Anda di halaman 1dari 9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. COVID 19
a. Definisi
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2).
SARS-CoV-2 merupakan coronavirus jenis baru yang belum pernah diidentifikasi
sebelumnya pada manusia. Ada setidaknya dua jenis coronavirus yang diketahui
menyebabkan penyakit yang dapat menimbulkan gejala berat seperti Middle East
Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS).
Tanda dan gejala umum infeksi COVID-19 antara lain gejala gangguan pernapasan
akut seperti demam, batuk dan sesak napas. Masa inkubasi rata-rata 5-6 hari dengan
masa inkubasi terpanjang 14 hari. Pada kasus COVID-19 yang berat dapat
menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, dan bahkan
kematian.1
Pada tanggal 31 Desember 2019, WHO China Country Office melaporkan
kasus pneumonia yang tidak diketahui etiologinya di Kota Wuhan, Provinsi Hubei,
Cina. Pada tanggal 7 Januari 2020, China mengidentifikasi kasus tersebut sebagai
jenis baru coronavirus. Pada tanggal 30 Januari 2020 WHO menetapkan kejadian
tersebut sebagai Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Dunia
(KKMMD)/Public Health Emergency of International Concern (PHEIC) dan pada
tanggal 11 Maret 2020, WHO sudah menetapkan COVID-19 sebagai pandemi.
Berdasarkan hasil penyelidikan epidemiologi, kasus tersebut diduga
berhubungan dengan Pasar Seafood di Wuhan. Pada tanggal 7 Januari 2020,
Pemerintah China kemudian mengumumkan bahwa penyebab kasus tersebut adalah
Coronavirus jenis baru yang kemudian diberi nama SARS-CoV-2 (Severe Acute
Respiratory Syndrome Coronavirus 2). Virus ini berasal dari famili yang sama dengan
virus penyebab SARS dan MERS. Meskipun berasal dari famili yang sama, namun
SARS-CoV-2 lebih menular dibandingkan dengan SARS-CoV dan MERS-CoV
(CDC China, 2020). Proses penularan yang cepat membuat WHO menetapkan
COVID-19 sebagai KKMMD/PHEIC  (Public Health Emergency of International
Concern (PHEIC)/Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Dunia) pada
tanggal 30 Januari 2020. Angka kematian kasar bervariasi tergantung negara dan
tergantung pada populasi yang terpengaruh, perkembangan wabahnya di suatu negara,
dan ketersediaan pemeriksaan laboratorium.1

b. Etiologi

Penyebab COVID-19 adalah virus yang tergolong dalam family coronavirus.


Coronavirus merupakan virus RNA strain tunggal positif, berkapsul dan tidak
bersegmen. Terdapat 4 struktur protein utama pada Coronavirus yaitu: protein N
(nukleokapsid), glikoprotein M (membran), glikoprotein spike S (spike), protein E
(selubung). Coronavirus tergolong ordo Nidovirales, keluarga Coronaviridae.
Coronavirus ini dapat menyebabkan penyakit pada hewan atau manusia. Terdapat 4
genus yaitu alphacoronavirus, betacoronavirus, gammacoronavirus, dan
deltacoronavirus. Sebelum adanya COVID-19, ada 6 jenis coronavirus yang dapat
menginfeksi manusia, yaitu HCoV-229E.1

Belum dipastikan berapa lama virus penyebab COVID-19 bertahan di atas


permukaan, tetapi perilaku virus ini menyerupai jenis-jenis coronavirus lainnya.
Lamanya coronavirus bertahan mungkin dipengaruhi kondisi-kondisi yang berbeda
(seperti jenis permukaan, suhu atau kelembapan lingkungan). Penelitian (Doremalen
et al, 2020) menunjukkan bahwa SARS-CoV-2 dapat bertahan selama 72 jam pada
permukaan plastik dan stainless steel, kurang dari 4 jam pada tembaga dan kurang
dari 24 jam pada kardus. Seperti virus corona lain, SARS-COV-2 sensitif terhadap
sinar ultraviolet dan panas. Efektif dapat dinonaktifkan dengan pelarut lemak (lipid
solvents) seperti eter, etanol 75%, ethanol, disinfektan yang mengandung klorin, asam
peroksiasetat, dan khloroform (kecuali khlorheksidin).1
c. Penularan

Coronavirus merupakan zoonosis (ditularkan antara hewan dan manusia).


Penelitian menyebutkan bahwa SARS ditransmisikan dari kucing luwak (civet cats)
ke manusia dan MERS dari unta ke manusia. Adapun, hewan yang menjadi sumber
penularan COVID-19 ini masih belum diketahui. Masa inkubasi COVID-19 rata-rata
5-6 hari, dengan range antara 1 dan 14 hari namun dapat mencapai 14 hari.1

Berdasarkan studi epidemiologi dan virologi saat ini membuktikan bahwa


COVID-19 utamanya ditularkan dari orang yang bergejala (simptomatik) ke orang
lain yang berada jarak dekat melalui droplet. Droplet merupakan partikel berisi air
dengan diameter >5-10 µm. Penularan droplet terjadi ketika seseorang berada pada
jarak dekat (dalam 1 meter) dengan seseorang yang memiliki gejala pernapasan
(misalnya, batuk atau bersin) sehingga droplet berisiko mengenai mukosa (mulut dan
hidung) atau konjungtiva (mata). Penularan juga dapat terjadi melalui benda dan
permukaan yang terkontaminasi droplet di sekitar orang yang terinfeksi.1

Oleh karena itu, penularan virus COVID-19 dapat terjadi melalui kontak
langsung dengan orang yang terinfeksi dan kontak tidak langsung dengan permukaan
atau benda yang digunakan pada orang yang terinfeksi (misalnya, stetoskop atau
termometer). Hal ini termasuk keadaan khusus dimana terdapat prosedur atau
perawatan suportif yang menghasilkan aerosol seperti intubasi endotrakeal,
bronkoskopi, suction terbuka, pemberian pengobatan nebulisasi, ventilasi manual
sebelum intubasi, mengubah pasien ke posisi tengkurap, memutus koneksi ventilator,
ventilasi tekanan positif noninvasif, trakeostomi, dan resusitasi kardiopulmoner.
Masih diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai transmisi melalui udara.1

d. Gejala Klinis

Gejala-gejala yang dialami biasanya bersifat ringan dan muncul secara


bertahap. Beberapa orang yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala apapun dan tetap
merasa sehat. Gejala COVID-19 yang paling umum adalah demam, rasa lelah, dan
batuk kering. Beberapa pasien mungkin mengalami rasa nyeri dan sakit, hidung
tersumbat, pilek, nyeri kepala, konjungtivitis, sakit tenggorokan, diare, hilang
penciuman dan pembauan atau ruam kulit.1
Berdasarkan beratnya kasus, COVID 19 dibedakan atas beberapa kelompok,
yaitu:2

1. Tanpa gejala

Kondisi ini merupakan kondisi teringan. Pasien tidak ditemukan gejala.

2. Ringan/tidak berkomplikasi

Pasien dengan infeksi saluran napas oleh virus tidak berkomplikasi dengan
gejala tidak spesifik seperti demam, lemah, batuk (dengan atau tanpa produksi
sputum),anoreksia, malaise, nyeri otot, sakit tenggorokan, sesak ringan, kongesti
hidung, sakit kepala. Meskipun jarang, pasien dapat dengan keluhan diare, mual atau
muntah. Pasien usia tua dan immunocompromised gejala atipikal.

3. Sedang / Moderat

Pasien remaja atau dewasa dengan pneumonia tetapi tidak ada tanda
pneumonia berat dan tidak membutuhkan suplementasi oksigen Atau Anak-anak
dengan pneumonia tidak berat dengan keluhan batuk atau sulit bernapas disertai napas
cepat.

4. Berat /Pneumonia Berat

Pasien remaja atau dewasa dengan demam atau dalam pengawasan infeksi
saluran napas/pneumonia, ditambah satu dari: frekuensi napas > 30 x/menit, distress
pernapasan berat, atau saturasi oksigen (SpO2) <93% pada udara kamar atau rasio
PaO2/FiO2 < 300. Atau Pasien anak dengan batuk atau kesulitan bernapas, ditambah
setidaknya satu dari berikut ini:

 sianosis sentral atau SpO2 <90%;


 distres pernapasan berat (seperti mendengkur, tarikan dinding dada yang berat);
 tanda pneumonia berat: ketidakmampuan menyusui atau minum, letargi atau
penurunan kesadaran, atau kejang.
e. Diagnosis3
Diagnosis WHO merekomendasikan pemeriksaan molekuler untuk seluruh
pasien yang terduga terinfeksi COVID-19. Metode yang dianjurkan - 14 -
adalah metode deteksi molekuler/NAAT (Nucleic Acid Amplification Test)
seperti pemeriksaan RT-PCR.
f. Terapi3
Tata Laksana Hingga saat ini, belum ada vaksin dan obat yang spesifik untuk
mencegah atau mengobati COVID-19. Pengobatan ditujukan sebagai terapi
simptomatis dan suportif. Ada beberapa kandidat vaksin dan obat tertentu
yang masih diteliti melalui uji klinis.

B. Puskesmas4
a. Definisi
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang
bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.
 Unit Pelaksana Teknis
Sebagai unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (UPTD), puskesmas
berperan menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis operasional Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dan merupakan unit pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak
pembangunan kesehatan di Indonesia.
 Pembangunan Kesehatan
Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa
Indonesia untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi
setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
 Penanggungjawab Penyelenggaraan
Penanggungjawab utama penyelenggaraan seluruh upaya pembangunan kesehatan di
wilayah kabupaten/kota adalah Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, sedangkan
puskesmas
bertanggungjawab hanya sebagian upaya pembangunan kesehatan yang dibebankan
oleh
dinas kesehatan kabupaten/kota sesuai dengan kemampuannya.
 Wilayah Kerja
Secara nasional, standar wilayah kerja puskesmas adalah satu kecamatan, tetapi
apabila
di satu kecamatan terdapat lebih dari dari satu puskesmas, maka tanggungjawab
wilayah kerja dibagi antar puskesmas, dengan memperhatikan keutuhan konsep
wilayah (desa/kelurahan atau RW). Masing-masing puskesmas tersebut secara
operasional bertanggungjawab langsung kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

b. Kegiatan Puskesmas4
Puskesmas bertanggungjawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan
dan upaya kesehatan masyarakat, yang keduanya jika ditinjau dari sistem kesehatan
nasional merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama. Upaya kesehatan tersebut
dikelompokkan menjadi dua yakni:
1. Upaya Kesehatan Wajib
Upaya kesehatan wajib puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan
komitmen nasional, regional dan global serta yang mempunyai daya ungkit tinggi
untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan wajib ini
harus diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang ada di wilayah Indonesia.

Upaya kesehatan wajib tersebut adalah:

 Upaya Promosi Kesehatan


 Upaya Kesehatan Lingkungan
 Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana
 Upaya Perbaikan Gizi
 Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular
 Upaya Pengobatan

2. Upaya Kesehatan Pengembangan4


Upaya kesehatan pengembangan puskesmas adalah upaya yang ditetapkan
berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta yang
disesuaikan dengan kemampuan puskesmas. Upaya kesehatan pengembangan dipilih
dari daftar upaya kesehatan pokok puskesmas yang telah ada, yakni:
 Upaya Kesehatan Sekolah
 Upaya Kesehatan Olah Raga
 Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat
 Upaya Kesehatan Kerja
 Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut
 Upaya Kesehatan Jiwa
 Upaya Kesehatan Mata
 Upaya Kesehatan Usia Lanjut
 Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional

Upaya laboratorium medis dan laboratorium kesehatan masyarakat serta upaya


pencatatan dan pelaporan tidak termasuk pilihan karena ketiga upaya ini merupakan
pelayanan penunjang dari setiap upaya wajib dan upaya pengembangan puskesmas.

BAGAN PEMBAGIAN UKM UKP RIZKA

c. Upaya Kesehatan Masyarakat


Pada masa pandemi COVID-19, upaya kesehatan masyarakat tetap
dilaksanakan dengan memperhatikan skala prioritas. Puskesmas tetap melaksanakan
pelayanan dasar untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan
dan
dalam rangka pencapaian SPM kab/kota bidang kesehatan sebagaimana diatur pada
Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar Pelayanan Minimal dan
Permenkes Nomor 4 Tahun 2019 tentang Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan
Dasar Pada Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan. Pelaksanaan Upaya
Kesehatan Masyarakat (UKM) yang sudah terjadwal sebaiknya dilihat kembali
apakah tetap dapat dilaksanakan seperti biasa, dilaksanakan dengan metode atau
teknik yang berbeda, ditunda pelaksanaannya, atau sama sekali tidak dapat
dilaksanakan, tentunya dengan memperhatikan kaidah-kaidah Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi (PPI) dan physical distancing guna memutus mata rantai
penularan.5
Secara umum, pelayanan UKM di Puskesmas pada masa pandemi COVID-19
terangkum dalam tabel sebagai berikut:3
DAFTAR PUSTAKA

1. Kementerian Kesehatan RI. Pedoman pendegahan dan pengendalian corona virus


disease (covid-19). Juli 2020
2. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Protokol Tatalaksana Covid 19. Edisi 1. April.
2020.
3. KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR
HK.01.07/MENKES/413/2020 TENTANG PEDOMAN PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN CORONAVIRUS DISEASE 2019 (COVID-19)
4. KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 128/MENKES/SK/II/2004
TENTANG KEBIJAKAN DASAR PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA.
5. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Pelayanan Kesehatan Primer. Petunjuk
Pelayanan Puskesmas Selama Pandemi Covid 19. Mei. 2020

Anda mungkin juga menyukai