Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

AKHLAK ANAK TERHADAP ORANG TUA

Dosen Pengampu :
Drs. Mohammad Mustaqim Fadhil, M.Si.
Disusun oleh:
Dea Ayu S (20181220128)
Fahmia Eka Safitri (20181220131)
Yulia Minarti (20181220139)
Lidia Choirunnisa (20181220127)

Akuntansi P2K-SEMESTER 3

FAKULTAS EKONOMI & BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA


2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikanrahmat dan inayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Akhlaq Anak Terhadap
Orang tua
Terima kasih saya ucapkan terimakasih kepada Bapak M. Mustaqim Fadlil, M.Si sebagai
dosen mata kuliah AL- Islam dan Kemuhammadiyahan 2 yang telah membantu kami baik
secara moral maupun materi. Terima kasih juga saya ucapkan kepada teman-teman
seperjuangan yang telah mendukung kami sehingga kami bisa menyelesaikan tugas ini tepat
waktu.

Kami menyadari, bahwa laporan [jenis laporan] yang kami buat ini masih jauh dari kata
sempurna baik segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca guna menjadi acuan
agar penulis bisa menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.

Semoga makalah  ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa bermanfaat untuk
perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Surabaya,12 Desember 2019

Fahmia,Yulia,Dea, Lidia
DAFTAR ISI

Kata Pengantar....................................................................................................................      i

Daftar Isi.............................................................................................................................      ii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................    1

1.1 Latar Belakang.........................................................................................................    1

1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................    1

1.3 Tujuan Makalah.......................................................................................................    2

BAB II LANDASAN TEORI


2.1 Al-Qur’an..................................................................................................................7
2.2 As-sunah...................................................................................................................7-8

BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENULISAN


3.1 Pengertian Akhlak Kepada Orang Tua..................................................................... 9
3.2 Kewajiban Berbakti Kepada Orang tua…………………………………………......9
3.3 Contoh Berbakti Kepada Orang Tua.........................................................................10

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................    3

4.1 Pengertian Ahlak.....................................................................................................     3

4.2 Akhlak Kepada Orang Rua Menurut Al’quran Dan Hadist....................................     4

4.3 Macam-Macam Ahlak Kepada Orang Tua (Ibu Dan Bapak).................................     5

4.4 Menjaga Akhlak Kepada Orang Tua.......................................................................    7

4.5 Hak Anak Kepada Orang Tua.................................................................................     8

BAB III PENUTUP ..........................................................................................................  12

3.1 Kesimpulan............................................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................  13
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ibu dan ayah adalah kedua orang tua yang sangat besar jasanya kepada anak-anaknya.
Mereka mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap anaknya tersebut. Jasa beliau
berdua tidak dapat dihitung dan tidak dapat dibandingkan dengan harta.
Kalau ibu merawat jasmani dan rohaninya sejak kecil, maka ayah pun merawatnya,
mencarikan nafkahnya, membesarkannya, mendidik dan menyekolahkannya, di samping
usaha sang ibu. Kalau mulai masa mengandung sampai masa di mana si anak mulai dapat
membedakan hal baik dan buruk; si ibu sangat berperan, maka mulai masa belajar, ayah lebih
tampak kewajibannya, mendidiknya, dan mempertumbuhkannya menjadi dewasa. Namun
apabila dibandingkan antara berat tugas ibu dengan ayah, maka tidaklah keliru apabila
dikatakan lebih berat tugas ibu daripada tugas ayah. Banyak sekali masalah yang tidak dapat
diselesaikan ayah terhadap anaknya, namun dapat diselessaikan oleh dan hanya sang ibu.
Mari kita mencoba untuk berpikir sejenak, tentang kemerosotan moral para generasi
penerus bangsa ini. Sering kita lihat di sekitar kita anak-anak yang marah-marah kepada
orangtuanya, sering kita lihat anak-anak yang menyuruh orangtuanya melakukan sesuatu bak
seorang pembantu, dan masih banyak lagi kemerosotan moral para generasi penerus.Inilah
sebenarnya yang menjadi tugas besar bagi para orangtua, para pendidik, dan tentu saja
masyarakat secara keseluruhan, bagaimana memberi pemahaman seutuhnya tentang
bagaimana seharusnya seseorang bersikap terhadap kedua orangtua.
Mari kita simak sebuah hadits Nabi,
“Dari Abu Hurairah ra., ia berkata: Rasulullah SAW., bersabda: “Seseorang tidak
dapat membalas budi kedua orangtuanya, kecuali jika mendapatkan orangtuanya menjadi
budak, kemudian ia beli dan memerdekakannya.” [HR. Muslim]
Coba kita merenung sejenak, betapa banyak jasa yang sudah mereka lakukan untuk kita
semua. Perjuangan keduanya telah terukir jelas dalam derap langkah kehidupan kita,
sehingga kita bisa tumbuh seperti saat ini.

Sebagai seorang muslim yang baik kita tentu tahu bahwa akhlak terhadap orang tua
merupakan sesuatu hal yang sangat penting. Karena, orang tua adalah orang yang
mengenalkan kita pada dunia dari kecil hingga dewasa.Dan setiap orang tua pun pasti
mempunyai harapan terhadap anaknya agar kelak menjadi anak yang sukses, berbakti kepada
orang tua, serta menjadi lebih baik dan sholeh.
Maka dari itu, jika kita memang seorang muslim yang baik hendaknya kita selalu
berbakti kepada orang tua, melakukan apa yang telah diperintahkan oleh orang tua, dan
pantang untuk membangkang kepada orang tua.
Namun di zaman dewasa ini banyak dari kita seperti lupa terhadap kewajiban kita
terhadap orang tua sebagai muslim yang baik, yaitu adalah kita harus memiliki akhlak yang
sempurna terhadap orang tua kita. Makalah ini mengandung poin-poin penting bagaimana
menjadi seorang anak yang berbakti terhadap orang tuanya. Maka selain sebagai upaya untuk
mengerjakan tugas akhlak, saya berharap bahwa tugas makalah ini juga dapat dijadikan
sebagai pengingat bagi setiap orang muslim yang membacanya  akan pentingnya akhlak
terhadap orang tua

B. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian akhlak kepada kedua orang tua ?

C. Tujuan
a. Mengetahui pengertian akhlak kepada kedua orang tua ?
BAB 2
LANDASAN TEORI
A. Menurut Alquran

Serta surat Al-Ahqaaf ayat 15-16.

‫صالُهُ ثَاَل ثُونَ َش ْهرًا ۚ َحتَّ ٰى إِ َذا بَلَ َغ أَ ُش َّدهُ َوبَلَ َغ‬ َ ‫ص ْينَا اإْل ِ ْن َسانَ بِ َوالِ َد ْي ِه إِحْ َسانًا ۖ َح َملَ ْتهُ أُ ُّمهُ ُكرْ هًا َو َو‬
َ ِ‫ض َع ْتهُ ُكرْ هًا ۖ َو َح ْملُهُ َوف‬ َّ ‫َو َو‬
‫ضاهُ َوأَصْ لِحْ لِي فِي‬ َ ْ‫صالِحًا تَر‬ َ ‫ي َوأَ ْن أَ ْع َم َل‬ ََّ ‫ك الَّتِي أَ ْن َع ْمتَ َعل‬
َّ ‫ي َو َعلَ ٰى َوالِ َد‬ َ َ‫ال َربِّ أَوْ ِز ْعنِي أَ ْن أَ ْش ُك َر نِ ْع َمت‬ َ َ‫أَرْ بَ ِعينَ َسنَةً ق‬
َ‫ك َوإِنِّي ِمنَ ْال ُم ْسلِ ِمين‬ ُ ‫ُذ ِّريَّتِي ۖ إِنِّي تُب‬
َ ‫ْت إِلَ ْي‬

” Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu
bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan
susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan,
sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun, ia berdo’a
“Ya Rabb-ku, tunjukilah aku untuk menysukuri nikmat Engkau yang telah Engkau
berikan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku dan supaya aku dapat berbuat amal
yang shalih yang Engkau ridlai, berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi
kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan
sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri” [Al-Ahqaaf : 15]

َ‫ق الَّ ِذي َكانُوا يُو َع ُدون‬ ِّ ‫ب ْال َجنَّ ِة ۖ َو ْع َد ال‬


ِ ‫ص ْد‬ َ ِ‫أُو ٰلَئ‬
ِ ‫ك الَّ ِذينَ نَتَقَبَّ ُل َع ْنهُ ْم أَحْ َسنَ َما َع ِملُوا َونَتَ َجا َو ُز ع َْن َسيِّئَاتِ ِه ْم فِي أَصْ َحا‬

” Mereka itulah orang-orang yang Kami terima dari mereka amal yang baik yang
telah mereka kerjakan dan Kami ampuni kesalahan-kesalahan mereka, bersama
penghuni-penghuni surga, sebagai janji yang benar yang telah dijanjikan kepada
mereka” [Al-Ahqaaf : 16]Sedangkan tentang anak durhaka kepada kedua orang
tuanya terdapat di dalam surat Al-Ahqaaf ayat 17-20.

‫ق فَيَقُو ُل‬ ٌّ ‫ك آ ِم ْن إِ َّن َو ْع َد هَّللا ِ َح‬ ِ َ‫ال لِ َوالِ َد ْي ِه أُفٍّ لَ ُك َما أَتَ ِعدَانِنِي أَ ْن أُ ْخ َر َج َوقَ ْد َخل‬
َ َ‫ت ْالقُ ُرونُ ِم ْن قَ ْبلِي َوهُ َما يَ ْستَ ِغيثَا ِن هَّللا َ َو ْيل‬ َ َ‫َوالَّ ِذي ق‬
َ ‫أْل‬ َ
َ‫َما هَذا إِ أ َسا ِطي ُر ا َّولِين‬‫اَّل‬ َ ٰ

“Dan orang yang berkata kepada kedua orang tuanya, ‘Cis (ah)’ bagi kamu keduanya,
apakah kamu keduanya memperingatkan kepadaku bahwa aku akan dibangkitkan,
padahal sungguh telah berlalu beberapa umat sebelumku ? lalu kedua orang tua itu
memohon pertolongan kepada Allah seraya mengatakan, “Celaka kamu, berimanlah !
Sesungguhnya janji Allah adalah benar” Lalu dia berkata, “Ini tidak lain hanyalah
dongengan orang-orang dahulu” [Al-Ahqaaf : 17]

ِ َ‫س ۖ إِنَّهُ ْم َكانُوا خ‬


َ‫اس ِرين‬ ْ َ‫ق َعلَ ْي ِه ُم ْالقَوْ ُل فِي أُ َم ٍم قَ ْد َخل‬
ِ ‫ت ِم ْن قَ ْبلِ ِه ْم ِمنَ ْال ِجنِّ َواإْل ِ ْن‬ َ ِ‫أُو ٰلَئ‬
َّ ‫ك الَّ ِذينَ َح‬

“Mereka itulah orang-orang yang telah pasti ketetapan (adzab) atas mereka, bersama-
sama umat-umat yang telah berlalu sebelum mereka dari jin dan manusia.
Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang merugi” [Al-Ahqaaf : 18]

Sedangkan dalam surat Al-Baqarah ayat 215


ِ ‫ك َما َذا يُ ْنفِقُونَ ۖ قُلْ َما أَ ْنفَ ْقتُ ْم ِم ْن َخي ٍْر فَلِ ْل َوالِ َد ْي ِن َواأْل َ ْق َربِينَ َو ْاليَتَا َم ٰى َو ْال َم َسا ِك‬
َ ‫ين َوا ْب ِن ال َّسبِي ِل ۗ َو َما تَ ْف َعلُوا ِم ْن خَ ي ٍْر فَإ ِ َّن هَّللا‬ َ َ‫يَسْأَلُون‬
‫بِ ِه َعلِي ٌم‬

“Mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang apa yang mereka infakkan.


Jawablah, “Harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu bapakmu,
kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang
dalam perjalanan. Dan apa saja kebajikan yang kamu perbuat sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui” [Al-Baqarah : 215]

Banyak sekali ayat-ayat di dalam Al-Qur’an yang menerangkan tentang wajibnya


berbakti kepada kedua orang tua. Dalam surat Luqman, Allah menyebutkan wajibnya
seorang anak berbakti kepada kedua orang tua dan bersyukur kepadanya serta disebutkan
juga tentang larangan mengikuti orang tua jika orang tua tersebut mengajak kepada syirik.

B. Menurut Sunnah/Hadis

Hadits Snad Jayyid


Seseorang berkata kepada Rasulullah “Wahai Rasulullah, aku ingin berjihad namun
aku tak mampu melakukannya.” Beliau menjawab: “Apakah orang tuamu masih ada?” Ia
menjawab, “Ya, ibuku.” Beliau bersabda: “Temui Allah dalam keadana berbakti kepada
orang tua, apabila engkau melakukannya, sama artinya engkau telah melakukan haji,
umrah dan jihad.”

Berikut ini beberapa adab yang baik dan akhlak yang mulia kepada orang tua:

1. Tidak memandang orang tua dengan pandangan yang tajam atau tidak menyenangkan

2. Tidak meninggikan suara ketika berbicara dengan orang tua

Dalil kedua ada di atas adalah hadits Al Musawwir bin


Makhramah radhiallahu’anhu mengenai bagaimana adab para Sahabat Nabi terhadap
Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam, disebutkan di dalamnya:

ُ َ‫وإذ̄ا ت َكل َّ َم خَ ف‬
‫ وما يُ ِح ُّد ون إليه النظ َر؛ تعظي ًما له‬، ‫ضوا أصواتَهم عندَ̄ه‬

“jika para sahabat berbicara dengan Rasulullah, mereka merendahkan suara mereka dan
mereka tidak memandang tajam sebagai bentuk pengagungan terhadap Rasulullah ” (HR.
Al Bukhari 2731).

Syaikh Musthafa Al ‘Adawi mengatakan: “setiap adab di atas terdapat dalil yang
menunjukkan bahwa adab-adab tersebut merupakan sikap penghormatan”.

Maka dari hadits ini merendahkan suara dan tidak memandang dengan tajam merupakan
akhlak yang mulia dan sikap penghormatan yang tentu sangat layak untuk kita terapkan
kepada orang tua. Karena merekalah orang yang paling layak mendapatkan perlakuan yang
paling baik dari kita. Sebagaimana telah dijelaskan pada materi sebelumnya.

3. Tidak mendahului mereka dalam berkata-kata


Diantara adab yang mulia kepada orang tua adalah tidak mendahului mereka dalam berkata-
kata dan mempersilakan serta membiarkan mereka berkata-kata terlebih dahulu hingga
selesai. Lihatlah bagaimana Abdullah bin Umar radhiallahu’anhu menerapkan adab ini.
Beliau berkata:

ُ
‫ ه َي‬:̄‫فأردت أن أقو َل‬ ، ‫ مثلُه̄ا ك َمث ِل المسلِ ِم‬،ً‫ش جر ِة ش َجرة‬َّ ‫إن منَ ال‬ ٍ ‫كن َّا عن َ¯د النَّب ِّي صلَّى هللا ُ عل ْي ِ¯ه وسل َّ َم فأت َي بِ ُج َّم‬
َّ :̄‫ فقا َل‬،̄‫ار‬
َّ َّ
ُ‫ ه َي الن َّخلة‬:‫ فقا َل النَّب ُّي صلى هللا ُ عل ْي ِه وسل َم‬،‫كت‬
ُّ ‫ ف َس‬،‫القوم‬
ِ ‫ فإذا أنا أصغ ُر‬،ُ‫الن َّخلة‬

“kami pernah bersama Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam di Jummar, kemudian Nabi


bersabda: ‘Ada sebuah pohon yang ia merupakan permisalan seorang Muslim’. Ibnu Umar
berkata: ‘sebetulnya aku ingin menjawab: pohon kurma. Namun karena ia yang paling
muda di sini maka aku diam’. Lalu Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam pun memberi tahu
jawabannya (kepada orang-orang): ‘ia adalah pohon kurma’” (HR. Al Bukhari 82, Muslim
2811).

Ibnu Umar radhiallahu’anhuma melakukan demikian karena adanya para sahabat lain yang


lebih tua usianya walau bukan orang tuanya. Maka tentu adab ini lebih layak lagi
diterapkan kepada orang tua.

4. Tidak duduk di depan orang tua sedangkan mereka berdiri

Dalilnya hadits Jabir bin Abdillah radhiallahu’anhu:

‫ فالتفتَ إلينا فرآنا قيا ًما‬,̄‫الناس تكبي َره‬


َ ٍ ‫ وأبو‬,̄‫اشتكى رسو ُل هللاِ¯ صلى هللا عليه وسلم فصلين̄ا ورا َءه وهو قاع ٌد‬
‫بكر يُ ْس ِم ُع‬
‫ يقومون على ملو ِكهم‬, ‫والروم‬ِ ‫فارس‬
َ ‫ل‬
َ ‫فع‬ ¯
‫ن‬ ‫لتفعلو‬ ‫ إن كدتُ̄م آنفًا‬:‫ فلما سل َّ َم قال‬.̄‫ فصلينا بصالتِه قعودًا‬,‫فأشار إلينا فقعدنا‬
‫ إن صلى قائ ًم ا فصلوا قيا ًم ا وإن صلى قاعدًا فصلوا قعودً̄ا‬.̄‫ ائتمو̄ا بأئ َّمتِكم‬.‫ فال تفعلوا‬.‫وهم قعو ٌد‬

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengaduh (karena sakit), ketika itu kami shalat
bermakmum di belakang beliau, sedangkan beliau dalam keadaan duduk, dan Abu Bakar
memperdengarkan takbirnya kepada orang-orang. Lalu beliau menoleh kepada kami, maka
beliau melihat kami shalat dalam keadaan berdiri. Lalu beliau memberi isyarat kepada
kami untuk duduk, lalu kami shalat dengan mengikuti shalatnya dalam keadaan duduk.
Ketika beliau mengucapkan salam, maka beliau bersabda, ‘kalian baru saja hampir
melakukan perbuatan kaum Persia dan Romawi, mereka berdiri di hadapan raja mereka,
sedangkan mereka dalam keadaan duduk, maka janganlah kalian melakukannya.
Berimamlah dengan imam kalian. Jika dia shalat dalam keadaan berdiri, maka shalatlah
kalian dalam keadaan berdiri, dan jika dia shalat dalam keadaan duduk, maka kalian
shalatlah dalam keadaan duduk” (HR. Muslim, no. 413).

Para ulama mengatakan dilarangnya hal tersebut karena merupakan kebiasaan orang kafir
Persia dan Romawi. Maka hendaknya kita menyelisihi mereka.

5. Lebih mengutamakan orang tua daripada diri sendiri atau iitsaar dalam perkara duniawi

Hendaknya kita tidak mengutamakan diri kita sendiri dari orang tua dalam perkara duniawi
seperti makan, minum, dan perkara lainnya. Sebagaimana hadits
dalam Shahihain mengenai kisah yang diceritakan oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam mengenai tiga orang yang terjebak di dalam gua yang tertutup batu besar,
kemudian mereka bertawassul kepada Allah dengan amalan-amalan mereka, salah satunya
berkata:
ُ
‫فبدأت‬ ُ
‫حلبت‬ ُ
،̄ ‫أرحت عليهم‬ ‫ فإذ̄ا‬. ‫ ولي صبيةٌ صغا ٌر أرعى عليهم‬. ‫ وامرأتي‬. ¯‫الله ّم ! إنه كان لي والدان شيخان كبيران‬
‫ فحلبت كما كنت‬. ‫أمسيت فوجدتُهم̄ا ق̄د ناما‬
ُ ُ ‫ت حتى‬ ِ ‫ فلم آ‬. ‫يوم الشج ُر‬ٍ َ‫ وأنه نأى بي ذات‬. ‫ي‬ّ ‫بوالدي فسقيتُهم̄ا قبل بن‬
¯ُ‫ والصبية‬. ‫ وأكرهُ أن أسق َي الصبيةَ¯ قبلهما‬. ‫ أكرهُ أن أوقظَهما من نو ِمهم̄ا‬. ‫ فقمت عن̄د رؤو ِسهما‬. ‫ب‬ ُ
ِ ‫فجئت بالحال‬ . ُ‫أحلب‬
ُ
‫ فافرجْ لنا‬، ¯‫ فإن كنت تعلم أني فعلت ذلك ابتغا َء وج ِهك‬. ‫ فلم يزلْ ذلك دأبي ودأبُه̄م حتى طلع الفج ُر‬. ‫يتضاغون عن̄د قدمي‬
‫ فرأوا منها السما َء‬. ً‫ ففرج هللا ُ من̄ه فرجة‬. ‫ نرى منها السما َء‬، ً‫من̄ه فرجة‬

“Ya Allah sesungguhnya saya memiliki orang tua yang sudah tua renta, dan saya juga
memiliki istri dan anak perempuan yang aku beri mereka makan dari mengembala ternak.
Ketika selesai menggembala, aku perahkan susu untuk mereka. Aku selalu dahulukan
orang tuaku sebelum keluargaku. Lalu suatu hari ketika panen aku harus pergi jauh, dan
aku tidak pulang kecuali sudah sangat sore, dan aku dapati orang tuaku sudah tidur. Lalu
aku perahkan untuk mereka susu sebagaimana biasanya, lalu aku bawakan bejana berisi
susu itu kepada mereka. Aku berdiri di sisi mereka, tapi aku enggan untuk membangunkan
mereka. Dan aku pun enggan memberi susu pada anak perempuanku sebelum orang tuaku.
Padahal anakku sudah meronta-ronta di kakiku karena kelaparan. Dan demikianlah terus
keadaannya hingga terbit fajar. Ya Allah jika Engkau tahu aku melakukan hal itu demi
mengharap wajahMu, maka bukalah celah bagi kami yang kami bisa melihat langit dari
situ. Maka Allah pun membukakan sedikit celah yang membuat mereka bisa melihat langit
darinya“.

BAB III
GAMBARAN UMUM OBYEK PENULISAN
A. Pengertian Akhlak kepada Orang Tua

Akhlak berasal dari bahasa arab yaitu Al-khulq, Al-khuluq yang mempunyai arti
watak, tabiat. Secara Istilah Akhlak menurut Ibnu MaskawiAkhlak adalah sesuatu
keadaan bagi jiwa yang mendorong ia melakukan tindakan-tindakan dari keadaan itu
tanpa melalui pikiran dan pertimbangan.
Sedangkan yang dimaksud kedua orang tua adalah Bapak Ibu baik itu dari keturunan
(Nasab) atau susuan, baik keduanya orang muslim ataupun kafir, termasuk juga kedua
orang tua adalah nenek dan kakek dari kedua belah pihak.
Menurut Ad-Durjani Birul Walidain adalah mengormati dan berbakti kepada kedua
orang tua.
Menurut Imam As-Syafii Birul Walidain adalah berbakti kepada orang tua baik yang
masih hidup ataupun yang telah meninggal dunia.
Menurut Muhammad Abduh Birul Walidain adalah taat melaksanakan apa-apa yang
diperintahkan oleh kedua orang tua dalam kebaikan.
Menurut Ibnu Qoyim Birul Walidain adalah Berbakti kepada kedua orang tua semata-
mata karena Allah SWT.
Jadi bisa disimpulkan bahwa Akhlak kepada Orang Tua adalah Menghormati dan
menyayangi mereka berdua dengan sopan santun dan berbakti kepada keduanya
dalam keadaan hidup dan dalam keadaan sudah meninggal dunia.
Rosulullah SAW menjelaskan dalam Haditsnya bahwa Kita harus menghormati kedua
orang tua :

“ Hormatilah Bapak dan Ibumu “

B. Kewajiban Berbakti kepada Orang Tua

Berbakti (Al Birr) adalah kata yang mencakup kebaikan dunia dan akhirat, berbakti
kepada kedua orang tua adalah dengan berbaik kepada keduanya, memenuhi hak-hak
keduanya, dan mentaati keduanya.
Allah SWT Berfirman dalam Surat Al-Isra ayat 23 :
ً ‫وبالوالدين إحسانا‬
“ Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua “
Hal ini menunjukan bahwa akhlak menghormati orang tua adalah suatu hal yang
sangat penting yang dianjurkan oleh Rosulullah kepada Umatnya.Adapun akhlak anak
terhadap orang tua adalah sebagai berikut : Sayangilah, cintailah, hormatilah, patuhlah
kepadanya rendahkan dirimu, sopanlah kepadanya. Ketahuilah bahwa kita hidup
bersama orang tua merupakan nikmat yang luar biasa, kalau orang tua kita meninggal
alangkah sedihnya hati kita karena tidak ada yang dipandang lagi.
Allah SWT telah memerintahkan supaya Kita jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah Kita berbuat baik pada Ibu Bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah
seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya
perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada
mereka perkataan yang muli:

“Dari Abdullah Bin Mas’ud berkata: “Aku bertanya kepada Rasulullah: “Amalan
apakah yang dicintai oleh Allah” Beliau menjawab: “Sholat pada waktunya. Aku bertanya
lagi: “Kemudian apa” Beliau menjawab: “Berbakti kepada kedua orang tua”. Aku bertanya
lagi: “Kemudian apa” Beliau menjawab: “Jihad dijalan Allah”. (HR. Al-Bukhari dan
Muslim).
Dari Hadits tersebut bisa disimpulkan bahwa berbakti kepada kedua orang tua itu
merupakan amal perbuatan yang paling dicintai oleh Allah SAW.

D. Contoh Berbakti kepada Orang Tua

“ Dari Asma binti Abu Bakar ia berkata:“Ibuku mendatangiku, sedangkan ia seorang wanita
musyrik di zaman Rasulullah . Maka aku meminta fatwa kepada Rasulullah dengan
mengatakan: “Ibuku mendatangiku dan dia menginginkan aku (berbuat baik kepadanya),
apakah aku (boleh) menyambung (persaudaraan dengan) ibuku” beliau bersabda: “ya,
sambunglah ibumu”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Dari kutipan hadits di atas tentu kita dapat menyimpulkan bahwa Ibu adalah seseorang yang
sangat penting dalam kehidupan setiap orang dan tak ada seorangpun yang memungkiri akan
begitu besarnya jasa – jasa Ibu dalam hidup manusia.
E. Berbakti kepada Orang Tua Menurut Pendekatan Rasional

Karena semenjak awal bulan kehamilan dan menjelang kelahiranya kita dijaga keselamatan
kita dengan taruha nyawa.Belaian kasih sayangnya memanjakan kita dan do’a nya selalu
menyertai kita.Dan karena itulah Allah mewasiatkan kepada seluruh manusia agar berbuat
baik kepada Ibu Kita.
Dan Ibu Kita merawat jasmani dan rohani kita sejak kecil secara langsung, maka bapak pun
juga merawat kita, mencari nafkah untuk kita, membesarkan kita, mendidik kita dan
menyekolahkan kita, disamping usaha ibu. Kalau mulai mengandung sampai masa muhariq
(masa dapat membedakan mana yang baik dan buruk), seorang ibu sangat berperan, maka
setelah mulai memasuki masa belajar, ayah lebih tampak kewajibannya, mendidik kita dan
mempertumbuhkannkia menjadi dewasa, namun apabila dibandingkan antara berat tugas ibu
dengan ayah, mulai mengandung sampai dewasa dan sebagaimana perasaan ibu dan ayah
terhadap putranya, maka secara perbandingan, tidaklah keliru apabila dikatakan lebih berat
tugas ibu dari pada tugas ayah.
Coba bandingkan, banyak sekali yang tidak bisa dilakukan oleh seorang ayah terhadap
anaknya, yang hanya seorang ibu saja yang dapat mengatasinya tetapi sebaliknya banyak
tugas ayah yang bisa dikerjakan oleh seorang ibu.Barangkali karena demikian inilah maka
penghargaan kepada ibunya. Walaupun bukan berarti ayahnya tidak dimuliakan, melainkan
hendaknya mendahulukan ibu daripada mendahulukan ayahnya dalam cara memuliakan
orang tua.
Allah SWT Berfirman dalam Surat Al-Luqman : 14

Artinya:“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-
bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah dan bertambah-tambah, dan
menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang ibu
bapakmu, hanya kepada-Ku lah kembalimu” (QS.Luqman:14)

F. Cara Berbuat Baik Kepada Kedua Orang Tua


1. Cara Berbuat baik kepada Orang Tua yang masih Hidup
Kita sebagai Muslim yang baik tentunya memiliki kewajiban untuk berbakti kepada orang tua
kita, baik ibu maupun ayah.Agama Islam mengajarkan dan mewajibkan kita sebagai anak
untuk berbakti dan taat kepada ibu-bapak. Taat dan berbakti kepada kedua orang tua adalah
sikap dan perbuatan yang terpuji, ada banyak cara untuk berbakti dan bersikap sopan santun
kepada orang tua, diantaranya adalah:
a. Mentaatinya dalam hal yang ma'ruf
b. Mengikuti kemauan keduanya selama tidak bermaksiat kepada Allah
c. Berinfak kepada keduanya jika keduanya membutuhkannya
d. Tidak menghina keduanya
e. Meminta kerelaan orang tua ketika akan berbuat sesuatu
f. Berkata Halus Dan Mulia Kepada Ibu dan Ayah
Tetapi bagaimana jikalau kita ingin berbuat baik kepada ibu dan ayah serta patuh
terhadapnya, terkadang perintah yang di berikan oleh orang tua tidak sesuai dengan ketentuan
Syari’at Islam?Adapun cara menghadapi perintah kedua orang tua yang bertentangan dengan
ajaran Islam yaitu sebagai berikut:
a. Jika suatu saat Kita disuruh berbohong oleh ibu atau ayah, sebaiknya katakan
kepada keduanya bahwasanya Allah melihat Kita.
b. Jangan sekali-kali membantah perintah orang tua dengan nada kesal dan ngotot,
sebab tidak akan mambuahkan hasil. Akan tetapi hadapi dengan tenang dan penuh
keyakinan dan percaya diri.
c. Ayah dan ibu itu manusia biasa yang tak luput dari kesalaha dan kekurangan.
Jangan posisikan kedua orang tua seperti Nabi yang tak pernah berbuat salah.
Maafkan mereka, bila kita anggap cara dan perintah orang tua bertentangan dengan
hati nurani atau nilai-nilai yang kamu yakini kebenarannya.

2. Cara Berbakti Kepada Orang tua yang Telah Meninggal


Berbakti kepada orangtua tidak hanya kita lakukan ketika orang tua masih hidup, berbakti
kepada orang tua juga dapat kita lakukan meski orang tua telah meninggal.
Rosulullah SAW Bersabda:

” Seseorang bertanya kepada Rasulullah: wahai Rasulullah, apakah ada sisa kebajikan setelah
keduanya meninggal dunia yang aku untuk berbuat sesuatu kebaikan kepada kedua orang
tuaku. ?Rasulullah bersabda: ”ya, mendoakan dan memintakan ampun untuk keduanya,
melaksanakan janji keduanya, memuliakan teman-teman kedua orang tua, dan
bersilaturrahim yang engkau tiada mendapatkan kasih sayang kecuali karena kedua orang
tua.”
Beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk berbakti kepada orang tua yang telah meninggal
adalah sebagai berikut:
a. Merawat Jenazahnya dengan memandikan, menshalatkan dan menguburkanya.
b. Melaksanakan wasiat dan menyelesaikan hak Adam yang ditinggalkannya.
c. Menyambung tali silaturahmi kepada kerabat dan teman –teman dekatnya atau
Memuliakan teman-teman kedua orang tua.
d. Melanjutkan cita-cita luhur yang dirintisnya atau menepati janji kedua ibu bapak.
e. Mendoakan ayah ibu yang telah tiada itu dan meminta ampun kepada Allah dari
segala dosa orang tua kita.
G. Pahala bagi orang yang berbakti kepada OrangTua
Allah telah menjanjikan orang-orang yang berbakti kepada kedua orang tuanya dengan
kebaikan yang banyak di dunia dan akhirat dan dia akan mendapatkan pahala yang besar di
akhirat, dan diantaranya adalah sebagai berikut :
1.Pahala di Dunia
a. Dipanjangkan umurnya
b. Diperbanyak rizkinya
c. Dikabulkan doanya
d. Anak dan cucunya akan berbakti kepadanya
e. Dicintai keluarganya dan tetangganya
f. Dijauhkan dari mati dalam keburukan
g. Dipuji oleh manusia dan mereka akan berterima kasih padanya
h. Allah akan meridhainya
2. Pahala di Akhirat
a. Berbakti adalah salah satu penyebab utama masuk surga
b. Dimasukan surga dengan orang-orang yang pertama kali dimasukkan surga
c. Penebus dosa

H.Sebab-sebab Durhaka Kepada OrangTua


Durhaka adalah setiap perbuatan dan perkataan seorang anak yang dapat menyakiti kedua
orang tuanya.Durhaka adalah perbuatan yang dilarang (haram) dan termasuk dosa besar.
Tidak seorangpun yang berani berbuat durhaka kepada kedua orang tuanya kecuali orang
yang sakit dan bodoh, berikut beberapa penyebab kedurhakaan :
1. Kebodohan akan keutamaan kedua orang tua, dan kebodohan terhadap akibat
yang akan ditanggungnya bila seseorang melakukan perbuatan durhaka kepada
keduanya didunia dan akhirat, oleh karena itu Ibnu Abbas RA berkata : Setiap orang
yang melakukan kemaksiatan kepada Allah dialah orang yang bodoh, dan oleh karena
itu dikatakan : “Barang siapa yang bodoh akan sesuatu maka dia akan melanggarnya”.
2. Mengutamakan dan mendahulukan sebagian anaknya terhadap anak-anaknya,
oleh karena itu syariat melarang perbuatan ini, dan mengingatkan akibat yang akan
ditimbulkan, ketika datang Basyir bin Saad kepada Nabi Saw untuk memberikan
hadiah pada anaknya Nu'man, Beliau berkata padanya : Apakah setiap anakmu
menerima pemberian ini ? dia menjawab : tidak, Beliau berkata : Jangan jadikan aku
sebagai saksi kedzaliman, jadikan selain aku sebagai saksi, tidakkah kamu suka
mereka berbakti padamu secara sepadan.
3. Tidak memperhatikan nafakah dimasa kanak-kanak mereka dan tidak
memperdulikannya.
4. Tidak memperhatikan hak-hak isteri dan cenderung memperhatikan sebagian
isterinya tanpa memperhatikan isteri lainnya.
5. Teman yang tidak baik

Contoh Orang yang Durhaka Kepada OrangTua


Konon dikisahkan bahwa pada zaman Rasulullah ada seorang pemuda yang bernama
Alqamah.Dia seorang pemuda yang giat beribadah, rajin shalat, banyak puasa dan suka
bersedekah. Suatu ketika dia sakit keras, maka istrinya mengirim utusan kepada Rasulullah
untuk memberitahukan kepada beliau akan keadaan Alqamah. Maka, Rasulullahpun
mengutus Ammar bin Yasir, Shuhaib ar-Rumi dan Bilal bin Rabah untuk melihat
keadaannnya. Beliau bersabda, “Pergilah ke rumah Alqamah dan talqin-lah untuk
mengucapkan La Ilaha Illallah ”Akhirnya mereka berangkat kerumahnya, ternyata saat itu
Alqamah sudah dalam keadaan naza’, maka segeralah mereka men-talqin-nya, namun
ternyata lisan Alqamah tidak bisa mengucapkan La Ilaha Illallah.Langsung saja mereka
laporkan kejadian ini pada Rasulullah.
Setelah itu Rosulullah Memanggil Ibunya Lalu Rasulullah bersabda kepadanya, “Wahai ibu
Alqamah, jawablah pertanyaanku dengan jujur, sebab jika engkau berbohong, maka akan
datang wahyu dari Allah yang akan memberitahukan kepadaku, bagaimana sebenarnya
keadaan putramu Alqamah?”
Sang ibu menjawab, “Wahai Rasulullah, dia rajin mengerjakan shalat, banyak puasa dan
senang bersedekah.”
Rasulullah bertanya lagi, “Kenapa Dia seperti itu?”
Dia menjawab, “Wahai Rasulullah, dia lebih mengutamakan istrinya dibandingkan saya dan
diapun durhaka kepadaku.”
Maka, Rasulullah bersabda, “Sesungguhny,a kemarahan sang ibu telah menghalangi lisan
Alqamah, sehingga tidak bisa mengucapkan syahadat.”
Kemudian beliau bersabda, “Wahai Bilal, pergilah dan kumpulkan kayu bakar yang banyak.”
Si ibu berkata, “Wahai Rasulullah, apa yang akan engkau perbuat?”
Beliau menjawab, “Saya akan membakarnya dihadapanmu.”
Dia menjawab, “Wahai Rasulullah , saya tidak tahan kalau engkau membakar anakku
dihadapanku.”
Kemudian Sang Ibu pun langsung memaafkan Al-Qamah.Kemudian setelah itu Alqamah bisa
menngucapkan kalimat La Ilaha Illallahdan meninggal saat itu juga.
Lalu, di dekat kuburan itu beliau bersabda:

“Wahai sekalian kaum Muslimin, ridha Allah tergantung pada ridha orang tua dan kemarahan
Allah tergantung pada kemarahan orang tua”.( HR.Bukhari Muslim )

Adapun contoh orang yang durhaka kepada orang tua dalam kehidupan
nyata adalah sebagai berikut:
Ada seorang anak lelaki tunggal, hanya saja mulutnya suka bicara kotor dan kasar. Dia selalu
melemparkan celaan dan mengumpat orang tuanya tanpa memperhatikan perasaan mereka,
sering durhaka, dan meremehkan ajaran agama Islam.
Bahkan, tidak pernah taat atau memuliakan keduanya. Selalu saja menyakiti hati dengan kata-
kata yang pedas. Kedurhakaannya semakin meningkat setelah ayahnya meninggal dunia. Ia
berhati kasar terhadap sang ibu.
Seringkali Ibunya Menasehatinya ,namun ia malah mencela Ibunya, padahal ia telah berumur
24 tahun. Usia yang tidak seorang pun bisa mengendalikan keinginannya sebab ia dapat
melawan siapa saja.
Suatu hari saat setan telah berhasil menguasai nafsunya, ia mengambil sandal dan
melemparkannya ke arah ibunya tanpa perasaan dosa atau bersalah. Sandal itu tepat
mengenai punggung si ibu. Kemudian, si ibu menangis dan menyesali nasibnya. Saking
sakitnya, si ibu menyumpahi anaknya, walaupun dengan bercucuran air mata.
Pada tengah malam anak yang durhaka itu baru pulang ke rumah setelah bermain-main
dengan kawan-kawannya yang jahat, lalu masuk kamar dan tidur pulas.
Keesokan harinya, ketika ia bangun tidur, tiba-tiba ia tidak dapat menggerakkan tangan
kanannya…. Tangan yang digunakan untuk melempar ibunya dengan sandal. Ya benar, sama
sekali tangannya tidak dapat digerakkan!! Tangan kanannya lumpuh. Kemudian, ia menutup
pintu kamar tidurnya dengan keras dan menangisi nasib dirinya atas perbuatan dosanya ter-
hadap sang ibu. Mengetahui musibah yang menimpa anak tunggalnya, si ibu merasa kasihan
karena tidak bisa berbuat apa-apa, lalu beliau mendoakan agar Allah memberi kesembuhan
kepada anak tunggalnya.
J.Balasan Orang yang Durhaka Kepada OrangTua
1.Balasan Di Dunia
a. Disempitan rizkinya
b. Tidak dipanjangkan umurnya
c. Amalanya tidak diangkat pada hari kamis
d. Pintu-pintu langit tidak dibuka untuk amalannya
e. Allah akan memurkainya
f. Keluarga dan tetangganya akan memurkainya
g. Ditakutkan akan meninggal dalam keburukan
h. Para malaikat dan orang-orang mukmin akan melaknatnya
i. Doanya tidak dikabulkan
j. Balasannya akan diberikan didunia dan diakhirat akan mendapatkan balasan
juga
k. Anak-anak dan cucunya akan mendurhakainya
2.Balasan Di Akhirat
a. Haram masuk surga

”Tidak akan masuk surga, pendurhaka terhadap kedua orang tua”. (H.R. Nasa’i
danAhmad)
b. Dimurkai Allah SWT

“keridhaan Allah tergantung keridhaan orang tua, dan murka Allah pun tergantung
pada murka kedua orang tua”.(H.R. Al-Hakim)
c. Allah tidakmenerima Shalatnya

“Allah tidak akan menerima shalat orang yang durhaka kepada orang tuanya “.
(H.R. Abu Daud)
d. Anak-anak yang mendurhakai orangtuanya akan di kutuk oleh Allah
e. Disegerakan siksanya di dunia

“Ada 2 dosa yang disegerakan hukumannya di dunia ini, yaitu zina dan durhaka
kepada kedua orangtua”.

K. Strategi mengatasi Orang yang durhaka kepada orang tua


Setelah menganalisis masalah tentang sebab-sebab seseorang durhaka dan membantah
kepada orang tuanya,makabisa digunakan strategi-strategi untuk mengatasi persoalan
tersebut,diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Lakukanlah Pendekatan Kasih Sayang terhadap anak
2. Kita harus memahami watak kepribadian anak
3. Sediakan waktu,perhatian dan kepedulian kepada anak
4. Cara menyampaikan maksud yang Komunikatif
5. Perhatikan dan arahkan kualitas pergaulan anak
BAB IV

PEMBAHASAN

1. Pengertian akhlak

Dari segi bahasa Akhlaq berasal daripada kata ‘khulq’ yang bererti perilaku,


perangai atau tabiat. Hal ini terkandung dalam perkataan Sayyidah Aisyah berkaitan dengan
akhlak Rasulullah saw yaitu : “Akhlaknya (Rasulullah) adalah al-Quran.” Akhlak Rasulullah
yang dimaksudkan di dalam kata-kata di atas ialah kepercayaan, keyakinan, pegangan, sikap
dan tingkah laku Rasulullah saw yang semuanya merupakan pelaksanaan dari ajaran al-
Quran.

Menurut Iman Al Ghazali, akhlak merupakan gambaran tentang keadaan dalam diri
manusia dan dari gambaran tersebut menumbuhkan tingkah laku secara mudah dan senang
tanpa memerlukan pertimbangan atau pemikiran. Akhlak sangat penting dan pengaruhnya
sangat besar dalam membentuk tingkah laku manusia. Apa saja yang lahir dari manusia atau
segala tindak-tanduk manusia adalah sesuai dengan pembawaan dan sifat yang ada dalam
jiwanya.

Tepatlah apa yang dikatakan oleh Al-Ghazali dalam bukunya Ihya’ Ulumuddin,
“Sesungguhnya semua sifat yang ada dalam hati akan lahir pengaruhnya (tandanya) pada
anggota manusia, sehingga tidak ada suatu perbuatan pun melainkan semuanya mengikut
apa yang ada dalam hati manusia”.

Tingkah laku atau perbuatan manusia mempunyai hubungan yang erat dengan sifat
dan pembawaan dalam hatinya. Umpama pokok dengan akarnya. Bermakna, tingkah laku
atau perbuatan seseorang akan baik apabila baik akhlaknya, sebagaimana pokok, apabila baik
akarnya maka baiklah pokoknya. Apabila rusak akarnya maka
akan rusaklah pokok dan cabangnya.
:
Akhlak yang mulia adalah matlamat utama bagi ajaran Islam. Ini telah dinyatakan
oleh Rasulullah Sallallahu’alaihiwasallam dalam hadisnya (yang bermaksud, antara lain:
“Sesungguhnya aku diutuskan hanyalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”.

Hal ini ditegaskan lagi oleh ayat al-Qur’an dalam firman Allah:
‫يم‬ ٍ ُ‫َوإِنَّكَ لَ َعلَى ُخل‬
ٍ ‫ق ع َِظ‬666
)4(
Artinya:
“Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung” (QS. Al-Qalam: 4)

2.      Menjaga Akhlak Kepada kedua orang tua


a.    Mentaati perintah kedua orang tua
Manusia penting untuk selalu menjaga akhlak kepada orang tua. Manusia harus
mentaati perintah orang tua karena pada hakikatnya tidak ada orang tua yang menginginkan
keburukkan bagi anak anaknya, jadi apapun perintah mereka, tak lain adalah bentuk
kecintaan yang tulus tanpa pamrih.

Keutamaan menjaga akhlak kepada orang tua melebihi keutamaan berjihad dijalan
Allah,sebagaimana dalam hadis Abdullah binMas’ud r.a., yaitu sebagai berikut :

“Aku bertanya kepada Rasulullah SAW.: ‘Amalan yang paling utama?’ Beliau menjawab:
’shalat tepat pada waktunya.’Aku bertanya lagi: ‘Kemudian apa?’ Beliau menjawab:
‘Berbakti kepada kedua orang tua. ‘aku bertanya lagi: ‘kemudia apa? Beliau menjawab.
‘Berjihad dijalan Allah.’  (H.R. Ahmad, Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Ibnu Majah.)

b.   Menolak perintah bermaksiat kepada allah dan rasul-Nya dengan cara baik dan Beretika

Keterbatasan pengetahuan dan keimanan, orang tua memerintahkan sesuatu yang


bertentangan dengan perintah Allah maupun Rasulullah, jadi dalam keadaan semacam ini,
agar akhlak kepada orang tua tetap terjaga, kita diperintahkan untuk menolak dengan cara
cara yang baik. Allah berfirman dalam QS. Luqman ayat 15

“ Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan akusesuatu yang tidak da
pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduannya, dan pergaulilah
keduanya didunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku,kemudian
hanya kepada-Kulah kembalimu, maka kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan
(QS. Luqman :15

c.    Berkata sopan dan tidak melukai hati


Menjaga akhlakkepada orang tua dapat dilakukan dengan menjaga adab berbicara
kepada kedua orang tua dengan menggunakan bahasa yang baik, kalimat yang sopan, dan
tidak menyakiti hati. Allah berfirman dalam Q.S. Al-Isra’ Ayat 24.

“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kasih sayang, dan
ucapkanlah do’a : ‘Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduannya, sebagaimana mereka
berdua telah mendidikku waktu kecil.”

d.   Merawat kedua orang tua lanjut usia dengan sabar dan ikhlas
Agar Akhlak kepada orang tua seorang muslim tetap terjaga hendaknya mereka menjaga
orang tuanya hingga kahir hayatnya. Allah berfirman dalam Q.S. A-Isra’ ayat 23

“… Bila salah satu dari keduanya atau kedua-duanya mencapai usia lanjut disisimu, maka
janganlah kamu katakan : “uhf!” dan jangan pula menghardik, dan katakana kepada mereka
perkataan yang mulia!”

e.    Mendo’akan orang tua semasa hidupnya dan setelah meninggal dunia


Islam menganjurkan umatna untuk senantiasa menjaga akhlak kepada orang tua ,
berbuat baik kepada orang tua dalam keadaan apapun , dalam keadaan beriman maupun kafir,
dalam keadaan senang maupun susah, dalam keadaan senang maupun susah, dalam keadaan
sehat maupun sakit, dalam keadaan hidup maupun sudah meninggal

Dalam hadis riwayatAbu Dawud, Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban, yang bersumber dari
Abu Usaid bin Malik bin Rabiah As-Sa’idi
Bahwa seorang laki laki Bani Salamah dating kepada Rasulullah, apakah masih ada sesuatu
yang aku dapat lakukan untuk berbakti kepada kedua orang tuaku setelah keduanya wafat?”

Beliau bersabda , “ Ya, yaitu mendo’akan keduanya, memintakan ampun, menunaikan


janjinya, menyambungpersaudaraan yang tidak disambungkecuali Karena keduanya, dan
memuliakan kawan kawan mereka.”

3.      Akhlak  Terhadap Orang Tua (Ibu Dan Bapak)


a.       Akhlak terhadap orang tua yang masih hidup
Orang tua (ibu dan bapak) adalah orang secara jasmani menjadi asal keturunan
anak. Jadi anak adalah keturunan dari orang tuanya dan darahnya adalah juga mengalir darah
orang tuanya. Seorang anak kandung merupakan bagian dari darah dan daging orang tuanya,
sehingga apa yang dirasakaan oleh anaknya juga dirasakan oleh orang tuanya dan demikian
sebaliknya.
Itu pula sebabnya secara kudrati, setiap orang tua menyayangi dan mencintai anaknya
sebagai mana ia menyayangi dan mencintai dirinya sendiri. Kasih dan sayang ini mulai
dicurahkan sepenuhnya terutama oleh ibu, semenjak anak masih dalam kandungan sampai ia
lahir dan menyusui bahkan sampai tua.
Orang tua tidak mengharapkan balas jasa dari anak atas semua pengorbanan yang
diberikan kepada anak. Harapan orang tua hanya satu yaitu kelak anaknya menjadi anak yang
saleh dan salehah, anak yang memberi kebahagiaan orang di dunia dan mendo’akan mereka
setelah mereka meninggal dunia.
Atas dasar itu, antara lain yang menyebabkan seorang anak harus berbakti kepada
orang tua, bukan saja saat keduanya masih hidup, tetapi kebaktian anak itu harus lanjut
sampai kedua orang tuanya meninggal.

b.      Akhlak terhadap orang tua yang Sudah Meninggal


Orang tua yang sudah meninggal dunia tidak lagi dapat menerima apa-apa, selain apa
yang mereka lakukan selama di dunia kecuali jika mereka memiliki tiga hal yang mensubsidi
bekal berupa pahala untuk mereka di akhirat sebagai tambahan dari mereka bawa dari dunia,
yaitu sedekah jariyah, ilmu yang diajarkan, dan anak yang saleh yang mendo’akannya.
Seorang ayah atau ibu yang sudah meninggal dunia masih memiliki hak mendapatkan
limpahan pahala dari do’a yang disampaikan anaknya. Hal ini juga mengandung arti bahwa
anak memiliki kewjiban mendo’akan orang tuanya yang sudah meninggal. Dalam ajaran
tasawuf, dikatakan, do’a yang paling besar kemungkinan diterima Allah adalah do’a seorang
anak untuk orang tuanya dan do’a oaring fakir untuk orang kaya.
Kita sebagai anak, meskipun orang tua kita sudah wafat, orang tua tetap sebagai orang
tua yang wajib dihormati, oleh sebab itu, kewajiban anak terhadap mereka berlanjut sampai
mereka wafat.

4.     Akhlak Kepada Orang Tua Menurut Al-Qur’an dan Hadits


a.       Al-Qur’an
ِ ُ‫ار ْال ُجن‬
‫ب‬ ِ ¯‫ار ِذي ْالقُ¯¯رْ بَى َو ْال َج‬
ِ ¯‫َوا ْعبُدُوا هَّللا َ َوال تُ ْش ِر ُكوا بِ ِه َش ْيئًا َوبِ ْال َوالِ¯ َد ْي ِن إِحْ َس¯انًا َوبِ¯ ِذي ْالقُ¯رْ بَى َو ْاليَتَ¯ا َمى َو ْال َم َس¯ا ِكي ِن َو ْال َج‬
)٣٦( ‫ت أَ ْي َمانُ ُك ْم إِ َّن هَّللا َ ال ي ُِحبُّ َم ْن َكانَ ُم ْختَاال فَ ُخورًا‬ ِ ‫ب بِ ْال َج ْن‬
ْ ‫ب َواب ِْن ال َّسبِي ِل َو َما َملَ َك‬ ِ ‫َوالصَّا ِح‬

Artinya:
”Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu
apapun[1]. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua[2], karib-kerabat[3], anak-anak
yatim[4], orang-orang miskin[5], tetangga dekat dan tetangga jauh[6], teman sejawat[7], ibnu
sabil[8] dan apa yang kamu miliki[9]. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
sombong dan membanggakan diri [10]” - See more at:
http://www.tafsir.web.id/2013/01/tafsir-surat-al-baqarah-ayat-8-
16.html#sthash.s72G966T.dpuf

b.      Dasar Al-Hadis
a)      Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Abdullah ibn Mas’ud berkata:
ُّ‫ بِ¯¯ر‬:‫ ثُــ َّم أَيٌّ؟ قَ¯¯ا َل‬:‫ت‬
ُ ‫لص¯الَةُ لِ َو ْقتِهَ¯¯ا قُ ْل‬
َّ َ‫ ا‬:‫¯ال‬ َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي¯ ِه َو َس¯لَّ َم اَيُّ ْال َع َم¯ ِل أَ ْف‬
َ ¯َ‫ض¯لُ؟ ق‬ َ ِ‫ت َرسُوْ َل هللا‬ ُ ‫َسأ َ ْل‬
)‫ (رواه البخارى و مسلم‬.ِ‫ اَ ْل ِجهَا ُد فِ ْي َسبِ ْي ِل هللا‬:‫ ثُــ َّم أَيٌّ؟قَا َل‬:‫ت‬ ُ ‫ْال َوالِ َد ْي ِن قُ ْل‬

Artinya:
“Aku bertanya kepada Rasulullah SAW; Apakah amalan yang di utama? Beliau
menjawab, sholat pada waktunya. Saya bertanya lagi; kemudian apa? Beliau  menjawab,
berbuat baik kepada kedua orang tua. Saya bertanya lagi; kemudian apa? Beliau  menjawab,
jihad di jalan Allah.” (H.R. Al-Bukhori dan Muslim)

b)      Dalam riwayat lain dari Abdullah bin Amr bin Ash dikatakan:


‫ض ¯اهللاِ فِ ْي‬ َ ¯َ‫ص ¯لَّى هللاُ َعلَ ْي ¯ ِه َو َس ¯لَّ َم ق‬
َ ‫ ِر‬:‫¯ال‬ َ ‫ض ¯ َي هللاُ َع ْنهُ َم¯¯اع َِن النَّبِ ِّي‬ ِ ¯‫¯رو ْب ِن ْال َع‬
ِ ‫¯اص َر‬ ِ ¯‫ع َْن َع ْب ِدهللاِ ْب ِن َع ْم‬
ْ
)‫اال َوالِ َد ْي ِن َوس ُْخط هللاِ فِ ْي َسُخ ِط ال َوالِ َد ْي ِن (اخرجه الترمذى وصحّحه ابن حبّان والحاكم‬
ّ ْ ُ ْ ‫ض‬ َ ‫ِر‬

Artinya:
Dari Abdullah bin Amr bin Ash RA., dari Nabi SAW beliau bersabda: Keridlaan
Allah terletak pada keridlaan kedua orang tua, dan kemarahan Allah terletak pada kemarahan
kedua orang tua. (dikeluarkan oleh Tirmidzi dan dibenarkan oleh Ibnu Hibban)
c)         Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra.:
َ َ‫ ي‬:‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم فَقَا َل‬
‫ار ُس¯¯وْ َل هللاِ َم ْن‬ َ ِ‫ َجا َء َر ُج ٌل اِلَى َرسُوْ ِل هللا‬:‫ض َي هللاُ َع ْنهُ قَا َل‬ ِ ‫ع َْن اَبِ ْي هُ َر ْي َرةَ َر‬
ُ ُ
‫ ثـ َّم‬:‫ ثـ َّم َم ْن؟قَ¯¯ا َل‬:‫ك قَ¯ا َل‬ ُ ُ
َ َ‫ ثـ َّم َم ْن؟ ق‬:‫¯ال‬
َ ‫ أ ُّم‬:‫¯ال‬ ُ ُ ُ
َ ¯َ‫ أ ُّمكَ ق‬:‫ ثـ َّم َم ْن؟ قَا َل‬:‫ أ ُّمكَ قَا َل‬:‫ص َحابَتِ ْي؟ قَا َل‬
َ ‫ق بِ ُح ْس ِن‬ ُّ ‫اَ َح‬
)‫ ثُـ َّم أَبُوْ كَ (رواه البخارى و مسلم‬:‫َم ْن؟ قَا َل‬
Artinya:
Dari Abu Hurairah ra berkata: seorang laki-laki datang kepada Rasulullah SAW, ia
berkata: Wahai Rasulullah, siapakah yang paling berhak untuk saya pergauli dengan baik?
Nabi menjawab: “Ibumu”. Dia bertanya (lagi): lalu siapa? Nabi menjawab: “Ibumu”. Dia
bertanya (lagi): lalu siapa? Nabi menjawab: “Ibumu”. Dia bertanya (lagi): lalu siapa? Nabi
menjawab: kemudian bapakmu. (H.R. Al-Bukhori dan Muslim)

d)        Riwayat yang lain menyebutkan:


Al-Bazzar meriwayatkan hadis dari Buraidah dari ayahnya bahwa ada seorang laki-
laki yang sedang thowafsambil menggendong ibunya, lalu ia bertanya kepada Nabi
Muhammad SAW, “Apakah dengan ini saya sudah menunaikan haknya?” Beliau  menjawab,
“Belum, walaupun secuil.”2)

5.      Dampak durhaka kepada orang tua


Karena orang tua merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan setiap manusia,
tentu akan terdapat akibat-akibat jika kita mendurhakai orang tua.

Beberapa hal yang merupakan akibat dari mendurhakai orang tua adalah:
1.   Anak-anak yang mendurhakai orangtuanya akan di kutuk oleh Allah
Sesuai dengan sabda Rasul yang artinya:
“Barang siapa yang membuat ibu bapaknya marah , maka berarti membuat Allah marah
kepadanya” (H.R Bukhari)

Dan ada juga hadits Rasul yang menyatakan :


“Ridha Allah di dalam keridhaan kedua orang tua, dan murka Allah di dalam murka kedua
orangtuanya” (H.R Turmudzi)

2.   Disegerakan siksanya di dunia ini.


Sesuai dengan sabda Rasul yang artinya:
“Semua dosa itu, siksanya akan di tangguhkan Allah sesuka-Nya, kecuali dosa karena
dosa kepada orang tua, maka sesungguhnya Allah akan menyegerakannya dalam hidup di
dunia ini sebelum meninggal dunia” (H.R Hakim)
Terdapat juga riwayat rasul yang mengatakan:
“Ada 2 dosa yang disegerakan hukumannya di dunia ini,
yaitu zina dan durhaka kepada kedua orangtua”.
6.      Dampak berbakti kepada orang tua

  Diridhai oleh Allah Azza wa Jalla

Dalam hadis Qudsi Allah swt berfirman: “Sesungguhnya yang pertama kali dicatat oleh Allah
di Lawhil mahfuzh adalah kalimat: ‘Aku adalah Allah, tiada Tuhan kecuali Aku, barangsiapa
yang diridhai oleh kedua orang tuanya, maka Aku meridhainya; dan barangsiapa yang
dimurkai oleh keduanya, maka Aku murka kepadanya.” (Jâmi’us Sa’adât, penghimpun
kebahagiaan, 2: 263).

  Disayangi oleh Allah swt

Rasulullah saw bersabda kepada Ali bin Abi Thalib (sa): “…Wahai Ali, Allah menyayangi
kedua orang tua yang melahirkan anak karena keberbaktiannya kepada mereka. Wahai Ali,
barangsiapa yang membuat sedih kedua orang tuanya, maka ia telah durhaka kepada
mereka.” (Al-Faqîh 4: 371)
BAB V
PENUTUP
KESIMPULAN

Akhlak berasal dari bahasa arab yaitu Al-khulq, Al-khuluq yang mempunyai arti


watak, tabiat. Secara Istilah Akhlak menurut Ibnu Maskawi .Akhlak adalah sesuatu keadaan
bagi jiwa yang mendorong ia melakukan tindakan-tindakan dari keadaan itu tanpa melalui
pikiran dan pertimbangan.
Sedangkan yang dimaksud kedua orang tua adalah Bapak Ibu baik itu dari keturunan
(Nasab) atau susuan, baik keduanya orang muslim ataupun kafir, termasuk juga kedua orang
tua adalah nenek dan kakek dari kedua belah pihak.
Menurut Ad-Durjani Birul Walidain adalah mengormati dan berbakti kepada kedua
orang tua.
Menurut Imam As-Syafii Birul Walidain adalah berbakti kepada orang tua baik yang
masih hidup ataupun yang telah meninggal dunia.
Menurut Muhammad Abduh Birul Walidain adalah taat melaksanakan apa-apa yang
diperintahkan oleh kedua orang tua dalam kebaikan.
Menurut Ibnu Qoyim Birul Walidain adalah Berbakti kepada kedua orang tua semata-
mata karena Allah SWT.
Jadi bisa disimpulkan bahwa Akhlak kepada Orang Tua adalah Menghormati dan
menyayangi mereka berdua dengan sopan santun dan berbakti kepada keduanya dalam
keadaan hidup dan dalam keadaan sudah meninggal dunia.
Rosulullah SAW menjelaskan dalam Haditsnya bahwa Kita harus menghormati kedua
orang tua :

C. SARAN

Diharapkan kepada semua generasi Muda agar menghormati dan menyayangi Orang Tua
Kita kapanpun dan dimanapun Kita berada,berbaktilah kepada kedua orang tua kita dan
janganlah kita durhaka kepada keduanya.

         
DAFTAR PUSTAKA

http://ahqorulbaroya.blogspot.com/2013/04/akhlak-anak-terhadap-orang-tua.html
http://ukhuwahislah.blogspot.com/2013/06/makalah-akhlak-kepada-kedua-orang-tua.html
http://ahmed927.blogspot.com/2014/01/akhlak-kepada-kedua-orang-tua.html
http://makalahmhs.blogspot.com/2012/12/akhlak-seorang-anak-kepada-orang-tua.html
https://dalamislam.com/landasan-agama/al-quran/dalil-berbakti-kepada-orang-tua

Anda mungkin juga menyukai