KEPERAWATAN ICU
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
KELOMPOK III
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “PERAN PERAWAT DALAM
TELENURSING DALAM PELAYANAN KEPERAWATAN ICU ” dengan baik dan
tepat pada waktunya. Dalam penyusunan makalah ini mungkin ada hambatan, namun
berkat bantuan serta dukungan dari teman-teman. Sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik.
Dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat membantu proses pembelajaran dan
dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca. Kami juga mengucapkan terimakasih
kepada semua pihak, atas bantuan serta dukungan dan doa nya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca makalah
ini dan dapat mengetahui tentang “Peran perawat dalam telenursing dalam pelayanan
keperawatan icu . Kami mohon maaf apabila makalah ini mempunyai banyak
kekurangan, karena keterbatasan penulis yang masih dalam tahap pembelajaran. Oleh
karena itu, kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun, sangat diharapkan
oleh kami dalam pembuatan makalah selanjutnya. Semoga makalah sederhana ini
bermanfaat bagi pembaca maupun kami.
Penulis
DAFTAR ISI
i
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................3
1.3 Tujuan.................................................................................................................3
BAB II KONSEP PUSTAKA.................................................................................4
3.1 Kesimpulan........................................................................................................15
3.2 Saran .................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................17
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pelayanan keperawatan ICU terus menerus berkembang diiringi dengan teknologi
dibidang perawatan intensif. Pelayanan keperawatan ICU merupakan pelayanan
keperawatan yang diberikan kepada pasien di ruang perawatan intensif dengan
perawatan yang kompleks kepada pasien yang memiliki kondisi kritis
Perawatan yang kompleks membutuhkan tenaga kesehatan yang mempunyai
kemampuan terlatih dan kompetensi yang bagus di bidang critical care. Pengelolaan
pelayanan isu dilakukan secara khusus dengan mengutamakan keselamatan pasien
(patient safety) untuk menurunkan angka kecacatan dan kematian. Data perawatan
ruang ICU di Amerika Serikat menunjukkan bahwa setiap tahun lebih dari 5 juta pasien
dirawat diruang ICU. Kondisi Pasien biasanya dari yang paling lemah sampai dengan
paling sakit, dan ICU memiliki angka kematian yang cenderung tinggi. Selain itu,
rumah sakit Amerika Serikat memberlakukan jasa untuk perawatan unit intensif yang
sangat mahal, yang mewakili sekitar 30% dari biaya rumah sakit. Jumlah dan kondisi
pasien yang banyak berdampak terhadap permintaan tenaga kesehatan dengan kualitas
dan dan yang bagus sehingga mampu memberikan pelayanan kesehatan yang seimbang
dengan rasio pasien.
Permasalahan yang terjadi di Indonesia tidak jauh seimbang dengan Amerika
Serikat. Kondisi pasien saat itu juga memiliki mortalitas yang tinggi di Indonesia
banyak disebabkan oleh beberapa faktor di antaranya pelayanan kesehatan yang
diberikan, pengobatan yang tidak tepat, penyakit pasien yang mengalami komplikasi
dan fasilitas di ruang ICU. Penyebaran tenaga perawat dan dokter yang berkualitas tidak
merata di seluruh Indonesia sehingga kualitas peralatan di ICU bervariasi.Hasil evaluasi
18 rumah sakit di 9 provinsi pusat regional tahun 2007, didapatkan hasil bahwa 77%
rasio perawat dengan pasien tidak sesuai dan 58% perawat ICU yang belum
mendapatkan pelatihan. Terbatasnya jumlah tenaga kesehatan berkualitas sehingga
1
pasien-pasien dengan kondisi Kompleks diharuskan untuk dirujuk ke rumah sakit
bertipe yang lebih tinggi. Selain itu, kondisi geografis negara Indonesia berbentuk
kepulauan membuat hambatan tersebut semakin berat. Pentingnya sebuah inovasi dalam
pelayanan Icu untuk mengurangi angka kematian pasien di ruang ICU.
Penggunaan tele-ICU mempunyai peluang untuk membantu menurunkan angka
mortalitas pasien di ICU yang disebabkan oleh kurangnya tenaga kesehatan yang
berkualitas di RS tersebut. Tele-ICU adalah suatu teknologi yang dirancang untuk
menghubungkan pasien dengan tenaga kesehatan di ruang ICU dari jarak jauh yang
terdiri dari sistem peringatan dan alat kesehatan. Komponen utama dalam tele-ICU
menggunakan video berkualitas surveil. Komponen utama dalam tele-ICU
menggunakan video berkualitas tinggi dan audio yang bagus untuk bisa berinteraksi
dengan pasien. Internet juga sangat diperlukan dalam tele-ICU mampu memberikan
data kepada dokter spesialis yang berada diluar ICU. Tele-ICU telah banyak
dimanfaatkan oleh negara maju. Pertama kali tele-ICU telah digunakan dari tahun 2000
di amerika serikat. Namun, pemanfaatan tele-ICU belum berkembang di indonesia.
Pemanfaatan tele-ICU bisa diterapkan di Indonesia dengan melaksanakan manajemen
perencanaan, penyelia, pengarahan dan pengontrolan yang tepat (POSAC).
Literatur tentang tele-ICU yang urang di Indonesia membuat penulis termotivasi
untuk melakukan literatur tentang pemanfaatan tele-icu dalam keperawatan demi
mencapai pelayanan berkualitas sehingga akan memberikan gambaran tentang
pemanfaatan tele-icu. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengeksplorasi
pemanfaatan tele-ICU untuk keperawatan dan pelayanan berkualitas.
2
2. Apa saja peralatan tele-ICU ?
3. Bagaimana desain pekaksanaan tele-ICU ?
4. Bagaimana peran perawat tele-ICU ?
5. Apa saja kelebihan dan kekurangan tele-ICU ?
6. Apa saja riset dan artikel tentang tele-ICU ?
1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian tele-ICU
2. Untuk mengetahui peralatan tele-ICU
3. Untuk mengetahui bagaimana desain pelaksanaantele-ICU
4. Untuk mengetahui bagaimana peran perawattele-ICU
5. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan tele-ICU
6. Untuk mengetahui riset dan artikel tentang tele-ICU
BAB II
KONSEP PUSTAKA
2.1 Pengertian Tele-ICU
3
Definisi dari tele mengandung berbagai makna seperti tele-helath, tele-nurisng, atau
tele-medicine, tetapi secara konsep sama. tele-medicine didefinisikan sebagai
seperangkat peralatan yang digunakan untuk informasi medis via komunikasi elektronik
untuk meningkatkan status kesehatan dan bukan merupakan suatu pendekatan perawat
pasien (Goran, 2010). Tele-health merupakan tehnologi yang menggunakan peralatan
komunikasi yang dikembangkan secara ahli di bidang medis, kualitas tinggi,
komunikasi audiovisual dua arah yang memungkinkan anatara provider dan pasien
(Pickett etall, 2007). Tele-nuring digambarkan sebagai penggunaan tehnologi
komunikasi oleh perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan untuk
meningkatkan status kesehatan pasien (Ernesater A. Et all, 2009).
Tele-ICU merupakan suatu second-eye yang mendukung kelangsungan klinis. Tele-
ICU dengan kolaborasi tim perawat ICU (baik perawat maupun dokter) akan
mendukungn perawat tanpa distraksi dan mampu melakukan intervensi dimana hitungan
menit akan membawa perubahan. Tujuan sistem ini tidak menggantikan perawat klinnis
yang bertugas disisi pasien (bedside-team) terapi untuk meningkatkan standarisasi
asuhan keperawatan.
Gorn (2010) menjelaskan bahwa desain tele-ICU merupakan implikasi dari tele-
medicine technology dalam perawatan pasien ICU. Platfrom tehnologi terdisi dari
berbagai vendor, komponen hardware yang spesifik dan sofware serta gabungan antara
tele-ICU dan tim perawatan. Tim Tele-ICU membutuhkan akses yang sama frngan tim
perawatan untuk berbagai elemen data yang berhubungan dengan pasien (seperti: tanda
vital, hasil laboratorium, radiolgi, terapi dan advise) untuk mendapatkan status pasien
yang akurat dan identifikasi yang aktual maupun potensial berkaitan dengan issu-issu
perawatan pasien.
4
virtual. Komponen tehnik tele-ICU menurut Goran (2010) terdiri dari: bedside
waveform alert system, peralatan audio/video, clinical information, dan network..
1. Bedside waveform merupakan monitor sentral ICU yang menampilkan data pada
bedside monitor. Tele-ICU memungkinkan untuk merubah atau mereset
berbagai parameter alaram bedside
2. Alert System adalah tele-ICU software yang disediakan yang mendukung
kelangsungan dan automatisasi peralatan untuk membantu mengatur identifikasi
perubahan berdasarkan respon pasien terhadap kondisinya. Sistem ini
merupakan mesin untuk mengevaluasi bedside monitor, laboratorium, medikasi,
dan data lain, dimana dimasukkan pada software sistem informasi klinis untuk
memberikan tanda diberikutnya intervensi segera dan setiap pasien memiliki
sistem yang individualikstik (berbeda)
3. Peralatan Audio/Video berperan sebagai mata dan telinga tim tele-ICU. Kamera
dengan resolusi tinggi didukung speaker memungkinkan tim tele-ICU dapat
berkomunikasi dengan perawat dan memberikan saran setelah melihat tindakan,
kondisi pasien, dan diskusi dengan pasien maupun perawat.
4. Clinical Informasi merupakan status pasien hasil dari pengkajian yang sesuai
standar yang telah ditetapkan. Network merupakan sarana transmisi dari semua
informasi yang ada di ICU
5
menggantikan perawat klinis yang bertugas disisi pasien (bedside team) tetapi untuk
meningkatkan standarisasi asuhan keperawatan.
Goran (2010) menjelaskan bahwa desain tele ICU merupakan implikasi dari
telemedicine technology dalam perawatan pasien ICU. Platfrom tehnologi terdiri dari
berbagai vendor, komponen handware yang spesifik dan sofware serta gabungan antara
tele-ICU dan tim perawat. Tim tele-ICU membutuhkan akses yang sama dengan tim
perawatan untuk berbagai elemen data yang berhubungan dengan pasien (seperti: tanda
vital, hasil laboratorium, radiologi, terapi, dan advise) untuk mendapatkan status pasien
yang akurat dan identifikasi yang aktual maupun potensial berkaitan dengan issu-issu
perawatan pasien.
1. Sophisticated AlertSystem memberitakan perubahan kondisi pasien dengan
tujuan memberikan intervensi dan tindakan preventif sesegera mungkin dalam
menghadapi periode kritis pasien. Karema resolusi tinggi, mikropon, dan
speaker dipasang pada setiap ruangan ICU pasien (gambar 1), penyediaan tele
ICU 1 arah atau 2 arah yang memiliki kemampuan mengkaji secara video/audio
dan komunikasi secara bedside dengan tim perawatan.
2. VISICU vendor (gambar 2) digunakan pada ruangan merupakan tombol yang
bertujuan untuk aktivasi tele-ICU apabila diinginkan oleh tim perawatan.
Tehnologi Tele-ICU bersifat komplek dengan desain yang bertujuan
meningkakan efektifitas dan efisiensi.
Gambar 1: Sophistic Alert System dan VISICU Vendor
6
Gambar 3 : Workstation tele-ICU
Tehnologi tele-ICU bersifat relatif dari satu sistem terhadap sistem lain, program
staffing diperlukan untuk kebutuhan rumah sakit menjalankan sistem yang
membutuhkan sumber daya. Typical tele-ICU beroprasi selama 24 jam setiap hari, 7
hari dalam seminggu dan staff intensive care bisa membutuhkan kontak dengan
intensitivist selama 15-20 jam setiap hari. Beberapa program intensitivist hanya aktif
bekerja saat dokter tidak ada walaupun on-call. Replacement of Tele-ICU Registered
nurses (eRNs) merupakan level menengah seperti praktisi perawat atau asisten dokter
adalah pilihan/pendapat lain dari model (VISICU operation director, orall
communication, monthly teleconfrence).
Rata-rata rasio adalah 60 sampai 125 pasien untuk 1 tele-intensivist (dokter), 30-40
pasien untuk 1 eRNs, dan 50 sampai 125 pasien untuk clerical assistant (Goran, 2010).
7
Kolektoof tele-ICU meningkatkan pengalaman dimana pola harus didefinisikan dengan
spesifikasi untuk efisiensi model dan proses.
8
dedikasi dan pembagian posis. Pembagian posisi staff dimana staff posisi kedua
dalam tele-ICU dan posisi utaman di ICU; sedangkan dedikasi hanya bekerja di
tele-ICU.
9
2007). Ronde yang dimaksud bersifat virtual ronde yangdilakukan secara rutin dengan
melibatkan dokter dan perawat eRN denganfrekuensi tergantung kebutuhan pasien.
Kamera digunakan selama 30 menit untuk pengkajian tele-ICU yang dimulai diawal
shift atas permintaan tim ICU untukmengidentifikasi perubahan kondisi pasien. Status
pasien meliputi : tanda vita – 4jam terakhir, konfigurasiwaveformpasien berkaitan
dengan alarm, hasillaboratorium terbaru, dokumentasi keperawatan, advise medis,
rencana perawatanterbaru, serta pemeriksaan penunjang lain seperti radiologi dan
diagnostik.
10
yang diberikan serta meningkatkan mutu pelayanan perawatan di rumah (home
care).
i. Meningkatkan rasa aman (safety) perawat dan klien, karena
denganditerapkannya tele-ICU semakin meningkatkan kepuasan pasien
dankeluarga dan meningkatkan kepatuhan. Tele-ICU telah menyediakansarana
bagi konsumen untuk memanggil perawat agar mendapatkan sarankesehatan.
seorang perawat dengan pelatihan khusus dapat menawarkan pendidikan dan
dukungan, sehingga ini bermanfaat karena klienmembutuhkan dukungan yang
tidak mungkin didapatkan dengan kontaklangsung.
2. Kekurangan dan hambatan dalam tele-ICU
Menurut Amy Peck (2005) ada tiga ketegori dasar hambatan dalamtele-ICU
meliputi: perilaku, legislatif, dan teknologi.
a. Hambatan perilaku, ada ketakutan bahwa perawat akan mendelegasikantugas ke
mesin. Pada awalnya perawat akan resisten terhadap tele-ICUakibat kurangnya
penguasaan terhadap teknologi informasi dan teknologitelekomunikasi. Namun
dengan adanya pelatihan dan adanya supportsystem, perawat bisa merasakan
manfaat tele-ICU untuk dirinya dan pasien.
b. Legislasi, tele-ICU muncul sebagai issue kebijakan public secara mayor, belum
adanya kepastian lisensi tentang tele-ICU.
c. Secara teknologi,Elektronik Health Record (EHR)dan standar datamendukung
perkembangan telenursing. TanpaEHRtele-ICUtidak bisa bekerja. Ketersediaan
system penyimpanan data pasien kapanpun dandimanapun provider
membutuhkannya.Sumber lain menyebutkan, antara lain:
Tidak adanya interaksi langsung perawat dengan klien yang akanmengurangi
kualitas pelayanan kesehatan. Kekawatiran ini muncul karenaanggapan bahwa
kontak langsung dengan pasien sangat penting terutamauntuk dukungan
emosional dan sentuhan terapeutik.
Kemungkinan kegagalan teknologi seperti gangguan koneksi internet
atauterputusnya hubungan komunikasi akibat gangguan cuaca dan
11
lainsebagainya sehingga menggangu aktifitas pelayanan yang sedang
berjalan,selain itu juga meningkatkan risiko terhadap keamanan dan
kerahasiaanndokumen klien.
12
menemukan solusi,dan pemahaman melalui tele-ICU, serta belajar bagaimana
bersama tim dapatmeningkatkan perawatan pasien.
3. Tele-ICU bermanfaat dalam pencapaian pelayanan berkualitas oleh
IchsanRizany, Rr. Tutik Sri Hariyati (Program Studi Magister Ilmu
Keperawatan,Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia). Dalam
penelitian ini peneliti berpendapat kejadian mortalitas di ruang ICU masih
tinggi. Pasienkritis membutuhkan perawatan kompleks sehingga membutuhkan
perawatterlatih dan kompeten tetapi penyebaran tenaga masih menjadi
kendala.Pemanfaatan tele-ICU berpeluang untuk menurunkan mortalitas
pasien.Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengeksplorasi pemanfaatan
Tele-ICU. Metode yang digunakan adalah literatur review. Literatur
mengunakandari tahun 2010–2017 meliputi jurnal dan artikel. Tele-ICU
merupakanfasilitas tehnologi yang memberikan interaksi jarak jauh oleh
tenagakesehatan untuk mendapatkan data dan kondisi pasien ICU langsung
darisamping tempat tidur. Komunikasi dalam tele-ICU dilakukan
melaluitehnologi audio dan video di samping tempat tidur pasien. Tele-
ICUmemberikan manfaat kepada pasien, perawat dan dokter. Pemanfaatan tele-
ICU mempunyai peran penting dalam mengoptimalkan kualitas
pelayanankeperawatan yang diterima oleh pasien sesuai dengan pengaturan dan
tujuanyang tepat. Pemanfaatan tele-ICU perlu mendapat dukungan dari top
manajer.Manajer harus melakukan manajemen POSAC yang tepat untuk
membanguntele-ICU.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tujuan dari tele-ICU bukan untuk menggantikan peran perawat ICU tetapi lebih pada
peningkatan standarisasi berbasis patient patientsafety. Tele-ICU berperan sebagai
second-eyedan second second opinion opinion untuk mempercepa tpemberian asuhan
keperawatan diICU. Tele-ICU meningkatkan peran perawat bagi profesi perawat
maupun profesi lain sebagai bagian dari kolaborasi.
Tele-ICU merupakan tehnologi baru dan belum ditemukan penelitian untuk
memperkuat penggunaanya di ICU, sehingga diperlukan penelitian tele- ICU yang
14
berkaitan dengan aspek keterampilan klinis dan manajemen dalam pelayanan
keperawatan.
Konsep tele-ICU memperluas tim perawatan untuk tidak mengontrol atau
mengganggu, tetapi untuk mendukung dan meningkatkan perawatan saat ini. Sangat
penting untuk pasien sakit kritis dan keluarga mereka bahwa ICU dan tele-ICU tim terus
berbagi pengalaman, bekerja sama untuk mencari solusi,membangun rasa hormat dan
pemahaman tentang peran tele-ICU, dan belajar bagaimana bersama-sama tim dapat
meningkatkan perawatan pasien.
3.2 Saran
1. Bagi RSU
Hendaknya melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan pelayanan kesehatan
khususnya pada ruang pelayanan keperawatan kritis dan intensive seperti ICU,
dengan penambahan jumlah tenaga kesehatan serta perbaruan metode pelayanan
ataupun peningkatan metode pelayanan seperti pelaksanaan pelayanan tele-ICU.
2. Bagi Mahasiswa dan Peneliti Bagi mahasiswa ataupun peneliti hendaknya dapat
melakukan penelitian-penelitian ataupun membaca banyakli teratur tentang tele-
ICU yang akan sanga tpenting untuk menyediakan bukti yang diperlukan untuk
pengembangan standar keperawatan tele-ICU.
15
DAFTAR PUSTAKA
Nurhasanah.2017.TeleIcu.https://id.scribd.com/document/365459521/Tele-ICU-docx.
Rizany,Ichsan,TutikSriHariyati.2017.Tele-IcuBermanfaatDalamPencapaianPelayanan
Berkualitas.ProgramStudiMagisterIlmuKeperawatan,FakultasIlmuKeperawatan,Univers
itasIndonesia.Depok.
16