematian
itu menjadi telaga kehidupan yang amatlah indah, sehingga dari kematian
itu turunlah hujan emas ke dunia.
... Dan Putri Cina gembira, terbang terayun-ayun, dan dengan
sayap daun-daunnya menaungi dan mendinginkan bumi yang
menggelegak dengan kebencian, kekerasan, dendam, dan iri hati, sampai
ia mendidih panas. 162

3.6.2 Kemabukan Kekuasaan

Dalam tokoh Prabu Murhardo, Radi Prawiro / Joyo Sumengah dan Setyoko /

Gurdo Paksi terdapat tema minor kemabukan kekuasaan, atau power corrupts. Pada

awal bagian Kerajaan Medang Kamulan Baru, dinyatakan bahwa kerajaan baru itu

161
Ibid. Hal. 47 – 66.
162
Ibid. Hal. 299 – 300.
70
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

pada awalnya disenangi masyarakat. Namun, setelah lama berkuasa Prabu Murhardo,

Radi Prawiro dan (sedikit) Setyoko menginginkan kekuasaan yang lebih banyak

maka mulai tidak memperhatikan nasib rakyat. 163

Akhirnya, ketika terjadi demonstrasi anti-kerajaan Prabu Murhardo, raja itu

mengambil keputusan bahwa kekuasaannya lebih penting daripada kesejahteraan

rakyat. Oleh karena itu, dia memerintah bawahannya menyalahkan orang Cina, sesuai

dengan saran penasihatnya:

‘Senapati, kuakui, memang aku memberi kesempatan pada orang-


orang Cina. Kuakui, mereka telah banyak membantu aku dengan
kekayaan mereka. Kupuji mereka sebagai orang-orang yang mau bekerja
keras. Semata-mata hanya supaya kekayaan mereka bisa kuperas.
Sementara kubiarkan mereka terus menumpuk harta, dan menjadi
semakin kaya, menuruti keserakahan mereka. Dengan demikian mereka
menjadi kelompok yang menimbulkan kecemburuan dan iri.
Kecemburuan dan keirian terhadap mereka itu sudah ada di dalam diri
rakyat negeri ini. Sekarang, negeri ini sedang dilanda kekacauan. Kalau
menyulut api kecemburuan dan keirian terhadap orang-orang Cina itu
adalah satu-satunya jalan dan celah untuk menyelamatkan negeri ini dari
kekacauan, mengapa hal itu tidak kita kerjakan?’ kata Prabu Amurco
Sabdo. 164

Rasa kekuasaan ini juga menyebabkan Prabu Murhardo memerkosa Giok

Tien. Oleh karena dia raja, dia merasa bahwa wanita siapa saja tersedia untuk

kenikmatannya. Ketika sadar bahwa perbuatan dia dan Radi Prawiro bisa

menjatuhkan dirinya, Prabu Murhardo membuat rencana untuk membunuh Giok

Tien. Namun, oleh karena Giok Tien akhirnya diselamatkan, Prabu Murhardo

terpaksa mengundur diri daripada dijatuhkan:

163
Ibid. Hal. 125 – 133.
164
Ibid. Hal. 135.
71
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

‘Aku memang mau meruncingkan semua perkara yang penuh


teka-teki ini menjadi satu masalah saja, yakni masalah perilaku kejimu
yang melanggar tata susila. Sebab seperti katamu, orang takkan percaya,
bila aku sendiri yang berkata, bahwa aku tak berurusan dengan Kyai
Pesat Nyawa yang telah meminta nyawa kedua kakak iparku. Tapi
mereka akan percaya, bahwa kau sengaja membuat semuanya itu, supaya
kau dapat menggagahi istriku. Bila istriku telah membuka semua
kebusukanmu, alangkah mudahnya bagiku untuk membuat mereka
percaya, bahwa kau bersekongkol untuk menyingkirkan aku dengan cara
keji itu, agar kau dapat merebut istriku.’ – Gurdo Paksi 165

3.6.3 Cinta Sejati

Dalam hubungan Giok Tien dan Setyoko terdapatlah tema cinta sejati, atau

cinta yang bisa mengatasi semua perbedaan. Pada mulanya Giok Tien adalah seorang

pemain ketoprak Cina dan Setyoko adalah seorang prajurit bawahan Jawa. Giok Tien,

oleh karena kecantikannya, selalu didekati lelaki dan dilamar tetapi selalu menolak;

ini menyebabkan beberapa, seperti Radi Prawiro, menyimpan dendam dan yang lain,

seperti Setyoko, menjadi malu mengakui cinta. 166

Namun, ketika Setyoko akhirnya berani mengakui cintanya, Giok Tien jatuh

cinta saat pandangan pertama:

Ia hanya melihat, di hadapannya, berdiri seorang lelaki tampan


yang dalam bayangannya sungguh seorang Tejaningrat. ‘Tertipukah
mataku?’ tanya Giok Tien lagi dalam hati. ‘Tidak,’ jawabnya sendiri.
‘Atau jika tertipu, hatikulah yang tertipu,’ jawabnya lagi. Ia harus
mengakui, berhadapan dengan lelaki ini hatinya sungguh berdebar tak
karu-karuan. 167

165
Ibid. Hal. 271.
166
Ibid. Hal. 178 – 193.
167
Ibid. Hal. 193
72
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Mereka tidak lama kemudian bertunangan. Giok Tien pada awalnya ragu-ragu

karena merasa mereka tidak akan cocok karena beda suku, tetapi akhirnya mereka

menikah dan Setyoko mendapat pangkat tinggi sebagai senapati. 168

Dalam kerusuhan anti-Prabu Murhardo, Giok Tien mulai ragu-ragu lagi

apabila suaminya akan mampu melindungi dia dan kakak-kakaknya. Keragu-raguan

ini menjadi semakin tajam setelah kedua kakaknya diperkosa oleh massa lalu dibunuh

di dalam pandangannya, ditikam dengan keris Nyai Pesat Nyawa yang milik senapati.

Giok Tien merasa lebih tidak percaya lagi terhadap suaminya setelah dia diperkosa

oleh Prabu Murhardo dan Radi Prawiro. Dia bahkan menuduh suaminya telah

membunuh kakak-kakaknya. 169

Namun, setelah dia melihat betapa Gurdo Paksi berduka cita dan merasa

bersalah, sehingga menolak sebutan Gurdo Paksi dan kembali menjadi Setyoko saja,

dia bisa yakin kembali akan ketulusan cintanya, bahkan tersedia mengorbankan diri

untuk keselamatan suaminya dari anak panah Radi Prawiro. Setelah Setyoko pun

mati, dipanahi Radi Prawiro, mereka menjadi kupu-kupu dan terbang bebas bersama,

hidup abadi dalam percintaan:

Sebab begitu [Radi Prawiro] hendak menyentuhnya, tubuh itu


ternyata lenyap dalam seketika, dan menjelma menjadi kupu-kupu. Dan
bersamaan dengan lenyapnya tubuh Giok Tien itu, tubuh Gurdo Paksi
pun ikut lenyap, menjelma menjadi kupu-kupu pula. Joyo Sumengah
membelalak tak percaya melihat kedua tubuh yang tadinya sudah mati
dan menjadi mayat itu kini ternyata telah menjadi sepasang kupu-kupu
yang hidup dan terbang di hadapannya. Ia mendongak dan melihat,
awan-awan gelap berarak pergi. Langit jadi putih bersih. Dan bersinar

168
Ibid. Hal. 198 – 222.
169
Ibid. Hal. 223 – 261.
73
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

teranglah cahaya matahari pagi. Burung-burung girang beterbangan,


indah, merdu berkicau-kicauan. 170

170
Ibid. Hal. 297.
74
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB 4

PENGARUH KERUSUHAN MEI 1998 DALAM PUTRI CINA

4.1 Alur

Akibat dari kesengsaraan itu, rakyat menjadi sangat benci kepada Prabu

Murhardo. Mereka mulai demonstrasi di jalanan. Seluruh rakyat sudah turun untuk

memprotes kesengsaraan rakyat Kerajaan Medang Kamulan Baru. Prabu Murhardo

dengan dukungan Patih Wrehonegoro menyalahkan rakyat, dan mengatakan bahwa

rakyat sebenarnya melawan rakyat dan bukan raja. Namun, ini tidak sepenuhnya

dipercaya:

‘Bila pertikaian lama yang terselimuti kesatuan dan keseragaman


itu sekarang meledak, rakyat tak tahu lagi mana lawan mana kawan.
Semuanya adalah lawan, dan semuanya adalah kawan. Semuanya adalah
salah, dan semuanya adalah benar. Kalau demikian, tak dapat lagi mereka
mempertahankan dirinya. Dan untuk mempertahankan dirinya yang tak
ada jalan lain kecuali dengan bersama-sama mencari korban, yang bisa
dianggap sebagai yang patut disalahkan,’ urai Patih Wrehonegoro.
‘Dan yang bersalah itu adalah aku? Karena itu mereka mau
menggulingkan aku?’ tanya Prabu Amurco Sabdo.
‘Ampun, Sinuwun, bukan Paduka yang bersalah, tapi kesatuan
dan keseragaman yang palsu itulah yang sekarang sedang menuntut
korbannya,’ kata Patih Wrehonegoro. 171

Ini seiring dengan kenyataan di Orde Baru. Mahasiswa- mahasiswa memprotes

kebijakan ekonomi dan lain- lain Pemerintah, lalu tidak diperhatikan. Daripada

mengubah yang sudah tidak berfungsi baik dalam pemerintahan, mereka

menyalahkan rakyat dan menggunakan kekerasan dan intimidasi untuk mencegah

segala masalah yang timbul.

171
Ibid. Hal.134.
75
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Prabu Murhardo bersama abdi-abdinya mencari jalan keluar agar kekuasaan

mereka bisa dijaga. Akhirnya keputusan diambil untuk mengalihkan kekerasan dan

kerusuhan itu menjadi kekerasan etnis terhadap suku Cina.

‘Mudah, Sinuwun. Sekali lagi hamba katakan, itu sungguh


mudah! Alihkan saja segala kekerasan yang mau pecah itu kepada orang-
orang Cina. Setelah itu, Sinuwun akan mengendalikan keadaan dengan
lebih mudah,’ kata Patih Wrehonegoro. Dia tersenyum, tanpa
perasaan. 172

Ini mencerminkan kecurigaan yang sampai sekarang terasa dalam masyarakat.

Sebagaimana disinggung pada Bab II, ada teori bahwa provokator-provokator yang

mengendalikan massa pada tahun 1998 sebenarnya anggota aparat.

Setelah amarah massa diarahkan oleh Patih Wrehonegoro, orang-orang Cina

menjadi korban dalam segala hal.

Harta mereka dijarah. Rumah-rumah mereka dibakar. Tempat-


tempat berdagang mereka dibumihanguskan. Di jalan-jalan mereka
dicegat, lalu dianiaya. Kendaraan-kendaraan mereka digulingkan, disiram
minyak tanah, dan dibakar.
Siapa yang dijumpai (massa), dan ketahuan sipit matanya, dan
kuning langsat kulitnya, tak ampun lagi, dia pasti jadi korban bulan-
bulanan massa rakyat.
Dan lebih mengerikan lagi adalah peristiwa ini: banyak wanita
Cina diperkosa. Malahan, di banyak tempat, wanita diperkosa beramai-
ramai. Dan kejinya, perkosaan itu dilakukan di hadapan orangtua atau
saudara wanita-wanita Cina yang malang itu. Kekejian tidak hanya
sampai di situ. Setelah diperkosa, wanita-wanita Cina yang sudah
pingsan dan tak berdaya it masih dianiaya dengan kejam. Sebagian malah
dibunuh. 173

Kekejian massal ini telah terjadi di hidup nyata juga. Sebagaimana

dikemukakan di atas, di antara lain sebagai berikut.

172
Ibid. Hal. 134.
173
Ibid. Hal. 149 – 150.
76
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

• Sejumlah mal dan pertokoan lain seperti Supermall Karawaci, Glodok Plaza,

dan Yogya Department Store Klender dibakar.

• Di Jakarta, sebanyak 13 pasar, 2.479 rumah toko, 40 mal, 1.604 toko, 45

bengkel, 387 kantor, 9 SPBU, 8 bus dan kendaraan umum lainnya, 1.119

mobil, 826 sepeda motor, dan 1.026 rumah dirusaki, dijarah, dan / atau

dibakar.

• Di Jakarta, jumlah korban yang tewas diperkira mencapai 1.217 orang.

• Di Jakarta, jumlah korban perkosaan mencapai 152 orang, dengan 15 di antara

mereka yang tewas

• Sebagaimana dikemukakan dengan kasus Lina di Surakarta, ada korban yang

diperkosa di hadapan keluarga

Sebagai akibat dari kerusuhan itu, Giok Tien dan kakak-kakaknya tidak

percaya kepada kerajaan, bahkan Setyoko pun tidak dipercaya. Mereka mengambil

keputusan untuk mengungsi ke Negara Singa:

‘Apalagi di Negara Pedang Kemulan ini, para penguasanya suka


mengkhianati kata-katanya sendiri. Mereka berjanji akan melindungi
kita. Terbukti sekarang mereka malah mengkhianati kita,’ kata Giok
Hwa.
‘Kalau begitu, mari kita menyiapkan barang-barang. Kita
mengungsi saja ke kerajaan tetangga, ke Negara Singa,’ ajak Giok Hong.
‘Iya, Cik. Mungkin itulah satu-satunya cara kita menyelamatkan
diri,’ sahut Giok Tien. 174

174
Ibid. Hal. 154.
77
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Ini mencerminkan kenyataan bahwa sebanyak 10.000 sampai 100.000 orang

Cina telah meninggalkan Indonesia pada saat kerusuhan. Kebanyakan memang pergi

ke Singapura melalui Batam.

Kekejian yang dirancang dalam novel pada halaman 149 – 150 menjadi

semakin nyata ketika sekelompok orang bertopeng masuk ke rumah Giok Tien

dengan paksa. Ketakutan mereka sangat jelas. Akhirnya Giok Hwa dan Giok Hong

diperkosa lalu dibunuh di hadapan Giok Tien.

… mereka terkejut setengah mati, karena mendengar pintu rumah


mereka didobrak keras-keras. Dan mereka melihat sekelompok orang
bertopeng masuk, dan mendekati mereka. Giok Tien, Giok Hong, dan
Giok Hwa ketakutan sampai pucat pasi. Sebelum sempat mereka
menjerit, orang-orang bertopeng itu sudah membekap mulut mereka.
Giok Tien melihat, orang-orang bertopeng itu menelanjangi kedua
kakaknya, mempermalukan, dan akhirnya memerkosa mereka. Dan lebih
ngeri lagi, ia melihat, akhirnya, orang-orang bertopeng itu menusuk
kedua kakaknya. Darah mereka berceceran. 175

Peristiwa ini melambangkan hal yang sama seperti pada halaman 149 – 150,

tetapi dengan lebih banyak emosi. Sama seperti kasus Andina (Jakarta) dan Lina

(Surakarta) pada bab dua, Giok Hwa dan Giok Hong diperkosa di depan orang

tercinta.

Ketika Setyoko pulang dan menemukan kakak-kakak iparnya terbunuh dan

istrinya tidak ada di rumah, dia sadar bahwa dia tidak mampu melindungi

keluarganya dari kekejaman massa. Ini kelihatan paling jelas pada halaman 290:

‘Giok Tien. Aku adalah prajurit, bahkan aku pernah menjadi


senapati. Tapi aku telah gagal menjalankan tugasku sebagai senapati,
lebih- lebih dalam melindungi kaummu. … Aku harus mengakui, seperti

175
Ibid. Hal. 224.
78
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Tejaningrat tak berhasil menyelamatkan Roro Hoyi dari kekejaman


Amangkurat, sebagai senapati aku juga tak berhasil menyelamatkanmu
dari kekejaman yang pecah terhadap kaummu di Negeri Pedang Kemulan
ini.’ – Setyoko 176

Ketidakmampuan Setyoko untuk melindungi kaum Cina mewakili

ketidakmampuan Wiranto untuk melindungi kaum Cina di Jakarta dan kota lain.

Sama seperti halnya Giok Tien diperkosa tanpa dilindungi oleh

penanggungjawabnya, kaum Cina di Jakarta dan kota lain tidak dilindungi oleh

militer. Akibatnya, banyak kekejaman yang terjadi sebagaimana dijelaskan di atas.

Akhirnya Giok Tien digagahi oleh Radi Prawiro dan Prabu Murhardo di

Istana Raja. Namanya pun tidak diakui oleh penggagahnya itu; dia hanya disebut

“Putri Cina”, misalnya:

‘Putri Cina, bukan hanya mereka berdua yang ingin merasakan


kehangatan dirimu. Menyerahlah padaku, wong ayu. Enaklah hidupmu,
jika kau mau menuruti kemauanku,’ kata Prabu Amurco Sabdo. 177

dan

‘Benar, Sinuwun. Di luar, lelaki- lelaki sedang beramai-ramai


memerkosa wanita Cina. Nikmat juga bila sekarang kita menggilir Putri
Cina ini. Paduka telah menikmati Putri Cina ini terlebih dahulu. Sekarang
tiba giliran hamba. Sudah lama hamba menghasratkannya. Mengapa
ketika sekarang kesempatan tiba, hamba tidak memuaskannya? Paduka
telah mengizinkan hamba, maka sekaranglah saatnya hamba
menikmatinya,’ kata Joyo Sumengah. 178

Dengan merendahkan Giok Tien dengan sebutan “Putri Cina”, Radi Prawiro

dan Prabu Murhardo menghilangkan identitasnya sebagai manusia. Dia menjadi

176
Ibid. Hal. 290 – 291.
177
Ibid. Hal. 248.
178
Ibid. Hal. 254 – 255.
79
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

hanya suatu benda atau objek, yang dapat digunakan sebagaimana mestinya. Ini juga

terjadi pada Kerusuhan Mei 1998. Sebagaimana dicontohkan di kasus Andina di atas,

massa pemerkosa tidak memedulikan bahwa orang tuanya sakit atau dia sudah

mempunyai pacar; mereka hanya melihat bahwa dia seorang perempuan yang dapat

digunakan seenaknya.

Akhirnya Setyoko datang dan menghentikan perkosaan Giok Tien. Setelah

Setyoko berdebat dengan Prabu Murhardo tanpa hasil, Giok Tien menyatakan bahwa

pengakuan dirinya sebagai korban perkosaan akan bisa menjatuhkan Prabu Murhardo

sebagai Raja Tanah Jawa. Cara Giok Tien sebagai berikut:

‘Sekarang, hamba mau tegak berdiri, saya tegak berdiri pula


nasib hamba. Karena itu, tak dapat lagi Paduka mencegah hamba keluar
menghadapi kerumunan orang banyak di bawah sana. Hamba akan
katakan semua ini pada kaum perempuan yang ada di sana, supaya
seperti hamba mereka juga berani berdiri tegak. Akan hamba katakan,
bahwa kekuasaan itu tak lain adalah syahwat. Karena itu akan hamba
katakan, Paduka akan terus menindas, karena Paduka tak bisa menguasai
syahwat.
Hamba dan kaum hamba hanyalah perempuan. Tak mungkin
hamba mampu melawan kekuasaan. Tapi membongkar kesyahwatan
Paduka dan abdi-abdi Paduka, hamba mempunyai beribu-ribu bukti yang
nyata. Dan itulah yang akan hamba buat, agar terbukalah perilaku Paduka
yang menghancurkan tata susila, justru ketika negeri ini dalam keadaan
gawat,’ kata Giok Tien. Dan ia pun beranjak, hendak melangkah
keluar. 179

Setelah ancaman Giok Tien ini, Prabu Murhardo terpaksa harus

mengundurkan diri sebagai raja. Dia menetapkan Adipati Aryo Sabrang sebagai

penggantinya.

179
Ibid. Hal. 270.
80
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Ini melambangkan penyelesaian Kerusuhan Mei 1998. Akibat dari amuk

massa yang terjadi di Jakarta dan kota-kota lain, Soeharto mengundurkan diri dan

wakil presidennya Jusuf Habibie menjadi Presiden Republik Indonesia. Biarpun tidak

ada satu orang tertentu yang memaksakan Soeharto mengundurkan diri seperti dalam

Putri Cina, nasib kaum Cina yang digagah selama tiga hari tiga malam itu menjadi

salah satu dorongan yang sangat besar.

Raja baru Prabu Aryo Sabrang secara segara menggantikan bekas-bekas dari

kerajaan Prabu Murhardo. Sebagaimana dijelaskan di bawah:

Semula mereka mengira, paling-paling Aryo Sabrang meneruskan


apa saja yang telah dibuat pendahulunya. Ternyata tidak demikian
halnya. Ia mau mendengar kata-kata rakyatnya.
Malahan ia bertekad menghapus segala kenangan lama yang
membuat rakyat takut dan susah. Ia tidak ingin Negeri Medang Kamulan
dialami rakyat sebagai Negeri Pedang Kemulan. Ia bahkan
mengembalikan nama Medang Kamulan Baru pada nama aslinya.
Dihapusnya pengertian ‘Baru’ dari nama negerinya, sehingga nama
negeri itu adalah Medang Kamulan. … Rakyat mengerti, perubahan ini
tidak hanya sekadar berarti pengembalian nama, tapi juga penghapusan
cara-cara pemerintahan yang ‘Baru’, yang dulu pernah menggantikan
yang ‘Lama.’ 180

Ini melambangkan perubahan yang terjadi di Indonesia pada awal reformasi.

Sebagaimana dikemukakan di atas, peraturan-peraturan diskriminatif dihapus, hak

asasi manusia ditegakkan, dan demokrasi kembali dianut. Arah Reformasi justru

sebaliknya dari arah Orde Baru.

180
Ibid. Hal. 279 – 280.
81
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Akhirnya Putri Cina dapat beterbangan bebas dari rasa takut dan maut sebagai

kupu-kupu. Dia merasakan masa depannya indah. Dia beterbangan di langit dan hal-

hal yang mengerikan, misalnya bunga kematian, menjadi indah:

Dan Putri Cina yang menjadi badan kupu-kupu itu lalu mencium
sekuntum bunga berwarna ungu, seakan ia sedang mencium kematiannya
dengan amat mesra. … Karena itu semua, menjadi amat indah pula bunga
ungu itu di tangannya. Bunga ungu itu bukan lagi bunga kematian. Di
tangan Putri Cina yang menciumnya dengan mesra, bunga itu menjadi
bunga kehidupan, yang akan mendatangkan hujan berkah dan kedamaian
di Tanah Jawa ini. 181

Kebebasan Putri Cina ini melambangkan semangat Sindhunata akan

kehidupan yang lebih baik untuk orang Cina di Indonesia pasca-Reformasi. Setelah

orang Cina menjadi korban amarah massa, kini ada rasa tenang dengan kebijaksanaan

Reformasi. Dengan demikian, ada pula harapan untuk masa depan yang penuh kerja

sama tanpa diskriminasi.

4.2 Latar

4.2.1 Latar Tempat

Kerajaan Medang Kamulan Baru adalah representasi Indonesia pada Orde

Baru. Selain fakta bahwa dalam Putri Cina sudah dinyatakan bahwa cerita terjadi di

tanah Jawa, 182 ada banyak kemiripan dalam sejarahnya.

Untuk menjadi raja Medang Kamulan, Prabu Murhardo menyingkirkan raja

lama, Ajiksaka. 183 Ini mencerminkan teori bahwa Presiden Soeharto telah

181
Ibid. Hal. 299 – 300.
182
Sindhunata. Op. Cit. Di antara lain pada halaman 15, 32, 39, 85, 88, 104, 110, dan 279.
82
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

menyingkirkan Presiden Soekarno dengan memimpin atau menjadi anggota dari

Gerakan 30 September, yang dikemukakan oleh ilmuwan Belanda dari Universitas

Leiden, Profesor Wim F. Wertheim. 184

Mengenai pilihan nama Medang Kamulan Baru, dinyatakan:

Pada nama kerajaan itu ditambahkan kata Baru, karena memang


demikianlah yang sering terjadi di Tanah Jawa. Adalah misalnya dulu
Kerajaan Mataram. Pada suatu saat muncullah kerajaan baru, dan
dinamakan Mataram Baru. Sama-sama di Tanah Jawa, Mataram Baru
yang baru muncul itu tentu lain dengan Mataram Lama, yang dulu pernah
ada dan sekarang digantikannya. 185

Ini sama dengan alasan mengapa Orde Baru disebut Orde “Baru”. Menurut

pidato Presiden Soeharto yang disampaikan di Seminar Angkatan Darat di Bandung

pada tahun 1966, yaitu:

Orde Baru akan lebih pragmatis dan realis tanpa meninggalkan


cita-cita kebebasan. Orde Baru hendak mengutamakan kepentingan
nasional sambil melanjutkan ideologi kita untuk memberantas
kolonialisme dan imperialisme. Orde Baru tidaklah menantang
kepemimpinan dan pemerintahan yang kuat, tetapi berharap untuk tetap
memegang ciri-ciri ini dalam periode transisional dan perkembangan.
Orde Baru hendak mengimplementasi demokrasi dalam ekonomi dengan
tujuan mencapai masyarakat sosial, politik, ekonomi, dan budaya dengan
Pancasila dan Ketuhanan yang Maha-Esa sebagai nilai moral dasar
kita. 186

183
Ibid. Hal. 93.
184
Sebagaimana dikemu kakan dalam Bayang-Bayang PKI, yang dilarang diterbit kan.
Abdulgani-Knapp, Retnowati. Soeharto: The Li fe and Legacy of Indonesia’s Second President.
2007. Marshall Cavendish Edit ions: Singapura. Hal. 62 – 63.
185
Sindhunata. Op. Cit. Hal. 88
186
Abdulgani-Knapp, Retnowati. Op. Cit. Hal. 62 – 63.
Diterjemah kan dari versi bahasa Inggris. Aslinya: “The New Order would be mo re prag matic and
realistic without leaving out the ideals of freedom. The New Order wants to put our national
interest in the driving while continuing with our ideology to fight against colonialis m and
imperialis m. The New Order is not against a strong leadership and government; to the contrary, it is
the intention to have this characteristic in this transitional period and development. The New Order
83
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Sama dengan halnya Orde Baru, 187 pada awalnya Kerajaan Medang

Kamulan Baru disukai rakyat. Rakyat percaya pada Prabu Murhardo dan

kerajaan maju dan berkembang dengan pesat.

Namun, dalam beberapa tahun Kerajaan Medang Kamulan Baru

berubah. Rakyat mulai tidak berharapan. Militer diperkuat, dan kedaulatan

rakyat terasa hilang, seperti pada Orde Baru. Prabu Murhardo tidak lagi

dihormati sebagai pemimpin, tetapi ditakuti.

Tak ada lagi keadilan. Selalu Raja, keluarga dan pembantu-


pembantunya yang dimenangkan, dan kepentingan rakyat ditelantarkan.
Tidak ada lagi kesejahteraan. Selalu Raja, keluarga dan pembantu-
pembantunya yang bertambah kekayaan dan hartanya, dan rakyat
dibiarkan dalam kekurangan dan kemiskinannya. Tidak ada lagi
ketenteraman. Selalu Raja, keluarga dan pembantu-pembantunya yang
dilindungi dalam keamanan, dan rakyat ditakut-takuti serta diancam
dengan senjata dan kekerasan. 188

Ini juga mencerminkan kenyataan pada Orde Baru. Setelah sepuluh tahun di

bawah pimpinan Presiden Soeharto, sudah ada ketidaksenangan dan ketidakpuasan

yang timbul di hati rakyat. 189 Ada pula kecurigaan atas korupsi, yang timbul setelah

kasus Pertamina dikemukakan pada tahun 1974, 190 tetapi terus- menerus meningkat.

Sebagaimana dijelaskan pada Bab 4.1, kejatuhan Kerajaan Medang Kamulan

Baru dan Orde Baru sangat mirip. Oleh karena sudah didalami di atas, kemiripan ini

tidak perlu dibahas di sini.

wants to implement democracy in economy. It is an order to achieve a social, polit ical, economic,
and cultural society with Pancasila and Belief in God Almighty as our moral values.”
187
Ibid. Hal. 67.
188
Sindhunata. Op. Cit. Hal. 96.
189
Abdulgani-Knapp, Retnowati. Op. Cit. Hal. 159.
190
Ibid. Hal.
84
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

4.2.2 Latar Waktu

Kerusuhan dan kejatuhan di Medang Kamulan Baru terjadi pada tahun 1998,

sama seperti halnya Orde Baru. Ini dilambangkan dengan adanya sengkalan 191 lagu

“Cucak Rowo”, yang sangat populer pada tahun 1998:

Ternyata anak-anak itu menyanyikan lagu Cucak Rowo yang saat


itu sedang digandrungi dan dinyanikan di mana- mana di seluruh pelosok
Tanah Jawa. 192

Selain itu, latar waktu tidak jelas. Dengan demikian, tidak dapat ditarik

kemiripan lain.

4.2.3 Latar Sosio-Budaya

Orang-orang keturunan Cina serta kedudukan mereka dalam masyarakat Jawa

dalam Putri Cina digambarkan sama dengan kenyataan pada Orde Baru. Dalam Putri

Cina, kaum Cina semakin lama menjadi semakin kaya. Pengembangan harta mereka

membuat orang pribumi menjadi iri hati dan benci kepada mereka. Mereka juga

dipelihara oleh Prabu Murhardo untuk mengembangkan kekayaan penguasa. 193 Ini

mencerminkan kenyataan di masa Orde Baru, ketika secara de facto warga keturunan

Cina dibatasi dalam bidang perdagangan, dan beberapa orang konglomorat seperti

191
Bahasa Jawa. Penyebutan tahun dengan menggunakan kata-kata, hal atau peristiwa tertentu yang
melambangkan angka tertentu.
192
Sindhunata. Op.Cit. Hal. 85.
193
Ibid. Hal. 137.
85
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

pemilik BCA Sudono Salim dan raja kayu Mohammad “Bob” Hasan menjadi akrab

dengan Presiden Soeharto. 194

Dalam menjalani kebudayaan mereka, di kerajaan Medang Kamulan Baru

orang Cina sangat dibatasi:

Memang sejak Prabu Amurco Sabdo menggulingkan penguasa


sebelumnya seperti Ajisaka menggulingkan Dewan Cengkar, orang-
orang Cina dilarang menjalankan kebudayaan, adat istiadat, dan tata cara
agamanya. Di Pedang Kemulan ini, tak bisa lagi orang-orang Cina hidup
menurut kebudayaannya. Nama mereka pun harus diganti dengan nama
pribumi asli. Dihapuslah nama-nama Cina di Tanah Jawa ini…
Di Pedang Kemulan, orang-orang Cina juga tak boleh
mempertunjukkan lagi keseniannya. Tak ada lagi barongsai, samsi, liong
atau leang-leong, serta wayang potehi yang dulu pernah menghibur
banyak orang, dan bahkan disukai juga oleh orang-orang pribumi. Orang-
orang Cina juga tidak mudah menjalankan ibadat mereka di kelenteng-
kelenteng. Bahkan mereka tidak diperbolehkan merayakan Tahun Baru
Cina. Orang Cina yang nekat terpaksa merayakan tahun barunya dengan
sembunyi-sembunyi. 195

Ini mencerminkan kenyataan pada Orde Baru. Perundang- undangan yang

membatasi budaya Cina termasuk: 196

• Peraturan Pemerintah 127/U/Kep/12/1966, yang menegaskan keperluan untuk

warga negara Indonesia keturunan Cina mengindonesiakan nama mereka. 197

• TAP XXXI/MPRS/No. 32/1966, yang melarang penggunaan aksara yang

bukan aksara Latin (antara lain Cina) di tempat umum. 198

194
Setiono, Benny. G. Op. Cit. Hal. 1055, 1059
195
Sindhunata. Op. Cit. Hal. 110.
196
Untuk in formasi lebih lanjut, dapat dibaca:
Woodrich, Christopher Allen. “Bangsa Tionghoa dalam Republik Indonesia, dengan Fokus Pada
Saat Rezim Soeharto, Dianalisa Dari Berbagai Defin isi Kemanusiaan.” 2008. Makalah.
Yogyakarta: Faku ltas Sastra, Universitas Sanata Dharma.
197
Setiono, Benny. G. Op. Cit. Hal. 987.
198
Tan, Mely G. Op. Cit. Hal. 53.
86
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

• Surat Edaran 06/Pres-Kab/6/1967, yang menentukan istilah Cina sebagai

istilah paling tepat untuk mendeskripsikan warga keturunan Cina, biarpun

istilah itu sudah dianggap diskriminatif oleh kaum Cina. 199

• Instruksi Kabinet Presendium 37/U/IN/6/1967, yang melarang izin tinggal dan

bekerja untuk imigran Cina baru (serta anak dan istri mereka), membekukan

modal milik orang keturunan, dan menutup semua sekolah yang tidak

berbahasa pengantar bahasa Indonesia. 200

• Instruksi Presiden No. 14 tahun 1967, yang melarang pertunjukan kebudayaan

luar negeri di umum dan mendorong orang keturunan untuk berbaur dengan

budaya Indonesia. 201

• Keputusan Menteri Kehakiman No. 3/4/12/1978, yang mewajibkan

penggunaan Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia oleh orang

keturunan asing di atas Kartu Tanda Penduduk, tetapi dalam pada

pelaksanaannya cenderung hanya diminta dari orang keturunan Cina. 202

Sementara, rakyat Jawa juga digambarkan sama seperti kenyataannya pada

Orde Baru. Rakyat merasa tertindas akibat kemiskinan mereka, sementara raja dan

pembantu-pembantunya tinggal dalam kesejahteraan dan kemewahan. Akibatnya,

mereka putus asa. Ini digambarkan dalam Putri Cina dengan menjadi peminum

alkohol, sehingga negeri Medang Kamulan dikatakan Negeri Mampir Ngombe:

199
Setiono, Benny G. Op. Cit. Hal. 987.
200
Ibid. Hal. 979.
201
Tan, Mely G. Op. Cit. Hal. 230.
202
Prasetyadji, dan Wahyu Effendi (Tjoa Jiu Tie). 2008. Tionghoa dalam Cengkeraman SBKRI.
Jakarta: TransMedia. Hal. 7 – 8.
87
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Maka dengan minum mereka merasa bersatu dalam mengalami


dan menanggung penderitaan serta nasib yang sama. Karena itu sambil
minum mereka dapat menyanyi:
...
Di tengah putus asa
Inilah sekarang lagu duka yang kami suka:
Cintamu sepahit Topi Miring!

Kami menderita, namun di tengah derita


Kegembiraan masih juga kami punya:
Saat kami mengangkat gelas bersama-sama:
Kita berteman sudah lama! 203

Ini menggambarkan putus asa yang terjadi di tengah Orde Baru. Rakyat

merasa tidak puas dengan pemerintahan Orde Baru. Orang-orang yang berusaha

untuk mengubah pemerintah dengan membuat petisi 204 atau bersuara 205 mendapat

reaksi dari pemerintah yang sangat negatif; mereka mengalami kehilangan nama,

kekerasan atau bahkan “dihilangkan.” 206 Akibatnya, rakyat merasa tertindas dan

sebagian besar tidak berani bertindakan.

4.3 Penokohan

4.3.1 Putri Cina

Bila tokoh Putri Cina dianggap sebagai ibu semua orang Cina di Indonesia

(lihat 3.5.1), peran Putri Cina menjadi cara untuk Sindhunata menunjukkan

bagaimana tanggapannya atas perasaan orang-orang Cina setelah Kerusuhan Mei

1998.

203
Sindhunata. Op. Cit. Hal. 115 – 116.
204
Petisi 50, di antara lain. Setiono, Benny G. Op. Cit. Hal. 1054.
205
Di antara lain Fuad Muhammad Safrudin , wartawan dari harian Bernas. Ibid. Hal. 1075.
206
Ibid. Hal. 1054, 1075 – 1076.
88
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Putri Cina merasa kehilangan identitas diri sehingga tidak tahu siapa dirinya.

Ini ditampilkan dengan kehilangan wajahnya. Sebagaimana sudah dijelaskan di atas,

Putri Cina setelah mengalami trauma merasa bahwa wajahnya telah hilang. Ini

menyebabkan Putri Cina melihat ke sejarah bangsanya di Indonesia untuk berusaha

memahami identitasnya sendiri dan menemukan wajahnya. Akhirnya, setelah melihat

kisah Giok Tien dan Setyoko, Putri Cina merasa telah menemukan wajahnya dan

mempunyai harapan untuk orang Cina dan orang Jawa tinggal bersama dalam damai

sejahtera:

Dan Putri Cina gembira, terbang terayun-ayun, dan dengan sayap


daun-daunnya menaungi dan mendinginkan bumi yang menggelegak
dengan kebencian, kekerasan, dendam, dan iri hati, sampai ia mendidih
panas. 207

Sama dengan halnya Putri Cina, warga keturunan Cina menjadi cemas

dengan hidup di Indonesia dan mempertanyakan identitas mereka setelah kerusuhan

Mei 1998. Biarpun memang secara sejarahwi identitas orang Cina di Indonesia tidak

pernah jelas, dengan adanya yang merasa lebih kuat budaya Indonesia dan ada yang

lebih kuat budaya Cina, 208 setelah Kerusuhan Mei 1998 masalah identitas menjadi

masalah yang perlu dipecahkan dengan segera.

Isu identitas itu tergantung pada apa yang diakui orang Cina sendiri. Apabila

mereka mengakui orang Cina, mereka tidak akan diterima oleh masyarakat Indonesia;

sementara, apabila mereka mengakui diri mereka sebagai orang Indonesia akan

menghadapi hambatan hukum yang tidak seimbang dengan orang Indonesia yang

207
Sindhunata. Op. Cit. Hal. 115 – 116.
208
Untuk informasi lebih lanjut, lihat Tan, Mely G. Op. Cit. Hal. 162 – 168.
89
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

pribumi. Identitas itu juga termasuk bahasa yang digunakan, dengan pandangan

bahwa orang yang tidak bisa berbahasa Mandarin bukanlah orang Cina, biarpun

menurut keturunan memang orang Cina. 209 Untuk menghindari masalah itu, ada

keluarga yang melarikan diri ke luar negeri.

Namun, setelah melihat perubahan yang terjadi di Indonesia setelah mulainya

Reformasi ada orang Cina yang merasa bahwa situasi sudah mulai berubah, beserta

harapan bahwa hidup akan menjadi lebih indah. Dalam soal ini, dapat dilihat bahwa

Putri Cina tidak hanya mewakili pikiran orang Cina di Putri Cinta, tetapi pikiran

orang Cina di Indonesia, sebagaimana dimengerti Sindhunata.

4.3.2 Giok Tien

Pengalaman Giok Tien dan kakak-kakaknya mencerminkan pengalaman

wanita-wanita Cina yang pada tahun 1998. Biarpun dia sudah berusaha untuk berbaur

dengan budaya Jawa (dari main ketoprak sehingga menikah dengan orang Jawa),

Giok Tien menjadi takut melihat kondisi tanah Jawa yang semakin mengerikan.

Akhirnya, bersama kakak-kakaknya Giok Hwa dan Giok Hong dia mengambil

keputusan untuk melakukan yang disebut exit oleh Hirschman:

‘Cik, apa dalam keadaan demikian kita masih bisa mengharapkan


perkecualian? Rasanya, kita tinggal menunggu waktu. Kangmas Gurdo
Paksi adalah prajurit. Ia harus hanya menjalankan perintah Prabu
Amurco Sabdo. Mungkin bukan dengan tangannya sendiri, tapi dengan
tangan bawahannya ia bisa saja meniadakan kita semua,’ jawab Giok
Tien.

209
Ibid. Hal. 29.
90
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

... ‘Kalau begitu, mari kita menyiapkan barang-barang. Kita


mengungsi saja ke kerajaan tetangga, ke Negara Singa,’ ajak Giok Hong.
‘Iya, Cik. Mungkin itulah satu-satunya cara kita menyelamatkan
diri,’ sahut Giok Tien.”210

Biarpun mereka sudah mengambil keputusan untuk mengungsi, akhirnya ada

orang tidak dikenal yang masuk ke rumah, mengikat mereka, dan memerkosa dan

membunuh Giok Hwa dan Giok Hong. Biarpun Giok Tien tidak diperkosa kelompok

itu, akhirnya dia diperkosa oleh Radi Prawiro dan Prabu Murhardo. Ini membuat dia

trauma akan hubungan dengan orang Jawa. Biarpun akhirnya selamat, dia merasa

bersalah dan putus asa.

Ini mencerminkan pengalaman orang Cina pada saat itu. Sebagaimana

dikemukakan di atas, kekejian yang terjadi pada tanggal 13, 14, dan 15 Mei membuat

Cina menjadi sangat takut dan putus asa atas hubungan mereka dengan orang

pribumi. Sebagian melarikan diri dari Indonesia, dan sebagian lagi menjadi semakin

tertutup terhadap orang yang bukan dari kaum mereka. Rasa takut itu tidak mudah

hilang; sama seperti Giok Tien, warga keturunan Cina merasa takut untuk jangka

waktu yang lama, sehingga menjelang tahun baru 1999 ada yang takut akan terjadi

amuk massa lagi.

4.3.3 Setyoko / Gurdo Paksi

Setyoko dapat dilihat sebagai gabungan dari sifat Jenderal Wiranto, yang

menjadi Panglima ABRI pada tahun 1998, dan para aparat yang berusaha untuk

210
Sindhunata. Op. Cit. Hal. 153 – 154.
91
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

menyelamatkan korban Kerusuhan Mei 1998. Sama seperti Wiranto, Setyoko

menjadi pemimpin (senapati) tentara Medang Kamulan Baru. Namun, Radi Prawiro

(saingannya, yang mencerminkan Letnan Jenderal Prabowo Subianto) 211 juga

menginginkan pangkat itu, sama seperti yang dituduh dari Letnan Jenderal Prabowo

Subianto:

“... [Joyo Sumengah] melihat [Gurdo Paksi] menjadi senapati.


Sesungguhnya lurah prajurit itu adalah pangkat yang tinggi. ... Namun
pangkat itu tetap jauh di bawah pangkat seorang senapati. ... Tak
mengherankan, bila ... ia selalu berusaha untuk menjatuhkan dan
meniadakan Gurdo Paksi dari Negara Pedang Kemulan ini.” 212

Setelah kerusuhan dipicu oleh Radi Prawiro, Setyoko bersama beberapa

bawahannya berusaha untuk menyelamatkan korban dan menghentikan kerusuhan.

Ini mencerminkan perilaku beberapa anggota aparat, sebagaimana dikemukakan pada

Bab 2.2.4. Namun, sama seperti kenyataannya pada Mei 1998, mereka tidak mampu

mencegah kerusuhan. Selain itu, banyak yang bersikap pasif, atau bahkan turun ikut

kerusuhan. 213

4.3.4 Radi Prawiro / Joyo Sumengah

Ada dua sifat Radi Prawiro yang dapat dikaji sebagai pencerminan kenyataan

sosial pada tahun 1998, yaitu perilakunya sebagai seorang pemerkosa dan perilakunya

sebagai tumenggung, atau penjaga istana. Kedua aspek tokoh itu mempunyai

kesamaan yang cukup banyak dalam perilaku rakyat dan aparat.

211
Lihat Bab 4.3.4
212
Sindhunata. Op. Cit. Hal. 222.
213
Ibid. Hal. 151 – 152.
92
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Pertama-tama akan dijelaskan bagaimana sifat Radi Prawiro dalam

memerkosa Giok Tien mencerminkan sikap nyata pemerkosa pada kerusuhan Mei

1998. Seperti halnya pemerkosa Mona di atas, Radi Prawiro tidak memperhatikan

usaha korbannya untuk melindungi diri, sebagaimana dijelaskan di bawah:

‘Radi Prawiro, jangan!’ tolak Giok Tien. Joyo Sumengah tak


peduli lagi akan teriakan itu. Malah, ia jadi makin bernafsu. 214

Sementara, sama seperti halnya pemerkosa Andina di atas, Radi Prawiro tidak

menghiraukan bahwa Giok Tien sudah mempunyai pasangan. Dia justru menganggap

itu satu hal yang mendorong dirinya. Radi Prawiro juga sempat memperkosa Giok

Tien di depan Setyoko, tetapi beda dari halnya pemerkosa Andina, Radi Prawiro

berhasil dihentikan oleh si pasangan.

Selain itu, adapun kesamaan tindakan Radi Prawiro selaku tumenggung

dengan perilaku yang disangka dilakukan oleh Mayor Jenderal Syafrie Sjamsoeddin,

yang pada tahun 1998 bertanggung jawab atas Angkatan Bersenjata Republik

Indonesia (ABRI) di Jakarta. Pasukan-pasukan di bawah kekuasaan Radi Prawiro

turun ke lapangan untuk memancing amuk massa, lalu diikuti oleh beberapa pasukan

di bawah kekuasaan Setyoko:

Lurah Prajurit Joyo Sumengah hanya memerlukan waktu sedikit


saja untuk menyulut kebencian dan iri hati terhadap orang-orang Cina
yang memang telah ada. Dibakarnya hati mereka sehingga mereka
percaya bahwa segala malapetaka ini menimpa Negeri Pedang Kemulan
karena orang-orang Cina itu hanya selalu ingat akan diri dan kekayaan
mereka sendiri saja. Jadi biang keladi kekacauan di Pedang Kemulan ini
adalah orang-orang Cina.

214
Ibid. Hal. 233.
93
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

... [Prajurit-prajurit Gurdo Paksi] seperti diminumi ramuan yang


membuat mereka kalap dan lupa diri. Kendati prajurit, mereka juga
manusia yang seharusnya masih punya hati. Sebagian mereka bahkan
ikut terjun ke tengah kerumunan massa yang membakar gedung- gedung
orang Cina, lainnya lagi ikut memanasi, agar amuk massa itu makin
berani menyerang orang-orang Cina. Lainnya lagi, kendati kelihatan
ganas dan buas, hanya diam tak berdaya dan melihat- lihat saja. Mereka
ini seakan sengaja membiarkan pusat-pusat perdagangan orang-orang
Cina habis dilalap api dan dijarah. Sungguh mereka seakan tak mau
berbuat apa-apa terhadap kekerasan yang menghancurkan orang-orang
Cina. 215

Hal ini mencerminkan kenyataan sebagaimana sudah dijelaskan pada Bab 2.

Menurut sangkaan rakyat, Mayor Jenderal Syafrie Sjamsoeddin dan Letnan Jenderal

Prabowo Subianto menyuruh pasukan mereka untuk memancing amarah rakyat untuk

meneror musuh pemerintah dan memalukan Jenderal Wiranto, supaya Prabowo dapat

menjadi presiden setelah Soeharto turun. 216 Sekelompok orang yang berciri seperti

aparat keamanan (badan tegap, rambut cepak) dilihat memancing masyarakat,

“memanasi” emosi masyarakat. Selain itu, aparat lain yang dilihat di jalan cenderung

hanya menjaga tempat-tempat tertentu, dan tidak mencegah kerusuhan lain yang

terjadi di depan mereka.

Kelompok yang tidak mengambil tindakan ini tidak hanya terbatas pada

prajurit awam saja; sebagaimana dijelaskan di atas, Jenderal Wiranto, yang

bertanggung jawab atas wilayah Jakarta, tidak menganggap kerusuhan itu sebagai hal

yang penting, tetapi malah bersiap untuk acara yang sudah direncanakan di luar

pulau. Biarpun belum terbukti ada perintah dari Presiden Soeharto maupun jenderal-

215
Ibid. Hal. 149, 152.
216
Purdey, Jemma. Op. Cit. Hal. 107.
94
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

jenderal yang ada di bawah pimpinannya untuk mengarahkan amarah massa, itu

merupakan suatu kesimpulan yang dapat ditarik oleh orang yang memperhatikan

situasi, 217 khususnya oleh orang yang menjadi sinis akibat mengalami kerusuhan itu.

4.3.5 Prabu Murhardo / Prabu Amurco Sabdo

Prabu Murhardo mencerminkan Presiden Republik Indonesia pada tahun

1998, yaitu Soeharto. Ada beberapa aspek Prabu Murhardo yang mencerminkan

Soeharto, antara lain kegiatannya menggulingkan raja sebelumnya, kecenderungan

menggunakan bahasa Jawa, kedudukan sebagai pemimpin negara, dan kejatuhannya

sebagai akibat kerusuhan.

Prabu Murhardo telah menggulingkan Raja Medang Kamulan, Prabu Ajisaka,

untuk menjadi Raja Medang Kamulan:

... Kerajaan Medang Kamulan [adalah] kerajaan pertama yang


muncul di Tanah Jawa, dengan rajanya Prabu Ajisaka.
...
... Prabu Murhardo juga merasa telah menyingkirkan [Prabu
Ajisaka] yang dianggapnya telah demikian lama menyengsarakan rakyat
di Tanah Jawa. 218

Ini mencerminkan teori bahwa Presiden Soeharto telah menyingkirkan

Presiden Soekarno dengan memimpin atau menjadi anggota dari Gerakan 30

217
Misalnya di Purdey, Jemma. Op. Cit. pada hal. 80 – 90.
218
Sindhunata. Op. Cit. Hal. 88 – 93.
95
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

September, yang dikemukakan oleh ilmuwan Belanda dari Universitas Leiden,

Profesor Wim F. Wertheim. 219

Sementara, sebagai raja, Prabu Murhardo sering menggunakan bahasa Jawa.

Beberapa contoh yang tercatat termasuk wedar 220 (nampak), 221 melorot 222 (jatuh),223

wis manuta, amung sira gawe swarga224 (menurutlah sudah, hanya kau yang dapat

menyediakan surga bagiku), 225 dan putri ayu amung yekti, bisa temen gawe

wuyung226 (sesungguhnya hanya kamu, putri cantik, yang membuat aku benar-benar

jatuh cinta). 227 Ini mencerminkan kebiasaan Soeharto dalam pembicaraannya; dia

sering menggunakan istilah bahasa Jawa, seperti mbalelo (membangkang), 228 ngulad

sariro hangrasa wani (mawas diri, mengoreksi diri), 229 lengser keprabon, madeg

pandito 230 (turun jabatan, menjadi orang religious yang hidup secara pas-pasan),231

dan tinggal gelanggang colong playu (tidak bertanggung jawab). 232

219
Sebagaimana dikemu kakan dalam Bayang-Bayang PKI, yang dilarang diterbit kan di Indonesia.
Abdulgani-Knapp, Retnowati. Op. Cit. Hal. 68.
220
Sindhunata. Op. Cit. Hal. 133.
221
Zoetmulder, P. J. Op. Cit. Hal. 1407.
222
Sindhunata. Op. Cit. Hal. 255.
223
Dalam konteks kalimatnya, menggauli. Zoetmu lder, P. J. Op. Cit. Hal. 255.
224
Sindhunata. Op. Cit. Hal. 250.
225
Merupakan penyusunan kalimat sendiri dari terjemahan ‘sudah’, ‘perintah’, ‘hanya’, ‘kamu ’,
‘membuat’ ‘surga’ , dengan tambahan yang imp lisit dalam konteks. Purwadi. Op. Cit. Hal. 596,
280, 15, 529, 122, 544.
226
Ibid. Hal. 249.
227
Merupakan penyusunan kalimat sendiri dari terjemahan ‘putri’, ‘cantik’, ‘hanya’, ‘sungguh benar’,
‘bisa’, ‘sungguh’, ‘membuat’, ‘cinta’ dengan tambahan yang implisit dalam konteks. Purwad i.
Op. Cit. Hal. 485, 27, 15, 602, 47, 555, 122, 600.
228
“Presiden Res mikan Waduk Kedungombo Yang Belu m Mau Pindah Jangan Sampai Jadi
Kelo mpok ‘Mbalelo’.” 1991. Kompas. 19 Mei. Hal. 1.
229
Luhulima, James. Op. Cit. Hal. 64.
230
Ibid. Hal. 65.
231
Secara harafiah, “Berhenti sebagai raja, menjadi pendeta.” Diubah agar sesuai dengan Soeharto
(seorang Muslim yang menjadi presiden). Pu rwadi. Op. Cit. Hal. 258, 270, 442, 475.
232
Luhulima, James. Op. Cit. Hal. 179.
96
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Selain itu, Prabu Murhardo juga merupakan kepala negara Medang Kamulan

Baru, sama seperti halnya Soeharto menjadi Presiden Republik Indonesia pada Orde

Baru.

Terakhir, sama seperti halnya Soeharto, Prabu Murhardo terpaksa turun

jabatan setelah kerusuhan membara di seluruh negaranya. Dalam novel, Prabu

Murhardo mengundur diri setelah dipaksakan oleh senapatinya, Setyoko, sebagai

akibat dari tindakannya memerkosa Giok Tien; akhirnya, dia menunjukkan Aryo

Sabrang sebagai penggantinya. 233 Sementara, Soeharto mengundurkan diri secara

suka rela setelah 14 anggota kabinetnya meninggalkannya dalam kekacauan pasca-

Tragedi Mei 1998. 234

4.3.6 Korsinah

Biarpun Korsinah tidak muncul dalam kerusuhan, dari perilakunya terhadap

Giok Tien selama di Sekar Kastubo dapat ditarik kesimpulan bagaimana dia akan

bersikap, yaitu berusaha untuk membantu orang-orang Cina. Dengan demikian,

Korsinah dapat ditafsirkan mencerminkan orang-orang Jawa yang berusaha untuk

melindungi orang-orang Cina.

Sifat baik Korsinah terlihat sekali selama Giok Tien menjadi bintang Sekar

Kastubo. Korsinah, yang sudah lama menjadi pemain ketoprak, memberi petunjuk

pada Giok Tien sehingga Giok Tien menjadi semakin pintar bermain, dan bahkan

233
Sindhunata. Op. Cit. Hal. 271 – 278.
234
Luhulima, James. Op. Cit. Hal. 12 – 20.
97
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

melindungi Giok Tien dari guna- guna Radi Prawiro 235 dan menasihati agar tidak

melakukan hal yang bodoh:

‘Tien, panggung itu lain dengan dunia nyata. Di panggung, kamu


bersandiwara. Di dunia nyata, kamu hidup seadanya. Karena panggung,
kamu bisa kelihatan menarik dan dicintai. Ketika dandananmu dilepas
dan bedak di wajahmu dihapus, kamu kembali menjadi biasa. Banyak
laki- laki ingin menidurimu sebagai Ratu Kencanawungu yang anggun,
merasakan gejolak nafsumu sebagai Ken Dedes yang menggairahkan,
mencumbumu sebagai Anjasmara yang kenes, menggodamu sebagai
Johar Manik yang liar, dan memain- mainkanmu sebagai Wahita atau
Puyengan yang hangat. Tapi di ranjang, bau harum Kencanawungu telah
mengambar, gejolak nafsu Ken Dedes itu telah mereda, bibir merangsang
Anjasmara itu telah melayu pucat, keliaran Johar Manik dan kehangatan
Wahita atau Puyengan hilang menjadi dingin,’ [ujar Korsinah]. 236

Kepedulian Korsinah terhadap Giok Tien ini mencerminkan perilaku beberapa

warga pada Kerusuhan Mei 1998. Sebagaimana dijelaskan di atas, ada orang-orang

pribumi yang membahayakan diri untuk membantu orang-orang Cina. Mereka

menyembunyikan keluarga Cina di rumah sendiri, memberikan pakaian Muslim

kepada orang Cina supaya mereka aman, dan mengusir massa yang sedang

beramuk. 237 Biarpun Korsinah tidak melakukan hal- hal ini, semangat melindungi

Giok Tien masih dipegang erat.

4.3.7 Keluarga Giok Tien

Keluarga Giok Tien yang akan dibahas pada sub-subbab ini ialah Giok Hwa

dan Giok Hong, yang diperkosa dan dibunuh pada saat terjadi kerusuhan. Ibu dari

235
Sindhunata. Op. Cit. Hal. 182 – 185.
236
Ibid. Hal. 160.
237
Setiono, Beny G. Op. Cit. Hal. 1065.
98
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

kakak-beradik ini, Siok Nio, tidak akan dibahas karena sudah meninggal sebelum

kerusuhan.

Sama dengan halnya Giok Tien, Giok Hwa dan Giok Hong sangat takut ketika

terjadi kerusuhan yang diarahkan kepada orang Cina. Oleh karena Giok Tien dan

Setyoko cukup kaya, Giok Hwa dan Giok Hong bersiap untuk melarikan diri

(melakukan exit) ke Negara Singa. Namun, sebelum mereka dapat melarikan diri,

sekelompok orang bertopeng masuk ke rumah, lalu memerkosa dan membunuh

mereka:

Ketika mereka sibuk mengemasi barang-barang yang akan


mereka bawa mengungsi ke Negara Singa, mereka terkejut setengah
mati, karena mendengar pintu rumah mereka didobrak keras-keras. Dan
mereka melihat sekelompok orang bertopeng masuk, dan mendekati
mereka. Giok Tien, Giok Hong, dan Giok Hwa ketakutan sampai pucat
pasi. Sebelum sempat mereka menjerit, orang-orang bertopeng itu sudah
membekap mulut mereka. Giok Tien melihat, orang-orang bertopeng itu
menelanjangi kedua kakaknya, mempermalukan, dan akhirnya
memerkosa mereka. Dan lebih ngeri lagi, ia melihat, akhirnya, orang-
orang bertopeng itu menusuk kedua kakaknya. Darah mereka berceceran.
Giok Tien hampir pingsan, ketika melihat, bagaimana dalam kengerian
itu Giok Hong mengembuskan napasnya yang terakhir. Dan ia hampir
jatuh, ketika melihat seorang dari mereka menusuk- nusukkan sebilah
keris ke tubuh Giok Hwa, lalu meninggalkan keris itu tertancap di
dadanya. Semuanya itu berlangsung dengan demikian cepat, kejam, dan
ganas. 238

Hal ini mencerminkan pengalaman beberapa wanita yang diperkosa.

Sebagaimana dilihat dari contoh Andina dan Mona di atas, perkosaan terjadi secara

ramai-ramai, dengan banyak orang berpartisipasi. Pemerkosa itu mengambil giliran

memerkosa wanita, sehingga setiap pemerkosa sudah dapat giliran. Biarpun Andina

238
Sindhunata. Op. Cit. Hal. 224.
99
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

dan Mona selamat, masih tercatat sebanyak 15 yang meninggal atau dibunuh setelah

mereka diperkosa, sama seperti Giok Hwa dan Giok Hong.

4.3.8 Aryo Sabrang

Aryo Sabrang, biarpun tokoh yang tidak banyak berperan dalam cerita, masih

mencerminkan kenyataan pada Kerusuhan Mei 1998 dengan sangat jelas. Dia

merupakan Adipati Nusa Barong, dan salah satu anak buah Prabu Murhardo. Setelah

Prabu Murhardo mengundur diri, Aryo Sabrang diangkat menjadi raja yang ternyata

adil dan bersikap jauh berbeda dari Prabu Murhardo:

[Rakyat] senang, karena Prabu Aryo Sabrang memerintah dengan


sabar dan penuh keterbukaan. Semula mereka mengira, paling-paling
Aryo Sabrang meneruskan apa saja yang telah dibuat pendahulunya.
Ternyata tidak demikian halnya. Ia mau mendengarkan kata-kata
rakyatnya.
Malahan ia bertekad menghapus segala kenangan lama yang
membuat rakyat takut dan susah. Ia tidak ingin Negeri Medang Kamulan
dialami rakyat sebagai Negeri Pedang Kemulan. Ia bahkan
mengembalikan nama Medang Kamulan Baru pada nama aslinya.
Dihapusnya pengertian ‘Baru’ dari nama negerinya, sehingga nama
negeri itu adalah Medang Kamulan. ... Sekarang tiada lagi yang baru atau
yang lama, yang ada hanyalah Medang Kamulan saja. Rakyat mengerti,
perubahan ini tidak hanya sekadar berarti pengembalian nama, tapi juga
penghapusan cara-cara pemerintahan yang ‘Baru’, yang dulu pernah
menggantikan yang ‘Lama’. Memang Aryo Sabrang bertekad membawa
Medang Kamulan ke masa depannya yang gemilang, karena itu ia harus
memutuskan sama sekali dengan apa yang terdahulu, entah itu disebut
yang ‘Lama’ atau yang ‘Baru’. 239

Sifat dan perilaku Aryo Sabrang ini mencerminkan Presiden Jusuf Habibie.

Sama seperti Habibie (yang, sebelum menjadi Presiden, menduduki jebatan Wakil

239
Ibid. Hal. 280.
100
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Presiden), 240 Aryo Sabrang merupakan anak buah pemimpin yang menduduki jebatan

tinggi, dijadikan presiden, lalu berusaha untuk menjauhi masa lalu.

Sementara, tindakan Aryo Sabrang menghapus jejak-jejak dari Medang

Kamulan Baru mencerminkan tindakan yang dimulai oleh Presiden Habibie dan

dilanjutkan oleh presiden-presiden lainnya. Beberapa tindakan Habibie yang dapat

dimaknai sebagai “menghapus jejak-jejak (pemerintahan sebelumnya)” termasuk

mengundangkan Instruksi Presiden Nomor 26 tahun 1998 yang secara formal

menghapus istilah “pribumi” dan “non-pribumi”, menyelesaikan proses perundangan

Undang-Undang Hak Asasi Manusia serta memulai proses amendemen Undang-

Undang Dasar 1945, yang lebih menekankan hak asasi manusia dan diharapkan untuk

lebih menyejahterakan rakyat. 241

240
Setiono, Beny G. Op. Cit. Hal. 1085 – 1089.
241
Ibid. Hal. 1085 – 1086.
101
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

5.1.1 Ringkasan Penelitian

Kerusuhan Mei 1998 adalah peristiwa yang sangat berpengaruh dalam sejarah

Indonesia. Akibat kekacauan ekonomi, mulai di Jakarta terjadi suatu pogrom dengan

orang Cina sebagai sasaran yang akhinrya tersebarkan ke seluruh Indonesia. Di

Jakarta sendiri, ada lebih dari seribu orang tewas, dan jumlah seluruh kerugian

diperkira sesedikit-sedikitnya Rp. 2,5 triliun, atau USD 238 juta. Sekitar 13 pasar,

2.479 rumah toko, 40 mal, 1.604 toko, 45 bengkel, 387 kantor, 9 SPBU, 8 bus dan

kendaraan umum lainnya, 1.119 mobil, 826 sepeda motor, dan 1.026 rumah dirusaki,

dijarah, dan / atau dibakar selama kerusuhan berlangsung. Sementara, di Surakarta

tercatat 56 kantor dan bank, 27 toko swalayan, 217 toko, 12 rumah makan, 18 ruang

pamer mobil, dan delapan pabrik dirusak dan dibakar. Massa juga membakar 287

mobil, 570 sepeda motor, 55 bus dan tujuh truk. Jumlah kerugian dari kerusuhan itu

mencapai Rp. 457 miliar. Tercatat banyak kasus di mana aparat tidak mampu atau

tidak berusaha untuk mencegah kerusuhan dan penjarahan. Akibat kerusuhan ini,

Soeharto harus mengundurkan diri dan pemerintahan Orde Baru berakhir.

Namun, oleh karena mereka dijadikan sasaran kerusuhan dan tidak dilindungi

oleh pemerintah sendiri, warga Indonesia keturunan Cina merasa sangat trauma.

Demikian pula Sindhunata, yang mencantumkan perasaannya dalam Putri Cina.

Tokoh utama pertama, Putri Cina, merasa kehilangan identitas akibat kerusuhan yang
102
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

terjadi kepada dia. Dia mencari identitasnya dalam mitos orang Jawa, dan akhirnya

menyaksikan gara-gara yang terjadi pada tahun 1998. Melalui cerita Giok Tien,

seorang pemain ketoprak kuturnan Cina, pengambinghitaman orang Cina oleh

pemerintahan dibahas. Biarpun Giok Tien adalah istri dari Setyoko, Senapati kerajaan

Medang Kamulan Baru, dia diperkosa oleh raja Prabu Murhardo dan Radi Prawiro,

dan kakak-kakaknya diperkosa dan dibunuh. Akhirnya, akibat pemerkosaan istrinya,

Setyoko bersama Giok Tien memeras Prabu Murhardo untuk mengundurkan diri.

Namun, karena tidak terima cinta Giok Tien dan Setyoko, Radi Prawiro membunuh

mereka. Ketika Putri Cina melihat cinta tulus Giok Tien dan Setyoko, dia merasa

seakan mengerti bagaimana orang Jawa dan orang Cina bisa bekerja sama, dan

akibatnya merasa bebas.

Dalam pembahasan perasaannya, Sidhunata mendapatkan banyak ilham dari

kehidupan nyata. Tokoh yang berdasarkan tokoh sejarah termasuk Prabu Murhardo

sebagai cermin Presiden Soeharto, dan Setyoko dan Radi Prawiro beserta hubungan

mereka sebagai cermin Jenderal Wiranto dan Jenderal Prabowo Subianto. Tahun

keterjadiannya dilambangkan dengan sengkalan lagu “Cucak Rowo” yang sangat

popular pada tahun 1998. Indonesia, selain disebut tanah Jawa, juga digambarkan

dengan mitos yang sama. Situasi politik, yaitu korupsi, nepotisme, dan hukum

represif terhadap suku Tionghoa, di Medang Kamulan Baru dan Indonesia selama

Orde Baru sama. Psikologi suku Cina digambarkan dengan Putri Cina, yang berasa

kehilangan identitas.
103
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

5.1.2 Kesimpulan

Sebagaimana telah dikemukakan di atas, Kerusuhan Mei 1998 telah sangat

mempengaruhi pikiran warga Cina di Indonesia. Perkosaan, pembunuhan, dan

penjarahan massal itu telah meninggalkan bekas di hati mereka yang tidak mudah

hilang.

Penulisan Putri Cina bukanlah sekadar penulisan novel, tetapi pengabadian

suatu pengalaman dalam bentuk tulisan. Hal- hal yang terjadi di dalam novel

mempunyai maksud untuk mencatat pengalaman dan keterjadian untuk masa depan,

supaya orang dapat memahami apa yang dialami. Biarpun ditulis secara alegoris,

kenyataan sangat menonjol. Dengan Prabu Murhardo mencerminkan Soeharto dan

Giok Tien sebagai suara korban, Putri Cina mengemukakan kenyataan pahit yang

harus dipahami. Tulisan ini juga menyampaikan suatu pesan, bahwa perlu ada

kebhinekatunggalikaan supaya negeri ini bisa maju dan berkembang.

5.2 Saran

Dengan pengertian Putri Cina baru ini, dapat dilakukan penelitian lebih

lanjut. Pertama, bisa dilakukan penelitian intertekstual Putri Cina dengan beberapa

karya sastra pasca-Reformasi yang dituliskan oleh orang keturunan Cina dapat dilihat

apabila ada kebiasaan baru untuk mencari jawaban atas kekerasan dan kerusuhan

melalui karya sastra.


104
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Kedua, bisa dilakukan penelitian sosiologis atas karya sastra Indonesia yang

dituliskan oleh orang keturunan Cina, dapat dilihat betapa Kerusuhan Mei 1998 telah

mempengaruhi psyche warga keturunan Cina di Indonesia.

Ketiga, bisa dilakukan penelitian psikologi sastra, dapat diteliti bagaimana

gara-gara yang terjadi dalam novel Putri Cina mempengaruhi tokoh Putri Cina atau

Giok Tien.

Keempat, bisa dilakukan penelitian sosiologi sastra atas bagaimana ciri-ciri

Presiden Soeharto digambarkan dalam karya sastra, misalnya dalam Putri Cina karya

Sindhunata, Paman Gober karya Seno Gumira Ajidarma, Bapak Presiden yang

Terhormat karya Agus Noor, dan Semar Gugat karya N. Riantiarno.

Kelima, teori scapegoat mechanism punya René Girard dapat diterapkan pada

novel Putri Cina untuk mengikuti perkembangan diskriminasi terhadap orang

keturunan Cina di Indonesia; ini dapat pula digabungkan dengan penelitian interteks

untuk melihat pogrom lain di sejarah Indonesia, misalkan pembunuhan 10,000 orang

keturunan Cina di Batavia pada tahun 1740.


105
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR PUSTAKA
Abdulgani-Knapp, Retnowati. Soeharto: The Life and Legacy of Indonesia’s Second
President. 2007. Marshall Cavendish Editions: Singapura.

“Aksi Mahasiswa: Bentrok di Solo, Yogya, dan Samarinda.” 1998. Kompas. 9 Mei.
Hal. 3.

“Amien Rais: Kerusuhan Jakarta dan Solo ada Dalangnya.” 1998. Kompas. 11 Juni.
Hal. 1.

“Aparat Jamin Keamanan, Warga Masih Was-Was.” 1998. Kompas. 13 Agustus. Hal.
9

Arif, Ahmad dan Maria Hartiningsih. “10 Tahun Kerusuhan Mei: Berebut Ruang
Ingatan.” 2008. Kompas. 14 Mei. Hal. 1

Chailil, Munawar, dan Tim Forum. “Di Ujung Aksi Damai.” 1998. Forum Keadilan.
1 Juni.

Culler, Jonathan. Structuralist Poetics: Structuralism, Linguistics, and the Study of


Literature. 1977. Routledge & Kegan Paul: London. dalam Ratna, Nyoman
Kutha. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra: dari Strukturalisme
hingga Postrukturalisme Perspektif Wacana Naratif. Cetakan Pertama. 2004.
Pustaka Pelajar: Yogyakarta.

Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Keempat.


2009. Gramedia: Jakarta.

Dewi, Novita. “Putri Pewarta Perdamaian: Kajian atas Putri Cina karya Sindhunata”
dalam Sintesis Vol. 6 No. 1 Maret 2008. Hal. 40 – 49.

Gie, Kwik Kian. “Warga Keturunan Tionghoa dan Distribusi.” 1998. Kompas. 7 Juni.
Hal. 4.

Gunadi, Fannie. “Mona, di Balik Sprei Kembang.” 1998. Tempo. 12 Oktober. Hal.
63.

Hamid, Usman dkk. Menatap Wajah Korban: Upaya Mendorong Penyelesaian


Hukum Kejahatan Terhadap Kemanusiaan Dalam Peristiwa Kerusuhan Mei
1998. Cetakan Pertama. 2005. Diterbitkan bersama oleh Solidaritas Nusa
Bangsa, Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan, Asosiasi
106
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Penasehat Hukum dan Hak Asasi Manusia Indonesia, Ikatan Keluarga Orang
Hilang, dan Forum Keluarga Korban Mei 1998: Jakarta.

“Hampir Seluruh Kota Sepi dan Mencekam.” 1998. Kompas. 21 Mei. Hal. 11.

Hartiningsih, Maria. “Pergumulan Menguakkan Identitas.” 2007. Kompas. 23


September. Hal. 11.

Hartiningsih, Maria, dan Ahmad Arif. “Tragedi Mei: Membaca Kota dari Puing
Berjelaga.” 2008. Kompas. 16 Mei. Hal. 49.

“Hidup yang Terenggut”. 2003. Tempo. 25 Mei. Hal. 68 – 69.

“Jangan Biarkan Pelecehan dan Perkosaan Tak Terselesaikan.” 1998. Kompas. 06


Juni. Hal. 12.

Kelana, Aries, dan I. Made Suarjana. “Yang Untung dan Buntung.” 1998. Gatra. 23
Mei. Hal. 66 – 67.

Khoiri, Ilham. “I. Wibowo tentang Liberalisasi Masyarakat Tionghoa.” 2008.


Kompas. 10 Februari. Hal. 12.

“Kota Solo Penuh Asap.” 1998. Kompas. 15 Mei. Hal. 11.

“Lega..., Lepas dari Jakarta.” 1998. Kompas. 21 Mei. Hal. 8.

Luhulima, James. Hari-Hari Terpanjang: Menjelang Mundurnya Presiden Soeharto


dan Beberapa Peristiwa Terkait. 2008. Kompas: Jakarta.

“Luka Kerusuhan, Luka Perempuan.” 1998. Kompas. 5 Juni. Hal. 1.

Obstfeld, Raymond. Fiction First Aid: Instant Remedies for Novels, Stories and
Scripts. 2002. Writer's Digest Books: Cincinnati, Amerika Serikat.

“Perkosaan di Solo Tak Terungkap.” 1998. Kompas. 22 Juli. Hal. 11.

“Peta Amuk di Kota Hantu”. 2003. Tempo. 25 Mei. Hal. 164 – 166.

Prasetyadji, dan Wahyu Effendi (Tjoa Jiu Tie). 2008. Tionghoa dalam Cengkeraman
SBKRI. Jakarta: TransMedia.

“Presiden Resmikan Waduk Kedungombo: Yang Belum Mau Pindah Jangan Sampai
Jadi Kelompok ‘Mbalelo’.” 1991. Kompas. 19 Mei. Hal. 1.
107
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Purdey, Jemma. Anti-Chinese Violence in Indonesia, 1996–1999. 2006. Singapore


University Press: Singapura.

Purwadi. Kamus Jawa-Indonesia Populer. Cetakan Pertama. 2004. Media Abadi:


Yogyakarta.

Purwono, Dedy. “Novel Putri Cina Karya Sindhunata: Analisis Intertekstual”. 2008.
Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada.

“Rakyat Harus Ikut Mencari Perusuh.” 1998. Kompas. 22 Mei. Hal. 5.

Ratna, Nyoman Kutha. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra: dari
Strukturalisme hingga Postrukturalisme Perspektif Wacana Naratif. Cetakan
Pertama. 2004. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.

Setiono, Benny G. Tionghoa dalam Pusaran Politik: Mengungkap Fakta Sejarah


Tersembunyi Orang Tionghoa di Indonesia. Edisi Pertama. 2008.
TransMedia: Jakarta.

“’Si Lembut’ Itu Mendadak Beringas.” 1998. Kompas. 16 Mei. Hal. 11.

Sindhunata. Putri Cina. Cetakan Kedua. 2007. PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.

Siregar, Bakri. Sedjarah Sastera Indonesia Modern. 1964. Akademi Sastera dan
Bahasa “Multatuli”: Jakarta.

“Soal Kerusuhan: Pemerintah Bentuk Tim Interdep.” 1998. Kompas. 14 Juli. Hal. 6.

Sumbogo, Priyono B., Hidayat Gunadai, dan Andi Zulfikar Anwar. “Mereka Ingin
Reformasi tapi Jakarta Dijilat Api.” 1998. Gatra. 23 Mei. Hal. 24 – 31.

Sumbogo, Priyono B., Khoiri Akhmadi, dan Nurlis Effendi. "Massa Hantu Merayap
dan Memicu Kerusuhan Itu." 1998. Gatra. 16 Mei. Hal. 24 – 28.

Tan, Mely G. Etnis Tionghoa di Indonesia: Kumpulan Tulisan. 2008. Yayasan Obor
Indonesia: Jakarta.

Teeuw, A. Sastra Baru Indonesia I. Diterjemahkan Yayasan Ilmu- Ilmu Sosial. Edisi
Pertama. 1980. Nusa Indah: Ende.

“Warga Desak Otak Kerusuhan Solo Diungkap.” 1998. Kompas. 06 Juni. Hal. 11.
108
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Wawancara pribadi dengan Wahyu Apri Wulan Sari, tanggal 15 November 2008.

Wawancara pribadi dengan Sie Yulyani Retno Nugroho, tanggal 22 November 2008.

Wijayanta, Hanibal W. Y., Sen Tjiauw, dkk. “Percik Bara Seantero Nusantara.” 1998.
Forum Keadilan. 1 Juni. Hal. 19.

Woodrich, Christopher Allen. “Bangsa Tionghoa dalam Republik Indonesia, dengan


Fokus Pada Saat Rezim Soeharto, Dianalisa Dari Berbagai Definisi
Kemanusiaan.” 2008. Makalah. Yogyakarta: Fakultas Sastra, Universitas
Sanata Dharma.

Woodrich, Christopher Allen. “Pandangan Pemuda-Pemudi Yogyakarta tentang


Kedudukan Suku Tionghoa di Indonesia.” Makalah. Yogyakarta: Fakultas
Sastra, Universitas Sanata Dharma

Zoetmulder, P. J. Dan S. O. Robson. Kamus Jawa Kuna Indonesia. Diterjemahkan


Darusuprapta dan Sumarti Suprayitna. Cetakan Kelima. 2006. Gramedia:
Jakarta.
109
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

LAMPIRAN
1. Peta Kerusuhan di Jakarta242

242
“Peta Amu k di Kota Hantu”. 2003. Tempo. 25 Mei. Hal. 165.
110
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

2.1 Data Kerusakan dan Korban Versi Pemerintah Daerah DKI Jakarta 243
Jenis Korban / Kerusakan Jumlah
Pasar 13
Ruko 2479
Mall / Plaza / Swalayan 40
Toko 1604
Bengkel 45
Kantor Kecamatan 2
Kantor Polisi 11
Kantor Pemerintah Lainnya 8
Kantor Swasta 383
Bank 65
Restoran 24
Hotel 12
Pompa Bensin 9
Bis dan Metromini 8
Mobil 1119
Motor 821
Rambu Lalu Lintas 486
Taman 11
Pagar 18
Fasilitas Umum Lain 1
Rumah Penduduk 1026
Rumah Ibadah / Gereja 2
Korban Jiwa 2888
Total Bangunan 5723
Total Kendaraan 1948
Total Fasilitas Umum 516

2.2 Data Kerusakan dan Korban Versi Tim Relawan Untuk Kemanusiaan (TRUK)244
Jenis Jumlah
Orang Hilang 31
Meninggal Akibat Senjata / Lain 27
Meninggal Akibat Dibakar 1190
Luka / Sakit 91

243
Hamid, Usman dkk. Menatap Wajah Korban: Upaya Mendorong Penyelesaian Hukum Kejahatan
Terhadap Kemanusiaan Dalam Peristiwa Kerusuhan Mei 1998. Cetakan Pertama. 2005.
Diterb itkan bersama oleh Solidaritas Nusa Bangsa, Ko misi Untuk Orang Hilang dan Korban
Tindak Kekerasan, Asosiasi Penasehat Hukum dan Hak Asasi Manusia Indonesia, Ikatan Keluarga
Orang Hilang, dan Foru m Keluarga Korban Mei 1998: Jakarta. Hal. 118 – 119.
244
Ibid. Hal. 118 – 119.
111
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Lokasi Korban Jiwa Jumlah


Yogya Department Store, Jakarta 288
Tempat Lain, Jakarta 101
Ramayana Plaza, Tangerang 144
Pertokoan Matahari, Tangerang 10
Sabar Subur Simone, Tangerang 8
Plaza Aria 2
Supermall Lippo 43

2.3 Data Korban Versi RSCM 245


LokasiLaki-Laki Wanita ? Jumlah BM Koli
Tgl 15/5/98 20 4 5 29
Jakarta Utara
Tanjung Priok 1 0 0 1
Tgl 15/5/98 21 4 2 27
Taman Sari 12 0 0 12
Jakarta Barat
Jogja-D.mogot 1 0 0 1
Slipi Jaya 16 1 0 17
Rawa Bening 2 0 0 2
Jakarta Timur Klender 79 6 6 91
Gramedia 2 1 0 3
1 0 2 3
Jakarta Pusat Tanah Abang 2 1 0 3
Jakarta Selatan Robinson Ps. Minggu 3 0 1 4
Tangerang Cileduk 82 9 3 94 27 121

2.4 Data Kerusakan dan Korban Versi Kodam Jaya 246


Jenis Korban / Kerusakan Jumlah
Korban Jiwa Perusuh / Penjarah 456
Korban Jiwa Mahasiswa 4
Korban Jiwa Aparat Keamanan 3
Korban Luka-luka 69
Mobil 1521
Motor 1172
Toko 2514
Bank 257
Rumah Penduduk 675
Pasar 16
Pos Polisi 9
Pompa Bensin 22
Supermarket 291
Diskotik 7
Hotel 8

245
BM = Bagian Manusia. Ibid. Hal. 119.
246
Ibid. Hal. 120.
112
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Showroom 45
Tempat Ibadah 4
Gudang 11
Total Bangunan 3862
Total Kendaraan 2693
Total Korban Jiwa 463

2.5 Data Kerugian Bisnis Properti Akibat Kerusakan247


No. Jenis Bangunan Jumlah Harga per m / unit Unit
1 Ruko 4800 US$ 15.000 US$ 7,2 juta
2 Bank 180 Unit US$ 25.000 US$ 25.000
Pusat US$ 12 (sewa) US$ 16,8 juta
3 120.000 m
Perbelanjaan US$ 10 (renovasi) US$ 25,2 juta

2.6 Data Kerusakan dan Korban Versi TRUK 248


Meninggal
Tanggal Hilang Luka / Sakit Jumlah korban
Senjata / lain Bakar
13 / 5 - - - 10 10
14 / 5 - 12 - 43 55
15 / 5 27 3 564 6 600
Total 27 15 564 59 665

2.7 Data Korban Jiwa dan Luka-Luka Versi Tabloid Berita Mingguan Adil 249
Wilayah Lokasi Luka-Luka Korban
Yogya Department Store 288
Jakarta Tempat Lain 101
Ramayana Plasa Cileduk 144
Pertokoan Matahari 10
Tangerang Sabar-Subur Cimone 8
Plasa Aria 2
Supermal Lippo Karawaci 43
Jumlah 101 495

247
Ibid. Hal. 120.
248
Merupakan sebagian dari tabel aslinya. Ibid. Hal. 121.
249
Ibid. Hal. 121.
113
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

2.8 Data Kerusakan Versi Tabloid Berita Mingguan Adil 250


Wilayah No. Material Jumlah
1 Pasar Swalayan, Restoran, Hotel 4304
2 Pasar Tradisional 13
3 Bank 535
4 Kantor Pemerintah dan Polisi 21
5 Kantor Swasta 157
Jakarta 6 SPBU 9
7 Rumah 1026
8 Mobil 1119
9 Sepeda Motor 821
10 Angkutan Umum 8
1 Ruko, Hotel 569
2 Bank 24
3 Pasar Swalayan 21
Bekasi
4 Mobil 53
5 Sepeda Motor 4
6 Angkutan Umum 19
1 Ruko 1272
2 Bank 13
Tangerang 3 Mobil 23
4 Mal, Hotel, Restoran 302
5 Sepeda Motor 7

2.9 Data Perkosaan Tim Gabungan Pencari Fakta251


Jenis Kekerasan Seksual Jakarta dan Medan Surabaya Jumlah
Sekitarnya Total
Perkosaan 50 1 2 53
Perkosaan dengan penganiayaan 14 14
Penyerangan seksual / penganiayaan 9 1 10
Pelecehan 5 6 4 15
Jumlah Total 78 8 6 92

250
Ibid. Hal. 122.
251
Ibid. Hal. 122.
114
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

3. Transcript Wawancara Wahyu Apri Wulan Sari, ST


Tanya: Selamat Siang, Mbak. Bolehkah saya minta nama lengkap Mbak dan
curriculum vitae, misalnya umur, tempat dan tanggal lahir, dan pekerjaan?
Jawab: Nama saya Wahyu Apri Wulan Sari. Umur saya 24 tahun, dan saya lahir di
Surakarta tanggal 26 April, 1984. Saya masih belum mempunyai pekerjaan,
dan saya masih mencari-cari.
Tanya: Oke, terima kasih Mbak. Tolong beri tahu saya apa keturunanmu. Contohnya,
saya 25% German, 25% Irlandia, dan 50% Prancis.
Jawab: Saya adalah seorang Warga Negara Indonesia, yang dulunya nenek moyang
saya ada keturunan asal Asia Timur, yaitu Jepang, dari garis Ayah. Jadi kalau
dihitung dalam persen, kira-kira 25% Jepang dan 75% Jawa. Tapi nenek saya
bukan keturunan Ju-Gu-Hyan-Fu.
Tanya: Ah, saya bisa lihat bahwa mata Mbak agak sipit. Apakah Mbak sering
diperkira orang Cina oleh orang-orang “Pribumi?”
Jawab: Iya, tapi saya tetap enjoy dengan sebutan itu, dan saya tetap menerimanya.
Ketika mereka panggil saya “Cicik” atau “Ce-ce” juga saya tidak keberatan,
dan menurut saya itu adalah panggilan sayang dari mereka. Dan saya
menyukainya. Lagipula tidak ada bedanya antara orang Cina, atau orang
keturunan, dan orang Pribumi asli, semuanya sama-sama Warga Negara
Indonesia.
Tanya: Terus, pada saat terjadinya kekacauan pada bulan Mei 1998 Mbak ada di
mana?
Jawab: Ketika itu, saya masih berada di sekolah saya di Surakarta; ketika itu saya
masih SMP kelas II. Nama sekolah saya adalah SMP Negeri III Surakarta.
Saya berasal dari kota Surakarta, di mana kota tersebut didiami oleh beberapa
orang Jawa, Cina, dan beberapa orang Arab dan Pakistan.
Tanya: Terus, Mbak melihat dan mengalami apa saja pada saat itu? Keterjadiannya
apa di Surakarta?
115
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Jawab: Saya melihat banyak sekali pertokoan, mall, pasar, semuanya dibakar. Banyak
bangkai mobil dan kendaraan bermotor lainnya yang menjadi bangkai di jalan
raya pada saat itu. Penjarahan juga ada di mana- mana. Banyak rumah-rumah
penduduk di Surakarta, khususnya penduduk Cina, yang dijarah dan dibakar.
Bahkan ada banyak juga wanita yang diperkosa.
Tanya: Kira-kira seberapa wanita diperkosa?
Jawab: Tidak terlalu banyak, tidak sebanyak di kota Jakarta pada saat itu. Salah satu
teman saya yang terkena serangan itu, Lina (dia adalah warga keturunan Cina
yang memiliki toko buku terkenal di Solo, namanya Toko Buku Sekawan.
Tokonya dijarah), dia sendiri diperkosa, dan orang tuanya dibuang keluar.
Seisi tokonya dijarah penduduk. Walaupun penjagaan dari para penduduk
setempat sudah banyak membantu, tapi ternyata itu semuanya tidak berhasil.
Akhirnya Toko Sekawan tersebut terbakar, seisinya. Dan Lina sendiri menjadi
stress berat, sampai saat ini. Dia sekarang masih berada di Rumah Sakit Jiwa
Kentingan, Surakarta.
Tanya: Terus, pengalaman Mbak sendiri apa pada saat itu?
Jawab: Setiap saya dan keluarga saya berjalan di jalan dengan menggunakan mobil
atau kendaraan lain, dan kami hampir diserang penduduk, kami selalu berkata,
“Kami orang Jawa, kami Pro-Reformasi!,” atau menyebutkan nama
perusahaan kami yang dikenal dengan nama Indonesianya. Rumah kami juga
ditulisi dengan banner Pro- Reformasi, yang jumlahnya banyak sekali.
Tanya: Terus, bagaimanakah keluarga Mbak membantu orang Cina pada saat itu?
Apakah keluarga Mbak membantu, atau hanya duduk diam-diam?
Jawab: Dulu, sempat kami membantu orang Cina, yang rumahnya kebetulan
berhadapan dengan rumah tante saya di daerah Jagalan. Jagalan adalah salah
satu kampung Cina di Solo. Mereka satu keluarga bertempat tinggal di
Vihara, walaupun mereka tidak terkena serangan apapun, tapi mereka merasa
takut akan serangan yang mungkin akan tiba-tiba terjadi. Akhirnya mereka
116
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

kami tampung di rumah tante selama beberapa hari, dan kebetulan saat itu,
saya dan keluarga saya ikut juga.
Tanya: Terus, menurut Mbak bagaimana pengalaman orang Cina telah
mempengaruhi mereka dan Mbak sendiri?
Jawab: Awalnya kami semua takut untuk keluar rumah, bahkan kami berencana untuk
pindah ke luar kota, dan juga pindah sekolah. Solo benar-benar seperti kota
mati saat itu, tidak ada orang, cuma bangkai mobil dan motor, dan juga
pecahan kaca di mana- mana. Banyak gedung yang terbakar. Sekolah-sekolah,
termasuk sekolah saya pun, ditutup untuk beberapa waktu, sampai menunggu
pengumuman lebih lanjut dari pihak sekolah. Lebih parah lagi, kami tidak
bisa menemukan toko atau pasar yang terbuka, jadi kami sempat kehabisan
bahan makanan selama beberapa hari. Suasana saat itu benar-benar seperti
perang mendadak di kota Solo.
Tanya: Terus bagaimana pengaruh kepada orang Cina, menurut Mbak?
Jawab: Mereka sempat tersingkirkan, dan dipojokkan di antara masyarakat. Semisal
seperti sebuah kasta, mereka benar-benar seperti berada di kasta yang paling
rendah di antara semuanya. Dan juga sempat ada gap antara tetangga. Orang
Jawa dan orang Cina tidak mau saling menyapa dan bicara. Demikian juga
ketika di pasar tradisional, harga untuk mereka dipasang lebih tinggi dari
biasanya. Mereka sering dituduh kalau mereka adalah penyebab semuanya
yang telah terjadi.
Tanya: Terima kasih atas bantuan Mbak.
117
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

4. Transcript Wawancara Trifosa Sie Yulyani Retno Nugroho


Tanya: Selamat Siang, Cicik. Bolehkah saya minta nama lengkap Cicik dan
curriculum vitae, misalnya umur, tempat dan tanggal lahir, dan pekerjaan?
Jawab: Nama saya Trifosa Sie Yulyani Retno Nugroho. Saya berusia 25 tahun, dan
lahir di Semarang pada tanggal 8 Juli 1983. Saya bekerja sebagai secretary.
Tanya: Oke, terima kasih Cicik. Tolong beri tahu saya apa keturunanmu. Contohnya,
saya 25% German, 25% Irlandia, dan 50% Prancis.
Jawab: Keturunan saya 50% Cina dan 50% Jawa.
Tanya: Terus dulu Cicik pernah berkata bahwa Cicik pernah mengalami
ketidakadilan pada zaman sekolah. Bisakah Cicik menjelaskan?
Jawab: Iya, perlakuan dari teman-teman karena terlihat sekali perbedaan antara kami.
Saya berkulit putih jadi sangat terlihat kalau saya keturunan Chinese. Jadi ada
yang suka dan ada yang tidak suka. Kadang dari guru pun juga begitu
membedakan atau mendiskriminasikan saya karena ada keturunan Chinese.
Apapun usaha saya dia tidak menilai saya secara sportif karena dia tidak suka
pada orang yang keturunan Chinese.
Contohnya guru geografi di SMP saya (SMP Negeri 32, Semarang,
tahun 1996 - 1999). Dia menilai semua tugas saya dengan nilai yang menurut
saya tidak adil karena menurut kebanyakan guru yang lain atau teman-teman
saya hasil tugas saya itu mendapatkan nilai lebih dari yang dia berikan tetapi
karena dia tidak suka dengan suku Cina dia memberi nilai yang kurang bagus.
Walaupun begitu, ada guru yang tidak mendiskriminasikan saya, yaitu guru
BP atau Bimbingan Pelajar. Guru itu sangat baik pada saya karena dia sering
mendukung dan memberikan bimbingan banyak hal kepada saya, termasuk
dia mengetahui masalah saya dengan guru geografi tersebut. Tetapi guru
geografi itu selalu mempersulit saya dengan memberikan tugas yang lebih
banyak dan berat dibanding teman-teman saya yang lain, bahkan pernah yang
lain boleh berkelompok tapi saya harus mengerjakannya sendiri. Namun, hal
ini saya anggap karena guru itu sangat perhatian terhadap saya maka dia
118
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

memperlakukan saya seistimewa ini yah hal ini untuk menghibur saya sendiri
sehingga saya punya semangat untuk menghadapi beberapa hal yang terjadi
dikarenakan diskriminasi tersebut.
Tanya: Terus, pada saat terjadinya kekacauan pada bulan Mei 1998 Cicik ada di
mana?
Jawab: Saya berada di Semarang pada saat itu.
Tanya: Terus, Cicik melihat dan mengalami apa saja pada saat itu? Kejadiannya apa
di Semarang?
Jawab: Saya sedikit trauma dengan cerita-cerita dari teman-teman saya yang
mengalami hal itu secara nyata. Banyak para gadis Cina diperkosa dan
dibunuh sebagian dari keluarganya. Teman saya di Jakarta dikejar-kejar
gerombolan orang yang mengerikan pada saat pulang sekolah dan diperkosa,
kemudian cerita dari bos saya yang orang Taiwan pada saat itu dia awal
berbisnis di Jakarta pun juga hampir jadi korban kesadisan mereka.
Di Semarang banyak hal yang terjadi di luar, namun saat itu
beruntunglah saya tidak ada hal- hal yang terjadi pada saya; hanya kami
(keluarga saya) merasa sedikit takut karena banyak isu yang mengatakan,
seperti ninja- ninja itu akan mendatangi rumah-rumah orang Cina atau suku
Cina dengan membunuh atau bahkan merampas harta dan memerkosa para
gadis atau wanitanya. Jadi, kami hanya bersembunyi di dalam rumah dan
mempersiapkan pintu darurat bila seandainya sesuatu terjadi, dan kami merasa
was-was di saat malam. Jadi tidur pun merasa harus terjaga. Kemudian, saat
sekolah harus sedikit tertutup dengan menggunakan jaket dan topi untuk
menutupi identitas diri sehingga tidak mencolok di luar; itu karena di
Semarang ada kejadian dekat rumah kami di mana seorang gadis Cina yang
sedang naik motor dipukul sampai jatuh dari motornya dan diperkosa ramai-
ramai... dan dia dibiarkan tergeletak begitu saja di jalanan. Saya tidak melihat
kejadian ini dengan mata kepala saya sendiri; saya hanya mendengarnya dari
tetangga-tetangga yang menyaksikan kejadian ini. Akan tetapi, tidak seorang
119
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

pun dari mereka yang berani menolong gadis itu saat kejadian berlangsung.
Dia akhirnya ditolong dan dibawa ke rumah sakit ketika segerombolan orang
jahat itu pergi meninggalkannya; namun, malang gadis itu akhirnya
meninggal dunia.
Tanya: Pada saat itu bagaimana perasaan Cicik terhadap orang-orang yang
melakukan kejahatan itu?
Jawab: Pada saat itu saya merasa sangat takut dan membenci sekali perbuatan
mereka.
Tanya: Terus, pengalaman Cicik sendiri sampai sekarang apa? Sudah ada
perubahan apa saja dalam hubungan orang Pribumi dengan orang Cina?
Jawab: Beberapa dari mereka bisa menerima kami sebagai orang Indonesia juga
walaupun secara dokumentasi kami sedikit dipersulit dan harus membayar
mahal ketika mereka menyadari kami dari bangsa Cina.
Tanya: Menurut Cicik bagaimana kekacauan dan diskriminasi yang terjadi kepada
orang Cina pada saat rezim Soeharto mempengaruhi orang Cina?
Bagaimana itu mempengaruhi Cicik sendiri?
Jawab: Ya, itu membuat kami para suku Cina merasa sangat susah bergaul dengan
orang Pribumi walaupun kami ingin disamakan dengan mereka, dan itu
membuat para suku Cina sedikit khawatir dengan anak-anak mereka dan
menyekolahkannya di sekolah khusus orang-orang Cina.
Tanya: Terus satu pertanyaan lagi. Menurut Cicik, apa yang harus dilakukan untuk
memperbaiki hubungan antara orang Pribumi dan orang Cina?
Jawab: Saling tenggang rasa kepada sesama meski beda agama dan ras, saling bekerja
sama dalam bidang apa saja dan saling membantu sesama, dan juga saling
menghargai untuk menghilangkan rasa diskriminasi.
Tanya: Terima kasih atas bantuan Cicik.
120
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Biografi Penulis
1. Nama : Christophe r Allen Woodrich
Tanggal Lahir : 15 Maret, 1989
Tempat Lahir : Windsor, Ontario, Kanada
Agama / Kepercayaan : Humanis Sekular
Alamat : Jalan Legi No. 5AA, Papringan
Yogyakarta 55281, Indonesia
Status : Bertunangan
Nama ayah kandung : Harry Walker Woodrich (lahir 1957, wafat 2004)
Nama ayah tiri : Ricky Edward Boismier (lahir 1960, wafat 2008)
Nama ibu kandung : Diane Marie Boismier (née Rivest, lahir 1964)
Nama saudara kandung : Jean- Luc Mathieu Woodrich (lahir 1990)
Kyle Aaron Woodrich (lahir 1995)
Timothy Adam Woodrich (lahir 1996)
Nama saudara tiri : Christina Boismier (lahir 1984)

2. Sejarah Pendidikan
2008 – 2011 : Kuliah di jurusan Sastra Indonesia di Universitas Sanata
Dharma, Yogyakarta
2006 – 2007 : Ikut pertukaran pelajar Rotary International sebagai siswa
di SMA Bopkri 1, Yogyakarta
2002 – 2006 : SMA di J. L. Forster Secondary School, Windsor, Kanada
2001 – 2002 : SD di Children’s Achievement Centre, Windsor, Kanada
2000 – 2001 : SD di Maryvale, Windsor, Kanada
1999 – 2000 : SD di Regional Children’s Centre, Windsor, Kanada
1992 – 1999 : TK dan SD di St. Antoine Elementary School, Tecumseh,
Kanada

3. Pengalaman Pekerjaan dan Pengabdian


2010 – sekarang : Guru bahasa Inggris di SLB Bhakti Kencana 2, Berbah
2009 – sekarang : Guru les bahasa Inggris
2010 : Pembaca puisi, Puisi Pro, Pro 2 RRI Yogyakarta
2010 : Guru bahasa Inggris di SD Muhammadiyah Karanghargjo
2009 – sekarang : Guru bahasa Inggris di SD Bhinneka Tunggal Ika National
Plus School
2007 – 2008 : Tukang daging di Price Choppers, Windsor, Kanada
2007 : Telemarketer di Family Vacation Centre, Windsor,
Kanada
2007 : Kasir di Tim Horton’s, Windsor, Kanada
2006 – 2007 : Marketing di Charmy Snow Ice Yogyakarta
2005 – 2006 : Kasir di Wendy’s, Windsor, Kanada
2005 : Cleaning service dengan Ambassador Maintenance,
121
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Windsor, Kanada
2004 – 2006 : Sukarela menjaga kantin sekolah J. L. Forster
2003 – 2006 : Sukarela menjual kartu bingo
2002 : Sukarela di Windsor Community Service sebagai perawat
untuk orang catat mental
2001 – 2003 : Bekerja sebagai pengasuh anak
1997 : Bekerja mengirim katalog toko Sears

4. Pengalaman dan Aktivitas Organisasi


2007 – 2008 : Anggota tim bowling Price Chopper
2007 – 2009 : Anggota Mataram Hash House Harriers
2007 : Anggota komite perencanaan konser “Breakthrough our
Sadness by Art,” dengan SMA Bopkri 1
2005 – 2006 : Ketua komite perencanaan prom J. L. Forster
2004 – 2006 : Anggota tim bowling J. L. Forster
2004 – 2005 : Anggota tim debat J. L. Forster
1996 – 1999 : Anggota Pramuka ‘Cub Scouts’
1995 – 1996 : Anggota tim T-Ball
1994 – 1996 : Anggota Pramuka ‘Beaver Scouts’

5. Penghargaan
2006 : Fundraiser terbaik di Bowl For Kids Sake 2006
2002 – 2006 : Honour roll di J. L. Forster Secondary School: penulis
telah mencapai rata-rata nilai 80% atau lebih
2002 – 2006 : Berbagai penghargaan untuk nilai terbaik, kehadiran, dsb.
1999 : Menerima penghargaan dari Optimist Club of Saint Clair
Beach

Anda mungkin juga menyukai