A. Pendahuluan
Pada bagian sebelumnya kita telah membahas mengenai mekanisme penentuan harga.
Dua konsep penting yang terdapat dalam mekanisme penentuan harga adalah konsep
permintaan dan penawaran, serta beberapa pengertian yang terdapat dalam kedua konsep
tersebut. Sekedar mengingatkan kembali, kita akan review kembali secara ringkas kedua
konsep tersebut sebelum masuk pada pembahasan tentang elastisitas,
Permintaan (demand) didefinisikan sebagai skedul, kurva atau fungsi yang menunjuk-
kan hubungan jumlah barang yang diminta (quantity, Q) pada berbagai tingkat harga (price,
P). Jika terjadi penurunan harga, maka jumlah yang diminta akan naik. Sebaliknya, jika harga
naik maka, jumlah yang diminta akan turun, pernyataan ini dikenal dengan hukum
permintaan (the law of demand). Jadi, jumlah yang diminta dengan harga mempunyai
hubungan terbalik. Beberapa faktor yang menentukan permintaan terhadap suatu barang selain
harga barang itu sendiri (Ps) adalah harga barang lain (Pl), selera (S), pendapatan (Y), jumlah
konsumen (B), dan ekspektasi konsumen di masa yang akan datang (E) tentang harga (naik
atau turun). Secara matematis, fungsi permintaan dapat diformulasikan sebagai berikut:
Q = f(Ps, Pl, S, Y, B, E)
Untuk menganalisis pengaruh satu variabel terhadap permintaan suatu barang dapat
dilakukan dengan memisalkan variabel lain konstan. Misalnya hubungan antara jumlah
permintaan dengan harga barang itu sendiri, maka fungsi permintaan diformulasikan menjadi:
Q = f(P), sedangkan pengaruh variabel lain dianggap konstan. Asumsi variabel lain yang
danggap konstan dinamakan ceteris paribus.
Kurva permintaan (demand curve) adalah titik-titik yang menunjukkan hubungan
antara jumlah barang yang diminta pada berbagai tingkat harga, dengan asumsi faktor-faktor
lain (harga barang lain, selera, pendapatan, jumlah konsumen dan ekspektasi konsumen tentang
harga) adalah konstan. Secara umum bentuk kurva permintaan adalah miring dari kiri atas ke
kanan bawah, sedangkan bentuk ekstrimnya adalah sejajar dengan sumbu harga (sumbu
vertical) atau sejajar dengan sumbu kuantitas (sumbu horizontal). Perubahan harga akan
mengakibatkan perubahan terhadap jumlah yang diminta, yaitu bergerak sepanjang kurva
permintaan itu sendiri, sedangkan pengaruh faktor-faktor lain selain harga itu sendiri, akan
menyebabkan kurva permintaan bergeser ke kiri atau ke kanan.
Penawaran (supply) didefinisikan sebagai skedul, kurva atau fungsi yang menunjukkan
hubungan jumlah barang yang ingin ditawarkan produsen dengan tingkat harga. Kurva
penawaran (supply curve) adalah titik-titik yang menunjukkan hubungan antara jumlah barang
yang ingin ditawarkan oleh produsen pada berbagai tingkat harga. Bentuk umum kurva
penawaran adalah adalah miring dari kiri bawah ke kanan atas. Artinya, apabila harga naik
maka produsen akan menawarkan barang lebih banyak. Demikian sebaliknya, jika harga turun
maka produsen akan menawarkan lebih sedikit barang. Pernyataan ini dikenal dengan hukum
penawaran (law of supply). Jadi, hubungan antara tingkat harga dan jumlah barang yang
ditawarkan produsen memiliki hubungan searah.
Faktor-faktor lain yang mempengaruhi penawaran suatu barang di antaranya adalah
teknik produksi, harga faktor produksi (upah, gaji, sewa dan bunga), perubahan harga barang
lain, ekspektasi harga di masa depan, jumlah produsen, tingkat pajak dan subsidi. Perubahan
13
variabel-variabel selain harga barang itu sendiri, akan menyebabkan pergeseran kurva
penawaran, yaitu bergeser ke kiri atas atau ke kanan bawah .
Perpotongan antara kurva permintaan dengan kurva penawaran akan membentuk
jumlah dan harga keseimbangan (equilibrium). Titik keseimbangan merupakan suatu keadaan
di mana kedua belah pihak (konsumen dan produsen) tidak ingin berubah. Jika harga terjadi di
atas harga keseimbangan, maka produsen akan menawarkan lebih banyak (hukum penawaran),
sedangkan konsumen meminta lebih sedikit (hukum permintaan), maka hal ini akan
mengakibatkan terjadinya kelebihan penawaran (excess supply). Selanjutnya harga cenderung
turun dan kembali kepada harga keseimbangan. Demikian juga, kalau harga yang terjadi di
bawah harga keseimbangan akan mengakibatkan terjadinya kelebihan permintaan (excess
demand), karena konsumen meminta lebih banyak pada harga yang lebih rendah sedangkan
produsen menawarkan lebih sedikit pada harga yang lebih rendah, sehingga harga cenderung
kembali naik sehingga terjadi keseimbangan kembali.
B. Pengertian Elastisitas
Ahli ilmu ekonomi sering ingin mengetahui bagaimana perubahan harga mempengaruhi
permintaan suatu barang, atau bagaimana pengaruh perubahan pendapatan (atau faktor lainnya)
terhadap permintaan. Satu hal yang sering menjadi kendala untuk mengetahui hal tersebut
adalah masing-masing variabel tidak mempunyai ukuran yang sama. Misalnya, harga diukur
dengan rupiah, daging diukur dengan kilogram, televisi diukur dengan unit dan sebagainya.
Turunnya harga daging sapi Rp 10000,- akan menyebabkan permintaan daging sapi naik 5 kg
per minggu. Contoh lain adalah penurunan harga televisi Rp 500.000,- per unit akan
menyebabkan jumlah permintaan televisi meningkat 10 unit per bulan, dan sebagainya. Dengan
dua contoh ini tidaklah mudah menjawab mana yang lebih responsif, daging sapi atau televisi?
Untuk mencari jalan keluarnya, para ahli ekonomi telah mengembangkan suatu konsep
yang dinamakan elastisitas (elasticity). Secara umum pengertian elastisitas adalah respon
(derajat kepekaan) suatu variabel akibat perubahan variabel yang mempengaruhinya. Untuk
menghilangkan satuan variabel yang berbeda-beda, maka yang diperbandingkan adalah
persentase perubahan masing-masing variabel. Apabila permintaan suatu barang dipengaruhi
oleh harga barang itu sendiri, ceteris paribus, maka respon perubahan harga terhadap jumlah
yang diminta dapat dicari, dan responnya ini dinamakan elastisitas harga permintaan (price
elasticity of demand). Apabila yang berpengaruh terhadap jumlah yang diminta adalah
pendapatan maka dinamakan elastisitas pendapatan (income elasticity of demand), dan
apabila yang mempengaruhi barang lain, di mana barang lain tersebut ada hubungannya, maka
dinamakan elastisitas silang (cross elasticity of demand). Simbol-simbol yang biasa digunakan
untuk elastisitas adalah simbol σ, η, ε, E, atau e.
Kembali pada contoh daging sapi dan televisi di atas, jika terjadi perubahan harga
daging sapi (turun/naik) sebesar 20 persen akan menyebabkan terjadinya perubahan jumlah
yang diminta (naik/turun) sebesar 10 persen. Dengan demikian kita dapat membandingkan
respon perubahan berbagai jenis barang sebagai akibat faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Karena perubahan tersebut dalam persentase, maka perbedaan satuan variabel tidak menjadi
masalah lagi. Berikut ini adalah pengertian dan cara mengukur elastisitas yang dikemukakan di
atas.
∆Q ∆P ∆Q P
ε d= : atau ε d= .
Q P ∆P Q
Interpretasi dari nilai koefisien elastisitas adalah sebagai berikut, misalnya koefisien
elastisitas harga suatu jenis barang (misalnya komputer) adalah 5. Artinya Penurunan/kenaikan
harga komputer sebesar 1 persen akan menyebabkan jumlah komputer yang diminta akan
meningkat/menurun sebesar 5 persen. Jadi, persentase perubahan harga komputer akan
mengakibatkan perubahan permintaan jumlah komputer lebih besar dari persentase perubahan
harga. Contoh lain misalnya, koefisien elastisitas makanan adalah 0,2. Artinya, jika terjadi
penurunan harga sayuran sebesar 1 persen, maka jumlah permintaan sayuran akan naik sebesar
0,2 persen. Sebaliknya, jika terjadi kenaikan harga sayuran sebesar 1 persen, maka jumlah
sayuran yang diminta akan turun sebesar 0,2 persen. Jadi, persentase perubahan harga akan
mengakibatkan persentase perubahan jumlah yang diminta lebih kecil dari perubahan harga
Untuk barang-barang industri yang bersifat tahan lama (misalnya mobil, televisi,
komputer, dan barang-barang elektronik lainnya) umumnya permintaannya adalah elastis,
sedangkan untuk barang-barang yang tidak tahan lama (umumnya komoditas pertanian)
permintaannya adalah inelastis. Terminologi untuk nilai elastisitas adalah sebagai berikut:
−Q A−Q B P A −40−20 8
ε A−B = . = .
P A −P B Q A 6−8 20
−Q D −QC PD −80−60 2
ε C−D = . = .
P D −P C Q D 2−4 80
15
= 0,25 karena ε = 0,25 < 1, maka permintaannya dikatakan inelastic
P
8 A keterangan:
6 B P = harga (price)
4 C Q = kuantitas (quantity)
2 D d = kurva permintaan
d
O 20 40 60 80 Q
Gambar 1. Kurva Permintaan
Dengan hasi di atas, nilai elastisitas akan berbeda kalau kita bergerak dari titik B ke titik
A, atau dari titik D ke titik C, hasil yang berbeda ini disebabkan menggunakan dasar yang
berbeda. Maka untuk mengatasi perbedaan nilai ini digunakan rata-rata kedua harga [(P A +
PB)/2] dan rata-rata kedua jumlah [(QA + QB)/2]. Sehingga diperoleh rumus elastisitas titik
tengah A ke B sebagai berikut:
−∆ Q
ε A−B = .¿¿¿
∆P
atau
−∆ Q P A + PB
ε A−B = .
∆ P Q A +Q B
Dengan menerapkan rumus di atas, maka pergerakan dari A ke B atau sebaliknya dari
B ke A dapat dihitung nilai elastisitasnya, yaitu sebesar
−−20 8+6
ε A−B = .
2 20+ 40
= 2,33
Untuk pergerakan yang lain, misalnya dari B ke C atau dari C ke B, atau pergerakan
lain sepanjang kurva permintaan, silahkan Anda coba sendiri menghitung elastisitasnya,
selamat mencoba!
16
Koefisien elastisitas harga diantara dua titik pada suatu kurva permintaan disebut
elastisitas busur (arc elasticity). Berdasarkan contoh-contoh sebelumnya kita telah
menghitung elastisitas busur. Seperti contoh di atas elastisitas dari titik A ke titik B, atau dari
titik B ke C, atau sebaliknya dari titik C ke D dinamakan elastisitas busur. Sedangkan
elastisitas titik (point elasticity) adalah elastisitas pada titik tertentu pada kurva permintaan.
Perlu diingat bahwa koefisien elastisitas sepanjang kurva permintaan adalah berbeda pada
setiap titik. Semakin rendah harga suatu barang maka respon terhadap jumlah yang diminta
semakin turun, dengan demikian permintaan semakin inelastis.
Gambar berikut merupakan modifikasi pada gambar sebelumnya, tetapi kurva
permintaan yang dihadapi adalah berbentuk non linear
P
8 A
d
N M
O 20 100 Q
Gambar 2. Kurva Permintaan Non Linier
17
Pada tingkat harga di atas P0 dan kuantitas disebelah kiri Q0, koefisien elastisitas harga
adalah lebih besar dari satu (elastic). Pada tingkat harga di bawah P 0 , dan kuantitas di sebelah
kanan Q0 , koefisien elastisitasharga lebih kecil dari satu (inelastic). Sedangkan di titik tengah,
koefisien elastisitas harga adalah satu (unitary elastic)
Hubungan elastisitas harga dengan kurva penerimaan total dapat dijelaskan sebagai
berikut, Jika elastisitas harga permintaannya adalah elastis (e > 1), apabila terjadi penurunan
harga maka kurva TR naik. Sebaliknya, jika terjadi kenaikan harga maka maka kurva TR akan
turun. Jika permintaannya inelastis (e < 1), apabila harga turun maka TR akan turun dan bila
harga naik maka TR akan naik. Sedangkan apabila permintaannya unitary elastic (e = 1) maka
TR mencapai maksimum
P (a)
e >1
e=1
Po
e<1
O Qo Q
(b)
TR
TR
O Q0 Q
Gambar 3. Hubungan Elastisitas Permintaan
dengan Penerimaan
Hubungan antara kurva permintaan dan penerimaan total (TR) dapat dijelaskan secara
ringkas dengan menggunakan tabel sebagai berikut
19
Minyak bensin 1.06 -0.54
Listrik 0.61 -1.14
Sumbangan Sosial 0.70 -1.29
Beer 0.93 -1.13
Marijuana 0 -1.50
Sumber: Nicholson (1995)
Tabel di atas merupakan nilai estimasi elastisitas pendapatan dan elastisitas harga untuk
berbagai jenis barang di Amerika Serikat pada sekitar tahun 1970-an. Walaupun berasal dari
sumber yang berbeda, tetapi hasilnya banyak menunjukkan kesamaan. Elastisitas pendapatan
untuk barang kebutuhan pokok seperti makanan dan jasa kesehatan terlihat jauh lebih rendah
dibandingkan dengan barang mewah (misalnya mobil). Hal ini berarti, jika pendapatan naik
maka permintaan untuk barang mewah meningkat lebih cepat dari permintaan barang
kebutuhan pokok. Satu hal yang perlu mendapatkan perhatian adalah bahwa hampir semua
elastisitas harga lebih rendah dari elastisitas pendapatan. Perubahan harga tidak membawa
pengaruh bergitu signifikan terhadap jumlah barang yang dibeli
∆Qx ∆ Py ∆Qx Py
ε xy = : atau ε xy = .
Qx Py ∆ Py Qx
Untuk memberikan gambaran mengenai elastisitas silang perhatikan dua tabel berikut:
Sebelum Sesudah
Komoditi Harga Jumlah Harga Jumlah
(000Rp/kg) (kg) (000Rp/kg) (kg)
Lemon (barang Z) 10 20 20 15
Teh (barang X) 20 40 20 50
Perhitungan elastisitas silang antara teh (barang X) dan kopi (barang Y) adalah :
20
∆Q x P y +10 40
ε xy = . = . =+ 0,5
∆ P y Q x +20 40
∆ Qx P z −5 10
ε xz = . = . =−0,125
∆ P z Q x +10 40
Karena elasitisitas silang antara teh dan kopi atau εxy memiliki nilai positif, maka teh
dan kopi merupakan barang substitusi, artinya apabila harga kopi meningkat maka konsumen
akan mengurangi permintaan kopi, dan akan mensubstitusikannya dengan teh, dengan asumsi
harga teh adalah tetap maka permintaan terhadap teh akan meningkat . Jadi perubahan harga
kopi (naik/turun) akan menyebabkan permintaan teh (meningkat/menurun). Sehingga dapat
kita simpulkan, terdapat hubungan terbalik antara harga kopi dan jumlah permintaan teh.
Sedangkan elastisitas silang antara lemon dan teh atau εxz bernilai negatif, maka lemon
dan teh adalah barang komplementer, karena tanpa teh maka konsumen tidak bisa membuat
lemon-tea. Sebaliknya tanpa teh, konsumen juga tidak dapat membuat lemon-tea. Apabila
harga lemon naik/turun maka jumlah teh yang diminta akan berkurang/meningkat. Jadi antara
lemon dan teh adalah dua barang yang saling melengkapi dan terdapat hubungan searah antara
harga lemon dengan jumlah permintaan teh.
Apabila elastisitas silang dua jenis barang adalah nol, maka kedua barang tersebut tidak
berhunbungan, artinya perubahan harga suatu barang tidak mempengaruhi permintaan jenis
barang lainnya.
Kesimpulan : apabila elastisitas silang berilai positif, maka jenis barang tersebut adalah
barang subtsitusi, sebaliknya, apabila elastisitas silang negatif maka jenis barangnya adalah
barang komplementer, dan apabila elastisitas silang s tidak berama dengan nol, maka kedua
barang tersebut tidak berhubungan
C. Elastisitas Penawaran
Elastisitas penawaran (supply elasticity) adalah perbandingan persentase perubahan
jumlah yang ditawarkan dengan persentase perubahan harga. Elastisitas penawaran biasanya
disimbolkan dengan εs
∆Q ∆ P ∆Q P
ε s= : atau ε s= .
Q P ∆P Q
Kurva penawaran yang mempunyai kemiringan positif (dari kiri bawah ke kanan atas),
maka elastisitasnya adalah lebih besar dari nol (εs > 0). Seperti yang telah dibahas pada
elastisitas permintaan, apabila εs > 1 disebut elastis, εs < 1 disebut inelastis, dan εs=1 disebut
unitary elastis. Jika kurva penawaran mempunyai slope positif dan berbentuk linier (garis
lurus), maka εs >1, apabila kurva penawaran memotong sumbu harga; εs < 1 apabila kurva
penawaran memotong sumbu kuantitas; dan εs = 1, jika kurva penawaran melewati titik nol.
Perhatikan gambar berikut:
∆ Q P −2 5
Elastisitas dari A ke B, ε s= . = . =1,67
∆ P Q −1 6
21
2 4
Elastisitas dari B ke A, ε s= . =2
1 4
∆ Q ( P A + P C ) 4 3+5
Pada titik B, ε s= . = . =1,33
∆ P (Q A + Q C ) 2 2+6
Untuk kurva penawaran yang berbentuk bukan garis lurus (non linier), perhitungan
elastisitas dilakukan dengan membuat titik singgung pada titik yang akan dicari elastisitasnya.
Silahkan Anda coba Sendiri!
P S
5 A
4 B
3 C
2D
1
G
-4 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6
P St
6 t S
5 E2
4 E1
3
22
2
1 D
0
1 2 3 4 5 6
Gambar 5. Pengaruh Pajak terhadap
Permintaan dan penawaran
Semula keseimbangan pasar terjadi di titik E1. Setelah pengenaan pajak maka
keseimbangan pasar yang baru terjadi di titik E2. Seberapa jauh beban pajak ini ditanggung
oleh produsen dan seberapa jauh beban pajak yang dapat digeser kepada konsumen dapat
dianalisis dengan kurva permintaan dan kurva penawaran. Seperti diketahui, dalam artian
ekonomi pajak dapat dibedakan atas dua yaitu pajak langsung (direct taxes) dan pajak tidak
langsung (indirect taxes). Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar berikut.
Seandainya beban pajak dapat digeser maka bagian yang ditanggung oleh konsumen
dan produsen sangat tergantung pada elastisitas penawaran dan elastisitas permintaan.
Berdasarkan gambar di atas beban pajak terbagi dua, yaitu sebagian ditanggung oleh produsen
dan sebagian ditanggung oleh konsumen, yaitu masing-masing Rp 1.000,-.
Semakin elastis kurva penawaran dan semakin inelastis kurva permintaan maka
semakin besar beban pajak yang ditanggung oleh konsumen. Sebaliknya semakin inelastis
kurva penawaran dan semakin elastis kurva permintaan maka semakin besar beban pajak yang
ditanggung oleh produsen. Jadi semakin elastis, apakah kurva penawaran atau kurva
permintaan maka semakin kecil beban pajak yang ditanggung. Pada kasus-kasus yang ekstrim
dapat dilihat pada gambar-gambar berikut ini.
P (a) St P (b)
S P2 St
t S
P1
P1 D
t D
P2
O Q2 Q1 O Q2 Q1
P S P D St
S
P1 P2 t
P2 t (C) P1 (d)
Dt
23
D
O Q1 O Q1
Gambar 6. Pengenaan Pajak pada berbagai elastisitas
24