Anda di halaman 1dari 9

PERAN GANDA INDUNG BEURANG PADA WARGA KASEPUHAN CIPTAGELAR DI

KAWASAN GUNUNG HALIMUN JAWA BARAT – BANTEN

Oleh: Hikmat Nashrullah Latief, S.Sos


Guru Sosiologi SMA TARUNA BAKTI/
Pengurus Asosiasi Antropologi Indonesia – Pengda Jawa Barat

ABSTRAK
Indung Beurang/ Paraji adalah sebutan bagi penolong dalam tindakan persalinan di
kalangan masyarakat Sunda. Dalam dunia medis modern dikenal dengan bidan (midwife).
Jika kepandaian dan kompetensi bidan diperoleh melalui pendidikan formal, maka Indung
Beurang / Paraji tidaklah demikian. Ilmu yang dimilikinya diperoleh secara turun-temurun.
Di berbagai kelompok masyarakat pedesaan, kedua status ini masih ada. Saat ini sudah
mulai sulit untuk menemukan eksistensi baik orang maupun peran para Indung Beurang
dalam proses persalinan karena sudah tergantikan oleh peran para Bidan. Namun tidaklah
demikian dengan masyarakat adat kasepuhan Ciptagear di kawasan Gunung Halimun,
keberadaan penolong persalinan ini masih diakui bahkan memiliki kedudukan yang tinggi
sebagai bagian dari strktur organisasi lokal dari lembaga adat di sana.Tulisan ini akan
membahas bagaimana Indung Beurang ini memiliki peran yang cukup besar tiak hanya
sebagai fungsi penolong persalinan namun dia adalah pihak yang dianggap memiliki
pengetahuan luas mengenai aspek kesehatan dan pengobatan tradisional.
Dalam membicarakan tentang penyakit pada dunia medis lokal , ada yang dikenal
dengan Sistem Medis Personalistik, di mana penyakit (illness) disebabkan oleh intervensi
dari agen yang aktif, berupa : makhluk supernatural (gaib – dewa), makhluk bukan manusia
(hantu, roh leluhur, roh jahat), dan manusia (tukang sihir, tukang tenung). Yang kedua
adalah Sistem Medis Naturalistik di mana penyakit (illness) disebabkan terganggunya
keseimbangan dari unsur-unsur yang tetap dalam tubuh, seperti panas, dingin, cairan
tubuh.
Pada warga kasepuhan dunia penyembuhan penyakit yang berkaita dengan sistem
medis personalistik, pengetahuan dan praktika pengobatannya diserahkan atau didalami
oleh laki-laki, sedangkan penyembuhan medis naturalistik, menjadi dunianya para Indung
Beurang. Para Indung Beurang ini melakukan pengobatan sebaimana layaknya “dokter”
yang dapat menjelaskan manfaat dari berbagai tanaman obat (herbal) yang berada di
lingkungan mereka dengan penyakit yang layak disembuhkan oleh tanaman tersebut.
Berbeda dengan Dukun yang dipernakan oleh laki-laki, mereka lebih pada pengobatan
gangguan gaib sehingga pengetahuan tentang praktika pengobatannya lebih berkaitan
dengan aspek metafisik.Dari fakta seperti ini sungguh menarik untuk mengeksplorasi
bagaimana kaum perempuan yang direpresentasikan oleh Indung Beurang justru menjadi
“pengawal dan penjaga kelestarian pengetahuan pengobatan alami. Dengan kata lain
tidaklah berlebihan jika kita katakan bahwa di tangan perempuanlah peran preservasi
lingkungan diserahkan. Inilah peran ganda dari seorang Indung Beurang.
PERAN GANDA INDUNG BEURANG PADA WARGA KASEPUHAN
DI KAWASAN HALIMUN JAWA BARAT – BANTEN

Oleh: Hikmat Nashrullah Latief, S.Sos

A. Pengantar

Dalam pandangan persfektif evolusi, Masyarakat Indonesia,-- setidaknya hingga era

demokratisasi ini--, diumpamakan bagai satu titik yang berada di tengah garis koninum

perkembangan kebudayaan. Pada titik ekstremnya, ada masyarakat yang sudah modern di

satu sisi, dan di sisi lain adalah gambaran masyarakat yang jauh tertinggal. Di tengah-

tengahnya adalah masyarakat peralihan yang mulai berangkat meninggalkan tradisionalitas

menuju pola hidup modern. Dalam konteks kajian sistem pengetahuan dan teknologi lokal,

pandangan di atas cukup "menggangu" karena dalam kepentingan mengangkat nilai-nilai,

pengetahuan, dan tradisi lokal yang hidup di masyarakat, pandangan tersebut

menempatkan masyarakat tradional berada dalam kelas tertinggal. Persoalan lain adalah

begitu kuatnya pandangan dan pemahaman ini sehingga terlihat tumbuh subur pada

masyarakat awam, bahkan hingga kelompok yang mencap dirinya modern. Menurut

pandangan mereka, tradisionalitas hanyalah merupakan warisan budaya, yang dalam

konteks pelestariannya, cukup hanya sebagai "etalase" masa lalu; yang baik dan indah akan

menjadi asesoris dunia modern dan yang tidak layak kemudian akan tersingkir.

Jika wacana sistem pengetahuan dan teknologi lokal msih ingin kita jadikan subjek

yang kontributif-ilmiah baik praktis maupun teoritis, penting kiranya menempatan segala

ruang wacananya untuk untuk lebih fungsional. Harus ada kemauan untuk

mengesampingkan terlebih dahulu pandangan - pandangan sempit seperti ketertinggalan,

kuno, dan lain-lain.

Sistem pengetahuan dan teknologi lokalsendiri merupakan suatu sistem dan pola

yang ajeg yang telah diparktikkan, serta dikembangkan sejak lama oleh masyarakat kita.

Bentuk-bentuknya bisa berupa tatanilai, sistem sosial, hingga praktika serta bentuk

pengetahuan masyarakat lokal yang kuat disajikan dalam tradisi-tradisi lisan.

Namun demikian pelestarian budaya lokal ini bukannya tanpa persoalan; karakter

budaya lokal yang tak tertulis, terhambatnya proses pewarisan budaya antargenerasi, dan
faktor-faktor eksternal yang berlawanan serta menjadi antitesis dengan sistem lokal ini,

menjadi suatu fakta juga bahwa keberadaan pengetahuan dan teknologi lokal ini lambat

laun akan berkahir pada kepunahan. Untuk menykapi ini secara arif, diperlukan berbagai

upaya sadar jika muatan lokal ini masih akan kita pertahankan. Gejala ini sudah nampak

juga dalam dunia medis lokal. Saat ini "kotak emas" yang berisi pengetahuan medis lokal di

masyarakat sudah hampir hilang. Dunia medis lokal seolah sedang bertempur dengan

keberadaan medis modern. Mengapa kedua dunia ini seolah tak "bersahabat", adalah karena

ranah pembicaraannya adalah berbeda. Dunia medis lokal merupakan bagian yang tak

terpisahkan dari kebudayaan yang diusung oleh masyarakat setempat yang eksklusif,

sedangkan dunia medis modern merupakan prosuk dunia ilmu pengetahuan modern yang

mengedepankan prasyarat ilmiah yang logis, i masayarakat; dalam dunia budaya medis

peran ini dipegang oleh para dukun, tukang tenung, sampai dengan paraji / Indung Beurang

(Sunda).

B. SISTEM MEDIS TRADISIONAL SEBAGAI PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI

LOKAL

Sistem medis secara umum, mencakup semua kepercayaan, tindakan, serta

pengetahuan ilmiah maupun keterampilan dalam upaya meningkatkan kesehatan. Sistem

medis ini terdiri atas

Menurut Dunn (1976) : pola-pola dari pranata sosial dan tradisi-tradisi budaya yang

menyangkut perilaku yang sengaja untuk meningkatkan kesehatan, meskipun hasil dari

tingkah laku khusus tersebut belum tentu mengakibatkan taraf kesehatan menjadi baik.

Sistem medis itu sendiri dibedakan atas:

1. Sistem medis ilmiah : merupakan perkembangan ilmu pengetahuan yang berasal dari

barat

2. Sistem medis tradisional : merupakan warisan budaya yang hidup dalam aneka warna

kebudayaan.

Sistem Medis sendiri berbicara tentang beberapa hal seperti


a. Sistem “teori penyakit” : suatu sistem gagasan / bangunan intelektual mengenai cii-ciri

sehat, sebab-sebab sakit, serta pengobatan dan teknik penyembuhan

b. Sistem “perawatan kesehatan” : pranata sosial berupa cara-cara yang dilakukan oleh

berbagai masyarakat untuk merawat orang sakit dan pemanfaatan “pengetahuan” tentang

penyakit untuk menolong pasien.

c. Pembedaan antara disease (penyakit sebagai suatu konsep patologi) dan illness (penyakit

sebagai suatu konsep kebudayaan). Menyembuhkan disease. Menangani illness. Contoh :

Pada abad ke-19 di hulu Lembah Mississipi, malaria merupakan penyakit yang sangat

umum sehingga dianggap biasa / tidak patologis.

Semua sistem medis memiliki segi pecegahan dan pengobatan

Memiliki fungsi (diupayakan untuk memulihkan kembali kesehatan pasien)

Dalam teori tentang penyakit, Menurut Hughes (1986) : kepercayaan dan praktek-

praktek yang berkenaan dengan penyakit, yang merupakan hasil dari perkembangan

kebudayaan asli dan yang eksplisit tidak barasal dari kerangka konseptual kedokteran

modern.

Dalam membicarakan tentang penyakit pada dunia medis lokal , ada yang dikenal dengan :

1. Sistem Medis Personalistik

Penyakit (illness) disebabkan oleh intervensi dari agen yang aktif, berupa : makhluk

supernatural (gaib – dewa), makhluk bukan manusia (hantu, roh leluhur, roh jahat), dan

manusia (tukang sihir, tukang tenung)

2. Sistem Medis Naturalistik

Penyakit (illness) disebabkan terganggunya keseimbangan dari unsur-unsur yang tetap

dalam tubuh, seperti panas, dingin, cairan tubuh.

C. EKSISTENSI INDUNG BEURANG/PARAJI

Indung Beurang/ Paraji adalah sebutan bagi penolong dalam tindakan persalinan di

masyarakat Sunda. Dalam dunia medis modern dikenal dengan bidan (midwife). Jika

kepandaian dan kompetensi bidan diperoleh melalui pendidikan formal, maka Indung

Beurang / Paraji tidaklah demikian. Ilmu yang dimilikinya diperoleh secara turun-temurun.

Di berbagai kelompok masyarakat pedesaan, kedua status ini masih ada. Dalam
memanfaatkan kedua pihak ini ada berbagai macam perbedaanmengapa mereka memilih

antara Indung Beurang dan Bidan:

1. Memilih Indung Beurang tidak semata-mata adanya kebutuhan akan kesehatan, melainkan

masalah non-teknis kesehatan yang telah mengakar di kehidupan msayarakat

2. Indung Beurang /Paraji memainkan peran tidak saja sebagai penolong persalinan, tapi

disadari atau tidak, memosisikan dirinya sebagai kerabat/kawan bagi si pasien. secara

psikologis hal ini akan memperlancar proses persalinan.

3. Indung Beurang mendatangi pasien baik masa kehamilan,persalinan atau setelahnya, dan

bisa dihubungi kapan saja. sedangkan bidan didatangi oleh pasein, dan memiliki jam

praktek.

4. Keluarga si pasien menerima penjelasan dari Indung Beurang tentang penyakit tidak

secara medik, tetapi secara spiritual. Perawatan diberikan sesuai dg harapan yg bersumber

pd sistem religi masyarakat setempat.Indung Beurang melihat Pasien dilihat sebagai

seseorang yang perlu mendapatkan pertolongan, perhatian,perlindungan serta teman.

Sedangkan dalm kebidanan, prktek pertolongan sudah diatur berda-sarkan pengetahuan

kedokteran Barat, tetapi tidak dimengerti oleh pasien.

5. Bagi Indung Beurang dan kerabat paseien, kelahiran & persalinan adalah kejadian yg

sakral. Penyakit tidak bisa dijelaskan dengan cara naturalistik tetapi secara personalistik.

6. Dalam konteks medis lokal, kelahiran & pesalinan bukan urusan susami istri , tetapi juga

keluarga dan masyarakat.Dengan demikian Indung Beurang secara kolektif memperoleh

dukungan moral. Sedang dalam kebidanan kelahiran dan persalinan tidak memiliki

keterkaitan dengan keluarga.

D. PERAN GANDA INDUNG BEURANG PADA WARGA KASEPUHAN DI KAWASAN

GUNUNG HALIMUN

Kelompok Kasepuhan di Kawasan halimun

Kelompok Sosial Kasepuhan adalah kelompok masyarakat di kawasan Gunung

Halimun Jawa Barat-Banten. Keberadaan mereka sudah banyak diekspos baik dalam

berbagai media cetak maupun elektronik, bahkan


internet sekalipun. Hal ini didukung pula oleh semakin banyaknya berbagai tulisan - tulisan

ilmiah yang dibuat oleh para peneliti baik yang menyangkut langsung keberadaan

kelompok ini ataupun juga yang berkonsentrasi pada penelitian-penelitian lain di kawasan

Gunung Halimun pada umumnya. Tayangan televisi sudah beberapa kali menayangkan

rekaman tentang mereka.

Terdapat beberapa kelompok kasepuhan di kawasan Halimun ini. Semua dipimpin

oleh seorang Sesepuh Adat. Ada Kasepuhan Cipatgelar, Sinarresmi (dahulu Sirna Resmi),

Ciptamulya, Cisungsang, Cicarucub, dan lain-lain. Di setiap kampung tinggal Sesepuh

Girang sebagai Sesepuh, atau pemimpin adat mereka. Daya tarik lain dari kampung ini

adalah karena letaknya di kawasan Taman Nasional Gunung Halimun, suatu kawasan

konservasi alam, sekaligus juga dijadikan kawasan ekoturisme, dan lahan berbagai

penelitian ilmiah, sehingga sedikit banyak kampung ini menjadi semacam titik singgah bagi

mereka yang melakukan kegiatan - kegiatan yang berhubungan dengan hal di atas tadi.

Karena itulah, kampung-kampung adat di kawasan halimun ini menjadi pilihan

yang cukup representatif sebagai tempat penelitian, wisata, dan lain-lain. Hutan Halimun

sendiri termasuk tipe Hutan-hujan tropis yang di dalamnya memiliki keanekaragaman

hayati yang cukup tinggi termasuk obat-obatan alam.

Indung Beurang dalam Organisasi Adat kasepuhan

Pada organisasi adat kasepuhan, ada beberapa kedudukan beserta peran-perannya

seperti Sesepuh Kampung, Dukun Tani, Bengkong, dan tentu saja Indung Beurang.Indung

Beurang adalah posisi yang tidak bias tidak, harus termasuk ke dalam struktur adat, karena

memiliki peran yang cukup menentukan. Dalam keseharian, Indung Beurang adalah Seorang

wanita yang bertugas untuk membantu ibu-ibu sedang hamil tua, proses kelahirannya, serta

melakukan perawatan anak yang baru dilahirkan. Setiap saat Indung Beurang harus siap

sedia untuk membantu persalinan. Di kalangan warga kasepuhan biasanya ada 2-4 orang

Indung Beurang di setiap kampungnya. Seorang Indung Beurang harus memiliki waktu untuk

melakukan pertolongan. Namun pada warga Kasepuhan, Indung Beurang ini termasuk

“pejabat” adat yang memiliki tugas dan tanggung jawab tersendiri.


Pada kalangan warga Kasepuhan, urusan pengobatan dilakukan oleh dua pihak, yaitu

Indung Beurang dan Dukun.

Tugas Indung Beurang dan Dukun (seorang pria), memiliki kesamaan yaitu dapat membantu

melakukan pengobatan bagi seseorang yang memiliki penyakit. Namun yang

membedakannya adalah:

Indung Beurang Dukun


Penyembuhan dengan ramuan atau obat- Penyembuhan dengan meminta

obatan yang berasal dari tumbuhan pertolongan kepada leluhur


Media pengobatan seluruhnya adalah Media pengobatan biasanya air dan

tumbuhan yang mudah ditemukan di kemenyan

lingkungan sekitar mulai di pekarangan,

talun/kebun, sampai ke hutan)


Tindakan pengobatan dengan cara Tindakan pengobatan hanya sebatas

memintakan kepada pasien untuk pada, memintakan pasien untuk

meminumkannya atau khusus meminum air yang sudah diberi sande

pengobatan luar, dengan cara buhun (semacam mantera)

menggosokkan obat tradicional pada

bagian tubuh yang sakit


Indung Beurang mencarikan berbagai Dukun biasanya mengaitkan sakitnya si

macam tumbuhan obat yang tepat untuk pasien karena gangguan makhluk halus,

penyakit yang telah jelas penyebabnya hal ini bisa berkaitan dengan adanya

pelanggaran pasien atas pantangan yang

seharusnya dipatuhi

Melihat perbedaan di atas terlihat bahwa hal – hal yang berkaitan dengan penyakit

yang penyebabnya adalah berasal dari gangguan keseimbangan tubuh (naturalistik),

maka pengobatannya adalah merujuk pada Indung Beurang (seorang perempuan).

Sedangkan pengobatan untuk penyakit yang dipercayai sebagai gangguan metafisik (roh

halus) tugasnya diberikan pada Dukun (seorang Laki-laki).


Kedua tugas di atas, konsekuensi atas tugas yang diemban adalah memahami betul

mengatuhi aturan adat dan pengetahuan yang berkaitan dengan pengeobatan

spesifiknya. Di sini menarik kita lihat bahwa seorang Indung Beurang ternyata ditugasi

untuk melakukan penyembuhan-penyembuhan penyakit yang hanya pada persoalan

gangguan tubuh. Penyakit yang bisa diderita oleh siapapun dan diyakini bahwa

pengobatannya benar-benar mudah dilakukan. Tidak berkaitan dengan dimensi

metafisik, dan penjelasan atas penyakit serta tindakan-tindakan medisnya sangat logis

bagi siapapun. Indung Beurang pun memahami betul mengenai berbagai macam jenis,

variasi, cara, formula, dan pengetahuan lain yang mendukung terlaksananya layanan

medis pada masyarakat.

Secara adat, pengetahuan ini diperoleh dengan berbagai cara, yaitu:

1. Yang termudah adalah berdasarkan pengalaman sebagai anggota keluarga dimana

ibunya adalah seorang Indung Beurang juga.

2. Secara khusus orangtua akan menceritakan berbagai pengetahuan dan praktika

pengobatan medis local

3. Ada Saat tertentu yang dianggap sebagai waktu yang baik untuk memperoleh

pengetahuan local tersebut, salah satunya adalah :

a. 40 hari pertama saat seseorang telah melahirkan seorang anak, maka si

Indung Beurang remaja akan dibmbing oleh orangtuanya mengenai berbagai

hal tentang persalinan

b. Saat pergi ke ladang,

c. Pada setiap bulan Mulud setiap tahunnya, yang dipercayai sebagai waktu

turunnya berbagai ilmu dari leluhur

E. SIMPULAN

Dengan demikian seorang Indung Beurang di Kasepuhan dapat kita nyatakan sebagai

berikut:

1. Indung Beurang adalah pelaksana perbantuan pada seseorang saat hamil, persalinan,

dan sesudah melahirkan (terutama dalam 40 hari pertama)


2. Indung Beurang adalah seorang “dokter” alam.. Ia menyembuhkan pada gangguan –

gangguan penyakit yang dianggap sebagai penggangu keseimbangan tubuh / bukan

karena gangguan roh ahalus

3. Indung beurang (juga) adalah seorang “penjaga” dan pelestari pengetahuan local

khususnya mengenai tumbuhan obat serta tindakan-tindakan medis tradisional

Anda mungkin juga menyukai