Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I

THYPOID

Dosen Pembimbing

Ns. Anita Mirawati, M.Kep

OLEH:

ANNISSA DARMA FITRI (203210205)

DEBY NURUL SYAFDA (203210209)

GITA PERMATA SYAIRA (203210215)

MAULIA RAHMI (203210219)

PIPI MARDIATI (203210225)

RENDY FAJAR HIDAYAT (203210229)

SERUNI KHAIRI NALVI (203210232)

TANGGENA PUTRI (203210235)

WINDY FAUZIL NELDO (203210239)

Prodi D-III Keperawatan Solok

Poltekkes Kemenkes Padang

Tahun 2021

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Alhamdulillah. Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa senantiasa


kita ucapkan atas rahmat dan karunia-Nya yang berupa iman dan kesehatan
akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Shawalat serta salam tercurah
pada Rasulullah SAW. Semoga syafaatnya mengalir pada kita kelak.

Makalah dengan judul “THYPOID” dibuat untuk melengkapi tugas mata


kuliah Keperawatan Medikal Bedah I. Penulis berharap agar isi makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca

Dengan kerendahan hati, penulis memohon maaf apabila ada kesalahan


penulisan. Kritik yang terbuka dan membangun sangat penulis nantikan demi
kesempurnaan makalah. Demikian kata pengantar ini penulis sampaikan.
Terima kasih atas semua pihak yang membantu penyusunan dan membaca
makalah ini.

Wassalamualaikum wr.wb

Padang, 05 Agustus 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2

DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3

PENDAHULUAN.................................................................................................................................4

A. Latar Belakang...........................................................................................................................4

B. Rumusan Masalah......................................................................................................................4

C. Tujuan Penulisan.......................................................................................................................5

BAB II...................................................................................................................................................6

PEMBAHASAN....................................................................................................................................6

1. Definisi Thypoid........................................................................................................................6

2. Epidemiologi Thypoid...............................................................................................................7

3. Etiologi Thypoid........................................................................................................................7

4. Patofisiologi Thypoid................................................................................................................8

5. Pathway Thypoid.......................................................................................................................9

6. Manifestasi Klinis Thypoid......................................................................................................10

7. Komplikasi Thypoid................................................................................................................10

8. Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang Thypoid........................................................12

9. Penatalaksanaan Thypoid.........................................................................................................14

10. Diagnosa Keperawatan Thypoid..........................................................................................16

BAB III................................................................................................................................................18

PENUTUP...........................................................................................................................................18

A. Kesimpulan..............................................................................................................................18

B. Saran........................................................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................19

3
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Typhoid merupakan penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh
salmonella typhi, salmonella paratyphi A, salmonella paratyphi B, salmonella typhi C.
Penyakit ini mempunyai tanda – tanda khas berupa perjalanan yang cepat yang
berlangsung kurang lebih 3 minggu disertai gejala demam, nyeri perut, dan erupsi
kulit. Penyakit ini termasuk dalam penyakit daerah tropis dan penyakit ini sangat
sering di jumpai di Asia termasuk di Indonesia. ( Widodo Djoko, 2009) .

Didunia pada tanggal 27 September 2011 sampai dengan 11 Januari 2012


WHO mencatat sekitar 42.564 orang menderita Typhoid dan 214 orang meninggal.
Penyakit ini biasanya menyerang anak-anak usia pra sekolah maupun sekolah akan
tetapi tidak menutup kemugkinan juga menyerang orang dewasa.

Pengobatan demam typhoid sampai saat ini masih dianut tiga penatalaksanaan,
salah satunya yaitu didominasi oleh berbagai jenis antibiotik seperti kloramfenikol,
amoksisilin, kotrimoksazol, ampicillin dan tiamfenikol.

Masalah yang timbul pada pasien demam typhoid yaitu kemungkinan pada
usus halus anatara lain, perdarahan usus, perforasi usus. Prioritas pada luar usus
antara lain, bronkopnemonia, typhoid ensefalopati, miningitis. Komplikasi yang berat
dapat menyebabkan kematian pada penderita demam typhoid.

B. Rumusan Masalah
Terdapat beberapa rumusan masalah yaitu:

1) Apa itu definisi thypoid?


2) Apa itu epidemiologi thypoid?
4
3) Apa itu etiologi thypoid?
4) Apa itu patofisiologi thypoid?
5) Apa itu pathway thypoid?
6) Apa saja manifestasi klinis thypoid?
7) Apa komplikasi dari thypoid?
8) Apa saja pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang thypoid?
9) Apa saja penatalaksanaan thypoid?
10) Apa saja diagnosa keperawatan thypoid?

C. Tujuan Penulisan
Terdapat beberapa tujuan penulisan dalam makalah ini yaitu:

1) Mengetahui apa definisi thypoid


2) Mengetahui epidemiologi thypoid
3) Mengetahui etiologi thypoid
4) Mengetahui patofisiologi thypoid
5) Mengetahui pathway thypoid
6) Mengetahui apa saja manifestasi klinis thypoid
7) Mengetahui apa komplikasi dari thypoid
8) Mengetahui apa saja pemeriksan fisik dan pemeriksaan penunjang thypoid
9) Mengetahui apa saja penatalaksanaan thypoid
10) Mengetahui apa saja diagnosa keperawatan dari thypoid

5
BAB II

PEMBAHASAN

1. Definisi Thypoid
Demam typhoid dan demam paratifoid adalah penyakit infeksi akut usus
halus. Demam paratifoid biasanya lebih ringan dan menunjukkan manifestasi klinik
yang sama atau menyebabkan enteritis akut (Juwono dan Prayitno, 2004).
Penyebabnya adalah kuman Salmonella typhi atau Salmonella paratyphi A, B dan C,
selain demam enterik kuman ini dapat juga menyebabkan gastroenteritis (keracunan
makanan) dan septikemia (tidak menyerang usus) (Rasmilah, 2001). Proses timbulnya
demam typhoid berawal dari kuman yang masuk lewat rongga mulut menuju ke
lambung, suatu tempat dimana terdapat mekanisme pertahanan tubuh yang berfungsi
mematikan kuman. Sekalipun lambung mampu mematikan kuman tapi ternyata masih
ada sebagian kuman yang lolos, kuman yang lolos inilah yang kemudian masuk dan
menempel di usus halus. Didalam usus biasanya disebut sebagai ileum terminalis,
kemampuan berkembang biak, lalu menyebar kemana-mana diantaranya menuju sel-
sel usus, kelenjar dan saluran getah bening, pembuluh darah bahkan bisa mencapai
otak (Juwono dan Prayitno, 2004).

Salmonella typhi dapat hidup baik sekali pada suhu tubuh manusia maupun
suhu yang lebih rendah sedikit serta mati pada suhu 70°C maupun oleh antiseptik.
Sampai saat ini diketahui bahwa kuman ini hanya menyerang manusia (Rampengan
dan Laurentz, 1993). Pada demam typhoid suhu tubuh semakin lama kian meninggi,
diikuti penurunan kesadaran, bibir dan lidah kering serta menurunnya tekanan darah.
Pada penurunannya terjadi secara cepat dan mendadak perlu diwaspadai sebagai
penanda terjadinya pendarahan atau perforasi (usus berlubang). Bila tidak ada
komplikasi, umumnya di minggu ketiga mulai terjadi proses penyembuhan
(Ganiswara,1995).

2. Epidemiologi Thypoid
Demam tifoid dan paratifoid adalah infeksi enterik yang disebabkan oleh
bakteri Salmonella enterica serovar Typhi (S. Typhi) dan Paratyphi A, B, dan C (S.
6
Paratyphi A, B, dan C), masing-masing, secara kolektif disebut sebagai Salmonella
tifoid, dan penyebab demam enterik. Manusia adalah satu-satunya reservoir untuk
Salmonella Typhi dengan penularan penyakit yang terjadi melalui rute fecal-oral,
biasanya melalui konsumsi makanan atau air yang terkontaminasi oleh kotoran
manusia. Diperkirakan 17 juta kasus penyakit demam tifoid dan paratifoid terjadi
secara global pada tahun 2015 terutama di Asia Selatan, Asia Tenggara, dan Afrika
sub-Sahara, dengan beban dan insiden terbesar yang terjadi di Asia Selatan. Tanpa
diobati, baik demam tifoid maupun paratifoid mungkin fatal dengan 178.000 kematian
diperkirakan di seluruh dunia pada tahun 2015.

Insiden demam tifoid bervariasi berdasarkan usia. Di negara-negara endemik,


insiden tertinggi terjadi pada anak-anak yang lebih muda, sedangkan kejadian serupa
di semua kelompok usia di pengaturan beban rendah. Sebuah studi dari tahun 2004
menggunakan data dari penelitian yang diterbitkan untuk mengekstrapolasikan tingkat
kejadian berdasarkan kelompok usia dan melaporkan insiden tertinggi pada anak-anak
di bawah usia 5 tahun dalam pengaturan insiden tinggi. Perkiraan model dari 2015
Global Burden of Disease study (GBD 2015) menunjukkan tifus tingkat insiden
demam menurun seiring pertambahan usia. Selanjutnya, hasil dari studi DOMI yang
dilakukan di lima negara endemik menunjukkan heterogenitas substansial pada
insiden demam tifoid di seluruh kelompok usia. Heterogenitas di seluruh kelompok
usia diamati di semua situs studi DOMI dan situs dari Program Pengamatan Demam
Tifoid di Afrika.

3. Etiologi Thypoid
Menurut Inawati (2017) demam thypoid timbul yang di akibat dari infeksi
oleh bakteri golongan salmonella yang memasuki tubuh penderita melalui pada sistem
saluran pencernaan (mulut, esofagus, lambung, usus 12 jari, usus halus, usus besar)
yang akan masuk kedalam tubuh manusia bersama bahan makanan atau minuman
yang sudah tercemar. Cara penyebarannya untuk bakteri ini yaitu pada muntahan
manusia, urine, dan kotoran-kotoran dari penderita thypoid yang kemudian secara
pasif terbawa oleh lalat (kaki-kaki lalat) yang sudah hinggap ditempat kotor, dan lalat
itu mengontaminasi makanan, minuman, sayuran, maupun buah-buah segar. Sumber
utama yang akan terinfeksi adalah manusia yang selalu mengeluarkan
mikroorganisme penyebab penyakitnya, baik ketika ia sedang sakit atau sedang dalam
7
masa penyembuhan demam thypoid, sehingga penderita masih mengandung
salmonella didalam kandung empedu atau didalam ginjalnya. Bakteri salmonella thypi
ini hidup dengan baik pada suhu 37oC, dan dapat hidup pada air steil yang beku dan
dingin, air tanah, air laut dan debu selama berminggu-minggu, dan juga dapat hidup
berbulanbulan dalam telur yang terkontaminasi dan tiram beku.

4. Patofisiologi Thypoid
Penularan salmonella thypi dapat juga ditularkan melalui berbagai cara, yang
dikenal dengan 5 F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan/kuku), Fomitus
(muntah), Fly (lalat), dan melalui Feses. Feses dan muntah pada penderita thypoid
dapat menularkan kuman salmonella typhi kepada orang lain, kuman tersebut dapat
ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan
dikosumsi oleh orang yang sehat. Apabila makanan tersebut kurang memperhatikan
kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang tercemar salmonella
tyhpi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut. Kemudian kuman masuk ke
dalam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus bagian distal dan mencapai
jaringan limpoid. Didalam jaringan limpoid ini kuman akan berkembang biak, lalu
masuk ke aliran darah untuk mencapai sel-sel retikuloendotetial. Sel-sel
retikuleondetial ini kemudian akan melepaskan kuman ke dalam sirkulasi darah dan
menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus, dan kandung
ampedu (Padila, 2013). Demam dan gejala pada thypoid ini disebabkan oleh
endotoksemia. Tetapi berdasarkan penelitian sperimental disimpulkan bahwa
endotoksemia bukan penyebab utama pada demam thypoid. Endotoksemia berperan
pada patogenis thypoid, karena akan membantu pasien inflamasi lokal pada usus
halus. Demam ini disebabkan salmonella thypi dan endotoksinnya merangsang
sintesis dan pelepsan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang
(Padila,2013).

8
5. Pathway Thypoid

9
6. Manifestasi Klinis Thypoid
a) Masa tunas 10 – 20 hari yang tersingkat 4 hari jika infeksi terjadi melalui
makanan, sedangkan jika melalui minuman yang terlama 30 hari.

b) Selama masa inkubasi mungkin ditemukan gejala prodromal yaitu perasaan


tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat, nafsu
makan kurang.

c) Demam. Pada kasus yang khas demam berlangsung 3 minggu, bersifat febris
remiten dan suhu tidak tinggi sekali. Selama minggu pertama, suhu tubuh
berangsur-angsur naik setiap hari, biasanya menurun pada pagi hari dan
meningkat lagi pada sore dan malam hari. Dalam minggu kedua pasien terus
berada dalam keadaan demam, pada minggu ketiga suhu berangsur turun dan
normal kembali pada akhir minggu ketiga.

d) Gangguan pada saluran pencernaan. Pada mulut terdapat nafas berbau tidak
sedap, bibir kering dan pecah-pecah (ragaden). Lidah tertutup selaput putih
kotor (coated tongue), ujung dan tepinya kemerahan.

e) Gangguan kesadaran, umumnya kesadaran pasien menurun walaupun tidak


dalam yaitu apatis sampai somnolen, jarang terjadi stupor atau koma (kecuali
penyakitnya berat dan terlambat mendapatkan pengobatan).

f) Pada punggung dan anggota gerak dapat ditemukan roseola yaitu bintik-bintik
kemerahan karena emboli basil dalam kapiler kulit yang dapat ditemukan pada
minggu pertama demam.

7. Komplikasi Thypoid
Menurut Sodikin (2011) komplikasi biasanya terjadi pada usus halus, namun hal
tersebut jarang terjadi, apabila komplikasi ini terjadi pada seorang anak maka dapat
berakibat fatal. Gangguan pada usus halus dapat berupa sebagai berikut, yaitu:

1. Perdarahan usus

Apabila perdarahan terjadi dalam jumlah sedikit perdarahan tersebut


sehingga dapat ditemukan jika dilakukan adanya pemeriksaan feses
dengan benzidin, jika pendarahan banyak maka dapat terjadi melena
yang bisa disertai nyeri pada perut dengan tanda-tanda renjatan.
10
Perforasi usus biasanya timbul pada minggu ketiga atau setelahnya
dan terjadi pada bagian usus distal ileum.

2. Perforasi

Perforasi yang tidak disertai peritonitis hanya dapat ditemukan bila


terdapat udara di rongga peritoneum, yaitu pekak hati menghilang
dan terdapat udara diantara hati dan diafragma pada foto rongten
abdomen yang dibuat dalam keadaan tegak.

3. Peritonitis

Peritonitis biasanya menyertai perforasi, namun dapat juga terjadi


tanpa perforasi usus. Ditemukan gejala abdomen akut seperti nyeri
perut yang hebat, dinding abdomen tegang (defebce musculair) dan
adanya nyeri tekan.

Komplikasi ekstraintestinal diantaranya adalah:

a. Komplikasi kardiovaskuler: miakarditis, trombosis, dan


tromboflebitis.

b. Komplikasi darah: anemia hemolitik, trombusa penia dan sindrom


urenia hemolitik.

c. Komplikasi paru: pneumonia, emfiema, dan pleuritas.

d. Kompilkasi hepar dan kandung kemih: hepatitis dan kolelitaris.

e. Komplikasi ginjal: glumerulonetritis, prelene tritis, dan perine


pitis. f. Komplikasi tulang: ostieomilitis, spondylitis, dan oritis.

4. Komplikasi diluar usus

Terjadi lokalisasi peradangan akibat sepsis (bacteremia), yaitu


meningitis, kolesitisis, ensefalopati, dan lain-lain. Kumolikasi
diluar usus ini terjadi karena infeksi sekunder, yaitu
bronkopneumonia.

11
8. Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang Thypoid
 Pemeriksaan fisik

a. Keadaan umum : Pasien lemas dan akral panas

b. Tingkat kesadaran : Perlu di observasi karna akan mengalami penurunan


kesadaran seperti apatis atau samnollen walaupun tidak merosot.

c. TTV : Tekanan darah pada penderita demam thypoid normal 110/80-120/80


mmHg, dan suhu tubuh akan menigkat yang disebabkan oleh salmonella thypi
hingga 390C-400C , respirasi akan mengalami peningkatan atau tidak karna
pasien demam thypoid bisa mengalami sesak nafas, nadi akan normal/tidak.

 Pemeriksaan Penunjang

Menurut Muttaqin, (2011) pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada


pasien demam thypoid antara lain sebagai berikut:

1. Pemeriksaan Laboratorium

a. Pemeriksaan darah

Untuk mengindentifikasi adanya anemia karena asupan


makanan yang terbatas, malabsorspi, hambatan pembentukan
darah dalam sumsum, dan penghancuran sel darah merah dalam
pendarahan darah. Leukopenia dengan jumlah lekosit antara
3000- 4000 mm3 ditemukan pada fase demam. Hal ini
diakibatkan oleh penghancuran lekosit oleh endotoksin.
Aneosinofilia yaitu hilangnya eosinophil dari darah tepi.

b. Pemeriksaan Leukosit

Pada kebanyakan kasus demam thypoid, jumlah leukosit pada


sediaan darah tepi dalam batas normal, malahan kadang
terdapat leukositosis, walaupun tidak ada komplikasi atau
infeksi sekunder.

c. Pemeriksaan feses

12
Didapatkan adanya lendir dan darah, dicurigai akan bahaya
perdarahan pada usus dan perforasi.

d. Tes widal

Tes widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan ati
bodi (aglutinin).. Anti gen yang digunakan pada tes widal
adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di
laboratorium. Maksud tes widal adalah untuk menentukan
adanya agglutinin dalam serum pasien yang disangka menderita
demam thypoid. Akibat infeksi oleh kuman salmonella, pasien
membuat anti bodi (agglutinin), yaitu:

1) Aglutinin O, yaitu dibuat karena rangsangan antigen O


(berasal dari tubuh kuman).

2) Aglutinin H, karena rangsangan antigen H (berasal dari


flagella kuman).

3) Aglutinin V, karena rangsangan antigen Vi (berasal dari


simpai kuman).

Dari ketiga agglutinin tersebut hanya agglutinin O dan


H yang ditentukan tinternya untuk diagnosis. Makin tinggi
titernya, kemungkinan makin besar pasien menderita demam
thypoid. Pada pasien yang aktif, titer uji widal akan meningkat
pada pemeriksaan ulang yang dilakukan selang paling sedikit 5
hari.

e. Biakan darah

Biakan darah positif memastikan demam thypoid, tetapi biakan


darah negative tidak menyingkirkan demam thypoid, karena
pada pemeriksaan minggu pertama penyakit berkurang dan
pada minggu-minggu berikutnya pada waktu kambuh biakan
akan terjadi positif lagi.

f. Pemeriksaan radiologi

13
Pemeriksaan ini untuk mengetahui apakah adanya kelainan atau
komplikasi akibat demam thypoid

9. Penatalaksanaan Thypoid
 Penatalaksanaan Medik
a.       Perawatan

Pasien thypoid perlu dirawat di Rumah Sakit untuk mendapatkan


perawatan, observasi dan diberikan pengobatan yakni :

o Isolasi pasien.

o Desinfeksi pakaian.

o Perawatan yang baik untuk menghindari komplikasi, mengingat sakit


yang lama, lemah, anoreksia dan lain-lain.

o Istirahat selama demam sampai dengan 2 minggu setelah suhu normal


kembali (istirahat total), kemudian boleh duduk jika tidak panas lagi,
boleh berdiri kemudian berjalan diruangan.

              b.      Diet

Makanan harus mengandung cukup cairan, kalori dan tinggi


protein. Bahan makanan tidak boleh mengandung banyak serat, tidak
merangsang dan tidak menimbulkan gas, susu 2 gelas sehari, bila
kesadaran pasien menurun diberikan makanan cair melalui sonde
lambung. Jika kesadaran dan nafsu makan anak baik dapat juga
diberikan makanan biasa.

                          c.      Obat

Obat anti mikroba yang sering digunakan :

 Cloramphenicol

Cloramphenicol masih merupakan obat utama untuk


pengobatan thypoid.

Dosis untuk anak : 50 – 100 mg/kg BB/dibagi dalam 4 dosis


sampai 3 hari bebas panas/minimal 14 hari.
14
 Kotrimaksasol

Dosis untuk anak : 8 – 20 mg/kg BB/hari dalam 2 dosis sampai


5 hari bebas panas/minimal 10 hari.

 Bila terjadi ikterus dan hepatomegali : selain Cloramphenicol


juga diterapi dengan ampicillin 100 mg/kg BB/hari selama 14 hari
dibagi dalam 4 dosis.

 Penatalaksanaan Keperawatan

Menurut (Nugroho, 2011) tindakan keperawatan yang dilakukan untuk


pasien dengan demam thypoid antara lain:

a. Gangguan suhu tubuh (Hipertermi)

1) Kaji penyebab hipertermi

2) Jelaskan pada klien/keluarga pentingnya mempertahankan


masukan cairan yang adekuat untuk mencegah dehidrasi.

3) Ajarkan/lakukan upaya mengatasi hipertermi dengan kompres


hangat, sirkulasi cukup, pakaian longgar dan kering dan
pembatasan aktivitas.

4) Jelaskan tanda-tanda awal hipertermi: kulit kemerahan, letih,


sakit kepala, kehilangan nafsu makan.

b. Kebutuhan nutrisi dan cairan

1) Tentukan kebutuhan kalori harian yang realistis dan secara


adekuat, konsulkan pada ahli gizi.

2) Timbang BB secara berkala.

3) Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat.

4) Ciptakan suasana yang membangkitkan selera makanan:


tampilan pada makanan, sajian makanan dalam keadaan hangat,
makan secara bersamaan, suasana yang tenang, lingkungan yang
bersih.

5) Pertahankan kebersihan mulut sebelum dan sesudah makan


15
10. Diagnosa Keperawatan Thypoid
Diagnosa keperawatan dan intervensi pada pasien demam typhoid menurut
( Doenges,2000 ), antara lain:

1. Hipertermi berhubungan dengan meningkatnya metabolisme suhu tubuh.

Tujuan : Suhu tubuh kemabali normal ( 36 - 37⁰  C ) setelah dilakukan


tindakan keperawatan selama 3x24 jam.

Kriteria Hasil :

a. Suhu klien kembali normal ( 36 – 37 ⁰ C )

b. Badan tidak teraba panas

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubunga

dengan anoreksia mual.

Tujuan : Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi setelah dilakukan asuhan


keperawatan selama 3 x 24 jam.

Kriterian Hasil :

a. Intake nutrisi meningkat

b. Diit habis 1 porsi yang telah disediakan

c. Berat badan

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.

Tujuan : Aktifitas klien meningkat setelah dilakukan tindakan keperawatan

selama 3x24 jam.

Kriteria hasil :

kemampuan aktifitas bisa mandiri

16
17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Typhoid adalah suatu penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran
cerna dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran cerna dan
gangguan kesadaran. Penyakit pada usus yang menimbulkan gejala-gejala sistemik
yang disebabkan oleh salmonella typhi, salmonella type A.B.C penularan terjadi
secara pecal, oral melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi. 

B.Saran
Cara pencegahan penyakit typoid yang dilakukan adalah cuci tangan setelah
dari toilet dan khususnya sebelum makan atau mempersiapkan makanan, hindari
minum susu mentah (yang belum dipasteurisasi), hindari minum air mentah, rebus air
sampai mendidih dan hindari makanan pedas.

18
DAFTAR PUSTAKA
 Ngastiyah. 2005. Ilmu Penyakit Dalam. Edisi I. Jakarta: EGC.

 Widodo Joko. 2009. Buku Ajar Penyakit Dalam. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia

 Doenges, Maryllin. 2003. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Alih Bahasa: Yasmin Asih.
Jakarta: EGC.

 Muttaqin Arif. 2011. Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi Asuhan Keperawatan Medikal


Bedah. Jakarta. Salemba Medika.

 http://eprints.ums.ac.id/16124/2/bab_1.pdf

 http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php?
article=1390973&val=1248&title=EPIDEMIOLOGI%20MANIFESTASI%20KLINIS
%20DAN%20PENATALAKSANAAN%20DEMAM%20TIFOID

 http://eprints.umpo.ac.id/5374/3/BAB%202.pdf

 https://dinkes.tegalkota.go.id/berita/detail/demam-thypoid

19

Anda mungkin juga menyukai