Anda di halaman 1dari 16

Islam Dan Kebudayaan

Disusun Oleh :

Alvin Rio Pratama


Faisal Adha Putera
Intan Suciyanuari
Muhammad Dardo
Hilda Ristianingsih
Nani Yunengsih
Mochammad Agung Prayugo
Arin Sekartias
Putri Muhita Sari
Sherly Saputri
Indriyanti Dwi Sulistiani

Universitas Banten Jaya


Serang
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT atas petunjuk rahmat dan hidayah-Nya,
kami dapat menyelesaikan tugas makalah Islam Dan Kebudayaan dari mata kuliah
Pendidikan Agama Islam tanpa halangan suatu apapun dan dapat menyelesaikannya tepat
pada waktu yang telah ditentukan.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar -
besarnya kepada pihak - pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya
kepada dosen kami yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata kesempurnaan. Untuk itu kami
mengharapkan saran dan kritik dari pembaca. Akhir kata, kami mohon maaf jika dalam
proses pembuatan makalah ini ada kesalahan pada beberapa pihak yang terkait baik langsung
maupun tidak langsung. Semoga berawalnya dari makalah ini bias memberikan wawasan
baru dan pemahaman yang baru kepada pembaca.

Serang, 13 Januari 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................ii
BAB 1....................................................................................................................................................1
1. Latar Belakang...............................................................................................................................1
2. Rumusan Masalah..........................................................................................................................2
2.1 Sejarah Islam Masuk Ke Indonesia Dan Mempengaruhi Kebudayaan Indonesia..................2
2.2 macam kebudayaan Islam yang ada di Indonesia..................................................................2
2.3 Sikap dan tanggapan masyarakat Indonesia terhadap kedatangan kebudayaan Islam............2
3. Tujuan............................................................................................................................................2
Bab II.....................................................................................................................................................2
2.1 Pengertian Islam Dan Kebudayaan........................................................................................2
A. Pengertian Islam....................................................................................................................2
B. Kebudayaan...........................................................................................................................3
2.2 Sejarah Islam Masuk Ke Indonesia Dan Mempengaruhi Kebudayaan Indonesia..................3
2.3 Macam – macam kebudayaan Islam di Indonesia........................................................................5
1. Tradisi Halal Bihalal..................................................................................................................6
2. Tradisi Tabot atau Tabuik..........................................................................................................6
3. Tradisi Kupatan (Bakdo Kupat).................................................................................................7
5. Tradisi Grebeg...........................................................................................................................8
6. Tradisi Kerobok Maulid di Kutai dan Pawai Obor di Manado...................................................8
7. Tradisi Rabu Kasan di Bangka...................................................................................................9
8. Tradisi Dugderan di Semarang................................................................................................10
9. Tradisi atau Budaya Tumpeng.................................................................................................10
Bab III.................................................................................................................................................11
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................11
Daftar Pustaka.....................................................................................................................................12

ii
BAB 1

1. Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara dengan sebagian besar penduduknya beragama


islam. perkembangan islam di Indonesia mengalami proses yang berkaitan dengan
berbagai sektor kehidupan lainya yang sangat komplek. Termasuk bersingungan
langsung dengan tradisi dan budaya kehidupan masyarakat indonesia yang telah ada
dan berhasil menembus kedalamnya namun tidak berarti bahwa tradisi dan budaya
yang sudah ada tersebut hilang karena hal tersebut. Dalam proses agama islam terus
berusaha menyesuaikan diri tanpa menguragi inti ajaran agama islam. Dengan budaya
dan tradisi Indonesia yang beragam dan proses penyesuaian diri dari agama islam,
terjadi keragaman menjalankan agam islam yang ada di Indonesia
Agama sebagai system nilai akan mengalami proses akulturasi, kolaborasi
bahkan singkretisasi terhadap kemajemukan budaya sebagai hasil tindakan manusia
atau kemajemukan budaya.
Persentuhan islam sebagai great tradition atau biasanya grand tradition dengan
budaya local atau little tradition sering menimbulkan corak budaya tersendiri.dalam
proses persentuhanya terjadi dialog antara nilai agama dengan nilai budaya lokal.
Pertautan dealektis yang kreatif antara nilai universal dari agama dan agama lokal
telah menghadirkan corek ajaran islam kestuan spiritual dengan corak budaya yang
beragam
Sebelum kedatangan islam masyarakat jawa telah mengenal system
penanggalan, yakni kalender pranata mangsa. Dengan masuk nya hindu-budha turut
pula mempengaruhi system penanggalan yang berlaku di jawa, yakni kalender saka.
Kemudian berdirinya kerajaan islam di pulau jawa khusus nya pada masa kerajaan
mataram islam ketika pengaruh islam masuk ke pulau jawa dan dinamakan kalender
jawa islam.

1
2. Rumusan Masalah
2.1 Sejarah Islam Masuk Ke Indonesia Dan Mempengaruhi Kebudayaan
Indonesia

2.2 macam kebudayaan Islam yang ada di Indonesia.

2.3 Sikap dan tanggapan masyarakat Indonesia terhadap kedatangan


kebudayaan Islam.

3. Tujuan

3.1 Menginformasikan kepada pembca sejarah Islam di Indonesia.


3.2 Menjelaskan dan menyebutkan macam – macam kebudayaan Islam di Nusantara.
3.3 Memberi informasi sikap dan tanggapan masyarakat Indonesia terhadap kedatangan
kebudayaan islam.

Bab II

2.1 Pengertian Islam Dan Kebudayaan

A. Pengertian Islam

Islam Dari segi bahasa Islam berasal dari bahasa Arab yaitu dari kata salima yang
mengandung arti selamat. Dari kata salima selanjutnya diubah menjadi bentuk Aslama yang berarti
berserah diri atau tunduk dan patuh. Adapun pengertian Islam Secara terminologis (istilah, maknawi)
dapat dikatakan, Islam adalah agama wahyu berintikan tauhid atau keesaan Tuhan yang diturunkan
oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad Saw sebagai utusan-Nya yang terakhir dan berlaku bagi
seluruh manusia, di mana pun dan kapan pun, yang ajarannya meliputi seluruh aspek kehidupan
manusia.

2
B. Kebudayaan

Kebudayaan adalah suatu keseluruhan yang kompleks yang terjadi dari unsur-unsur yang berbeda
seperti pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral adat istiadat, dan segala kecakapan yang
diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat. Dan ada juga kebudayaan diartikan sebagai hasil
kegiatan dan penciptaan batil (akal budi) manusia kepercayaan, kesenian, adat istiadat, dan berarti
pula kegiatan (usaha) batin (akal dan sebagainya) untuk menciptakan sesuatu yang termasuk hasi
kebudayaan. Adapula beberapa pendapat yang mengartikan kebudayaan, Antara lain S. Takdir
Alisyahbana (196:207-8), Dia berpendapat bahwa kebudayaan adalah:
1. Suatu keseluruhan yang kompleks yang terjadi dari unsur-unsur yang berbeda-beda seperti ilmu
pengetahuan, kepercayaan, seni,hukum, moral, adat istiadat dan segala kecakapan yang di peroleh
manusia sebagai anggota masyarakat.
2. Warisan sosial atau tradisi.
3. Cara atau aturan dan jalan hidup manusia.

2.2 Sejarah Islam Masuk Ke Indonesia Dan Mempengaruhi Kebudayaan


Indonesia

Tentang masuknya Islam di Indonesia ada pendapat dari para ahli sejarah. Sebagian
ahli berpendapat bahwa kedatangan Islam pertama-tama ke Indonesia sudah sejak abad
pertama Hijriah atau abad ke ke-7 M, dan sebagian lagi berpendapat bahwa Islam baru datang
pada abad ke-13 M, terutama di Samudra Pasai. Ada tiga teori tentang masuknya Islam di
Indonesia.

Pertama, Teori Gujarat. Teori ini dinamakan teori Gujarat bertolak dari pandangan
yang menyatakan asal Negara membawa agama Islam ke Nusantara dari Gujarat. Adapun
peleteak dasar teori ini adalah Snouck Hurgronje, dalam bukunya L’Arabie et IesIndes
Neerlandaises,, atau Revue de I’historie des Religious jilid Ivil. Snouck Hurgronje lebih
menitik beratkan pandangannya ke Gujarat berdasarkan: a) kurangnya fakta yang
menjelaskan peranan bangsa Arab dalam menyebarkan agama Islam ke Nusantara. b)
hubungan dagang Indonesia-India telah terjalin lama. c) inkripsi tertua tentang Islam terdapat
di Sumatera memberikan gambaran antara hubungan antara Sumatera dengan Gujarat
Sejalan dengan pendapat di atas, W.F. Stutterheim, dalam bukunya De Islam en Zijn
Komst In Archipel, menyatakan masuknya agama Islam ke Nusantara abad ke-13.
Pendapatnya didasarkan bukti batu nisan Sultan pertama dari Kerajaan Samudra, yakni Malik

3
Al-Saleh wafat tahun 1297. Asal Negara yang mempengaruhi masuknya agama Islam ke
Nusantara adalah Gujarat. Dengan alasan bahwa agama Islam disebarkan melalui jalan
dagang antara Indonesia-Cambay (Gujarat) Timur Tengah-Eropa

Kedua, teori Makkah. Hamka melahirkan teori baru yakni Teori Makkah.
Koreksinya ini disampaikan dalam pidatonya pada Dies Natalis Perguruan Tinggi Agama
Islam Negeri (PTAIN) ke-8 di Yogyakarta, tahun 1958. Sejak dari pidatonya di atas,
kemudian dikuatkan dalam sanggahannya dalam seminar masuknya agama Islam ke
Indonesia, di Medan tanggal 17-20 Maret 1963, Hamka menolak pandangan yang
menyatakan bahwa agama Islam masuk ke Nusantara abad ke-13 dan berasal dari Gujarat.
Hamka lebih mendasarkan pandangannya peranan bangsa Arab, diikuti orang Persia dan
Gujarat sebagai pembawa agama Islam ke Indonesia.

Ketiga,Teori Persia Pembangun teori Persia di Indonesia adalah P.A. Hoesein


Djajadiningrat. Fokus pandangan teori ini tentang masuknya agama Islam ke Nusantara
berbeda dengan teori Gujarat dan Makkah, sekalipun mempunyai kesamaan masalah
Gujaratnya, serta mazhab syafi’inya. Persia lebih menitikberatkan tinjauannya kepada
kebudayaan yang hidup di kalangan masyarakat Islam Indonesia yang dirasakan mempunyai
persamaan dengan Persia, antara lain: a) peringatan 10 Muharram atau Asyura sebagai hari
peringatan syi’ah atas kematian syahidnya Husain. b) adanya kesamaan ajaran antara Syaikh
Siti Jenar dengan ajaran Sufi Iran Al-Hallaj, sekalipun Al-Hallaj telah meninggal tahun 310
H/922 M, tetapi ajarannya berkembang terus dalam bentuk puisi, sehingga memungkinkan
Syaikh Siti Jenar yang hidup abad ke-16 dapat mempelajarinya. c) penggunaan istilah bahasa
Iran dalam sistem mengeja huruf Arab, untuk tanda-tanda bunyi harakat dalam pengajian Al-
Quran tingkat awal.
Meskipun Indonesia merupakan salah satu negara yang muslimnya

mayoritas di dunia, namun paling sedikit mendapat pengaruh arabisasi,

dibandingkan dengan negara-negara muslim besar lainnya. Selain itu, dalam

proses Islamisasi di nusantara, penyebaran agama dan kebudayaan Islam tidak

menghilangkan kebudayaan lokal dan tidak menggunakan kekuatan militer dalam upaya
proses Islamisasi.

4
Hal itu disebabkan karena proses Islamisasi dilakukan penetrasi secara :

 Damai
 Perdagangan
 Kesenian
 Perkawinan
 Pendidikan

Jadi seiringnya perjalanan Islam di Indonesia, dari kelima poin diatas menyebabkan proses
islamisasi dan akulturasi lebih meluas di Nusantara. Dan tentu saja terdapat percampuran –
percampuran budaya (akulturasi) oleh budaya lokal yang dimana sebelumnya merupakan warisan dari
agama dan budaya Hindu – Budha. Dan pada prosesnya terdapat berbagai tanggapan dari macam –
macam masyarakat yang akan dibahas si akhir makalah ini.

2.3 Macam – macam kebudayaan Islam di Indonesia

Tradisi adalah kebiasaan atau adat istiadat yang dilakukan turun temurun oleh
masyarakat. Sebagaimana diketahui bahwa sebelum Islam datang, masyarakat Nusantara
sudah mengenal berbagai kepercayaan dan memiliki beragam tradisi lokal. Melalui kehadiran
Islam maka kepercayaan dan tradisi di Nusantara tersebut membaur dan dipengaruhi nilai-
nilai Islam. Karenanya muncullah tradisi Islam Nusantara sebagai bentuk akulturasi antara
ajaran Islam dengan tradisi lokal Nusantara.

Tradisi Islam di Nusantara digunakan sebagai metode dakwah para ulama zaman itu.
Para ulama tidak memusnahkan secara total tradisi yang telah ada di masyarakat. Mereka
memasukkan ajaran-ajaran Islam ke dalam tradisi tersebut, dengan harapan masyarakat tidak
merasa kehilangan adat dan ajaran Islam dapat diterima. Seni budaya, adat, dan tradisi yang
bernapaskan Islam tumbuh dan berkembang di Nusantara. Tradisi ini sangat bermanfaat bagi
penyebaran Islam di Nusantara. Untuk itulah, kita sebagai generasi muda Islam harus mampu
merawat, melestarikan, mengembangkan dan menghargai hasil karya para ulama terdahulu.

Banyak sekali tradisi atau budaya Islam yang berkembang hingga saat ini. Semuanya
mencerminkan kekhasan daerah atau tempat masing - masing. Berikut ini adalah beberapa
tradisi atau budaya Islam dimaksud.

5
1. Tradisi Halal Bihalal

Halal bihalal dilakukan pada Bulan Syawal, berupa acara saling bermaaf-maafan.
Setelah umat Islam selesai puasa ramadhan sebulan penuh maka dosa-dosanya telah
diampuni oleh Allah Swt. Namun, dosa kepada sesama manusia belum akan diampuni Allah
Swt. jika belum mendapat kehalalan atau dimaafkan oleh orang tersebut. Oleh karena itu
tradisi halal bihalal dilakukan dalam rangka saling memaafkan atas dosa dan kesalahan yang
pernah dilakukan agar kembali kepada !trah (kesucian). Tradisi ini erat kaitannya dengan
perayaan Idul Fitri. Tujuan halal bihalal selain saling bermaafan adalah untuk menjalin tali
silaturahim dan mempererat tali persaudaraan. Sampai saat ini tradisi ini masih dilakukan di
semua lapisan masyarakat. Mulai keluarga, tingkat RT sampai istana kepresidenan. Bahkan
acara halal bihalal sudah menjadi tradisi nasional yang bernafaskan Islam. Istilah halal bihalal
berasal dari bahasa Arab (halla atau halal) tetapi tradisi halal bi halal itu sendiri adalah tradisi
khas bangsa Indonesia, bukan berasal dari Timur Tengah. Bahkan bisa jadi ketika arti kata ini
ditanyakan kepada orang Arab, mereka akan kebingungan dalam menjawabnya. Halal bihalal
sebagai sebuah tradisi khas Islam Indonesia lahir dari sebuah proses sejarah. Tradisi ini digali
dari kesadaran batin tokoh-tokoh umat Islam masa lalu untuk membangun hubungan yang
harmonis (silaturahim) antar umat. Dengan acara halal bihalal, pemimpin agama, tokoh-tokoh
masyarakat dan pemerintah akan berkumpul, saling berinteraksi dan saling bertukar
informasi. Dari komunikasi ini akan mempererat kekeluargaan dan dapat menyelesaikan
berbagai masalah yang ada. Pada acara halal bihalal semua orang mengucapkan mohon maaf
lahir dan batin. Hal ini mengandung maksud bahwa ketika secara lahir telah memaafkan yang
ditandai dengan berjabat tangan atau mengucapkan kata maaf, maka batinnya juga harus
dengan tulus memaafkan dan tidak lagi tersisa rasa dendam dan sakit hati.

2. Tradisi Tabot atau Tabuik

Tabot atau Tabuik, adalah upacara tradisional masyarakat Bengkulu untuk mengenang
kisah kepahlawanan dan kematian Hasan dan Husein bin Ali bin Abi Thalib, cucu Nabi
Muhammad saw. Kedua cucu Rasulullah saw. ini gugur dalam peperangan di Karbala, Irak
pada tanggal 10 Muharam 61 Hijriah (681 M). Perayaan di Bengkulu pertama kali
dilaksanakan oleh Syaikh Burhanuddin yang dikenal sebagai Imam Senggolo pada tahun

6
1685. Syaikh Burhanuddin menikah dengan wanita Bengkulu kemudian keturunannya
disebut sebagai keluarga Tabot. Upacara ini dilaksanakan dari 1 sampai 10 Muharram
(berdasar kalendar Islam) setiap tahun. Istilah Tabot berasal dari kata Arab, “tabut”, yang
secara har!ah berarti kotak kayu atau peti. Tidak ada catatan tertulis sejak kapan upacara
Tabot mulai dikenal di Bengkulu. Namun, diduga kuat tradisi ini dibawa oleh para tukang
yang membangun Benteng Marlborought (1718-1719) di Bengkulu. Para tukang bangunan
tersebut, didatangkan oleh Inggris dari Madras dan Bengali di bagian selatan India.

3. Tradisi Kupatan (Bakdo Kupat)

Di Pulau Jawa bahkan sudah berkembang ke daerah-daerah lain terdapat tradisi


kupatan. Tradisi membuat kupat ini biasanya dilakukan seminggu setelah hari raya Idul Fitri.
Biasanya masyarakat berkumpul di suatu tempat seperti mushala dan masjid untuk
mengadakan selamatan dengan hidangan yang didominasi kupat (ketupat). Kupat merupakan
makanan yang terbuat dari beras dan dibungkus anyaman (longsong) dari janur kuning (daun
kelapa yang masih muda). Sampai saat ini ketupat menjadi maskot Hari Raya Idul Fitri.
Ketupat memang sebagai makanan khas lebaran. Makanan itu ternyata bukan sekadar sajian
pada hari kemenangan, tetapi punya makna mendalam dalam tradisi Jawa. Oleh para Wali,
tradisi membuat kupat itu dijadikan sebagai sarana untuk syiar agama.

Oleh sebagian besar masyarakat, kupat juga menjadi singkatan atau di-jarwo dhosok-
kan menjadi rangkaian kata yang sesuai dengan momennya yaitu Lebaran. Kupat adalah
singkatan dari ngaku lepat (mengakui kesalahan) dan menjadi simbol untuk saling
memaafkan.

4. Tradisi Sekaten di Surakarta dan Yogyakarta.

Tradisi Sekaten dilaksanakan setiap tahun di Keraton Surakarta Jawa Tengah dan
Keraton Yogyakarta. Tradisi ini dilaksanakan dan dilestarikan sebagai wujud mengenang
jasa-jasa para Walisongo yang telah berhasil menyebarkan Islam di tanah Jawa. Peringatan
yang lazim dinamai Maulud Nabi itu, oleh para wali disebut Sekaten, yang berasal dari kata
Syahadatain (dua kalimat Syahadat). Tradisi ini sebagai sarana penyebaran agama Islam yang
pada mulanya dilakukan oleh Sunan Bonang. Dahulu setiap kali Sunan Bonang
membunyikan gamelan diselingi dengan lagu-lagu yang berisi ajaran agama Islam serta
setiap pergantian pukulan gamelan diselingi dengan membaca syahadatain. Jadi, Sekaten

7
diadakan untuk melestarikan tradisi para wali dalam memperingati kelahiran Nabi
Muhammad saw. Sebagai tuntunan bagi umat manusia, diharapkan masyarakat yang datang
ke Sekaten juga mempunyai motivasi untuk mendapatkan berkah dan meneladani Nabi
Muhammad saw Dalam upacara Sekaten tersebut disuguhkan gamelan pusaka peninggalan
dinasti Majapahit yang telah dibawa ke Demak. Suguhan ini sebagai pertanda bahwa dalam
berdakwah para wali mengemasnya dengan menjalin kedekatan kepada msyarakat.

5. Tradisi Grebeg.

Tradisi untuk mengiringi para raja atau pembesar kerajaan. Grebeg pertama kali
diselenggarakan oleh keraton Yogyakarta oleh Sultan Hamengkubuwono ke-1. Grebeg
dilaksanakan saat Sultan memiliki hajat dalem berupa menikahkan putra mahkotanya. Grebek
di Yogyakarta di selenggarakan 3 tahun sekali yaitu: Pertama grebek pasa-syawal diadakan
setiap tanggal 1 Syawal bertujuan untuk menghormati Bulan Ramadhan dan Lailatul Qadr.
Kedua grebeg besar, diadakan setiap tanggal 10 dzulhijjah untuk merayakan hari raya kurban.
Ketiga grebeg maulud setiap tanggal 12 Rabiul awwal untuk memperingati hari Maulid Nabi
Muhammad saw. Selain kota Yogyakarta yang menyelenggarakan pesta grebeg adalah kota
Solo, Cirebon dan Demak.

6. Tradisi Kerobok Maulid di Kutai dan Pawai Obor di Manado

Di kawasan Kedaton Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur, juga


diselenggarakan tradisi yang dinamakan Kerobok Maulid. Istilah Kerobok berasal dari
Bahasa Kutai yang artinya berkerubun atau berkerumun oleh orang banyak. Tradisi Kerobok
Maulid dipusatkan di halaman Masjid Jami’ Hasanuddin, Tenggarong. Tradisi ini
dilaksanakan dalam rangka memperingati kelahiran Nabi Muhammad saw., tanggal 12 Rabiul
Awwal. Kegiatan Kerobok Maulid ini diawali dengan pembacaan Barzanji di Masjid Jami’
Hasanudin Tenggarong. Kemudian dari Keraton Sultan Kutai, puluhan prajurit Kesultanan
akan keluar dengan membawa usung-usungan yang berisi kue tradisional, puluhan bakul
Sinto atau bunga rampai dan Astagona. Usung-usungan ini kemudian dibawa berkeliling
antara Keraton dan Kedaton Sultan dan berakhir di Masjid Jami’ Hasanuddin.

8
Kedatangan prajurit keraton dengan membawa Sinto, Astagona dan kue-kue di
Masjid Hasanudin ini akan disambut dengan pembacaan Asrakal yang kemudian membagi-
bagikannya kepada warga masyarakat yang ada di dalam Masjid. Akhir dari upacara Kerobok
ini ditandai dengan penyampaian hikmah maulid oleh seorang ulama.

Lain di Kutai lain pula di Manado. Untuk memperingati Maulid nabi Muhammad
saw. warga muslim di Kota Manado, Sulawesi Utara, menggelar tradisi pawai obor. Obor
yang dibawa berpawai oleh ribuan warga membuat jalan-jalan di Kota Manado terang. Bagi
warga muslim setempat pawai obor sudah jadi tradisi dan dilaksanakan turuntemurun sebagai
simbol penerangan. Lebih lanjut simbol penerangan itu bermakna bahwa kelahiran Nabi
Muhammad saw. adalah membawa ajaran yang menjadi cahaya penerang iman saat manusia
hidup dalam kegelapan dan kemusyrikan

7. Tradisi Rabu Kasan di Bangka.

Tradisi Rabu Kasan dilaksanakan di Kabupaten Bangka setiap tahun, tepatnya pada
hari rabu terakhir bulan Safar. Hal ini sesuai dengan namanya, yakni Rabu Kasan berasal dari
Kara Rabu Pungkasan (terakhir). Upacara Rabu Kasan sebenarnya tidak hanya dilakukan di
Bangka saja, tetapi juga di daerah lain, seperti di Bogor Jawa Barat dan Gresik Jawa Timur.
Pada dasarnya maksud dari tradisi ini sama, yaitu untuk memohon kepada Allah Swt. agar
dijauhkan dari bala’ (musibah dan bencana). Di Kabupaten Bangka, tradisi ini dipusatkan di
desa Air Anyer, Kecamatan Merawang. Sehari sebelum upacara Rabu Kasan di Bangka
diadakan, semua penduduk telah menyiapkan segala keperluan upacara tersebut seperti
ketupat tolak balak, air wafak, dan makanan untuk dimakan bersama pada hari Rabu esok
hari. Tepat pada hari Rabu Kasan, kira-kira pukul 07.00 WIB semua penduduk telah hadir di
tempat upacara dengan membawa makanan dan ketupat tolak bala sebanyak jumlah keluarga
masing-masing. Acara diawali dengan berdirinya seseorang di depan pintu masjid dan
menghadap keluar lalu mengumandangkan adzan. Lalu disusul dengan pembacaan doa
bersama-sama. Selesai berdoa semua yang hadir menarik atau melepaskan anyaman ketupat
tolak balak yang telah tersedia tadi, satu persatu menurut jumlah yang dibawa sambil
menyebut nama keluarganya masing-masing.

9
Kemudian dilanjutkan dengan acara makan bersama. Setelah itu, masing-masing pergi
mengambil air wafak yang telah disediakan untuk semua angngota keluarganya. Setelah
selesai acara ini mereka pulang dan bersilahturahmi ke rumah tetangga atau keluarganya.

8. Tradisi Dugderan di Semarang

Tradisi dugderan merupakan tradisi khas yang dilakukan oleh masyarakat Semarang,
Jawa Tengah. Tradisi Dugderan dilakukan untuk menyambut datangnya bulan puasa.
Dugderan biasanya diawali dengan pemberangkatan peserta karnaval dari Balaikota
Semarang. Ritual dugderan akan dilaksanakan setelah shalat Asar yang diawali dengan
musyawarah untuk menentukan awal bulan Ramadan yang diikuti oleh para ulama. Hasil
musyawarah itu kemudian diumumkan kepada khalayak.

Sebagai tanda dimulainya berpuasa dilakukan pemukulan bedug. Hasil musyawarah


ulama yang telah dibacakan itu kemudian diserahkan kepada Kanjeng Gubernur Jawa
Tengah. Setelah itu Kanjeng Bupati Semarang (Walikota Semarang) dan Gubernur bersama-
sama memukul bedug kemudian diakhiri dengan doa.

9. Tradisi atau Budaya Tumpeng.

Tumpeng adalah cara penyajian nasi beserta lauk-pauknya dalam bentuk kerucut.
Nasi tumpeng umumnya berupa nasi kuning, atau nasi uduk. Cara penyajian nasi ini khas
Jawa atau masyarakat Betawi keturunan Jawa, dan biasanya dibuat pada saat kenduri atau
perayaan suatu kejadian penting. Meskipun demikian, budaya tumpeng sudah menjadi tradisi
nasional bangsa Indonesia. Tumpeng biasa disajikan di atas tampah (wadah tradisional) dan
dialasi daun pisang. Ada tradisi tidak tertulis yang menganjurkan bahwa pucuk dari kerucut
tumpeng dihidangkan bagi orang yang dituakan dari orang-orang yang hadir. Ini
dimaksudkan untuk menunjukkan rasa hormat kepada orang tersebut. Saat ini budaya
tumpeng sudah menjadi tradisi nasional bangsa Indonesia.

10
Bab III

3.1 Kesimpulan

Islam Dari segi bahasa Islam berasal dari bahasa Arab yaitu dari kata salima yang
mengandung arti selamat. Dari kata salima selanjutnya diubah menjadi bentuk Aslama yang
berarti berserah diri atau tunduk dan patuh. Adapun pengertian Islam Secara terminologis
(istilah, maknawi) dapat dikatakan, Islam adalah agama wahyu berintikan tauhid atau keesaan
Tuhan yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad Saw sebagai utusan-Nya
yang terakhir dan berlaku bagi seluruh manusia, di mana pun dan kapan pun, yang ajarannya
meliputi seluruh aspek kehidupan manusia.
Kebudayaan adalah suatu keseluruhan yang kompleks yang terjadi dari unsur-unsur
yang berbeda seperti pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral adat istiadat, dan segala
kecakapan yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat.
Tentang masuknya Islam di Indonesia ada pendapat dari para ahli sejarah. Sebagian
ahli berpendapat bahwa kedatangan Islam pertama-tama ke Indonesia sudah sejak abad
pertama Hijriah atau abad ke ke-7 M, dan sebagian lagi berpendapat bahwa Islam baru datang
pada abad ke-13 M, terutama di Samudra Pasai. Ada tiga teori tentang masuknya Islam di
Indonesia.
Teori - teori masuknya islam yaitu pertama, Teori Gujarat, Kedua, teori Makkah,
Ketiga,Teori Persia.
Tradisi adalah kebiasaan atau adat istiadat yang dilakukan turun temurun oleh
masyarakat. Sebagaimana diketahui bahwa sebelum Islam datang, masyarakat Nusantara
sudah mengenal berbagai kepercayaan dan memiliki beragam tradisi lokal. Melalui kehadiran
Islam maka kepercayaan dan tradisi di Nusantara tersebut membaur dan dipengaruhi nilai-
nilai Islam. Karenanya muncullah tradisi Islam Nusantara sebagai bentuk akulturasi antara
ajaran Islam dengan tradisi lokal Nusantara. Banyak sekali tradisi atau budaya Islam yang
berkembang hingga saat ini. Semuanya mencerminkan kekhasan daerah atau tempat masing –
masing.
Dan tradisi itu antara lain ; Tradisi Halal Bihalal, Tradisi Tabot atau Tabuik, Tradisi
Kupatan (Bakdo Kupat), Tradisi Sekaten di Surakarta dan Yogyakarta, Tradisi Grebeg,
Tradisi Kerobok Maulid di Kutai dan Pawai Obor di Manado, Tradisi Rabu Kasan di Bangka,
Tradisi Dugderan di Semarang, Tradisi atau Budaya Tumpeng.

11
Daftar Pustaka

Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam, Jakarta: PT Raja


Grafindo Persada, 2009, h. 292

M.C.Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern 1200-2008, penerjemah: Tim Penerjemah


Serambi, PT. Ikrar andiriabadi, Jakarta, 2008, h. 3

https://labbaik.wordpress.com/2007/05/01/proses-islamisasi-dan-perkembangan-
islam-di-indonesia/ Labbaik, edisi: 023/th.02/Jumada Al Awwal-Jumada Al Tsani
1427H/2006M, di akses tanggal 13 Januari 2021)

Ahmad Mansur Suryanegara, Menemukan Sejarah: Wacana Pergerakan Islam di


Indonesia, Bandung: Mizan, tt, h. 78.

Ibid, h. 82

Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: AMZAH, 2013, h. 304

12
9

Anda mungkin juga menyukai