Anda di halaman 1dari 23

FILSAFAT MODERN

MAKALAH

DisusunGunaMemenuhiTugas:

Mata Kuliah :Pengantar Filsafat

DosenPengampu :M. Achwan Baharuddin, M. Hum

oleh:

1. Aris Riyanto NIM. 2022116114


2. Hafidzah Dienillah NIM. 2022116108
3. Ika Himatul Fitriyah NIM. 2022116107
4. M. Mahin NIM. 2022116094

Kelas: C

JURUSAN TARBIYAH / PBA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

PEKALONGAN

2016

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala
limpahan rahmat dan hidayah-Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini sebagai tugas mata kuliah Pengantar Filsafat yang berjudul ”FILSAFAT
MODERN”.

Kami telah menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya dan semaksimal


mungkin. Namun tentunya sebagai manusia biasa tidak luput dari kesalahan dan
kekurangan. Harapan kami, semoga bisa menjadi koreksi di masa mendatang agar lebih
baik lagi dari sebelumnya.

Tak lupa ucapan terimakasih kami sampaikan kepada Dosen, atas dorongan dan
ilmu yang telah diberikan kepada kami. Sehingga kami dapat menyusun dan
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya dan insya Allah sesuai yang kami
harapkan. Dan kami ucapkan terimakasih pula kepada rekan-rekan dan semua pihak
yang terkait dalam penyusunan makalah ini.

Mudah-mudahan makalah ini bisa memberikan sumbang pemikiran sekaligus


pengetahuan bagi kita semuanya. Amin.

Pekalongan, 5 September 2016

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB 1 PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah iii


2. Rumusan Masalah iv
3. Metode Pemecahan Masalah v
4. Sistematika Penulisan Makalah v

BAB II PEMBAHASAN

1. Pengertian Rasionalisme 1
2. Tokoh-Tokoh Rasionalisme 3
3. Pengertian Empirisme 7
4. Tokoh-Tokoh Empirisme 9
5. Pengertian Positivisme 11
6. Tokoh-Tokoh Positivisme 12

BAB III PENUTUP

1. Kesimpulan 15
2. Saran 15

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masa modern menjadi identitas di dalam filsafat Modern. Pada masa ini
rasionalisme semakin dipikirkan.Tidak gampang untuk menentukan mulai dari kapan
Abad Pertengahan berhenti.Namun, dapat dikatakan bahwa Abad Pertengahan itu
berakhir pada abad 15 dan 16 atau pada akhir masa Renaissance. Masa setelah Abad
Pertengahan adalah masa Modern. Akan tetapi, ada hal-hal yang jelas menandai masa
Modern ini, yaitu berkembang pesat berbagai kehidupan manusia Barat, khususnya
dalam bidang kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan ekonomi. Dan usaha untuk
menghidupkan kembali kebudayaan klasik Yunani-Romawi. Di bidang Filsafat,
terdapat aliran yang terus mempertahankan masa Klasik. Aliran-aliran dari Kungfu dan
mazhab Stoa menjadi aliran-aliran yang terus dipertahankan. Pada masa Renaissance ini
tidak menghasilkan karya-karya yang penting.

Satu hal yang yang menjadi perhatian pada masa Renaissance adalah timbulnya
ilmu pengetahuan yang modern, berdasarkan metode eksperimental dan matematis.
Segala sesuatunya, khususnya di dalam bidang ilmu pengetahuan mengutamakan logika
dan empirisme.Pada masa Modern terjadi perkembangan yang pesat pada bidang
ekonomi. Hal ini terlihat dari kota-kota yang berkembang menjadi pusat perdagangan,
pertukaran barang, kegiatan ekonomi monoter, dan perbankan. Kaum kelas menengah
melakukan upaya untuk bangkit dari keterpurukan dengan mengembangkan suatu
kebebasan tertentu. Kebebasan ini berkaitan dengan syarat-syarat dasar kehidupan.
Segala macam barang kebutuhan bisa dibeli dengan uang. Makanisme pasar pun sudah
mulai mengambil peranan penting untuk menuntut manusia untuk rajin, cerdik, dan
cerdas.

iii
Dari sudut pandang sosio-ekonomi menjelaskan bahwa individu berhadapan dengan
tuntutan-tuntutan baru dan praktis yang harus dijawab berdasarkan kemampuan akal
budi yang mereka miliki. Kemampuan ini tanpa harus mengacu kepada otoritas lain,
entah itu dari kekuasaan gereja, tuntutan tuan tanah feodal, maupun ajaran muluk-muluk
dari para filsuf.

Argumentasi mereka pun tidak jarang yang bersifat kasar dan sinis, kadang tajam
dan pragmatis, ada juga yang sentimental. Sejarah filsafat pada masa modern ini dibagi
ke dalam tiga zaman atau periode, yaitu: zaman Renaissans (Renaissance), zaman
Pencerahan Budi (Aufklarung), dan zaman Romantik, khususnya periode Idealisme
Jerman.

Ada beberapa tokoh yang menjadi perintis yang membuka jalan baru menuju
perkembangan ilmiah yang modern. Mereka adalahRene Descartes, ia merupakan filsuf
yang paling terkenal pada masa filsafat modern ini. Rene Descartes (1596-1650)
diberikan gelar sebagai bapak filsafat modern. Dia adalah seorang filsuf Perancis.
Descartes belajar filsafat pada Kolese yang dipimpin Pater-pater Yesuit di desa La
Fleche. Descartes menulis sebuah buku yang terkenal, yaitu Discours de la method pada
tahun 1637.Bukunya tersebut berisi tentang uraian tentang metode perkembangan
intelektualnya. Dia dengan lantang menyatakan bahwa tidak merasa puas dengan
filsafat dan ilmu pengetahuan yang menjadi bahan pendidikannya. 1

1
https://id.wikipedia.org/wiki/Filsafat_modern#cite_note-Simon-2

iv
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut perlu kiranya merumuskan masalah sebagai


pijakan untukterfokusnya kajian filsafat modern ini. Adapun rumusan masalahnya
sebagai berikut.

1. Apa pengertian Rasionalisme dan siapa saja tokoh-tokohnya ?

2. Apa pengertian Empirisme dan siapa saja tokoh-tokohnya ?

3. Apa pengertian Positivisme dan siapa saja tokoh-tokohnya ?

C. Metode Pemecahan Masalah

Metode pemecahan masalah yang dilakukan melalui studi literature/metode kajian


pustaka, yaitu dengan menggunakan beberapa referensi buku atau dari referensi lainnya
yang merujuk pada permasalahn yang dibahas. Langkah-langkah pemecahan
masalahnya dimulai dengan menentukan masalah yang akan dibahas dengan melakukan
perumusan masalah, melakukan langkah-langkah pengkajian masalah, penentuan tujuan
dan sasaran, perumusan jawaban permasalahan dari berbagai sumber, dan penyintesisan
serta pengorganisasian jawaban permasalahan.

D. Sitematika Penulisan Makalah

Makalah ini ditulis dalam tiga bagian, meliputi: Bab I, bagian pendahuluan yang
terdiri dari: latar belakang masalah, perumusan masalah, metode pemecahan masalah,
dan sistematika penulisan makalah; Bab II, adalah pembahasan; Bab III, bagian penutup
yang terdiri dari simpulan dan saran-saran.

v
BAB II
PEMBAHASAN

A. RASIONALISME

1. Pengertian Rasionalisme

Secata etimilogis rasionalisme berasal dari kata bahasa inggris rationalism.Kata


dasarnya berasal dari bahasa latinratio yang berarti akal. Aliran ini dipandang sebagai
aliran yang berpegang pada prinsip bahwa akal harus diberi peranan utama dalam
penjelasan. Ia menekankan akal budi (rasio) sebagai sumber utama pengetahuan, dan
bebas (terlepas) dari pengamatan indrawi. Hanya pengetahuan yang diperoleh melalui
akal yang memenuhi syarat semua pengetahuan ilmiah.Pengalaman hanya dipakai untuk
mempertegas pengetahuan yang diperoleh akal.Akal tidak memerlukan
pengalaman.Akal dapat menurunkan kebenaran dari dirinya sendiri, yaitu atas dasar
asas-asas pertama yang pasti.Tetapi bukan berarti bahwa rasionalisme mengingkari nilai
yang didapat dari pengalaman, justru pengalaman adalah bagian dari perangsang
pikiran.Tetapi, kaum rasional percaya bahwa letak kebenaran dan kesesatan terdapat
dalam ide kita, bukannya didalam diri barang tertentu.

Rene Descrates , salah satu tokoh dalam aliran ini mengatakan bahwa seluruh
pengetahuan yang dimiliki manusia harus diragukan. Termasuk pengetahuan yang
dianggap paling pasti dan sederhana.Keraguan discartes inilah yang terdengar sebagai
keraguan metodes universal. Pengetahuan-pengetahuan yang harus dilakukan dalam hal
ini adalah berupa : segala sesuatu yang kita didapatkan didalam kesadaran kita sendiri
karena semuanya mungkin adalah hasil khayalan atau tipuan, dan segala sesuatu yang
hingga kini kita anggap sebagai benar dan pasti misalnya pengetahuan yang kerap
didapatkan melalui pengindraan, pengetahuan tentang adanya benda-benda, dan adanya
tubuh kita, pengetahuan tentang Tuhan, bahkan juga pengetahuan tentang ilmu pasti
yang paling sederhana.2

2
Nurani Soyomukti, Pengantar Filsafat Umum (Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2011), hlm.
158-169.

1
Lebih jauh, menurut Discartes, apa yang jernih dan terpilah-pilah itu tidak
mungkin berasal dari luar diri kita. Discartes memberi contoh lilin yang apabila
dipanaskan mencair dan berubah bentuknya.Apa yang membuat pemahaman kita bahwa
apa yang tampak sebelum dan sesudah mencair adalah lilin yang sama ?Mengapa
setelah penampakan berubah kita tetap mengatakan bahwa itu lilin ?

Jawaban Discartes adalah akal kita yang mampu menangkap ide secara jernih
dan gamblang tanpa terpengaruh oleh gejala-gejala yang ditampilkan lilin.Oleh karena
penampakan dari luar tidak dapat dipercaya seseorang mesti mencari kebenaran-
kebenaran dalam dirinya sendiri yang bersifat pasti.Ide-ide yang bersifat pasti
dipertentangkan dengan ide-ide yang berasal dari luar yang bersifat menyesatkan.3

3
Ibid., h. 159-160.

2
2. Tokoh-Tokoh Rasionalisme dan Pemikirannya

1. Rene Descartes dan Pemikirannya

Rene Descartes(1596-1650) adalah filsuf Perancis yang dijuluki “Bapak Filsafat


Modern”. Ia ahli dalam ilmu alam, ilmu hukum, dan ilmu kedokteran. Ia menyatakan,
bahwa ilmu pengetahuan harus satu, tanpa bandingannya, harus disusun oleh satu orang.
Ilmu pengetahuan harus mengikuti langkah ilmu pasti karena ilmu pasti dapat dijadikan
model cara mengenal secara dinamis.

Rene Descartes mempunyai keinginan yang besar untuk menciptakan pemikiran


yang baru-;po dan berdiri di atas metodenya sendiri. Descartes melihat bahwa filosof-
filosof sebelumnya hanya mengomentari pemikiran-pemikiran Plato dan Aristoteles
yang menurutnya sangat membingunkan. Semasa Descartes mempelajari filsafat Plato
dan Aristoteles, ia meragukan kebenaran pemikiran mereka, sehingga muncullah
keingginan yang kuat untuk menemukan sesuatu yang baru di dalam dunia filsafat.

Rene descartes adalah filosof yang mendirikan aliran rasionalisme .Rasionalisme


dapat didefinisikan sebagai paham yang menekankan pikiran sebagai sumber utama
pengetahuan. Rasionalisme menyatakan bahwa sumber pengetahuan manusia adalah
akal atau ide. Seperti ketika sebuah bulpen dicelupkan kedalam air, sekilas terlihat
bulpen tersebut bengkok, tetapi pada kenyataannya bulpen tersebut tidaklah bengkok,
atau seperti ketikamelihat matahari, hal yang terlihat bahwa seakan matahari yang
mengelilingi bumi padahalkenyataannya bumi lah yang mengelilingi matahari. Jadi, dari
dua contoh tersebut Descartes menarik kesimpulan bahwa indera sangatlah menipu dan
tidak bisa dijadikan sebagai alat satu-satunya dalam mencari kebenaran. Tetapi fungsi
akallah yang harus diutamakan.Dengan akal, kita bisa menganalisa dan membuktikan.
Dengan akal pula, kita menyingkap realita-realita ilmiah, karena dengan akal kita dapat
berfikiruntuk mencari hakikat sesuatu atau mencari kebenaran.4

4
Sari Masyitah, “ Rasionalisme dan tokoh-tokohnya serta pemikiran mereka”, diakses dari
file:///E:/FILSAFAT/cahaya%20cinta_%20Rasionalisme%20dan%20tokoh-
tokohnya%20serta%20pemikiran%20mereka,,,.html, pada tanggal 06 September 2016 pukul 21.00

3
Descartes melahirkan beberapa pemikirannya dengan metode keragu-raguan .
Descartes ingin mencapai kepastian. Jika orang ragu-ragu, tampaklah ia berfikir,
sehingga ia akan tampak dengan segera adanya sebab dari proses berfikir tersebut. Oleh
karena itu, dari metoda keraguan ini, muncullah kepastian tentang eksistensi dirinya.
Itulah yang kemudian dirumuskan dengan “cogito ergo sum”(karena saya berfikir, maka
saya ada).

Pemikirannya tersebut sangat terkenal bahkan sampai hari ini. Descartes seorang
filosof yang mampu mengembangkan pemikirannya secara luas dan tidak takut dicerca
oleh filosof yang lain. Terdapat dua filosof yang menganut pemikirannya, yaitu Spinoza
dan Leibniz.

2. Spinoza dan Pemikirannya

Spinoza dilahirkan pada tanggal 24 November tahun 1632 dan meninggal dunia
pada tanggal 21 Februari tahun 1677 M. Nama aslinya Baruch Spinoza. Setelah ia
mengucilkan diri dari agama yahudi, ia mengubah namanya menjadi Benedictus de
Spinoza.

Ia hidup di pinggiran kota Amsterdam. Spinoza merupakan keturunan dari agama


Yahudi. Menurutnya, banyak terdapat keraguan dalam agama yang dianutnya, sehingga
ia ingin melepaskan diri dari agamanya yaitu yahudi dan ia juga mengasingkan diri dan
jauh dari masyarakat. Spinoza adalah pengikut Rasionalisme Descartes, Ia memandang
sesuatu itu benar melalui akal. Seperti halnya Descartes yang menomor satukan akal
dan menepikan indera yang di anggapnya menyesatkan.

Selain Spinoza ada tokoh filofof lain yang mengikuti pemikiran Rene Descartes,
yaitu Leibniz. Tiga filosofi ini yaitu Descartes, Spinoza, dan Leibniz, biasanya
dikelompokkan ke dalam satu mazhab, yaitu rasionalisme.Spinoza adalah satu filsuf
istimewa yang tidak hanya percaya pada apa yang dikatakannya, tetapi juga bertindak
sesuai dengannya.5

5
Sari Masyitah, “Rasionalisme dan tokoh-tokohnya serta pemikiran mereka”, diakses dari
file:///E:/FILSAFAT/cahaya%20cinta_%20Rasionalisme%20dan%20tokoh-
tokohnya%20serta%20pemikiran%20mereka,,,.html, pada tanggal 06 September 2016 pukul 21.02

4
Bahkan ia menolak jabatan filsafat di Heidelberg karena itu merupakan posisi resmi.
Dari segala sisi, ia adalah orang yang jujur, terhormat, dan sopan. Tentu saja hal ini
menyebabkan ia diserang hampir oleh setiap orang, bahkan setelah ia mati. Karya
besarnya,”Ethics”, tidak diterbitkan semasa hidupnya, dan buku-bukunya yang lain,
yang dirumuskan dengan tajam”Tractatus Theologico Politicus”dan “Tractatus
Politicus”, Pengaruhnya tidaklah besar. Seperti Descartes, Spinoza yakin bahwa dengan
mengikuti metode geometri , kita dapat menghasilkan pengetahuan yang tepat mengenai
dunia nyata. Namun, keyakinannya lebih jauh daripada Descartes, ia berusaha untuk
menyusun suatu Geometri Filsafat.

Spinoza mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan


kebenaran sesuatu, sebagaimana pertanyaan, apa substansi dari sesuatu, bagaimana
kebenaran itu bisa benar-benar yang terbenar. Spinoza menjawabnya dengan
pendekatan yang juga dilakukan sebelumnya oleh Rene Descartes, yakni dengan
pendekatan deduksi matematis, yang dimulai dengan meletakkan definisi, aksioma,
proposisi, kemudian berubah membuat pembuktian (penyimpulan) berdasarkan definisi,
aksioma, atau proposisi itu.

Bagi Spinoza hanya ada satu substansi, yaitu Tuhan. Dan satu substansi ini meliputi
baik dunia maupun manusia. Itulah sebabnya pendirian Spinoza disebut
Panteisme(secara harfiah berarti semua adalah Tuhan), Tuhan disamakan dengan segala
sesuatu yang ada. Jadi substansi adalah sesuatu yang berdiri sendiri , yang tidak
bergantung kepada apapun juga yang lain. Di sini kesatuan antara Allah dan alam
semesta untuk pertama kali diberi rumusan secara modern.

Demikianlah, Pemikiran Spinoza tentang Allah, jiwa dan manusia yang


merupakansatu kesatuan. Dan berbeda dengan Descartes yang berpendapat bahwa
antara Allah, jiwa danmanusia merupakan sesuatu yang terpisah dan berdiri sendiri.
Rasionalisme Spinoza lebih luas dan lebih konsekuen dibanding dengan rasionalisme
Descartes . Baginya di dalam dunia tiada hal yang bersifat rahasia, karena akal atau
rasio manusia telah mencakup segala sesuatu,juga Tuhan.6

6
Sari Masyitah, “Rasionalisme dan tokoh-tokohnya serta pemikiran mereka”, diakses dari
file:///E:/FILSAFAT/cahaya%20cinta_%20Rasionalisme%20dan%20tokoh-
tokohnya%20serta%20pemikiran%20mereka,,,.html, pada tanggal 06 September 2016 pukul 21.03

5
3. Leibniz dan Pemikirannya

Leibniz lahir di kota Leipzig, Sachsen pada tahun 1646 meninggal pada tahun 1716.
Gottfried Leibniz telah belajar bahasa Yunani dan bahasa Latin pada usia 8 tahun berkat
kumpulan buku-buku ayahnya yang luas. Pada usia 12 tahun ia telah mengembangkan
beberapa hipotesa logika yang menjadi bahasa simbol matematika.Ia kenal aliran-aliran
filsafat modern dan mahir juga dalam ilmu. Ia menerima Substansi Spinoza akan tetapi
tidak menerima paham serba Tuhannya(panteisme).

Metasfisika Leibniz sama memusatkan perhatian pada substansi. Bagi Spinoza, alam
semesta ini mekanistis dan keseluruhannya bergantung pada sebab, sementara substansi
pada Leibniz adalah hidup, dan setiap sesuatu terjadi untuk suatu tujuan. Penuntun
prinsip filsafat Leiniz ialah “ prinsip akal yang mencukupi, yang secara sederhana dapat
dirumuskan “sesuatu harus mempunyai alasan”. Bahkan Tuhan harus juga mempunyai
alasan untuk setiap yang diciptakan-Nya.

Leipniz berpendapat bahwa substansi itu banyak. Ia menyebut substansi-substansi


itu monad. Setiap monad berbeda satu dengan yang lain, dan Tuhan (sesuatu yang
supermonad dan satu-satunya monad yang tidak dicipta) adalah Sang Pencipta monad-
monad itu. Maka karya Leiniz tentang ini diberi judul Monadology (studi tentang
monad) yang ditulisnya 1714. Ini adalah singkatan metafisika Leibniz.Leipniz mencoba
memberikan penjelasan tentang Tuhan,dan dia mempunyai argumen yang kuat untuk
membuktikan adanya Tuhan, Leibniz mencoba membuktikan tuhan dengan 3 argumen.

Pertama, dia mengatakan bahwa manusia memiliki ide kesempurnaan, makanya ada
Allah terbukti. Ini disebut Bukti Ontologis. Kedua, dia berpendapat bahwa , adanya
alam semesta dan ketidaksempurnaannya membuktikan adanya sesuatu yang melebihi
alam semesta ini, dan yang transeden ini di sebut Allah.Ketiga, dia berpendapat bahwa
kita selalu mencari kebenaran yang abadi, tetapi tidak tercapai menunjukan adanya
pikiran yang abadi,yaitu Allah.7

7
Sari Masyitah, “Rasionalisme dan tokoh-tokohnya serta pemikiran mereka”, diakses dari
file:///E:/FILSAFAT/cahaya%20cinta_%20Rasionalisme%20dan%20tokoh-
tokohnya%20serta%20pemikiran%20mereka,,,.html, pada tanggal 06 September 2016 pukul 21.04

6
Keempat, leibniz mengatakan bahwa adanya keselarasan di antara monad-monad
membuktikan bahwa pada awal mula ada yang mencocokan meraka satu sama lain,yang
mencocokannya itu Allah.8

B. EMPIRISME

1. Pengertian Empirisme

Aliran ini menganggap bahwa pengetahuan diperoleh melalui pengalaman empiris.


Dalam hal ini, harus ada 3 hal, yaitu yang mengetahui (subyek), yang diketahui (objek)
dan cara mengetahui (pengalaman). Tokoh yang terkenal dari aliran ini antara lain John
Locke (1632-1704), George Barkeley (1685-1753), dan David Hume .

Secara etimologis, empirisme berasal dari kata bahasa inggris empiricism dan
experience. Kata-kata ini berakar dari kata bahasa Yunani “empeiria” dan dari kata
experietia yang berarti berpengalaman dalam, berkenalan dengan, dan terampil untuk.
Jadi, empirisme adalah aliran dalam filsafat yang berpandangan bahwa pengetahuan
secara keseluruhan atau parsial didasarkan kepada pengalaman yang menggunakan
indra. Selanjutnya, secara terminologis terdapat beberapa definisi mengenai empirisme,
diantaranya adalah doktrin bahwa sumber seluruh pengetahuan harus dicari dalam
pengalaman, pandangan bahwa semua ide merupakan abstraksi yang dibentuk dengan
menggabungkan apa yang dialami, pengalaman indrawi adalah satu-satunya sumber
pengetahuan, bukan akal.

Menurut aliran ini, mustahil kita dapat mencari pengetahuan mutlakdan mencakup
semua segi, apalagi jika di dekat kita terdapat kekuatan yang dapat dikuasai untuk
meningkatkan pengetahuan manusia, yang meskipun bersifat lebih lambat, lebih dapat
diandalakan. 9

8
Sari Masyitah, “Rasionalisme dan tokoh-tokohnya serta pemikiran mereka”, diakses dari
file:///E:/FILSAFAT/cahaya%20cinta_%20Rasionalisme%20dan%20tokoh-
tokohnya%20serta%20pemikiran%20mereka,,,.html, pada tanggal 06 September 2016 pukul 21.05
9
Nurani Soyomukti, Pengantar Filsafat Umum ( Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2011), hlm.
156.

7
Kaum empiris cukup puas dengan mengembangkan sebuah sistem pengetahuan
yang mempunyai peluang besar untuk benar meskipun kepastian mutlak tidak akan
pernah dapat dijamin. Usaha manusia untuk mendapatkan pengetahuan yang bersifat
mutlak dan pasti telah berlangsung terus-menerus.Namun, terdapat sebuah tradisi
epistemologis yang kuat untuk mendasarkan diri kepada pengalaman manusia yang
meninggalkan cita-cita untuk mendapatkan pengetahuan yang mutlak dan pasti
tersebut.Salah satunya adalah empirisme.

Kaum empiris berpandangan bahwa pengetahuan manusia dapat diperoleh dari


pengalaman. David Hume, mengatakan bahwa, “nihil est intelectu quod non antea
fuerid in sensu” (tidak ada satu pun ada dalam pikiran yang tidak terlebih dahulu
terdapat pada data indrawi.Hume melakukan pembedaan antara kesan dan ide.Pesan
merupakan pengindraan langsung atas realita lahiriah, sementara ide lebih dahulu,
sementara ide sebagai pengalaman langsung tidak dapat diragukan, dengan kata lain,
karena ide merupakan ingatan atas kesan-kesan, isi pikiran manusia tergantung aktifitas
indranya.

Hume lebih menekankan pada pengalaman spontan kita menyangkut dunia.


Menurutnya, tidak ada filosof yang akan dapat membawa kita balik ke pengalaman
sehari-hari atau menawarkan pada kita aturan-aturan prilaku yang berbada dari yang
kita dapat melalui renungan tentang kehidupan sehari-hari.Empirisme juga sering
disebut ilmu bukti yang sering juga memakai istilah he organzation of efacts (menyusun
segala bukti). Bahan atau bukti yang dipergunakan oleh kaum ahli pengetahuan empiris
itu diperoleh dengan jalan observation ( pengamatan ) atau experiment ( praktik ).

Jalan experiment lebih banyak mendapatkan hasil karena dengan jalan praktik si
penyelidik dapat memindahkan barang dari tempat ke tempat dan mencampurkan
berbagai macam benda dan kenyataan sesuai keinginannya.Sedangkan, dalam
pengamatan, penyelidik cuma pasif, berdiam diri dan mengamati saja, si pengamat
cuma bisa mengamati hidup dan sifatnya masing-masing tumbuhan atau hewan di
masing-masing tempatnya.10

10
Ibid., h. 156-158

8
2. Tokoh-Tokoh Empirisme

Aliran empirisme dibangun oleh Francis Bacon (1210-1292) dan Thomas Hobes
(1588-1679), namun mengalami sistematisasi pada dua tokoh berikutnya, John Locke
dan David Hume.

a. Jonh Locke dan Pemikiranya (1673-1704)

Ia lahir tahun 1632 di Bristol Inggris dan wafat tahun 1704 di Oates Inggris. Ia juga
ahli politik, ilmu alam, dan kedokteran. Pemikiran John termuat dalam tiga buku
pentingnya yaitu essay concerning human understanding, terbit tahun 1600; letters on
tolerantion terbit tahun 1689-1692; dan two treatises on government, terbit tahun 1690.
Aliran ini muncul sebagai reaksi terhadap aliran rasionalisme. Bila rasionalisme
mengatakan bahwa kebenaran adalah rasio, maka menurut empiris, dasarnya ialah
pengalaman manusia yang diperoleh melalui panca indera.

Dengan ungkapan singkat Locke :Segala sesuatu berasal dari pengalaman inderawi,
bukan budi (otak). Otak tak lebih dari sehelai kertas yang masih putih, baru melalui
pengalamanlah kertas itu terisi. Dengan demikian dia menyamakan pengalaman batiniah
(yang bersumber dari akal budi) dengan pengalaman lahiriah (yang bersumber dari
empiris).

b. David Hume dan Pemikiranya (1711-1776).

David Hume lahir di Edinburg Scotland tahun 1711 dan wafat tahun 1776 di kota
yang sama. Hume seorang nyang menguasai hukum, sastra dan juga filsafat. Karya
terpentingnya ialah an encuiry concercing humen understanding, terbit tahun 1748 dan
an encuiry into the principles of moral yang terbit tahun 1751.

Pemikiran empirisnya terakumulasi dalam ungkapannya yang singkat yaitu I never


catch my self at any time with out a perception (saya selalu memiliki persepsi pada
setiap pengalaman saya).11

11
Sayyid Muhaddar, “Filsafat Empirisme”, diakses dari
file:///E:/FILSAFAT/Filsafat%20Empirisme%20_%20Penadarisma.html, pada tanggal 06 SSeptember
2016 pukul 21.03

9
Dari ungkapan ini Hume menyampaikan bahwa seluruh pemikiran dan pengalaman
tersusun dari rangkaian-rangkaian kesan (impression). Pemikiran ini lebih maju
selangkah dalam merumuskan bagaimana sesuatu pengetahuan terangkai dari
pengalaman, yaitu melalui suatu institusi dalam diri manusia (impression, atau kesan
yang disistematiskan) dan kemudian menjadi pengetahuan.

Di samping itu pemikiran Hume ini merupakan usaha analisias agar empirisme
dapat di rasionalkan teutama dalam pemunculan ilmu pengetahuan yang di dasarkan
pada pengamatan “(observasi ) dan uji coba (eksperimentasi), kemudian menimbulkan
kesan-kesan, kemudian pengertian-pengertian dan akhirnya pengetahuan.

Kaum empiris memegang teguh pendapat bahwa pengetahuan manusia dapat


diperoleh lewat pengalaman. Jika kita sedang berusaha untuk meyakinkan seorang
empiris bahwa sesuatu itu ada, dia akan berkata “Tunjukkan hal itu kepada saya”.
Dalam persoalan mengenai fakta maka dia harus diyakinkan oleh pengalamannya
sendiri. Jika kita mengatakan kepada dia bahwa ada seekor harimau di kamar mandinya,
pertama dia minta kita untuk menceritaakan bagairnana kita sampai pada kesimpulan itu.
Jika kemudian kita terangkan bahwa kita melihat harimau itu dalam kamar mandi, baru
kaum empiris akan mau mendengar laporan mengenai pengalaman kita itu, namun dia
hanya akan menerima hal tersebutjika dia atau orang lain dapat memeriksa kebenaran
yang kita ajukan, denganjalan melihat harimauitu dengan mata kepalanya sendiri.Dua
aspek dan teori empiris terdapat dalam contoh di atas tadi. Pertama adalah perbedaan
antara yang mengetahui dan yang diketahui. Yang mengetahui adalah subyek danbenda
yang diketahui adalah obyek.

Terdapat alam nyata yang terdiri dan fakta atau obyek yang dapat ditangkap oleh
seseorang. Kedua, kebenaran atau pengujian kebenaran dan fakta atau obyek didasarkan
kepada pengalaman manusia. 12

12
Sayyid Muhaddar, “Filsafat Empirisme”, diakses dari
file:///E:/FILSAFAT/Filsafat%20Empirisme%20_%20Penadarisma.html, pada tanggal 06 SSeptember
2016 pukul 21.03

10
C. POSITIVISME
1. Pengertian Positivisme
Pengertian Positivisme secara etimologi berasal dari kata positive, yang dalam
bahasa filsafat bermakna sebagai suatu peristiwa yang benar-benar terjadi, yang dapat
dialami sebagai suatu realita. Ini berarti, apa yang disebut sebagai positif bertentangan
dengan apa yang hanya ada di dalam angan-angan (impian), atau terdiri dari apa yang
hanya merupakan konstruksi atas kreasi kemampuan untuk berpikir dari akal manusia.
Dapat disimpulkan pengertian positivisme secara terminologis berarti merupakan
suatu paham yang dalam ‘pencapaian kebenaran’-nya bersumber dan berpangkal pada
kejadian yang benar-benar terjadi. Segala hal diluar itu, sama sekali tidak dikaji dalam
positivisme.
Pada dasarnya positivisme adalah sebuah filsafat yang meyakini bahwa satu –
satunya pengetahuan yang benar adalah yang didasarkan pada pengalaman aktualfisikal.
Pengetahuan demikian hanya bisa dihasilkan melalui penetapan teori-teori melalui
metode saintifik yang ketat, yang karenanya spekulasi metafisis dihindari. Positivisme,
dalam pengertian diatas dan sebagai pendekatan telah dikenal sejak Yunani Kuno . 13
Positivisme secara implisit hanya mereduksi ilmu pengetahuan pada ilmu-ilmu pasti
(eksakta) dan secara fulgar mempertahankan status quo ilmu-ilmu sains yang hebat dan
kredibel.Sementara itu, permeriksaan pada pengatahuan lainnya seperti refleksi kritis
pengetahuan humanis jelas tidak ada dalam kamus positifisme, Imanuel Kant dengan
tetap berjalan mengikuti jalur ilmu-ilmu pasti berhasil menemukan kekurangan
positifisme melalui kritik pengetahuannya (kritik der rainen vernunft) Kant menunjukan
bahwa pernyataan-pernyataan metafisis tidak dapat dibuktikan secara indrawi.14

13
Ahmad Rizki,“Pengertian Positivisme”, diakses dari
http://blogkilas.blogspot.co.id/2013/12/pengertian-positivisme.html, pada tanggal 09
September2016 pukul 18.00
14
Teguh Prasetyo dan Abdul Halim Barkatullah, Filsafat Teori, & Ilmu Hukum ( Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2013), hlm. 182.

11
2.Tokoh-tokoh Positivisme

a. Auguste Comte

Bernama lengkap Isidore Marie Auguste Francois Xavier Comte,ia lahir di


Montepellier, Perancis, tahun 1798. Dikalangan teman-temannya Auguste Comte adalah
mahasiswa yang keras kepala dan suka memberontak, yang meninggalkan ecole
sesudah seorang mahasiswa yang memberontak dalam mendukung napoleon dipecat.

Tahun 1844, dua tahun setelah dia menyelesaikan enam jilid karya besarnya yang
berjudul course of positive Philosophy, comte bertemu dengan clothilde de Vaux,
seorang ibu yang mengubah kehidupan comte. Dia berumur beberapa tahun lebih muda
dari pada Comte. Wanita tersebut sedang ditinggalkan suaminya ketika bertemu dengan
Comte pertama kalinya, Comte langsung mengetahui bahwa peremuan itu bukan
sekedar perempuan. Seyangnya Clothilde de Vaux tidak terlalu meluap-luap seperti
Comte. Walaupun saling berkirim surat cinta beberapa kali, Clothilde de Vaux
menganggap hubungan itu adalah persaudaraan saja.

Akhirnya, dalam suratnya, Clothilde de Vaux menerima menjalin hubungan intim


suami isteri. Wanita itu terdesak oleh keprihatinan akan kesehatan mental Comte.
Hubungan intim suami isteri rupanya tidak jadi terlaksana, tetapi perasaan mesra sering
diteruskan lewat surat menyurat. Namun, romantika ini tidak berlangsung lama.

Cothilde de Vaux mengidap penyakit TBC dan hanya beberapa bulan sesudah
bertemu dengan Comte, dia meninggal. Kehidupan Comte lalu bergoncang, dia
bersumpah membaktikan hidupnya untuk mengenang “Bidadarinya” itu.Auguste Comte
juga memiliki pemikiran Altruisme. Altruisme merupakan ajaran Comte sebagai
kelanjutan dari ajarannya tentang tiga zaman. Altruisme diartikan sebagai
“menyerahkan diri kepada keseluruhan masyarakat”. Bahkan, bukan “salah satu
masyarakat”, melainkan I’Humanite “suku bangsa manusia” pada umumnya. Jadi,
Altruisme bukan sekedar lawan “Egoisme”.15

15
Farihi, “positivisme-tokoh-tokoh-positivisme”,diakses dari
6/9/2016,http://farihinoceans.blogspot.co.id/2012/04/positivisme-tokoh-tokoh-positivisme.html, pada
tanggal 06 September 2016 pukul 21.08

12
Keteraturan masyarakat yang dicari dalam positivisme hanya dapat dicapai kalau
semua orang dapat menerima altruisme sebagai prinsip dalam tindakan mereka.
Sehubungan dengan altruisme ini, Comte menganggap bahwa manusia menjadi
semacam pengganti Tuhan. Kailahan baru dan positivisme ini disebut Le Grand Eire
“Maha Makhluk”. Dalam hal ini Comte mengusulkan untuk mengorganisasikan
semacam kebaktian untuk If Grand Eire itulengkap dengan imam-imam, santo-santo,
pesta-pesta liturgi, dan lain-lain. Ini sebenarnyadapat dikatakan sebagai “Suatu agama
Katholik tanpa agama masehi”. Dogma satu-satunya agama ini adalah cinta kasih
sebagai prinsip, tata tertib sebagai dasar, kemajuan sebagai tujuan.Misalnya sebagai
kanak-kanak seorang teolog, sebagai pemuda menjadi metafisis dan sebagai orang
dewasa ia adalah seorang positivis.

b. John Stuart Mill

John Stuart Mill memberikan landasan psikologis terhadap filsafat positivisme.


Karena psikollogi merupakan pengetahuan dasar bagi filsafat. Seperti halnya dengan
kaum positif, mill mengakui bahwa satu-satunya yang menjadi sumber pengetahuan
ialah pengalaman. Karena itu induksi merupakan metode yang paling dipercaya dalam
ilmu pengetahuan.16

16
Farihi, “positivisme-tokoh-tokoh-positivisme”, diakses dari
6/9/2016,http://farihinoceans.blogspot.co.id/2012/04/positivisme-tokoh-tokoh-positivisme.html, pada
tanggal 06 September 2016 pukul 21.08

13
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
1. Rasionalisme adalah aliran yang dipandang sebagai aliran yang berpegang
pada prinsip bahwa akal harus diberi peranan utama dalam penjelasan.
2. Pengalaman hanya dipakai untuk mempertegas pengetahuan yang diperoleh
akal, dan akal tidak memerlukan pengalaman.
3. Adapun tokoh-tokohnya yaitu : Rene Descartes, Spinoza, Leibniz.
4. Empirisme adalah aliran dalam filsafat yang berpandangan bahwa
pengetahuan secara keseluruhan atau parsial didasarkan kepada pengalaman
yang menggunakan indra.
5. Adapun tokoh-tokohnya yaitu :Jonh Locke, David Hume.
6. Pengertian Positivisme secara etimologi berasal dari kata positive, yang
dalam bahasa filsafat bermakna sebagai suatu peristiwa yang benar-benar
terjadi, yang dapat dialami sebagai suatu realita.
7. Adapun tokoh-tokohnya yaitu : Auguste Comte, John Stuart Mill.

2. Saran
Demikianlah makalah ini dibuat dengan sesederhana ini. Kami yakin bahwa masih
banyak kekuranganya yang terdapat dalam makalah ini. Kami harap banyak saran dan
kritikan dari bapak pembimbing mata kuliah ini dan juga dari kawan-kawan semuanya
agar kiranya makalah ini menjadi sempurna. Kami mohon maaf atas segala keterbatasan
dan kekurangan makalah ini.

14
DAFTAR PUSTAKA

Farihi. 2012. positivisme-tokoh-tokoh-positivisme. 6/9/2016.


http://farihinoceans.blogspot.co.id/2012/04/positivisme-tokoh-tokoh-
positivisme.html.

https://id.wikipedia.org/wiki/Filsafat_modern#cite_note-Simon-2.
Masyitah, Sari. 2013. Rasionalisme dan tokoh-tokohnya serta pemikiran mereka.
6/9/2016.
file:///E:/FILSAFAT/cahaya%20cinta_%20Rasionalisme%20dan%20tokoh-
tokohnya%20serta%20pemikiran%20mereka,,,.html.

Muhaddar, Sayyid. 2013. Filsafat Empirisme. 6/9/2016.


file:///E:/FILSAFAT/Filsafat%20Empirisme%20_%20Penadarisma.html.

Prasetya, Teguh.Filsafat, Teori & Ilmu Hukum. Jakarta : PT RAJAGRAFINDO


PERSADA. 2013.
Rizki, Ahmad. 2013. Pengertian Positivisme. 9/9/2016.
http://blogkilas.blogspot.co.id/2013/12/pengertian-positivisme.html.
Soyomukti, Nurani.Pengantar Filsafat Umum. Yogyakarta : Ar- Ruzz Media. 2011.

15
Pertanyaan Filsafat

1. Mursidatul Ulfiyah
Maksud dari menepikan indra yang menyesatkan ?
Jawab : indra di nomor duakan, yang pertama itu akal, karena
spinoza lebih mengutamakan akalnya.
Contohnya : pensil yang terlihat lurus tetapi pada saat dicelupkan ke
air terlihat bengkok menurut indra, itulah yang dimaksud oleh
Descartes indra itu sangat menipu. Padahal secara akal pensil itu
tetap lurus.

2. Inayati Mahmudah
Berikan contoh pemikiran Descrates tentang Tuhan ?
Jawab : Tuhan sebagai ide ada dalam pikiran yang ada secara rill
tetapi ada. Jika Tuhan ada dalam ide saja berarti tidak sempurna.
Tuhan yang sempurna ada dalam ide dan kenyataan.
a. Pemikiran saya memahami diri saya yang berfikir, Tuhan
sebagai wujud yang sempurna.
b. Tuhan sebagai wujud yang sempurna, mesti ada penyebab
yang membuat Dia sempurna.

Menurut Descrates sebuah arloji yang komponenya sangat rumit


itu ada pembuatnya. Apalagi alam semesta ini yang lebih rumit
dan kompleks pastilah ada pembuatnya. Yaitu Tuhan dengan
segala kesempurnaanya.

3. Alfian Hidayatullah
Apakah pernah terjadi konflik antara Rasionalisme dan Empirisme,
apa contohnya ?

16
Jawab : pernah terjadi. Contohnya : mengapa meja itu tampak.
Menurut Rasionalisme di dalam otak kita sudah mempunyai ide. Jadi
pikiran kita yang menampakkan meja sebagai meja.
Menurut Empirisme, muncul meja jika sudah nampak, di raba, itu
baru disebut meja

17

Anda mungkin juga menyukai