Disusun Oleh :
SEPRI HANDAYANI
PO.62.31.3.18.275
Disusun oleh :
SEPRI HANDAYANI
PO.62.31.3.18.275
Pembimbing
Puji dan syukur Penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena berkat rahmat dan kasih-Nya Penyusun dapat menyelesaikan Laporan
Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Rumah Sakit Doris Sylvanus Palangka Raya
tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus PKL ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik
yang membangun dari berbagai pihak. Semoga laporan kasus PKL ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca dan semua pihak-pihak lain yang berkepentingan.
Sepri Handayani
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan 2
1. Tujuan Umum 2
2. Tujuan Khusus 2
BAB II. GAMBARAN UMUM PASIEN 3
A. Identitas Pasien 3
B. Data Subyektif 3
C. Data Obyektif 3
D. Diagnosa Medik 3
E. Pengobatan 3
BAB III. PELAKSANAAN PELAYANAN GIZI 4
A. Pengkajian Gizi 4
1. Antropometri 4
2. Biokimia 4
3. Klinis 4
4. Dietery 5
5. Riwayat Personal 5
B. Diagnosis Gizi 5
C. Intervensi Gizi 6
1. Terapi Diet 6
2. Tujuan Diet 6
3. Prinsip/Syarat Diet 6
4. Perhitungan Kebutuhan 6
5. Rencana Konsultasi Gizi 7
6. Monitoring dan Evaluasi 7
7. Implementasi Gizi 8
BAB IV TINJAUAN PUSTAKA 10
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 15
A. Monitoring dan Evaluasi Asupan Zat Gizi 15
1. Asupan Makanan 15
2. Evaluasi Perkembangan Diet 16
B.Monitoring dan Evaluasi Data Rekam Medik 18
1. Pemeriksaan Klinis 18
2. Pemeriksaan Laboratorium 18
BAB VI. RINGKASAN PELAYANAN GIZI 19
BAB VII. PENUTUP 20
A. Kesimpulan 20
B. Saran 22
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 5.4 Asupan Recall 24 Jam Pada Food Weighing Hari Pertama 16
Tabel 5.5 Asupan Recall 24 Jam Pada Food Weighing Hari Kedua 17
Dokumentasi Pemorsian
Laporan Harian
Laporan Konsultasi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit ginjal kronik (chronic kidney disease) merupakan kondisi
terjadinya penurunan fungsi ginjal yang berlangsung perlahan-lahan dalam
jangka waktu yang lama dan menetap pada 3 bulan terakhir. Penyakit ginjal
kronik disebabkan oleh berbagai penyakit seperti diabetes, hipertensi, dan
kronik yang disebabkan oleh berbagai penyakit seperti diabetes, hipertensi, dan
penyakit lainnya. Umumnya gejala yang muncul dari penyakit ini adalah tidak
nafsu makan, lemas, mual, muntah, kurang konsentrasi, kadang disertai edema
pada tangan dan kaki, kulit kering dan gatal, serta uremia. Pemberian diet
ditentukan dari nilai laju filtrasi glomerulus. Diet rendah protein diberikan
apabila nilai laju filtrasi glomerulus pada grade/stage 3 atau 4.
` Chronic Kidney Disease (CKD) atau dikenal dengan Gagal Ginjal Kronik
(GGK) adalah terjadinya peurunan fungsi ginjal secara progresif yang
menyebabkan ginjal tidak dapat mempertahankan keseimbangan metabolik,
cairan, dan elektrolit (EscottStumps, 2012). Menurunnya fungsi ginjal
menyebabkan zat-zat sisa metabolisme yang seharusnya dikeluarkan melalui
urin dan tidak dapat seluruhnya dikeluarkan dari tubuh sehingga akan
menumpuk di dalam darah sehingga kerja ginjal semakin berat (Rachmawati et
al, 2014). CKD dapat disebabkan oleh peradangan glomerulus kronis,
hipertensi tak terkontrol, obstruksi saluran kemih, infeksi, konsumsi obat, dan
lingkungan toksik yang tercemar dengan timah, kadmium, merkuri, dan
kromium (Escott-Stumps, 2012). Tanda dan gejala CKD pada tahap awal yaitu
anoreksia, kelelahan, pusing, hipertensi, gatal, inflamasi pada ginjal, mual,
muntah (Rolfes et al 2009).
Hypertensive heart disease adalah suatu istilah yang digunakan secara
umum untuk penyakit jantung seperti hipertropi ventrikel kiri , penyakit arteri
koroner , aritmia jantung , dan gagal jantung kongestif yang disebabkan oleh
efek peninggian tekanan darah kronis. Penyebab dari hypertensive heart
disease adalah hipertensi kronis , akan tetapi, penyebab dari hipertensi sangat
bervariasi. Patofisiolgi dari hypertensive heart disease adalah satu hal
kompleks yang melibatkan banyak Faktor yang saling mempengaruhi , yaitu
hemodinamik , struktural , neuro endokrin , seluler . Dan faktor molekuler . Di
satu sisi, faktor-faktor ini memegang peranan dalam perkembangan hipertensi
dan komplikasinya . di sisi lain peningkatan tekanan darah itu sendiri dapat
memodulasi faktor-faktor tersebut. Peningkatan tekanan darah menyebabkan
perubahan yang merugikan pada struktur dan fungsi jantung melalui 2 cara
yaitu secara langsung melalui peningkatan afterload dan secara tidak langsung
melalui nuero hormonal terkait dan perubahan vaskular. Efek hipertensi
terhadap jantung berbeda-beda , pada jantung dapat terjadi hipertrofi ventrikel
kiri , abnormalitas atrium kiri , pcnyakit katup , gagal jantung , iskemik
miokard , dan aritmia kardia.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Melakukan asuhan gizi terstandar kepada pasien dengan diagnosa HHD, CKD.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan skrinning gizi pada pasien laki-laki di ruang Teratai RSUD dr.
Doris Sylvanus Palangkaraya.
b. Melakukan assessment (antropometri, biokimia, klinis/fisik, dietary history)
pada pasien HHD, CKD, di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangkaraya.
c. Menetapkan diagnosis gizi pada pasien.
d. Mampu melakukan monitoring dan evaluasi kepada pasien
e. Meampu melakukan edukasi/konsultasi gizi tentang CKD dan HHD.
BAB II
GAMBARAN UMUM PASIEN
A. IDENTITAS PASIEN
1. Nama : Tn.D
2. Jeni Kelamin : Laki-laki
3. Umur : 45 tahun
4. No. Rekam Medik : 33.35.06
5. Ruang Perawatan : Teratai
6. Tanggal Masuk : 5 oktober 2021
7. Tanggal Assesment : 6 oktober 2021
8. Diagnosis Medis : HHD, CKD
B. Data Subyektif
Pasien mengeluh kurangnya nafsu makan dan mengalami mual.
C. Data Objektif
Tabel 2.1 Hasil laboratorium
Data Nilai Normal Hasil Keterangan
Laboratoriu Standar RS
m
Ureum 21-53 mg/dl 236 mg/dl Tinggi
Creatinin 0,17- 1,5 mg/dl 18,7 mg/dl Tinggi
Tabel 2.2 Hasil Pemeriksaan Fisik Klinis
D. Diagnosa Medik
Diagnosa medik yaitu CKD dan HHD.
E. Pengobatan
Infus RL 20, Inj. Tetorolak 30 mg, Inj. Ranitidin 50 gr,
Amplodimin 10 mg.
BAB III
PELAKSANAAN PELAYANAN GIZI
A. Pengkajian Gizi
1. Skrining
Pengukuran skrining menggunakan MST dengan total skor 4 termasuk
kategori resiko tinggi dan di assessment lanjut dan setiap hari.
2. Antropometri :
Berat Badan : 64,2 kg
Tinggi Badan : 169,8 cm
IMT : 22,2 kg/m²
Status Gizi : Normal
3. Biokimia
Tebel 3.1 Hasil Laboratorium
Data Nilai Normal Hasil Keterangan
Laboratorium Standar RS
Ureum 21-53 mg/dl 236 mg/dl Tinggi
Creatinin 0,17- 1,5 mg/dl 18,7 mg/dl Tinggi
Identifikasi : dari hasil pemeriksaan laboratorium pasien pada hari selasa
tanggal 5 oktober 2021, diketahui bahwa pemeriksaan ureum dan creatini
tinggi.
3. Klinis
Tabel 3.2 Hasil Pemeriksaan Fisik Klinis
4. Dietery
Dahulu :
5. Riwayat Personal
B. Diagnosis Gizi
Domain Intake
NI 2.1 Asupan oral tidak adekuat berkaitan dengan pasien mengalami
penurunan nafsu makan dan mual ditandai dengan asupan energi
difisit berat (62%), protein defisit sedang (75%), lemak defisit
ringan (88%), dan karbohidrat defisit berat (59%).
Domain Klinis
NC. 2.2 Perubahan nilai lab terkait gizi berkaitan dengan pasien
mengalami gagal ginjal kronik ditandai dengan nilai laboratorium
pasien Ureum 236 mg/dl (tinggi) dan Kreatinin 18,7 mg/dl
(tinggi).
NB 1.1 Kurang pengetahuan terkait makanan dan zat gizi berkaitan dengan
pasien belum pernah mendapat edukasi gizi ditandai dengan
pasien suka mengkonsumsi kopi, mie instan, minuman instan dan
makanan siap saji.
C. Intervensi Gizi
1. Terapi Diet
2. Tujuan Diet
a. Masalah Gizi
Kurangnya asupan makanan yang di konsumsi pasien dikarenakan
kurangnya nafsu makan dan mual yang di alami pasien.
b. Tujuan
Memberikan informasi terkait gizi kepada pasien mengenai Diet Penyakit
Ginjal dan Jantung.
c. Materi Edukasi
1) Pengertian GGK dan HHD, tujuan diet, syarat dan prinsip diet.
2) Bahan makanan yang dianjurkan dan bahan makanan yang tidak
dianjurkan
3) Contoh menu sehari.
4) Memberikan motivasi kepada pasien untuk melakukan diet.
- Biokimia :
- Klinis :
7. Implementasi Gizi
a. Kajian Terapi Diet
b. Perencanaan Menu
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
Gagal ginjal kronik (GGK) atau Chronic Kidney Disease (CKD) adalah
keadaan kerusakan ginjal dimana ginjal mengalami kehilangan fungsi yang
progresif dan irreversible (Pranowo et, al, 2016). Cronic Kidney Disease
(CKD) dari tahun ke tahun semakin meningkat. Berdasarkan data hasil riset
kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2018, Indonesia mengalami peningkatan
penderita Cronic Kidney Disease (CKD) sebanyak 1,8% sejak 2013. Pada 2013
tercatat terdapat 2% yang mengalami Cronic Kidney Disease (CKD)
sedangkan pada tahun 2018 tercatat sebanyak 3,8% yang mengalami Cronic
Kidney Disease (CKD).
Penderita gagal ginjal yang sudah pada stadium akhir atau end stage renal
disease (ESDR) memerlukan terapi ginjal pengganti yaitu hemodialisasis.
Hemodialisasis merupakan suatu cara untuk menganti fungsi ginjal dengan
mengeluarkan produk sisa metabolisme tubuh, air dan menjaga keseimbangan
elektrolit melalui membran simipermiabel yang disebut dializer (Kallenbach et
al, 2015 Dalam Kamasita Syastriana Esi, 2018). Ketika pasien memulai
hemodialisasi, maka saat itulah pasien harus merubah aspek dalam
kehidupannya. Selain harus mendatangi unit hemodialisasi selama 2-3 kali
dalam satu minggu, pasien juga harus konsisten mengkonsumsi obat,
memodifikasi gaya hidup seperti diet makanan, mengatur intake cairan, dan
mengukur balance cairan setiap hari. Masalah lain yang muncul seperti
hemoglobin juga harus di antisipasi. Hal tersebut dapat menjadi beban yang
sangat berat bagi pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialisi. Termasuk
masalah psikososial dan ekonomi yang akan menyebabkan kelelahan yang
dapat bedampak bagi terapi dan memperburuk prognosis. (Kim, Y., et al,
2010).
Penyakit CKD dapat menyerang setiap manusia baik pria maupun wanita
tanpa memandang usia, status sosial, ekonomi, latar belakang pendidikan,
pekerjaan, dan tempat tinggal. Pasien GGK tertinggi pada kelompok umur >75
tahun (0,6%). Prevalensi pada pria (0,3%) lebih tinggi dari wania (0,2%),
prevalensi lebih tinggi dari masyarakat perdesaan (0,3%), tidak bersekolah
(0,4%), pekerjaan wiraswasta, petani/nelayan buruh (0,4%), dan kuintil indeks
kepemilikan terbawah dan menengah bawah masing-masing (0,3%)
(Riskesdas, 2018).
Penyebab gizi kurang pada pasien CKD diantanya karena penurunan nafsu
makan, hilangnya zat gizi ke dalam cairan, katabolisme, inflamasi. Faktor yang
mempengaruhi asupan makan pada pasien CKD dengan terapi hemodialisis
adalah adanya gangguan gastrointestinal yang berupa mual dan anoreksia serta
hilangnya protein pada saat dilakukan dialisis (Rokhmah, et al, 2017).
Tingginya kadar ureum dalam darah akibat tidak tercukupinya terapi
hemodalisis yang dilakukan dapat menyebabkan mual dan muntah (gahong
dan McOhee, 2010). Selain malnutrisi dapat disebabkan karena faktor
psikologis seperti stress dan depresi. Pasien CKD dengan terapi hemodialisis
berisko tinggi mengalami gangguan nutrisi. Manutrisi merupakan
permasalahan yang sering terjadi pada pasien CKD dengan hemodialisis,
sehingga diperlukan makanan yang cukup agar menjaga stusus gizi normal dan
mencegah terjadinya kematian. Penetuan status gizi dapat dilakukan dengan 2
cara yaitu menggunakan Indeks Masa Tubuh (IMT) dan % LLA. Pengukuran
status gizi pada pasien CDK dengan terapi hemodialisis mempertimbangkan
adanya penumpukan cairan (edema) akibat dari penurunan laju filtrasi
glomerulus.
C. Pengkajian Gizi
1. Tujuan Diet
b. Protein: 0,6 – 0,8 g/kg BB. Sebesar 50% kebutuhan protein harus bernilai
biologic tinggi.
BAB V
Dibawah ini adalah hasil dari food weighing selama dua hari:
Tabel 5.4 Asupan Recall Makan 24 Jam Pada Pemorsian Hari Pertama
Tabel 5.5 Asupan Recall Makan 24 Jam Pada Pemorsian Hari Kedua
2. Pemeriksaan Laboratorium
Tabel 5.7 Monev Laboratorium
Data Nilai Normal Hasil Keterangan
Laboratorium Standar RS
Ureum 21-53 mg/dl 65 mg/dl Tinggi
BAB VI
Dari uraian pelaksanaan diit pasien Tn. D di atas, dapat dibuat ringkasan
pelayanan gizinya sbb :
E = 1.477 kcal
P = 38,52 gr
L = 24,6 gr
KH = 262 gr
BAB VII
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan tersebut dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu :
1. Skrining
Pengukuran skrining menggunakan MST dengan total skor 4 termasuk
kategori resiko tinggi dan di assessment lanjut dan setiap hari.
2. Asuhan Gizi
a. Assesmen
Berat badan 64,2 kg ditimbang menggunakan timbangan digital, tinggi
badan 169,8 cm, IMT 22,2 dan mempertahankan status gizi normal.
b. Biokimia
Tabel 7.1 Hasil pemerikaan laboratorium terakhir pasien
Data Nilai Normal Hasil Keterangan
Laboratorium Standar RS
Ureum 21-53 mg/dl 65 mg/dl Tinggi
Creatinin 0,17- 1,5 mg/dl 1,15 mg/dl Normal
c. Fisik Klinis
Tabel 7.2 Hasil pemeriksaan fisik/klinis terakhir pasien
d. Dieteri History
Dahulu :
3. Diagnosa Gizi
a. Domain Intake
NI 2.1 Asupan oral tidak adekuat berkaitan dengan pasien mengalami
penurunan nafsu makan dan mual ditandai dengan asupan energi
difisit berat (62%), protein defisit sedang (75%), lemak defisit
ringan (88%), dan karbohidrat defisit berat (59%).
b. Domain Klinis
NC. 2.2 Perubahan nilai lab terkait gizi berkaitan dengan pasien
mengalami gagal ginjal kronik ditandai dengan nilai
laboratorium pasien Ureum 236 mg/dl (tinggi) dan Kreatinin
18,7 mg/dl (tinggi).
5. Edukasi Gizi
DAFTAR PUSTAKA
Riset Kesehatan Dasar. (2013). Laporan hasil riset kesehatan dasar
(RIKESDAS) Tahun 2013. Diakses pada tanggal 16 Maret 2020 dari
http://www.depkes. go.id/.(2018). Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementerian RI tahun 2018. Diakses pada
tanggal 16 Maret 2020 dari
http://www.depkes.go.id/resources/downloa
d/infoterkini/materi_rakorpop_2018/Hasil% 20Risk esdas
%202018.pdf.
Penuntun diet dan terapi gizi / Persatuan Ahli Gizi Indonesia dan Asosiasi
Dietesien Indonesia ; editor, S. A Budi Hartati … (et, al),- Ed.4, -
Jakarta : EGC , 2019. Xvii,403 hlm : 15,5 x 24 cm.
LAMPIRAN
DOKUMENTASI PEMORSIAN
PEMORSIAN HARI I
Sore, 6 Oktober 2021 Pagi, 7 Oktober 2021 Siang, 7 Oktober 2021
PEMORSIAN HARI II
Sore, 7 Oktober 2021 Pagi, 8 Oktober 2021 Siang, Oktober 2021