Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

“ ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN YANG TERPASANG


VENTILATOR MEKANIK “

OLEH

NAMA : Mawar Anggela

NIM : 21117080

IKEST MUHAMMADIYAH PALEMBANG

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

2020
VENTILATOR MEKANIK

A. DEFINISI
Ventilator mekanik adalah proses penggunaan suatu peralatan
untuk menfasilitasi transpor oksigen dan karbodioksida antara
atmosfer dan alveoli untuk tujuan meningkatkan pertukaran gas
paru-paru( Urden,Stacy,Lough,2010)
Ventilator adalah suatu alat yang digunakan untuk membantu sebagian atau seluruh
proses ventilasi untuk mempertahankan oksigenasi.Ventilator mengirimkan gas ke paru-paru
dengan menggunakan tekanan positif pada tingkat tertentu. Jumlah gas yang disampaikan
dapat dibatasi oleh waktu, tekanan atau volume. Lamanya dapat berjalan oleh waktu,
tekanan atau aliran. Tujuan pemasangan ventilator adalah untuk; (1) Memberikan kekuatan
mekanis pada sistem paru untuk mempertahankan ventilasi yang fisiologis, (2)
Memanipulasi “air way pressure” dan corak ventilasi untuk memperbaiki efisiensi ventilasi
dan oksigenasi dan (3) Mengurangi kerja miokard dengan jalan mengurangi kerja nafas.

B. ANATOMI DAN FISIOLOGI PERNAPASAN ( GAMBAR)


1. ANATOMI
2. FISIOLOGI PERNAPASAN VENTILATOR MEKANIK
Pada pernafasan spontan inspirasi terjadi karena diafragma dan otot
intercostalis berkontrkasi, rongga dada mengembang dan terjadi tekanan
negatif sehingga aliran udara masuk ke paru, sedangkan fase ekspirasi
berjalan secara pasif.
Pada pernafasan dengan ventilasi mekanik, ventilator mengirimkan udara
dengan memompakan ke paru pasien, sehingga tekanan sselama inspirasi
adalah positif dan menyebabkan tekanan intra thorakal meningkat. Pada
akhir inspirasi tekanan dalam rongga thorax paling positif.

C. TUJUAN
Mampu menjelaskan tentang Control Mode
Mampu menjelaskan tentang Asissted Mode
Mampu menjelaskan tentang SIMV (Sincronous Intermitten Minute Volume)
Mampu menjelaskan tentang Pressure Support (PS)
1. Mengurangi kerja pernapasan
2. Meningkatkan tingkat kenyamanan pasien
3. Pemberian MV yang akurat
4. Mengatasi ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi
5. Menjamin hantaran O2 ke jaringan adekuat
6. Pasien dengan gagal nafas
7. Insufisiensi jantung.
8. Disfungsi neurologist
9. Tindakan operasi

D. INDIKASI VENTILATOR MEKANIK


1. Pasien dengan respiratory failure (gagal napas)
2. Pasien dengan operasi tekhik hemodilusi.
3. Post Trepanasi dengan black out.
4. Respiratory Arrest.

E. KLASIFIKASI VENTILATOR MEKANIK


MODE VENTILASI MEKANIK

2.1.1. Control Mode

Ventilasi mode control menjamin bahwa pasien menerima suatu antisipasi jumlah
dan volume pernafasan setiap menit. Pada mode control, ventilator mengontrol pasien.
Pernafasan diberikan ke pasien pada frekuensi dan volume yang telah ditentukan pada
ventilator, tanpa menghiraukan upaya pasien untuk mengawali inspirasi. Bila pasien
sadar atau paralise, mode ini dapat menimbulkan ansietas tinggi dan ketidaknyamanan
(Hudak & Gallo, 2010). Biasanya pasien tersedasi berat dan/atau mengalami paralisis
dengan blocking agents neuromuskuleruntuk mencapai tujuan (Chulay & Burns, 2006).
Indikasi untuk pemakaian ventilator meliputi pasien dengan apnea, intoksikasi obat-
obatan, trauma medula spinalis, disfungsi susunan saraf pusat, frail chest, paralisa karena
obat-obatan, penyakit neuromuskular (Rab, 2007).
Pada mode ini, frekuensi nafas (f) dan jumlah tidal volume (TV) yang diberikan
kepada pasien secara total diatur oleh mesin. Mode ini digunakan jika pasien tidak
sanggup lagi memenuhi kebutuhan TV sendiri dengan frekuensi nafas normal. Karena
pada setiap mode control, jumlah nafas dan TV mutlak diatur oleh ventilator, maka pada
pasien-pasien yang sadar atau inkoopratif akan mengakibatkan benturan nafas (fighting)
antara pasien dengan mesin ventilator saat insfirasi atau ekspirasi. Sehingga pasien harus
diberikan obat-obat sedatif dan pelumpuh otot pernafasan sampai pola nafas kembali
efektif. Indikasi untuk pemakaian ventilator meliputi pasien dengan apnue.Ventilator tipe
ini meningkatkan kerja pernafasan klien. Ventilator yang memberikan frekuensi dan
kedalaman preset dari volume tidal. Pasien tidak mempunyai peranan dalam siklus
ventilator.

2.1.2 Asissted Mode


Pada mode assist, hanya picuan pernafasan oleh pasien diberikan pada VT yang telah
diatur. Pada mode ini pasien harus mempunyai kendali untuk bernafas. Bila pasien tidak
mampu untuk memicu pernafasan, udara tak diberikan (Hudak & Gallo, 2010).
Ventilator jenis ini dapat mengontrol ventilasi, volume tidal dan kecepatan.
Ventilator ini diatur berdasarkan atas frekuensi pernafasan yang spontan dari klien,
biasanya digunakan pada tahap pertama pemakaian ventilator.
Mode ini diberikan pada pasien yang sudah bisa nafas spontan atau pasien yang
masih bisa bernafas tetapi tidal volumnenya tidak cukup karena nafasnya dangkal. Pada
mode ini pasien harus mempunyai kendali untuk bernafas. Bila pasien tidak mampu
untuk memicu trigger maka udara pernafasan tidak diberikan.Ventilasi assist-control
adalah ventilasi dengan pengaturan pemicu waktu atau pasien dengan laju napas,
sensitivitas dan tipe pernapasan minimum.Ventilator mengawali inspirasi saat pasien
membuat tekanan negative yang cukup pada sirkuit.

2.1.3 SIMV (Sincronous Intermitten Minute Volume)


SIMV adalah bantuan sebagian dengan targetnya volume. SIMV memberikan
bantuan ketika usaha nafas spontan pasien mentriger mesin ventilator. Tapi jika usaha
nafas tidak sanggup mentriger mesin, maka ventilator akan memberikan bantuan sesuai
dengan jumlah frekuensi yang sudah diatur. Untuk memudahkan bantuan, maka trigger
dibuat mendekati standar atau dibuat lebih tinggi. Tetapi jika kekuatan untuk mengawali
inspirasi belum kuat dan frekuensi nafas terlalu cepat, pemakaian mode ini akan
mengakibatkan tingginya WOB (Work Of Breathing ) yang akan dialami pasien. Mode
ini memberikan keamanan jika terjadi apnue. Pada pasien jatuh apnue maka mesin tetap
akan memberikan frekuensi nafas sesuai dengn jumlah nafas yang di set pada mesin.
Tetapi jika keampuan inspirasi pasien belum cukup kuat, maka bias terjadi fighting antara
mesin dengan pasien. Beberapa pengaturan (setting) yang harus di buat pada mode SIMV
diantaranya: TV, MV, Frekuensi nafas, Trigger, PEEP, FiO2 dan alarm batas atas dan
bawah MV.
Pada SIMV, pengaturan volume tidal disesuaikan dengan usaha nafas spontan
penderita atau jika tidak ada nafas spontan volume tidal yg dikeluarkan oleh ventilator
akan disesuaikan dengan pengaturan frekuensi nafas (preset rate).sehingga volume
minimal terpenuhi. Bila pasien bernafas spontan maka bantuan ventilator untuk
memberikan volume tidal tidak ada, akan tetapi mesin akan tetap mengalirkan oksigen.
Sama dengan IMV kecuali pernafasan ventilator dengan pernafasan awal secara spontan.
2.1.4 Pressure Support (PS)
PS merupakan mode bantuan sebagian dengan target TV melalui pemberian tekanan.
Mode ini tidak perlu mengatur frekuensi nafas mesin karena jumlah nafas akan dibantu
mesin sesuai dengan jumlah trigger yang dihasilkan dari nafas spontan pasien. Semakin
tinggi trigger yang diberikan akan semakin mudah mesin ventilator memberikan bantuan.
Demikian pula dengan IPL, semaikin tinggi IPL yang diberikan akan semakin mudah TV
pasien terpenuhi. Tapi untuk tahap weaning, pemberian trigger yang tinggi atau IPL yang
tinggi akan mengakibatkan ketergantungan pasien terhadap mesin dan ini akan
mengakibatkan kesulitan pasien untuk segera lepas dari mesin ventilator. Beberapa
pengaturan (setting) yang harus di buat pada mode VC diantaranya: IPL, Triger, PEEP,
FiO2, alarm batas atas dan bawah MV serta Upper Pressure Level. Jika pemberian IPL
sudah dapat diturunkan mendekati 6 cm H2O, dan TV atau MV yang dihasilkan sudah
terpenuhi, maka pasien dapat segera untuk diweaning ke mode CPAP (Continuous
Positive Air Way Pressure).
Pernapasan dengan tekanan yang diperkuat sehingga memungkinkan pasien
menentukan volume inflasi dan durasi siklus respirasi disebut sebagai pressure-support
(PS).Metode ini digunakan untuk memperkuat penapasan spontan, tidak untuk
memberikan bantuan napas secara keseluruhan. Di samping itu, PS ini dapat mengatasi
resistensi pernapasan melalui sirkuit ventilator, tujuannya adalah untuk mengurangi work
of breathing selama proses penyapihan (weaning) dari ventilator. Tujuan PS ini bukan
untuk memperkuat volume tidal, namun untuk memberikan tekanan yang cukup untuk
mengatasi resistensi yang dihasilkan pipa endotrakeal dan sirkuit ventilator. Pasien
bernapas secara spontan, dengan tambahan inspirasi melalui susunan tekanan positif
sebelumnya dan ventilator.

F. KOMPLIKASI VENTILATOR MEKANIK


Ventilator adalah alat untuk membantu pernafasan pasien, tapi bila
perawatannya tidak tepat bisa, menimbulkan komplikasi seperti:

1. Paru-Paru
 Baro trauma: tension pneumothorax, empisema sub cutis,
emboli udara vaskuler.
 Atelektasis/kolaps alveoli diffuse
 Infeksi paru
 Keracunan oksigen
 Jalan nafas buatan: king-king (tertekuk), terekstubasi,
tersumbat.
 Aspirasi cairan lambung
 Tidak berfungsinya penggunaan ventilator
 Kerusakan jalan nafas bagian atas

2. Sistem kardiovaskuler

Hipotensi, menurunya cardiac output dikarenakan menurunnya


aliran balik vena akibat meningkatnya tekanan intra thorax pada
pemberian ventilasi mekanik dengan tekanan tinggi.

3. Sistem saraf pusat


a) Vasokonstriksi cerebral
b) Terjadi karena penurunan tekanan CO2 arteri (PaCO2)
dibawah normal akibat dari hiperventilasi.
c) Oedema cerebral
Terjadi karena peningkatan tekanan CO2 arteri diatas normal
akibat dari hipoventilasi.
 Peningkatan tekanan intra kranial
 Gangguan kesadaran
 Gangguan tidur.
4. Sistem gastrointestinal
 Distensi lambung, illeus
 Perdarahan lambung.
 Gangguan psikologi

 Kolaps dari sistem kardiovaskular: Biasanya terjadi pada awal pemakaian ventilasi mekanik dengan

tekanan positif. Penyebabnya adalah efek depresi dari obat sedasi, hambatan pada daya dorong torak

yang akan mengakibatkan peningkatan venous return ,tamponade ventrikel kiri akibat tekanan intra

torak yang positif. Tinggi nya tekanan inflasi dan PEEP akan memperberat keadaan. Perburukan akan

terjadi pada penderita yang hipovolumia, sepsis atau syok kardiogenik.

 Ketidak seimbangan asam basa: Asidosis respiratoris atau alkalosis sangat mungkin terjadi bila

minute volume tidak tercapai. Hiperventilasi yang berkepanjangan akan menyebabkan penurunan

kapasitas sistem bufer di CSF ; sehingga pada saat proses penyapihan setiap kenaikan PaCO2 akan

menyebabkan penurunan pH di CSF yang besar dan tak terprediksi. Penderita tampak semakin sesak.

 Atropi otot pernafasan: Cara kerja ventilator yang memang dl buat untuk mengurangi beban

kerja otot pernafasan akan menyebabkan disuse athropy. Dan akan menyebabkan proses

penyapihan menjadi lebih sulit.

 Barotruama pada paru: Pemaparan pada paru dengan tekanan puncak (peak airway pressure ) > 35 -

40cm H2O akan meningkatkan risiko pneumotorak. Kerusakan ini disebabkan oleh karena shears

forces yang terjadi bila alveolus yang kolaps berulang kali mengembang kembali (reinflated) saat

inspirasi. Disini PEEP dapat membantu mengurangi kerusakan tersebut dengan menjaga supaya

alveolus tetap terbuka selama siklus pernafasan .

 Ventilator lung : Regangan lama dan berkepanjangan pada paru dengan volume tidal yang tinggi

akan menyebabkan kerusakan paru

 Komplikasi dari intubasi endotrakea:

 Kerusakan laring dan faring terjadi bila ETT terpasang selama > 3 minggu. Pemasangan
ETT akan menyebabkan kebersihan rongga mulut tidak dapat terjaga dengan memadai

sehingga terjadi mikro aspirasi dari cairan faring yang infeksius; ini akan mengakibatkan

infeksi nosokomial. Sering kali dl perlukan pemberian obat sedasi untuk mempermudah

proses intubasi (terutama melalui oral).

 Intubasi melalui nasotrakea membawa risiko sinusitis

G. SETTING VENTILATOR MEKANIK


a.       Setting ventilator meliputi:

 Mode ventilator
 CR/CMV/IPPV (Controlled Respiration/Controlled Mandatory
Ventilation/Intermitten Positive Pressure Ventilation)
 SIMV (Syncronized Intermitten Mandatory Ventilation)
 ASB/PS (Assisted Spontaneus Breathing/Pressure Suport)
 CPAP (Continous Possitive Air Presure)
 FiO2: Prosentase oksigen yang diberikan
 PEEP: Positive End Expiratory Pressure
 Frekwensi nafas
b.      Gerakan nafas apakah sesuai dengan irama ventilator

c.       Expansi dada kanan dan kiri apakah simetris atau tidak

d.      Suara nafas: adalah ronkhi, whezing, penurunan suara nafas

e.       Adakah gerakan cuping hidung dan penggunaan otot bantu tambahan

f.        Sekret: jumlah, konsistensi, warna dan bau

g.       Humidifier: kehangatan dan batas aqua

h.       Tubing/circuit ventilator: adakah kebocoran tertekuk atau terlepas

i.         Hasil analisa gas darah terakhir/saturasi oksigen


j.        Hasil foto thorax terakhir

H. WEANING VENTILATOR MEKANIK


Weaning (menyapih) ventilasi mekanik

 Pasen yang mendapatkan ventilasi mekanik dalam waktu singkat misalnya setelah operasi besar

sering kali dapat disapih dengan cepat seperti yang dilakukan diruangan operasi yaitu mengakhiri

sedasi, kemudian dengan cepat memakai T-piece lalu diekstubasi.


 Kondisi ini berbeda sekali dengan pasen sakit kritis yang kadang dalam proses penyapihan

ventilator mengalami hambatan.

 Perubahan kondisi pasen dari hari kehari pada masa pemulihan fungsi organ pernafasan sering kali

secara temporer membutuhkan bantuan ventilasi mekanik kembali.

Pengukuran fungsi sistem pernafasan sehubungan dengan keberhasilan proses penyapihan dari ventilasi

mekanik adalah:

1. Volume tidal > 5 ml/kg

2. Kapasitas vital > 10-15 ml/ kg

3. Fungsional Residual Capacity >50 % nilai prediksi

4. Kekuatan inspirasi maksimal > -25 cmH2O

5. Laju nafas < 30x/ menit

6. Minute Volume < 10 L/ menit

7. 7. PH > 7,3

8. Peningkatan PaCO2 pada respirasi spontan < 1,5 kPa

9. PaO2 > 8 kPa pada kadar oksigen < = 40 %.

Yang paling penting pada penilaian ini adalah keberhasilan pertukaran gas. Oleh karena itu

penilaian klinis menjadi sangat penting dan dapat memberikan petunjuk adanya kegagalan

pernafasan yang memerlukan bantuan ventilasi.

Faktor-faktor yang berhubungan denga kesulitan saat menyapih dari ventilator mekanik adalah :

1.Kelainan patologi primer yang menetap.

2. Gagal ginjal atau kardiovaskular yang tidak dapat diobati

3.Malnutrisi

4.Sepsis atau pireksia (peningkatan kebutuhan metabolik).


5. Kelebihan cairan

6.Residual dari zat sedatif

7.Ketidakseimbangan elektrolit (terutama Ca, Mg, K, PO4)

8.Anemia

9.Nyeri

10. Distensi abdommen

Pada weaning, bantuan ventilator diturunkan secara perlahan mnggunakan beberapa strategi

ventilasi yang dapat berbeda dengan yang telah disebutkan diatas. Contoh nya seperti di bawah

ini :

1. Controlled ventilator dengan atau tanpa PEEP, dilanjutkan dengan

2.SIMV + Pressure Support dengan atau tanpa PEEP, dilanjutkan dengan

3. Pressure support dengan atau tanpa PEEP, dilanjutkan dengan

8. CPAP
Tracheostomi merupakan salah cara proses penyapihan , terutama pada pasien yang telah lama

sakit.

Keuntungan tracheostomi adalah:

 Mengurangi kebutuhan zat sedatif. Kebanyakan pasien yang ditracheostomi membutuhkan hanya

sedikit atau tidak sama sekali sedatif dibandingkan dengan pemasangan ETT (karena lebih

mengakibatkan stimulasi).

 Karena penderita menjadi lebih tenang maka metabolisme menjadi lebih efisien dan nutrisi lebih

mudah diperbaiki

 Memperbaiki oropharingeal toilet sehingga dapat mengurangi kejadian infeksi nosokomial.

 Mengurangi resistensi jalan nafas.

 Mempermudah pengeluaran sekret dari saluran nafas bagian bawah.

 Memberikan kemudahan dalam mengganti sistem bantuan pernafasan(misalnya penderita


perlu ventilator lagi).

I. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN VENTILATOR


MEKANIK
J. MONITORING PASIEN DENGAN VENTILATOR MEKANIK
K. ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN PASIEN
VENTILATOR MEKANIK
.       Pengkajian

Hal-hal yang perlu dikaji pada psien yang mendapat nafas buatan dengan ventilator adalah:

1.      Biodata

Meliputi nama, umur, pendidikan, pekerjaan, suku bangsa, agama, alamt, dll.

Pengkajian ini penting dilakukan untuk mengetahui latar belakang status sosial ekonomi,
adat kebudayaan dan keyakinan spritual pasien, sehingga mempermudah dalam
berkomunikasi dan menentukan tindakan keperawatan yang sesuai.

2.      Riwayat penyakit/riwayat keperawatan

Informasi mengenai latar belakang dan riwayat penyakit yang sekarang dapat diperoleh
melalui oranglain (keluarga, tim medis lain) karena kondisi pasien yang dapat bentuan
ventilator tidak mungkin untuk memberikan data secara detail. Pengkajian ini ditujukan
untuk mengetahui kemungkinan penyebab atau faktor pencetus terjadinya gagal
nafas/dipasangnya ventilator.

3.      Keluhan

Untuk mengkaji keluhan pasien dalam keadaan sadar baik, bisa dilakukan dengan cara
pasien diberi alat tulis untuk menyampaikan keluhannya. Keluhan pasien yang perlu dikaji
adalah rasa sesak nafas, nafas terasa berat, kelelahan dan ketidaknyamanan.
B. 1. Sistem pernafasan

a.       Setting ventilator meliputi:

 Mode ventilator
 CR/CMV/IPPV (Controlled Respiration/Controlled Mandatory Ventilation/Intermitten
Positive Pressure Ventilation)
 SIMV (Syncronized Intermitten Mandatory Ventilation)
 ASB/PS (Assisted Spontaneus Breathing/Pressure Suport)
 CPAP (Continous Possitive Air Presure)
 FiO2: Prosentase oksigen yang diberikan
 PEEP: Positive End Expiratory Pressure
 Frekwensi nafas
b.      Gerakan nafas apakah sesuai dengan irama ventilator

c.       Expansi dada kanan dan kiri apakah simetris atau tidak

d.      Suara nafas: adalah ronkhi, whezing, penurunan suara nafas

e.       Adakah gerakan cuping hidung dan penggunaan otot bantu tambahan

f.        Sekret: jumlah, konsistensi, warna dan bau

g.       Humidifier: kehangatan dan batas aqua

h.       Tubing/circuit ventilator: adakah kebocoran tertekuk atau terlepas

i.         Hasil analisa gas darah terakhir/saturasi oksigen

j.        Hasil foto thorax terakhir

B. 2. Sistem kardiovaskuler

Penkajian kardiovaskuler dilakukan untuk mengetahui  adanmya gangguan hemodinamik


yang diakibatkan setting ventilator (PEEP terlalu tinggi) atau disebabkan karena hipoksia.
Pengkajian meliputi tekanan darah, nadi, irama jantung, perfusi, adakah sianosis dan banyak
mengeluarkan keringat.
B. 3. Sistem neurologi

Pengkajian meliputi tingkat kesadaran, adalah nyeri kepala, rasa ngantuk, gelisah dan
kekacauan mental.

B. 4. Sistem urogenital

Adakah penurunan produksi urine (berkurangnya produksi urine menunjukkan adanya


gangguan perfusi ginjal)

B. 5. Status cairan dan nutrisi

Status cairan dan nutrisi penting dikaji karena bila ada gangguan status nutrisi dn cairan
akan memperberat keadaan. Seperti cairan yang berlebihan dan albumin yang rendah akan
memperberat oedema paru.

4.      Status psycososial

Pasien yang dirawat di ICU dan dipasang ventilator sering mengalami depresi mental lyang
dimanifestasikan berupa kebingungan, gangguan orientasi, merasa terisolasi, kecemasan
dan ketakutan akan kematian.

Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang sering terjadi pada pasien yang mendapat bantuan nafas
mekanik/dipasang ventilator diantaranya adalah:
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan mucus berlebihan
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi
perfusi
c. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan keletihan otot pernapasan
2.2.3 Perencanaan
1. Diagnosa Keperawatan
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas (00031) berhubungan dengan mukus
berlebihan.
Tujuan: Meningkatkan dan mempertahankan status pernafasan: kepatenan jalan
nafas (0410)
ANALISA DATA NOC NIC
DO: Dalam waktu 3x24 jam Manajemen jalan nafas
- Dyspnea diharapkan masalah (3140)
- Gelisah pernafasan dapat teratasi 1. Posisikan pasien
- Adanya suara dengan kriteria hasil: untuk
nafas tambahan 1. Frekuensi memaksimalkan
- Sputum dalam pernafasan dalam ventilasi
jumlah batas normal 2. Auskultasi duara
berlebihan (041004) nafas, catat area
- Mata terbuka 2. Irama pernafasan yang ventilasinya
lebar dalam batas normal menurun dan
(041005) adanya suara nafas
3. Dipsnea saat tambahan
istirahat tidak ada 3. Lakukan
(0410016) penyedotan
4. Suara nafas melalui endotrakea
tambahan tidak ada atau nasotrakea,
(041007) sebagaimana
5. Penggunaan otot mestinya
bantu moninafas 4. Posisikan untuk
tidak ada (041018) meringankan sesak
nafas
5. Monitor status
pernafasan dan
oksigenasi

2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan pertukaran gas berhubungan (00030) dengan ketidakseimbangan
ventilasi perfusi
Tujuan: mempertahankan status pernafasan: pertukaran gas (0402)
ANALISA DATA NOC NIC
DO: Dalam waktu 3x24 jam Monitor Pernafasan
- Gelisah diharapkan masalah status (3350)
- Dyspnea pernafasan: pertukaran gas 1. Monitor suara
- Gas darah arteri dapat teratasi dengan nafas tambahan
abnormal kriteria hasil: seperti ngorok
- Hipoksia 1. Tekanan parsial atau mengi
- Warna kulit oksigen di darah 2. Monitor saturasi
abnormal arteri (PaO2) dalam oksigen (mis:
- Somnolen batas normal SaO2, SpO2)
- Takikardi (040208) 3. Auskultasi suara
2. Tekanan parsial nafas, catat area
karbondioksida di dimana terjadi
darah arteri (PaCO2) penurunan atau
dalam batas normal tidak adanya
(040209) ventilasi dan
3. PH arteri normal keberadaan suara
(040210) nafas tambahan
4. Saturasi oksigen 4. Catat perubahan
normal (040211) pada saturasi O2
5. Keseimbangan dan volume tidal
perfusi dalam batas akhir CO2, dan
normal (040214) perubahan nilai
analisa darah
5. Monitor sekresi
pernafasan

3. Diagnosa Keperawatan
Gangguan ventilasi spontan (000033) berhubungan dengan keletihan otot
pernapasan
Tujuan: mempertahankan status pernafasan: ventilasi
ANALISA DATA NOC NIC
DO: Dalam waktu 3x24 jam Bantuan ventilasi
 Dyspnea diharapkan masalah (3390)
 Penurunan pernafasan dapat teratasi 1. Pertahankan
SaO2 dengan kriteria hasil: kepatenan jalan
 Penurunan 1. Penggunaan otot nafas
PO2 bantu nafas tidak 2. Posisikan untuk

 Gelisah ada memfasilitasi


2. Volume tidal pencocokan
dalam batas normal ventilasi
3. Kedalaman 3. Posisikan untuk
inspirasi dalam meminimalkan
batas normal upaya bernafas
4. Retraksi dinding 4. Monitor
dada tidak ada kelelahan otot
pernafasan

L. DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer SC, Bare BG. (1996). Brunner & Suddart’s textbook of medical-surgical
nursing. (8th ed). Philadelphia: Lippincott-Raven Publishers.
Rab T. (1998). Agenda Gawat Darurat. (ed 1). Bandung: Penerbit Alumni.
Wirjoatmodjo K. (2000). Anestesiologi dan Reanimasi: Modul dasar untuk
Pendidikan S1 Kedokteran. Jakarta: DIKTI.

Anda mungkin juga menyukai