Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

ANSIETAS

Diajukan untuk memenuhi syarat salah satu tugas Keperawatan Jiwa


Koordinator:
Ahmad Mumtaz Toba, S.Kep., Ners., M.Kep

Oleh :

Yuni Kartikawati

4120305

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI
BANDUNG

LAPORAN PENDAHULUAN
DENGAN KASUS KECEMASAN

A. Definisi Kecemasan
Definisi kecemasan menurut Stuart dan Laraia (2005) yang mengatakan
kecemasan memiliki nilai yang positif, kerena dengan ansietas maka aspek positif
individu berkembang karena adanya sikap konfrontasi (pertentangan), antisipasi yang
tinggi, penggunaan pengetahuan serta sikap terhadap pengalaman untuk dapat mengatasi
kecemasan. Tetapi apabila kondisi kecemasan tidak ditangani dengan segera, maka akan
dapat mengganggu kehidupan seseorang
Kecemasan dalam bahasa inggris yaitu Anxiety yang berasal dari Bahasa latin
angustus yang memiliki arti kaku, dan ango, anci yang berarti mencekik (Annisa& Ifdil,
2016).
Kecemasan adalah perasaan tidak santai atau samar-samar yang terjadi karena
ketidaknyamanan dan rasa takut disertai suatu respon. Perasaan takut dan tidak menentu
sebagai sinyal yang menyadarkan bahwa peringatan tentang bahaya akan datang dan
memperkuat individu mengambil suatu tindakan dalam menghadapi ancaman
(Yusuf, Fitryasari & Nihayati, 2015).
Ansietas merupakan kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu terhadap
objek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan individu
melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman (PPNI, 2016).

B. Etiologi Kecemasan
Berbagai teori yang telah dikembangkan oleh para ahli untuk
mengetahui dari penyebab anstietas, menurut Stuart & Sundden (2014) menjelaskan
ansietas disebabkan oleh:
1. Faktor Predisposisi
a. Dalam pandangan psikoanalitis, ansietas adalah konflik emosional yang
terjadiantara dua elemen kepribadian: id dan super ego. Id mewakili dorongan
insting dan impuls primitif, sedangkan super ego mencerminkan hati
nurani dan dikendalikan oleh norma budaya. Ego atau Aku, berfungsi
menengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentangan tersebut, dan fungsi
ansietas adalah meningkatkan ego bahwa ada bahaya.
b. Menurut pandangan interpersonal, ansietas timbul dari perasaan takut terhadap
ketidaksetujuan dan penolakan interpersonal. Ansietas juga berhubungan dengan
perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan
kerentanan tertentu. Individu dengan harga diri rendah terutama rentan
mengalami ansietas yangberat.
c. Menurut pandangan perilaku, ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala
sesuatu yang mengganggu kemampuan individu untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Ahli teori perilaku lain menganggap ansietas sebagai suatu dorongan
yang dipelajari berdasarkan keinginan dari dalam diri untuk
menghindari kepedihan. Ahli teori pembelajaran meyakini bahwa individu yang
terbiasa sejak kecil dihadapkan pada ketakutan yang berlebihan lebih sering
menunjukkan ansietas pada kehidupan selanjutnya. Ahli teori konflik memandang
ansietas sebagai pertentangan antara dua kepentingan yang berlawanan. Mereka
meyakini adanya hubungan timbal balik antara konflik dan ansietas: konflik
menimbulkan ansietas, dan ansietas menimbulkan perasaan tidak berdaya, yang
pada gilirannya meningkatkan konflik yang dirasakan.
d. Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan ansietas biasanya terjadi dalam
keluarga. Gangguan ansietas juga tumpang tindih antara gangguan
ansietas dengan depresi.
e. Kajian biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk
benzodiazepine, obat-obatan yang meningkatkan neuro regulator inhibisi asam
gama-aminobutirat (GABA) yang berperan dalam mekanisme biologis yang
berhubungan dengan ansietas.
2. Faktor Presipitasi
Stresor pencetus dapat berasal dari sumber internal atau eksternal. Stresor pencetus
dapat dikelompokkan dalam dua kategori:
a. Ancaman terhadap integritas fisik meliputi disabilitas fisiologis yang akan terjadi
atau penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari.
b. Ancaman terhadap sistem diri dapat membahayakan identitas, harga diri, dan
fungsi sosial yang terintegrasi pada individu.
C. Manifestasi Klinis
1. Gejala dan Tanda Ansietas
a. Gejala dan Tanda Mayor Ansietas menurut Persatuan Perawat Nasional Indonesia
(PPNI), 2016)
1) Subyektif: merasa bingung, merasa khawatir dengan akibat dari kondisi, yang
dihadapi dan sulit berkonsentrasi.
2) Obyektif: tampak gelisah, tampak tegang dan sulit tidur.
b. Gejala dan Tanda Minor Ansietas menurut Persatuan Perawat Nasional Indonesia
(PPNI), 2016
1) Subyektif: mengeluh pusing, anoreksia, palpitasi dan merasa tidak berdaya.
2) Obyektif: frekuensi nafas meningkat, frekuensi nadi meningkat, tekanan darah
meningkat, diaforesis, tremor, muka tampak pucat, suara bergetar, kontak
mata buruk, sering berkemih dan berorientasi pada masa lalu.

Klasifikasi Ansietas:

1. Ansietas ringan
a. Respon fisik: ketegangan otot ringan, sadar akan lingkungan, rileks atau sedikit
gelisah, penuh perhatian.
b. Respon kognitif: lapang persepsi luas, terlihat tenang, perasaan gagal sedikit,
waspada dan memperhatikan banyak hal, memperhatikan informasi, tingkat
pembelajaran optimal.
c. Respon emosional: perilaku otomatis, sedikit tidak sadar, aktivitas menyendiri,
terstimulasi.

2. Ansietas sedang
a. Respon fisik: ketegangan otot sedang, tanda-tanda vital meningkat, pupil
dilatasi, mulai berkeringat, sering mondar-mandir, suara berubah: bergetar,nada
suara tinggi, kewaspadaan dan ketegangan meningkat, sering berkemih, sakit
kepala, pola tidur berubah, sering nyeri punggung.
b. Respon kognitif: lapang persepsi menurun, tidak perhatian secara selektif, fokus
terhadap stimulus meningkat, rentang perhatian menurun, penyelesaian masalah
menurun, pembelajaran terjadi dengan memfokuskan.
c. Respon emosional: tidak nyaman, mudah tersinggung, kepercayaan diri goyah,
tidak sabar, gembira.
3. Ansietas berat
a. Respon fisik: ketegangan otot berat, hiperventilasi, kontak mata buruk,
pengeluaran keringat meningkat, bicara cepat, nada suara tinggi, tindakan tanpa
tujuan dan serampangan, rahang menegang, menggertakan gigi, kebutuhan
ruang gerak meningkat, mondar mandir, berteriak, meremas tangan, gemetar.
b. Respon kognitif: lapang persepsi terbatas, proses berfikir terpecah pecah, sulit
berfikir, penyelesaian masalah buruk, tidak mampu mempertimbangkan
informasi, hanya memperhatikan ancaman.
c. Respon emosional: sangat cemas, agitasi, takut, bingung, merasa tidak
adekuat, menarik diri, penyangkalan, ingin bebas.
4. Ansietas panik
a. Respon fisik: flight, fight, atau freeze ketegangan otot yang sangat berat,agitasi
motorik kasar, pupil dilatasi, TTV meningkat kemudian menurun, tidak dapat
tidur, hormon stres dan neuro transmitter berkurang, wajah menyeringai, mulut
ternganga.
b. Respon kognitif: persepsi yang sempit, pikiran tidak logis, terganggu,
kepribadian kacau, tidak dapat menyelesaikan masalah, fokus pada pikiran
sendiri, tidak rasional, sulit memahami stimulus eksternal, halusinasi,
waham,ilusi terjadi.
c. Respon emosional: merasa terbebani, merasa tidak mampu/ tidak berdaya,lepas
kendali, mengamuk, putus asa, marah, mengharapkan hasil yang buruk, kaget,
takut, lelah.
Akibat Ansietas dalam jangka pendek dapat meningkatkan respon sistem kekebalan
tubuh, namun kecemasan dalam jangka panjang dapat memiliki efek sebaliknya yaitu
seperti depresi, gangguan pola tidur, nyeri kronis, kehilangan minat dalam seksual,
pikiran untuk bunuh diri (Pieter, Lubis, & Lumongga, 2012).
D. Penatalaksanaan Kecemasan
1. Reduksi ansietas
a. Identifikasi saat tk. Ansietas berubah (mis: wkt, kondisi, stressor)
b. Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
c. Monitor tanda2 asietas (verbal & non verbal)
d. Ciptakan suasana terapeutik utk menumbuhkan kepercayaan
e. Dengarkan dg penuh perhatian
f. Gunakan pendekatan yg tenang dan meyakinkan
g. Diskusikan perencanaan realistis ttg peristiwa yg akan dtg
h. Anjurkan utk melakukan kegiatan yg tdk kompetitif ssi kebutuhan
i. Anjurkan utk mengungkapkan perasaan dan persepsi
j. Latih kegiatan pengalihan utk mengurangi ketegangan
k. Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yg tepat
l. Latih teknik relaksasi
2. Terapi relaksasi
a. Identifikasi teknik relaksasi yg pernah efektif digunakan.
b. Jelaskan tujuan, manfaat, batasan dan jenis relaksasi yg tersedia (mis: musik,
meditasi, nafas dalam, relaksasi otot progresif)
c. Anjurkan sering mengulangi atau melatih teknik yg dipilih
3. Dukungan emosi
a. Fasilitasi mengungkapkan perasaan cemas, marah atau sedih.
b. Lakukan sentuhan untuk memberikan dukungan (mis: merangkul, menepuk-
nepuk).
c. Tetap bersama pasien dan pastikan keamanan selama ansietas.
d. Rujuk untuk koneling, jika diperlukan.
4. Konseling
a. Bina hubungan terapeutik berdasarkan rasa percaya dan penghargaan.
b. Berikan empati, kehangatan dan kejujuran.
c. Anjurkan membuat daftar alternatif penyelesaian masalah.
5. Teknik menenangkan
a. Ciptakan ruangan yang tenang dan nyaman
b. Anjurkan berdoa, berzikir, membaca kitab suci, ibadah sesuai dengan agama yang
dianut.

E. Pohon Masalah

Kerusakan interaksi sosial Effect

Gangguan alam perasaan Cor Problem


cemas

Koping individu inefektif Causa

F. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Perilaku
Produktivitas menurun, mengamati dan waspada, kontak mata, jelek,gelisah,
melihat sekilas sesuatu , pergerakan berlebihan (seperti; foot shuffling,pergerakan
lengan/tangan), Ungkapan perhatian berkaitan dengan merubah peristiwa
dalam hidup, insomnia, perasaan gelisah.
b. Afektif
Menyesal, iritabel,kesedihan mendalam, takut, gugup, suka cita berlebihan,nyeri
dan ketidak berdayaan meningkat secara menetap, gemertak, ketidak
pastian,kekhawatiran meningkat, fokus pada diri sendiri, perasaan tidak adekuat,
ketakutan, distressed, khawatir, prihatin dan mencemaskan.
c. Fisiologis
Suara bergetar, gemetar/tremor tangan, bergoyang-goyang, respirasi
meningkat, kesegeraan berkemih ( parasimpatis), nadi meningkat, dilasi
pupil,refleks-refleks meningkat, nyeri abdomen, gangguan tidur, perasaan
geli padaekstrimitas, eksitasi kardiovaskuler, peluh meningkat, wajah tegang,
anoreksia, jantung berdebar-debar , diarhea, keragu-raguan berkemih kelelahan,
mulut kering, kelemahan, nadi berkurang, wajah bergejolak, vasokontriksi
supervisial, berkedutan, tekanan darah menurun mual, keseringan berkemih,
pingsan, sukar bernafas, tekanan darah meningkat
d. Kognitif
Hambatan berfikir, bingung, preokupasi, pelupa, perenungan, perhatian, lemah,
lapang persepsi menurun, takut akibat yang tidak khas, cenderung menyalahkan
orang lain, sukar berkonsentrasi,kemampuan berkurang terhadap:
( memecahkan masalah dan belajar) ,kewaspadaan terhadap gejala
fisiologis.
e. Faktor yang berhubungan Terpapar toksin, konflik tidak disadari
tentang pentingnya nilai-nilai / tujuan hidup, hubungan kekeluargaan /
keturunan,kebutuhan yang tidak terpenuhi, interpersonal-
transmisi/penularan, krisis situasional, maturasi, ancaman terhadap konsep
diri, stress, penyalah gunaanzat,ancaman terhadap atau perubahan dalam :
status peran status kesehatan , pola interaksi, fungsi peran, lingkungan , status
ekonomi ( NANDA 2005-2006:9-11).

2. Masalah Keperawatana.
a. Ansietas
b. Harga diri rendah
c. Gangguan citra tubuh
d. Koping individu inefektif
e. Kurangnya pengetahuan

3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pembentukan diagnosa keperawatan mengharuskan perawat menentukan kualitas
(kesesuaian) dari respon pasien, kuantitas (tingkat) dari ansietas pasien dan sifat
adaptif atau maladaptif dari mekanisme koping yang digunakan (Direja, 2011).
a. Keruskan interaksi sosial berhubungan dengan cemas.
b. Gangguan alam perasaan: cemas berhubungan dengan koping individu inefektif
4. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
TujuanTujuan umum: cemas berkurang atau hilang
Tujuan khusus:
a. TUK1
Pasien dapat menjalin hubungan saling percaya.
Intervensi:
1) Jadilah pendengar yang hangat dan responsi.
2) Beri waktu yang cukup pada pasien untuk berespon.
3) Beri dukungan pada pasien untuk berekspresikan perasaanya.
4) Identifikasi pola perilaku pasien atau pendekatan yang dapat
menimbulkan perasaan negatif.
5) Bersama pasien mengenali perilaku dan respon sehingga cepat
belajar danberkembang.
b. TUK2
Pasien dapat mengenali ansietasnya,
Intervensi:
1) Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan menguraikan perasaanya.
2) Hubungkan perilaku dan perasaanya.
3) Validasi kesimpulan dan asumsi terhadap pasien.
4) Gunakan pertanyaan terbuka untuk mengalihkan dari topik yang mengancam
kehal yang berkaitan dengankonflik.
5) Gunakan konsultasi untuk membantu pasien mengungkapkan perasaanya.
c. TUK3
Pasien dapat memperluas kesadaranya terhadap perkembangan ansietas.
Intervensi:
1) Bantu pasien menjelaskan situasi dan interaksi yang dapat segera menimbulkan
ansietas Bersama pasien meninjau kembali penilaian pasien terhadap stressor
yang dirasakan mengancam dan menimbulkankonflik.
2) Kaitkan pengalaman yang baru terjadi dengan pengalaman masa lalu yang
relevan
d. TUK 4
Pasien dapat menggunakan mekanisme koping yang adaptif.
Intervensi:
1) Gali cara pasien mengurangi ansietas di masa lalu.
2) Tunjukan akibat maladaptif dan destruktif dari respon koping yangdigunakan.
3) Dorong pasien untuk menggunakan respon koping adaptif yang dimilikinya.
4) Bantu pasien untuk menyusun kembali tujuan hidup, memodifikasi
tujuan,menggunakan sumber dan menggunakan ansietas sedang.
5) Latih pasien dengan menggunakan ansietas sedang.
6) Beri aktifitas fisik untuk menyalurkan energinya.
7) Libatkan pihak yang berkepentingan sebagai sumber dan dukungan sosial
dalam membantu pasien menggunakan koping adaptif yang baru.
e. TUK 5
Pasien dapat menggunakan tekhnik relaksasi.
Intervensi:
1) Ajarkan pasien teknik relaksasi untuk meningkatkan kontrol dan rasa percaya
diri
2) Dorong pasien untuk menggunakan relaksasi dalam menurunkan tingkat
ansietas.
DAFTAR PUSTAKA

Annisa, D. F., & Ifdil. (2016). Konsep Kecemasan (Anxiety) Pada Lnjut Usia (Lansia). Jurnal
Ilmu Konselor Vol. 5 no. 2, 93-99.

Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). (2016). Standar Diagnosis Keperawatan


Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Pieter, Lubis, H. Z., & Lumongga, N. (2012). Pengantar Psikologi dalam Keperawatan.Jakarta:
Kencana.Stuart, G. W. (2013).

Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Stuart, G. W., & Sundden, S. J. (2014). Buku Saku Keperawatan Jiwa (5th ed). Jakart EGC.

Yusuf, A., Fitryasari, R., & Nihayati, H. E. (2015). Buku Ajar Keperawatan Jiwa.Jakarta:
Salemba Medika.
Laporan Kasus (LK) PSIKOSOSIAL ANSIETAS

1. Identitas Klien
Initial : Ny. M
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 40 tahun
Status Perkawinan : Kawin
Orang yang berarti : Suami dan Anak
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Tanggal pengkajian : 7 Oktober 2021
Tempat : Poli jiwa Puskesmas Margaasih
2. Persepsi dan Harapan
Pasien: Ny. M mengatakan dirinya cemas dan khawatir merasa tidak akan bisa
menjalankan peran sebagai orang tua dengan baik jika tidak didampingi suami. Ny. M
juga mengatakan mengkhawatirkan suami saat hidup sendiri tanpa didampingi keluarga
setelah pindah tugas, karena memikirkan hal tersebut Ny. M mengaku sering tidak bisa
tidur.
3. Masalah Keperawatan
Ansietas
4. Fisik
a. Riwayat Penyakit: Ny. M tidak mempunyai penyakit gangguan jiwa
b. Kebiasaan yang Berhubungan dengan status kesehatan: selama ini Ny. M dalam
menjalankan rumah tangganya tidak mempunyai masalah karena selalu didampingi
suami tidak pernah berpisah dalam jangka waktu yang lama, namun setelah
mendapati perintah suami pindah tugas, Ny. M menjadi murung, khawatir dan
bingung.
c. Merokok: Ny. M tidak merokok
d. Alkohol/Obat-obatan: Ny. M tidak minum alkohol
e. Istirahat dan Tidur: sejak mendapatkan berita tentang kepindahan suami Ny. M sering
susah tidur.
f. Nutrisi: sebelumnya baik, saat ini sering kurang nafsu makan.
g. Eliminasi: baik
h. Orientasi: saat ini Ny. M dalam menghadapi kondisi keluarganya selalu berinteraksi
dengan saudara perempuan.
i. Tingkat aktifitas: Ny. M mengikuti kegiatan sebagai pengurus posyandu di RT nya.
j. Tingkat Energi: aktif dalam segala kegiatan rumah tangga dan sebulan sekali arisan
dengan istri litting suami.

5. Genogram

Keterangan :

: Perempuan

: Laki – Laki

: Klien

: Garis Turunan
: Garis Perkawinan

6. Konsep Diri
a. Gambaran diri: Klien mengatakan sangat cemas jika diperantauan tidak didampingi
suami, Klien akan lebih rajin beribadah saat merasa banyak masalah yang dihadapi.
b. Identitas: kliien anak pertama dari 3 bersaudara, klien lulusan SMA dan sebagai ibu
rumah tangga.
c. Peran: klien berperan sebagai istri dan ibu dari 2 anak.
d. Harga diri: klien berusaha untuk selalu bersyukur denga napa yang dihadapi saat ini.
7. Spiritual
a. Nilai dan Keyakinan: Klien beragama Islam dan yakin dengan agamanya.
b. Kegiatan Ibadah: Klien selalu menjalankan sholat 5 waktu.
8. Status Mental
a. Emosi: Klien marah dan nampak murung.
b. Konsep diri: Ny. K bingung dan cemas memikirkan hari hari yang tidak ada suami saat
suami sudah pindah tugas.
c. Pola Interaksi: Ny. K tidak tertutup dan sering bergaul dengan tetangga.
d. Gaya komunikasi: Ny. Berbicara wajar, hanya jika marah maka berbicara dengan nada
keras.
9. Latar Belakang Status Sosial Budaya
a. Pekerjaan: Ny. K adalah seorang ibu rumah tangga yang bersuami seorang tantara.
b. Hubungan sosisl: Ny. K mempunyai hubungan yang baik dengan tetangga dan istri-
istri dari teman suami.
c. Gaya hidup: Ny. K biasa menyesuaikan dengan keadaan ekonomi suaminya.
d. Sosial budaya: Ny. K dan suami berbeda suku dan budaya

10. Analisa Data


No Data Masalah Keperawatan
.
1. Subjektif : Ansietas
Klien mengatakan bingung, merasa
khawatir dengan akibat dari kondisi, yang
dihadapi jika suami sudah pindah tugas
dan sulit berkonsentrasi dan tidak nafsu
makan.

Obyektif: tampak gelisah, tampak tegang


dan sulit tidur. Data pemeriksaan fisik:
- T: 100/60 mmHg
- N : 80x/menit
- S : 36,0̊C
- R : 20x/menit
- Ny. K nampak murung dan bingung

11. Diagnosa Keperawatan


Ansietas b.d krisis situasional d.d. merasa bingung, khawatir, sulit tidur dan
anoreksia.

12. Intervensi Keperawatan


No. Diagnosa Intervensi
1 Ansietas Setelah dilakukan intervensi selama 3 kali
pertemuan, maka tingkat ansietas menurun,
dgn kriteria hasil :
- Verbalisasi kebingungan ↘ (5)
- Verbalisasi khawatir akibat kondisi yg
dihadapi↘ (5)
- Perilaku Gelisah ↘ (5)
- Perilaku tegang
↘ (5)
- Pola tidur membaik (5
SP I
Reduksi ansietas
a. Mengidentifikasi saat tk. Ansietas
berubah (kondisi, stressor)
b. Mengidentifikasi kemampuan klien
dalam mengambil keputusan.
c. Monitoring tanda-tanda ansietas
verbal dan non verbal
d. Menciptaka suasana terapeutik untuk
menumbuhkan kepercayaan
e. Mendengarkan dengan penuh
perhatian

SP 2
Reduksi ansietas
a. Menggunakan pendekatan yang
tenang dan meyakinkan.
b. Mendiskusikan perencanaan realistis
tentang peristiwa yang akan datang.
c. Menganjurkan untuk
mengungkapkan perasaan dan
persepsi.
d. Melatih kegiatan pengalihan untuk
untuk mengurangi ketegangan.
e. Melatih penggunaan mekanisme
pertahanan diri yang tepat dan teknik
relaksasi.

SP 3
Teknik relaksasi
a. Mengidentifikasi teknik relaksasi
yang pernah efektif digunakan.
b. Menjelaskan tujuan, manfaat,
batasan dan jenis relaksasi yang
tersedia (mis; musik, meditasi,
murotal).

c. Anjurkan sering mengulangi atau


melatih teknik yg dipilih.

Dukungan emosi
a. Memfasilitasi mengungkapkan
persaan cemas, marah dan sedih.
b. Melakukan sentuhan untuk
memberikan dukungan (mis:
merangkul, menepuk-nepuk).

Konseling
Menganjurkan membuat daftar
alternatif penyelesaian masalah.

Teknik menenangkan
Menganjurkan berdoa, berzikir,
membaca kitab suci, ibadah sesuai
dengan agama yang dianut.

Anda mungkin juga menyukai