Anda di halaman 1dari 11

KEPERAWATAN MEDICAL BEDAH (KMB)

“Gangguan Kebutuhan Nutrisi (Kolitis)”


Dosen Pengampu : Ns. Sri Mulyani M.Kep

Disusun Oleh :

Nama : VISKA AFIF TIYANI

Nim :2020200007

Kelas : 2A D3 Keperawatan

FAKULTAS ILMU KESEHATAN PRODI D III KEPERAWATAN


UNIVERSITAS SAINS AL-QUR’AN JAWA TENGAH DI WONOSOBO

2020/2021
A. Anatomi Fisiologi

Fungsi utama kolon adalah (1) absorbsi air dan elektrolit dari kimus untuk
membentuk feses yang padat dan (2) penimbunan bahan feses sampai dapat
dikeluarkan.Setengah bagian proksimal kolon berhubungan dengan absorbsi dan setengah
distal kolon berhubungan dengan penyimpanan.Karena sebagai 2 fungsi tersebut gerakan
kolon sangat lambat.Tapi gerakannya masih seperti usus halus yang dibagi menjadi
gerakan mencampur dan mendorong.

Gerakan Mencampur “Haustrasi”.

Gerakan segmentasi dengan konstriksi sirkular yang besar pada kolon, ± 2.5 cm
otot sirkular akan berkontraksi, kadang menyempitkan lumen hampir tersumbat. Saat
yang sama, otot longitudinal kolon (taenia koli) akan berkontraksi. Kontraksi gabungan
tadi menyebabkan bagian usus yang tidak terangsang menonjol keluar (haustrasi). Setiap
haustrasi mencapai intensitas puncak dalam waktu ±30 detik, kemudian menghilang 60
detik berikutnya, kadang juga lambat terutama sekum dan kolon asendens sehingga
sedikit isi hasil dari dorongan ke depan. Oleh karena itu bahan feses dalam usus besar
secara lambat diaduk dan dicampur sehingga bahan feses secara bertahap bersentuhan
dengan permukaan mukosa usus besar, dan  cairan serta zat terlarut secara progresif
diabsorbsi hingga terdapat 80-200 ml feses yang dikeluarkan tiap hari.

Gerakan Mendorong “Pergerakan Massa”.

Banyak dorongan dalam sekum dan kolon asendens dari kontraksi haustra yang
lambat tapi persisten, kimus saat itu sudah dalam keadaan lumpur setengah padat. Dari
sekum sampai sigmoid, pergerakan massa mengambil alih peran pendorongan untuk
beberapa menit menjadi satu waktu, kebanyakan 1-3 x/hari gerakan.

Selain itu, kolon mempunyai kripta lieberkuhn tapi tidak ber-vili.menghasilkan mucus
(sel epitelnya jarang mengandung enzim). Mucus mengandung ion bikarbonat yang
diatur oleh rangsangan taktil , langsung dari sel epitel dan oleh refleks saraf setempat
terhadap sel mucus Krista lieberkuhn. Rangsangan n. pelvikus dari medulla spinalis yang
membawa persarafan parasimpatis ke separuh sampai dua pertiga bagian distal
kolon.Mucus juga berperan dalam melindungi dinding kolon terhadap ekskoriasi, tapi
selain itu menyediakan media yang lengket untuk saling melekatkan bahan feses.Lebih
lanjut, mucus melindungi dinding usus dari aktivitas bakteri yang berlangsung dalam
feses, ion bikarbonat yang disekresi ditukar dengan ion klorida sehingga menyediakan
ion bikarbonat alkalis yang menetralkan asam dalam feses.Mengenai ekskresi cairan,
sedikit cairan yang dikeluarkan melalui feses (100 ml/hari). Jumlah ini dapat meningkat
sampai beberapa liter sehari pada pasien diare berat

Absorpsi dalam Usus Besar

Sekitar 1500 ml kimus secara normal melewati katup ileosekal, sebagian besar air dan
elektrolit di dalam kimus diabsorbsi di dalam kolon dan sekitar 100 ml diekskresikan
bersama feses. Sebagian besar absorpsi di pertengahan kolon proksimal (kolon
pengabsorpsi), sedang bagian distal sebagai tempat penyimpanan feses sampai akhirnya
dikeluarkan pada waktu yang tepat (kolon  penyimpanan)

Absorbsi dan Sekresi Elektrolit dan Air.

Mukosa usus besar mirip seperti usus  halus, mempunyai kemampuan absorpsi aktif
natrium yang tinggi dan klorida juga ikut terabsorpsi. Ditambah taut epitel di usus besar
lebih erat dibanding usus halus sehingga mencegah difusi kembali ion tersebut, apalagi
ketika aldosteron teraktivasi.  Absorbsi ion natrium dan ion klorida menciptakan gradien
osmotic di sepanjang mukosa usus besar yang kemudian menyebabkan absorbsi air

Dalam waktu bersamaan usus besar juga menyekresikan ion bikarbonat (seperti
penjelasan diatas) membantu menetralisir produk akhir asam dari kerja bakteri didalam
usus besar
Kemampuan Absorpsi Maksimal Usus Besar

Usus besar dapat mengabsorbsi maksimal 5-8 L cairan dan elektrolit tiap hari sehingga
bila jumlah cairan masuk ke katup ileosekal melebihi atau melalui sekresi usus besar
melebihi jumlah ini akan terjadi diare.

Kerja Bakteri dalam kolon.

Banyak bakteri, khususnya basil kolon, bahkan terdapat secara normal pada kolon
pengabsorpsi. Bakteri ini mampu mencerna selulosa (berguna sebagai tambahan nutrisi),
vitamin (K, B₁₂, tiamin, riboflavin, dan bermacam gas yang menyebabkan flatus di dalam
kolon, khususnya CO₂, H₂, CH₄)

Komposisi feses.

Normalnya terdiri dari ³⁄₄ air dan ¹⁄₄ padatan (30% bakteri, 10-20% lemak, 10-20%
anorganik, 2-3% protein, 30% serat makan yang tak tercerna dan unsur kering dari
pencernaan (pigmen empedu, sel epitel terlepas).Warna coklat dari feses disebabkan oleh
sterkobilin dan urobilin yang berasal dari bilirubin yang merupakan hasil kerja
bakteri.Apabila empedu tidak dapat masuk usus, warna tinja menjadi putih (tinja
akolik).Asam organic yang terbantuk dari karbohidrat oleh bakteri merupakan penyebab
tinja menjadi asam (pH 5.0-7.0).  Bau feses disebabkan produk kerja bakteri (indol,
merkaptan, skatol, hydrogen sulfide). Komposisi tinja relatif tidak terpengaruh oleh
variasi dalam makanan karena sebagian besar fraksi massa feses bukan berasal dari
makanan. Hal ini merupakan penyebab mengapa selama kelaparan jangka panjang tetap
dikeluarkan feses dalam jumlah bermakna.

Defekasi

Sebagian besar waktu, rectum tidak berisi feses, hal ini karena adanya sfingter yang
lemah ±20 cm dari anus pada perbatasan antara kolon sigmoid  dan rectum serta sudut
tajam yang menambah resistensi pengisian rectum. Bila terjadi pergerakan massa ke
rectum, kontraksi rectum dan relaksasi sfingter anus akan timbul keinginan defekasi.
Pendorongan massa yang terus menerus akan dicegah oleh konstriksi tonik dari 1)
sfingter ani interni; 2) sfingter ani eksternus

Refleks Defekasi. Keinginan berdefekasi muncul pertama kali saat tekanan rectum
mencapai 18 mmHg dan apabila mencapai 55 mmHg, maka sfingter ani internus dan
eksternus melemas dan isi feses terdorong keluar. Satu dari refleks defekasi adalah
refleks intrinsic (diperantarai sistem saraf enteric dalam dinding rectum.

Ketika feses masuk rectum, distensi dinding rectum menimbulkan sinyal aferen
menyebar melalui pleksus mienterikus untuk menimbulkan gelombang peristaltic dalam
kolon descendens, sigmoid, rectum, mendorong feses ke arah anus.Ketika gelombang
peristaltic mendekati anus, sfingter ani interni direlaksasi oleh sinyal penghambat dari
pleksus mienterikus dan sfingter ani eksterni dalam keadaan sadar berelaksasi secara
volunter sehingga terjadi defekasi. Jadi sfingter melemas sewaktu rectum teregang

Sebelum tekanan yang melemaskan sfingter ani eksternus tercapai, defekasi volunter
dapat dicapai dengan secara volunter melemaskan sfingter eksternus dan
mengontraksikan otot-otot abdomen (mengejan). Dengan demikian defekasi merupakan
suatu reflex spinal yang dengan sadar dapat dihambat dengan menjaga agar sfingter
eksternus tetap berkontraksi atau melemaskan sfingter dan megontraksikan otot abdomen.

Sebenarnya stimulus dari pleksus mienterikus masih lemah sebagai relfeks


defekasi, sehingga diperlukan refleks lain, yaitu refleks defekasi parasimpatis (segmen
sacral medulla spinalis). Bila ujung saraf dalam rectum terangsang, sinyal akan
dihantarkan ke medulla spinalis, kemudian secara refleks kembali ke kolon descendens,
sigmoid, rectum, dan anus melalui serabut parasimpatis n. pelvikus. Sinyal parasimpatis
ini sangat memperkuat gelombang peristaltic dan merelaksasi sfingter ani internus.
Sehingga mengubah refleks defekasi intrinsic menjadi proses defekasi yang kuat

Sinyal defekasi masuk ke medula spinalis menimbulkan efek lain, seperti mengambil
napas dalam, penutupan glottis, kontraksi otot dinding abdomen mendorong isi feses dari
kolon turun ke bawah dan saat bersamaan dasar pelvis mengalami relaksasi dan menarik
keluar cincin anus mengeluarkan feses.
B. Definisi
Kolitis userasi merupakan seuatu pernyakit kronisdimana terjadi peradangan dan
ulserasi (luka erosive )pada usus besar sehingga timbul serangan-serangan pernyakit ,
berupa diare berdarah, kram perut, dan demam gangguan ini meningkatkan resiko
terjadinya kanker usus besar di kemudian hari.
Colitis ulseratif bisa terjadi pada berbagai usia , tetapi biasanya sebelum usia 30 th, rata-
rata antara usia 14-24 tahun.ada juga beberapa orang baru mengalami serangan pada usia
antara 50-70 (David B, 2013)

C. Etiologi
Sementara penyebab kolitis ulseratif tetap tidak diketahui, gambaran tertentu
penyakit ini telah menunjukkan beberapa kemungkinan penting.Hal ini meliputi faktor
familial atau genetik, infeksi, imunologik dan psikologik.
1. Faktor familial/genetik
Penyakit ini lebih sering dijumpai pada orang kulit putih daripada orang
kulit hitam dan orang Cina, dan insidensinya meningkat (3 sampai 6 kalilipat)
pada orang Yahudi dibandingkan dengan orang non Yahudi.Hal ini menunjukkan
bahwa dapat ada predisposisi genetik terhadap perkembangan penyakit ini.
2. Faktor infeksi
Sifat radang kronik penyakit ini telah mendukung suatu pencarian terus
menerus untuk kemungkinan penyebab infeksi. Di samping banyak usaha untuk
menemukan agen bakteri, jamur, atau virus, belum ada yang sedemikian jauh
diisolasi. Laporan awal isolat varian dinding sel Pseudomona satau agen yang
dapat ditularkan yang menghasilkan efek sitopatik pada kultur jaringan masih
harus dikonfirmasi.

3. Faktor imunologik
Teori bahwa mekanisme imun dapat terlibat didasarkan pada konsep
bahwa manifestasi ekstraintestinal yang dapat menyertai kelainan ini (misalnya
artritis, perikolangitis) dapat mewakili fenomena autoimun dan bahwa zat
terapeutik tersebut, seperti glukokortikoid atau azatioprin, dapat menunjukkan
efek mereka melalui mekanisme imunosupresif.Pada 60-70% pasien dengan
kolitis ulseratif, ditemukan adanya p-ANCA (perinuclear anti-neutrophilic
cytoplasmic antibodies). Walaupun p-ANCA tidak terlibat dalam patogenesis
penyakit kolitis ulseratif, namun ia dikaitkan dengan alel HLA-DR2, di mana
pasien dengan p-ANCA negative lebih cenderung menjadi HLA-DR4 positif.

4. Faktor psikologik
Gambaran psikologis pasien penyakit radang usus juga telah ditekankan.Tidak
lazim bahwa penyakit ini pada mulaterjadinya, atau berkembang, sehubungan
dengan adanya stres psikologis mayor misalnya kehilangan seorang anggota
keluarganya.Telah dikatakan bahwa pasien penyakit radang usus memiliki
kepribadian yang khas yang membuat mereka menjadi rentan terhadap stres emosi
yang sebaliknya dapat merangsang atau mengeksaserbasi gejalanya.
5. Faktor lingkungan
Ada hubungan terbalik antara operasi apendiktomi dan penyakit kolitis
ulseratif berdasarkan analisis bahwa insiden penyakit kolitis ulseratifmenurun
secara signifikan pada pasien yang menjalani operasi apendiktomi pada dekade
ke-3.Beberapa penelitian sekarang menunjukkan penurunan risiko penyakit kolitis
ulseratif di antara perokok dibandingkan dengan yang bukan perokok. Analisis
meta menunjukkan risiko penyakit kolitis ulseratif pada perokok sebanyak 40%
dibandingkan dengan yang bukan perokok.
D. MANIFESTASI KLINIS
Kebanyakan gejala Colitis ulserativa pada awalnya adalah berupa buang air besar
yang lebih sering.Gejala yang paling umum dari kolitis ulseratif adalah sakit perut dan
diare berdarah. Pasien juga dapat mengalami:
1.      Anemia
2.      Fatigue/ Kelelahan
3.      Berat badan menurun
4.      Hilangnya nafsu makan
5.      Hilangnya cairan tubuh dan nutrisi
6.      Lesi kulit (eritoma nodosum)
7.      Lesi mata (uveitis)
8.      Nyeri sendi
9.      Kegagalan pertumbuhan (khususnya pada anak-anak)
10.  Buang air besar beberapa kali dalam sehari (10-20 kali sehari)
11.  Terdapat darah dan nanah dalam kotoran.
12.  Perdarahan rektum (anus).
13.  Rasa tidak enak di bagian perut.
14.  Mendadak perut terasa mulas.
15.  Kram perut.
16.  Sakit pada persendian.
17.  Rasa sakit yang hilang timbul pada rectum
18.  Anoreksia
19.  Dorongan untuk defekasi
20.  Hipokalsemia
Sekitar setengah dari orang-orang didiagnosis dengan kolitis ulseratif memiliki
gejala-gejala ringan.Lain sering menderita demam, diare, mual, dan kram perut yang
parah.Kolitis ulseratif juga dapat menyebabkan masalah seperti radang sendi, radang
mata, penyakit hati, dan osteoporosis.Tidak diketahui mengapa masalah ini terjadi di luar
usus.Para ilmuwan berpikir komplikasi ini mungkin akibat dari peradangan yang dipicu
oleh sistem kekebalan tubuh.Beberapa masalah ini hilang ketika kolitis diperlakukan.
Presentasi klinis dari kolitis ulserativa tergantung pada sejauh mana proses
penyakit. Pasien biasanya hadir dengan diare bercampur darah dan lendir, dari onset
gradual. Penyakit ini biasanya disertai dengan berbagai derajat nyeri perut, dari
ketidaknyamanan ringan untuk sangat menyakitkan kram.
Kolitis ulseratif berhubungan dengan proses peradangan umum yang mempengaruhi
banyak bagian tubuh. Kadang-kadang terkait ekstra-gejala usus adalah tanda-tanda awal
penyakit, seperti sakit, rematik lutut pada seorang remaja.Kehadiran penyakit ini tidak
dapat dikonfirmasi, namun, sampai awal manifestasi usus.

E. Patofisiologi
Lesi patologis awal adalah terbatas pada lapisan mukosa dan terdiri atas
pembentukan abses dalam kriptus.Pada permulaan penyakit, terjadi udema dan kongesti
mukosa.Udema dapat mengakibatkan kerapuhan yang hebat sehingga terjadi perdarahan
dari trauma yang ringan, seperti gesekan ringan pada permukaan.Pada stadium penyakit
yang lebih lanjut, abses kriptus pecah melewati di dinding kriptus dan menyebar dalam
lapisan mukosa, menimbulkan terowongan dalam mukosa.Mukosa kemudian terkelupas
dalam lumen usus, meninggalkan daerah yang tidak diliputi mukosa (tukak). Pertukakan
mula-mula tersebar dan dangkal, tetapi pada stadium lebih lanjut permukaan mukosa
yang hilang luas sekali mengakibatkan banyak kehilangan jaringan, protein dan darah
Pada kondisi yang fisiologis system imun pada kolon melindungi mukosa kolon dari
gesekan dengan feses saat akan defekasi, tetapi karena aktifitas imun yang berlebihan
pada colitis maka system imunnya malah menyerang sel-sel dikolon sehingga
menyebabkan terjadi ulkus.

Ulkus terjadi di sepanjang permukaan dalam (mukosa) kolon atau rectum yang
menyebabkan darah keluar bersama feses. Darah yang keluar biasanya bewarna merah,
karena darah ini tidak masuk dalam proses pencernaan tetapi darah yang berasal dari
pembuluh darah didaerah kolon yang rusak akibat ulkus. Selain itu ulkus yang lama ini
kemudian akan menyebabkan peradangan menahun sehingga terbentuk pula nanah (pus).
Ulkus dapat terjadi pada semua bagian kolon baik, pada sekum, kolon ascenden, kolon
transversum maupun kolon sigmoid. Akibat ulkus yang menahun maka terjadilah
perubahan bentuk pada kolon baik secara mikroskopik ataupun makroskopik

F. Pathway

Anda mungkin juga menyukai