Anda di halaman 1dari 16

PENDIDIKAN BERBASIS KESETARAAN

DAN KEADILAN GENDER

Mursidah
Guru Sejarah Pada SMAN 8 Banjarmasin
Mursidah@gmail.com

Abstract: Education is the key to the realization of gender equality in the society, because
education is a tool for transferring the norms of society, knowledge and abilities. In
education, women still lag behind men. This condition is partly due to the lack of view in
society that promotes and put the men to get an education than perempuan.Pendidikan
kesataraan gender-based issue that is very strategic, efforts should be pursued to
formulate the concrete angkah gender in national education policy, the gender-based
curriculum . Models of curriculum integration of gender equality in the educational
curriculum developed is a matter of principle because students are expected to understand
in depth about the importance of gender equality. The effort is what is meant by equality
and gender justice.

Keywords: Education, Equality, Justice, Gender.

Abstraks: Pendidikan adalah kunci untuk realisasi kesetaraan gender dalam masyarakat,
karena pendidikan adalah alat untuk mentransfer norma-norma masyarakat, pengetahuan
dan kemampuan. Dalam pendidikan, perempuan masih tertinggal pria. Kondisi ini
sebagian disebabkan oleh kurangnya lihat dalam masyarakat yang mempromosikan dan
menempatkan orang-orang untuk mendapatkan pendidikan dari perempuan.Pendidikan
kesataraan gender berbasis isu yang sangat strategis, upaya harus ditempuh untuk
merumuskan jenis kelamin angkah beton dalam kebijakan pendidikan nasional , kurikulum
berbasis gender. Model integrasi kurikulum kesetaraan gender dalam kurikulum
pendidikan dikembangkan adalah masalah prinsip karena siswa diharapkan untuk
memahami secara mendalam tentang pentingnya kesetaraan gender. Upaya ini apa yang
dimaksud dengan kesetaraan dan keadilan gender.

Kata Kunci: Pendidikan, Kesataraan, Keadilan, Gender.

Pendidikan Berbasis Kesetaraan dan Keadilan Gender (Mursidah) | 277


Pendahuluan (IKKG) dengan nilai-nilai integritasi

Pada saat ini pembahasan tentang pada Kurikulum yang wajib dilaksanakan

kesetaraan gender sedang memanas. Isu guru-guru dalam kegiatan belajar

kesetaraan gender ini seolah menjadi mengajar yaitu: persamaan hak laki-laki

bumbu utama dalam setiap acara seperti dan perempuan, perbedaan fisik laki-laki

seminar-seminar, diskusi, diklat, dan dan perempuan, partisipasi laki-laki dan

training. Media cetak pun tak ketinggalan perempuan, keadilan bagi laki-laki dan

untuk berbicara masalah keseteraan perempuan, kerja sama laki-laki dan

gender. Semisal jurnal, majalah, koran, perempuan, kesetaraan laki-laki dan

dan buku. Begitu pun media elektronik perempuan, menghargai kemajemukan,

seperti internet, televisi, dan radio. demokrasi.

Apabila dilihat lebih komprehensif Dalam wacana feminisme,

lagi ide ini pada faktanya telah kesetaraan (equality) merupakan kajian

dimasukkan dalam 12 bidang kritis yang yang sangat prinsip. Mengapa

ada, yaitu: perempuan dan kemiskinan; ketidakadilan dan berbagai persoalan

pendidikan dan pelatihan bagi perempuan muncul di permukaan?

perempuan; perempuan dan kesehatan; Penyebabnya adalah ketidaksetaraan

kekerasan terhadap perempuan; perempuan dan laki-laki. Sementara

perempuan dan konflik bersenjata; ketidakadilan itu bukan hanya milik

perempuan dan ekonomi; perempuan kelompok, tetapi berakibat pula bagi

dalam pengambilan kekuasaan; generasi selanjutnya.

mekanisme institusional untuk kemajuan Pendidikan merupakan kunci

perempuan; hak asasi perempuan; terwujudnya keadilan gender dalam

perempuan dan media; perempuan dan masyarakat, karena pendidikan

lingkungan serta anak perempuan. merupakan alat untuk mentransfer

Bahkan, saat ini sudah merambah norma-norma masyarakat, pengetahuan

melalui lembaga formal salah satunya dan kemampuan mereka. Dengan kata

adalah lembaga pendidikan dengan lain lembaga pendidikan merupakan

memasukkan ke dalam mata pelajaran sarana formal untuk sosialisasi sekaligus

sampai pada kurikulum yang dibuat transfer nilai-nilai dan norma-norma yang

berbasis gender. Bukti masuknya ide ini berlaku dalam masyarakat, termasuk

dalam kurikulum dapat dilihat dari nilai dan norma gender. Untuk itu sejak

adanya Kurikulum Kesetaraan Gender awal perlu diupayakan terwujudnya

278 | MUWÂZÂH, Volume 5, Nomor 2, Desember 2013


keadilan gender dalam lembaga reorientasi kurikulum pendidikan sekolah
pendidikan. alternatif yang sensitif gender, sehingga
Di bidang pendidikan, kaum ada penghormatan terhadap hak hak
perempuan masih tertinggal anak-anak perempuan. Kedua, perlu
dibandingkan laki-laki. Kondisi ini kalangan penggiat pendidikan alternatif
antara lain disebabkan adanya untuk mendesak adanya plafon subsidi
pandangan dalam masyarakat yang anggaran pendidikan yang khusus
mengutamakan dan mendahulukan laki- untuk anak-anak usia sekolah dari
laki untuk mendapatkan pendidikan komunitas perempuan (keluarga
daripada perempuan. Orang tua anak- miskin), sehingga mereka bisa
anak perempuan usia sekolah dari melanjutkan studi setidaknya sampai
keluarga miskin, menganggap anak-anak lulus jenjang sekolah menengah atas.
perempuan mereka tidak usah Ketiga, perlu diimplementasikan
melanjutkan sekolah, lebih baik langsung program visonaristik yakni perwujudan
dinikahkan atau didorong untuk bekerja kesetaraan hak pendidikan bagi anak
di sektor publik sebagai PRT perempuan dalam berbagai jenjang dan
(pembantu rumah tangga) atau buruh jenis pendidikan, kesetaraan dalam
informal. Kondisi demikian yang mengaktualisasikan diri dalam
menjadikan anak-anak perempuan usia proses/kegiatan belajar mengajar.
sekolah dari keluarga miskin menjadi Keempat, kesetaraan dalam
kelompok sosial yang dilanggar hak mengaktualisasikan diri dalam proses dan
sosial-ekonomi-budayanya. Mereka kegiatan belajar-mengajar.
tidak bisa mendapatkan hak Apa yang dilakukan bangsa
memperoleh (menikmati) pendidikan Indonesia sejak merdeka, sesungguhnya,
yang berkualitas dan berbiaya murah. telah mengembangkan dan menerapkan
Membaca realitas di atas, dunia desain kurikulum yang diarahkan pada
pendidikan di negeri ini telah perluasan akses yaitu semua peserta
mendiskriminasi hak-hak anak didik berkesempatan yang sama dalam
perempuan. Untuk itulah saat ini perlu mengikuti dan memperoleh sejumlah
bagi kalangan penggiat pendidikan pengalaman belajar secara optimal atas
alternatif untumengembangkan program dasar azas kemanusiaan dan berkeadilan.
pendidikan berbasis kesetaraan gender, Lantaran masih adanya ketidakjelasan
yakni: Pertama, perlu dirumuskan arah atau orientasi makna akses tersebut

Pendidikan Berbasis Kesetaraan dan Keadilan Gender (Mursidah) | 279


maka implementasi kurikulum yang waktu ke waktu, dari tempat ke tempat
berlaku menjadi mandul dan tidak lainnya, maupun berbeda dari suatu
mampu mencapai sasaran. Apalagi ada kelas ke kelas yang lain, itulah yang
kebijakan-kebijakan pendidikan yang disebut dengan gender (Fakih, 2005 : 8).
berpotensi bias Gender. Misalnya, Jadi gender diartikan sebagai jenis
pembagian tugas belajar atas dasar kelamin sosial, sedangkan sex adalah
perbedaan jenis kelamin. Mengapa kasus- jenis kelamin biologis. Maksudnya
kasus tersebut di atas terjadi, padahal adalah dalam gender ada perbedaan
Pemerintah (Kemendikbud) telah peran, fungsi dan tanggung jawab antara
berusaha secara maksimal melakukan laki-laki dan perempuan sebagai hasil
berbagai perbaikan dan penyempurnaan konstruksi sosial.
kurikulum secara terus menerus? Semua ini adalah titik tolak
pembahasan analisis gender, sex dan
Pembahasan gender, seperti sisi mata uang, kita

A. Ketimpangan Dan Ketidakadilan berbicara biologis dan secara tidak

Gender langsung kita juga berbicara antara

Dalam memahami konsep gender, fungsi, peran dan tanggung jawab antara

Mansour Fakih membedakannya antara laki-laki dan perempuan. Kesetaraan

gender dan seks (jenis kelamin). gender berarti kesamaan kondisi bagi

Pengertian seks lebih condong pada laki-laki dan perempuan untuk

pensifatan atau pembagian dua jenis memperoleh kesempatan serta hak-

kelamin manusia berdasarkan ciri haknya sebagai manusia, agar mampu

biologis yang melekat, tidak berubah dan berperan dan berpartisipasi dalam

tidak dapat dipertukarkan. Dalam hal kegiatan politik, hukum, ekonomi,

ini sering dikatakan sebagai ketentuan sosial budaya, pendidikan, pertahanan

Tuhan atau 'kodrat'. Sedangkan konsep dan keamanan nasional, serta

gender adalah sifat yang melekat pada kesamaan dalam menikmati hasil

laki-laki atau perempuan yang pembangunan tersebut. Kesetaraan

dikonstruksi secara sosial maupun gender juga meliputi penghapusan

kultural dan dapat dipertukarkan. diskriminasi dan ketidakadilan struktural,

Sehingga semua hal yang dapat baik terhadap laki-laki maupun

dipertukarkan antara sifat laki-laki dan perempuan.

perempuan, yang bisa berubah dari Keadilan gender adalah suatu

280 | MUWÂZÂH, Volume 5, Nomor 2, Desember 2013


proses dan perlakuan adil terhadap terjadi diskriminasi, terhadap laki-laki
perempuan dan laki-laki. Dengan dan perempuan. Hanya saja bila
keadilan gender berarti tidak ada dibandingkan, diskriminasi terhadap
pembakuan peran, beban ganda, perempuan kurang menguntungkan
subordinasi, marginalisasi dan dibandingkan laki-laki. Ketidakadilan
kekerasan terhadap perempuan maupun gender termanifestasikan dalam
laki-laki. Terwujudnya kesetaran dan pelbagai bentuk, yaitu:
keadilan gender ditandai dengan tidak 1. Marginalisasi atau proses
adanya diskriminasi antara perempuan peminggiran/pemiskinan, yang
dan laki-laki, dan dengan demikian mengakibatkan kemiskinan secara
mereka memiliki akses, kesempatan ekonomi. Seperti dalam memperoleh
berpartisipasi, dan kontrol atas akses pendidikan, misalnya, anak
pembangunan serta memperoleh manfaat perempuan tidak perlu sekolah
yang setara dan adil dari pembangunan. tinggi-tinggi karena pada akhirnya
Perbedaan gender pada prinsipnya juga kembali ke dapur.
adalah sesuatu yang wajar dan 2. Subordinasi atau penomorduaan,
merupakan sunnatullah sebagai sebuah pada dasarnya adalah keyakinan
fenomena kebudayaan. Perbedaan itu bahwa salah satu jenis kelamin
tidak akan menjadi masalah jika tidak dianggap lebih penting atau lebih
menimbulkan ketidakadilan. Namun utama dibanding jenis kelamin
pada kenyataannya perbedaan tersebut lainnya. Sudah sejak dahulu ada
melahirkan berbagai ketidakadilan baik pandangan yang menempatkan
bagi kaum laki-laki terutama kepada kedudukan dan peran perempuan
kaum perempuan (Ridwan, 2006 : 25). lebih rendah dari laki-laki. Sebagai
Gender masih diartikan oleh contoh dalam memperoleh hak-hak
masyarakat sebagai perbedaan jenis pendidikan biasanya anak
kelamin. Masyarakat belum memahami perempuan tidak mendapat akses
bahwa gender adalah suatu konstruksi yang sama dibanding laki-laki.
budaya tentang peran fungsi dan Ketika ekonomi keluarga terbatas,
tanggung jawab sosial antara laki-laki maka hak untuk mendapatkan
dan perempuan. Kondisi demikian pendidikan lebih diprioritaskan
mengakibatkan kesenjangan peran kepada anak laki-laki, padahal
sosial dan tanggung jawab sehingga kalau diperhatikan belum tentu anak

Pendidikan Berbasis Kesetaraan dan Keadilan Gender (Mursidah) | 281


perempuan tidak mampu. perkosaan, pemukulan dan
3. Stereotipe, adalah citra baku tentang penyiksaan, tetapi juga yang
individu atau kelompok yang tidak bersifat non fisik, seperti pelecehan
sesuai dengan kenyataan empiris seksual sehingga secara emosional
yang ada. Pelabelan negatif secara terusik.
umum selalu melahirkan 5. Beban ganda, adalah beban yang
ketidakadilan. Hal ini harus ditanggung oleh salah satu
mengakibatkan terjadinya jenis kelamin tertentu secara
diskriminasi dan berbagai berlebihan. Berbagai observasi
ketidakadilan yang merugikan kaum menunjukkan perempuan
perempuan. Misalnya pandangan mengerjakan hampir 90% dari
terhadap perempuan yang tugas dan pekerjaan dalam rumah tangga.
fungsinya hanya melaksanakan Sehingga bagi mereka yang bekerja,
pekerjaan yang berkaitan dengan selain bekerja di tempat kerja, juga
pekerjaan domestik atau kerumah- masih harus mengerjakan pekerjaan
tanggaan. Label kaum perempuan rumah tangga.
sebagai “ibu rumah Bentuk-bentuk ketidakadilan ini,
tangga”merugikan, jika hendak akhirnya berdampak pada perempuan
aktif dalam “kegiatan laki-laki” dengan terjadinya kesenjangan gender,
seperti berpolitik, bisnis atau baik di lingkup keluarga maupun di
birokrat. Sementara label laki-laki lingkup masyarakat. Berbicara tentang
sebagai pencari nafkah utama kesetaraan gender artinya bukan fifty-fifty
(breadwinner) mengakibatkan apa akan tetapi adalah pemberian akses yang
saja yang dihasilkan oleh sama bagi kaum perempuan dan laki-laki
perempuan dianggap sebagai memiliki akses sumber daya yang sama,
sambilan atau tambahan dan atau partisipasi yang sama untuk
cenderung tidak diperhitungkan. berkiprah di dalam pembangunan serta
4. Kekerasan (violence), adalah suatu memberikan kesempatan yang sama
serangan terhadap fisik maupun dalam pengambilan keputusan, karena
integritas mental psikologis pengambilan keputusan bukan hanya
seseorang. Oleh karena itu, milik kaum laki-laki saja. Dengan kata
kekerasan tidak hanya menyangkut lain kesetaraan gender adalah
serangan fisik saja seperti memberikan kesempatan yang sama

282 | MUWÂZÂH, Volume 5, Nomor 2, Desember 2013


baik laki-laki maupun perempuan Ketimpangan gender dapat pula diamati
untuk sama-sama menikmati hasil dari segi isi buku pelajaran. Kebanyakan
pembangunan. Maka emansipasi dan muatan buku pelajaran, khususnya
kesetaraan adalah hal yang wajib Bahasa dan Sastra, IPS, PPKN,
diwujudkan, akan tetapi jangan sampai Pendidikan Jasmani, Kesenian dan
kebablasan hanya karena sejenisnya, yang membahas kedudukan
mengatasnamakan kesetaraan justru perempuan dalam masyarakat cenderung
mengabaikan kodrat yang sudah masih menganut nilai-nilai yang bias
ditetapkan dengan sibuk berkarir dan gender. Perempuan dalam buku-buku
mengabaikan kasih sayang keluarga. tersebut masih ditempatkan dalam peran-
Pasal 7 Undang-Undang No. 20 peran domestik (domestic roles),
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan sebaliknya laki-laki diposisikan dalam
Nasional menyebutkan, bahwa peran-peran publik (productive roles).
kesempatan pendidikan pada setiap Dengan demikian isi buku-buku tersebut
satuan pendidikan tidak membedakan masih mengakui adanya segregasi ruang
jenis kelamin, agama, suku, ras, yang ketat antara laki-laki dan
kedudukan sosial, dan tingkat perempuan; laki-laki di ruang publik,
kemampuan ekonomi, dan tetap sedangkan perempuan di ruang domestik.
mengindahkan kekhususan satuan Kurikulum dan materi pelajaran yang
pendidikan yang bersangkutan. belum mengacu kepada prinsip-prinsip
Ketimpangan gender dalam kesetaraan dan keadilan gender
pendidikan, antara lain berwujud akanmenyebabkan perempuan tetap tidak
kesenjangan memperoleh kesempatan mempunyai mentalitas sebagai warga
yang konsisten pada setiap jenis dan masyarakat yang produktif.
jenjang pendidikan. Perempuan Sejumlah hasil penelitian
cenderung memiliki kesempatan mengungkapkan bahwa kesenjangan
pendidikan yang lebih kecil dibandingkan gender bukan diakibatkan oleh satu faktor
dengan laki-laki. Semakin tinggi jenjang tunggal, melainkan terdapat sejumlah
pendidikan, semakin lebar faktor yang saling kait mengkait.
kesenjangannya. Kesenjangan ini pada Setidaknya, dapat disebutkan empat
gilirannya membawa kepada berbedanya faktor utama, yakni faktor akses, kontrol,
rata-rata penghasilan laki-laki dan partisipasi dan benefit. Faktor akses
perempuan (Fakih, 2005 : 8-9). terlihat nyata dalam proses penyusunan

Pendidikan Berbasis Kesetaraan dan Keadilan Gender (Mursidah) | 283


kurikulum dan proses pembelajaran yang dikemukakan berkenaan dengan hal ini.
cenderung bias laki-laki (bias toward Pertama, tidak tersedianya sarana dan
male). Dalam kedua proses ini harus prasarana sekolah untuk jenjang
diakui proporsi laki-laki sangat dominan. pendidikan SLTP ke atas di daerah
Indikasinya dapat dilihat pada penulis sekitar tempat tinggal. Karena alasan
buku-buku pelajaran dalam berbagai jarak dan keselamatan selama perjalanan
bidang studi yang mayoritas adalah laki- menuju ke sekolah menyebabkan banyak
laki (85%). Selain itu, jumlah tenaga orang tua keberatan menyekolahkan anak
pengajar, khususnya pada SLTP ke atas perempuannya ke jenjang pendidikan
lebih didominasi laki-laki. Akibatnya, yang lebih tinggi. Kedua, relatif
proses pembelajaran menjadi bias laki- tingginya biaya pendidikan. Biaya
laki (bias against female). Kondisi ini pendidikan masih belum terjangkau oleh
semakin diperburuk oleh kenyataan kebanyakan penduduk, khususnya yang
bahwa sensitivitas gender masyarakat, tidak mampu. Ketiga, masih dianutnya
baik laki-laki dan perempuan masih sejumlah norma yang merugikan
sangat rendah. perempuan, misalnya pandangan yang
Kontrol terhadap kebijakan menyatakan bahwa anak perempuan lebih
pendidikan lebih didominasi laki-laki, diperlukan dalam membantu orang tua
mengingat laki-laki lebih banyak berada menyelesaikan tugas seharihari di rumah,
pada posisi strategis dalam pengelolaan sedangkan anak laki-laki memiliki
pendidikan, terutama dalam jabatan tanggung jawab yang lebih besar untuk
struktural, mulai dari tingkat pusat membantu menambah penghasilan
sampai ke tingkat yang paling rendah. keluarga.
Hal itu menyebabkan partisipasi Faktor benefit terlihat dari
perempuan dalam proses pengambilan dominannya laki-laki dalam posisi
keputusan dalam bidang pendidikan sebagai penentu kebijakan, khususnya
relatif masih rendah. Akibatnya, sejumlah dalam lembaga birokrasi di bidang
kebijakan dalam pendidikan dipandang pendidikan, demikian juga pada jabatan-
belum sensitif gender. jabatan akademis kependidikan. Karena
Partisipasi perempuan yang rendah, itu, laki-laki lebih banyak menikmati
khususnya pada jenjang pendidikan yang posisi strategis dalam jabatan-jabatan
lebih tinggi, seperti SMK dan PT. struktural.
Setidaknya ada tiga alasan yang sering

284 | MUWÂZÂH, Volume 5, Nomor 2, Desember 2013


B. Pendidikan Berbasis Keadilan dan diberikan terpisah dengan mata
Kesetaraan Gender pelajaran geografi, dan seterusnya.
Untuk mendapatkan rumusan 2. Kurikulum terpadu (integrated
tentang pengertian kurikulum, para ahli curriculum), kurikulum yang bahan
mengemukakan pandangan yang ajarnya diberikan secara terpadu.
beragam. Dalam pandangan klasik, Misalnya Ilmu Pengetahuan Sosial
kurikulum dipandang sebagai rencana merupakan fusi dari beberapa mata
pelajaran di suatu sekolah. Pelajaran- pelajaran sejarah, geografi, ekonomi,
pelajaran dan materi apa yang harus sosiologi, dan sebagainya. Dalam
ditempuh di sekolah, itulah kurikulum. proses pembelajaran dikenal dengan
Dalam pandangan modern, pengertian pembelajaran tematik yang diberikan
kurikulum lebih dianggap sebagai suatu di kelas rendah Sekolah Dasar.
pengalaman atau sesuatu yang nyata 3. Kurikulum terkorelasi (corelated
terjadi dalam proses pendidikan. curriculum), kurikulum yang bahan
Dalam perspektif kebijakan ajarnya dirancang dan disajikan
pendidikan nasional sebagaimana dapat secara terkorelasi dengan bahan ajar
dilihat dalam Undang-Undang No. 20 yang lain.
tahun 2003, bahwa: “Kurikulum adalah Memperjuangkan kesetaraan
seperangkat rencana dan pengaturan bukanlah berarti mempertentangkan dua
mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran jenis kelamin, laki-laki dan perempuan.
serta cara yang digunakan sebagai Sekali lagi bukanlah mempertentangkan
pedoman penyelenggaraan pembelajaran laki-laki dan perempuan, tetapi lebih
untuk mencapai tujuan pendidikan kepada upaya membangun hubungan
tertentu”. Kita mengenal berbagai macam (relasi) yang setara. Kesempatan harus
kurikulum ditinjau dari berbagai aspek. terbuka sama luasnya bagi laki-laki dan
Dilihat dari struktur dan materi pelajaran perempuan, sama pentingnya untuk
yang diajarkan, kita dapat membedakan mendapatkan pendidikan, makanan yang
(Nasution, 2003 : 178): bergizi, kesehatan, kesempatan kerja, dan
1. Kurikulum terpisah-pisah (separated sebagainya (Muda, 2007 : 108).
curriculum), kurikulum yang mata Dalam rangka akselerasi tujuan
pelajarannya dirancang untuk pembangunan nasional, termasuk di
diberikan secara terpisahpisah. dalamnya pembangunan bidang
Misalnya, mata pelajaran sejarah pendidikan, menuju kesetaraan dan

Pendidikan Berbasis Kesetaraan dan Keadilan Gender (Mursidah) | 285


keadilan gender dalam seluruh aspek tahap akhir berupa evaluasi.
kehidupan, baik dalam kehidupan Supaya tujuan tersebut dapat
keluarga maupun dalam kehidupan diwujudkan secara optimal, terlebih
berbangsa dan bernegara, maka dahulu perlu ditingkatkan keseimbangan
pendidikan yang berwawasan gender jumlah guru dan tenaga kependidikan
menjadi pilihan yang strategis walaupun atas dasar gender pada semua bidang dan
tentu saja merupakan pilihan yang berat pada semua tingkatan pendidikan.
mengingat banyaknya hambatan yang Selanjutnya, mengembangkan
akan dihadapi. pendekatan proses pembelajaran yang
Langkah konkrit yang perlu segera sensitif gender melalui pembinaan dan
diambil adalah merumuskan kebijakan pelatihan guru-guru, kepala sekolah, dan
gender dalam pendidikan nasional. Paling pengawas pendidikan. Demikian pula
tidak tujuan yang akan dicapai melalui perlu ditingkatkan partisipasi perempuan,
kebijakan itu mencakup tiga hal pokok. terutama pada tingkat pengambilan
Pertama, membuka kesempatan keputusan di semua unit pengelolaan
pendidikan yang lebih merata pada semua pendidikan nasional.
jurusan, jenis, dan tingkat pendidikan Keterlibatan semua pihak sangat
dengan mempertimbangkan aspek dibutuhkan bagi terwujudnya kehidupan
kesetaraan gender. Kedua, yang lebih egaliter. Kesetaraan gender
mengeliminasi semua bentuk dalam proses pembelajaran memerlukan
ketimpangan gender pada jurusan, bidang keterlibatan pemerintah sebagai
kejuruan, atau program studi di tingkat pengambil kebijakan di bidang
pendidikan menengah dan tinggi pendidikan, sekolah secara kelembagaan
sehingga terwujud kesetaraan gender dan terutama guru. Dalam hal ini
dalam berbagai bidang keahlian diperlukan standardisasi buku ajar yang
profesionalisme. Ketiga, memberikan salah satu kriterianya adalah berwawasan
peluang dan kesempatan kepada gender. Selain itu, guru akan menjadi
perempuan untuk berpartisipasi secara agen perubahan yang sangat menentukan
optimal pada semua unit dan dalam bagi terciptanya kesetaraan gender dalam
seluruh tahapan pembangunan pendidikan melalui proses pembelajaran
pendidikan, mulai dari tahap perumusan yang peka gender. Berikutnya, seluruh
kebijakan, pengambilan keputusan, penulis bahan bacaan dan para
pelaksanaan program, sampai kepada penanggungjawab dalam bidang

286 | MUWÂZÂH, Volume 5, Nomor 2, Desember 2013


pengembangan kurikulum diberikan umum). Yang dimaksud pengembangan
orientasi tentang kebijakan pendidikan kurikulum adalah proses perencanaan dan
yang berperspektif kesetaraan dan penyusunan kurikulum oleh pengembang
keadilan gender sehingga diharapkan kurikulum (curriculum developer) dan
nanti tidak ada lagi kurikulum dan buku- kegiatan yang dilakukan agar kurikulum
buku bacaan sekolah yang bias gender. yang dihasilkan dapat menjadi bahan ajar
Kurikulum memang harus dibuat, dan acuan yang digunakan untuk
disusun dengan proses tertentu. Negara mencapai tujuan pendidikan nasional.
yang memiliki undang-undang Berbagai faktor seperti politik, sosial,
pendidikan nasional mempunyai budaya, ekonomi, ilmu, teknologi
kepentingan untuk menyusun kurikulum berpengaruh dalam proses pengembangan
tersebut berdasarkan amanat yang ada di kurikulum. Secara singkat dapat
dalam undang-undang tersebut. Untuk dikatakan bahwa dalam pengembangan
menyusun kurikulum nasional, sudah kurikulum fokus awal memberi petunjuk
barang tentu ada lembaga tertentu yang jelas apakah kurikulum yang
telah diberikan tugas dan tanggung jawab dikembangkan tersebut kurikulum dalam
untuk menyusun atau mengembangkan pandangan tradisional ataukah modern
kurikulum yang akan digunakan secara (ornstein, 1999 : 76).
nasional. Ada beberapa pemangku Melakukan evaluasi, inovasi,
kepentingan yang menurut David G. reformulasi, dan rekonstruksi kurikulum
Amstrong yang biasanya dilibatkan agar sesuai dengan tuntutan dan
dalam pengembangan kurikulum, yaitu: perkembangan zaman menjadi tugas dan
Curriculum specialist (spesialis tanggungjawab semua tenaga pendidikan.
kurikulum, ahli kurikulum); Namun demukian, ujung tombak
Teacher/instructors (guru/instruktur); pelaksanaannya adalah guru atau dosen.
Learners (peserta didik); Sejalan dengan makna pengembangan
Principals/corporate unit supervisors kurikulum tersebut maka tujuan
(kepala sekolah/unit pengawas sekolah); pengembangan kurikulum adalah
Central office administrators/corporeate diperolehnya kurikulum yang kompetitif
administrators (administrator kantor dan aktual (Furchan, 2005 : 115-116).
pusat/administrator perusahaan; Special Materi dalam kurikulum harus
experts (ahli special); Lay public diorganisasikan dengan baik agarsasaran
representatives (perwakilan masyarakat (goals) dan tujuan (objectives)

Pendidikan Berbasis Kesetaraan dan Keadilan Gender (Mursidah) | 287


pendidikan yang telah ditetapkan dapat mempertimbangkan kesetaraan
tercapai. (equality), bukan sekedar perubahan
Terkait dengan pengembangan posisi. Dalam pendidikan, sedikitnya ada
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan empat hal yang harus diingat. Pertama,
(KTSP), terdapat sejumlah prinsip- guru. Guru harus berperspektif gender,
prinsip yang harus dipenuhi, diantaranya karena ia adalah ujung tombak
adalah kurikulum dikembangkan dengan pendidikan. Percuma bicara kesetaraan
memperhatikan keragaman karakteristik dalam pendidikan atau mengubah buku-
peserta didik, kondisi daerah, dan jenjang buku bacaan bila gurunya tidak
serta jenis pendidikan, tanpa mendukung. Kedua, buku-buku. Seperti
membedakan agama, suku, budaya dan yang sudah disinggung tadi, buku-buku
adat istiadat, serta status sosial ekonomi bacaan yang masih gender perlu diubah.
dan gender. Ini berkaitan dengan peran guru juga,
Secara umum, kurikulum karena kalau ternyata guru sudah bagus
pendidikan masih sarat dengan ideologi perspektif gendernya, tetapi
patriarki. Hal ini dapat dilihat dari bukubukunya belum mendukung, maka
beragam aspek, misalnya dari struktur transformasi nilai-nilai yang
dan kultur atau secara umum dari guru, berperspektif pada kesetaraan dan
lingkungan pembelajaran, serta dari keadilan gender masih belum bisa
buku-buku teks. Komposisi guru di berhasil maksimal. Ketiga, proses
sekolah misalnya, menunjukkan betapa pembelajaran. Dalam proses ini, baik
dunia pendidikan kita masih bias gender. laki-laki maupun perempuan harus
Situasi ini pun semakin diperburuk oleh diperlakukan sama. Jadi kalaupun ada
kenyataan bahwa banyak buku teks pembedaan, seharusnya hal itu
pelajaran masih menampilkan teks dan didasarkan pada kemampuannya, jangan
sekaligus gambar-gambar yang bias atas dasar jenis kelamin. Keempat,
gender. Peran perempuan di sektor penghargaan terhadap guru.
domestik, dan peran laki-laki di sektor Sebenarnya tidak ada yang
publik. Mestinya, guru sebagai agen namanya kebijakan atau ketentuan bahwa
perubahan mempunyai sikap yang tidak boleh mengambil contoh di luar
reorientasi pada kesetaraan dan keadilan buku bacaan. Namun, pihak guru sendiri
gender. yang seakan-akan enggan memberi
Kurikulum pendidikan mestinya contoh-contoh. Hasil penelitian pun

288 | MUWÂZÂH, Volume 5, Nomor 2, Desember 2013


menunjukkan keengganan tersebut dapat dimasukkan dan dikaitkan
didorong oleh kondisi sosio-ekonomi dengan kurikulum yang ada.
guru. Ada pernyataan bahwa ”Untuk apa 3. Transformational Approach. Pada
saya kerja keras kalau tidak sebanding pendekatan ini tujuan, struktur, dan
dengan apa yang saya terima perspektif yang ada dalam kurikulum
(Saptandari, 2005 : 85) semuanya dirombak dan diganti
Lembaga pendidikan yang dengan tujuan dan perspektif yang
memperjuangkan kesetaraan gender akan sensitif gender.
mencantumkan upaya kesetaraan gender 4. Social Action Approach. Pada
ini sebagai bagian dari visi dan misinya, pendekatan ini siswa diarahkan
yang kemudian akan terimplementasi untuk membuat keputusan dan
melalui kurikulum beserta komponen- tindakan yang sensitif gender dalam
komponennya. Kurikulum merupakan aktivitas kehidupan mereka.
unsur utama terlaksananya Hal ini dilakukan dengan cara
pengarusutamaan gender dalam mendiskusikan dalam kelas mengenai
pendidikan. konsep, peran dan relasi gender dalam
Ada empat level integrasi yang masyarakat, seperti mengapa terjadi
ditawarkan dalam strategi dan kerangka diskriminasi terhadap perempuan, apa
kerja untuk memasukkan materi-materi yang menyebabkan adanya diskriminasi
gender dalam sebuah kurikulum. itu, bagaimana keadaan dalam kelas
1. Contributions Approach. Pendekatan apakah ada diskriminasi, dan bagaimana
ini dilakukan oleh sistem dan diskriminasi itu harus disikapi. Dengan
kebijakan yang ada pada lembaga pendekatan ini dimaksudkan supaya
pendidikan melalui kurikulum. siswa dapat melakukan kritik sosial
Masalah-masalah gender telah bahkan dapat melakukan perubahan
dimasukkan secara eksplisit dalam sosial (susilaningsih).
kurikulum yang ada. Pengembangan model integrasi
2. Additive Approach. Dalam kurikulum kesetaraan gender yang
pendekatan ini variasi dan perspektif dikembangkan oleh Pusat Kurikulum
lain ditambahkan pada kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan
tanpa merubah struktur kurikulum Departemen Pendidikan Nasional adalah
yang ada secara umum. Pemikiran bagian dari pengembangan kurikulum
dan ide-ide baru mengenai gender inovatif. Model kurikulum integrasi

Pendidikan Berbasis Kesetaraan dan Keadilan Gender (Mursidah) | 289


kesetaraan gender yang dikembangkan diratifikasi melalui Undang-Undang
dalam kurikulum pendidikan sangatlah Nomor 23 Tahun 2002 Tentang
perlu karena peserta didik diharapkan Perlindungan Anak
dapat memahami secara mendalam 4. Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun
tentang pentingnya kesetaraan antara 2000 tentang Pengarusutaman
laki-laki dan perempuan di dalam Gender dalam Pembangunan
kehidupan. Upaya yang dilakukan itu Nasional.
untuk mencapai kesetaraan dan keadilan Kesetaraan gender yang terdapat di
gender (gender equity and equality). dalam peraturan tersebut, perlu dipahami
Sebagaimana telah dijelaskan oleh peserta didik melalui kurikulum,
bahwa kesetaraan gender ini sangat bisa tertuang dalam mata pelajaran secara
penting untuk dipahami oleh peserta mandiri ataupun terintegrasi ke dalam
didik dari tingkat pendidikan anak usia mata pelajaran yan sudah ada. Masing-
dini, dan salah satunya di tingkat masing tentu saja memberikan dampak
menengah. Pemahaman kesetaraan yang berbeda-beda. Kalau dilihat dari
gender ini telah tercantum dalam padatnya mata pelajaran yang telah
berbagai peraturan nasional, yang juga diberikan kepada siswa SLTP dan SLTA
berakar dari instrumen internasional, sudah begitu banyak, maka konsep
sebagaimana termuat dalam: kesetaraan gender ini sebaiknya
1. Deklarasi Universal Hak Asasi terintegrasi, dengan berbagai alasan,
Manusia yang kemudian Indonesia antara lain: (1) Model yang
telah mengeluarkan Undang-Undang dikembangkan terintegrasi melalui mata
Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak pelajaran, (2) Tidak merubah struktur
Asasi Manusia kurikulum yang berlaku, (3) Tidak
2. Konvensi Penghapusan Segala menambah alokasi waktu yang tersedia,
Bentuk Diskriminasi Terhadap (4) Materi yang dikembangkan
Wanita yang telah diratifikasi kontekstual dan faktual, (5) Nilai-nilai
melalui Undang-Undang Nomor 7 keadilan dan kesetaraan gender dapat
tahun 1984 Tentang Pengesahan diintegrasikan atau dirumuskan ke dalam
Konvensi Mengenai Penghapusan indikator atau kegiatan pembelajaran.
Segala Bentuk Diskriminasi Nilai-nilai kesetaraan gender yang
Terhadap Wanita. dapat diintegrasikan dalam kurikulum,
3. Konvensi Anak yang telah antara lain : persamaan hak laki-laki dan

290 | MUWÂZÂH, Volume 5, Nomor 2, Desember 2013


perempuan, perbedaan fisik laki-laki dan yang dikembangkan dalam kurikulum
perempuan, partisipasi laki-laki dan pendidikan merupakan hal yang prinsip
perempuan, keadilan bagi laki-laki dan karena peserta didik diharapkan dapat
perempuan, kerjasama laki-laki dan memahami secara mendalam tentang
perempuan, kesetaraan laki-laki dan pentingnya kesetaraan gender. Upaya
perempuan, menghargai kemajemukan, inilah yang dimaksud dengan kesetaraan
dan demokrasi.. Nilai-nilai kesetaraan dan keadilan gender (gender equity dan
gender tersebut dapat diintegrasikan equality).
dalam kurikulum, dan dapat disebarkan
pada berbagai mata pelajaran. Adapun DAFTAR PUSTAKA
langkah-langkah pengembangan dalam
kurikulum yaitu: (1) Merumuskan visi, Arief , Furchan, Muhaimin dan Agus
misi, tujuan sekolah, dan pengembangan Maimun, 2005, Pengembangan
diri yang mencerminkan kurikulum Kurikulum Berbasis
berbasis kesetaraan gender, (2) Mengkaji edition, New York: Pearson
standar kompetensi dan kompetensi dasar education Inc.
pada standar isi yang dapat diintegrasikan Fakih, Mansour, 2005, Analisis Gender
oleh nilai-nilai kesetaraan gender dari & Transformasi Sosial,
masing-masing mata pelajaran, (3) Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Mengintegrasikan nilai-nilai tersebut ke Muda, Fauzi Ahmad, 2007, Perempuan
dalam indikator dan/atau kegiatan Hitam Putih: Pertarungan Kodrat
pembelajaran pada silabus dan rencana Hidup vis a vis Tafsir
pembelajaran. Kebahagiaan, Jakarta: Prestasi
Pustaka.
Penutup Nasution, S., 2003, Asas-Asas

Pendidikan yang berbasis Kurikulum, Jakarta: Bumi Aksara.

kesataraan gender merupakan isue yang Ornstein, A.C. & Hunkins, F.P.,

sangat strategis, sehingga perlu segera Curriculum: Foundations,

diupayakan angkah konkrit yakni Principles, and Issues, Fourth

merumuskan kebijakan gender dalam Ridwan, 2006, Kekerasan Berbasis

pendidikan nasional, antara lain dalam Gender, Yogyakarta : Fajar

kurikulum berbasis gender. Model Pustaka.

kurikulum integrasi kesetaraan gender

Pendidikan Berbasis Kesetaraan dan Keadilan Gender (Mursidah) | 291


Saptandari, Pinky & Diah Retno Sawitri, Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga dan
2005, Menuju Kebebasan: McGill IISEP
Perempuan dan Pendidikan, Internet :
Surabaya: Lutfansyah Mediatama.
Susilaningsih & Agus M. Najib (Ed.), http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/0
2004, Kesetaraan Gender di 1/31/prinsip-pengembangankurikulum/.

Perguruan Tinggi Islam, Diakses tanggal 10 Oktober 2013.

292 | MUWÂZÂH, Volume 5, Nomor 2, Desember 2013

Anda mungkin juga menyukai