Anda di halaman 1dari 20

ETIKA PERSAINGAN DALAM BISNIS ISLAMI

Makalah ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

“Etika Bisnis Islam”

Dosen Pengampu :

Said Abadi, LC., M.A.

Disusun oleh :

Dyah Ayu Marweni (401200032)

Halimatum Munawaroh (401200050)

Indri Devi Antikalestari (401200056)

JURUSAN EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PONOROGO

2021/2022
KATA PENGANTAR

‫الر ِحي ِْم‬


َّ ‫الر ْح َم ِن‬
َّ ‫بِس ِْم الل ِه‬

ُ ‫ا َ ْش َهد ُ أ َ ْن الَ ِإلَ َه ِإالَّ اللهُ َوا َ ْش َهد ُ أ َ َّن ُم َح َّمدًا َر‬
‫س ْو ُل الل ِه‬

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah Etika Persaingan dalam Bisnis Islami ini tepat pada
waktunya. Shalawat dan salam semoga selalu di limpahkan kepada junjungan besar
Nabi Muhammad SAW yang telah mengajarkan dengan sempurna kepada manusia
tentang bagaimana seharusnya menjalani kehidupan yang bermartabat. Salam dan
doa juga terlimpah kepada keluarga, sahabat dan para pengikutnya hingga akhir
zaman.

Tidak lupa penulis sampaikan beribu uacapan dan terimakasih kepada


semua pihak yang telah membantu dan memfasilitasi penulisan makalah ini
sehingga dapat selesai pada waktunya.

Penulis menyadari bahwa tiada gading yang tak retak.oleh karena itu penulis
mengharapkan ketulusan semua pihak untk menilai dan memberikan kritik saran
kepada penulis mengharapkan ketulusan semua pihak untuk menilai dan
memberikan kritik saran kepada kami sebagai bahan evaluasi. Akhir kata, semoga
makalah ini dapat memberikan yang terbaik untuk kami dan para pembaca.

‫جزاكم الله أحسن الجزاء‬

Ponorogo, 21 September 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................2


DAFTAR ISI ...........................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................................4
B. Rumusan Masalah ........................................................................................5
C. Tujuan Masalah ............................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN
A. Persaingan Dalam Bisnis Islami...................................................................6
B. Model Bisnis Modern ...................................................................................6
C. Jenis-Jenis Praktek Mal Bisnis ...................................................................12
D. Persaingan Bisnis sebagai Suatu Keniscayaan ...........................................17

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan.................................................................................................19
B. Saran ...........................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................20

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Secara sederhana etika bisnis dapat diartikan sebagai suatu aturan main
yang tidak mengikat karena bukan hukum. Tetapi harus dapat diingat dalam
praktek bisnis sehari-hari etika bisnis dapat menjadi batasan bagi aktivitas
bisnis yang dijalankan. Etika bisnis sangat penting mengingat dunia usuha
tidak lepas dari elemen-elemen lainnya.Dari sudut pandang etika, keuntungan
bukanlah hal yang buruk akan tetapi secara moral keuntungan merupakan hal
yang baik dan diterima.

Dalam ajaran Islam, kegiatan bisnis sangat dianjurkan, tetapi harus


sesuai dengan apa yang telah ditetapkan baik itu oleh al-Qur’an maupun sunnah
Nabi. Keduanya mejadi pedoman bagi kaum muslim dalam melakukan
kegiatan bisnisnya. Di antara pedoman tersebut terdapat pula beberapa kode
etik dalam perdagangan menurut Islam di antaranya adalah sidiq (jujur),
amanah (tanggung jawab), tidak melakukan riba, menepati janji, tidak
melakukan penipuan, tidak tathfif (curang dalam timbangan), tidak menjelek-
jelekkan pedagang lain, tidak menimbun barang dan hal lain yang dapat
merugikan orang lain.1

Seiring perkembangan dunia bisnis dan perekonomian serta persaingan


yang semakin ketat dalam dunia bisnis, mengakibatkan seringkali ditemukan
kecurangan yang berjauhan dengan nilai -nilai moralitas dan Agama, kerap
ditemui kecurangan pada perekonomian. Saat ini banyak ditemui pedagang
yang dalam pelaksanaan bisnisnya dipenuhi oleh praktek- praktek mal-bisnis,
yang dimaksud praktek mal-bisnis dalam pengertian ini adalah mencakup
semua perbuatan bisnis yang tidak baik, jelek, membawa akibat kerugian,

1
Abdul Rokhim, Ekonomi Islam Presepektif Muhammad SAW, (Jember:STAIN Press,2013), 110.

4
maupun melanggar hukum. Oleh karena itu diperlukan adanya etika dalam
berbisnis.

Persaingan yang tidak sehat sering terjadi pada pedagang-pedagang


atau perusahaan-perusahaan yang hanya memikirkan keuntungan pribadinya
saja ataupun untuk keuntungan bersama yang berakibat pada kerugian yang
dialami oleh pedagang atau perusahaan lainnya. Dengan demikian maka dapat
diidentifikasi, bahwasanya unsur etika bisnis dapat diinternalisasi kedalam
pribadi seseorang. Maka perlu adanya Islamisasi kepribadian pada diri
seseorang. Etika merupakan perilaku seseorang yang sangat berkaitan dengan
baik dan buruk, dan tentunya setiap manusia memliki kesempatan besar untuk
memilih jalan baik ataupun jalan yang buruk.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana ajaran Islam dalam bersaing secara Islami?
1.2.2 Apa saja model-model bisnis modern?
1.2.3 Apa saja jenis-jenis praktek mal bisnis?
1.2.4 Bagaimana Persaingan Bisnis sebagai Suatu Keniscayaan?

1.3 Tujuan Masalah


1.3.1 Untuk mengetahui bagaimana ajaran Islam dalam bersaing
secara Islami
1.3.2 Untuk mengetahui apa saja model-model bisnis modern.
1.3.3 Untuk mengetahui jenis-jenis praktek mal bisnis.
1.3.4 Untuk mengetahui bagaimana persaingan bisnis sebagai
suatu keniscayaan.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Persaingan Dalam Bisnis Islami


Persaingan berasal dari bahasa Inggris yaitu competition, yang artinya
Persainganitu sendiri atau kegiatan bersaing, pertandingan, dan
kompetisi,sedangkan dalam kamus manajemen, persaingan adalah usaha-usaha dari
dua pihak atau lebih perusahaan yang masing-masing bergiat “memperoleh
pesanan” dengan menawarkan harga atau syarat yang paling menguntungkan
persaingan ini dapatterdiri dari beberapa bentuk pemotongan harga, iklan atau
promosi, variasi dan kualitas, kemasan, desain, dan segmentasi pasar.2

Yusuf Qardhawi memberikan patokan tentang norma-norma atau nilai nilai


syariah yang harus ditaati dalam perdagangan oleh para pedagang muslim dalam
melaksanakan kegiatan perdagangan, yaitu :

1. Menegakkan larangan memperdagangkan barang-barang yang diharamkan.

2. Bersikap benar, amanah, dan jujur.

3. Menegakkan keadilan dan mengharamkan bunga.

4. Menerapkan kasih sayang dan mengharamkan monopoli.

5. Menegakkan toleransi dan persaudaraan.

6. Berpegang pada prinsip bahwa perdagangan adalah bekal menuju akhirat.3

2.2 Model Bisnis Modern

Bisnis dengan model modern /online atau digital itu sendiri memiliki arti
yakni bisnis dengan sistem milik sendiri. Sesuka hati yang melakukan bisnis. Bisnis
online yaitu bisnis berhubungan dengan internet. Bisnis dengan memasang iklan

2
B. N. Maribun, Kamus Manajemen (Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 2003), 276.
3
Yusuf Qardhawi, Norma dan Etika Ekonomi Islam, (Jakarta: Gema Insani,1997), 173.

6
penjuan dengan blog atau website yang bisa dikunjungi via internet dan melakukan
transaksi tampa bertemu penjual dan pembeli.

Penggunaan dengan model bisnis ini memiliki keuntungan yakni kita tidak
perlu memikirkan biaya untuk membangun toko, sewa toko, sewa ruko dan lain
sebagainya. Dengan model bisnis ini muncul kurang biaya nya juga, yakni
terkadang keuntungan itu tidak berjalan mulus terus. Dengan model seperti ini
konsumen tidak dapat memastikan kualitas bahan dan segala yang berhubungan
dengan barang.

Dalam konteks model bisnis modern yang lebih dipentingkan


adalah mereka lebih peka terhadap kemampuan diri dan harapan, sehingga bisnis
pada jenis ini lebih terbuka untuk berbagi dan membuka partisipasi secara
terorganisir. Asumsi yang dipakai ialah kuantitas, tidak apa mendapatkan untung
sedikit dari 1 pembeli/ klien, tetapi harus memiliki 1000 klien. Dan pada jenis bisnis
ini akan mampu untuk memproduksi 1000 produk karena tersedia SDM dan
pasarnya. Memulai sebuah bisnis memang membutuhkan perencanaan yang
matang. Bukan tentang modal dan pengeluaran, model bisnis pun harus ditentukan.
Roda yang terus berputar pun membuat model bisnis mengalami evolusi. Kini,
bisnis bukan sekedar membuat sebuah komoditi dimana ada penjual dan pembeli.
Sebagai contoh model-model bisnis Modern adalah:

a. Go-Jek misalnya, salah satu start up yang mengadopsi model bisnis Ride-
Sharing –yang merupakan salah satu model bisnis modern yang sedang
popular pada saat ini.
b. Crowdsourcing, yaitu Menarik sekumpulan orang untuk memberikan
konten secara gratis, dimana orang lain pun bisa menikmati konten secara
gratis. Youtube dan Wikipedia merupakan contoh perusahaan sukses dari
model bisnis modern .
c. Pay As You Go, yaitu Users hanya membayar sesuai meteran atau biaya
yang tertera. Perusahaan Taxi konvensional yang pertama kali menciptakan
model bisnis ini. Contoh lainnya : Gojek, Uber, Grab.
d. Bisnis E-commerc, Perdagangan secara online, tampaknnya memang cukup
booming sejak tahun lalu. Saat ini sudah bermunculan banyak penjual

7
online, baik mereka yang berlevelmarketplace besar dan terkenal hingga
pedagang kecil level dropship yang tak memiliki modal sama sekali. Bisnis
e-commerce menjadi pilihan, sesuai dengan budget yang Anda miliki.
Misalnya dengan memberikan bonus untuk pembelian dalam jumlah
tertentu, gratis ongkos kirim, hingga pengadaan kuis untuk menarik calon
konsumen.
e. Bisnis E-Voucher, Saat ini, banyak sekali masyarakat yang mencari
voucher, baik voucher belanja, voucher rumah makan atau restoran, voucher
perawatan tubuh, hingga voucher hotel. Hal tersebut bisa menjadi peluang
bisnis Anda. Caranya pun tergolong mudah. Anda hanya perlu bekerja sama
dengan pusat perbelanjaan, restoran, rumah makan, hotel.Bisnis E-
Ticketing, Saat ini sudah banyak Travel Resmi YangMengajak pelaku
bisnis untuk menjadi sub agen travel mereka. Hanya dengan sebuah
komputer yang terkoneksi internet, Anda sudah bisa memulai bisnis e-
ticketing.

Penerapan Etika Bisnis Dalam Model Bisnis Modern

Bisnis adalah salah bentuk profesi yang dikenal oleh masyarakat. Profesi
adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai nafkah hidup dengan mengandalkan
keahlian dan keterampilan yang tinggi dan melibatkan komitmen pribadi (moral)
yang mendalam. Menurut keraf dalam profesi terdapat empat prinsip, yaitu:
bertanggung jawab, keadilan, kebebasan dan integrasi moral. Dalam hal ini
penerapan etika didalam berbisnis tidaklah menimbulkan persoalan bahkan menjadi
suatu keharusan.Etika bisnis adalah terapan sebagi perwujudan dari pemahaman
tentang kebaikan dan kebenaran dari berbagai lembaga, teknologi, transaksi,
kegiatan dan perkembangan yang dikenal sebagai bisnis.

Dalam konteks bisnis perusahaan, penerapannya etika bisnis dihadapkan


dengan masalah-masalah yang meliputi: proses, people dan teknologi. Pada tataran
prosesnya, etika bisnis berhadapan dengan masalah-masalah klasik seperti
cashflow, personal network, competition dan endurance. Pada people etika bisnis
dihadapkan dengan persoalan kualitas SDM yang belum memadai, motivasi
enterpreneur dan keinginan untuk “ cepat sukses “.

8
Demikian pula dalam teknologi etika bisnis dihadapkan dengan tuntutan
teknologi yang mensyaratkan keserbacepatan dan efisiensi total dalam sistem kerja
untuk mencapai suatu maksud dalam bisnis.Menghadapi realitas tersebut, terdapat
pilihan-pilihan yang dihadapkan adalah memilih diantara empat pilihan. Keempat
kondisi itu adalah:

a. Jika tidak etis maka akan tertinggal


b. Etis tidak tertinggal
c. Etis tertinggal
d. Tidak etis tertinggal.

Terhadap pilihan-pilihan tersebut, konsepsi bisnis yang terpisah dari etika


lebih banyak menjadikan etis tertinggal dan tidak etis tertinggal sebagai pilihan
bisnis. Hanya saja dalam relitasnya kedua pilihan itu mempunyai kelemahan yang
mendasar. Bisnis bukanlah dunia yang berdiri sendiri dan terpisah dari masyarakat
dan masyarakat membutuhkan bisnis dalam aspek kehidupannya tidak terlepas dari
eksistensi keseluruhan masyarakat dengan seluruh atribut dan simbol-simbol yang
melekat pada masyarakat. Bisnis tidak terpisah dari etika dikarenakan pertama,
bisnis tidak bebas nilai.

Kedua, bisnis merupakan bagaian dari sistem sosial. Dan Ketiga, aplikasi
etika bisnis identik dengan pengelolaan bisnis secara profesional. Perkembangan
bisnis atau perusahaan, baik sebagai akibat maupun sebagai salah satu sebab
perkembangan politik, ekonomi soisal maupun teknologi serta aspek lingkungan di
sekitarnya, jika selama ia berinteraksi dan menghasilkan barang dan jasa bagi
masyarakat yang membutuhkannya maka bisnis atau perusahaan itu harus
menyadari akan tanggung jawab terhadap lingkungannya, khususnya tanggung
jawab sosial dengan segala aspeknya. Agar suatu perusahaan atau bisnis dapat
mencapai tujuannya secara kontinyu dengan dukungan masyarakat luas, maka
manajeman perusahaan harus menjaga efektivitas interaksi yang berlangsung antara
perusahaan dan konsumen dan stakeholderdenga cara-cara yang berdasarkan nilai-
nilai dan norma-norma etika bisnis.

9
Ciri-ciri model bisnis modern:

a. Spesialisasi

Jika kita perhatikan bisnis, ada yang bergerak dalam memproduksi


barang barang tertentu, seperti membuat sepatu, membuat tekstil, membuat
onderdil mobil, ada yang bergerak dalam bidang membuat barang( pabrik),
ada yang menjual barang saja( para pedagang), dan sebagainya. Demikian
pula dalam pembagian kerja, sudah dijumpai spesialisasi jabatan.

b. Interdependence

Suatu perusahaan bergantung kegiatannya pada perusahaan lain.


Misalnya pedagang besar, bergantung usahanya kepada produsen, dan dia
bergantung pula kepada perusahaan angkutan yabg mengangkut barang. Dia
juga sangat membutuhkan sarana telepon, pos, dan listrik yang dikerjakan
oleh sektor lain.

c. Produksi massal

Barang dihasilkan dalam jumlah besar dan terus menerus dalam


berbagai ukuran sehingga mudah dipilih oleh konsumen. Produsen
membuat barang untuk orang orang yang tidak dikenal, oleh sebab itu
produsen harus mengetahui selera konsumen agar produksi yang dibuat
secara massal mudah dipasarkan.

Dengan adanya produksi massal dan barangnya laku dipasar, akan


timbul keuntungan, baik dibisnis itu sendiri maupun bgi masyarakat dan
negara. Tenaga kerja akan lebih banyak tertampung, pendapatan karyawan
makin meningkat, demikian pula pendapatan masyarakat bertambah, dan
standar hidup juga makin membaik.4

Hal-hal yang diperhatikan dalam menjalankan sebuah model bisnis


modern adalah sebagai berikut :

4
K.Bertens, Pengantar Etika Bisnis, (Jakarta: Atmajaya,2001),h.46-47

10
a. Jujur, kejujuran merupakan buah keimanan dari orang mukmin, bahkan
ciri para Nabi. Tanpa kejujuran, agama tidak akan tegak dan tidak akan
stabil. Sebaliknya, kebohongan dan kedustaan adalah bagian daripada
sikap orang munafik.
b. Menjaga agar selalu memenuhi akad dan janji serta kesepakatan
kesepakatan di antara kedua belah pihak (pembeli dan penjual).
c. Menghindari berpromosi palsu, Hal ini bertujuan menarik perhatian
pembeli dan mendorongnya untuk membeli. Berbagai iklan di media
televisi atau dipajang di media cetak, media indoor maupun outdoor.5

Persaingan Bisnis

Bisnis nampaknya tidak dapat dipisahkan dari aktivitas persaingan. Islam


menganjurkan umatnya untuk melakukan perlombaan dalam mencari kebaikan.
Jika ini dijadikan dasar bisnis, maka praktek bisnis harus menjalankan suatu
aktivitas persaingan yang sehat. Jika dikaitkan dengan kondisi saat ini, dengan apa
yang disebut dengan perdagangan bebas. Maka aktivitas bersaing dalam bisnis
antara satu pebisnis dengan pebisnis lainnya tidak dapat dihindarkan. Hal yang
perlu dipikirkan adalah bagaimana persaingan bisnis itu dapat memberikan
kontribusi yang baik bagi para pelakunya.

Harapan ideal tersebut dapat diwujudkan jika ada komitmen bersama di


antara pesaing terhadap konsep persaingan, yaitu persaingan itu tidak diartikan
sebagai usaha mematikan pesaing lainnya, tetapi dilakukan untuk memberikan
sesuatu yang terbaik dari usaha bisnisnya. Hal ini juga sangat dipengaruahi oleh
cara pandang tentang persaingan.6

Beberapa islam dalam memandang bersaing secara sehat dalam bisnis Islam
sebagai suatu aturan hidup yang khas telah meberikan aturan-aturannya yang rinci
untuk menghindarkan munculnya permasalahan akibat praktik persaingan yang
tidak sehat. Dalam kaitan ini, maka Islam memberikan resep untuk mensikapi
persaingan dalam bisnis, yaitu, ada tiga unsur yang perlu dicermati :

5
Ali Hasan, Marketinsg dan Bank Syariah, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010),h. 25
6
Mochlasin Sofyan, Etika Bisnis dan Perbankan, Perspektif Islam, (Jawa tengah: Stain Salatiga
press, 2012),h.53-55

11
1. Pihak yang bersaing
2. Cara persaingan
3. Produk atau jasa yang dipersaingkan

Adapun ajaran berikut dapat dijadikan pijakan dalam melakukan persaingan


dalam bisnis yaitu:

a. Pebisnis Muslim tidak menghalalkan segala cara.


b. Pebisnis Muslim berupaya menhasilkan produk berkualitas dan pelayanan
terbaik sesuai syari’ah.
c. Pebisnis Muslim harus memperhatikan hukum-hukum Islam yang berkaitan
dengan aqad-aqad bisnis.
d. Negara harus mampu menjamin terciptanya sistem yang adil dan kondusif
dalam persaingan.

2.3 Jenis-Jenis Praktek Mal Bisnis

1). Riba

Riba dari segi bahasa berarti ziyadah (kelebihan) atau tambahan. Sedangkan
menurut istilah syara’, berarti bertambahnya harta (dalam pelunasan hutang) tanpa
imbalan jasa apapun. Dalam al-Qur’an pengertian riba dipakai untuk istilah bunga.
Tetapi dari segi ekonomi riba berarti surplus pendapatan yang diterima dari debitur
sebagai imbalan karena menangguhkan untuk waktu atau periode tertentu.7 Riba
dilarang bukan hanya di kalangan kaum Muslim saja tetapi juga dilarang di
kalangan agama lain, terutama agama samawi. Islam menganggap riba sebagai
kejahatan ekonomi yang menimbulkan penderitaan bagi masyarakat, baik itu secara
ekonomis, moral, maupun sosial. Oleh karena itu al -Qur'an melarang kaum
muslimin untuk memberi ataupun menerima riba.

ۗ ‫الربَا‬ِ ‫طا ُن ِمنَ ْال َم ِس ۚ َٰذَ ِل َك بِأَنَّ ُه ْم قَالُوا إِنَّ َما ْالبَ ْي ُع ِمثْ ُل‬ َ ‫طهُ ال َّش ْي‬ ِ َ‫الَّذِينَ يَأ ْ ُكلُون‬
ُ َّ‫الربَا َال يَقُو ُمونَ إِ َّال َك َما يَقُو ُم الَّذِي يَت َ َخب‬
‫ف َوأ َ ْم ُرهُ ِإلَى اللَّ ِه َو َم ْن َعاََ فَأُو َٰلَِِ َك‬ َ َ‫ظةٌ ِم ْن َربِ ِه فَا ْنت َ َه َٰى فَلَهُ َما َسل‬ َ ‫الربَا ۚ فَ َم ْن َجا َءهُ َم ْو ِع‬ِ ‫َوأ َ َح َّل اللَّهُ ْالبَ ْي َع َو َح َّر َم‬
ِ َّ‫اب الن‬
َ‫ار هُ ْم فِي َها خَا ِلد ُون‬ ْ َ‫أ‬
ُ ‫ص َح‬

7
Afzalurrahman, 1996. Doktrin Ekoomi Islam, alih bahasa Suroyo dan M. Nastangincet. 1.
Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Wakaf.

12
Artinya:
Orang-orang memakan riba tidak dapat berdiri, melainkan berdirinya seperti
berdirinya orang yang kemasukan setan karena gila. Yang demikian itu karena
mereka berkata bahwa jual beli sama dengan riba. Padahal, Allah telah
mengahalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Barang siapa mendapat
peringatan dari Tuhannya, lalu dia berhenti, maka apa yang telah diperolehnya
dahulu menjadi miliknya dan urusannya (terserah) kepada Allah. Barang siapa
yang mengulanginya, maka mereka itu lah penghuni neraka, mereka kekal di
dalamnya.(Q.S al-Baqarah :275)

Dalam mengungkap rahasia makna riba dalam al-Qur’an, ar-Razi menggali


sebab dilarangnya riba dari sudut pandang ekonomi, dengan beberapa indikasi
sebagai berikut;

a) Riba tak lain adalah mengambil harta orang lain tanpa ada nilai imbangan
apapun. Padahal, menurut sabda Nabi harta seseorang adalah seharam
darahnya bagi orang lain.
b) Riba dilarang karena menghalangi pemodal untuk terlibat dalam usaha
mencari rezeki. Orang kaya, jika ia mendapatkan penghasilan dari riba,
akan bergantung pada cara yang gampang dan membuang pikiran untuk
giat berusaha.
c) Riba biasanya pemodal semakin kaya dan bagi pe-minjam semakin miskin,
sekiranya dibenarkan maka yang ada orang kaya menindas orang miskin.
d) Riba secara tegas dilarang oleh al-Qur’an.8

2) Perjudian (qimar atau maisir)

8
Fakhruddin Muhammad ar-Razi, Tafsir al-Kabir,Tuhran: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah. h.87

13
Adapun judi dalam bahasa arab disebut al-maisir, al-qimar, rahanahu fi al-
qimar li'bun qimar, muqamarah, maqmarah (rumah judi). Termasuk dalam jenis
judi adalah bisnis yang dilakukan dengan sistem pertaruhan.9

Perilaku judi dalam proses maupun pengembangan bisnis dilarang secara


tegas oleh al-Qur'an. Judi atau al-maisir ditetapkan sebagai hal yang harus dihindari
dan dijauhi oleh orang yang beriman bersama dengan larangan khamr dan
mengundi nasib, karena termasuk perbuatan syetan. Firman pertama yang
ditunjukkan pada kejahatan ini menyatakan bahwa kejahatan judi itu jauh lebih
parah daripada keuntungan yang diperolehnya. Hal ini ditunjukkan dalam Q.S. al-
Maidah (5) ayat 90:

َ‫ان فَاجْ تَنِبُوهُ لَ َعلَّ ُك ْم ت ُ ْف ِلحُون‬


ِ ‫ط‬ ٌ ‫اب َو ْاْل َ ْز َال ُم ِرج‬
َ ‫ْس ِم ْن َع َم ِل ال َّش ْي‬ ُ ‫ص‬َ ‫َيا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا ِإنَّ َما ْال َخ ْم ُر َو ْال َم ْيس ُِر َو ْاْل َ ْن‬

Artinya :

Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya minuman keras, berjudi


(berkurban untuk) berhala, dan mengundi nasib dengan anak panah, adalah
perbuatan keji dan termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah (perbuatan-
perbuatan) itu agar kamu beruntung.

Ayat itulah pertama kali dibicarakan mengenai judi berupa celaan sebagai
suatu kejahatan sosial. Langkah berikut dan final adalah melarang perjudian
dilakukan bersama-sama. Sedangkan dalam ayat lain dijelaskan bahwa semua
bentuk perjudian atau taruhan itu dilarang dan dianggap sebagai perbuatan dzalim
dan sangat dibenci. Kata maisir dalam bahasa Arab yang arti harfiahnya adalah
memperoleh sesuatu dengan sangat mudah tanpa kerja keras atau mendapat
keuntungan tanpa bekerja, oleh karena itu disebut berjudi.

3) Probabilitas atau resiko (gharar)

Gharar pada arti asalnya adalah al-khida’, yaitu sesuatu yang tidak
diketahui pasti benar atau tidaknya. Dari arti itu, gharar dapat berarti sesuatu yang

9
Taqiyyuddinan-Nabhani, Membangun Sistem Ekonomi Alternative, alih bahasa Maghfur Wachid,
Surabaya: Risalah Gusti. 1996 h.200

14
lahirnya menarik, tetapi dalamnya belum jelas diketahui dan menimbulkan
kebencian.10

Bisnis gharar dengan demikian adalah jual beli yang tidak memenuhi
perjanjian yang tidak dapat dipercaya, dalam keadaan bahaya tidak diketahui
harganya, barangnya, kondisi, serta waktu mem-perolehnya. Dengan demikian
antara yang melakukan transaksi tidak mengetahui batas-batas hak yang di-peroleh
melalui transaksi tersebut. Dalam konsepsi fiqh, termasuk didalamnya jenis gharar
adalah membeli ikan dalam kolam, membeli buah-buahan yang masih mentah di
pohon. Praktek gharar ini, tidak dibenarkan salah satunya dengan tujuan menutup
pintu bagi perselisihan dan perebutan dua belah pihak.11

Didalam kontrak bisnis, gharar berarti melakukan sesuatu secara membabi


buta tanpa pengetahuan yang mencukupi; atau megambil resiko sendiri dari suatu
perbuatan yang mengandung resiko tanpa mengetahui dengan persis apa akibatnya,
atau memasuki kancah resiko tanpa memikirkan konsekuensinya. Dalam segala
situasi tersebut, di situ selalu hadir suatu resiko. Gharar bisa tampil sebagai cermin
ketidakadilan. Gharar dikaitkan dengan perjudian, sebab adanya unsur
ketidakpastian yang berarti mirip dengan taruhan dalam perjudian, tentang akibat
yang bakal terjadi, yang cenderung sepihak, salah satu pihak tidak tahu apa yang
tersimpan atau akan diperolehnya pada akhir suatu transaksi. Sementara dalam
perjudian, masing-masing pihak sama-sama menghadapi kosekuensi kalah atau
menang.

Jadi meskipun dari segi konsep dan praktek berbeda, keduanya, gharar dan
judi memiliki akibat yang sama, yaitu salah satu pihak mendapatkan keuntungan
yang tidak adil (menjadikan salah satu pihak menarik pihak lain ke posisinya yang
dirugikan), yang berarti ada unsur memakan harta sesama dengan cara bathil.
Disamping itu akibatnya terjadi kekecewaan dan kebencian, karena disamping
prinsip keadilan yang harus ditegakkan dalam bisnis yang harus memperhatikan
prinsip kerelaan 'antaradzin' antara pelaku bisnis.

10
Wahbahaz-Zuhailiy, al-Fiqh al-Islam wa ‘adillatuhu, juz. 4 Beirut: Dar al-Fikr.h. 435-437
11
Ahmad Muhammad al-Asad dan Fathi Ahmad Abd Karim, Sistem, Prinsip, dan Tujuan Ekonomi
Islam,alih bahasa Imam Saefuddin, Bandung: Pustaka Setia.h. 93 dan 95

15
4) Penipuan (al-gabn dan tadlis)

Al-gabn menurut bahasa bermakna al-khida' yang berarti penipuan.


Dikatakan: Ghabanahu ghabnan fi al-bay' wa asy-syira'; khada'au wa
ghalabahu (dia benar-benar menipunya dalam jual beli yaitu menipunya dan
menekannya. Ghabana fulanan; naqashahu fit-tsaman wa ghayyarahu (dia menipu
seseorang yaitu dengan me-ngurangi dan merubah harganya). Ghabn adalah
membeli harga dengan lebih tinggi atau lebih rendah dari harga rata-rata. Penipuan
model ghabn ini disebut penipuan bila sudah sampai taraf yang keji.30 Adapun
penipuan (tadlis) adalah penipuan, baik pada pihak penjual maupun pembeli dengan
cara menyem-bunyikan kecacatan ketika terjadi transaksi. Dalam bisnis modern
perilaku ghabn atau tadlis bisa terjadi dalam proses mark-up yang melampaui
kewajaran atau wanprestasi.

Penipuan (bedrog), dalam KUHD Perdata Indonesia pengaturannya


terdapat dalam pasal 1328. dengan penipuan dimaksudkan penyesatan dengan
sengaja oleh salah satu pihak terhadap pihak lawan janji dengan memberikan
keterangan-keterangan palsu disertai dengan tipu muslihat untuk membujuk pihak
lawannya agar memberikan perijinannya, dimana jelas bahwa kalu tidak karena tipu
muslihat itu, dia tidak membuat perikatan yang bersangkutan atau paling tidak,
tidak dengan syarat yang telah disetujuinya. Di sini pihak tertipu memang telah
menyatakan perizinannya, namun merupakan perizinan dan kehendak yang tidak
murni, kehendak yang sesat karena tindakan penipuan pihak lawan janji. Jadi di sini
kehendaknya adalah cacat, yang disebabkan oleh perbuatan lawan janji yang
melakukan tipu muslihat.12

Dasar penipuan ini dapat merujuk hadist riwayat Abu Hurairah; Dari Abu
Hurairah (dilaporkan bahwa) Ia mengatakan; Rasulullah SAW pernah lewat pada
seseorang yang sedang menjual bahan makanan, lalu Rasulullah memasukkan
tangannya ke dalam bahan makanan itu, lalu ternyata bahan
makanan tersebut tipuan. Maka Rasulullah bersabda, "tidak termasuk golongan
kami orang yang menipu."

12
Syamsul Anwar, Hukum Perjanjian Dalam Islam: Kajian terhadap masalah cacat Kehendak
(Wilsgebreken), dalam Jurnal Penelitian Agama, No. 21Th VII Januari April 1999

16
Dengan aksioma kebenaran ini, maka etika bisnis Islam sangat menjaga dan
berlaku preventif terhadap kemungkinan adanya kerugian salah satu pihak yang
melakukan transaksi, kerja sama atau perjanjian dalam bisnis. al-Qur'an
menegaskan agar dalam bisnis tidak dilakukan dengan cara-cara yang mengandung
kebatilan, kerusakan dan kedzaliman, sebaliknya harus dilakukan dengan kesadaran
dan kesukarelaan.

2.4 Persaingan Bisnis sebagai Suatu Keniscayaan


Persaingan menjadi suatu keniscayaan dalam dunia bisnis, pelaku usaha
sudah tidak asing lagi dengan persaingan antara para pelaku usaha dalam
melakukan kegiatan usahanya. Hal ini dilakukan semata untuk mendapatkan
keuntungan. Persaingan ini dapat berdampak positif bagi dunia bisnis itu sendiri,
sebab persaingan ini dapat mendorong para pelaku usaha untuk melakukan inovasi
terhadap Produk barang dan jasa yang akan dihasilkan, dan bagi masyarakat/
konsumen dari persaingan antar pelaku usaha akan mendapatkan keuntungan antara
lain berupa mendapatkan lebih banyak pilihan barang dengan kualitas/ mutu yang
tejamin dan harga barang yang wajar.
Persaingan terjadi apabila ada beberapa pelaku usaha bergerak dalam
bidang usaha yang sama/sejenis, bersama-sama menjalankan perusahaan dalam
daerah operasi (pemasaran yang sama), masing-masing berusaha semaksimal
mungkin melebihi yang lain untuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya. 13
Namun demikian, tidak semua pelaku usaha menanggapi persaingan ini secara
positif, dalam praktiknya akan banyak dijumpai beberapa pelaku usaha yang
memilih cara curang atau tidak baik untuk mendapatkan keuntungan, seperti
melakukan praktik monopoli yang dapat menyebabkan atau menciptakan iklim
persaingan usaha tidak sehat.
Dampak negatif/buruk dari praktik monopoli dan persaingan usaha tidak
sehat tidak hanya mempengaruhi iklim bisnis dan pelaku, melainkan dapat meluas
hingga merugikan masyarakat dan negara. Ketika pelaku usaha atau kelompok
pelaku usaha melakukan praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat, maka
pelaku usaha pesaing yang memiliki skala lebih kecil akan kesulitan untuk masuk

13
Wahyu Utami dan Yogabakti Adipradana S., Pengantar Hukum Bisnis Dalam Perspektif Teori
dan Praktiknya di Indonesia, Jala Permata Aksara, Jakarta, 2017, hlm. 97

17
pasar dan menyebabkan produk-produk yang ada di pasar tersebut menjadi tidak
variatif. Hal ini akan berimbas pada masyarakat sebagai konsumen akan kehilangan
pilihan terhadap barang yang dibutuhkan (substitut), dan akhirnya tidak ada pesaing
yang berarti di pasar yang bersangutan. Akibatnya, tujuan persaingan yaitu efisiensi
konsumen dan produsen tidak tercapai.
Pelaku usaha atau kelompok pelaku usaha dapat dikatakan melakukan
persaingan usaha tidak sehat apabila pelaku usaha atau kelompok pelaku usaha
tersebut melakukan perbuatan curang, menyebabkan hambatan atau barrier to entry
bagi pelaku usaha pesaing, menyebabkan inefisiensi didalam pasar, dan
menyebabkan tidak adanya substitusi yang berarti di dalam pasar.

18
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Persaingan berasal dari bahasa Inggris yaitu competition, yang artinya


Persainganitu sendiri atau kegiatan bersaing, pertandingan, dan
kompetisi,sedangkan dalam kamus manajemen, persaingan adalah usaha-usaha dari
dua pihakatau lebih perusahaan yang masing-masing bergiat. Bisnis dengan model
modern /online atau digital itu sendiri memiliki arti yakni bisnis dengan sistem
milik sendiri. Sesuka hati yang melakukan bisnis. Bisnis online yaitu bisnis
berhubungan dengan internet.

Bisnis adalah salah bentuk profesi yang dikenal oleh masyarakat. Profesi
adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai nafkah hidup dengan mengandalkan
keahlian dan keterampilan yang tinggi dan melibatkan komitmen pribadi (moral)
yang mendalam.

Menurut Keraf dalam profesi terdapat empat prinsip, yaitu: bertanggung


jawab, keadilan, kebebasan dan integrasi moral. Penipuan (bedrog), dalam KUHD
Perdata Indonesia pengaturannya terdapat dalam pasal 1328. dengan penipuan
dimaksudkan penyesatan dengan sengaja oleh salah satu pihak terhadap pihak
lawan janji dengan memberikan keterangan-keterangan palsu disertai dengan tipu
muslihat untuk membujuk pihak lawannya agar memberikan perijinannya, dimana
jelas bahwa kalu tidak karena tipu muslihat itu, dia tidak membuat perikatan yang
bersangkutan atau paling tidak, tidak dengan syarat yang telah disetujuinya.

3.2 SARAN

Penulis menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kesalahan dan sangat
jauh dari kesempurnaan. Tentunya, penulis akan terus memperbaiki makalah
dengan mengacu pada sumber yang dapat dipertanggungjawabkan nantinya. Oleh
karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran tentang pembahasan
makalah diatas.

19
DAFTAR PUSTAKA

Afzalurrahman. Doktrin Ekoomi Islam, alih bahasa Suroyo dan M. Nastangincet 1.


Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Wakaf, 1996.

Ahmad Muhammad al-Asad dan Fathi Ahmad Abd Karim, Sistem, Prinsip, dan
Tujuan Ekonomi Islam, alih bahasa Imam Saefuddin, Bandung: Pustaka Setia.

Ar-Razi, Fakhruddin Muhammad. Tafsir al-Kabir. Tuhran: Dar al-Kutub al-


Ilmiyyah.

Hasan, Ali. Marketing dan Bank Syariah. Bogor: Ghalia Indonesia, 2010.

K. Bertens, Pengantar Etika Bisnis. Jakarta: Atmajaya, 2001.

N. Maribun, Kamus Manajemen. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 2003.

Rokhim, Abdul. Ekonomi Islam Presepektif Muhammad SAW. Jember: STAIN


Press, 2013.

Sofyan, Mochlasin. Etika Bisnis dan Perbankan, Perspektif Islam, Jawa tengah:
Stain Salatiga press, 2012.

Taqiyyuddinan-Nabhani. Membangun Sistem Ekonomi Alternative, alih bahasa


Maghfur Wachid, Surabaya: Risalah Gusti, 1996.

Wahbahaz-Zuhailiy, al-Fiqh al-Islam wa ‘adillatuhu, juz. 4 Beirut: Dar al-Fikr.

Qardhawi, Yusuf. Norma dan Etika Ekonomi Islam, Jakarta: Gema Insani, 1997.

Anwar, Syamsul. Hukum Perjanjian Dalam Islam: Kajian terhadap masalah cacat
Kehendak (Wilsgebreken), dalam Jurnal Penelitian Agama, No. 21 Th VII
Januari April 1999.

20

Anda mungkin juga menyukai