Anda di halaman 1dari 54

TINDAKAN PRAKTIS DAPAT

MENYELAMATKAN JIWA

PENCARIAN & PERTOLONGAN PADA


PENDERITA DI BANGUNAN RUNTUH –
TINGKAT DASAR
So That Others May Live

LASMANA
Tim Tanggap Darurat 1
PENCARIAN & PERTOLONGAN PADA PENDERITA DI BANGUNAN RUNTUH –
TINGKAT DASAR
So That Others May Live

Penyusun:
Ujang Dede Lasmana

Penerbit:

Copyright © 2021 ada pada penyusun


All right reserved

ISBN:

Gambar-gambar atau foto-foto dalam buku ini berasal dari berbagai sumber dan juga milik sendiri.
Penampilan gambar-gambar atau foto-foto tersebut hanya bertujuan sebagai ilustrasi saja dengan harapan
mempermudah pembaca melihat contoh tindakan.

Bahan-bahan yang terdapat dalam buku ini sebagian bsar rsumr pada bah pelatia
CSSR oleh ADPC

Tim Tanggap Darurat 2


BUKU INI DICETAK OLEH

UNTUK PROGRAM PADA

BUKU INI DIDUKUNG OLEH

LASMANA, Ujang D. 3
DAFTAR ISI

Tim Tanggap Darurat 4


KATA PENGANTAR
Insiden kecelakaan & sakit mendadak dapat terjadi
dimanapun & kapanpun serta dialami siapapun. Oleh karena itu
keterampilan pertolongan pertama berguna untuk dimiliki oleh
siapapun dan profesi apapun.
Kefatalan dapat dicegah dengan tindakan pertolongan
pertama sederhana yang dapat dipelajari siapapun, misalnya
pengendalian perdarahan, penanganan luka, penanganan
tersedak, penanganan patah tulang dan sengatan, gigitan atau
pagutan hewan.
Selain keterampilan, buku pedoman pertolongan yang
praktis juga diperlukan oleh mereka yang pernah mengikuti
pelatihan atau yang masih awam. Dengan buku yang disusun
praktis ini diharapkan kefatalan dan komplikasi akibat
kecelakaan & sakit mendadak dapat dihindari dan pertolongan
pertama dapat dilakukan oleh siapapun yang ada di lokasi.
Penyusun berterima kasih kepada Wahana Visi Indonesia
sehingga buku ini dapat disebarluaskan kepada umum.
Semoga kedepannya buku ini akan semakin baik sesuai
kaidah-kaidah penanganan kedaruratan medis dan ilmu
kesehatan/kedokteran kegawatdaruratan terkini.

Ujang Dede Lasmana


Penyusun

Tim Tanggap Darurat 5


KATA SAMBUTAN DARI
WAHANA VISI INDONESIA

Tim Tanggap Darurat 6


CSSR BASIC & 1
AWARENESS PENGANTAR CSSR
Collapsed Structure Search & Rescue atau Pencarian & Pertolongan Di
Bangunan Runtuh dan biasa disingkat dengan CSSR secara umum bisa diartikan
sebagai sebuah operasi SAR yang dilaksanakan secara aman, selamat dan efektif
pada orang-orang yang terperangkap pada bangunan yang runtuh atau bermasalah.
Pada bencana yang menyebabkan bangunan runtuh, risiko adanya orang
yang terkubur atau terperangkap di dalam bangunan adalah tinggi.
Bisa jadi anda diminta menolong mereka atau anda terpanggil untuk
menolong mereka. Ingatlah keselamatan anda penting, oleh karena itu ikutilah
panduan berikut sebelum anda masuk ke dalam bangunan untuk menolong.
Bentuklah tim, jangan bertindak sendiri, penolong yang bertanggung jawab adalah
penolong yang bekerja dalam tim.
Tujuan dari upaya kita menolong penyintas adalah:
1. Melakukan pencarian awal di bangunan yang terdampak bencana
atau kedaruratan atau yang berada di daerah terdampak bencana
atau kedaruratan.
2. Mencari dan membantu penyintas yang terjebak dan memberikan
pertolongan perta-ma.
3. Membantu penyintas untuk keluar dari bangunan yang terdampak
dan pindah ke lokasi yang aman (Evakuasi).
Tugas tim pencari dan penolong yang sudah terbentuk adalah:
1. Size up/Mengkaji
2. Search/Mencari:
a. Selamatkan penyintas
b. Dokumentasikan/ catat lokasi penyintas
3. Rescue/Penyelamatan

Langkah saat melakukan pengkajian adalah:


1. Kumpulkan fakta
2. Kaji Kerusakan
3. Pertimbangkanlah segala kemung-kinan
4. Kaji situasi
5. Tentukan Prioritas
6. Ambil keputusan
7. Buat rencana aksi
8. Aksi
9. Evaluasi perkembangan operasi
LASMANA, Ujang D. 7
2
CSSR BASIC &
AWARENESS
TIPE-TIPE KERUSAKAN
BANGUNAN
Konstruksi rumah terdiri atas beberapa pengelompokkan atau
klasifikasi, misalnya klasifikasi berdasarkan:
1. Komposisi
2. Penggunaan pada struktur bangunan

Klasifikasi Konstruksi Bangunan

Komposisi Penggunaan

Batu: Structural/load-bearing
Marble, Granite elements
Material organik: Decorative elements and
Kayu, Tripleks, Kertas, façades or veneers
Particleboard Non-structural walls and
Metal: partitions
Besi, Baja, Alumunium
Konglomerat:
Concrete, Plaster,
Adoce, Clay
Keramik:
Lantai
Kaca:
Jendela, Blok Kaca
(glass block)
Plastik:
Polyurethane,
Polyethylene,
Thermosetting Adhesive

LASMANA, Ujang D. 8
CSSR BASIC & 2
AWARENESS TIPE-TIPE KERUSAKAN BANGUNAN

Tipe Struktur Bangunan


Terdapat empat pengelompokan bangunan yang berdasarkan pada
kerusakan bangunan akibat gempa, diantaranya adalah:
1. Kerangka ringan.
2. Bangunan dengan rangka berat tanpa penguatan.
3. Berlantai berat.
4. Beton pra-cetak

1. Kerangka Ringan
Tipe bangunan ini biasanya berupa rumah atau apartemen berlantai
dua dengan konstruksi umumnya menggunakan bahan-bahan ringan,
misalnya baja ringan, kayu, seng.
Kelemahan-kelmahan prinsipal pada bangunan tipe ini adalah terletak
pada dinding dan koneks-koneksinya.

PERHATIAN UMUM
BAGI PENYELAMAT/
RESCUER
Tim penyelamat yang
beroperasi di gedung runtuh
dengan rangka ringan harus
memeriksa masalah
stabilitas dengan mencari
dinding yang retak atau Ilustrasi bangunan dengan kerangka ringan
miring parah, dan (atas) dan yang mengalami kerusakan
mengimbangi struktur dari (bawah)
pondasi, atau lantai pertama
yang miring pada hunian
berlantai banyak.

LASMANA, Ujang D. 9
CSSR BASIC & 2
AWARENESS TIPE-TIPE KERUSAKAN BANGUNAN

2. Bangunan Dengan Rangka Berat


Tanpa Penguatan
Tipe bangunan ini biasanya berupa
bangunan satu atau dua lantai dengan
peruntukkan umumnya adalah
perumahan, bangunan komersial,
industrial atau perkantoran.
Bangunan ini tanpa tulangan,
lantai tanpa topangan

Ilustrasi bangunan-bangunan
dengan kerangka berat tanpa
penguatan

PERHATIAN UMUM BAGI


PENYELAMAT/ RESCUER
Saat melaksanakan
operasi SAR di bangunan
pasangan bata tanpa tulangan,
pastikan untuk memeriksa
dinding tembok pembatas yang
longgar dan rusak serta
pasangan bata hias, sambungan
yang putus antara dinding dan
lantai, sudut dinding retak, dan
lantai yang tidak tertopang dan
sebagian roboh.

Ilustrasi bangunan-bangunan dengan


kerangka berat tanpa penguatan yang
runtuh.

LASMANA, Ujang D. 10
CSSR BASIC & 2
AWARENESS TIPE-TIPE KERUSAKAN BANGUNAN

3. Berlantai Berat
Bangunan dalam kategori ini dapat
berupa perumahan/apartemen/rumah
susun, komersial, atau industri
(jembatan jalan raya beton). Mereka
memiliki kerangka beton dan bisa
mencapai beberapa lantai.

PERHATIAN UMUM BAGI


PENYELAMAT/ RESCUER
Saat melaksanakan
operasi SAR di bangunan
pasangan bata tanpa tulangan,
pastikan untuk memeriksa
dinding tembok pembatas yang
longgar dan rusak serta Ilustrasi bangunan berlantai berat
pasangan bata hias, sambungan
yang putus antara dinding dan
lantai, sudut dinding retak, dan
lantai yang tidak tertopang dan
sebagian roboh.

Ilustrasi bangunan berlantai berat yang


runtuh

LASMANA, Ujang D. 11
CSSR BASIC & 2
AWARENESS TIPE-TIPE KERUSAKAN BANGUNAN

4. Beton Pra-cetak
Bangunan beberapalantai dengan
dinding yang berat. Bangunan dengan
struktur pra-cetak umumnya merupakan
bangunan komersial atau perumahan
dan juga termasuk fasilitas parkir.
Kelemahan utama bangunan tipe ini
adalah dalam interkoneksi bagian: pelat
ke dinding/balok; balok ke kolom;
dinding ke lempengan, dll.
Ilustrasi bangunan dengan beton pra-cetak

PERHATIAN UMUM BAGI


PENYELAMAT/ RESCUER
Penyelamat yang beroperasi
pada runtuhnya bangunan pra-
cetak harus memeriksa dinding
yang retak parah, sambungan las
yang rusak dan corbels retak,
retakan kolom di bagian atas dan
bawah sambungan, dan sambungan
panel dinding dan sambungan
dinding geser di area lantai.
Ilustrasi bangunan berlantai berat yang
runtuh

LASMANA, Ujang D. 12
CSSR BASIC & 2
AWARENESS TIPE-TIPE KERUSAKAN BANGUNAN

Pola Runtuh Dasar


Terdapat empat pola dasar runtuhan bangunan berdasarkan
penalaman gempa bumi, yaitu:
1. Cantilever
2. Lean-to
3. Pancake
4. V-Shape

LASMANA, Ujang D. 13
CSSR BASIC & 2
AWARENESS TIPE-TIPE KERUSAKAN BANGUNAN

Di Dunia Nyata

Dalam suatu kejadian bangunan runtuh, keempat tipe runtuhan dasar


tersebut bisa terjadi. Contoh di lapangan adalah bangunan pusat
perbelanjaan/mall yang runtuh di Kota Palu.

LASMANA, Ujang D. 14
3
CSSR BASIC &
AWARENESS
ASPEK KESEHATAN &
KESELAMATAN OPERASI
PENGANTAR
Gempa bumi di Kota Meksoko pada tahun 1985 merupakan pembelajaran berharga
bagi tim SAR dimana banyak penolong yang tewas saat melaksanakan bhaktinya. Di
Indonesia, gempa bumi di Lombok pada tahun 2018 harus juga menjadi renungan
akibat banyaknya Relawan yang tewas saat bertugas. Tindakan yang tidak aman &
kondisi yang tidak aman adalah faktor utama dalam kesehatan & keselamatan saat
operasi SAR bangunan runtuh.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESELAMATAN &
KESEHATAN SELAMA OPERASI SAR BANGUNAN RUNTUH

Gempa
Kebisingan susulan
Tercemarnya
ekstrim, debu,
air & udara
asap dan api

Peralatan &
Peralatan
perlengkapan
yang mudah
yang
meledak
berbahaya

Struktur
bangunan
SAFETY Vadalisme &
pencurian
yang tak stabil

Kelelahan
Bekerja di ekstrim, stres
ruang &
terbatas pengangkatan
Lingkungan yang berat
kerja yang Kondisi cuaca
asing

LASMANA, Ujang D. 15
CSSR BASIC & 3
AWARENESS ASPEK KESEHATAN & KESELAMATAN
OPERASI

PERTIMBANGAN KESELAMATAN SELAMA OPERASI SAR


BANGUNAN RUNTUH
Beberapa hal berikut ini harus dipertimbangkan oleh Tim SAR bangunan
runtuh:
1. Komandan tim CSSR di lapangan bertanggung jawab terhadap
kesehatan & keselamatan anggota timnya.
2. Walaupun dalam sebuah tim terdapat safety officer, tetaplah
seluruh anggota tim bertanggung jawab terhadap keselamatan
satu sama lain sepanjang waktu.
3. Setiap anggota tim bertanggung jawab memberikan peringatan an
pencegahan terhadap tindakan yang tidak aman atau kondisi yang
tidak aman selama operasi berlangsung.

Ingatlah Selalu

Kecelakaan
Tidak terjadi begitu saja.

Kecelakaan dimulai dari:


pengabaian,
ketidakdisiplinan,
membiasakan yang tidak benar.
Yang kesemuanya itu
terakumulasi.
Pencetus tidak selalu kejadian
besar, kejadian remeh bisa
menyebabkan kecelakaan kerja.
LASMANA, Ujang D. 16
CSSR BASIC & 3
AWARENESS ASPEK KESEHATAN & KESELAMATAN
OPERASI

Tahapan Dalam Operasi CSSR


Tahapan dalam operasi CSSR adalah:
1. Persiapan
2. Pelaksanaan dan mobilisasi
3. Operasi
4. Deaktifasi dan demobilisasi
5. Kegiatan setelah misi selesai

Fase Persiapan Operasi


Beberapa hal berikut dapat menurunkan risiko terjadinya kecelakaan
selama operasi SAR bangunan runtuh:
1. Berangkat dari pelatihan: Kembangkan sikap positif terhadap
keselamatan anggota tim Anda sejak pelatihan, selama di kelas
dan latihan praktik. Pahami keselamatan sebagai komponen
penting untuk memastikan kita tetap hidup.
2. Prosedur dan protokol yang aman. Pastikan keselamatan dan
kesejahteraan rekan satu tim kita serta orang yang ingin kita bantu
(Jangan sampai Tim SAR di SAR).
3. Peralatan dipelihara dalam pengoperasian, pembersihan dan
pengepakan yang benar. Peralatan harus dilakukan setiap tiga
sampai empat bulan.
4. Personil harus terlatih, berpengetahuan luas dan berpengalaman.
Mereka harus siap secara fisik dan mental. Personil harus
memelihara catatan kesehatan terkini dan terus memperbarui
hasil pengambilan gambar.
5. Terlatih dan terampil dalam peralatan dan teknik yang akan
mereka gunakan.
6. Informasi terinformasi dengan baik tentang prosedur administrasi,
fungsi dan masalah yang mungkin timbul. Juga tetap up to date
tentang apa yang terjadi di lokasi bencana jika memungkinkan.

LASMANA, Ujang D. 17
CSSR BASIC & 3
AWARENESS ASPEK KESEHATAN & KESELAMATAN
OPERASI

Fase Aktivasi & Mobilisasi


Beberapa hal berikut dapat menurunkan risiko terjadinya kecelakaan :
1. Tetapkan prosedur dan praktik keselamatan dari awal misi.
2. Tekankan keamanan selama pengarahan.
3. Pastikan semua anggota tim CSSR memiliki APD lengkap dan
dalam kondisi mental dan fisik yang baik. Setiap orang harus
melepas cincin dan semua perhiasan lainnya untuk mengurangi
risiko.
4. Pastikan keamanan saat naik atau turun dari transportasi udara.

Fase Operasi
Beberapa hal berikut dapat menurunkan risiko terjadinya kecelakaan
selama operasi SAR bangunan runtuh:
1. Identifikasi risiko berikut ini:
1. Basis operasi
2. Area kerja
2. Memasukkan hal-hal berikut dalam briefing harian:
1. Sinyal peringatan dan alarm
2. Rute evakuasi dan titik kumpul
3. Tunjuk petugas keselamatan.
4. Penggunaan rompi identifikasi
5. Lokasi fasilitas medis dan metode transportasi jika terjadi
kecelakaan atau cedera.
3. Panduan keselamatan saat bekerja di lokasi:
1. Sertakan standar keselamatan dalam rencana kerja.
2. Memonitor operasi dan aktifitas logistik untuk memenuhi
standar keselamatan.
3. Tekankan akuntabilitas untuk personel.
4. Menekankan rotasi personel.
5. Memantau personel dari kelelahan dan stres.
4. Ketua tim harus memastikan semua personel mengikuti aturan
kebersihan, terutama sebelum dan sesudah makan.
5. Melaporkan dan menyelidiki semua cedera dan kecelakaan.
LASMANA, Ujang D. 18
CSSR BASIC & 3
AWARENESS ASPEK KESEHATAN & KESELAMATAN
OPERASI

Deaktivasi & Demobilisasi


Beberapa hal berikut dapat menurunkan risiko terjadinya kecelakaan
atau insiden:
1. Sama halnya dengan Fase Aktivasi dan Mobilisasi dengan
menekankan kelelahan, stres, dan gangguan stres pascatrauma
(PTSD).

Kegiatan Setelah Misi Selesai


Beberapa hal berikut dapat menurunkan risiko terjadinya kecelakaan
selama operasi SAR bangunan runtuh:
Sesegera mungkin, mendokumentasikan poin keselamatan
yang kuat dan lemah dari misi.
1. Sebuah. Sertakan semua info dalam laporan misi, termasuk
pelajaran-pelajaran yang didapat.
2. Adakan sesi evaluasi pasca-misi dengan semua anggota tim CSSR
untuk mengevaluasi semua aspek misi.
3. Mendokumentasikan bagaimana upaya meningkatkan prosedur
keselamatan khusus.
4. Memberikan perawatan pada PTSD.
5. Mengganti semua APD dan peralatan keselamatan yang aus atau
rusak.

LASMANA, Ujang D. 19
CSSR BASIC & 3
AWARENESS ASPEK KESEHATAN & KESELAMATAN
OPERASI

Safety Officer/Petugas Keselamatan


Petugas keselamatan adalah orang yang diberi wewenang & tanggung
jawab dalam hal merencanakan, melaksanakan dan memantau tim SAR
bertindak aman selama operasi SAR dilaksanakan. Tugas utama mereka adalah
memastikan bahwa perusahaan/organisasi memenuhi dan mematuhi
pedoman Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).
Dalam operasi SAR, Petugas Keselamatan Mempunyai kewenangan
untuk merubah, menunda, atau menghentikan kegiatan bila ada bahaya
terhadap personel yang sedang bekerja.
Orang yang diberi tanggung jawab ini harus menahan godaan untuk
terlibat dalam operasi taktis sendiri. Ini membutuhkan disiplin diri yang
ekstrim. Ingatlah bahwa keberhasilan misi secara langsung bergantung pada
kemampuan untuk menangkal bahaya sebelum menjadi masalah.
1. Petugas Keselamatan bekerja dari posisi aman dan memastikan
tak ada halangan visual tepat padaarea kerja langsung.
2. Petugas keselamatan dilarang terlibat tindakan operasi. Dengan
melibatkan diri secara langsung pada tindakan pencarian &
penyelamatan akan membatasi kemampuannya untuk terus
menjadi pengamat obyektif yang mampu mengidentifikasi
adanya bahaya.
3. Safety officer harus bisa dikenali oleh semua orang, dengan tanda
radio mereka atau mengenakan rompi “Safety Officer” atau,
dalam kelompok kecil, diperkenalkan saat safety briefing.

LASMANA, Ujang D. 20
CSSR BASIC & 3
AWARENESS ASPEK KESEHATAN & KESELAMATAN
OPERASI

Kategori Petugas Keselamatan


1. Over all: Petugas Keselamatan Keseluruhan untuk seluruh operasi CSSR.
2. Site-Specific: Petugas Keselamatan bertanggung jawab khusus pada lokasi
operasi.
3. Special Hazards: adalah orang atau tim yang ditugaskan ke lokasi tertentu
untuk memantau bahaya khusus.

Safety Plan/Rencana Keselamatan


Rencana keselamatan multi-bahaya adalah panduan untuk elemen dasar
keselamatan untuk berbagai insiden. Akronim yang digunakan adalah LCES,
yang merupakan singkatan dari:
1. Lookouts,
2. Communications,
3. Escape Routes, dan
4. Safe Zones.
Dalam skenario operasi apa pun, keempat hal ini harus ditangani untuk
memastikan keselamatan dan akuntabilitas semua anggota tim respons.

Lookouts
Ini biasanya fungsi dari Petugas Keselamatan. Dia merupakan pengamat
objektif yang tidak terlibat dalam bagian operasi. Dia bertugas mengawasi
seluruh operasi untuk mengidentifikasi situasi yang berpotensi berbahaya dan
menanganinya sebelum menjadi bencana.

Communication
Ahli Komunikasi mengembangkan rencana komunikasi resmi. Rencana ini
akan mengenali jalur-jalur Komando, taktis, dan radio khusus. Jalur-jalur ini
merupakan lifeline personel operasi dengan dunia luar untuk sumber-sumber,
dukungan dan keselamatan. Rencana ini akan diberikan sebagai bagian dari
Rencana Aksi Tim Tanggap.
LASMANA, Ujang D. 21
CSSR BASIC & 3
AWARENESS ASPEK KESEHATAN & KESELAMATAN
OPERASI

Communication
Peringatan darurat universal adalah:

Hentikan pekerjaan/ Tiupan panjang satu kali dengan


▬▬
operasi durasi 3 detik
Lanjutkan pekerjaan/ Tiupan sekali panjang – sekali
▬▬ ●
operasi pendek
Tiupan 3 kali pendek dengan
●●● Evakuasi !!!
durasi 1 detik tiap tiupan.

Metode penyampaian dapat bervariasi tergantung pada perangkat yang


tersedia. Beberapa contoh:
1. Menempatkan dua radio bersama-sama, speaker ke mikrofon, dan
menekan tombol transmisi, nada keras terdengar di semua radio lain
yang disetel ke frekuensi itu.
2. Klakson udara, klakson mobil, peluit, perangkat sistem keamanan siaga
pribadi, dan teks yang jelas melalui radio adalah metode pemberian
isyarat yang sangat baik. Penting bahwa selama pengarahan
keselamatan/safety briefing, sebelum memulai pekerjaan, mengenali
metode pemberian isyarat khusus yang akan digunakan di lokasi kerja
jika muncul masalah selama periode operasional tersebut.

LASMANA, Ujang D. 22
CSSR BASIC & 3
AWARENESS ASPEK KESEHATAN & KESELAMATAN
OPERASI

Escape Routes
Escape Routes atau Jalur Penyelamatan adalah jalur yang
didisain dan ditentukan menuju ke area perlindungan yang aman.
Metode paling aman untuk keluar dari suatu area mungkin bukan jalur
yang paling langsung.

Beberapa contoh:
1. Setelah gempa bumi, kolom struktural mungkin masih
berdiri tetapi dapat runtuh selama gempa susulan.
2. Rute paling langsung menuju perlindungan yang aman
mungkin terletak langsung di jalur runtuhnya kolom. Rute
yang memberi kolom jarak yang lebar akan menjadi jalur
yang paling aman.
3. Pilihan lainnya adalah tetap berada ditempat. Jika area
kerja telah dipangkas dan meninggalkan area tersebut
malah justru membuat anda terpapar berbagai bahaya.

Situasi penyelamatan seringkali dinamis, terus berubah. Ini


dapat terjadi karena kekuatan eksternal atau karena tindakan
penyelamat. Rencana penyelamatan diri harus terus diperbarui untuk
mencerminkan perubahan situasi.
1. Saat rencana baru dikembangkan, setiap anggota tim
harus diberi tahu tentang perubahan dalam operasi.
Pengakuan pemahaman juga harus diterima dari setiap
anggota tim.
2. Jika pesanan tidak diulang, rencana baru mungkin tidak
jelas bagi setiap anggota tim. Akibatnya bisa cedera atau
kematian.

LASMANA, Ujang D. 23
CSSR BASIC & 3
AWARENESS ASPEK KESEHATAN & KESELAMATAN
OPERASI

Safe Zone
Zona aman, juga disebut sebagai “safe havens” adalah are-area
perlindungan aman yang telah ditetapkan sebelumnya, yang berarti
aman dari bahaya. Ini bisa berupa area yang ditentukan di luar zona
bahaya atau area aman yang disepakati di dalam zona panas. Jika zona
aman berada di dalam area panas, tim penyelamat mungkin harus
membangun area tersebut di sekitar korban dan diri mereka sendiri.
Contoh dari hal ini adalah korban yang terperangkap di dalam
bangunan yang runtuh sementara penyelamat memboks dan
mendarat di daerah sekitar. Dalam hal ini, tanggapan yang tepat bagi
penyelamat adalah menahan posisi mereka selama gempa susulan.
Bagian dari Rencana Keselamatan harus menyediakan Zona
Aman yang ditentukan di mana "head count" tim diambil. Hitungan ini
harus segera dikomunikasikan ke yang berikutnya dalam rantai
komando untuk memberikan pertanggungjawaban 100% dalam
keadaan darurat.

Safety Briefing/Pengarahan Keselamatan


Komponen pengarahan keselamatan adalah:
1. Rantai komando
2. Mengidentifikasi Petugas Keselamatan
3. Rencana Keamanan (LCES)
4. Rencana komunikasi
5. Rencana medis
6. Rencana rehabilitasi
7. Bahaya khusus
8. Pesan keselamatan umum

LASMANA, Ujang D. 24
5
CSSR BASIC &
AWARENESS
TEKNIK IDENTIFIKASI
PENYINTAS & LOKASI

TEKNIK PENCARIAN & PENENTUAN


LOKASI
Suatu teknik dan prosedur yang bertujuan untuk mendapatkan respon
atau petunjuk keberadaan korban yang masih hidup dalam ruang kosong
didalam bangunan yang runtuh.

KOMPOSISI REGU PENCARI


Ketua
Regu

Rescuer Rescuer Rescuer Rescuer Rescuer


1 2 3 4 5
Organogram dasar regu pencari

URAIAN TUGAS REGU PENCARI


Ketua Regu
1. Bertanggung jawab menyusun rencana pencarian, membuat
diagram, menyimpan dokumentasi dan memberikan
rekomendasi-rekomendasi kepada Komandan Tim CSSR Incident
Commander.
2. Melaksanakan tugas-tugas Safety Officer (petugas Kesehatan
Keselamatan Kerja) dan bertanggung jawab memonitor
keselamatan selama operasi pencarian.

LASMANA, Ujang D. 25
CSSR BASIC & 5
AWARENESS TEKNIK IDENTIFIKASI PENYINTAS &
LOKASI

URAIAN TUGAS REGU PENCARI (Lanjt…)


Rescuer
1. Melakukan operasi pencarian secara fisik seperti yang
digambarkan oleh pemimpin pasukan.

PERALATAN DASAR BAGI PENCARIAN FISIK


Regu dan individu rescuer:
1. Melengkapi peralatan pelindung diri dan kotak pertolongan
pertama.
2. Peralatan personel yang dibutuhkan bisa beroperasi sedikitnya
12 jam:
a. Air minum
b. Makanan
c. Pakaian yang tepat
3. Peralatan dasar
4. Peralatan radio untuk berkomunikasi dengan anggota tim dan
Pos Komando.
5. Radio portabel (walkie-talkie)
6. Peralatan untuk menandai gedung dan lokasi kerja:
a. Cat
b. Kapur
c. Bendera
d. Cone
e. Marker
7. Alat-alat pemberi peringatan
a. Megafon
b. Peluit
c. Palu
d. Bendera
e. Klakson

LASMANA, Ujang D. 26
CSSR BASIC & 5
AWARENESS TEKNIK IDENTIFIKASI PENYINTAS &
LOKASI

PERALATAN DASAR BAGI PENCARIAN FISIK (Lanjt...)


8. Alat pengintai dan penglihat
a. Binocular
b. Kamera foto
c. Lampu senter
9. Diagram pencarian, pensil, pulpen warna dan clipboard.
10. Peralatan pencari teknis, khusus atau buatan
11. Material pelengkap
a. Panduan Respon
b. Detektor gas berbahaya

LASMANA, Ujang D. 27
5
CSSR BASIC & TEKNIK IDENTIFIKASI PENYINTAS &
AWARENESS LOKASI

PANDUAN MENGIDENTIFIKASI KEMUNGKINAN ADA ORANG


YANG TERPERANGKAP DALAM BANGUNAN
Sebelum memutuskan akan menolong atau mencari orang yang
terperangkap dalam bangunan, yakinkan bahwa memang ada orang yang
terperangkap, sehingga pertolongan kita efektif karena terfokus pada
bangunan yang memang terdapat penyintas yang terperangkap saja.
Fokus kita dalam mengidentifikasi apakah ada penyintas didalam
bangunan adalah menggunakan indera penglihatan dan pendengaran. Pekalah
pada suara teriakan, tiupan peluit, batuk, pukulan benda keras, sinar berkelip
dari dalam bangunan. Karena penyintas akan menarik perhatian sebagai upaya
meminta pertolongan melalui upaya tersebut. Terkadang adapula penyintas
yang mengikat dan menjuntaikan selimut atau seprai pada jendela. Jadi,
sebagai penyelamat kita harus peka terhadap tanda-tanda tersebut.
Note: untuk tiupan peluit jangan menunggu apakah itu morse SOS
atau tidak. Begitu mendengar ada suara peluit bagaimanapun polanya maka
asumsikan bahwa ada penyintas yang membutuhkan pertolongan disana.

Dalam upaya mengidentifikasi terdapatnya penyintas hidup ada


sebuah teknik yang diperkenalkan pada buku ini dalam upaya mengidentifikasi
apakah ada penyintas atau tidak didalam sebuah gedung. Teknik tersebut
dikenal dengan Hailling Technique atau Teknik Berteriak atau Memanggil.
Tujuan dari teknik ini adalah agar kita mendapatkan tanggapan saat berteriak
dari penyintas yang ada.

LASMANA, Ujang D. 28
5
CSSR BASIC & TEKNIK IDENTIFIKASI PENYINTAS &
AWARENESS LOKASI

Prosedur Metode Pencarian dengan Panggilan


Pemimpin tim pencari memberi isyarat diam dan semua pekerjaan di
area sekitar berhenti. Empat anggota tim membentuk pola cross (silang),
dalam jarak sekitar 8-16 meter, di lokasi-lokasi yang aman dan sedekat
mungkin di sekitar area pencarian.
Berkeliling, setiap anggota tim pencari memanggil dengan keras atau
menggunakan megafon, “Jika anda bisa mendengar saya teriaklah minta
tolong atau ketukkan apa saja lima kali.” Para pencari juga bisa mengetuk
benda padat (biasanya logam) yang merupakan bagian tak terpisahkan dari
puing-puing di lokasi kejadian untuk mendapatkan respon. 12 o'clock
(North)

Semua pencari kemudian mendengarkan dan


menunjuk ke arah setiap kemungkinan respon
terhadap instruksi-instruksi tersebut. Jika lebih dari
satu pencari yang mendengar suara, arah yang
mereka tunjuk akan membagi tiga sumber suara
korban. Ini harus dicatat di sketsa lokasi atau di
catatan sendiri, dimana setiap rescuer membuat
sketsa kasar tentang area tersebut dan arah sumber
suara. Menggunakan sistem grid koordinat dan/atau 6 o'clock

system jam (dengan arah Utara sebagai jam 12). Gambar susunan metode silang

Variasi metode panggilan (hailing method) adalah


membentuk beberapa pencari di jalur lurus pada lokasi,
atau dalam pola grid, seperti ketika melakukan pencarian
fisik/kosong. Dalam skenario ini, rescuer juga berada
sejajar di dekat, tetapi di luar, timbunan reruntuhan untuk
mendeteksi suara yang tidak didengar oleh rescuer lain
yang berada di timbunan reruntuhan. Rescuer akan
4m 4m 4m memanggil secara teratur, mendengarkan dan kemudian
Gambar susunan maju jika keamanan memungkinkan. Ini akan memastikan
metode garis lurus seluruh gedung terjangkau dalam pencarian pola grid.
LASMANA, Ujang D. 29
5
CSSR BASIC & TEKNIK IDENTIFIKASI PENYINTAS &
AWARENESS LOKASI

PANDUAN MENGIDENTIFIKASI KEMUNGKINAN ADA ORANG YANG TERPERANGKAP


DALAM BANGUNAN

1. Posisikan anggota tim pada lokasi yang


memungkinkan, lihat contoh pada
gambar berikut:

2. Ajak warga yang ada untuk tenang, beritahukan bahwa kita akan
melakukan identifikasi penyintas dengan menggunakan indera
pendengaran, sehingga keheningan diperlukan. Hentikan segal mesin yang
hidup: kendaraan, music, dll.
3. Berteriak: Tarik perhatian penyintas dalam bangunan:
Misalnya berteriak:
“Bapak Ibu yang berada dalam bangunan, mohon perhatian;
Saya/Kami akan melakukan penyelamatan,
Bila Bapak/Ibu mendengar suara saya mohon menjawab,
Bila tak bisa menjawab, pukullah benda keras disekitar Bapak/Ibu”

(Bila malam hari: “Bila tak bisa menjawab, pukullah benda keras disekitar
Bapak/Ibu atau bila Bapak/Ibu memegang senter, nyalakan sehingga
kami bisa menentukan posisi keberadaan Bapak/Ibu”)

4. Dengarkan, bila ada suara, tentukan posisinya. Setiap anggota tim diminta
berupaya menentukan posisinya.
5. Lakukan beberapa kali.
Tenangkan penyintas, beritahu bahwa pertolongan akan dilakukan.

LASMANA, Ujang D. 30
5
CSSR BASIC & TEKNIK IDENTIFIKASI PENYINTAS &
AWARENESS LOKASI

PANDUAN MENGIDENTIFIKASI KEMUNGKINAN ADA ORANG YANG TERPERANGKAP


DALAM BANGUNAN

6. Kumpulkan anggota tim, dan kumpulkan


data kemungkinan posisi penyintas.
Buatlah garis imajiner arah
pendengaran dari anggota tim kearah
sumber suara. lihat contoh pada gambar
berikut:

7. Titik pertemuan arah suara bisa diasumsikan sebagai posisi penyintas.


Namun bisa jadi garis pertemuan tidak terfokus, bila ini terjadi –
berasumsilah bahwa penyintas tersebar posisinya.

8. Jangan masuk ke dalam bangunan, karena gempa susulan akan terjadi


dengan kekuatan yang cukup untuk meruntuhkan bangunan yang tidak
stabil.

Gambar upaya penyelamatan penyintas


yang terkubur reruntuhan bangunan.

4. Bersiaplah membuat penandaan (materi 6 tentang Teknik Penandaan


Bangunan Runtuh) dan juga bersiap untuk masuk ke dalam bangunan.

LASMANA, Ujang D. 31
5
CSSR BASIC & TEKNIK IDENTIFIKASI PENYINTAS &
AWARENESS LOKASI

Pola Pencarian Fisik untuk Ruang Dalam Gedung


Kadangkala, anda akan menjumpai gedung yang tidak seluruhnya runtuh
dan memiliki ruang yang besar dan terbuka atau gedung yang banyak
ruangannya masih utuh, dimana ditemukan korban yang hidup, tetapi tidak
bisa keluar atau berkomunikasi. Pendekatan yang terorganisir akan
menghasilkan peluang terbaik untuk menemukan tempat korban, dan
menyatakan area tersebut diperiksa.

BANGUNAN DENGAN BANYAK RUANG


Instruksi dasar bagi pencarian di gedung dengan ruang banyak adalah
“ke kanan, tetap di kanan.”
1. Setelah memasuki gedung,
berbelok ke kanan, tetap kontak
dengan dinding sebelah kanan,
secara fisik maupun visual,
sampai seluruh area yang bisa
dimasuki telah diperiksa dan tim
kembali ke tempat awal.
2. Jika tim pencari harus keluar dan
tidak ingat arah yang telah
mereka masuki, cukup berputar
dan tetap kontak dengan dinding
Metode “Ke kanan, tetap di
yang sama, secara fisik maupun
kanan” untuk pencarian di
visual, dinding tetap berada di
gedung dengan ruang banyak.
kiri anda.

LASMANA, Ujang D. 32
5
CSSR BASIC & TEKNIK IDENTIFIKASI PENYINTAS &
AWARENESS LOKASI

Pola Pencarian Fisik untuk Ruang Dalam Gedung

Area Terbuka dan Luas (Pencarian Sejajar)


Gunakan pencarian sejajar di auditorium, cafetaria, dan kantor-kantor
yang memiliki banyak partisi.
1. Menyebarkan anggota tim pencari di garis lurus melalui area
terbuka, dengan jarak 3 sampai 4 meter.
2. Berjalan perlahan-lahan melalui seluruh area terbuka ke sisi
yang lain.

4m 4m 4m
Metode pencarian sejajar.

3. Anggota tim yang berada di ujung pencarian sejajar memeriksa


ruangan dengan menggunakan metode ke kanan-tetap di kanan.
4. Prosedur tersebut bisa diulangi pada arah berlawanan

LASMANA, Ujang D. 33
5
CSSR BASIC & TEKNIK IDENTIFIKASI PENYINTAS &
AWARENESS LOKASI

MANAJEMEN PENYINTAS
Konsep-konsep dan prosedur berikut ini harus diterapkan pada saat
pencarian dimulai sampai korban terakhir ditemukan.

Tindakan pencegahan selama pencarian


1. Jangan mengeluarkan komentar yang tidak tepat bahwa korban
tidak akan mendengar. Tetaplah mengeluarkan komentar positif.
Anggap selalu ada seseorang yang mendengarkan anda.
2. Korban berada dalam posisi paling buruk dan berjuang untuk tetap
hidup, dan anda bisa memperbesar peluang hidup mereka dengan
tetap yakin mereka akan ditemukan.
3. Anda mungkin orang yang pertama yang bisa diajak berkomunikasi
oleh korban; karena itu sangatlah penting memberikan perasaan
percaya diri dan harapan.
Langkah-langkah untuk kontak awal dengan korban yang ditemukan
1. Mengenali dan mengatasi hambatan bahasa.
2. Mengenali diri anda sendiri sebagai rescuer, memberikan
kepercayaan dan menenangkan suara anda dan pilihan kata anda.
3. Meminta informasi berikut:
a. Nama
b. Dewasa atau anak-anak (usia kira-kira)
c. Jenis dan tingkat cedera
d. Status hidrasi
e. Kehangatan
f. Kondisi tempat
4. Menyediakan perawatan medis
darurat sesegera mungkin.
5. Menanyakan kemungkinan korban-
korban lainnya dan kondisi mereka.
6. Memberitahukan korban tentang
operasi penyelamatan tersebut.
LASMANA, Ujang D. 34
5
CSSR BASIC & TEKNIK IDENTIFIKASI PENYINTAS &
AWARENESS LOKASI

Langkah-langkah untuk kontak awal dengan korban yang ditemukan (Lanjt...)


7. Menginformasikan korban jika anda harus meninggalkan tempat
tersebut beberapa saat.
8. Memberikan perlindungan dari lingkungan sesegera mungkin.
9. Mempertimbangkan intervensi langsung dan tidak langsung dari
kerabat, atau teman, dll.

LASMANA, Ujang D. 35
6
CSSR BASIC &
AWARENESS
TEKNIK PENANDAAN
BANGUNAN RUNTUH
TRIAGE BANGUNAN
Sebelum memutuskan bangunan mana yang akan dijadikan lokasi
operasi CSSR maka tim CSSR harus melakukan Triage bangunan terlebih
dahulu. Triage bangunan adalah penilaian cepat terhadap bangunan yang
rusak, yang bertujuan untuk memilih bangunan mana yang mempunyai
kemungkinan terbesar adanya korban hidup yang bisa ditemukan, dicapai dan
diselamatkan.
Triage bangunan dilakukan dalam dua tahap:
1. Penilaian terhadap area secara keseluruhan di wilayah yang paling
terkena dampak.
2. Pemilihan bangunan.

ATURAN DASAR DALAM TRIAGE BANGUNAN


Tujuan dari triage bangunan adalah untuk memaksimalkan jumlah
korban hidup yang diselamatkan sekaligus meminimalkan risiko bagi korban
dan regu penyelamat. Triage bangunan harus dilakukan sesuai dengan aturan
berikut:
1. Dilakukan ketika satu tim CSSR ditugaskan pada tiga atau lebih
bangunan.
2. Dilakukan oleh tim ahli struktur bangunan dan ahli bahan
berbahaya.
3. Untuk setiap kelompok atau komplek bangunan yang ditugaskan ke
satu tim CSSR, triage harus diselesaikan dalam waktu 2 jam. Triage
bangunan memerlukan waktu tidak lebih dari 15 menit per
bangunan.
4. Operasi pencarian dan penyelamatan hanya dapat dimulai setelah
triage selesai dan prioritas ditetapkan.
5. Setelah bangunan awal diprioritaskan, penilaian rinci dapat
dilakukan dan bangunan ditandai selama pencarian awal.

LASMANA, Ujang D. 36
6
CSSR BASIC & TEKNIK PENANDAAN BANGUNAN
AWARENESS RUNTUH

ATURAN DASAR DALAM TRIAGE BANGUNAN (lanjt..)


6. Jika ada banyak bangunan untuk diperiksa, dua kelompok dapat
ditugaskan untuk melakukan triase.
7. Bangunan yang ditemukan terlalu berbahaya untuk melakukan
operasi penyelamatan harus dengan jelas ditandai dengan “No
Go” kecuali jika ada korban hidup di dalam gedung tersebut.
Dalam situasi tersebut, Anda perlu mempertimbangkan faktor
risiko / manfaat.
8. Sebuah bangunan berstatus "NO GO" sampai bantuan yang
dibutuhkan diperoleh.
9. Triage bangunan harus dilakukan kembali setelah kejadian
penting seperti guncangan susulan terjadi, penggunaan alat berat
atau pemindahan korban.

FAKTOR-FAKTOR YANG HARUS DIPERTIMBANGKAN DALAM


TRIAGE BANGUNAN
Saat melakukan triage bangunan, informasi sebanyak mungkin harus
dikumpulkan. Faktor-faktor berikut harus dipertimbangkan:
1. Jenis tempat tinggal
2. Jenis bangunan
3. Keadaan bangunan
4. Mekanisme runtuh
5. Hari, tanggal dan jam
6. Keterangan yang didapat
7. Kesiapan sumber daya
8. Letak saklar
9. Kemungkinan adanya bahan berbahaya.

LASMANA, Ujang D. 37
6
CSSR BASIC & TEKNIK PENANDAAN BANGUNAN
AWARENESS RUNTUH

PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM TRIAGE BANGUNAN

Pengumpulan informasi bangunan

Pengkajian potensi penyelamatan penderita vs risiko yang dapat


diterima oleh anggota tim CSSR

Analisa ketersediaan sumberdaya vs kebutuhan penyelamatan

Lokasi prioritas

Mulai Operasi Penyelamatan

LASMANA, Ujang D. 38
CSSR BASIC & 6
AWARENESS TEKNIK PENANDAAN BANGUNAN
RUNTUH

SISTEM PENANDAAN INSARAG


Sebuah sistem dari “The International Search and Rescue Advisory
Group (INSARAG)” yang digunakan untuk memberikan tanda sebagai status
bangunan, kondisi, bahaya dan korban dalam bentuk yang standar, sederhana,
jelas dan dapat dimengerti oleh penolong lokal, nasional dan internasional.
Tanda yang dibuat tersebut harus jelas, menggunakan warna yang
menyala, kontras dan awet serta mencerminkan hasil temuan tim pencari.
Sistem marka bangunan menggabungkan elemen-elemen berikut:
1. Sistem identifikasi umum: penandaan.
2. Penilaian struktur: GO/ NO GO, cari, penyelamatan, dan bahaya
khusus dari struktur tertentu, lokasi korban.
3. Hasil: peringatan, pelacakan, dan kontinuitas / kemudahan
transfer pekerjaan (interoperabilitas).

SISTEM PENANDAAN KATEGORI INFORMASI


Dalam penandaan informasi dikategorikan dengan:
1. Tempat / lokasi kerja
2. Penilaian bangunan dan lokasi korban
3. Bahaya umum
4. Penandaan fasilitas dan kendaraan
5. Penandaan tim dan fungsi

Tanda INSARAG

LASMANA, Ujang D. 39
CSSR BASIC & 6
AWARENESS TEKNIK PENANDAAN BANGUNAN
RUNTUH

MEMBUAT TANDA INSARAG


Tanda INSARAG ini dibuat oleh First Responder yang melakukan
operasi penyelamatan. Karena tanda ini merupakan tanda komunikasi dalam
hal pertukaran informasi, maka memiliki aturan dalam pembuatannya.
Secara sederhana membuat tanda ini adalah sebagai berikut:

1. Buatlah garis kotak sama sisi


(bujur sangkar) di pintu,
samping pintu atau di area
lain yang mudah dilihat.
Disarankan ukuran 1mX1m.

Dalam hal ini dicontohkan di


dinding.

2. Tuliskan nama tim anda


pada bagian tengah atas
pada kotak yang anda buat.
(tuliskan semua nama tim
yang terlibat dalam operasi, WVI

lebih baik dengan kode)

LASMANA, Ujang D. 40
CSSR BASIC & 6
AWARENESS TEKNIK PENANDAAN BANGUNAN
RUNTUH

MEMBUAT TANDA INSARAG (Lanjt…)

3. Bila anda bisa berkomunikasi dengan penyintas yang ada di dalam,


tanyakan:
a. Apakah ada bahaya yang mengancam, misalnya gas yang bocor,
kompor yang masih menyala, listrik yang korslet dan juga
apakah ada persediaan air minum dan pangan.
a. Ada berapakah orang yang di dalam, berapa yang hidup, terluka
dan kemungkinan yang tewas.

4. Berdasarkan informasi
ancaman yang didapat dari Unstable Construction
informasi penyintas, saksi Gas, electric

dan juga pengamatan tim


penyelamat: Tuliskan WVI
informasi ancaman yang
mungkin ada pada bagian
atas kotak.

5. Demikianpula terhadap data


kemungkinan penyintas
didalam, yang hidup dan
kemungkinan yang tewas, Unstable Construction
Gas, electric
tulislah informasi
kemungkinan jumlah
L #5 D #7
kemungkinan yang hidup WVI

pada sisi kiri penyelamat


(diluar kotak), misalnya 5
orang, dan kemungkinan
jumlah yang tewas pada sisi
kanan penyelamat (diluar
kotak) misalnya 7 orang.
LASMANA, Ujang D. 41
CSSR BASIC & 6
AWARENESS TEKNIK PENANDAAN BANGUNAN
RUNTUH

MEMBUAT TANDA INSARAG (Lanjt…)

6. Pada bagian bawah luar


kotak, tuliskan lokasi Unstable Construction
kemungkinan keberadaan Gas, electric

para penyintas lainnya yang


hilang. Misalnya di ruang L #5 D #7
WVI
pertemuan Abiyasa.

Abiyasa Meeting Room

Unstable Construction
Gas, electric
7. Berdasarkan kajian menyeluruh,
GO apakah tim anda masuk atau tidak ke
L #5 D #7
WVI dalam bangunan? Bila masuk maka
tuliskan go pada bagian atas tulisan
tim anda.
Abiyasa Meeting Room

Unstable Construction
Gas, electric

8. Tuliskan waktu (tanggal dan jam) GO


L #5 D #7
masuknya tim penyelamat ke dalam WVI
In: 30 Sept ‘18
bangunan. 14:35 WIT

Abiyasa Meeting Room

LASMANA, Ujang D. 42
CSSR BASIC & 6
AWARENESS TEKNIK PENANDAAN BANGUNAN
RUNTUH

MEMBUAT TANDA INSARAG (Lanjt…)

9. Saat tim penyelamat masuk, kemungkinan data jumlah yang hidup,


meninggal dan hilang berubah, termasuk juga lokasi penyintas yang
hilang (bisa pula bertambah) dan ancaman yang ada. Hal ini disebabkan
temuan lanjutan oleh tim penyelamat.
10. Pada akhir kegiatan,
tulislah jumlah penyintas
Unstable Construction
hidup dan korban Gas, electric
meninggal yang berhasil
GO
dikeluarkan pada area L #5 D #7
WVI
dibawah jumlah In: 30 Sept ‘18
meninggal atau hidup. L #4 14:35 WIT D #5

Misalnya yang hidup 4 dan


meninggal 5. Abiyasa Meeting Room

11. Bila rencana penyelamatan akan dilanjutkan keesokan harinya atau


meninggalkan lokasi namun masih ada penyintas atau korban maka
tinggalkan tanda seperti di atas.

12. Bila semua penyintas dan yang Unstable Construction


Gas, electric
tewas sudah dievakuasi semua
maka berilah tanda lingkaran dan GO
L #5 D #7
garis horizontal seperti pada WVI
In: 30 Sept ‘18
contoh berikut: L #4 14:35 WIT D #5
Out: 1 Okt ‘18
Tuliskan waktu selesai, contoh 11:20 WIT

Out: 1 Okt’18 ; 11:20 WIT Abiyasa Meeting Room

LASMANA, Ujang D. 43
CSSR BASIC & 6
AWARENESS TEKNIK PENANDAAN BANGUNAN
RUNTUH

TANDA INSARAG DI DUNIA NYATA

Sumber gambar https://www.fireengineering.com/articles/print/volume-


163/issue-9/Special-Coverage-US-Response-to-Hait-Earthquake/new-york-
task-force-1-response.html#gref

Tanda INSARAG dibuat di bangunan yang mengarah ke hotel Roaroa Kota


Palu. Hotelnya sendiri berjarak sekitar 50 meter dari tanda ini dibuat
(lihat tanda V -> 50m). Foto milik Ubaidillah (2018).
LASMANA, Ujang D. 44
CSSR BASIC & 6
AWARENESS TEKNIK PENANDAAN BANGUNAN
RUNTUH

PENANDAAN LOKASI PENYINTAS

Ketika menjalankan pencarian, penting untuk menentukan lokasi korban


yang telah diketahui atau kemungkinan lokasi korban. Jumlah dan jenis
reruntuhan di lokasi yang menutupi atau menghambat jalan masuk ke lokasi
yang telah dikenali atau kemungkinan lokasi korban.
Tim penyelamat atau pihak-pihak lain yang melakukan pencarian dan
penyelamatan harus membuat penandaan lokasi korban setiap ada lokasi
terdapatnya penyintas atau kemungkinan penyintas ditemukan dan tidak dapat
segera dievakuasikan.

METODE

Jika terdapat kemungkinan potensi letak


penyintas (satu atau beberapa), bubuhkan tanda
‘V’ pada titik terdekat dengan kemungkinan lokasi
korban tersebut seperti pada gambar disamping.

Jika telah diketahui keberadaan penyintas


hidup atau meninggal, berikan tanda anak panah
mengarah ke lokasi korban di ekat tanda ‘V’.
Konfirmasi mengenai kondisi korban
membutuhkan adanya kontak visual maupun
suara, kemungkinan juga konfirmasi dari
gonggongan anjing pelacak SAR.
Jika terdapat reruntuhan pada tempat kita
akan meletakkan tanda ‘V’ atau penyintas
dijangkau dari sisi, bukan dari atas, maka tanda ‘V’
besar dengan tanda panah disertai angka berapa
meter jarak korban harus ditulis.

LASMANA, Ujang D. 45
CSSR BASIC & 6
AWARENESS TEKNIK PENANDAAN BANGUNAN
RUNTUH

METODE

Jika korban dipastikan meninggal, gambar


garis mendatar memotong tanda ‘V’ dengan tanda
panah yang menunjukkan lokasi jenazah korban.

D-2
Gambar tanda ‘V’ terpisah untuk membedakan korban hidup dan
meninggal.
Angka L-3 dan D-2 dibawah tanda V menunjukkan jumlah korban hidup
dan meninggal pada lokasi ini. Angka ini dapat naik atau turun setelah korban
diungsikan, reruntuhan dipindahkan dan ditemukan kemungkinan korban baru.

setelah penyintas dievakuasikan, tim


CSSR boleh mencoret angka korban di bawah
tanda ‘V’. Kemudian diganti dengan angka
jumlah korban baru.

PENYELESAIAN PENGEVAKUASIAN PENYINTAS


Untuk menunjukkan bahwa semua korban, baik yang masih hidup maupun
yang sudah meninggal telah diungsikan, gambarlah lingkaran melingkari tanda
‘V’.

LASMANA, Ujang D. 46
CSSR BASIC & 6
AWARENESS TEKNIK PENANDAAN BANGUNAN
RUNTUH

PENANDA BAHAYA SECARA UMUM

Penanda penghalang secara umum (bentang penghalang, bendera, dan


lain-lain) dipergunakan untuk menandai wilayah kecil yang telah ditentukan.
Wilayah tersebut dapat diperluas untuk mencakup non-bangunan (seperti
jembatan, zona berbahaya, limbah nuklir-biologis-kimia [NBC], keamanan, dan
lain-lain). Wilayah yang luas membutuhkan barikade/pagar/patroli dan lain-lain.
Zona operasional membutuhkan satu helai pita penghalang di sekitar perimeter
(perbatasan), zona runtuh atau berbahaya diberi dua helai pita membentuk
huruf ‘X’.

Gambar zona operasi SAR

Gambar zona berbahaya/rerutuhan

LASMANA, Ujang D. 47
6
CSSR BASIC & TEKNIK PENANDAAN BANGUNAN
AWARENESS RUNTUH

PENANDA BAGI FASILITAS & KENDARAAN OPERASIONAL CSSR

Fasilitas: Bendera penanda, banner, balon, atau benda lainnya yang


dipergunakan untuk menandai tim, fasilitas tim kesehatan, Pos Komando, dll.

Kendaraan: Semua kendaraan harus diberi tanda dengan nama tim, dan
fungsinya dengan bendera, tanda magnetis, dan lain-lain.

Gambar contoh penanda pada kendaraan.

PENANDA TIM & FUNGSI ANGGOTA TIM CSSR

Informasi berikut harus dituliskan dengan


jelas pada seluruh petugas darurat:
1. Identitas respon team (nama negara dan tim)
dengan seragam, emblem, dan lain-lain.
2. Jabatan petugas harus diberi warna tertentu dan
diberi label dalam Bahasa Inggris (menggunakan
rompi, pita lengan, helm, dan lain-lain), seperti
berikut:
a. Jabatan manajemen: putih Gambar contoh
b. Personil Medis: palang/bulan sabit penandaan pada helm tm
merah keselmatan.
c. Personil Keselamatan/keamanan:
oranye
LASMANA, Ujang D. 48
7
CSSR BASIC &
AWARENESS
TEKNIK STABILISASI
BANGUNAN RUNTUH

TEKNIK PENGGUNAAN
CRIBBING
Cribbing: Konstruksi panggung yang stabil yang terbuat dari potongan kayu,
yang digunakan untuk menstabilkan dan menahan beban.

Cribbing terbuat dari potongan kayu berukuran 10 x 10 cm yang


dirangkai sebagai sebuah kolom untuk menahan beban dari obyek. Baji /
Wedges digunakan untuk mengisi ruang kecil dan mengunci obyek pada
posisinya saat obyek tersebut sedang diangkat. Shim juga digunakan untuk
mengubah sudut dorongan agar dapat mencapai kontak optimal dengan
permukaan tanah yang tidak rata atau miring.
Kelemahan dari sistem cribbing kayu adalah lambat dan berisik akibat
serat-serat kayu yang rusak/hancur. Biasanya hal ini sudah cukup menjadi
peringatan bagi para tim penyelamat akan adanya kerusakan.
Persyaratan/ketentuan bagi cribbing yang telah diimprovisasi adalah:
1. Bahan material harus rata pada kedua sisi permukaan
2. Bahan material harus mampu menahan berat obyek yang sedang
ditahan.

Contoh antara lain: Furnitur, batu-bata, balok beton, roda, dan veleg.

LASMANA, Ujang D. 49
7
CSSR BASIC &
AWARENESS
TEKNIK STABILISASI
BANGUNAN RUNTUH

JENIS-JENIS CRIBBING
KOTAK (BOX):
Terbuat dari beberapa blok kayu dalam konfigurasi persegi, menggunakan dua
blok paralel per lapis. Lapisan-lapisan diatur pada sudut 90 derajat satu sama
lain dengan ujung-ujung blok kayu tersebut overlapping satu sama lain sekitar
10 cm. Box crib memiliki tengah yang terbuka.

Kapasitas Box Cribbing

Balok 10 cm x 10 cm: 11.000 kilo

Balok 15 cm x 15 cm: 27.000 kilo

Gambar Box Cribbing

PLATFORM (cross-tie):
Terbuat dari blok-blok kayu dalam lapisan yang solid atau masing-masing lebih
banyak potongan kayu. Lapisan diatur sudutnya 90 derajat satu sama lain.
Sedikit atau tidak ada ruang yang tersisa antara potongan kayu. Ujung dari
potongan kayu juga harus overlap satu sama lain kira-kira 10 cm.

Kapasitas Platform
Cribbing

Balok 10 cm x 10 cm = 48.000 kilo

Balok 15 cm x 15 cm = 120.000 kilo

Gambar Platform Cribbing


LASMANA, Ujang D. 50
7
CSSR BASIC &
AWARENESS
TEKNIK STABILISASI
BANGUNAN RUNTUH

PEDOMAN UMUM TENTANG CRIBBING


1. Lapisan pertama harus solid agar dapat mendistribusikan beban
sepenuhnya, khususnya pada permukaan yang lebih halus, seperti tanah
dan aspal.
2. Batas ketinggian: Aturan umum membatasi cribbing hingga tiga kali lebar
potongan kayu yang sedang digunakan untuk cribbing (rasio tinggi-lebar
3:1). Sebagai contoh, jika potongan kayu memiliki lebar satu meter dari
satu sisi crib pertama ke sisi terluar dari crib terakhir (seberang), maka
ketinggian cribbing tidak seharusnya melebihi tiga meter.
3. Selalu overlap sudut-sudut kira-kira 10 cm. Hal ini mencegah terbelahnya
sudut-sudut setiap potongan, dimana dapat berdampak terhadap
kestabilan secara keseluruhan

PROSEDUR UNTUK MENGANGKAT DAN


MENSTABILKAN BEBAN
Prosedur ini terdiri dari proses pengangkatan obyek target atau beban
secara bertahap dan memasukkan satu lapisan cribbing setelah lapisan lainnya
hingga mendapat ruang yang memadai dan stabilitas telah tercapai. Pastikan
untuk menggunakan PPE lengkap sebelum memulai setiap pekerjaan.
1. Lakukan pembukaan awal dengan menggunakan linggis (pry bar)
atau alat sejenis.
2. Pasang sistem pengungkit dengan menggunakan linggis.
3. Angkat beban secara bertahap untuk menciptakan bukaan yang
cukup besar untuk memasang lapisan cribbing pertama di
bawahnya. Gunakan baji untuk menyangga beban secara bertahap
begitu saat Anda mengangkat; jika linggis mengalami slip atau
patah, maka baji tersebut akan mencegah beban jatuh. Tidak perlu
mengangkat hingga mencapai ketinggian penuh lapisan cribbing
berikutnya sekaligus.

LASMANA, Ujang D. 51
7
CSSR BASIC &
AWARENESS
TEKNIK STABILISASI
BANGUNAN RUNTUH
PROSEDUR UNTUK MENGANGKAT DAN MENSTABILKAN BEBAN (Lanjt...)
5. Reposisi dan angkat fulcrum dan lanjutkan untuk mengangkat
beban hingga mendapatkan ruang yang cukup untuk
mengeluarkan korban dengan aman.

Gambar Metode pengangkatan beban dengan aman.

TINDAKAN PENGAMANAN UNTUK CRIBBING


1. “Angkat satu inci, crib satu inci.”

1. Jangan pernah menempatkan tangan di bawah beban saat melakukan


cribbing!

1. Untuk stabilitas maksimum, ketinggian cribbing tidak boleh melebihi tiga


kali lebar blok cribbing (rasio 3:1).

LASMANA, Ujang D. 52
PENULIS
Ujang Dede Lasmana dilahirkan di Jakarta pada 15 Desember 1972.
Berlatar belakang pendidikan formal dibidang kesehatan serta pemegang
sertifikat keahlian dalam bidang:
Pelatihan (Certified Instructor/Trainer) dari BNSP,
Pertolongan Pertama Pada Tanggap Darurat Bencana (Certified First Aid
Service Manager in Disaster) dari BNSP,
Kesehatan & Keselamatan Kerja - Umum & Rumah Sakit (Certified
Occupational Health & Safety Expert– General & Hospital) dari BNSP &
Kemenakertrans,
Penulisan (Certified Writer) dari BNSP,
Active Shooter Preparedness dari UNDSS,
Safety dari IFRC/ICRC,
Medical First Responder dari ADPC & Miami-Dade Fire Rescue,
Basic Life Support – Healthcare Provider dari AHA & Perki.

Ujang merupakan Lulusan UKI – Jakarta, STIKIM - Jakarta & University of


Twente – Faculty of ITC – Enschede, the Netherland.

Pada tahun 2020, Ujang masuk dalam 10 finalis Inovasi Dalam Bidang
Pelayanan Kesehatan – Kategori SPGDT (Sistem Penanggulangan Gawat
Darurat Terpadu).

Ia juga memegang Brevet TNI AU berua HUET & Scuba Diving.

Ia memiliki pengalaman kerja di UN (UN-OCHA, IOM & UNDP), Red Cross


(PMI & DRC), ACF, WVI, CARE, Mercy Corps, BNPB, Kemensos, READY
Indonesia & ACT. Kini ia aktif sebagai Pelatih Ahli di Disaster Management
Institute of Indonesia (DMII) ACT, Pengurus PMI Kota Tangerang Selatan &
anggota Tim Pokja Rencana Kontingensi BNPB.
Buku yang pernah ditulis diantaranya adalah Pedoman Pertolongan
Pertama yang diterbitkan oleh PMI (2000), berbagai buku mengenai Urban
Survival, Safety & Security, Pre-Hospital Life Saver yang diterbitkan oleh
DMII ACT (2020), Kesehatan, Pengembangan Masyarakat dan tulisan
populer lainnya terkait manajemen bencana, kesehatan, keselamatan dan
kepelatihan.

LASMANA, Ujang D. 53
PENCARIAN & PERTOLONGAN
PADA PENDERITA DI
BANGUNAN RUNTUH –
TINGKAT DASAR
So That Others May Live

Wahana Visi Indonesia adalah organisasi kemanusiaan Kristen yang hadir


melayani dan berkolaborasi dalam pemberdayaan anak, keluarga dan masyarakat
yang paling rentan melalui pendekatan pengembangan masyarakat, advokasi dan
tanggap bencana untuk membawa perubahan yang berkesinambungan tanpa
membedakan agama, ras, suku, dan gender.

Sejak tahun 1998, Yayasan Wahana Visi Indonesia telah menjalankan


program pengembangan masyarakat yang berfokus pada anak. Ratusan ribu anak
di Indonesia telah merasakan manfaat program pendampingan WVI.

LASMANA, Ujang D. 54

Anda mungkin juga menyukai