OTOMATIS
OLEH :
RICKY SURYA PRANATA
(19050524055)
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Saya panjatkan
puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-
Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas Teknik Merancang.
Tak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada Pak Arya Mahendra Sakti, ST., M.T
selaku dosen Teknik Merancang yang telah membimbing saya sehingga tugas ini dapat
terselesaikan.
Akhir kata, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasannya. Oleh karena itu saya menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
i
BAB I.
PENDAHULUAN ...............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................................... 1
1.2 Tujuan ....................................................................................................................................... 2
1.3 Manfaat ..................................................................................................................................... 3
BAB IV.
PERHITUNGAN ............................................................................................................18
4.1 Perhitungan Komponen Mesin Pengaduk
Sambal ........................................................18
DAFTAR
PUSTAKA ....................................................................................................................41
LAMPIRAN………………………………………………………………………………………
42
DAFTAR GAMBAR
ii
Gambar 1.1 Sambal goreng di UKM Sambal edamame
Sidoarjo ...................................................1
Gambar 4.7 Diagram pemilihan sabuk dan diameter minimum pulley yang diizinkan ................28
iii
Gambar 4.9 sudut
kontak ...............................................................................................................30
iv
BAB I PENDAHULUAN
Balancing adalah metode untuk membuat sebuah poros memiliki keseimbangan yang
sama pada seluruh bagian. Dalam melakukan balancing diperlukan ketelitian yang tinggi dan
proses yang lama, oleh karena itu diperlukan alat yang sesuai untuk membuat proses
balancing menjadi cepat dan efisien.
Dalam metode balancing, diperlukan proses yang lama, dan sulit karena pada setiap
sisi perlu melakukan penambahan dan pengurangan material dengan pas. Untuk industry
menengah kebawah hal tersebut cukup menyulitkan, karena mengandalkan gaya gravitasi
yang memiliki ketelitian rendah untuk melakukan balancing.
1
juga harus didesain dengan memikirkan banyak aspek sehingga mesin akan awet, mudah
untuk diperbaiki, dan mudah untuk dioperasikan. Untuk mencapai hal tersebut, maka dalam
perancangan dibutuhkan ketelitian dan perencanaan yang matang sehingga mesin yang
dihasilkan mampu beroperasi secara maksimal.
1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan ini antara lain:
1. Dapat membuat desain mesin Balancing yang dapat mengatasi permasalahan di CV. Surya
Perkasa dalam proses balancing
2. Dapat merancang, membuat desain, menentukan komponen dan membuat perhitungan masing-
masing konstruksi/komponen mesin Balancing yang diantaranya meliputi:
Pemilihan Bantalan
Perhitungan kekuatan Sambungan
Perancangan Pemesinan
Perhitungan Pembebanan
Analisa Finite Element Methode
1.3 Manfaat
3. Manfaat bagi mahasiswa antara lain:
a. Meningkatkan kepekaan mahasiswa dalam menanggapi hal-hal yang terjadi pada
masyarakat dengan ilmu yang didapat.
b. Menumbuhkan daya kreasi mahasiswa untuk mengatasi problema pada masyarakat.
c. Salah satu bekal pengalaman ilmu untuk mahasiswa sebelum terjun ke dunia industri,
sebagai modal persiapan untuk dapat mengaplikasikan ilmu yang telah diberikan.
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bantalan
A. Bantalan
Bantalan (bahasa Inggris: Bearing) adalah sebuah elemen mesin yang berfungsi untuk
membatasi gerak relatif antara dua atau lebih komponen mesin agar selalu bergerak pada arah yang
diinginkan. Bearing menjaga poros agar selalu berputar terhadap sumbu porosnya, atau juga
menjaga suatu komponen yang bergerak linier agar selalu berada pada jalurnya.
Bantalan merupakan salah satu bagian dari elemen mesin yang memegang peranan cukup
penting karena fungsi dari bantalan yaitu untuk menumpu sebuah poros agar poros dapat berputar
tanpa mengalami gesekan yang berlebihan. Bantalan harus cukup kuat untuk memungkinkan poros
serta elemen mesin lainnya bekerja dengan baik.
Bearing atau laher adalah komponen sebagai bantalan untuk membantu mengurangi gesekan
peralatan berputar pada poros/as. Bearing atau laher ini biasanya berbentuk bulat. Bearing di mobil
dipasang pada as roda dan ditempat-tempat yang berputar lainnya.
Tujuan dari bantaran balock untuk mengurangi gesekan rotasi dan mendukung radial dan aksial
beban.
B. Pemilihan Bantalan
Untuk melakukan pemilihan bantalan terlebih dahulu mendefiniskan Beban yang bekerja yaitu :
1. Gaya yang bekerja
F =W.g
W = Berat Benda
g = Percepatan Gravitasi
3
LH = Y . 300 . Hd
X / Y = Konstanta
V = Faktor Putaran ( 1 (semua bantalan)Apabila bagian dalam berputar, 1 (self aligning bearing)
apabila bagian dalam tidak berputar, 1,2 (semua bantalan) bagian dalam tetap)
WR = Beban radial
WA = Beban Aksial
7. Pemilihan Bearing
Setelah penghitungan bearing diselesaikan, Bearing dapat dipilih berdasarkan Tabel dibawah ini :
4
2.2 Perhitungan kekuatan sambungan
Seperti Namanya, sambungan adalah menghubungkan benda satu dengan yang lain, untuk
mengetahui apakah sambungan yang dilakukan sudah sesuai dengan kebutuhan atau belum, diperlukan
perhitungan dan pemilihan metode sambungan sesuai dengan yang dibutuhkan.
Dalam elemen mesin, sambungan dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu :
1. Sambungan Tetap (permanen) :
Sambungan Tetap (permanen) Merupakan sambungan yang bersifat tetap, sehingga tidak dapat
dilepas selamanya, kecuali dengan merusaknya terlebih dahulu. Contohnya : sambungan paku
keling (rivet joint) dan sambungan las (welded joint).
2. Sambungan Tidak Tetap (semi permanen)
Merupakan sambungan yang bersifat sementara, sehingga masih dapat dibongkarpasang selagi
masih dalam kondisi normal. Contohnya : sambungan mur-baut / ulir ( screwed joint) dan
sambungan pasak ( keys joint).
Dalam mesin Balancing terdapat dua jenis sambungan yang diperukan untuk membuat mesin ini
bekerja dengan sempurna, yaitu sambungan Las untuk sambungan permanen, dan sambungan mur-baut
untuk sambungan semi permanen.
A. Sambungan Las
Las atau sambungan las, adalah metoda penyambungan dua buah material dengan melelehkan
Sebagian permukaan, dan mengisnya dengan pakan. Sambungan las sering dijumpai hampir diseluruh
mesin yang ada di dunia ini, karena sifatnya yang kuat dan awet.
Didalam Teknik pengelasan terdapat berbagai macam cara melakukan penyambungan las,
namun untuk mesin Balancing akan menggunakan Teknik pengelasan menggunakan las listrik, yang
dinilai lebih ekonomis dan tidak memerlukan terlalu banyak ruang.
B. Perhitungan Sambungan las
Untuk melakukan perhitungan sambungan las, terlebih dahulu mendefinisikan beban yang bekerja pada
sambungan las tersebut :
1. Gaya yang bekerja
F =W.g
W = Berat Benda
g = Percepatan Gravitasi
5
3. Las Fillet Paralel Ganda
P = 2 . 0,707S . l . τ
Untuk melakukan perhitungan sambungan las, terlebih dahulu mendefinisikan beban yang bekerja pada
sambungan las tersebut :
1. Gaya yang bekerja
F =W.g
W = Berat Benda
g = Percepatan Gravitasi
6
F = gaya yang bekerja
A = Area / Luas permukaan
2840 = konstanta
d = diameter nominal baut
Pembebanan adalah gaya eksternal yang diterima dan ditahan oleh gaya internal pada suatu
benda, kedua gaya ini bersifat berlawanan arah, karena tiap – tiap benda memiliki gaya internal
pada penampang komponen dengan satuan gaya / luas.
Gaya – gaya tersebut dapat disebut dengan pembebanan. Berikut adalah jenis – jenis
pembebanan yang dimiliki oleh benda / komponen :
1. Tegangan Tarik
2. Tegangan Geser
Luas penampang Batang
A=π/4.D
π = 22 / 7
D = diameter batang
Tegangan yang dialami Batang
σ=P/A
7
A = Luas penampang batang
Pemilihan Material
3. Tegangan Puntir
4. Tegangan Lengkung
8
BAB III DESAIN DAN PERENCANAAN
9
3.2 Cara Kerja
10
BAB IV PERHITUNGAN
1. Kapasitas Mesin
Kapasitas dihitung untuk mengetahui seberapa besar mesin mampu menahan berat agar
tidak rusak dalam proses balancing di atas roller. Dari rencana pembuatan mesin Balancing,
roller ditentukan dapat menahan beban dengan berat 200 kg. Dari rencana awal tersebut
didapatkan bantalan roller sebagai berikut :
18
00
rp 400 Kg
m
2. Waktu Operasi
LH = Y . 300 . Hd
LH = 5 . 300 . 4
LH = 6000 h
11
L = 60 . n . LH
L = 60 . 1800 . 6000
L = 6,48 . 108
2. Waktu Operasi
LH = Y . 300 . Hd
LH = 5 . 300 . 0.5
LH = 750 h
12
3. Usia Bantalan dalam Putaran
L = 60 . n . LH
L = 60 . 10 . 750
L = 4,5 . 105
2. Waktu Operasi
13
LH = Y . 300 . Hd
LH = 5 . 300 . 0.5
LH = 750 h
2. Waktu Operasi
LH = Y . 300 . Hd
14
LH = 5 . 300 . 4
LH = 750 h
3. Pemilihan Material
Material yang dipilih harus mampu menahan beban dengan tegangan sebesar 137,46 N/mm2.
Dengan demikian, baja karbon S275 mampu menahan beban dengan beban 137,46 N/mm2
16
4. Beban Baut pada L2
Wt2 = W . L2
Wt2 = 0,006 . 160
Wt2 = 1 kN
Berdasarkan perhitungan didapat ukuran dc sebesar 6,1 mm, maka Baut dengan ukuran > dari
M7 diperbolehkan.
Dimana terdapat tegangan puntir akibat dari gesekan antara batang penghubung, dengan
permukaan rangka, dan juga gaya dorong kebawah akibat dari beban pendulum, dan benda kerja, serta
beban kekiri dan kekanan akibat beban getaran benda kerja.
Maka dari itu, sebelum memasukan seluruh nilai kedalam Analisa FEM, terlebih dahulu
mendefinisikan besaran dari gaya yang bekerja. Berikut adalah perhitungan gaya yang bekerja pada
Rangka :
17
2. Beban Mesin
F=W.g
F = 25 . 9,81
F = 245,25 N
3. Beban Getaran
F=W.g
F = 2 kg . 188,5 m/s
F = 377 N
4. Torsi yang diterima
f τ= τ . μ
f τ = 10 Nm . 0,002
f τ = 0,02 Nm
Berdasarkan seluruh perhitungan diatas, seluruh gaya yang bekerja akan diberikan kepada benda
kerja sesuai dengan freebody diagram yang bekerja. Berikut adalah hasil dari Analisa FEM :
Didapat bahwa terjadi Tegangan maksimum sebesar 16,05 Mpa, dan terjadi deformasi elastis
maksimum sebesar 0,0817 mm.
18
Dimana terdapat tegangan puntir akibat dari gesekan antara batang penghubung, dengan
permukaan rangka serta pendulum, dan juga gaya dorong kebawah akibat dari beban pendulum, dan
benda kerja.
Maka dari itu, sebelum memasukan seluruh nilai kedalam Analisa FEM, terlebih dahulu
mendefinisikan besaran dari gaya yang bekerja. Berikut adalah perhitungan gaya yang bekerja pada
Rangka :
Berdasarkan seluruh perhitungan diatas, seluruh gaya yang bekerja akan diberikan kepada benda
kerja sesuai dengan freebody diagram yang bekerja. Berikut adalah hasil dari Analisa FEM :
19
Didapat bahwa terjadi Tegangan maksimum sebesar 9,046 Mpa, dan terjadi deformasi elastis
maksimum sebesar 0,00456 mm.
20
Dimana terdapat tegangan puntir akibat dari gesekan antara batang penghubung, dengan
permukaan pendulum, dan juga gaya dorong kebawah akibat dari beban mesin, dan benda kerja, serta
beban kekiri dan kekanan akibat beban getaran benda kerja.
Maka dari itu, sebelum memasukan seluruh nilai kedalam Analisa FEM, terlebih dahulu
mendefinisikan besaran dari gaya yang bekerja. Berikut adalah perhitungan gaya yang bekerja pada
Rangka :
Berdasarkan seluruh perhitungan diatas, seluruh gaya yang bekerja akan diberikan kepada benda
kerja sesuai dengan freebody diagram yang bekerja. Berikut adalah hasil dari Analisa FEM :
Didapat bahwa terjadi Tegangan maksimum sebesar 50,89 Mpa, dan terjadi deformasi elastis
maksimum sebesar 0,1166 mm.
21
I. Finite Element Method Analysis terhadap Bracket
Berdasarkan mekanisme alat, didapat Freebody Diagram, yang menunjukan bahwa rangka
mendapat gaya sebagai berikut :
Dimana terdapat gaya dorong kebawah akibat dari beban pendulum, dan benda kerja, serta
beban kekiri dan kekanan akibat beban getaran benda kerja.
Maka dari itu, sebelum memasukan seluruh nilai kedalam Analisa FEM, terlebih dahulu
mendefinisikan besaran dari gaya yang bekerja. Berikut adalah perhitungan gaya yang bekerja pada
Rangka :
Berdasarkan seluruh perhitungan diatas, seluruh gaya yang bekerja akan diberikan kepada benda
kerja sesuai dengan freebody diagram yang bekerja. Berikut adalah hasil dari Analisa FEM :
22
Didapat bahwa terjadi Tegangan maksimum sebesar 49,44 Mpa, dan terjadi deformasi elastis
maksimum sebesar 0,009 mm.
J. Finite Element Method Analysis terhadap Bracket
Berdasarkan mekanisme alat, didapat Freebody Diagram, yang menunjukan bahwa rangka
mendapat gaya sebagai berikut :
Dimana terdapat gaya dorong kebawah akibat dari beban pengayun, dan benda kerja, serta
beban kekiri dan kekanan akibat beban getaran benda kerja.
Maka dari itu, sebelum memasukan seluruh nilai kedalam Analisa FEM, terlebih dahulu
mendefinisikan besaran dari gaya yang bekerja. Berikut adalah perhitungan gaya yang bekerja pada
Rangka :
23
F = 1962 N
2. Beban Getaran
F=W.g
F = 2 kg . 188,5 m/s
F = 377 N
Berdasarkan seluruh perhitungan diatas, seluruh gaya yang bekerja akan diberikan kepada benda
kerja sesuai dengan freebody diagram yang bekerja. Berikut adalah hasil dari Analisa FEM :
Didapat bahwa terjadi Tegangan maksimum sebesar 37,27 Mpa, dan terjadi deformasi elastis
maksimum sebesar 0,2182 mm.
Dimana terdapat tegangan puntir akibat dari gesekan antara Bearing dengan permukaan
pengayun, dan juga gaya dorong kebawah akibat dari beban benda kerja.
Maka dari itu, sebelum memasukan seluruh nilai kedalam Analisa FEM, terlebih dahulu
mendefinisikan besaran dari gaya yang bekerja. Berikut adalah perhitungan gaya yang bekerja pada
Rangka :
24
1. Beban Benda Kerja
F=W.g
F = 200 kg. 9,81 m/s2
F = 1962 N
2. Torsi yang diterima
f τ= τ . μ
f τ = 10 Nm . 0,002
f τ = 0,02 Nm
Berdasarkan seluruh perhitungan diatas, seluruh gaya yang bekerja akan diberikan kepada benda
kerja sesuai dengan freebody diagram yang bekerja. Berikut adalah hasil dari Analisa FEM :
Didapat bahwa terjadi Tegangan maksimum sebesar 79,3 Mpa, dan terjadi deformasi elastis
maksimum sebesar 0,02 mm.
25
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
• Kapasitas Pengerjaan adalah benda kerja dengan berat maksimum 200 kg dengan waktu
balancing 4 jam / hari
• Dimensi mesin yaitu P x L x T adalah 400 mm x 65 mm x 472 mm
• Menggunakan ponsel sebagai pengganti LCD
• Menggunakan Accelerometer sensor
• Menggunakan Controller Arduino Uno
5.2 Saran
Apabila penggunaan mesin sesuai dengan kapasitas yang ditentukan, bearing wajib diganti setiap
5 tahun sekali, dan pelumas bearing wajib diganti setiap 6 bulan sekali.
Setiap bearing diberi Bosh untuk mencegah kerusakan pada batang penahan, maka Bosh akan
sering mengalami kerusakan apabila mesin digunakan melebihi kapasitas yang ditentukan. Maka setiap
melakukan pengerjaan balancing, diharapkan melakukan pengecheckan terhadap Bosh yang terpasang
pada setiap bearing.
Setiap melakukan pengerjaan, diharapkan benda kerja berada pada kondisi lurus dan tidak
miring, serta pastikan memberikan penahan pada setiap ujung benda kerja agar benda kerja tidak
terlempar ketika melakukan proses balancing.
26
DAFTAR PUSTAKA
Sato,G. T., dan Hartono, N.S. 1996. Menggambar Mesin Menurut Standart ISO. Jakarta:
Prandnya
Sularso dan Suga,K. 1997. Dasar Perencanaan Dan Elemen Mesin. Jakarta: Pradnya
Pramita.
Sutiono. 2002. Produktivitas UKM di Jawa Timur. Makalah yang disampaikan dalam rangka pelatihan
produktivitas usaha kecil di Unesa,Tanggal 26 Juni tahun 2002.
27
LAMPIRAN
A. Gambar 2 Dimensi
28
Gambar 3.2 desain mesin pengaduk sambal
29
Gambar 4.1 Wajan penggorengan (Sumber : Inventor 2014)
2. Motor
3. Reduksi Gearbox
30
Gambar 4.4 gearbox (sumber: Inventor 2014)
4. Pulley dan V-Belt
31
5. Poros Motor Dan Gearbox
Keterangan:
P1 = 121 mm
N1 = 1390 Rpm
P2 = 196 mm
N2 = 695 Rpm
32
Gambar 4.15 Desain Pasak Poros Motor Listrik pengaduk sambal
33