Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN

PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK

PERCOBAAN 7

“PEMBUATAN CIS DAN TRANS-KALIUM


DIOKSALATODIAKUOKROMAT (III)”

Disusun Oleh:

Nama : Firdaus Shofwan


NIM : 24030120130069
Hari, tanggal : Selasa, 21 September 2021
Kelompok :5
Asisten : Siti Nursyamsiah

LABORATORIUM KIMIA ANORGANIK


DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2021
ABSTRAK

Percobaan 7 ini berjudul “Pembuatan Cis dan Trans-Kalium


Dioksalatdiakuokromat (III)” yang bertujuan untuk mempelajari pembuatan dan
sifat-sifat isomer cis dan trans dari garam kompleks kalium
dioksalatdiakuokromat (III). Metode yang digunakan adalah pembentukan
senyawa kompleks dari bahan-bahan yang digunakan. Prinsip yang digunakan
adalah pembentukan senyawa kompleks yang dipengaruhi oleh kekuatan efek
trans dan kelarutan ligan. Senyawa kompleks kalium dioksalatdiakuokromat (III)
didapatkan dengan mereaksikan kalium dikromat dan asam oksalat dengan
penetesan akuades. Senyawa kompleks isomer cis-kalium dioksalatdiakuokromat
(III) memiliki warna hijau setelah bereaksi dengan NH3 dan senyawa kompleks
isomer trans-kalium dioksalatdiakuokromat (III) memiliki warna coklat muda
setelah bereaksi dengan NH3. Setelah dilakukan penimbangan dan perhitungan,
didapatkan hasil assa kristal isomer cis-kalium dioksalatdiakuokromat (III)
sebesar 4,5 gram dengan persentase rendemennya sebesar 49,65% dan massa
kristal isomer trans-kalium dioksalatdiakuokromat (III) sebesar 3,8 gram dengan
persentase rendemennya sebesar 33,14%

Kata Kunci : Kristalisasi, Cis-Trans, Penggantian Ligan, Efek Trans


PERCOBAAN 7

“PEMBUATAN CIS DAN TRANS-KALIUM


DIOKSALATODIAKUOKROMAT (III)”

I. TUJUAN PERCOBAAN

1.1. Mempelajari pembuatan dan sifat-sifat isomer cis dan trans dari
garam kompleks kalium dioksalatdiakuokromat (III).

II. DASAR TEORI

II.1. Ion Kompleks

Ion kompleks adalah sebuah ion yang dibentuk oleh kombinasi


ion logam yang menjadi atom pusat dan molekul netral atau ion
melalui ikatan kovalen koordinasi yang dapat terdisosiasi dan
tertahan dalam larutan dengan komponen pembentuknya untuk
mengadakan kesetimbangan. Contohnya adalah [Cu(NH3)4]2+
(Rosbiono dkk., 2016).

II.2. Senyawa Kompleks

Senyawa kompleks adalah senyawa yang tersusun atas suatu


ion logam dengan satu atau lebih ligan yang menyumbangkan
pasangan elektron sehingga menghasilkan ikatan kovalen koordinasi.
Biasanya logam yang menjadi pusat dari senyawa kompleks adalah
unsur logam transisi. Logam atom pusat memiliki bilangan oksidasi
0 dan dapat berupa kation, sedangkan ligan dapat berupa anion
maupun molekul netral (Cotton dan Wilkinson, 1984). Senyawa
kompleks akan terbentuk ketika ion logam pusat mengikat ligan atau
ion donor electron dengan ikatan kovalen koordinasi (Day dan
Selbin, 1985). Pembuatan senyawa kompleks melibatkan reaksi
antara garam, molekul, atau ion-ion sehingga pembentukan
kristalnya dapat dilihat dengan cara pengendapan dan teknik
pendinginan (Basolo dan Johnson, 1986). Selain itu, pembuatan
senyawa kompleks dapat dilakukan dengan mencampurkan suatu
larutan pada mol ligan yang beragam tanpa pemanasan (Sariyanto,
2010). Contohnya adalah [Ag(NH3)2]Cl dan K4[Fe(CN)6] (Tuli dkk.,
2000).

II.3. Stabilitas Kompleks

Kestabilan senyawa kompleks dapat ditinjau dari dua


pendekatan, yaitu termodinamika dan kinetic. Pendekatan
termodinamika merujuk pada keadaan awal dan keadaan akhir. Ada
dua golongan senyawa kompleks, yaitu stabil yang mempu bertahan
dan tidak stabil yang mudah terurai. Persamaan yang digunakan
adalah sebagai berikut.

∆G = ∆H - T∆S = - RT ln K

Sementara itu, pendekatan kinetic merujuk pada mekanisme


reaksi dan kelajuan reaksi. Ada dua golongan senyawa kompleks,
yaitu kompleks inert dan kompleks labil. Kompleks inert mengalami
pertukaran ligan dengan sangat lambat, bahkan tidak berlangsung
sama sekali, sedangkan kompleks labil mengalami pertukaran ligan
dengan cepat. Hal ini menyangkut energi aktivasi dari senyawa
kompleks tersebut.

Faktor-faktor yang memengaruhi kestabilan suatu senyawa


kompleks adalah ion logam dan ligannya.

1. Ion Logam
a. Ukuran dan Muatan Logam Pusat

Semakin kecil jari-jari dan semakin besar muatan ionnya,


maka senyawa kompleks tersebut akan semakin stabil.
b. Pengaruh CFSE

Jika konfigurasi electron ion logam berada di d3 dan d8,


maka harga CFSE semakin tinggi sehingga senyawa kompleks
tersebut akan semakin stabil.

c. Elektronegativitas dan Kemampuan Polarisasi Logam

Semakin semakin besar tingkat elektronegativitas dan


kemampuan polarisasi suatu senyawa kompleks, maka senyawa
kompleks tersebut akan semakin stabil.

d. Logam Jenis a dan b

Logam jenis a merupakan golongan logam yang lebih


elektropositif, seperti alkali, alkali tanah, logam transisi pertama,
logam lantanida, dan logam aktinida, akan membentuk senyawa
kompleks stabil dengan ligan unsur periode dua, seperti N, O, dan
F.

Logam jenis b merupakan golongan logam yang lebih


elektronegatif, seperti Au, Hg, Pb, Pt, dan logam transisi dengan
biloks rendah, akan membentuk senyawa kompleks stabil dengan
ligan unsur periode tiga, seperti P, S, dan Cl.

2. Ion Logam
a. Ukuran dan Muatan Ligan

Semakin kecil jari-jari dan semakin besar muatan ligan,


maka senyawa kompleks tersebut akan semakin stabil.

b. Momen Dipol Ligan

Semakin besar momen dipol dan semakin basa ligan, maka


senyawa kompleks tersebut akan semakin stabil.
c. Efek Sterik dan Efek Khelat

Efek sterik dapat melemahkan ikatan ligan dengan ion


logam pusatnya. Sementara itu, ligan yang khelat akan
membentuk senyawa kompleks yang lebih stabil.

(Rahmawati, 2013)

II.4. Ligan dan Macam-macam Ligan

Ligan adalah suatu molekul atau ion yang berperan sebagai


basa Lewis yang dapat mendonorkan pasangan electron kepada ion
atau atom logam pusat. Ligan akan berikatan dengan ion atau atom
logam pusat dengan ikatan kovalen koordinasi.

Berdasarkan muatannya, ligan dikelompokkan menjadi tiga,


yaitu:

1. Ligan negative berupa anion. Contohnya adalah golongan


halogen, CN-, dan OH-.
2. Ligan netral berupa molekul. Contohnya adalah H2O, NH3, dan
CO.
3. Ligan positif berupa kation. Contohnya adalah NO+ dan N2H5.

Berdasarkan pasangan electron yang didonorkannya, ligan


dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:

1. Ligan Monodentat

Ligan monodentate adalah jenis ligan yang hanya memiliki


1 atom donor yang digunakan untuk mengikat ion atom pusat.
Contohnya adalah golongan halogen, CN-, NH3, H2O, SO42-, dan
OH-.

2. Ligan Bidentat
Ligan bidentate adalah jenis ligan yang memiliki 2 atom
donor dan keduanya dapat digunakan untuk mengikat ion atom
pusat. Contohnya adalah etilendiamin dan asetilasetonato.

3. Ligan Polidentat

Ligan polidentate adalah jenis ligan yang memiliki lebih


dari 2 atom donor yang digunakan untuk mengikat ion atom
pusat. Contohnya adalah EDTA, β-aminoetilamina, dan dimetil
arsen.

(Rosbiono dkk., 2016)

II.5. Teori Medan Ligan

Teori medan ligan adalah suatu teori orbital molekul yang


menjelaskan tentang ikatan pada sebuah senyawa kompleks
bahwasannya ligan dari suatu senyawa kompleks berikatan dengan
ion logam transisi dengan enam orbital atom yang terhibridisasi
memiliki energi yang setara. Hal ini dapat dijelaskan melalui ikatan
σ dan ikatan phi (Schläfer dan Gliemann, 1969).

II.6. Kompleks Inert dan Labil

Klasifikasi senyawa kompleks menurut laju pertukaran ligan


kompleksnya ada dua, yaitu kompleks inert dan kompleks labil.
Kompleks inert mengalami pertukaran ligan dengan sangat lambat,
bahkan tidak berlangsung sama sekali, sedangkan kompleks labil
mengalami pertukaran ligan dengan cepat. Hal ini menyangkut
energi aktivasi dari senyawa kompleks tersebut (Rahmawati, 2013).

II.7. Isomer Geometri

Isomer geometri atau isomer cis-trans adalah salah satu jenis


isomer senyawa dalam konsep perbedaan letak gugus suatu senyawa
dalam ruang. Isomer cis menandakan bahwa gugus pada senyawa
berada dalam satu sisi yang sama, sedangkan isomer trans
menandakan bahwa gugus pada senyawa berada di sisi yang
berlawanan (Syabatini, 2009).

II.8. Perbedaan Sifat Fisik Senyawa Cis dan Trans

Perbedaan sifat fisik senyawa cis dan trans sangatlah tipis. Hal
tersebut dikarenakan bentuk molekul dan momen dipol secara
keseluruhan senyawanya. Salah satunya adalah perbedaan titik didih
dan titik leleh. Umumnya, titik didih senyawa cis lebih tinggi dan
titik senyawa trans lebih tinggi. Contohnya adalah isomer trans 2-
pentena memiliki titik didih 36oC dan isomer cis 2-pentena memiliki
titik didih 37oC (Alimuddin, 2016).

II.9. Isomer Cis dan Trans pada Senyawa Kompleks

Isomer cis dan trans pada senyawa kompleks umumnya


terdapat pada kompleks planar segiempat dan octahedral. Contoh
senyawanya adalah [Pt(NH3)2Cl2]. Isomer cis [Pt(NH3)2Cl2]
didapatkan melalui penambahan NH4OH ke dalam larutan ion
[PtCl4]2+ dan isomer trans [Pt(NH3)2Cl2] didapatkan melalui sintesis
[Pt(NH3)4]2+ dengan HCl. Selain itu, senyawa kompleks dengan ligan
bidentat yang asimetris dapat menghasilkan isomer cis-trans
(Rosbiono dkk., 2016).

II.10.Kristalisasi

Kristalisasi merupakan proses pembentukan partikel-partikel


zat padatan dari suatu larutan dalam fase homogen yang dinamakan
kristal dan kristal yang terbentuk dapat dipisahkan secara mekanik.
Diperlukan tiga faktor yang secara bersamaan untuk mengkristalisasi
senyawa dalam larutan, yaitu konsentrasi lewat jenuh, nukleasi, dan
waktu kontak yang memadai. Biasanya kristal yang terbentuk masih
terdapat zat pengotor (Brown, 1978).

II.11.Analisis Bahan
II.11.1.Asam Oksalat (H2C2O4)

● Memiliki sifat fisika, seperti:

1. Titik lebur : 189oC

2. Densitas : 1,9 gram/cm3 (20oC)

3. Warna : Putih

4. Bau : Tidak berbau

5. BEM : 126 gram/mol

● Memiliki sifat kimia, seperti:

1. Tidak mudah meledak

2. Tidak berlaku sebagai oksidator

3. Peka terhadap lembab

(Smart-Lab, 2019)

II.11.2.Kalium Dikromat (K2Cr2O7)

● Memiliki sifat fisika, seperti:

1. Titik didih : > 500oC (1,013 hPa)

2. Densitas : 2,7 gram/cm3 (20oC)

3. Warna : Jingga
4. Bentuk : Kristal

5. BEM : 249 gram/mol

6. Titik lebur : 398oC

● Memiliki sifat kimia, seperti:

1. Bahan atau campurannya sebagai pengoksidasi kategori 2

2. Mempunyai efek penyulut api akibat pelepasan oksigen

3. Tidak mudah meledak

(Smart-Lab, 2019)

II.11.3.Etanol

● Memiliki sifat fisika, seperti:

1. Titik beku : -114,1oC

2. Titik didih : 78oC

3. BEM : 46 gram/mol

4. Densitas : 0,789 gram/mL

5. Temperatur kritik : 234,1oC

6. Tekanan kritik : 63 atm

7. Bentuk : Cair

● Memiliki sifat kimia, seperti:

1. Bereaksi dengan asam karboksilat akan membentuk


senyawa eter dan air
2. Mudah terbakar

3. Menyebabkan iritasi pada mata dan saluran pernafasan

(Kirk dan Othmer, 1998)

II.11.4.Akuades

● Memiliki sifat fisika, seperti:

1. BEM : 18,02 gram/mol

2. Densitas : 1000 kg/m3

3. Tekanan uap : 2,3 kPa

4. Titik didih : 100oC

5. Bentuk : Cair

6. Rasa : Tidak memiliki rasa

● Memiliki sifat kimia, seperti:

1. Memiliki pH 7 (netral)

2. Tidak dapat terbakar

3. Tidak beracun

4. Tidak bersifat iritan pada kulit


(Petrucci, 2008)
III. METODE PENELITIAN

3.1. Alat
- Gelas beker 200 mL - Cawan penguapan
- Gelas arloji - Gelas ukur 25 mL
- Set pemanas spirtus - Pipet tetes
- Set pompa vakum - Neraca analitik
3.2. Bahan
- Asam oksalat (H2C2O4)
- Kalium dikromat (K2Cr2O7)
- Etanol
- Akuades
3.3. Skema Kerja
3.3.1. Pembuatan Isomer Trans-Kalium
Dioksalatdiakuokromat (III)

6 gram asam oksalat 2 gram K2Cr2O7

Gelas beker Gelas beker

- Pelarutan dengan akuades


- Penambahan akuades
panas

Larutan

Gelas beker

- Penutupan dengan gelas arloji


- Penguapan hingga volume larutan
tinggal separuh
- Pendiaman dalam temperatur kamar
- Penyaringan

Kristal Filtrat

- Penyaringan
- Pencucian dengan akuades dingin
- Pencucian dengan alkohol

Hasil
3.3.2. Pembuatan Isomer Cis-Kalium Dioksalatdiakuokromat
(III)

2 gram K2Cr2O7 + 6 gram asam oksalat

Cawan penguapan

- Penetesan akuades
- Penutupan dengan gelas arloji
- Penambahan 20 mL etanol
- Penyaringan

Filtrat Kristal

- Penambahan etanol hingga - Penyaringan


terbentuk kristal - Pengeringan dengan
pompa vakum

Hasil
Filtrat Kristal

- Penyaringan dengan vakum

Hasil
3.3.3. Uji Kemurnian Isomer

Kristal kompleks cis


Kertas saring
- Penambahan sedikit ammonia encer

Hasil

Kristal kompleks trans


Kertas saring
- Penambahan sedikit ammonia encer

Hasil
IV. DATA PENGAMATAN

No
Perlakuan Hasil
.
1. Pembuatan Isomer Trans-Kalium
Dioksalatodiakuokromat (III)

- Asam oksalat + aquadest - Asam oksalat larut


- Kalium dikromat + aquadest panas - Kalium dikromat larut
- Asam oksalat + kalium dikromat - Cairan bewarna kehitaman dan
muncul gelembung
- Penguapan - Volume berkurang
- Penyaringan - Filtrat dan kristal terpisah
- Pencucian dengan aquadest dan
- Menghilangkan pengotor
etanol
- Pengeringan
- Kristal berwarna kehitaman yang telah
terlepas dari pengotor
- Penimbangan
- Massa: 4,5 gram

2. Pembuatan Isomer Cis-Kalium


Dioksalatodiakuokromat (III)

- Asam oksalat + kalium dikromat - Tercampur dengan baik


- Penetesan aquadest + penutupan - Timbul gelembung dan panas, cairan
dengan gelas arloji dan pengadukan berwarna kehitaman
- Penyaringan - Memisahkan antara filtrate dengan
kristal yang terbentuk
- Penambahan etanol - Menghilangkan pengotor
- Penguapan dan pengeringan - Kristal berwarna kehitaman yang telah
terlepas dari pengotor
- Penimbagan - Massa: 3,8 gram
3. Uji Kemurniaan Isomer

- Isomer cis + ammonia - Warna hijau

- Isomer trans + ammonia - Warna coklat muda


V. HIPOTESIS

Percobaan ini berjudul “Pembuatan Cis dan Trans-Kalium


Dioksalatdiakuokromat (III)” yang bertujuan untuk mempelajari
pembuatan dan sifat-sifat isomer cis dan trans dari garam kompleks kalium
dioksalatdiakuokromat (III). Metode yang digunakan adalah pembentukan
senyawa kompleks dari bahan-bahan yang digunakan. Prinsip yang
digunakan adalah pembentukan senyawa kompleks yang dipengaruhi oleh
kekuatan efek trans dan kelarutan ligan. Dari percobaan ini, hasil yang
didapatkan adalah senyawa kompleks cis kalium dioksalatdiakuokromat
(III) yang berwarna hijau dan trans kalium dioksalatdiakuokromat (III)
yang berwarna coklat.
VI. PEMBAHASAN

Telah dilakukan percobaan dengan judul “Pembuatan Cis dan Trans-


Kalium Dioksalatdiakuokromat (III)” yang bertujuan untuk mempelajari
pembuatan dan sifat-sifat isomer cis dan trans dari garam kompleks kalium
dioksalatdiakuokromat (III). Metode yang digunakan adalah pembentukan
senyawa kompleks dari bahan-bahan yang digunakan. Senyawa kompleks
akan terbentuk ketika ion logam pusat mengikat ligan atau ion donor
electron dengan ikatan kovalen koordinasi (Day dan Selbin, 1985). Prinsip
yang digunakan adalah pembentukan senyawa kompleks yang dipengaruhi
oleh kekuatan efek trans dan kelarutan ligan. Pembentukan senyawa
kompleks yang dipengaruhi oleh efek trans memiliki waktu laju reaksi
substitusi yang lebih cepat daripada senyawa cis (Sugiyarto, 2012) dan
kelarutan ligan dalam senyawa kompleks dapat diuji dengan melarutkan
senyawa kompleks tersebut dalam berbagai pelarut sehingga sifatnya dapat
diketahui (Hendrati dkk., 2017).

VI.1. Pembuatan Isomer Trans-Kalium Dioksalatdiakuokromat (III)

Percobaan ini bertujuan untuk membuat dan menentukan


isomer trans-kalium dioksalatdiakuokromat (III). Langkah kerja
yang dilakukan adalah memasukkan asam oksalat dan kalium
dikromat ke dalam dua gelas beker yang berbeda. Asam oksalat
ditambahkan dengan akuades agar asam oksalat larut dan kalium
dikromat ditambahkan dengan akuades panas agar mempercepat
reduksi dari ion Cr6+ menjadi Cr3+ lebih cepat larut karena senyawa
tersebut kurang larut dalam suhu kamar. Masukkan dan campurkan
kedua larutan tersebut ke dalam gelas beker. Hal ini dapat
memunculkan efek trans yang ditandai dengan pergantian 4 ligan
akuo dengan 2 ligan oksalat, dimana 2 ligan akuo sama dengan 1
ligan oksalat. Ligan akuo memiliki efek trans yang lebih lemah
daripada ligan oksalat sehingga dengan mudah terjadi pergantian
ligan. Reaksi pembentukan senyawa kompleks trans-kalium
dioksalatdiakuokromat (III) adalah sebagai berikut.

(Day dan Underwood, 1999)

Reaksi tersebut termasuk reaksi eksoterm dan memunculkan


gelembung gas CO2 dan uap air H2O. Setelah gelembung gas CO2
dan uap air H2O tidak muncul lagi, larutan diuapkan hingga
volumenya menjadi setengah yang dilakukan sebanyak dua kali yang
bertujuan untuk menguapkan akuades yang tidak diperlukan dan
tidak memengaruhi hasil yang diperoleh serta kristal yang diperoleh
banyak. Saring larutan dengan kertas saring lalu cuci dengan
akuades yang bertujuan untuk menghilangkan pengotor polar yang
masih terdapat dalam kristal dan etanol yang bertujuan untuk
menghilangkan pengotor, seperti senyawa cis yang masih terikat
dalam kristal.

Dari percobaan tersebut, didapatkan hasil massa kristal


senyawa kompleks isomer trans-kalium dioksalatdiakuokromat (III)
yang berwarna hitam sebesar 4,5 gram. Dari data tersebut, dilakukan
perhitungan persentase rendemen dan hasilnya adalah sebesar
49,65%.

VI.2. Pembuatan Isomer Cis-Kalium Dioksalatdiakuokromat (III)

Percobaan ini bertujuan untuk membuat dan menentukan


isomer cis-kalium dioksalatdiakuokromat (III). Langkah kerrja yang
dilakukan adalah memasukkan kalium dikromat dan asam oksalat
dalam cawan penguapan. Kemudian diteteskan akuades sebanyak
satu tetes karena senyawa isomer cis ini kelarutannya lebih besar
daripada senyawa isomer transnya. Akuades berguna untuk
memberikan ligan akuo. Selanjutnya, tutup dengan gelas arloji yang
berguna untuk menutup akses keluarnya uap yang terbentuk selama
reaksi. Reaksi tersebut termasuk reaksi eksoterm dan memunculkan
gelembung gas CO2 dan uap air H2O. Larutan berubah warna dari
oranye muda menjadi kehitaman. Reaksi yang terjadi adalah sebagai
berikut.

Reduksi : Cr2O72- + 14 H+ + 6 e → 2 Cr3+ + 7 H2O

Oksidasi : C2O42- → 2 CO2 + 2 e

Cr2O72- + 14 H+ + C2O42- → 2 Cr3+ + 7 H2O + 2 CO2

(Rosbiono dkk., 2016)

Awalnya, kompleks trioksalatokromat (III) terbentuk dari


reaksi kalium dikromat dengan asam oksalat dikarenakan beberapa
logam akan memilih ligan tertentu untuk menjadi senyawa
kompleks. Setelah penambahan akuades, ligan tersebut akan terganti.
Reaksi penggantian ligannya adalah sebagai berikut.

(Rosbiono dkk., 2016)

Penggantian ligan oksalat oleh ligan akuo pada senyawa cis


dapat terjadi sebab ligan oksalat kekuatannya lebih lemah daripada
ligan akuo. Selanjutnya, senyawa yang terbentuk ditambahkan
dengan etanol dan tidak menggunakan akuades yang berfungsi untuk
memadatkan endapan yang terbentuk dan kelarutan senyawa ini
sangat besar dalam akuades.

Dari percobaan tersebut, didapatkan hasil massa senyawa


kompleks isomer cis-kalium dioksalatdiakuokromat (III) sebesar 3,8
gram. Dari data tersebut, dilakukan perhitungan persentase rendemen
dan hasilnya adalah sebesar 33,14%.

VI.3. Uji Kemurnian Isomer

Percobaan ini bertujuan untuk menguji tingkat kemurnian


senyawa kompleks isomer cis dan trans-kalium
dioksalatdiakuokromat (III). Langkah kerja yang dilakukan adalah
meletakkan kristal kompleks cis dan trans ke dalam kertas saring
yang berbeda. Kemudian tambahkan sedikit ammonia encer pada
kedua kertas saring tersebut.

Reaksi pada kompleks trans-kalium dioksalatdiakuokromat


(III) adalah sebagai berikut.

(Rosbiono dkk., 2016)

Senyawa isomer cis-kalium dioksalatdiakuokromat (III) akan


membentuk larutan berwarna hijau setelah ditambahkan sedikit
ammonia encer. Warna hijau berasal dari senyawa cis-
diamindioksalatokromat (III). Ligan NH3 akan menggantikan ligan
akuo sebab daya tolakan pada senyawa cis lebih besar daripada trans.
Reaksi pada kompleks trans-kalium dioksalatdiakuokromat
(III) adalah sebagai berikut.

(Rosbiono dkk., 2016)

Senyawa isomer trans-kalium dioksalatdiakuokromat (III) akan


membentuk larutan berwarna coklat muda setelah ditambahkan
sedikit ammonia encer. Warna coklat muda berasal dari senyawa
trans-diamindioksalatokromat (III).

Dari percobaan tersebut, didapatkan hasil berupa warna hijau


pada senyawa isomer cis-kalium dioksalatdiakuokromat (III) dan
warna coklat muda pada senyawa isomer trans-kalium
dioksalatdiakuokromat (III).
VII. PENUTUP

VII.1. Kesimpulan

VII.1.1. Pembuatan senyawa isomer cis dan trans dari garam


kompleks kalium dioksalatdiakuokromat (III) dilakukan
dengan mereaksikan kalium dikromat dan asam oksalat
dengan penetesan akuades. Senyawa kompleks isomer cis-
kalium dioksalatdiakuokromat (III) memiliki warna hijau
setelah bereaksi dengan NH3 dan senyawa kompleks isomer
trans-kalium dioksalatdiakuokromat (III) memiliki warna
coklat muda setelah bereaksi dengan NH3. Massa kristal
isomer cis-kalium dioksalatdiakuokromat (III) adalah sebesar
4,5 gram dengan persentase rendemennya sebesar 49,65%
dan massa kristal isomer trans-kalium dioksalatdiakuokromat
(III) adalah sebesar 3,8 gram dengan persentase rendemennya
sebesar 33,14%.

VII.2. Saran

VII.2.1. Etanol dapat diganti dengan senyawa lain yang


bersifat polar dan volatile serta dapat melarutkan dan
menguap bersama pengotor.

VII.2.2. Mempelajari pembuatan dan sifat-sifat isomer cis


dan trans dari garam kompleks kalium dioksalatdiakuokromat
(III
DAFTAR PUSTAKA

Alimuddin, M.A. 2016. Isomer: Serupa tapi Tak Sama. Riau: STAI Nurul Falah.

Basolo, F. dan Johnson, R.C. 1986. Coordination Chemistry, 2nd Edition. New
York: W.A. Benjamin, Inc.

Brown, G.G. 1978. Unit Operation, 3rd Edition. Tokyo: McGraw Hill
International Book Company.

Cotton dan Wilkinson. 1984. Kimia Anorganik Dasar Cetakan Pertama. Jakarta:
UI-Press.

Day, C.M. dan Selbin, J. 1985. Theoritical Inorganic Chemistry 2nd Edition. New
Delhi: Van Nostrand Reinhod.

Day, R.A. dan Underwood, A.L. 1999. Analisis Kimia Kuantitatif, Edisi Kelima.
Jakarta: Erlangga.

Hendrati, D., Purnamasari, E.S., Effendi, S., dan Wyantuti, S. 2018. Pemantapan
Proses Sintesis Ligan Dibutilditiokarbamat sebagai Pengekstrak Logam
Gadolinium (Gd) Berdasarkan Desain Eksperimen. Sumedang:
Universitas Padjadjaran.

Kirk, R.E. and Othmer, D.F. 1998. Encyclopedia of Chemical Technology, Vol. 7.
New York: The Inter Science Encyclopedia, Inc.

Petrucci, R.H. 2008. Kimia Dasar Prinsip Terapan Modern, Edisi Keempat, Jilid
3. Jakarta: Erlangga.

Rahmawati, D.A. 2013. Kestabilan Ion Kompleks. Semarang: Universitas Negeri


Semarang.
Rosbiono, M., Budi, S., dan Cahyana, U. 2016. Kimia Anorganik 3, Edisi 2.
Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.

Sariyanto, L. 2010. Sintesis dan Karakterisasi Kompleks Kromium (III) dengan


Benzokain. Skripsi. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Schläfer, H.L. and Gliemann, G. 1969. Basic Principles of Ligand Field Theory.
New York: Wiley-Interscience, London.

Smart-Lab. 2019. Lembaran Data Keselamatan Bahan: Oxalic Acid. Tangerang:


PT Smart-Lab Indonesia.

Smart-Lab. 2019. Lembaran Data Keselamatan Bahan: Potassium Dichromate.


Tangerang: PT Smart-Lab Indonesia.

Sugiyarto, K.H. 2012. Dasar-Dasar Kimia Anorganik Transisi. Yogyakarta:


Graha Ilmu.

Syabatini, A. 2009. Pembuatan Cis dan Trans Kalium Dioksalatdiakuokromat


(III). Banjarbaru: Universitas Lambung Mangkurat.

Tuli, G.D., Madan, R.D., Basu, S.K., and Prakash, S. 2000. Advance Inorganic
Chemistry, Vol. II. New Delhi, India: S. Chand and Company LTD.
LEMBAR PENGESAHAN

Semarang, 21 September 2021

Mengetahui,

Asisten Praktikan

Siti Nursyamsiah Firdaus Shofwan

24030118130085 24030120130069

vii
LAMPIRAN PERHITUNGAN

1. Pembuatan Isomer Trans-Kalium Dioksalatdiakuokromat (III)

Diketahui:

m asam oksalat dihidrat = 6 gram

m kalium kromat = 2 gram

BM asam oksalat = 126 gram/mol

BM K2Cr2O7 = 294 gram/mol

m kristal trans = 4,5 gram

Ditanya:

% trans = ?

Jawab:

6
Mol H2C2O4.2H2O = = 0,048 mol
126

2
Mol K2Cr2O7 = = 0,007 mol
294

Reaksi yang terjadi:

4 H2C2O4.2H2O + K2Cr2O7 → 2 K[Cr(C2O4)2(H2O)2]

Mula-mula : 0,047 mol 0,007 mol -

Bereaksi : 0,028 mol 0,007 mol 0,014

Setimbang : 0,019 mol - 0,014


massa K[Cr(C2O4)2(H2O)2] = (mol x BM)

= 0,014 x 303

= 4,242 gram

massa H2C2O4.2H2O setimbang = mol x BM

= 0,019 x 126

= 2,394 gram

massa nyata = massa kristal trans - massa H2C2O4.2H2O setimbang

= 4,5 – 2,394

= 2,106 gram

% isomer trans K[Cr(C2O4)2(H2O)2] =

Rendemen K [Cr (C 2O 4)2(H 2O)2]nyata


x 100%
Rendemen K [Cr(C 2O 4) 2( H 2O) 2]teoritis

2,106
= x 100 %
4,242

= 49,65%

2. Pembuatan Isomer Cis-Kalium Dioksalatdiakuokromat (III)

Diketahui:

m asam oksalat dihidrat = 6 gram

m kalium kromat = 2 gram

BM asam oksalat = 126 gram/mol

BM K2Cr2O7 = 294 gram/mol

m kristal cis = 3,8 gram

vii
Ditanya:

% cis = ?

Jawab:

6
Mol H2C2O4.2H2O = = 0,048 mol
126

2
Mol K2Cr2O7 = = 0,007 mol
294

Reaksi yang terjadi:

4 H2C2O4.2H2O + K2Cr2O7 → 2 K[Cr(C2O4)2(H2O)2]

Mula-mula : 0,047 mol 0,007 mol -

Bereaksi : 0,028 mol 0,007 mol 0,014 mol

Setimbang : 0,019 mol - 0,014 mol

massa K[Cr(C2O4)2(H2O)2] = (mol x BM)

= 0,014 x 303

= 4,242 gram

massa H2C2O4.2H2O setimbang = mol x BM

= 0,019 x 126

= 2,394 gram

massa nyata = massa kristal trans - massa H2C2O4.2H2O setimbang

= 3,8 – 2,394

= 1,406 gram
% isomer trans K[Cr(C2O4)2(H2O)2] =

Rendemen K [Cr (C 2O 4)2(H 2O)2]nyata


x 100%
Rendemen K [Cr(C 2O 4) 2( H 2O) 2]teoritis

2,106
= x 100 %
4,242

= 33,14%

vii

Anda mungkin juga menyukai