www.bappenas.go.id/index.php/download_file/view/9581/1783/
BAB IV
PEMULIHAN EKONOMI
0 Keadaan Awal
IV - 1
Pertumbuhan Ekonomi
IV - 2
Pertumbuhan ini terutama bersumber dari konsumsi
masyarakat yang didorong oleh perkembangan harga dan nilai tukar
mata uang yang relatif stabil serta suku bunga yang menurun. Unsur
pendorong lain adalah konsumsi pemerintah yang berasal dari
kenaikan pengeluaran rutin. Selama tahun 1999, secara keseluruhan
investasi atau pembentukan modal tetap domestik bruto mengalami
kontraksi sebesar 20 persen. Penurunan terjadi pada investasi
swasta. Namun, investasi pemerintah juga belum berjalan sesuai
dengan harapan sebagaimana tercermin pada kinerja pengeluaran
pembangunan selama sembilan bulan pertama tahun fiskal
1999/2000 yang baru mencapai sekitar 54,7 persen dari anggaran.
IV - 3
sekitar 8,2 persen. Sementara itu, panen yang cukup berhasil telah
membantu sektor pertanian tumbuh 2,1 persen.
IV - 4
Dalam pengelolaan keuangan negara, krisis ekonomi
menyebabkan beban yang besar terhadap anggaran negara. Pada
tahun 1998/99 overall balance tercatat defisit 1,5 persen terhadap
PDB. Pada pertengahan tahun 1999, ada tanda-tanda pemulihan
ekonomi namun masih dalam tahap yang sangat awal. Oleh karena
itu, terbatasnya penerimaan negara dan membengkaknya
pengeluaran negara masih mewarnai pelaksanaan tahun anggaran
1999/2000 sehingga defisit anggaran membesar. Namun demikian,
peran pemerintah dalam ikut menggerakan pemulihan ekonomi
dalam tiga triwulan pertama tahun anggaran 1999/2000 masih belum
optimal. Perkembangan tersebut mengakibatkan operasi keuangan
pemerintah untuk keseluruhan tahun 1999/2000 mengalami defisit
3,9 persen dari PDB dibandingkan target defisit sebesar 6,8 persen
dari PDB.
IV - 5
Dunia, untuk menunda pencairan utang berkaitan dengan masalah
Timor Timur dan merebaknya kasus-kasus perbankan.
IV - 6
selama tahun 1999 relatif mantap di banding tahun 1997 dan 1998.
Pertumbuhan besaran moneter, yaitu uang primer, uang beredar
dalam arti sempit (M1), dan uang beredar dalam arti luas (M2), telah
makin terkendali ke arah sasaran yang ditentukan.
IV - 7
yang mencapai sekitar 8,4 persen.
IV - 8
sentimen positif yang ditimbulkan oleh mulai membaiknya situasi
sosial politik di dalam negeri.
IV - 9
miliar. Hingga akhir tahun 1999, posisi utang swasta lainnya (tidak
termasuk BUMN) mencapai US$ 67,4 miliar atau menurun 15,2
persen dibandingkan posisi pada akhir tahun sebelumnya. Dari total
utang luar negeri swasta tersebut, sebesar US$ 53,2 miliar
merupakan utang perusahaan swasta nonbank, US$ 10,8 miliar
utang perbankan, dan US$ 3,2 miliar merupakan surat-surat
berharga yang dimiliki investor asing.
IV - 10
tumbuh dan berkembang pula. Sebaliknya, dunia perbankan akan
tumbuh dan berkembang jika dunia usaha dapat bergerak, bekerja,
tumbuh dan berkembang.
IV - 11
signifikan. Sedangkan jumlah bank yang tetap beroperasi sampai
dengan bulan Desember 1999 mencapai 164 buah bank.
IV - 12
3. Menanggulangi Kemiskinan dan Menciptakan
Lapangan Kerja serta Meningkatkan Perlindungan
Tenaga Kerja
IV - 13
dibandingkan bukan makanan. Namun, secara absolut pengeluaran
masyarakat untuk konsumsi bahan makanan pokok mengalami
penurunan dari tahun 1996 ke 1999. Penurunan mencolok terutama
terjadi pada konsumsi beras, jagung basah berkulit dan gaplek.
Meningkatnya konsumsi jagung pocelan/pipilan dan ketela pohon
pada tahun 1999 dibandingkan 1996 menunjukkan usaha
masyarakat yang tidak mampu membeli beras beralih ke jagung atau
ketela pohon.
IV - 14
Sebagai akibat dari krisis ekonomi, jumlah pengangguran
terbuka maupun setengah pengangguran meningkat dengan cepat.
Jumlah pengangguran terbuka yang pada tahun 1997 berjumlah 4,2
juta orang atau 4,7 persen, meningkat menjadi 5,1 juta orang atau
5,5 persen pada tahun 1998. Jumlah pengangguran terbuka ini
meningkat lagi pada tahun 1999 menjadi 6,0 juta orang atau 6,3
persen. Pada tahun 1999, bila dilihat dari segi pendidikan, jumlah
penganggur terbuka terbanyak adalah mereka yang berpendidikan
SLTA dengan jumlah 1,9 juta orang. Bila dilihat dari segi usia
jumlah penganggur terbuka terbesar berumur antara 15 sampai 24
tahun.
IV - 15
hambatan bagi kelancaran pengiriman tenaga kerja Indonesia (TKI)
yang berarti menghilangkan peluang penerimaan devisa.
IV - 16
efisiensi usaha yang lebih tinggi belum sepenuhnya berkembang.
Pada tahun yang sama, jumlah koperasi sebanyak 59,4 ribu unit
menjadi potensi besar pula untuk mengembangkan skala usaha
khususnya usaha mikro dan kecil serta untuk konsumen dalam
memenuhi kebutuhan pokok dengan harga yang terjangkau.
IV - 17
persen, bahkan lebih dari 50 persen BUMN mengalami kerugian.
Kinerja BUMN belum memuaskan karena pola pembinaan dan
tanggung jawab masing-masing BUMN berada di bawah
departemen terkait dan masih kaburnya misi pokok antara
memperoleh keuntungan dan pembangunan. Dengan demikian,
keandalan pelayanan atau produk-produk BUMN secara umum
masih rendah sehingga kerugian-kerugian yang dialami BUMN
membebani keuangan negara, di samping BUMN merupakan salah
satu sumber ekonomi biaya tinggi (high cost economy).
IV - 18
kelemahan yang perlu disempurnakan. Pertama, pemberian sistem
insentif bagi kegiatan investasi masih kurang konsisten dan
transparan. Kedua, masih rumitnya sistem perijinan usaha yang
pada gilirannya akan menciptakan ekonomi biaya tinggi, khususnya
bagi perusahaan kecil dan menengah. Persetujuan investasi di luar
sektor minyak dan gas, perbankan, lembaga keuangan non bank,
asuransi serta sewa guna usaha cenderung belum menunjukkan hasil
yang menggembirakan. Proyek penanaman modal asing (PMA)
tahun 1999 berjumlah 1.164 proyek dengan nilai sebesar US$
10.890,6 juta, sedang tahun 1998 sejumlah 1.035 proyek dengan
nilai sebesar US$ 13.563,1 juta. Sementara itu, penanaman modal
dalam negeri (PMDN) tahun 1999 baru berjumlah 237 proyek
dengan nilai Rp 53.550,0 miliar sedang tahun 1998 berjumlah 324
proyek dengan nilai Rp 60.749,3 miliar.
IV - 19
Namun demikian, dengan jumlah penduduk yang besar dan
terus meningkat maka keberlanjutan penyediaan pangan sangat
kritis. Upaya ini menghadapi kendala keterbatasan lahan subur
disertai terus terjadinya pengalihan fungsi lahan, dan degradasi
kualitas lingkungan. Sementara itu, pola konsumsi pangan masih
terlalu mengandalkan pada konsumsi beras. Konsumsi pangan
lainnya masih rendah, seperti konsumsi pangan hewani khususnya
ikan, sayur-sayuran, dan buah-buahan.
IV - 20
Kegiatan produksi pertambangan dan energi selama krisis ekonomi
masih menunjukkan peningkatan, namun untuk mempertahankan
tingkat produksi minyak bumi, gas alam dan produk pertambangan
lainnya seperti tingkat sekarang ini perlu digiatkan kegiatan
eksplorasi, mengingat peluang untuk mendapatkan sumber cadangan
baru terutama migas masih cukup baik. Hal ini terbukti dengan
ditemukannya cadangan minyak dan gas baru di kawasan Papua dan
Kalimantan Timur. Masalah lainnya yang menjadi sorotan dan
banyak dihadapi masyarakat pada saat ini adalah terutama akibat
belum dilakukannya secara konsekuen penegakan hukum dalam
upaya eksplorasi dan produksi pertambangan, khususnya yang
berkaitan dengan pelestarian lingkungan hidup.
IV - 21
Ekonomi
IV - 23
pemeliharaan prasarana jalan. Panjang jalan arteri dan kolektor yang
direhabilitasi dalam tahun 1998/99 hanya sepanjang 16.412
kilometer atau menurun 51 persen dari tahun sebelumnya.
IV - 24
laut nasional baik dalam angkutan barang dalam negeri maupun luar
negeri masih rendah yakni 53,6 persen dan 3,9 persen.
IV - 25
sebesar 31,9 persen dan 37,3 persen. Jumlah pesawat udara yang
melayani penerbangan berjadwal juga menurun cukup besar. Hal ini
disebabkan antara lain umur sebagian besar pesawat udara sudah
melampaui umur ekonomis dan memerlukan biaya pemeliharaan
yang cukup besar, pendapatan perusahaan tidak mampu memenuhi
kebutuhan operasional dan pemeliharaan yang meningkat sebagai
akibat biaya komponen impor yang cukup dominan, perusahaan
penerbangan tidak mampu untuk mengoperasikan pesawat-pesawat
yang sebagian besar disewa dari luar negeri.
IV - 26
tenaga listrik pada tahun 1998 sebesar 77,8 juta MWh dan pada
tahun 1999 meningkat menjadi 84,3 juta MWh.
IV - 27
Pembangunan telematika telah mengalami kemajuan yang
cukup berarti, namun masih terdapat tumpang tindih kegiatan serta
belum optimalnya pendayagunaan prasarana teknologi informasi,
aplikasi, sumber daya manusia dan informasi yang ada. Hal ini
antara lain disebabkan belum adanya kebijakan dan pedoman
nasional yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam pembangunan
telematika untuk meningkatkan efektivitas, produktivitas, dan
pelayanan kepada masyarakat.
IV - 28
dianggap menjadi penyebab kerusakan SDA hayati dan
ekosistemnya dan penurunan kualitas lingkungan hidup selama ini
adalah lemahnya penegakan hukum dalam pengelolaan SDA dan
pemeliharaan lingkungan hidup.
IV - 29
penduduk dengan beragamnya aktivitas manusia kerugian akibat
kerusakan lahan (erosi) akan semakin besar.
IV - 30
B. Langkah-langkah Kebijakan dan Hasil-hasil yang
Dicapai
IV - 31
diambil selama satu tahun terakhir diarahkan untuk menciptakan
iklim yang kondusif untuk pemulihan perekonomian, yaitu
menciptakan keadaan ekonomi makro yang stabil dan kondusif bagi
kegiatan usaha, meningkatkan kondisi perbankan yang sehat yang
dapat berperan dalam menyalurkan dana masyarakat kepada
investasi di sektor riil, dan mempercepat restrukturisasi utang dunia
usaha. Langkah-langkah tersebut didukung oleh berbagai langkah
deregulasi di bidang investasi dan perdagangan serta pemberdayaan
UKMK dalam rangka menggerakkan sektor riil. Selain itu, upaya-
upaya untuk menanggulangi kemiskinan dan mengurangi
pengangguran lebih ditingkatkan lagi. Sedangkan dengan dana
pembangunan yang terbatas, maka pembangunan prasarana sangat
dibatasi, sebagian besar dana diarahkan pada kegiatan operasi dan
pemeliharaan dalam rangka mengefektifkan pemanfaatan prasarana
yang ada. Selanjutnya, menyadari pentingnya ketersediaan SDA
dan lingkungan hidup yang sehat bagi tercapainya pembangunan
yang berkelanjutan dan berkeadilan, secara bertahap upaya penataan
pengelolaan SDA dan pelestarian lingkungan hidup lebih
ditingkatkan lagi menjadi bagian terpadu dalam pembangunan
nasional.
IV - 32
Keseluruhan kebijakan tersebut harus saling melengkapi sehingga
menunjang pencapaian pertumbuhan dan stabilitas ekonomi dalam
jangka menengah. Hal ini juga penting untuk mengatasi
meningkatnya unsur ketidakpastian antara lain sebagai akibat
semakin terintegrasinya perekonomian Indonesia dengan pasar
global dan diterapkannya sistem nilai tukar rupiah yang
mengambang bebas sejak Agustus 1997.
IV - 33
dengan triwulan sebelumnya (triwulan keempat tahun 1999) atau
dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya (triwulan pertama
tahun 1999). Perbandingan dengan triwulan pertama tahun 1999
dimaksudkan untuk melihat kemajuan yang dicapai dengan
mengeluarkan faktor musimannya. Dibandingkan dengan triwulan
yang sama tahun sebelumnya, perekonomian pada triwulan pertama
tahun 2000 tumbuh sebesar 3,2 persen. Sedangkan apabila
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, perekonomian tumbuh
sebesar 2,0 persen.
IV - 34
konsumsi pemerintah dalam triwulan pertama tahun 2000 yang
sekaligus merupakan triwulan terakhir pelaksanaan tahun anggaran
1999/2000 mencatat pertumbuhan yang tertinggi.
TABEL 1
INDIKATOR PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
1998 – 2000 (TRIWULAN I)
1998 1999 1999 2000
D. E. G. I. J. K. L.
Indikator Trw. Trw. Trw. Trw. Trw.
F. H. III IV M.
I II I
O. P. Q. R. S. T. U.
N. Perkiraan Indikator Pokok
Laju Inflasi
Indeks Harga Konsumen 1) 77,6 4,1 -1,3 -2,6 1,9 2,0 1,92)
Nilai Tukar Rp/US$ Nominal 3) 8.025 8.788 7.697 7.609 7.142 7.809 7.9634)
Perubahan Kurs Rupiah Riil (%) 5)
Tahunan -2,9 4,2 -21,1 29,6 -16,9 -16,9 9,4
Terhadap Januari 1997 71,6 78,8 41,2 83,0 52,1 52,1 66,4
Suku Bunga Deposito 6 Bulan (%) 3) 36,8 29,4 28.,9 21,7 16,6 24,2 13,1
SBI 3 Bulan (%) 38,0 37,8 23,3 13,1 12,6 12,6 11,1
IHSG 6) 398 394 662 548 677 677 583
Pertumbuhan ekonomi (%) -13,0 -7,7 3,7 1,2 5,0 0,31 3 ,21
PDB Nominal Perkapita (US$) 515 - - - - 689 -
Transaksi Berjalan/PDB (%) 7) 4,3 - - - - 4,0 3,4
Surplus/Defisit APBN/PDB (%) 7) -2,2 - - - - -5,4 -3,2
Stok Utang Pemerintah/PDB (%) 7) 71,2 - - - - 97,6 99,5
Utang Luar Negeri 54,6 - - - - 52,9 51,68)
Utang Dalam Negeri 16,6 - - - - 44,7 47,9 9)
Neraca Pembayaran
Transaksi Berjalan
Pertumbuhan Ekspor Non migas (%) -3,6 -17,4 -10,2 -2,3 15,0 -4,6 26,9
Pertumbuhan Impor Non migas (%) -29,8 -16,7 -5,5 -13,0 2,5 -8,4 25,1
Arus Modal
Pemerintah (miliar US$) 10,0 3,5 1,2 0,6 0,1 5,4 -1,3
Swasta (miliar US$) 13,8 -2,9 -2,0 -2,7 -2,3 -9,9 -2,0
V. Sumbangan terhadap Pertumbuhan
Pertumbuhan Riil (%) -13,0 -7,7 3,7 1,2 5,0 0,3 3,2
Konsumsi -9,2 -6,0 3,0 0,9 4,0 0,2 2,5
Masyarakat -8,5 -5,6 2,7 0,8 3,7 0,2 2,3
Pemerintah -0,7 -0,4 0,3 0,1 0,3 0,0 0,2
Investasi (termasuk perubahan stok) -2,6 -1,1 0,5 0,2 0,6 0,0 0,4
Ekspor, Neto -1,2 -0,5 0,2 0,1 0,5 0,0 0,3
Ekspor -6,7 -2,6 1,3 0,4 1,8 0,1 1,1
Impor -5,4 -2,0 1,1 0,3 1,3 0,1 0,8
IV - 35
2) angka triwulan II
3) rata-rata sederhana dari rata-rata tertimbang bulanan
4) sampai dengan bulan Juni minggu ke 3
5) tanda positif menunjukkan depresiasi dan tanda negatif menunjukkan apresiasi
6) angka akhir periode
7) tahun 1999 merupakan tahun anggaran 1999/2000 (1 April 1999 – 31 Maret 2000). Untuk tahun 2000 juga berlaku
1 April 2000 – 31 Desember 2000. Angka-angka tersebut masih merupakan perkiraan.
8) angka triwulan 1 tahun 2000 dihitung berdasarkan posisi utang LN pada tanggal 31 Maret 2000.
9) angka triwulan 1 tahun 2000 dihitung berdasarkan posisi utang DN tanggal 7 April 2000.
10) angka triwulanan dihitung dengan membandingkan angka-angka triwulan yang sama tahun sebelumnya
IV - 37
dirasionalisasikan, namun dengan mengurangi pengecualian
kewajiban pajak dan peningkatan transparansi dalam pemberian
pengecualian tersebut. Langkah ini diharapkan memberikan insentif
bagi investasi yang pada gilirannya akan meningkatkan potensi
pajak, namun tanpa mengorbankan penerimaan negara secara tidak
perlu. Potensi pajak juga ditingkatkan dengan memperluas basis
pajak melalui pengenaan pajak sebesar 5 persen secara merata (flat)
terhadap semua barang yang sebelumnya dikecualikan dari pajak.
Untuk cukai, langkah yang ditempuh adalah dengan mengurangi
distorsi pemberian cukai dengan cara menyederhanakan struktur
cukai hasil tembakau. Langkah ini juga dimaksudkan untuk
meningkatkan pemenuhan kewajiban pajak produsen rokok.
IV - 39
negeri sipil (PNS) dari pusat ke daerah serta manajemen keuangan
dan perimbangan keuangan.
IV - 41
menyediakan data informasi dan pelaporan yang berkaitan dengan
penerbitan dan pengelolaan surat utang pemerintah. Pemerintah juga
membentuk unit monitoring (Monitoring Unit) yang bertugas untuk
memonitor secara terus menerus bank-bank yang telah
direkapitalisasi. Unit ini mulai bertugas pada tanggal 1 Juli 2000.
IV - 43
likuditas diterapkan melalui pengendalian uang primer sebagai
sasaran operasional. Di samping pencapaian sasaran uang primer,
pengendalian likuiditas juga memperhatikan pencapaian sasaran
faktor-faktor yang mempengaruhi uang primer yaitu aktiva domestik
bersih (net domestic assets/NDA) dan posisi cadangan devisa bersih
(net international reserves/NIR) yang harus selalu berada di atas
batas bawah (floor). Dalam kaitan itu, jumlah uang primer untuk
bulan Mei dan Juni 2000 yang lebih tinggi daripada indikatif target,
perlu diwaspadai.
IV - 44
mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Untuk mencapai
tujuan tersebut Bank Indonesia berwenang untuk menetapkan
sasaran dan pilihan instrumen kebijakan yang dapat digunakan.
Selain itu, untuk mengurangi kebocoran moneter, Bank Indonesia
dilarang memberikan kredit kepada pemerintah dan tugas pemberian
kredit program dialihkan kepada badan usaha milik negara (BUMN)
yang ditunjuk oleh pemerintah. Berkaitan dengan pengalihan kredit
program tersebut, sejak 16 November 1999 fungsi pemberian kredit
program dialihkan kepada tiga BUMN yang ditunjuk oleh
pemerintah, yaitu Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Tabungan
Negara (BTN), dan PT. Permodalan Nasional Madani (PNM).
IV - 45
ekspor gas pada semester I tahun 2000 diperkirakan mengalami
penurunan sebagai dampak meningkatnya persaingan di pasar LNG.
IV - 47
melakukan rekapitalisasi BNI; kedua, melakukan rekapitalisasi BNI
sesuai dengan kontrak kerja yang diharapkan berakhir Juni 2000;
ketiga, merekapitalisasi Bank Mandiri yang telah diselesaikan pada
bulan Maret 2000. Sementara itu rekapitalisasi BRI hingga Juni
2000 mengalami penundaan, karena belum terbentuknya
manajemen BRI yang baru. Setiap rencana rekapitalisasi bank-bank
tersebut harus mendapatkan persetujuan DPR. Dalam kaitan itu,
Bank Take Over lainnya yaitu Bank Niaga telah direkapitalisasi pada
akhir Mei 2000 melalui penerbitan obligasi pemerintah sebesar Rp
9,5 triliun. Kemudian, rencana merger 8 BTO ke Bank Danamon
diharapkan selesai pada akhir tahun 2000. Untuk keperluan tersebut
Bank Danamon telah mendapatkan tambahan dana rekapitalisasi
sebesar Rp 28,9 triliun pada bulan Juni 2000.
IV - 48
Performing Loan (NPL) pada bulan Mei 2000 turun menjadi 27,5
persen, lebih rendah dibandingkan bulan Maret 2000. Dengan
demikian, program rekapitalisasi perbankan yang dilaksanakan
pemerintah diharapkan dapat membantu program pemulihan
perekonomian Indonesia secara cepat.
IV - 49
menjadi acuan strategis dalam pelaksanaan mediasi Prakarsa Jakarta
dan restukturisasi utang BPPN misalnya pembuatan prosedur yang
berkaitan dengan batas waktu pengembalian utang perusahaan dan
pengurangan jumlah utang (pokok dan bunga) terhadap perusahaan-
perusahaan yang berada dalam pemantauan BPPN; restrukturisasi
utang perusahaan BPPN di atas Rp 1 triliun; serta merekomendasi-
kan dilakukannya tindakan hukum terhadap perusahaan-perusahaan
yang mangkir dalam membayar utang.
IV - 50
melakukan negosiasi dengan pemegang saham bank tersebut untuk
menghasilkan kesepakatan dalam Perjanjian Kewajiban Pemegang
Saham (PKPS) yang intinya meminta pembayaran kembali atas
hutang-hutang bank kepada negara.
IV - 51
rekening/pembukuan BPPN untuk tahun 1999 dengan hasil audit
disclaimer. Dengan hasil tersebut maka berbagai langkah
pembenahan harus dilakukan untuk memberikan hasil audit yang
lebih baik di masa depan.
IV - 52
dilaksanakan berbagai kebijakan pembangunan yang sifatnya
jangka pendek dan operasional. Untuk mengatasi kondisi sosial
ekonomi masyarakat yang merosot sebagai akibat dari krisis
ekonomi terutama masyarakat yang berpendapatan rendah maka
pemerintah terus melanjutkan program jaring pengaman sosial (JPS)
dengan berbagai penyempurnaan guna meningkatkan efektivitas dan
mengurangi kebocoran dana JPS. Prioritas program jaring pengaman
sosial adalah peningkatan ketahanan pangan, penciptaan lapangan
kerja produktif, pengembangan usaha kecil dan menengah, dan
perlindungan sosial masyarakat dalam pelayanan dasar khususnya
kesehatan dan pendidikan.
IV - 53
Dengan pelaksanaan langkah-langkah tersebut, pada tahun
1999 jumlah penduduk miskin berkurang menjadi 37,5 juta (18,2
persen). Penduduk miskin di perkotaan turun menjadi 12,4 juta (15,1
persen) dan di perdesaan menjadi 25,1 juta (20,2 persen). Tingkat
kemiskinan tahun 1999 sudah menurun dibandingkan tahun 1998,
namun kondisinya masih lebih tinggi, dan tingkat kedalamannya
serta keparahannya masih lebih buruk dibandingkan tahun 1996
(sebelum krisis). Penurunan angka kemiskinan lebih dikarenakan
penurunan harga, yang selanjutnya menurunkan garis kemiskinan.
Sementara peningkatan per kapita pengeluaran golongan bawah
lebih diakibatkan adanya transfer, termasuk program jaring
pengaman sosial (JPS) dan berbagai upaya seperti menjual/
menggadaikan barang, meminjam, menambah jam kerja dan
menambah pekerjaan. Di lain pihak, peningkatan rata-rata
pengeluaran kelompok 20 persen teratas, yang pada tahun 1999
memang lebih cepat dari golongan bawah, lebih dikarenakan adanya
penurunan harga-harga dan menurunnya minat masyarakat
menyimpan uangnya di lembaga perbankan akibat rendahnya suku
bunga tabungan. Namun dengan terus dilanjutkannya langkah di
atas dan membaiknya perekonomian, diperkirakan jumlah penduduk
miskin secara keseluruhan akan menurun dibandingkan tahun 1999.
IV - 54
(P3DT) yang pada tahun 1999/2000 telah menyediakan lapangan
kerja setara dengan 13 juta hari orang kerja. Program lain seperti
program pengembangan ekonomi masyarakat di daerah (PEMD)
diharapkan dapat menggerakkan perekonomian rakyat di daerah.
Program ini diharapkan dapat mencakup 165 kabupaten pada tahun
2000 ini. Program JPS lain, walaupun tidak langsung menyediakan
lapangan kerja, tetapi mendukung peningkatan sumberdaya manusia
seperti program JPS kesehatan dan pendidikan, yang pada gilirannya
meningkatkan kualitas sumberdaya manusia.
IV - 55
Dalam rangka mengurangi penganggur yang belum dapat
terserap di pasar kerja, pemerintah melaksanakan berbagai program
pengembangan kesempatan. Langkah nyata yang telah dilakukan
dalam rangka perluasan kesempatan kerja, antara lain melalui upaya
pemberdayaan usaha kecil dan menengah, pemberdayaan bagi para
penganggur dan setengah penganggur melalui sistem padat karya,
pembinaan terhadap usaha-usaha mandiri, khususnya dalam rangka
memberikan kesempatan kerja dan menyerap tenaga kerja, terutama
yang mengalami PHK. Selain itu, pada saat ini sedang dikaji
program padat karya khusus wanita baik di perdesaan maupun di
perkotaan.
IV - 57
serta pertukaran tenaga ahli merupakan peluang bagi pengembangan
sumberdaya tenaga kerja Indoensia. Secara operasional, program ini
dilaksanakan melalui kerjasama antar lembaga tempat kerja atau
perusahaan, lembaga penyelenggara pelatihan, dan lembaga uji
keterampilan. Aktivitas pemagangan pekerja keluar negeri
dilakukan bekerjasama dengan perusahaan di Jepang dan Korea
Selatan.
IV - 58
membutuhkan pekerja. Melalui mekanisme antarkerja antardaerah
(AKAD), selama tahun 1999/2000 jumlah pekerja yang telah
ditempatkan sekitar 12 ribu orang, tersebar pada sektor perkebunan,
kehutanan, dan industri pertanian. Selain itu, dilakukan pula
penempatan ke perusahaan yang membutuhkan, sebanyak 359
orang.
IV - 59
berkaitan dengan upaya peningkatan perlindungan dan perwujudan
hak-hak tenaga kerja menjadi semakin penting.
IV - 60
kepastian hukum serta terlaksananya penegakan hukum, terciptanya
rasa aman di masyarakat, serta dukungan terhadap kebijakan
pemerintah yang konsisten sesuai dengan semangat reformasi dan
era globalisasi. Dengan makin berfungsinya lembaga
ketenagakerjaan diharapkan dapat meredam aksi unjuk rasa atau
pemogokan oleh tenaga kerja yang merasa tidak tersalurkan hak-
haknya. Dalam tahun 1999/2000, kasus pemogokan menurun
dibandingkan tahun sebelumnya menjadi 149 kasus, melibatkan 52
ribu tenaga kerja, serta mengakibatkan 979 ribu jam kerja hilang.
IV - 61
tersebut. Sampai bulan April tahun 2000, jumlah tenaga kerja yang
mengikuti program jaminan sosial tenaga kerja berjumlah 16,4 juta
orang, dengan jumlah perusahaan sebanyak 87,7 ribu perusahaan.
IV - 62
Pemberian kesempatan berusaha seluas-luasnya dilakukan
dengan memberikan iklim usaha yang kondusif antara lain melalui
stabilisasi suku bunga pinjaman yang wajar dan dapat dijangkau
oleh UKMK, penyempurnaan peraturan perundang-undangan,
penyederhanaan perizinan, peraturan daerah dan retribusi untuk
mempermudah dan memperlancar kegiatan produktif UKMK.
Perluasan akses dilakukan kepada sumberdaya produktif antara lain
ditempuh dengan penguatan dan pengembangan lembaga
pendukung usaha, baik lembaga pembiayaan, lembaga layanan
usaha, dan lembaga pengembangan sumberdaya bagi pengusaha
kecil, menengah dan koperasi. Seiring dengan pilihan strategi
tersebut dan mengingat adanya perubahan-perubahan kondisi usaha
nasional dilakukan penyempurnaan basis data usaha kecil,
menengah dan koperasi untuk keperluan peningkatan kemampuan
dan daya saing dalam jangka menengah dan jangka panjang.
Berdasarkan basis data tersebut diharapkan dapat dirumuskan dan
diterapkan kebijakan yang sesuai dengan kondisi setempat, misalnya
melalui bantuan modal, sumberdaya manusia, manajemen,
pengembangan teknologi, konsultasi, fasilitasi dan advokasi, serta
penciptaan iklim yang kondusif.
IV - 63
ventura ini selain mendapatkan bantuan modal, usaha kecil dan
menengah juga mendapatkan bimbingan usaha dan manajemen.
Pada tahun 1998 terdapat 59 perusahaan modal ventura baik yang
berasal dari swasta nasional maupun patungan, dengan rekan usaha
sebanyak 508 unit usaha. Pada bulan Juni 2000 tercatat 60
perusahaan modal ventura dengan jumlah rekan usaha sebanyak 448
unit.
IV - 64
bentuk pelatihan, bimbingan teknis, magang dan penyuluhan.
Pengetahuan teknis produksi yang diberikan antara lain berupa
peningkatan teknologi produksi untuk meningkatkan mutu produk
usaha kecil dan menengah antara lain agar sesuai kebutuhan pasar
termasuk pengenalan ISO 9000/14000 maupun pengenalan teknis
produksi yang berwawasan lingkungan. Peningkatan teknis
produksi ini didukung pula dengan penyediaan informasi teknologi
terutama teknologi tepat guna dan teknologi yang sesuai dengan
kondisi lokasi produksi dalam rangka pengembangan komoditas
unggulan daerah. Peningkatan kemampuan usaha dan pemasaran
dilakukan melalui pelatihan kewirausahaan dan kewirakoperasian,
penyuluhan dan pendampingan. Upaya ini didukung pula dengan
penyediaan informasi pasar, bantuan promosi dan pemasaran hasil,
pengawasan dan pembinaan mutu barang.
IV - 65
Sementara itu, sejalan dengan desentralisasi dan otonomisasi maka
telah dilaksanakan upaya untuk membentuk Forum Daerah yang
merupakan forum koordinasi antara pemerintah dan swasta untuk
pemberdayaan dan pengembangan UKMK di daerah tingkat
propinsi dan kabupaten/kota. Sejalan dengan itu, perubahan status
Departemen Koperasi dan PUKM menjadi kantor menteri negara
diharapkan dapat memberikan kesempatan yang lebih besar pada
gerakan koperasi dan asosiasi UKM dalam pembinaan dan
pengembangan UKMK.
IV - 66
negeri terus ditingkatkan dan mendapatkan prioritas. Langkah utama
adalah melanjutkan dan meningkatkan upaya untuk mengurangi
hambatan berusaha di berbagai bidang. Dalam upaya mengurangi
hambatan berusaha, terdapat 3 langkah yang dapat ditempuh yaitu
penurunan hambatan ekspor dan impor, pengurangan hambatan
perdagangan dalam negeri dan penyederhanaan prosedur investasi.
IV - 67
dan kabupaten/ kota. Upaya daerah untuk meningkatkan pendapatan
asli daerah perlu didukung, namun tidak dengan menetapkan
berbagai pungutan yang dapat menghambat perdagangan bebas
antardaerah tersebut. Perdagangan bebas antardaerah akan
meningkatkan kegiatan ekonomi daerah yang secara langsung dan
tidak langsung pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan asli
daerah.
IV - 69
Perancis, Amerika Serikat, Korea Utara, dan Cina. Kemudian, telah
terjalin kerjasama kepariwisataan baik secara bilateral, regional,
maupun multilateral, antara lain IMT-GT; PATA; ASEANTA;
WTO; ICCA, APEC dan dilaksanakan proyek-proyek percontohan
homestay di kawasan wisata Taman Nasional Kerinci Seblat; desa
wisata di Sumatera Utara, Sulawesi Utara, dan Jawa Timur.
IV - 71
Seiring dengan mulai tumbuhnya kepercayaan masyarakat
dunia terhadap kondisi perekonomian di Indonesia saat ini,
perkembangan sektor industri dalam tahun 1999/2000 ditandai
dengan peningkatan volume produksi di beberapa kelompok industri
khususnya produksi industri yang telah mempunyai akses pasar di
luar negeri dan berpotensi ekspor. Pembangunan industri juga
diharapkan mampu menopang pertumbuhan ekonomi di daerah, hal
ini sejalan dengan semangat pembangunan daerah dalam
meningkatkan kemampuan sumberdaya yang dimiliki seiring
dengan pelaksanaan otonomi daerah.
IV - 72
pemberian kemudahan dan restrukturisasi bea masuk impor, baik
untuk kendaraan dalam keadaan utuh (CBU) atau untuk keperluan
bahan baku pembuatan komponen, serta pemberian kemudahan
relaksasi entreport tujuan ekspor. Peraturan yang dikeluarkan
tersebut merupakan strategi untuk mengefisienkan dan
mengembangkan pasar domestik, kemampuan industri komponen,
dan pasar ekspor industri otomotif nasional.
IV - 73
Selain terjadi peningkatan utilitas kapasitas produksi,
perkembangan kelompok industri logam, mesin dan elektronika
pada tahun 1999 menunjukkan pertumbuhan yang sangat berarti
dibandingkan tahun 1998. Pertumbuhan terjadi pada kelompok
industri logam dasar, industri permesinan, dan industri mesin, alat
listrik, dan elektronika rata-rata meningkat sekitar 8 persen, 11
persen, dan 15 persen. Peningkatan terbesar di kelompok industri
logam adalah baja lembaran canai panas (HRC) sebesar 27,6 persen,
kelompok industri permesinan adalah whell loader sebesar 20,0
persen dan pada industri mesin, alat berat dan elektronika adalah
mesin jahit dan VHF/UHF single channel sebesar 34,3 persen dan
32,0 persen.
IV - 74
Sementara itu, sejalan dengan perkembangan produksi
industri yang belum stabil, nilai dan volume ekspor sektor industri
non migas pada tahun 1999 mengalami penurunan 5,1 persen dan
5,5 persen, atau meliputi US$ 40,9 miliar dan 170,6 juta ton menjadi
US$ 38,8 miliar dan 161,2 juta ton dibandingkan tahun sebelumnya.
Sedangkan perkembangan nilai ekspor industri kecil dan menengah
tahun 1999 menurun dibandingkan tahun 1998. Pada tahun 1999
nilai ekspor industri kecil dan menengah mencapai US$ 2,5 miliar
atau menurun 29,9 persen dibandingkan nilai ekspor tahun 1998
sebesar US$ 3,6 miliar. Sedangkan volume ekspornya tahun 1999
mengalami peningkatan 42,5 persen dibandingkan tahun
sebelumnya. Peningkatan volume ekspor industri kecil dipengaruhi
perubahan jenis produksi yang diekspor. Di bidang investasi,
penanaman modal asing (PMA) dan penanaman modal dalam negeri
(PMDN) sektor industri masih menunjukkan adanya kegairahan
para investor untuk menanamkan modalnya di dalam negeri. Pada
tahun 1999, jumlah PMA sektor industri yang disetujui mengalami
kenaikan 29 proyek, walaupun nilainya menurun dibandingkan
tahun sebelumnya, sedangkan nilai PMDN yang disetujui untuk
sektor industri mengalami peningkatan 4,1 persen dengan nilai
mencapai Rp 46.745,5 miliar dari nilai tahun 1998 yang sebesar
Rp 44.908,0 miliar. Peningkatan terbesar PMDN dialami oleh
industri logam dasar, industri tekstil, industri makanan, dan industri
kertas.
IV - 75
pangan dan memperkuat ketahanan pangan, pembangunan pangan
diarahkan untuk meningkatkan kemampuan nasional dalam
mencukupi kebutuhan pangan masyarakat secara adil dan merata
baik dalam jumlah maupun mutu gizinya serta terjangkau oleh daya
beli masyarakat. Pembangunan pangan yang diharapkan adalah
makin mantapnya ketahanan pangan yaitu berupa terpeliharanya
kemantapan swasembada pangan secara dinamis. Swasembada
pangan tersebut tidak hanya terbatas pada swasembada beras, tetapi
juga mencakup penyediaan bahan pangan lainnya yang berupa
sumber karbohidrat, protein, lemak, dan gizi mikro.
IV - 76
Pada tahun 2000, pengadaan beras dalam negeri tidak
mencukupi untuk memenuhi sarana penyangga sehingga
kekurangannya dipenuhi melalui impor. Turunnya nilai tukar rupiah
terhadap mata uang asing sebagai akibat tidak stabilnya politik dan
keamanan dalam negeri menyebabkan harga beras impor menjadi
sangat tinggi sehingga untuk memelihara stabilitas nasional dalam
jangka pendek, penyediaan beras impor tersebut masih memerlukan
subsidi dari pemerintah.
IV - 77
peningkatan penguasaan teknologi dan pengembangan jaringan
kelembagaan petani yang berorientasi agrobisnis.
Hasil rata-rata padi pada tahun 1999 mencapai 4,3 ton per
hektar atau turun 1,2 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Produksi palawija umumnya mengalami peningkatan, khususnya
produksi ubi kayu dan kedelai. Pada tahun 1999, produksi jagung,
ubi jalar dan kacang tanah turun masing-masing sebesar 9,8 persen,
5,9 persen dan 6,4 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang
disebabkan oleh meningkatnya harga-harga sarana produksi dan
berkurangnya penyediaan kredit usaha tani.
IV - 79
Pembangunan sektor kelautan pada dasarnya ditujukan
untuk kesejahteraan rakyat dengan memperluas kesempatan kerja
dan usaha melalui pembangunan ekonomi yang didukung oleh
industri kelautan dengan memanfaatkan, mendayagunakan, serta
meningkatkan potensi yang dimiliki seperti sumberdaya manusia,
ilmu pengetahuan dan teknologi, data dan informasi, sarana dan
prasarana, serta organisasi dan kelembagaan dengan memperhatikan
kelestarian dan daya dukung lingkungan yang didukung oleh hukum
dan peraturan yang efektif.
IV - 80
Di sektor pertambangan selama satu tahun terakhir telah
dilakukan upaya-upaya pengembangan informasi geologi
sumberdaya mineral, pemantapan penyediaan komoditas mineral
dan energi untuk kebutuhan di dalam negeri serta peningkatan
ekspor, dan peningkatan penyediaan sumberdaya manusia yang
berkualitas serta pelestarian fungsi lingkungan hidup. Langkah
penting lainnya adalah berkaitan dengan restrukturisasi di bidang
pertambangan dan energi.
IV - 81
upaya pembaharuan yang memberikan peran nyata untuk
peningkatan kesejahteraan masyarakat, memberikan jaminan
kepastian hukum dalam berusaha serta menghilangkan usaha yang
bersifat monopoli. Untuk itu, saat ini sedang dibahas RUU minyak
dan gas bumi beserta petunjuk pelaksanaanya, dan akan segera
disampaikan kepada DPR-RI dalam waktu dekat untuk mendapat
persetujuan. Perangkat regulasi yang baru di bidang minyak dan gas
bumi ini akan mampu meningkatkan penyediaan sarana dan
prasarana serta menjamin pasokan energi dan bahan baku bagi
sektor industri, melayani kebutuhan masyarakat dengan harga yang
bersaing dan terjangkau, serta mampu menyediakan energi yang
bersih dan akrab lingkungan.
IV - 82
oleh peningkatan ekspornya baik harga maupun volumenya, hanya
perak yang produksinya relatif menurun jika dibanding dengan
produksi tahun 1998/99. Sejalan dengan mulai pulihnya kegiatan
ekonomi, produksi bahan galian terutama yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan bahan baku industri di dalam negeri juga
meningkat.
IV - 83
lain berupa penyusunan kebijakan pengelolaan, pengembangan dan
konservasi sumberdaya air pada Menteri Negara Pekerjaan Umum
dan yang menyangkut pelaksanaan pada Departemen Permukiman
dan Pengembangan Wilayah melalui program-program
pengembangan dan konservasi sumberdaya air, penyediaan dan
pengelolaan air baku, pengelolaan sungai, danau dan sumber air
lainnya, pengembangan dan pengelolaan jaringan irigasi,
pengembangan dan pengelolaan daerah rawa, dan pembinaan daerah
pantai.
IV - 84
yang lebih kondusif agar mendorong peran serta swasta dan
masyarakat di bidang pembangunan dan pelayanan jasa prasarana
transportasi.
IV - 85
dibandingkan tahun sebelumnya atau menjadi 184,0 juta
penumpang; sedangkan angkutan barang naik 8 persen menjadi 19,7
juta ton.
IV - 86
cargo dalam negeri yang melakukan pelayaran di luar 3 alur
tersebut, kapal tersebut bisa ditahan dan dikenai denda. Untuk
menerapkan ketentuan ALKI tersebut, pemerintah diwajibkan
memasang beberapa sarana bantu navigasi di ketiga alur tersebut.
Pada tahun 2000 telah ditandatangani bantuan dari Jerman (KfW)
pada tanggal 3 Mei 2000 (L.A. No, 1999.65.450) untuk pengadaan
sarana bantu navigasi.
IV - 87
tahun 2000 jumlah unit kapal pelayaran nusantara dan rakyat ini
masih tetap. Sementara itu, armada pelayaran luar negeri pada tahun
1998 sebanyak 21 unit dengan total 357.470 DWT meningkat
menjadi 23 unit namun dengan kapasitas yang menurun menjadi
410.370 DWT.
IV - 88
tahun 2000 (hingga saat ini) belum ada tambahan pembangunan
terminal penumpang.
IV - 89
angkutan barang mengalami sedikit kenaikan dari 53 persen pada
tahun 1998/1999 menjadi 54 persen pada tahun 1999/2000.
IV - 91
serta swasta. Unit-unit usaha untuk angkutan udara juga telah
dilaksanakan proses unbundling menjadi beberapa unit bisnis
strategis sehingga menjadi lebih terfokus, independent dan
menguntungkan. Privatisasi armada angkutan udara dilakukan
dengan strategic placement atau Initial Public Offering (IPO) untuk
mencapai skema yang kompetitif dan menguntungkan negara.
Selanjutnya program swastanisasi BUMN di bidang transportasi laut
untuk operasi terminal peti kemas pelabuhan laut di Tanjung Perak
dan Tanjung Priok telah diupayakan dalam rangka menciptakan
kompetisi dalam pelayanan jasa kepelabuhanan.
IV - 92
masyarakat. Kegiatan yang dilakukan untuk menunjang program
tersebut antara lain memberikan bantuan melalui APBN untuk
sambungan rumah tangga terutama di luar Jawa. Selain itu, telah
dilaksanakan intensifikasi sambungan pada rumah tangga di daerah
perdesaan. Pasokan tenaga listrik yang memadai tersebut akan
membuat keamanan dan ketentraman lebih terjaga.
IV - 93
Langkah kebijakan lainnya adalah mengupayakan
penyediaan suku cadang bagi pembangkit dan jaringan penyaluran
tenaga listrik. Untuk itu, pemerintah mengupayakan pinjaman luar
negeri guna menunjang pembelian suku cadang peralatan listrik. Hal
ini dimaksudkan untuk menjaga kinerja pasokan tenaga listrik agar
dapat tetap melayani masyarakat. Kebijakan lain yang harus
dilakukan dalam jangka menengah adalah melaksanakan
perampingan manajemen dan reorganisasi PT. PLN (Persero).
Kegiatan ini dilakukan guna meningkatkan efisiensi di dalam
pelaksanaan operasi penyediaan tenaga listrik untuk masyarakat
luas. Dengan langkah ini diharapkan kinerja pelayanan PT. PLN
akan meningkat dan dapat menekan kerugian, sehingga dapat
melaksanakan pembangunan tenaga listrik yang berkesinambungan.
IV - 95
informasi, serta pengembangan dan peningkatan pemanfaatan
prasarana telematika. Untuk meningkatkan efektivitasnya, telah
diterbitkan Keppres No. 50 Tahun 2000 sebagai pengganti Keppres
No. 186 Tahun 1998 tentang Tim Koordinasi Telematika Indonesia,
serta sedang disusun kebijakan dan strategi teknologi informasi
nasional. Jumlah lembaga pendidikan tinggi, mahasiswa dan lulusan
di bidang telematika semakin meningkat. Demikian pula jumlah
pengguna Internet, dan penyajian informasi melalui multimedia
yang telah meningkatkan akses terhadap informasi.
IV - 97
PP No. 41/1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara; PP No.
27/1999 tentang Amdal; PP No. 18/1999, PP No. 85/1999 tentang
Pengelolaan Limbah B3; dan PP No. 54/2000 tentang Penyedia Jasa
Pelayanan Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup di Luar
Pengadilan. Peraturan-peraturan yang masih berbentuk rancangan
atau yang belum dibuat dan belum disahkan yang merupakan
peraturan pelaksanaan UU No. 23 adalah Pasal 8 ayat (3); Pasal 13
ayat (2) tentang penyerahan urusan pada pemerintah daerah; Pasal
14 ayat (3) tentang baku kerusakan lingkungan hidup, pencegahan,
dan penanggulangan kerusakan serta pemulihan daya dukungnya;
Pasal 16 ayat (2) tentang ketentuan limbah hasil usaha dan atau
kegiatan; Pasal 20 ayat (5) tentang pembuangan limbah ke
lingkungan hidup, khususnya untuk pengendalian pencemaran air;
serta Pasal 37 ayat (3) tentang ketentuan pencemaran dan atau
perusakan lingkungan hidup yang mengakibatkan penderitaan
masyarakat.
IV - 98
Dalam penegakan bidang hukum, untuk menjabarkan UU
No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan melengkapi
UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, saat ini sedang disusun
delapan (8) Rancangan Peraturan pemerintah (RPP) dan tiga (3)
RPP untuk UU No.5 Tahun 1990 tentang Sistem Penyangga
Kehidupan dan tentang Cagar Biosfir. Disamping itu sedang
disiapkan konsep-konsep Keputusan Menteri mengenai pedoman,
kriteria, standard, prosedur dan norma sebagai pelaksanaan lebih
lanjut dari Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000. Penegakan
hukum juga telah dilaksanakan dalam penyelewengan terhadap
penggunaan dana reboisasi, baik yang dilakukan untuk pemetaan
hutan maupun pembangunan HTI, proses pinjam pakai dan tukar
menukar kawasan hutan untuk keperluan non hutan. Selain itu juga
dilakukan penanggulangan illegal logging (penebangan liar) yang
terjadi di daerah Tanjung Puting, Taman Nasional Gunung Leuser
dan daerah perbatasan Kalimantan-Malaysia. Sedangkan dalam
rangka menindaklanjuti kesepakatan dengan Dana Moneter
Internasional (IMF), maka telah dibentuk suatu Komite Antar
Departemen Bidang Kehutanan melalui Keppres No. 80 tahun 2000
yang mempunyai tujuh tugas, diantaranya adalah merumuskan
program kehutanan nasional, menunda konversi hutan alam,
menghitung ulang nilai tukar sumberdaya hutan dan
mendesentralisasikan tugas dan kewenangan bidang kehutanan
sebagai instrumen pengelolaan dan konservasi sumberdaya hutan
secara lestari.
IV - 99
pemeriksaan kegiatan kredit usaha tani konservasi daerah aliran
sungai (KUKDAS), kredit usaha hutan rakyat (KUHR), dan kredit
usaha persuteraan alam (KUPA). Hasil yang diperoleh dari
pemeriksanan tersebut adalah ditemukannya kredit macet KUKDAS
sebesar Rp 9.293,6 juta dan KUPA sebesar Rp 460,46 juta.
IV - 100
telah ditunjuk tata guna hutan dan yang masih dalam proses
penyelesaian sebanyak 9 propinsi.
IV - 101
seperti pembangunan stasiun NOAA dan GMS Himawari; menjalin
kerjasama dengan berbagai pihak baik dalam negeri maupun
lembaga internasional; dan memberikan sanksi administrasi kepada
pengusaha hutan yang melakukan pembakaran hutan pada areal
usahanya dalam pembukaan lahan dan juga diupayakan untuk dapat
diproses secara yuridis.
IV - 102
Permasalahan tersebut antara lain mencakup potensi gejolak inflasi
sesaat dari sisi penawaran, lambatnya proses restrukturisasi
perbankan dan utang luar negeri, besarnya defisit keuangan negara,
dan kendala yang dihadapi ekspor. Dalam kaitan itu, perlu
ditingkatkan koordinasi yang lebih baik antarkebijakan dan insitusi
terkait.
IV - 103
tekanan inflasi dari sisi permintaan, sehingga apabila terjadi gejolak
di sisi penawaran akan sulit diakomodasi oleh kebijakan moneter
dalam jangka pendek tanpa menimbulkan efek negatif terhadap
kegiatan perekonomian. Tekanan inflasi juga akan berasal dari
peningkatan kegiatan ekonomi beberapa sektor produksi penting
serta faktor eksternal. Faktor ini tercermin dari kecenderungan
melemahnya nilai tukar rupiah beberapa bulan terakhir dan potensi
kenaikan harga komoditas dunia terhadap kenaikan inflasi dalam
negeri. Untuk mengatasi masalah ini, maka uang primer akan
dikendalikan secara ketat agar tetap berada di dalam target.
Selanjutnya dalam rangka pengendalian inflasi misalnya agar
kebutuhan pokok masyarakat tetap terjangkau perlu dilaksanakan
kebijakan yang konsisten dan saling mendukung antar institusi yang
mengatur arus perdagangan, membangun prasarana fisik, dan yang
meningkatkan produksi bahan-bahan pokok, termasuk dalam
menghadapi hal-hal khusus seperti menyongsong hari-hari besar
(lebaran, natal, dan sebagainya).
IV - 105
lingkungan perbankan yang kondusif, peningkatan kualitas
pengelolaan bank (good governance), serta pemantapan pengawasan
bank. Pemantapan pengawasan bank dilakukan antara lain dengan
lebih menitikberatkan kegiatan pengawasan pada identifikasi risiko
yang dihadapi (risk based supervision), dan mengupayakan
tercapainya CAR perbankan nasional sebesar 8 persen sesuai dengan
standar internasional pada akhir tahun 2001. Selanjutnya, BI akan
mendorong pemulihan fungsi intermediasi bank terutama melalui
peningkatan pembiayaan usaha kecil dan menengah (UKM) dengan
pemberian bantuan teknis untuk pengembangan UKM dan
pengembangan peranan bank yang sudah mempunyai keahlian di
bidang pembiayan UKM.
IV - 106
Selanjutnya, sebagai masalah pokok nasional dalam
pembangunan nasional, pelaksanaan penanggulangan kemiskinan
harus terus ditingkatkan dan tidak dapat ditunda dengan dalih
apapun. Sesuai dengan prinsip keadilan, penanggulangan
kemiskinan merupakan salah satu upaya strategis dalam
mewujudkan sistem ekonomi kerakyatan. Dalam kaitan itu tindak
lanjut yang perlu diupayakan adalah melanjutkan berbagai upaya
untuk melindungi keluarga dan kelompok masyarakat yang
mengalami kemiskinan sementara akibat dampak negatif krisis
ekonomi dan melakukan berbagai upaya untuk membantu
masyarakat yang mengalami kemiskinan struktural, memberdayakan
mereka agar mempunyai kemampuan yang tinggi untuk melakukan
usaha, dan mencegah terjadinya kemiskinan baru.
IV - 107
mengkoordinasikan dan memfasilitasi semua kegiatan
penanggulangan kemiskinan di daerahnya dan secara umum
bertanggungjawab atas keberhasilan pelaksanaan kebijakan di
daerahnya sedangkan pemerintah pusat berperan dalam
pengembangan sistem informasi yang didasarkan pada data dasar
yang lengkap, akurat, dan mutakhir mengenai kondisi penduduk
miskin.
IV - 108
Khusus untuk pengiriman tenaga kerja ke luar negeri, perlu
disempurnakan mekanisme pengiriman, pembinaan, bimbingan, dan
seleksi yang lebih ketat. Keterbatasan keterampilan mengakibatkan
tenaga kerja yang dikirim banyak bekerja pada sektor informal, di
masa datang diharapkan tenaga kerja yang dikirim ke luar negeri
mempunyai keterampilan yang lebih tinggi. Selain itu, perlu
diupayakan pernyempurnaan perlindungan yang lebih baik terhadap
tenaga kerja Indonesia di luar negeri.
IV - 109
Pemberdayaan dan pengembangan UKMK memerlukan
upaya yang besar, proses dan waktu, serta komitmen segenap
komponen masyarakat. Upaya lanjutan yang perlu dilakukan antara
lain adalah penyempurnaan peraturan-peraturan untuk mendukung
desentralisasi dan otonomi, termasuk mewaspadai agar di masing-
masing daerah tidak muncul peraturan maupun pungutan/retribusi
daerah yang dapat menghambat kelancaran usaha, khususnya
UKMK, termasuk arus barang dan jasa antardaerah dan wilayah.
IV - 111
Selanjutnya, diperlancar distribusi bahan baku dan produk ekspor di
dalam negeri, khususnya dari dan ke kawasan penghasil ekspor
andalan, untuk menjamin kelancaran ekspor, mengembangkan
potensi pariwisata, dan mempermudah pemberian ijin usaha
pariwisata. Upaya untuk mengikuti bursa kepariwisataan
internasional dan menjalin kerjasama dengan lembaga
kepariwisataan internasional perlu terus ditingkatkan. Dalam hal
perundang-undangan, untuk mendukung pariwisata maka perlu
dilakukan perubahan UU No. 9 tahun 1990 tentang Kepariwisataan
yang dirasakan sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan
kepariwisataan saat ini. Demikian pula, sedang dipersiapkan
penyusunan RUU tentang Kesenian.
IV - 112
intensifikasi, menjamin ketersediaan dan distribusi benih unggul dan
sarana produksi, memperbaiki pengelolaan pasca panen dengan
pengembangan dan penggunaan alat dan mesin pertanian, serta
meningkatkan penerapan teknologi konservasi.
IV - 113
meningkatkan subsidi BBM yang harus ditanggung oleh pemerintah.
Hal ini akan berdampak kepada besarnya beban APBN, rendahnya
tingkat efisiensi konsumsi dan tertundanya upaya diversifikasi
energi.
IV - 115
meningkatkan pelayanan angkutan kereta api secara cepat, murah,
aman dan nyaman sehingga tidak saja mampu berperan sebagai
alternatif angkutan jalan yang handal tetapi juga menunjang
pergerakan orang dan barang secara massal dan efisien. Begitu pula
angkutan sungai/danau, perlu terus ditingkatkan untuk
meningkatkan pelayanan angkutan sungai, danau, dan
penyeberangan yang diharapkan dapat berperan sebagai tulang
punggung pengembangan ekonomi daerah, khususnya di kawasan
terpencil dan pedalaman maupun untuk menghubungkan kesatuan
wilayah dan pulau-pulau melalui suatu sistem jaringan transportasi
yang terpadu.
IV - 116
Untuk meningkatkan jasa pelayanan transportasi udara,
kepada masyarakat dan menghadapi era pasar global, diperlukan
upaya-upaya yang bertujuan mempertahankan kelangsungan usaha
dan daya saing nasional melalui penciptaan iklim usaha yang
kondusif; meningkatkan keselamatan dan keamanan transportasi
melalui pembangunan fasilitas bandar udara, fasilitas navigasi
penerbangan dan telekomunikasi yang memenuhi persyaratan
penerbangan; melakukan pengawasan operasional dan kelaikan di
bidang bandar udara, pengaturan lalu lintas penerbangan dan
pesawat udara; mengupayakan agar perusahaan penerbangan juga
berminat dan ikut mempunyai tanggung jawab melayani rute-rute
yang kurang menguntungkan, peningkatan kualitas sumberdaya
manusia dalam pengelolaan bandar udara, peralatan navigasi dan
telekomunikasi penerbangan. Sejalan dengan pelaksanaan UU No.
22 Tahun 1999 dan UU No. 25 Tahun 1999, maka perlu dilakukan
perubahan fungsi pemerintah pusat dengan lebih memberdayakan
daerah untuk lebih berperan dalam penyediaan transportasi udara.
IV - 117
Demikian pula dalam program pencarian dan penyelamatan,
perlu ditingkatkan kemampuan operasi SAR terutama di daerah-
daerah rawan bencana, memasyarakatkan ketrampilan SAR kepada
masyarakat dengan cara melatih potensi-potensi SAR dalam
masyarakat. Di samping itu juga berusaha mempersingkat tindak
awal sehingga korban bencana dan kecelakaan transportasi dapat
diminimalkan.
IV - 118
menjamin tersedianya listrik di perdesaan, perlu dibuat suatu aturan
yang jelas bagi koperasi untuk dapat menyediakan tenaga listrik di
perdesaan melalui kerjasama PLN dengan KUD. Langkah penting
lainnya adalah mempersiapkan tenaga kerja yang memadai melalui
peningkatan kualitas dan kuantitas pendidikan dan pelatihan.
Dengan peningkatan SDM yang memadai maka ketergantungan
terhadap teknologi asing dapat dikurangi.
IV - 119
Khusus untuk menunjang penyelengaraan telematika
termasuk untuk peningkatan pelayanan publik, upaya yang ditempuh
mencakup penyiapan perangkat hukum dasar dan master plan,
serta pembentukan lembaga koordinasi yang mantap.
IV - 120
sumberdaya alam; (4) Mengintegrasikan prinsip-prinsip
keberlanjutan ekonomi, ekologi dan sosial dalam pemanfaatan
sumberdaya alam; (5) Menata kelembagaan, termasuk
pendelegasian kewenangan dalam pengelolaan sumberdaya alam
secara bertahap kepada pemerintah daerah; (6) Melakukan
pembenahan terhadap sistem hukum yang ada menuju sistem hukum
yang responsif yang didasari prinsip-prinsip keterpaduan,
pengakuan hak-hak asasi manusia, keseimbangan ekologis,
ekonomis, kesetaraan gender dan desentralisasi; dan (7) Melakukan
reorientasi paradigma pembangunan yang mengakui kesetaraan
posisi antarpihak, melembagakan hak-hak publik terhadap
pengelolaan sumberdaya alam.
IV - 121
peningkatan akses informasi sumberdaya alam dan lingkungan
hidup; program peningkatan efektivitas pengelolaan, konservasi dan
rehabilitasi sumberdaya alam; pencegahan perusakan dan
pencemaran lingkungan hidup; penataan kelembagaan dan
penegakan hukum pengelolaan sumberdaya alam dan pelestarian
lingkungan hidup; dan peningkatan peranan masyarakat dalam
pengelolaan sumberdaya alam dan pelestarian lingkungan hidup.
IV - 122
Rehabilitasi Hutan dan Lahan serta Reklamasi Hutan, RPP tentang
Peranserta Masyarakat Dalam Pembangunan Kehutanan, dan RPP
tentang Hutan Kota; serta mengevaluasi dan mengkaji kebijakan
pemberian kredit sesuai dengan kebijakan baru dalam hal
penggunaan dana reboisasi.
IV - 123