Anda di halaman 1dari 104

STUDI BIBLIKA TENTANG KONSEP PENYUCIAN

(SANCTIFICATION)
SUATU TINJAUAN TEOLOGIS

Oleh

Pandir Manurung

0
DAFTAR ISI

PRAKATA......................................................................................................

BAB

I. PENDAHULUAN..................................................................................

Alasan Pemilihan Judul


Tujuan Penulisan
Ruang lingkup Penelitian
Metode Pembahasan
Sistematika Penulisan

II. PANDANGAN UMUM TENTANG KONSEP PENYUCIAN..............

Konsepsi Agama-agama
Islam
Katolik
Hindu,Budha
Atheis
Epistemologi Subjektif /Antroposentris
Otoritas
Budaya/etika
Penelitian ilmiah/sains
Pengalaman
Epistemologi Objektif /Teosentris
Standard Primer
Wahyu Khusus
Firman yang Tertulis
Firman Yang Menjadi Daging
Standard Sekunder
Wahyu Umum sebagai Pembenaran

III. KONSEP PENYUCIAN SECARA BIBLIKA ..................................


Aktualisasi Berita
Dinamis
Progresif
Komprehensif
Kristosentris
Defenisi Penyucian
Makna Etimologis
Makna teologis
Alasan Munculnya Ide Penyucian
Proyek Kekekalan Alah
Adanya Dosa
Ketidak Berdayaan Manusia

1
Sistematika Penyucian
1.Penyucian Secara Posisi ( Pisition Sanctification)
Konsep dan Sarana dalam PL
Pra Taurat
Zaman Taurat, Nabi-Nabi
Iman kepada “Yahweh”
Konsep dan Sarana dalam PB, Iman kepada Yesus Kristus
Sistim Korban Sempurna
Konsekwensi Logis Menolak Penyucian secara Posisi
2.Penyucian Secara Pengalaman (Experiental Sanctification)
Konsep dan Sarana Penyucian dalam PL
Sistem Korban Temporal/berulang
Konsep dan Sarana Penyucian dalam PB
Iman Kepada Korban Kristus
Korelasi Peran Firman & Roh Kudus
Konsekwensi Menolak Penyucian secara Pengalaman
3.Penyucian Akhir (Perfected Sanctification)
Konsep Penyucian equal/sepadan dalam PL & PB
Nuansa Eskatologis
Waktunya Allah

IV. KORELASI DAMPAK PENYUCIAN BAGI ORANG PERCAYA.........

Aspek Teologis
Aspek Misiologis
Aspek Apologetik
Aspek Hidup Kontemporer
Spiritual Belessing
Material Blessing

V. KESIMPULAN...........................................................................................

VI. KEPUSTAKAAN.......................................................................................

2
BAB I

PENDAHULUAN

Suatu segmen yang tidak kalah penting dalam seluruh kesatuan teologi adalah

Konsepsi terhadap penyucian. Walau seringkali tema ini ditempatkan sebagai salah

satu substansi dari doktrin keselamatan, namun penyucian merupakan keseluruhan

karena ia menjadi penghubung dari sekian banyak mata rantai didalam pokok-pokok

doktrin tersebut. Konsep penyucian bukanlah merupakan isu yang kontemporer

sehingga tidak perlu mendapat perhatian serius bagi para teolog, hamba Tuhan dan

orang percaya pada umumnya. Gagasan penyucian tidak bisa dianggap sepele,

mengingat telah banyak konsep-konsep yang salah muncul dan sekaligus menjadi

konsep tandingan terhadap konsep penyucian yang Alkitabiah. Racun dalam konsep

penyucian yang antroposentris ini justru sangat digemari, karena terasa mendunia dan

lebih mudah dicerna oleh akal.

Penyucian/ Sanctification bukan pula merupakan tema penting yang hanya

digagas dalam kitab Perjanjian Baru, tetapi diseluruh kitab kanonik.

3
Konsepsi sanctification dalam Alkitab merupakan sebuah study yang sangat besar dan

memiliki cakupan uraian yang sangat luas. Secara garis besar dibagi menjadi 3 bagian

seperti di utarakan oleh Dr.Chris Marantika berikut ini:

Yang pertama: kesucian secara posisi. Positional Sanctification


Kesucian yang kedua adalah kesucian secara pengalaman. Istilah yang lazim
dipakai adalah Experiensial Sanctification dan progressive Sanctification
Kesucian yang ketiga adalah kesucian akhir atau Perfected Sanctification1

Topik yang akan dibahas tidak lepas dari keseluruhan dan keutuhan konsep

penyucian,yang memang tidak boleh dipisahkan satu dengan yang lainnya.Dalam

perjalanan hidup manusia keseimbangan dan keserasian perlu dijaga dan terpelihara;

antara aspek materi serasi dengan aspek immateri,tentu aspek kedua ini diukur bukan

dengan standart manusia tetapi Allah.

Sehat secara jasmani dan rohani akan sangat berpengaruh pada survive atau

tidaknya kita mengaplikasikan hidup Yang sesuai dengan keinginan Allah. Ditinjau

dari Fenomena hidup yang dipraktekkan manusia hari-hari ini cenderung

menonjolkan pentingnya mengejar kebutuhan untuk memperhatikan perkara yang

jasmani dan sebaliknya mengabaikan urgensitas hidup rohani (hal ikhwal kesucian).

Dalam dunia kekristenan isu penyucian terus menjadi perdebatan klasik yang selalu

kontemporer Dari pihak Hamba Tuhan menganggap berita penyucian kurang

digemari oleh sidang jemaat karena terlalu teologis ,rumit dan menakutkan

Sementara dari pihak sidang jemaat, bicara tentang penyucian sudah tidak populer,

bukan saja karena bobotnya kurang kompromi dengan natur kedagingan,tetapi juga

beritanya sudah kurang relevan untuk era kapitalis dan hedonisme seperti sekarang

ini.

1
Pdt.Chris Marantika,Th.D,.D.D Doktrin Keselamatan dan Kehidupan Rohani. (Jogjakarta

Iman Press, 2002).141-143

4
Maka dengan itu, melalui studi literatur ini -dalam segala kekurangan dan keterbatasa

nya - penulis rindu menggairahkan kembali orang-orang percaya terhadap persepsi

yang benar terhadap penyucian dan manfaatnya dalam menjalani bahtera kehidupan.

Dalam kajian bernuansa teologia biblikaini , diharapkan akan menjawab segala

kebutuhan tersebut.

Alasan Pemilihan Judul

Memprioritaskan yang satu dan mengabaikan yang lain, mengakibatkan

ketimpangan yang dapat merusak keutuhan hidup. Demikian halnya dengan

perjalanan hidup rohani; mengabaikan penyucian akan sangat berdampak pada gaya

dan pola hidup. Paradigma penyucian yang berporos pada manusia (antroposentris)

menjadi mesin penggerak yang sulit dikendalikan membuat manusia untuk berlomba-

lomba dan berupaya menuycikan diri sendiri untuk berlayak masuk kedalam sorga.

Berbagai aturan dan tata cara penyucian yang antroposentris dibuat dan dituangkan

dalam kitab-kitab penuntun serta ditahbiskan menjadi kewajiban agamawi. Dengan

tanpa kenal lelah mereka mengikuti panduan peraturan demi peraturan, padahal upaya

tersebut hanyalah sia-sia adanya. Disatu sisi ada yang merasa bahwa penyucian tidak

terlalu penting,karena merasa sudah memiliki kepastian untuk masuk sorga sehingga

tidak jarang kita temui seorang kristen namun hidupnya masih diperbudak oleh

perjinahan,free sex,kelaliman,ketamakan dan lain-lain.

Panggilan tanggung jawab sebagai orang percaya dan predikat sebagai hamba

Tuhan inilah, membuat penulis merasa terpanggil untuk ikut peduli,prihatin yang

membuahkan empatik -yang walau pasti sangat terbatas- untuk menggandeng tangan

mereka, menuntun kepada kebenaran yang tertuang dalam bentuk karya ilmiah yang

sederhana ini. ” studi biblikal tentang konsep penyucian ( sanctification) suatu

5
tinjauan teologis,antropologis dan apologis” adalah judul yang akan menjadi acuan

dalam skripsi ini. Keengganan para sarjana teologia untuk menggarap skripsi yang

bertema penyucian, juga menjadi alasan tersendiri bagi penulis untuk mengangkat

judul ini.

Ruang Lingkup Penelitian

Karena skripsi ini merupakan suatu studi teologia biblikal, maka dalam

pembahasannya nanti membutuhkan pengembangan ide-ide yang progresif dari

keseluruhan dan keutuhan Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru . berdasarkan

standart yang di tetapkan untuk program S-1 maka skripsi ini merupakan studi

literatur ; itu sebabnya dianggap penting untuk menambahkan beberapa referensi

buku-buku yang disertakan dalam tulisan sebagai satu kesatuan yang bersinergi.

Cakupan pembahasan yang akan difokuskan adalah konsisten dengan gagasan

penyucian. Dalam uraiannya Tentu akan banyak sekali melibatkan berbagai kasus-

kasus teologis yang terdapat dalam PL dan PB maka penulis akan mengutip berbagai

ayat –ayat sebagai pembuktian yang saling berkonsolidasi.

Metode Pembahasan

Agar penulisan memiliki kualitas yang terjamin sesuai dengan judul, maka

diperlukan beberapa metode pembahasan dimana satu sama lain akan

memperlengkapi dan memperkuat makna yang terkandung didalamnya. Adapun

beberapa metode yang termaktub adalah:

Pertama: metode eksposisi. Menggali sedalam-dalamnya ide-ide dan makna yang

terkandung didalam teks pembahasan. Kajian teologis dan biblikal akan menjadi

6
prioritas dalam mewarnai penulisan dengan tidak mengabaikan prinsip-prinsip

hermeneutik yang tertuang dalam eksegesa alkitabiah.

Hermeneutika adalah ilmu yang mempelajari prinsip-prinsip penafsiran.


Eksegesais terdiri dari penafsiran sesungguhnya terhadap Alkitab,menggali
artinya,sedangkan hermeneutika menetapkan prinsip-prinsipnya yang
dipraktekkan oleh eksegesis2

Demi capaian maksud atas istilah studi biblika diatas maka beberapa eisegesis

bahasa asli terhadap kata/kalimat dalam teks pembahasan akan ditampilkan sehingga

data akan lebih akurat.

Kedua: metode penafsiran. Penulis tidak akan berupaya menonjolkan

penafsirannya sendiri, tetapi mempelajari berbagai penafsiran para pakar teolog-

khususnya yang berkonsentrasi dalam bahasan penyucian- sebagai kekayaan yang

akan dituangkan dan inspirasi dalam penulisan.

Ketiga:metode kompalasi. mengakomodir berbagai ajaran/doktrin-doktrin tentang

konsep sanctification baik yang sepaham maupun tidak sewarna dengan pemahaman

teologia dari penulis,untuk dijadikan bahan perbandingan yang kemudian akan

dikontraskan dan menghasilkan pemahaman yang benar obyektif dan serasi.

Keempat: metode piramid progresif. Peningkatan ide dari yang umum ke khusus

akan sangat terasa dalam skripsi ini. Dengan maksud agar tulisan tidak menjadi terlalu

melebar namun ringan dalam makna, tetapi sebaliknya semakin memuncak dan

terfokus. Dalam hal ini pembahasan dalam penyucian yang akhirnya memuncak pada

Kristus

Sistematika Penulisan

2
Charles C.Ryrie Teologi Dasar 1. (Yogyakarta.,Andi 1991) ,144

7
Uraian bagian pertama (BAB I) menjelaskan tentang pendahuluan yang

mengigatkan arti pentingnya penyucian bagi orang yang belum percaya dan

kehidupan orang percaya. Kemudian penguraikan mendasar tentang alasan pemilihan

judul, tujuan penulisan, ruang lingkup penelitian,metode pembahasan serta

sistematika penulisan.

Uraian bagian kedua (BAB II) merupakan pemaparan defenisi sanctification

ditinjau dari dasar pemikiran yang subyektif dan tidak menyeluruh, kemudian akan

dikontraskan dengan defenisi yang dibangun berdasarkan obyektifitas dari data secara

biblikal dan komprehensif. Dipaparkan pula landasan epistemologi apa yang dipakai

dalam memaknai konsep penyucian secara subyektif maupun obyektif.

Kemudian masuk pada bagian ketiga (BAB III) merupakan sajian study teologis

biblisis secara menyeluruh dalam Alkitab yang menjadi tonggak pokok untuk

menguraikan perihal mekanisme penyucian yang dimaksud. Eisegesis bahasa asli

(Ibrani maupun Yunani) yang dipadukan didalamnya akan menghasilkan eksposisi

mendalam,akurat,valid dan bertanggung jawab. Didalam uraiannya nanti akan terlihat

dengan jelas tanggung jawab apa yang harus dikerjakan oleh manusia serta tanggung

jawab apa yang akan dilakukan oleh pihak Allah. Berdasarkan kenyataan tersebut

muncullah berbagai perbedaan yang mendasar akan keberadaan manusia dalam

aspek-aspek tertentu dibandingkan dengan Allah.

Terlihat pula perkembangan ide yang progresif tentang penyucian dalam Pl hingga PB

yang akan memuncak pada Yesus Kristus.

Pada bagian ke empat (BAB IV), akan masuk pada korelasi dampak apa yang

bisa diperoleh dari pengertian-pengertian pada bab-bab sebelumnya.

Diantaranya adalah menyangkut aspek teologis tentang apa dan bagaimana harapan

Allah kepada manusia dalam mengaplikasikan hidup kudus,pemehaman manusia akan

8
isi hati Tuhan. Aspek misiologi, bagaimana orang percaya bisa terbeban untuk

menceritakan kebenaran kepada orang yang belum menerima konsep penyucian yang

Alkitabiah ini. Dari aspek apologetiknya, diharapkan agar kita orang percaya bisa

menjawab,meluruskan dengan bijaksana atas konsep-konsep penyucian yang salah.

Kemudian ditinjau dari aspek hidup kekinian, orang percaya dapat menikmati

berbagai karunia rohani maupun berkat-berkat jasmani yang dihasilkan dari

penyucian tersebut.

Memasuki bagian terakhir (BAB V) merupakan sebuah kesimpulan dari seluruh

uraian sanctification yang kemudian nantinya diakhiri dengan sebuah pernyataan

sikap dari penulis dan sebagai klimaksnya penulis akan menciptakan sebuah

ungkapan hati dalam bentuk pantun yang bertujuan memotivasi diri dan orang

percaya lainnya untuk menyadari kebaikan Tuhan dan siapakah manusia adanya.

9
BAB II

PANDANGAN UMUM TENTANG KONSEP PENYUCIAN

Rumusan dan gagasan tentang penyucian tidak semata-mata hanya

dimonopoli oleh kalangan gereja atau orang Kristen pada umumnya. Namun telah

berasosiasi dengan seluruh manusia yang ada dimuka bumi ini perlembaga maupun

secara perorangan.

Terlepas dari latar belakang dan motivasi munculnya konsep penyucian itu sendiri

manusia dari berbagai golongan agama,etnik,budaya atau ras yang berbeda telah

membuat kajian yang dalam tentang konsep penyucian yang mereka yakini adalah

sebuah kebenaran. Tujuan dari ritual maupun rutinitas melaksanakan agenda

penyucian tersebut, ternyata memiliki ragam dan perbedaan yang unik diantaranya,

ada yang bertujuan demi mendapatkan sebuah kehidupan yang kekal didalam surga,

ada pula yang menekuninya hanya untuk sebuah capaian kehidupan yang lebih

aman,damai dan tenteram (humanis) dan ber etika. Secara umum pemahaman tentang

penyucian ini secara gamblang telah dapat dipahami menyangkut dalam 2 aspek

kehidupan, antara aspek penyucian secara jasmaniah maupun suci secara rohaniah.

Kemungkinan hal itu dipengaruhi oleh sebuah pemikiran yang realistis terhadap

keberadaan manusia yang berdikotomi didalam tubuh dan roh.

Konsepsi Agama-agama

Begitu mendengar kata ”agama” maka tanpa perlu diberitahu terlebih dahulu,

didalam pemikiran kita secara otomatis dan bersamaan akan bersinggungan pula

dengan kata ”penyucian”. Kita mengetahui hal itu karena sejak dari kecil kita telah

mendapat pemahaman bahwa setiap agama didunia ini tidak ada satupun diantaranya

10
yang mengajarkan tentang kenajisan dan keburukan. Dengan kata lain semua agama

sepakat bahwa didalam agama,penyucian harus mendapatkan sebuah tempat yang

istimewa.

Walau terlihat satu dalam tema yaitu penyucian, namun didalam

kenyataannya kita akan menemukan rumusan yang mengalami perbedaan mendasar

baik dari segi prinsip maupun praktis,dalam konsepsi penyucian. Tatanan,berbagai

panduan dan instrumen yang digunakan untuk sebuah capaian akan penyucian

tersebut telah dijadikan sebagai kanon yang tidak boleh diabaikan begitu saja oleh

para penganut konsep tersebut.tidak perduli rumit dan berat dalam melakukannya,

namun karena ini merupakan kepercayaan,maka tidak ada istilah sulit dan berat.

Lembaga –lembaga agama adalah sebuah konseptor yang paling siap dalam

menguraikan konsep-konsep penyucian. Dikatakan paling siap karena mereka telah

menuangkan gagasan-gagasan tersebut dalam sebuah draft yang tertulis melembaga

dan diakui secara deskriptif maupun normatif.

Terlepas dari subyektifitas dalam pembuatan kanon dan berbagai aturan tentang

penyucian- konsepsi yang pada akhirnya dikenal dengan sebutan doktrin umum dan

dogma lokal tersebut, diklaim oleh masing-masing aliran agama tersebut sebagai

konsep yang paling benar. Namun penilaian benar atau tidaknya mari kita singkirkan

terlebih dahulu, agar kita bisa dengan jujur menelaah sekilas tentang konsepsi agama-

agama terhadap penyucian berikut ini.

Islam

Salah satu agama terbesar didunia ini telah menancapkan eksistensinya sejak

pertengahan abad ke-6. Ia bersama-sama dengan Yahudi dan Kristen memiliki

kemiripan dalam hal klaim sebagai agama yang diridhoi oleh Tuhan. Mengakui

11
adanya Allah yang monoteistik dan misioner dalam mengembangkan ajarannya.

Agama ini dikenal dengan kegigihannya melakukan kewajiban keagamaan secara

ketat. Baik dalam menjaga hubungan spiritualnya dengan Allah maupun dalam

kehidupan etika bermasyarakat. Alquran dan hadits yang menjadi acuan kehidupan

beragama mereka lakukan dengan begitu sungguh-sungguh secara teratur dan sangat

teliti dalam perhitungannya. Mereka rela mengorbankan harta,waktu,tenaga dan

kebebasan dirinya demi mencapai tuntutan kewajiban agamawi.

Diantara upaya dan kerja keras yang sedang mereka upayakan itu termasuk

didalamnya adalah tuntutan kesucian. Dari kesucian yang lahiriah hingga

batiniah;suci didunia hingga berdampak pada kehidupan diakhirat nantinya.

Fiqh adalah Bagian pokok agama Islam yang mengatur hidup serta
penghidupan masyarakat Islam,baik mengenai lahir maupun batinnya.3

Adapun beberapa metode penyucian serta sarana pra sarana yang dipakai untuk

menyucikan diri,secara singkat dapat kita lihat dalam beberapa penjelasan berikut ini.

Shalat

Kegiatan ini merupakan sebuah rutinitas yang sifatnya wajib dilakukan disetiap

harinya,dengan frequensi yang sudah ditetapkan sebanyak lima kali dalam sehari.

Disamping ibadah salat ini bertujuan untuk sembahyang atau menyembah dan berdoa

ternyata kegiatan salat ini juga memiliki tendensi sebagai upaya menyucikan diri.

Salat juga dapat menjadi sarana penghapus kesalahan dan dosa kita dengan hal
ini dijelaskan dalam hadits dari Abihurairah.4

Orang yang mendirikan salat dan melakukannya dengan sempurna hingga


tidak kosong syarat dan ukurannya serta melakukannya tepat waktu dengan

3
Dr.Djuhari ISwanto,diktat Islamologi ( Stii Surabaya.) . 23
4
Imam Ghazali .Melatih Jiwa dengan Sifat Terpuji (Surabaya: Bintang usaha Jaya,2003)
10

12
benar-benar khusyu,dan penyerahan diri,maka salatnya itu merupakan
penghapus dosa-dosa sebelumnya sebagaimana dijelaskan Rasullulah SAW.5

Demi menjaga kesucian salat itu sendiri,maka didalam Alquran dan Hadits para nabi

telah dipaparkan pula berbagai hal tentang segala sesuatu yang dapat membatalkan

keabsahan dari salat itu sendiri.

Wudhu

Masih merupakan sebuah paket yang tidak bisa dilepaskan dari kegiatan

salat, wudhu juga memiliki peran penting yang dipakai oleh umat islam sebagai

sarana menyucikan diri. Sebagai upacara penyucian diri, Wudhu dilakukan sebelum

melaksanakan salat. Ablution:ritual cleansing or washing.6

Rasullulah SAW bersabda: barangsiapa yang mengambil wudhu lalu


memperbaiki wudhunya dan dia sembahyang dua rakaat dengan tidak
berbicara dengan dirinya dalam rakaat itu dengan sesuatu urusan dunia,maka
dia akan keluar dari dosanya seperti pada hari ibunya melahirkannya.7

orang yang melakukan salat tanpa terlebih dahulu berwudhu, maka salatnya tidak

diterima oleh Allah, sebab orang tersebut masih tercatat sebagai orang yang masih

najis karena kecemaran dunia yang telah menempel disekujur tubuh baik dikarenakan

kontak langsung dengan hal-hal dan atau benda-benda yang dianggap najis maupun

tidak langsung (hal ini dijelaskan dengan panjang lebar dalam peraturan salat dan

wudhu yang benar). Kenajisan yang sedemikian ini dapat dikategorikan dengan

kenajisan kecil dan harus disucikan dengan menggunakan air wudhu.

5
Dr.Ahnad U.Hasyim ,Pilar-pilar Islam (Jakarta: Aka Press,2000),10
6
Babilon Dictionary Kamus elektronika
7
Imam Ghazali Melatih Jiwa dengan Sifat Terpuji (Surabaya: Bintang usaha Jaya,2003),6

13
orang yang hendak melakukan ibadah salat, harus terlebih dahulu berwudhu
karena wudhu itu menghilangkan hadas (kenajisan) kecil. sedangkan suci dari
hadas kecil termasuk syarat sahyinya salat.8

Mengingat urgensinya peranan wudhu dalam menjalankan salat dan kaitannya dengan

penyucian ini,maka seperti kita ketahui bersama, disetiap langgar,mushola dan masjid

selalu disediakan fasilitas tempat wudhu yang mudah diakses dari berbagai tempat

dan menjadi sebuah sarana prioritas diantara fasilitas yang lain. Dengan harapan tidak

ada jemaat yang datang melaksanakan kewajiban salatnya tanpa menyucikan diri

terlebih dahulu dengan air wudhu.

Zakat

Seluruh agama bahkan aliran kepercayaan dan orang ateis sekalipun sangat

setuju jika manusia tidak menerapkan hidup yang indifidualis tetapi kembali kepada

kebenaran alamiah yang menyatakan bahwa manusia ini adalah mahluk sosial yang

tidak mungkin bisa hidup sendiri tanpa keterlibatan orang lain didalamnya.

Kehidupan sosial tidak bisa lepas dari apa yang disebut dengan saling memberi.

Dalam agama islam memberi itu bukan saja karena faktor alamiah sebagai manusia

yang adalah mahluk sosial tetapi telah ditetapkan sebagai sebuah kewajiban agamawi.

Lebih uniknya lagi ternyata sejenis pemberian tertentu yang dilakukan oleh umat

islam ternyata ada kaitannya dengan kesucian, walau hal itu hanya dikaitkan dengan

penyucian menyangkut jasmani/materi belaka (terkadang dikaitkan pula dengan

spiritualitas/dosa). Adapun sebutan yang sudah sangat populer dikalangan muslim

untuk perihal pemberian tersebut adalah “zakat”.

Perkataan zakat berasal dari kata tazkiyah yang mempunyai arti


menumbuhkan,mensucikan atau memberi nafkah.9

8
Aminuddin;Mohammad Suyono H.S, Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Bumi Aksara
2004) ,87
9
Imam Ghazali Melatih Jiwa dengan Sifat Terpuji (Surabaya: Bintang usaha Jaya2003), 42

14
Zakat adalah derma yang wajib diberikan oleh umat Islam kepada fakir miskin
pada hari raya lebaran: berzakat: memberi zakat: jumlah harta tertentu yang
wajib dikeluarkan oleh orang Islam dan diberikan kepada golongan yang
berhak menerimanya.10

Di era modern ini segala sesuatunya sudah diatur dengan teknologi yang mutakhir

sehingga mempermudah masyarakat dalam melakukan segala sesuatu termasuk dalam

hal menyalurkan zakatnya. Berbagai lembaga-lembaga baik yang berdiri dibawah

naungan pemerintah,yayasan maupun yang bersifat independen, telah eksis untuk

memfasilitasi penerimaan zakat dengan cara yang mudah serta membantu

penggunaannya dengan proporsional serta akuntable.

Puasa Ramadhan

Bagi agama Islam,ada satu bulan yang dianggap begitu sakral dan layak

untuk diagungkan yaitu Bulan ramadhan. Bulan kesembilan dalam tahun Hijriyah;

bulan puasa.11.

Ramadhan merupakan bulan yang penuh berkah yang diistimewakan Allah


dengan turunnya nikmat terbesar,Alquran-Al-karim yang memberi petunjuk
kepada jalan lurus didalamnya terdapat kesembuhan bagi penyakit yang
bersarang dalam dada,terdapat rahmat bagi orang-orang yang
beriman,pensucian hati dan pensucian ruh.12

Kegiatan yang paling menonjol dilakukan pada saat bulan ramadhan tiba adalah

kegiatan berpuasa.tidak makan dan tidak minum seharian, mengekang hawa nafsu dan

berupaya semampunya untuk tidak tercemar oleh hal-hal yang dilarang oleh Alquran.

Dalam kesempatan lain Nabi Muhammad SAW bersabda: puasa adalah seperti
perisai (pelindung dari serangan syetan)13

10
Drs.Dwi Adi K.Kamus Praktis Bahasa Indonesia. (Surabaya:Fajar Mulya 2001).606
11
Ibid . 351
12
Dr.Ahnad U.Hasyim ,Pilar-pilar Islam (Jakarta :Aka Press, 2000).,78
13
Abdul Ala Mardudi, Menjadi Muslim Sejati (Jogjakarta: Mitra Pustaka, 2003). .252

15
Ketika telah genap pada harinya (genap satu bulan) berpuasa telah selesai,maka

muncullah suatu hari yang sudah dinanti-nanti yaitu hari kemenangan yang disebut

hari raya idul fitri. Berasal dari kata fitrah berarti kembali kepada kesucian semula.

Seluruh umat yang telah melakukan puasa dalam bulan ramadhan tersebut, mereka

telah bersih dari segala dosa-dosa dan kini kembali bagaikan bayi yang baru lahir

tanpa dosa dan kesalahan (putih bersih).

Haji

Merupakan salah satu dari 5 rukun Islam, berhaji ternyata bukan semata-

mata hanya untuk mendapatkan gelar haji bagi mereka yang pergi ketimur tengah,

tetapi didalamnya terdapat juga aspek menyucikan diri seperti diungkapkan oleh

Ahmad Hasyim berikut ini.

Pada haji yang mabrur terdapat kesucian ruh dan kebebasan dari dosa-dosa
besar maupun kecil,karena seorang muslim dalam pelaksanaan manasih haji
membebaskan diri dari syahwat dan hiasannya serta lari kehalaman ampunan
dan keridaan dengan jiwa yang bersih,hati yang berserah diri,bertaubat kepada
Allah dengan taubat yang benar,bersinar dalam jiwanya.14

Masih ada banyak lagi berbagai cara dan media yang dapat digunakan dalam Islam

untuk menyucikan diri baik secara jasmaniah maupun batiniah termasuk juga dengan

melalui hal yang kelihatannya mengerikan yaitu bencana.

Janganlah kalian malah bersedih jika diperhatikan oleh Allah wahai saudara-
saudaraku.ketahuilah bahwa dengan mendapatkan musibah dunia seharusnya
kalian merasa bahagia,sebab musibah dunia merupakan harta simpanan untuk
orang-orang yang sabar dan juga sebagai penghapusan dosa-dosa.15

Inilah beberapa referensi faktual yang bisa kita lihat dari agama tetangga kita Islam,

tentang apa,dan bagaimana penyucian itu dapat diperoleh dan diupayakan.

14
Dr.Ahnad U.Hasyim ,Pilar-pilar Islam ( Jakarta: Aka Press,2000), 162
15
Muhammad Soghir,BA, Muslim Sejati ( Bandung: Mujahid Press, 2004).54

16
Katolik

Walau didalam pengakuan pemerintah khususnya departemen agama,

menjelaskan adanya perbedaan yang prinsipil antara katolik dengan agama Kristen

Protestan, namun diakui atau tidak bahwa antara Katolik dan Protestan memiliki

banyak kesamaan yang sejalan dalam banyak doktrin maupun pemahaman

teologis.Namun berbicara tentang konsep penyucian terdapat perbedaan yang

menonjol khususnya penyucian menyangkut eskatologis. Istilah sarana penyucian

tambahan yang mereka gunakan adalah ” api penyucian”.

Api penyucian diterima sebagai keadaan orang meninggal yang belum layak
menikmati kepenuhan kemuliaan Tuhan,karena rahmat Tuhan belum samapai
meresapi dan mengubah seluruh dirinya. Untuk itu mereka perlu disucikan
lagi. Api penyucian merupakan proses pembersihan manusia sampai
sedalamnya, maupun mengenai hakekatnya 16

Dengan adanya gagasan tentang konsep api penyucian yang ditujukan bagi orang

yang sudah meninggal,maka katolik telah meyakini bahwa masih ada proses

pertobatan pasca kematian,serta adanya interfensi moral/kontak antara orang yang

masih hidup dengan orang yang sudah meninggal.

Ajaran tentang api penyucian merupakan dasar bagi orang katolik untuk
berdoa bagi orang yang sudah meninggal. Ajaran itu berkaitan dengan
pembersihan yang harus dijalani untuk hukuman sementara karena dosa yang
sudah diampuni,atau dengan kata lain untuk memindahkan akibat-akibat dosa.
Anggota jemaat menyerahkan anggota gereja yang meninggal kepada Allah
dengan merayakan misa penguburan.orang-orang Katolik mengenangkan
mereka yang ada dalam api penyucian pada hari arwah tanggal 12 nopember.17

Pandangan Roma Katolik tentang kekudusan


Pandangannya adalah berdasarkan keputusan sidang ternt (sidang ini dimulai
1545-1563 AD,khusus untuk menentang reformasi. Saat mereka dikuduskan
dengan sempurna adalah:
a.saat manusia dengan tuntunan sendiri mampu mencapai kekudusan dimasa
kini dengan: menganiaya diri,berpuasa dan lain-lain.

16
A.Bakker SVD, Ajaran Iman KAtolik 2 (Jakarta: Kanisius, 1989 ) , 93
17
Thomas P.Rausch, Katolisisme (Jakarta : Kanisius, 2001), 319

17
b.Manusia tak mungkin kudus dimasa kini tetapi melaui api penyucian dan
menantikan orang yang hidup dalam dunia membayar tebusan dan mereka
dapat disucikan.18

Jika ada pengampunan- yang walaupun harus melalui api penyucian-setelah kematian

maka ada indikasi bahwa keselamatan akan bersifat universal pula.

Suatu keunikan juga bisa kita dapatkan dalam ajaran katolik menyangkut penyucian

dari dosa.

Jika Kristus tidak mempunyai kuasa mengampuni dosa,dengan sendirinya Ia


tidak dapat menyerahkannya. Sebaliknya jika IA berkuasa menghapus
dosa,tentu juga IA dapat memberikan kuasa itu kepada orang lain.19

Selain menjadi Imam yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, maka Paus

atau Pastor juga telah diakui sebagai orang yang telah diberi kuasa oleh Tuhan untuk

mengampuni dosa-dosa. Itu sebabnya disetiap gereja-gereja katolik terdapat sebuah

bilik yang dapat dipergunakan oleh jemaat untuk mengakui dosanya dihadapan

Pastor. Selain api penyucian dikenal pula sarana penyucian yang lain yang bahkan

mampu menyucikan batin manusia yaitu: Sakramen permandian.

Sakramen permandian melepaskan kita dari keadaan berdosa yang disebut


dosa asal dan menghapuskan dosa pribadi kita. Air yang dituangkan pada
kepala calon pemandian menandakan pembasuhan batin manusia itu.
Sakramen permandian mengakibatkan suatu kelahiran baru menjadi anak
Allah.20

Mengingat sistim pemerintahan gereja Roma katolik ini menganut sistim episkopal,

dimana segala sesuatu tersentralisasi dibawah komando hirarkis dari Paus,keuskupan

dan para Pastor, maka segala sesuatunya termasuk mengenai pengampunan dosa dan

sakramen lainnya tidak bisa dianggap enteng atau di remehkan. Hal ini memiliki sisi

positif sehingga sedkit banyak akan menimbulkan efek jera bagi jemaat untuk berhati-

18
Dr.Peter Wongso. Soteriologi (SAAT: Malang. 2000), 77
19
A.Bakker SVD, Ajaran Iman KAtolik 2 (Jakarta: Kanisius, 1989 ), 92
20
Ibid..40-41

18
hati dalam sikap hidup dan tidak menganggap bahwa dosa dan pengampunan itu

merupakan hal yang murahan semata.

Hindu,Budha

Agama Hidu dan Budha masih bisa disebutkan sebagai agama yang serumpun

karena keduanya memiliki sangat banyak kemiripan. Kemungkinan setara dengan

kemiripan yang terdapat pula pada Katolik dan Protestan.

Diantara sekian banyak agama didunia, kedua agama inilah yang dianggap paling

radikal dalam menerapkan hidup suci. Dikatakan radikal karena mereka sangat

membentengi dan membatasi diri terhadap kontaminasi duniawi. Walau bersifat garis

besar saja, mari kita melihat beberapa pola penting tentang penyucian yang

diterapkan.

Hindu

Agama ini merupakan sebuah agama yang tertua didunia, karena diperkirakan ia

sudah ada sejak tahun 3000 -2000 sm.

Tujuan akhir dari agama hindu adalah bagaimana mereka dengan upaya yang mereka

lakukan untuk mencapai suatu moksa.

“moksa ksya” adalah moksa, yaitu ketidak terikatan secara penuh dari
keinginan dan pemikiran- pemikiran duniawi. 21

Yang dimaksud dengan moksa adalah kebebasan dari segala ikatan


duniawi,bebas dari karma,bebas dari samsara.22

Di dalam kitab suci Weda dijelaskan tujuan agama sebagai tercantum dalam
sloka "MOKSARTHAM JAGADHITA YA CA ITI DHARMAH" yang artinya
bahwa tujuan agama atau dharma adalah untuk mencapai jagadhita dan moksa.
Moksa juga disebut Mukti artinya mencapai kebebasan jiwatman atau juga
disebut mencapai kebahagiaan rohani yang langgeng di akhirat. Jagadhita juga
disebut bhukti yaitu kemakmuran dan kebahagiaan setiap orang, masyarakat,
maupun negara.
Jadi secara garis besar tujuan agama Hindu adalah untuk mengantarkan
21
Ka Usalya Rani Rag Havan. Tanya Jawab Ajaran Hindu. ( Jakarta: Paramita ), 16.
22
I Gusti Made Sudjana, Diktat Kuliah Hindu Budha (Surabaya: STII.2007)

19
umatnya dalam mencapai kesejahteraan hidup di dunia ini maupun mencapai
moksa yaitu kebahagiaan di akhirat kelak.23

Berbekal Panca Sradha yang diserap menggunakan Tri Pramana ini,


perjalanan hidup seorang Hindu menuju ke satu tujuan yang pasti. Ke arah
kesempurnaan lahir dan batin yaitu Jagadhita dan Moksa. Ada 4 (empat) jalan
yang bisa ditempuh, jalan itu disebut Catur Marga. 24

Itulah sebabnya, demi mengamalkan pencapaian tujuan tersebut banyak diantara

penganut agama Hindu ini yang menerapkan hidup askese,selibat,mengucilkan

diri,tidak makan makanan tertentu dan lain sebagainya.

Didalam ajarannya agama hindu telah membuat suatu tatanan yang baku menjadi

panduan bagaimana mencapai moksa tersebut.

Jalan kelepasan melalui Yoga marga:


Persiapan Etis (mengendalikan diri)
Persiapan badani(Puasa menjauhkan diri dari manusia)
Perenungan(memusatkan diri pada satu titik)
Pelepasan (tenggelam dalam perenungan dengan yang abadi)25

Yoga suatu aliran yang mengemukakan ajaran-ajaran bagaimana cara dan


jalan untuk menghubungkan manusia dengan yang ada atau hakikat, guna
menyampaikan manusia kepada moksa.26

Hal itu dapat kita kita jawab dengan meminjam beberapa istilah dari agama
hindu. Agama Hindu ini dapat kita anggap sebagai laboratorium yang paling
besar agama-agama manusia. Agama itu mengemukakan sekian banyak Yoga
yang dimaksudnya untuk menyelamatkan diri sendiri.27

Selain dari capaian moksa, dalam agama Hindu seperti halnya juga dalam agama

Budha, dikenal pula istilah reinkarnasi.

23
http/:www.babad bali-agama dan dharma -Agama Hindu
24
ibid
25
I Gusti Made Sudjana, Diktat Kuliah Hindu Budha (STII) Surabaya.2007
26
Agus Hakim, Perbandingan Agama. (Bandung : CV.Diponegoro. 1985) , 140
27
Dr.J.Verkuyl. Samakah Semua Agama (Jakarta: BPK.Gunugn Mulia, 1965), 79

20
Reincarnation: rebirth of soul in the new body; regenerations of souls.28

Ajaran ini dimaksudkan, jika ada pengikut mereka yang semasa ia hidup tidak

mencapai moksa, maka setelah ia mati maka jiwanya akan masuk kedalam tubuh yang

baru. Hal ini terjadi diakibatkan berlakunya hukum karma. Kelahiran semacam ini

akanterus berulang-ulang sampai pada standar moksa yang sudah ditentukan.

Budha

Tidak jauh berbeda dengan agama hindu agama ini juga mengedepankan hidup

yang menghukum diri demi mencapai penyucian yang sempurna. Hal itu telah

diteladankan oleh orang yang pertama kali mengajarkan agama budha.yaitu Sidharta

Gautama.

Sekarang petapa sidharta Gautama tinggal dihutan uruvilva dan mencari

penerangan sempurna. Praktik penolakan diri untuk dapat membuat tubuh

ditundukkan29

Alasan yang paling dikedepankan tentang mengapa penolakan/menekan diri menjadi

pilihan yang paling tepat untuk menyucikan diri dan lepas dari segala kesengsaraan,

adalah karena tubuh ini adalah sumber dari segala yang negatif tersebut.

Dari hawa nafsu tercipta penderitaan,dari hawa nafsu tercipta ketakutan,dia

yang bebas dari kenafsuan tidak mengenal penderitaan maupun rasa takut.30

Keinginan nafsu bukan karena dosa atau pelanggaran terhadap Allah oleh

karena itu untuk melepaskan diri dari penderitaan,manusia harus berusaha

melenyapkan atau meniadakan keinginan tersebut.31

28
Babilon Dictionary Kamus elektronika.Soft were.
29
Gillian Stoke, Budha (Jakarta : Erlangga, 2000), 36
30
Budhisme (Jogjakarta: Tarawang Press ,2001), 37
31
Bambang Ruseno. Bebagai Agama dan Kepercayaan di Indonesia (Gandum Mas) p.26

21
Jika capaian akhir dari Hindu adalah moksa, maka dalam sebutan yang berbeda

namun memiliki persaan arti, agama budha dikenal dengan sebutan mencapai Nirvana

Yang sudah kita kenal dengan arti pemadaman atau pendinginan. Hidup terlepas dari

segala kungkungan hawa nafsu dan masuk dalam hidup yang penuh kedamaian.

Atheis

Yang menentukan status untuk mendapat pengakuan sebagai mahluk ciptaan

Tuhan tidak ditentukan dari memiliki agama atau tidak,percaya atau tidak kepada

Allah pencipta, tetapi setiap mahluk yang hidup didunia ini sudah tersedot secara

langsung sebagai ciptaan Allah dan mendapat pengakuan dari Allah sendiri termasuk

diantara mereka adalah orang-orang yang digolongkan ateis, memiliki hak-hak yang

sama dibumi ini seperti halnya juga golongan orang-orang teisme. Ateis: orang yang

tidak mengakui adanya Tuhan32

Atheisme: dari bh Yun:artinya mengingkari adanya Allah.mungkin ini berarti


pengingkaran akan adanya suatu pribadi yang disebut Allah,tetapi masih
diakui adanya kuasa-kuasa yang supranatural.tapi A zaman sekarang adalah
pengingkaran akan adanya sesuatu yang supra-natural.segala sesuatu dapat
diterangkan secara psikologis atau secara materialistis. A merupakan salah
satu dasar dari komunisme.33

Dari beberapa arti kamus diatas setidaknya kita sudah bisa menebak tentang

bagaimanakan sikap orang-orang yang menganut paham ateis ini terhadap sebuah

konsep penyucian. Karena dia tidak memiliki tanggung jawab rohani dan moral

kepada Allah penciptanya, maka ia samasekali tidak perlu memperdulikan tentang apa

itu penyucian.masa bodo dan tidak peduli dengan istilah tersebut.

32
Drs.Dwi Adi K. Kamus Praktis Bahasa Indonesia (Surabaya : Fajar Mulya, 2001), 59
33
Dr.R.Soedarmo.Kamus Istilah Teologi (Jakarta BPK.Gungung Mulia , 2002), 14

22
Adalah omong kosong segala bentuk agama,futurisme,atau ideologi-ideologi

yang menjanjikan kebaikan dimasa depan. Yang penting adalah pengalaman

indrawi,konkret masa kini.34

Orang semacam ini cenderung hanya memiliki tanggung jawab moral kepada

pemerintah dan lingkungan hukum, oleh sebab itu kehidupan yang tidak suci dapat ia

lalukan secara sembuny-sembunyi. Sebaliknya dia akan bersikap munafik ditengah-

tengah lingkungan ia bersosialisasi.

Epistemologi Subjektif /Antroposentris

Konsep penyucian yang dibangun berdasarkan konsepsi agama-agama

(pandangan umum) pada pokok terdahulu, tentu tidak mungkin terjadi dengan

sendirnya tanpa adanya sebuah presuposisi/tolok ukur dalam berpikir serta

pengetahuan yang teoritis maupun pengalaman praktis yang menjadi cikal bakal

sebuah konsep (sering kita sebut dengan epistemologi). Dari sekian banyak materi

konstruksi dalam membangun sebuah epistemologi, biasanya dipakai standar

minimum yang terdiri dari otoritas,budaya/etika,penelitian ilmiah, serta pikiran. Hasil

akhir dari penggunaan Materi –materi tersebut biasanya, akan sangat ditentukan

berdasarkan sudut pandang yang kita gunakan. Seperti yang sudah kita ketahui

bersama secara umum hanya ada dua perspektif yang sering dipakai dalam

menentukan/menilai sesuatu. Kalau bukan obyektif berarti subyektif .

Otoritas

34
Juanda,M.A 777 Ungkapan Abadi (Penerbit Andi)Jogjakarta 2004.p.222

23
Untuk dapat mengetahui sebuah hasil penilaian obyektif atau subyektif

dalam konteks penyucian ,bisa diketahui dengan melihat otoritas apakah yang ia

gunakan. Apabila sebuah perspektif dihasilkan dengan menjadikan

antropos/manusianya yang menjadi sentral otoritas,inilah yang kita sebut dengan

subyektifitas. Sementara jika teos/Tuhan yang menjadi pemegang otoritas tertinggi,

dan segala kapasitas terbatas dari manusia tunduk dibawah otoritas Allah, inilah yang

kita sebut dengan sebuah Obyektifitas.

Pada dasarnya materi konstruksi yang dibuat oleh agama-agama pada

umumnya dalam mengaktualisasikan penyucian, sangat jauh dari hasil yang objektif,

karena ia dibangun berdasarkan apa kata manusia dan seterusnya hanya berkanjang

pada perkara horizontal. Walaupun suatu ketika konsep itu dihubungkan dengan

Allah,pun hal itu hanyalah merupakan hasil deduksi antroposentris dan bukan gagasan

Allah.

Hal itulah yang mengakibatkan sehingga agama-agama umum, dalam meraih Allah

dan keselamatan,mengupayakan kekudusan semuanya dilakukan dengan usaha dan

kemampuannya sendiri

Budaya

Budaya bukanlah sesuatu yang najis dan menakutkan,ia tidak mengambil

posisi sebagai oposisi dalam dunia keagamaan. Kebudayaan justru kadangkala sangat

menolong dan meneguhkan Firman Tuhan menjadi lebih aplikatif kontekstual dalam

penerapan hidup sidang jemaat. Namun yang tidak bisa dipungkiri pula adalah budaya

sangat rentan juga menjadi penghalang bagi kemajuan Injil dan menjadi tunggangan

yang ampuh bagi iblis untuk menjauhkan manusia dari kebenaran. Dengan kata lain

budaya bagaikan sebilah pisau yang tajam lagi runcing. Ia bisa mengerjakan dua

perkara yang berbeda sekaligus,tergantung pada tangan siapakah yang

24
menggenggamnya. Ia bisa menghasilkan irisan sayur yang indah jika ia berada

ditangan seorang chef, namun dia juga bisa menjadi kematian yang kejam bagi orang

lain jika ia berada ditangan seorang penjahat/pembunuh.

Dibelahan dunia ini, negara-negara tertentu telah mempertahankan kebudayaan lokal

bukan saja sebagai tradisi turun temurun tetapi telah disebut sebagai kekayaan bangsa

yang patut dilestarikan.Di negara Republik Indonesia sendiri budaya telah dinaungi

sebuah departemen yang berkewajiban menjaga dan melindungi kebudayaan bangsa.

Berdasarkan arti kamus,budaya berarti:Culture: Kebudayaan, peradaban, kesopanan,

adab35 budaya sangat melekat dengan makna etika. Orang yang berbudaya adalah

orang yang memiliki etika. Itu sebabnya jangan heran jika agama/masyarakat tertentu

terjebak, dengan menggunakan budaya/ etika menjadi alasan yang utama tertentu

mengamalkan hidup suci. Sebagai sebuah contoh: tidak berzinah, karena budaya dan

etika timur sangat tabuh dengan yang namanya perzinahan.

Penelitian ilmiah/Sains

Manusia diciptakan oleh Allah sebagai mahluk yang superior dari mahluk

ciptaan lainnya. Diantara kelebihan yang dimilikinya adalah kemampuan untuk

berpikir dan mempertanyakan segala sesuatu untuk mendapatkan suatu jawaban.Ada

banyak profesor dan para pakar dalam keilmuan yang bermunculan di permukaan

bumi ini. Mari kita ambil sebuah bidang keilmuan yang sangat diperhitungkan dan

dibutuhkan eksistensinya ditengah kehidupan manusia . Yaitu bidang Medis. Dunia

kedokteran sangat menyarankan agar masyarakat membudayakan hidup sehat yang

terdiri dari pola hidup, dan pola makan.

35
Babylon .English-Indonesian Online Dictionary.Soft Were Computer

25
Mengupayakan untuk menekan angka kematian dengan cara sosialisasi setia dengan

pasangan hidup atau menggunakan kondom ketika jajan (istilah familier untuk

perzinahan) karena jika tidak bisa tertular virus HIV.atau jangan makan daging babi

karena banyak mengandung cacing pita.dll. Mereka membangun semua wacana itu

tanpa ada katitannya dengan perkara yang rohani, hanya untuk kesehatan jasmani

semata.

Pengalaman

Kita pasti sudah sering mendengar istilah: pengalaman adalah guru yang

terbaik.Hal tersebut ada benarnya, Sebab dengan belajar dari pengalaman kita bisa

melangkah dihari depan dengan tidak mengulangi kesalahan yang sama dimasa

lampau. Tetapi menjadi sangat keliru jika dengan bermodalkan sebuah pengalaman

kita membangun sebuah ajaran yang baku, apalagi jika hal itu dikaitkan dengan

teologia dalam hal ini substansi mengenai penyucian/kekudusan hidup.

Tentu pengalaman berharga dan memperkaya,tetapi akhirnya itu bukan hidup


atau agama itu sendiri. Pengalaman dapat dsisebabkan oleh hipnosis dan
frustasi.pengalaman moral sering terlalu sedikit dan terlalu sedikit dan terlalu
kabur mengajar kita. Bukan pengalaman tetapi kebenaran yang menentukan.36

Mengamalkan hidup yang kudus karena dengan pola hidup kudus kita menjadi lebih

sehat dan kuat akan menjadi sangat keliru jika hal itu dilakukan hanya karena alasan

moral,kesehatan atau etika semata.sebagai contoh kngkrit adalah seorang suami tidak

mau bercerai dengan istrinya hanya karena belajar dari pengalaman tetangga yang

bercerai lalu ekonomi mereka jadi berantakan. Ia tidak bercerai bukan karena bercerai

itu tidak kenan oleh Tuhan tetapi karena alasan ekonomi semata. Demikianpun

dengan mengamalkan hidup suci hanya karena belajar dari pengalaman dimasa lalu

36
Arthur G.Holmes,Segala Kebenaran Adalah Kebenaran Allah (Jakarta: LRII, 1990), 126

26
akan ekeses-ekses yang terjadi, namun tidak ada sangkut pautnya sama sekali dengan

alasan teologis.

Epistemologi Objektif /Teosentris

Jika kita harus merangkai sebuah epistemologi tentang segala-hal ikhwal

mengenai Allah dan segala sesuatu yang Ia kerjakan atau perkara apa saja yang Ia

inginkan dari manusia, maka yang benar adalah kita harus memulainya dari apa kata

Allah itu sendiri. Manusia hanyalah ”mikro” inferiornya Allah,baik dari segi

kualitas,eksistensi dan otoritas. Bagaimana mungkin kita dapat menguraikan pikiran

kreator kita jika bukan karena Ia sendiri yang memperkenalkan diri melalui berbagai

kekayaan hikmatNya?

Karena Allah tidak terbatas,maka suatu defenisi yang luas dan lengkap tentang
Allah merupakan suatu kemustahilan.sekalipun demikian,kita dapat membuat
suatu defenisi sejauh kita mengenal Dia dan tahu tentang Dia. Kita pasti dapat
menguraikan sifat-sifat khas Allah yang telah dinyatakan kepada manusia.37

Dengan demikian konsepsi tentang penyucian tidak boleh mengedepankan

antroposnya tetapi harus teosentris.

Standard Primer

Meminta penjelasan dengan konfrirmasi langsung berhadapan muka dengan

Tuhan tentang konsep penyucian yang teosentris, memang tidak mungkin dan tidak

usah lagi dilakukan. Manusia tidak perlu susah-susah untuk pergi kesurga mendikte

pikiran Allah sebab Ia sendiri secara Proaktif telah memperkenalkan diriNya kepada

Manusia tinggal bagaimana reaksi dan sikap kita untuk menelaahnya. Ada beberapa

standar yang Ia gunakan sebagai mediasi agar kita bisa ”melihat” Nya. Standar yang

dipakai kita jabarkan menjadi dua bagian besar yaitu standar Primer/utama dan

sekunder sebagai pengukuhan.

37
Henry.C.Thiessen.Teologi Sistematika. (Malang : Gandum Mas, 2003) , 38.

27
Wahyu Khusus

Disebutkan sebagai wahyu khusus bukan berarti sifatnya yang ekslusif hanya

untuk satu kamunitas/golongan manusia saja, tetapi kekhususan yang dimaksud

adalah sebuah kombinasi yang real ,terwujud dalam pribadi tidak abstrak . penyataan

Allah secara khusus karena ada penyataan lain yang bersifat umum .

Dalam wahyu khususnya Allah memberikan dua pendekatan untuk menyatakan diri

kepada manusia. Terlepas dari ketidak percayan kaum agnotisisme (one who unsure

whether or not GOD exists.)38 dan kaum ateis tentang tidak perlunya keberadaan

wahyu Allah atau disisi lain yang mengatakan akan perlunya wahyu khusus yang

baru selain wahyu yang disebut para teolog Kristen Injili, 2 wahyu khusus dalam

Firman yang tertulis dan Firman yang menjadi daging adalah kebenaran eksklusif dan

sudah final.

Firman yang Tertulis

Penyataan Allah secara khusus meliputi satu kebenaran bahwa penyataan

tersebut dapat dituangkan kedalam sebuah naskah tertulis. Naskah yang ditulis oleh

para utusan Allah oleh dorongan Roh Kudus tersebut dewasa ini disebut sebagai

Alkitab. Alkitab tidak dianggap sebagai buku yang berisikan Firman Allah semata,

namun lebih daripada itu IA adalah Firman Allah sendiri, sehingga memiliki otoritas

dan standart yang memadai untuk dijadikan barometer dalam membangun sebuah

epistemologi. Hal itu tidak perlu diragukan lagi, karena Alkitab telah teruji dari

berbagai aspek pertanyaan yang coba meragukan kebenarannya sebagai Firman Allah

( dapat kita pelajari tuntas dalam sebuah studi bibliologi).

38
English-english Babilon Dictionary.Soft Were.Komputer

28
Wahyu khusus yaitu Firman Allah yang tertulis menjadi ekslusif dari pihak Allah dan

bersifat final, berarti diluar Alkitab perihal membangun sebuah epistemologi tentang

penyucian hal itu akan dianggap sebagai subyektifitas manusia belaka.

Firman Yang Menjadi Daging

Perwujudan Firman Allah dalam sebuah pribadi telah dinyatakan Seutuhnya

didalam Manusia Yesus Kristus. Sesungguhnya Yesus Kristuslah yang menjadi tema

utama dari segala yang telah dituliskan didalam Alkitab. Melihat kedalam diri tentang

siapa dan bagaimana keberadaan Yesus tentu akan menjawab mengapa IA dijadikan

menjadi standart yang primer jika kita harus membangun sebuah gagasan tentang

penyucian. Pertama Karena Dia adalah Allah itu sendiri berinkarnasi didalam wujud

insani, lahir dari benih Roh Kudus. Nyata dalam kehidupanNya selama Ia berada

didunia, bahwa tidak sekalipun Ia didapati berbuat dosa. (selengkapnya bisa kita

telusuri dalam studi Kristologi). Maka kriteria panutan utama sebagai dasar

membangun studi mengenai penyucian, Allah yang menjadi daging tidak bisa

diragukan lagi. Dengan kata lain jika ada pribadi selain Kristus yang berani mengajak

umatnya agar belajar, mengikuti dan tunduk pada otoritas pengalaman pribadinya

mengenai penyucian, hal itupun diragukan obyektifitasnya.

Standart Sekunder

Disebutkan sebagai standart kedua, bukan berarti adanya jurang pemisah

antara yang primer dan yang sekunder. Namun ibarat sebuah trafo atau adaptor listrik,

didalamnya terdapt dua jenis gulungan, yang satu disebut sebagai gulungan primer

dan gulungani lainnya disebut sekunder; mereka tidak bisa dilepaskan dan berdiri

sendiri namun saling membutuhkan dan saling melengkapi. Firman yang tertulis dan

Firman yang menjadi daging sudah sempurna untuk memenuhi kebutuhan

29
keingintahuan tentang hal ikhwal penyucian, namun karena tidak semua orang dapat

menangkap wahyu tersebut, jika ia sama sekali belum dilahirkan kembali. Oleh sebab

itu khususnya bagi mereka yang masih di luar Kristus standart ini akan menjadi pintu

natural untuk menemukan wujud asli dari bayang-bayang.

Wahyu Umum sebagai Pembenaran

Disebutkan sebagai wahyu umum karena sifatnya yang universal dapat di

lihat dan dimengerti oleh semua orang pada umumnya, baik ia sudah percaya atau

belum sama sekali. Betapa tidak; karena wahyu umum tersebut dinyatakan baik lewat

alam semesta,ciptaan Allah lainnya maupun hatinurani dll. (Roma 1:19-20)

Ada benarnya bahwa manusia telah mampu membuat sebuah konsepsi tentang

penyucian dengan bekal dari melihat,menyikapi atau belajar pada wahyu umum,

tetapi kita harus menyadari bahwa penyucian tidak bisa hanya dipertanggung

jawabkan pada alam semesta,agama atau sisimoral dan etika semata, namun selalu

harus berurusan dengan Tuhan sebagai pencipta. Wahyu umum harus dipandang

sebagai pembenaran akan kelengkapan yang simetris antara keadilan dan kasih Allah

kepada manusia. Dengan demikian tidak ada celah sedikitpun bagi manusia untuk

berdalih dan menunjuk jari dihadapan Allah pada saatnya, karena semua telah nyata

dan gamblang untuk dipahami; tidak perduli gender apa yang ia punya,golongan

sosial,ekonomi atau kondisi fisik yang disandang dll, semuanya bisa mengerti kedua

wahyu tersebut.

30
BAB III

KONSEP PENYUCIAN SECARA BIBLIKAL

Setelah panjang lebar berbicara tentang pandangan umum terhadap konsep

penyucian ,serta dengan landasan apa mereka berpijak dan membangun sebuah

gagasan, tibalah saatnya kita akan berbicara tentang kebenaran mutlak yang dapat

dipertanggung jawabkan. Seperti telah kita sepakati bersama adalah bahwa Alkitab

sendirilah yang menjadi otoritas tertinggi sebagai landasan kebenaran apabila kita

ingin melihat dimensi penyucian yang seutuhnya. Konsep penyucian jika dikemas

dengan dasar Alkitab, kita sebut sebagai konsep penyucian secara Biblikal.

Aktualisasi Berita

Mengingat bahwa tema penyucian/kekudusan didalam Alkitab bukanlah

sebuah berita yang kecil dan harus disepelekan, maka tidak bisa dipungkiri hal

tersebut harus tersaji dalam sebuah mekanisme yang rapi dari Allah. Penyucian adalah

sebuah wacana Allah yang harus direalisasikan didalam dunia dan manusia adalah

obyek satu satunya. Karena Allah tidak lagi membangun komunikasi Verbal kepada

manusia untuk memaparkan kehendakNya, Ia telah memberikan Firman Allah yang

diaktiualisasikan lewat komunikasi nonverbal/tertulis. Jika kita terlebih dahulu

membuat kesimpulan kecil maka didalam aktualisasi berita penyucian Biblika ini kita

dapat melihat bahwa berita itu Dinamis,progresif,komprehensif dan yang tidak kalah

penting ia harus Kristosentris.

Dinamis

31
Sebuah sejarah dunia yang tidak mungkin dilupakan telah mencatat bahwa

kekuatan Bom atom yang dijatuhkan pihak Amerika/sekutu di Hirosima dan nagasaki

Telah meluluh lantakkan dua kota besar tersebut menjadi puing-puing kehancuran.

Seluruh dunia mengakui kedahsyatannya karena telah merenggut harta benda serta

ribuan nyawa manusia. kedahsyatan yang terjadi enampuluhan tahun yang lalu

tersebut, sampai hari ini menyisakan trauma yang mendalam bagi seluruh manusia

didunia; hal itu terbukti dengan kesepakatan Dunia melalui PBB untuk membatasi

pengembangan senjata nuklir dunia.

Apabila dampak minor dari bom atom yang mampu merubah peta sejarah

dunia pada waktu itu sangat signifikan, terlebih lagi akan dampak positif yang

ditimbulkan oleh penyucian yang akan dikerjakan olah Allah ini. Kekuatan penyucian

yang dilakukan oleh Allah yang supra power tentu tidak sebanding dengan kekuatan

ber ton-ton kekuatan dinamit high explosion sekalipun.

Dinamis:Sifat atau tabiat yang bertenaga atau berkemampuan39.

Kekuatan penyucian bukan menjatuhkan korban jiwa, manum sebliknya ia memiliki

kekuatan yang justru menghidupkan. Orang-orang yang mati (rohani) akan hidup

kembali, mereka yang jatuh akan dibangkitkan dan manusia yang susah hidup didunia

fana ini akan diangkat masuk keedalam hidup yang kekal. Seperti terang tidak

mungkin terkalahkan oleh kegelapan, penyucian tidak akan terbendung oleh kekuatan

yang cemar.Ia selalu akan menang.

Progresif

Proyek penyucian yang sedang dikerjakan oleh Allah bukanlah proyek pondasi

yang tanpa ada bangunan berdiri diatasnya. Pekerjaan tersebut bergerak maju hingga

mencapai tujuan akhir. Ia tidak bekerja seperti seorang tukang binatu yang mencuci

39
Dwi.K Kamus Praktis BAhasa Indonesia. (Surabaya: Fajar Mulya, 2003) ,120

32
pakaian disungai yang keruh, sehingga tidak tahu sampai kapan pakaian tersebut akan

bersih cemerlang. Aktivitas awal yang dikerjakan oleh Allah dalam hal penyucian ini

disebut penyucian secara posisi,bergerak maju pada penyucian secara pengalaman dan

berakhir dalam kesucian sempurna (akan di jelaskan satu persatu pada bagian

berikutnya). Tidak ada yang bisa menggagalkan rencana ini karena Ia pasti berhasil

(Yes 55:11). Adalah benar jika kita berkata bahwa Allah adalah sempurna ,bagi Dia

tidak ada titik awal dan akhir. Namun aktivitas progessif yang Ia kerjakan dalam

penyucian harus terjadi sedemikian, mengingat kita manusia sebagai obyek penyucian

yang berada dalam ruang dan waktu, maka Allah harus“mendarat“agar pekerjaan

tersebut menjadi efektif,tepat guna. Ketidak maha tahuan manusia menjadi selubung

sehingga kita tidak tahu kalau sesungguhnya pekerjaan tersebut sudah selesai. (Lebih

tuntas kita lihat dalam sub bahsan: Proyek kekekalan Allah).

Komprehensif

Didalam ilmu hermeneutik kita akan menemukan istilah yang disebut dengan

macam-macam penfsiran; terdiri dari penafsiran

kontekstual,literal,Historis,gramatikal, teologis dan tujuan penulis. Macam- macam

penafsiran tersebut perlu dilakukan dalam tugas analisa Alkitab dengan maksud agar

hasil penafsirannya akan menjadi obyektif,efektif dan benar. Yang tidak kalah

pentingnya adalah agar jangkauan penafsirannya menjadi komprehensif/menyeluruh.

Tidak ada benturan yang kontradiktif antara ayat yang satu dengan yang lain,makna

kitab yang satu tidak menjegal kitab yang lain; lebih umum berita dalam Perjanjian

lama tidak berseberangan dengan Perjanjian Baru.

Kaitannya dengan berita penyucian ini juga memiliki dimensi yang sama. Tema

penyucian bukan hanya kita temukan didalam Perjanjian Baru,namun secara simetris

juga terdapat didalam Perjanjian Lama. Walau konsep dan sarana penyucian yang ada

33
terlihat berbeda secara materi,namun esensinya adalah satu.rangkaian penyucian yang

terdapat didalam kitab kejadian hingga kitab Wahyu adalah mata rantai yang tidak

bisa dilepaskan antara satu dengan yang lainnya.

Kristosentris

Sudah menjadi sebuah keunikan yang diakui oleh banyak kalangan teolog

bahwa Alkitab yang terdiri dari 66 kitab dan ditulis oleh -/+ 40 orang yang berbeda

latar belakang sejarah,geografis dan karakternya, namun memiliki kesatuan tema

dalam setiap suratan mereka. Sadar atau tidak sadar oleh pewahyuan Roh Kudus

mereka sedang menubuatkan (dalam PL) dan mengisahkan secara rinci (Dalam PB)

tentang Yesus Kristus yang datang kedunia,lahir,mati,bangkit dan naik kesurga dan

akan datang kembali kedua kali. Segala berita yang terdapat didalam Alkitab tidak

bisa dibantah telah tersentralisasi kepada Kristus; demikian halnya dengan berita

penyucian. Pusat dari penyucian itu sesungguhnya adalah Kristus. Metode dan sarana

yang dipakai dalam Perjanjian Lama memang secara langsung sama sekali tidak

menyebut keterkaitan antara korban-korban binatang yang dipersembahkan sebagai

sarana penyucian, namun jika ditarik sebuah benang merah maka akan terlihat pada

ujung penggenapannya menjadi nyata bahwa kesemuanya itu menjelaskan

pengorbanan Kristus yang akan datang bagi penyucian umat manusia.

Seperti halnya paparan penyucian dalam pandangan John Calvin

Penyucian atau pengudusan adalah Kaya Kristus melalui Roh Kudus yang
digenapkan dalam diri orang yang percaya. Pengudusan adalah Karya
Kristus untuk kita dan merupakan anugerah Allah melalui darah Kristus yang
berharga,menyucikan,dan mem berikan kesucian pada kita.40

40
Dr.Peter Wongso. Soteriologi (Malang : SAAT, 2000) , 77-78

34
Keterpusatan berita penyucian yang diarahkan kepada Kristus, bukan semata-mata

karena monopoli pihak Allah,tetapi lebih disebabkan karena tidak ada mahluk lain

yang mampu mengerjakan penyucian sedemikian.

Defenisi Penyucian

Dalam menyelesaikan sebuah pokok bahasan tidak ada cara yang lebih

baik adalah pertama-tama kita harus tahu pasti tentang defenisi dari pokok yang akan

dibahas. Seringkali ulasan menjadi sangat melebar tidak menyentuh substansi berita,

hanya karena gagal dalam mendefenisikan tema yang sedang dibahas.

Disisi lain, membuat defenisi penyucian ini dianggap perlu pertama-tama agar kita

mengetahui ruang lingkup penelitan tentang penyucian yang dimaksud. Sebab pada

pokok bahasan yang terdahulu telah kita lihat bahwa dalam pandangan agama-agama

umum, mereka telah membuat defenisi tersendiri tentang penyucian;dengan demikian

terlihatlah perbedaan yang mencolok antara penyucian yang dimaksud oleh

pandangan agama umum dengan penyucian yang kita maksud.. Kemudian yang

kedua,defenisi yang kita buat akan memudahkan kita dalam menginterpretasikan

makna yang terkandung,serta mudah dalam membuat sistematika bahasannya.

Jadi sudah dapat ditebak bahwa defenisi penyucian yang akan kita lihat kali ini adalah

defenisi penyucian secara Biblika/Alkitabiah.

Makna Etimologis

Kita tidak boleh menebak-nebak perihalg apa yang dimaksudkan oleh

Alkitab tentang Penyucian. Oleh sebab itu kita membutuhkan konfirmasi yang jelas

dari Alkitab untuk mendefenisikan dirinya sesuai dengan makna kata yang

dimaksudkan.

35
Agar Usaha konfirmasi tersebut akan berhasil dan otentik,maka dianggap perlu untuk

melihat kebenarannya yang tertuang didalam teks asli dari Alkitab itu sendiri yaitu

teks Ibrani manupun dalam teks Yunani. Mari kita lihat arti kata penycucian didalam

Alkitab Perjanjian Lama:

vdq sebuah gagasan dari pemisahan, dengan akar Xdq Kudus, Xdqm
tempat yang suci; sama seperti. k\adaÖsëu II. I, membersihkan.
Katakerja qadash di dalam bentuk Qal berarti termasuk juga memiliki status
[masuk/kepunyaan] golongan yang suci. Dengan begitu itu ia terpisah dari
yang bersifat umum atau perkara yang tercemar. Di dalam bentuk Piel dan
Hiphil berarti menunjukkan suatu tindakan yang mengakibatkan perbedaan.41

vd;q' (q¹dash) menjadi disucikan, kudus, membuat kudus; untuk

mentahbiskan, kudus/sakral,mempersiapkan, berbakti. Kata kerja denominativ.42

Kata Perjanjian Lma ”kekudusan” pada hakikatnya menyampaikan pengetian


”pemisahan” perkara-perkara sekular untuk pelayanan dan/atau
penyembahan pada Yahweh,yang juga terpisah sama sekali dari ciptaan
Nya.43

Suci dipakai untuk menerjemahkan NAQI (dibeberapa tempat diterjemahkan


tidak bersalah) Barar atau dibeberapa tempat diterjemahkan murni. Juga
KHATA (Dibeberapa tempat mentahirkan) Khata dibeberapa tempat bersih)
suci kadang-kadang juga dipakai untuk menerjemahkan Hagios yang
biasanya diterjemahkan Kudus. Jadi walaupun tidak ada perbedaan mutlak
dalam pengertian kata-kata ini, merupakan suatu tangga makna.44

Kemudian istilah dalam Perjanjian Baru:

Definisi kata. Agiasmos =hagiasmos,pemisahan


Penentuan terpisah. Istilah ini tidak ada dalam Perjanjian Lama.
a.1.Kor 1:30. Kristus menguduskan kita (sanctification)
b.1Tes 4:3. Pengudusan Allah Bapa (Sanctification)
c.1Tes 4:4.Tekad diri sendiri dalam pengudusan (sanctification)

41
Francis Brown. The Brown-Driver-Briggs Hebrew And English Lexicon. (Los Angles:
Henry Publisher.1999), 169
42
Bible Work 7.Twot Hebrews Lexicon P.1990 Soft were Komputer (Terjemahan
langsung)
43
Andrew E.Hill & John H.Walton. Survei Perjanjian Lama (Malang: Gandum Mas, 2004) ,
194
44
Ensiklopedi Alkitab Masa kini. Jilid II. (Jakarta: YKBK, 1995), 421

36
d.2Tes 2:13. Dikuduskan. Chosen you to salvation through sanctification
(Memilih engkau untuk keselamatan melalui penyucian).
e.1.Petrus 1:2. Yang dikuduskan oleh Roh.kata ini dalam bahasa Yunani
mengandung arti perkara atau benda yang dipilih untuk dipakai oleh Tuhan
serta perkara atau benda yang dikuduskan…..
Kata ini dalam bahasa aslinya mengandung arti:
a.mengakui sebagai yang dikuduskan. (mat 6:9,1 Pet 3:15)
b.khusus dipakai untuk Allah dipersembahkan kepada Allah,dipilih untuk
disucikan
c.Menjadi disucikan.: benda pengudus, dikuduskan oleh penebusan dosa,hati
yang suci
d.sancxtified one: yang disucikan
to be separated,set apart. Vdeq); qadesh
e. Qadesh : sanctify (self) to. To separate,set apart.(memisahkan)
Kej.2:3. menentukan sebagai hari kudus
Kej 13:2.dipisahkan untuk dikuduskan. Kata ini dipakai dalam Perjanjian
Lama sebanyak 90 kali. Banyak menunjukkan inisiatif,menentukan
sendiri,serta menyucikan diri,atau dipisahkan agar dipakai oleh Tuhan..45

Istilah suci dan kudus ini banyak terdapat didalam Alkitab tercatat dalam perhitungan

manual yang dibuat oleh penulis bahwa istilah ini (Dipakai sebuatan Kadash) muncul

hanya dalam Perjanjian Lama saja mencapai kurang lebih 178 kali dalam berbagai

infleksi. Sementara dalam Perjanjian baru (dengan sebutan Hagiasmos) muncul

kurang lebih 10 kali.

Berdasarkan defenisi etimologis yang telah diungkapkan diatas, kita bisa

membuat sebuah hipotesa penyucian berdasarkan gagasan Alkitab terlihat dalam:

pertama bentuk kata kerja dengan predikat Allah sendiri ,kemudian kata sifat

(menjelaskan status) dengan menunjuk kepada manusia sebagai obyek

penyucian.seringkali pula dalam Perjanjian Lama Allah menekankan eksistensi Nya

kepada umat Israel bahwa Sifat yang hakki dari Dia adalah kudus/suci adanya.Ia mau

manusiapun seturut dengan dia. (Im.11:44;19:2;20:26;Bil 16:27;Maz 16:3)

Didalam perjanjian lama khususnya pengudusan/ penyucian dipakai untuk sebuah

pemisahan atau pelantikan para suci Allah untuk dipakai sebagai alatNya.

45
Dr.Peter Wongso. Soteriologi ( Malang: SAAT, 2000) , 72

37
Makna Teologis

Penyucian/kekudusan didalam Alkitab,memiliki pengertian teologia yang

jauh lebih mendalam jika kita bandingkan dengan makna etimologis yang terlihat

sangat terkungkung pada makna pemisahan dari sesuatu kepada sesuatu.

Dalam arti teologis penyucian berarti sebuah panggilan Allah yang universal bagi

seluruh umat manusia.Universal dalam arti cakupan dan jangkauan, namun sangat

pribadi dalam implementasinya. Allah yang menawarkan metode dan sarana

penyucian, bagaikan seorang koki yang menyajikan makanan yang sehat bagi seorang

yang kelaparan karena kesulitan ekonomi. Namun yang menentukan si orang lapar

akan kenyang atau tidak sekarang diputuskan oleh dirinya sendiri;mau atau tidak

menerimanya?

Kita dapat mendefenisikan pengudusan sebagai karya yang penuh anugerah


dari Roh Kudus, yang melibatkan tanggungjawab kita untuk berpartisipasi,
yang dengannya Roh Kudus melepaskan kita dari pencemaran
dosa,memperbaharui keseluruhan natur kita menurut gambar Allah,dan
memampukan kita untuk menjalankan kehidupan yang diperkenan oleh
Allah.46

Tidak bisa disangkali bahwa manusia memiliki kehendak bebas sebagai manusia

berakal budi, itu sebabnya Allah tidak mau menganggap manusia sebagai robot yang

mutlak dikendalikan oleh remote control.

Kebebasan yang Allah berikan kepada manusia ialah bukan kebebasan untuk
berbuat dosa,tetapi kebebasan untuk melayani. Melayani Allah dan melayani
manusia dalam arti yang seluas-luasnya. Karena itu dalam Alkitab kebebasan
selalu dihubungkan dengan kasih,yaitu kasih kepada Allah dan kasih kepada
manusia (Gal 5:13).47

46
Anthony A.Hoekma Diselamatkan oleh Anugerah. ( Jakarta:Momentum , 2001), 267
47
Dr. J.L.ch.Abineno. Manusia dansesamanya dalam Dunia. (Jakarta: BPK.Gunung Mulia,
1990), 53.

38
Walau sebenarnya kebebasan yang diberikan oleh Allah itu adalah untuk sebuah

kebaikan dan ketaatan kepada Allah namun manusia selalu memiliki kecenderungan

memilih yang jahat. Dalam hal inipun Allah tidak memaksa.

Pandangan Alkitab adalah bahwa dosa mulai dari penyalah gunaan


kebebasan yang diberikan kepada mahluk manusia yang dilengkapi dengan
kehendak. Allah tidak menciptakan kejahatan. Kejahatan adalah soal
hubungan,bukan benda. Pada dasarnya kejahatan mengabaikan kemuliaan
Allah,kehendak Allah dan Firman Allah. Kejahatan memisahkan diri dari
ketaatan dan iman kepada Allah dan mengambil keputusan untuk
meninggalkan Dia.jadi dosa mulai dalam pilihan yang bebas dari mahuk-
mahluk ciptaan Allah.48

Seperti telah disinggung dalam bab sebelumnya, penyucian bukanlah sebuah tema

dalam Alkitab yang berdiri sendiri, memiliki pokok bahasan tersendiri seperti halnya

dalam mempelajari teologia sistematik. Penyucian merupakan sebuah kesatuan

teologis dalam sebuah induk teologia yang disebut dengan sotereologi/doktrin

keselamatan.

Penyucian merupakan aspek penerapan penebusan. Didalam penerapan


penebusan ada urutan. Dan urutan itu terus berjalan maju sampai menuju
kepada kesempurnaan didalam kemerdekaan kemuliaan Anak-anak Allah
(Roma 8:21,30), penyucian bukanlah langkah pertama dalam penerapan
penebusan. Ia harus didahului oleh langkah-langkah lain seperti panggilan
efektif,regenerasi,pembenaran dan adopsi.49

Berdasar pada sebuah keutuhan teologia yang benar menurut Allah, pada akhirnya

penyucian ini dapat dimaknai sebagai upaya Allah untuk membawa manusia kembali

pada citra semula dimana manusia itu serupa dan segambar dengan Allah.karena pada

hakekatnya Allah suci adanya. (Im 19:2).

Oleh sebab itu defenisi secara etimologi serta defenisi teologis tersebut bisa kita

rangkumkan menjadi suatu kalimat: Penyucian adalah segala sesuatu yang berkaitan

48
William W.Menzies; Stanley M.Horton. .Doktrin-Doktrin Alkitab.(Malang: Gandum Mas,
1998), 88.
49
John Murrray. Penggenapan dan penerapan penebusan. (Jakarta: Momentum, 1999) ,177

39
dengan perintah dan tindakan Allah bagi manusia untuk menguduskannya dari segala

kecemaran dosa bagi perkenanan hati Allah.

Alasan Munculnya Ide Penyucian

Secara yuridis sesungguhnya, tidak ada alasan yang harus dipertanyakan

berkaitan dengan munculnya ide penyucian, karena Allah tidak menganggap hal

tersebut sebagai tindakan yang harus dipertanggung jawabkan kepada pihak manapun

apalagi bertanggung jawab kepada manusia. Namun secara defacto dari pihak Allah

telah muncul beberapa alasan yang melatar belakangi mengapa gagasan penyucian

harus ada. Pokok utama dari beberapa alasan yang akan dikemukakan kemudian

adalah berasal dari diri Allah sendiri yang memiliki natur ”KASIH”.( I Joh 4:16)

Teolog Karl Barth, setelah menulis ribuan halaman dalam church


dogmatics,sampai pada defenisi sederhana tentang Tuhan: ”Ia yang
mengasihi”.50

Kasih Allah bagaikan bahan bakar yang utama,yang menjadi pendorong bagi Dia

untuk membuat konsep tentang penyucian bagi kepentingan manusia.

Bukan berarti Allah terjebak dalam naturNya sendiri -sehingga Ia terkejut dan

terpaksa membuat plain ”B”- tetapi sekali lagi hal itu merupakan inisiatif Allah yang

tidak bisa diintimidasi oleh apa dan siapapun. Seperti sulitnya mendekripsikan

mengapa langit itu disebut berwarna biru,demikian pula akan sangat sulit memisahkan

kesatuan sifat Kasih Allah dengan diriNya sendiri secara ontologis.

Proyek Kekekalan Alah

50
Philip Yancey. Keajaiban Kasih Karunia (Batam : Interaksa, 1999), 61

40
Pada umumnya seorang arsitek yang dipercayakan untuk merancang dan

mendirikan sebuah bangunan, jika dihitung waktu mundur ia bisa membuat blue print

rancangannya maksimal hanya berkisar +/- 10-50 tahun sebelum realisasi pada

hari”H”. Hal tersebut terjadi karena keterbatasan yang dimiliki oleh seorang arsitek;

terbatas dalam kecerdasan maupun ruang waktu. Berbeda dengan Allah, Ia tidak

terbatas. Dalam hal penyucian, Allah ibarat seorang arsitek yang sempurna. Rencana

tersebut tidak muncul pada perjalanan waktu kehidupan manusia, namun jauh

sebelum adanya ruang dan waktu.

Allah juga tidak terbatas dalam ukuran waktu. Allah tidak memiliki awal
atau akhir,Ia bebas dari keterbatasan kurun waktu,Ialah pencipta waktu.
Kesimpulan bahwa Ia tanpa awal dan tanpa akhir dapat ditarik dari doktrin
bahwa Ia ada dengan sendirinya. Allah disebut sebagai Allah yang kekal.
(Kejadian 21:33).51

Proyek ini merupakan proyek Akbar yang telah dipersiapkan oleh Allah jauh sebelum

adanya permintaan dari orang-orang yang membutuhkan diadakannya proyek

tersebut. Program raksasa ini dibuat Allah dengan mengangkat tema ”pengorbanan

Kristus”

Alkitab katakan bahwa Kristus telah diserahkan Allah menurut maksud dan
rencana Nya yang kekal (Kpr.2:23) sebelum dunia dijadikan,Allah telah
merencanakan Kristus akan dikorbankan sebagai Anak Domba Allah untuk
menghapus segala dosa umatnya dan menjadikan kudus tidak bercela.
(Wah.13:8;I Pet 1:19-20).52

Berdasarkan kemampuan dan kemahatahuan yang dimiliki oleh Allah, Ia telah

membuat semuanya itu dengan tuntas bahkan sebelum Ia menciptakan manusia -yang

akan jatuh kedalam lumpur dosa- sebagai obyek dari proyek tersebut.

Tentu kita akan menemukan beberapa kesulitan yang seringkali menjadi justifikasi

bagi argumentasi kita yang menyatakan bahwa Allah gagal menjalankan proyeknya

51
Henry C.Thiessen. Teologia Sistematika. (Malang: Gandum Mas, 2003), 118.
52
Dr.H.L.Senduk. Teologia Alkitabiah. 57.

41
sebab hingga sekarang proyek tersebut terbengkalai dan tidak tuntas. Namun jika

menyadari dengan baik bahwa bagi Allah tidak ada istilah garis waktu-sebab bagi

Allah segalanya telah selesai sempurna- maka kita akan tahu bahwa Allah sudah

selesai dan berhasil. sempurna

Adanya Dosa

Nun jauh disana, dalam kekekalan Allah melihat alur perjalanan hidup

manusia yang akan diciptakanNya, akan mengalami tahap tribulasi,terjebak dalam

jurang dosa,maka jauh sebelum hal itu terjadi, Allah dengan seksama telah

menyediakan fasilitas untuk menjembatani manusia tertsebut bisa naik dan kembali

meneruskan perjalanan pada hidup kekal. Sepenggal drama karangan penulis diatas,

dapat kita jadikan sebagai bahan untuk mempersonifikasikan suatu rentetan alasan

mengapa perlu diadakannya ide penyucian.

d-o-s-a, itulah yang menjadi alasan penting dari semua pertanyaan tersebut.

Jika kita berandai-andai maka gagasan penyucian tidak perlu ada jika sedianya dosa

tidak ada. Artinya masalah tentang dosa tidak bisa dianggap sebagai permasalahan

sepele,karena ia memiliki pengaruh yang linier dengan kuatnya penyucian.

Dosa adalah persoalan yang sangat serius, dan Allah memandang dosa ini
dengan amat serius, walaupun manusia sering meremehkannya. Dosa bukan
sekedar pelanggaran atas hukum Allah,akan tetapi sesungguhnya merupakan
serangan terhadap sang pemberi Hukum itu sendiri...sebuah pemberontakan
terhadap Allah.53

Dosa tidak hanya berkanjang pada permasalahan etika moral atau kebudayaan

setempat dan masalah sosial semata ,lebih dari pada itu dosa memiliki keterkaitan

53
Lous Berkhof Teologi Sistematika 2. (Jakarta: Lembaga Reformed Injili Indonesia, 1994) ,
163

42
dengan Allah,dengan demikian mengandung pertanggung jawaban secara vertikal

spiritual.

Dosa adalah pelanggaran terhadap hukum Allah kata Yunani parabasis


berarti melewati,melanggar....dosa adalah kegagalan untuk selaras dengan
standar Allah. Kata Yunani Hamartia: meleset dari sasaran meninggalkan
jalan kebenaran. ...dosa adalah suatu prisip dalam diri manusia. Dosa bukan
hanya suatu tindkan tetaoi juga suatu prinsip yang diam dalam diri
manusia...dosa adalah suatu pemberontakan pada Allah.kata Yunani adalh
anomia yang berarti tanpa hukum....dosa adalah tindakan yang salah pada
Allah dan manusia. Segala kefasikan dan kelaliman manusia.54

Namun demikian tidak bisa disangkal ada banyak kalangan yang menganggap dosa

itu hanyalah sebuah ilusi,berbobot bunga ilalang.

Bagi Spinoza dosa hanyalah suatu kekurangan, keterbatasan yang disadari


manusia. Berangkat dari keterbatasan ini bahwa kesadaran yang dihasilkan
dari dosa semata mata berkenaan dengan ketidak cukupan pengetahuan.55

Tidak ada rasa bersalah,tidak ada dosa. Cara berpikir tersebut membuat
masyarakat tidak lagi membicarakan dosa,pertobatan,keprihatinan terhadap
dosa,pemulihan dan penebusan. Bagaimana seseorang bisa berdosa tanpa
rasa bersalah? Budaya modern menjawab bahwa manusia adalah korban.
Korban-korban tidak bertanggung jawab terhadap apa yang mereka
lakukan,karena mereka hanyalah korban dari apa yang terjadi terhadap
mereka. Karena itu kegagalan manusia,haruslah ditilik dari bagaimana para
pelaksana kejahatan tersebut sudah menjadi korban. Seharusnyalah kita
semua bersikap sensitif dan merasa kasihan untuk melihat bahwa tingkah
polah yang biasanya disebut sebagai dosa itu sesungguhnya merupakan bukti
jatuhnya para korban.56

Perhatikan saja betapa kuat dan dahsyatnya dosa itu, seperti di ungkapkan oleh Rasul

Paulus kepada jemaat Roma:

Roma 5:15 Tetapi karunia Allah tidaklah sama dengan pelanggaran Adam. Sebab,
jika karena pelanggaran satu orang semua orang telah jatuh di dalam kuasa maut,
jauh lebih besar lagi kasih karunia Allah dan karunia-Nya, yang dilimpahkan-Nya
atas semua orang karena satu orang, yaitu Yesus Kristus.

54
Paul Enns. The Moody Hand Book Of Theology (Malang: Saat , 2004) ,383
55
Lous Berkhof Teologi Sistematika 2. (Jakarta : Lembaga Reformed Injili Indonesia. 1994)
,106
56
.John F. Macarthur,JR. Hamartologi. (Malang: Gandum Mas, 2000) , 22

43
Dosa itu bukan Cuma kuat membelenggu sebuah pribadi namun ia memiliki kekuatan

daya tular yang sulit dibendung. Bayangkan saja, karena perbuatan dosa nenek

moyang kita Adam dan Hawa, samapai saat ini setiap ada bayi yang baru lahir, ia

telah memiliki status sebagai manusia yang berdosa secara posisi. Kita telah tahu apa

yang disebut dengan dosa pertalian/warisan. (walau hal itu ditentang oleh agama

islam dan Hindu)

didalam agama Islam gagasan terkuat ialah,bahwa jiwa manusia ketika ia


dilahirkan adalah bersih seperti kertas yang belum ditulisi. Jikalau ada
kecenderungan untuk berbuat dosa hal itu disebabkan karena nafsunya yang
jahat (sura 7:146 )....
agamaHindu mengajarkan,bahwa hakikat manusia adalah sama dengan
Brahman seutuhnya, Brahman ini menjelmakan diri didalam perorangan atau
mengindivudualisir dirinya sendiri. Oleh karena itu maka jiwa manusia pada
dasarya adalah murni dan bersih tanpa cacat dan cela.57

Jika manusia ingin berhasil masuk pada kehidupan yang kekal seperti rencana Allah

sedari awal“ mau tidak mau masalah dosa harus segera diselesaikan dengan tuntas.

Itulah sebabnya noda dosa harus dicuci bukan dengan sabun cuci tetapi dengan

konsep penyucian yang tidak pernah terpikirkan oleh manusia sebelumnya.

Ketidak Berdayaan Manusia

Apa yang anda pikirkan sementara mendengar sebuah cerita tentang seorang anak

dibawa lima tahun disuruh memikul beban seberat 1 ton? Pasti jawabannya

adalah:wah. Mustahil; sianak pasti tidak akan kuat,akan jatuh,mati dan tertimpa tanpa

bisa keluar dari himpitannya. Bagaimana dengan beban dosa?

Didalam Alkitab sendiri khususnya dalam Perjanjian Baru , telah didapatkan berbagai

istilah yang dipakai untuk memaknai dosa.

1.HAmartia: berarti motivasi seseorang tidak mencapai sasaran yang


diinginkan Allah...

57
Dr.Harun Hadiwijono. Iman Kristen( Jakarta; Bpk.Gunung Mulia 1991) ,226-227

44
2.Parabasis: berarti melanggar kehendak Allah atau perintah Allah...
3.Adikia: berarti kejahatan dalam hati. Misalnya: curang,licik,irihati,dengki
danlain-lain....
4.Anomia:berarti durhaka, tidak memperdulikan orang lain,tahu akan
kebaikan tetapi tidak melakukan kebaikan itu.....
5.Paraptoma : berarti tabiat-tabiat yang jelek yang diwujudkan dalam
perbuatan.....
6.Asebeia: berarti fisik ,tidak percaya kepada Tuhan... ...58
.
Adakah manusia yang tidak lepas dari dosa? Sekali-kali tidak. Manusia tidak mungkin

terlepas dan melepaskan diri dari jerat dosa, dengan kata lain manusia berada dalam

bayang-bayang penghukuman.(Roma 6:23)

Dosa terlalu berat untuk dipindahkan dari pundak manusia,karena ketidak

berdayaannya,dosa terlalu nikmat untuk ditinggalkan karena tabiat manusia selalu

relevan bagi naturnya yang kompromi dengan dosa. Jika diharuskan untuk memilih

antara yang baik dan yang jahat ,ia pasti akan memilih yang jahat.

Mengapa manusia memilih untuk melakukan dosa? Jawabnya adalah karena


manusia telah jatuh kedalam dosa dan terpisah dari Allah,dan akibatnya
seluruh aspek kehidupannya penuh dengan dosa dan kejahatan. Pada
dasarnya ia membenci Allah dan merasa bahwa Allah menentangnya .59

Ibarat berada didalam lumpur hidup dosa, manusia dengan usaha apapun tidak akan

berhasil melepaskan diri dari hisapannya. Sebaliknya semakin ia berusaha dengan

kemampuannya, semakin ia tenggelam.

Orang berdosa sama seperti seseorang yang menderita penyakit yang


mematikan.ia tidak mampu untuk menyembuhkan dirinya sendiri dari
penyakit itu. Ia terbaring diatas tempat tidur dengan keadaan hampir lumpuh
total. Ia tidak dapat sembuh jika Allah tidak memberikan obat yang dapat
menyembuhkannya. Orang itu sedemikian buruk kondisinya sehingga ia
tidak mampu mengulurkan tangannya untuk menerima obat itu. Oleh karena
itu Allah bukan hanya menawarkan obat itu tetapi Allah harus meletakkan

58
.Ev.K.A.M.Jusuf Roni. Membangun manusia seutuhnya. ( Jogjakarta: Yayasan Andi 1987)
, 30
59
D. Marthin Jones Liod, The Plight Of Man End The Power Of God (Grand Rapids:
Eerdmans;, 1945) ,45 (Terjemahan Langsung)

45
obat itu pada sebuah sendok dan kemudian menyodorkannya pada mulut
orang itu.60

Setelah rusak akibat kejatuhannya manusia berdosa berdasarkan


kemauannya,tidak berlawanan dengan kemauannya dan juga tidan karena
terpaksa; dalam pada itu kodratnya begitu buruk sehingga ia tidak dapat
diajak,kecuali untuk berbuat jahat.karena kerusakan kodratlah umat manusia
takluk kepada dosa dan tidak dapat ada kemauan selain untuk berbuat yang
tidak baik.61

Karena penyucian merupakan inisiatif Allah semata-mata, maka tidaklah dapat

dikatakan bahwa penyucian merupakan hasil dari usaha manusia. Itulah sebabnya

penyucian disebut pula dengan istilah Anugerah.

Penyucian merupakan suatu anugerah dimana orang percaya diceraikan dari


dirinya dan dari sifat dosa didalam dirinya serta dengan jalan memenuhinya
dengan Roh Kudus,dikhususkan untuk kesucian dan pelayanan.
Menurut arti kata: kata penyucian berarti “menjadikan suci” atau
“menjadikan kudus”.jadi Roh Kudus merupakan perantara yang diperlukan
dalam penyucian dan Kristus merupakan perlengkapan yang
memadai.Kristus Yesus menguduskan kita (I Kor 1:30).menurut pengertian
yang Alkitabiah tidak ada kesucian secara moral yang terlepas dari hubungan
dan persatuan dengan Dia.62

Raja Daud dalam sebuah Mazmurnya (Maz 14:3) di tekankan ulang didalam

Perjanjian Baru oleh Rasul Paulus dalam Roma 3:12,23 yang menyatakan bahwa

tidak ada seorangpun dari manusia yang berbuat baik dan tidak seorangpun yang luput

dari dosa. Dengan kata lain bahwa tidak mungkin manusia yang tidak suci mampu

mengadakan penyucian bagi dirinya sendiri dan orang lain; mustahil.

Perlu ada orang kedua dan superior untuk mengangkat beban itu,menarik dari kubang

lumpur yang mematikan tersebut. Dialah Allah yang telah menyediakan sarana

tersebut,lewat penyelamatan yang saat ini salah satu instrumen didalamnya sedang

kita bahas yaitu ”Penyucian” (Efesus 2:8-9).

60
R.C.Sproul. Kaum Pilihan .( Malang : SAAT ,1996) , 106.
61
Yohanes Kalvin,Institutio (Jakarta: Bpk.Gunung mulia ,2003) ,71,77.
62
5.Harold M.Freligh. Delapan Tiang Keselamatan.( Bandung: Kalam Hidup ,2002), 72.

46
Sistematika Penyucian

Tibalah kita pada suatu segmen terpenting dari pembahasan terhadap konsep

penyucian yang Alkitabiah. Sebuah gagasan yang tersaji secara sistematis dan

menyeluruh.

Jika dilihat dari sudut pandang manusia,Penyucian bukanlah sebuah tindakan sekali

melangkah lalu selesai, tetapi merupakan sebuah proses yang bergulir progresif.

Pengudusan merupakan baik tindakan maupun proses. Dalam hal ini


pengudusan berbeda dengan pembenaran,karena pembenaran merupakan
satu tindakan yang terjadi sekali saja dan bukan suatu proses.63

Seperti halnya telah disimpulkan oleh para teolog Injili yang telah Tuhan pakai

menemukan gagasan dalam bentuk yang sistematis, mereka menyimpulkan ada tiga

tahapan penyucian dimana setiap orang percaya dan yang bakal percaya, pasti

melaluinya.ketiga tahapan tersebut adalah: kesucian secara posisi (Position

Sanctification),kesucian secara pengalaman (Experiental Sanctification) dan terakhir

Kesucian Akhir (Perfected Sanctification).

1. Penyucian Secara Posisi ( Pisition Sanctification)

Disebut sebagai penyucian posisi, karena peristiwa ini merupakan titik awal dari

sebuah kehidupan yang baru, mendapatkan sebuah status yang baru dengan kualitas

yang sangat unggul dibandingkan status yang lama. Pada tahap ini, manusia disebut

sebagai orang yang dikenan oleh Allah sebab Allah kudus adanya.

Pengudusan Posisional: ini adalah posisi orang percaya atau statusnya


dihadapan Allah,berdasarkan kematian Kristus. Dalam pengudusan

63
Henry C.Thiessen, Teologia Sistematika Penerbit Gandum Mas. 2003 Hal 444

47
posisional orang percaya diperhitungkan kudus dihadapan Allah; ia
dinyatakan orang kudus.64

Orang percaya memiliki adanya sebuah kepastian akan keselamatan, tidak lagi

berbentuk spekulasi atau moga-moga tetapi absolut.(Ul 30:1-20;Yoh 3:16)

Dia tidak terupayakan walau dengan berbagai cara, karena ia hanya akan diperoleh

karena kasih karunia semata.(Ef 2:8,9). Hubungan antara Konsep akan kepastian

keselamatan berdasarkan Anugerah kasih karunia dengan konsep-konsep umum yang

sudah penulis paparkan pada bab sebelumnya memang sangat paradoks, dimana

penekanannya terdapat pada usaha manusia, lebih dominan dan menjadi tolok ukur

yang lebih realistis.

Keuntungan besar sudah didapatkan sebab posisi kita sudah beralih dari

musuh Allah menjadi Anak Allah (Yoh 1;12) ,namun yang lebih membahagiakan

adalah bahwa posisi kita yang tadinya berdiri diambang pintu panasnya api neraka,

sekarang kita sudah berada pada posisi terdaftar pada rombongan orang –orang yang

segera menikmati kebahagiaan kekal. Berbeda dengan bagian penyucian secara

pengalaman dan penyucian akhir, penyucian secara posisi, merupakan titik awal yang

menentukan seseorang bisa masuk sorga atau tidak. Tidak mungkin seseorang akan

mengalami penyucian secara pengalaman dan atau penyucian akhir apabila ia tidak

melalui tahap yang urgen ini. Inilah yang membedakan antara orang “Kristen”yang

percaya dengan orang yang belum percaya. Dalam satu hari bisa saja mereka

melakukan ritual/sakramen pengudusan lebih dari 5 kali, tetapi apabila mereka belum

melewati tahap penyucian posisi ini, semua itu adalah sia-sia. (Mat 15:9).

Konsep dan Sarana dalam PL

64
Paul Enns. The Moody Hand Book Of Theology . (Malang: SAAT , 2004) ,408 (terjemahan
langsung)

48
Ketika berbicara tentang konsep dan sarana keselamatan didalam Perjanjian

Lama, seringkali kita menemui kesulitan untuk menemukan gagasan yang paling

tepat. Karena berita tersebut tidak tersingkap secara jelas seperti halnya kita temukan

didalam Perjanjian Baru. Namun bagi kita yang sedikit banyak memahami teologia,

hal tersebut janganlah dianggap sebagai sebuah kesulitan,tetapi lebih tepatnya adalah

keunikan.Walau Allah tidak berubah-ubah, namun Dia menggunakan banyak cara

untuk menggiring manusia kepada satu sarana yang utama dan satu-satunya untuk

mendapatkan keselamatan yang didalamnya harus melalui tahapan penyucian.

Terlihat dalam berbagai periode ada perbedaan metode yang dipakai dalam perjanjian

lama dalam penerapan penyucian. Namun kesemuanya itu merupakan gambaran

samar-samar tentang iman.

Tidak ada dua atau tiga sarana yang bisa dipergunakan untuk menyucikan diri, kecuali

semata-mata karena iman. Khusus dalam Perjanjian Lama kita akan membagi

sidikitnya ada dua periode yang menonjol tentang bagaimanakah mereka bisa

mengalami penyucian dan diselamatkan. Yang pertama adalah jaman Pra taurat dan

selanjutnya jaman Taurat / para Nabi.

Pra Taurat

Kita dapat membuat sebuah petarikhan masa pra Taurat ini mulai dari

kejatuhan manusia kedalam dosa hingga bangsa Israel keluar dari tanah Mesir lalu

mendirikan Kemah Tabernakelnya dipadang gurun.

Ketika Adam dan Hawa jatuh kedalam dosa, mereka telah menyadari kegala

kesalahan yang telah mereka lakukan, hingga mereka tertunduk dan mentaati segala

apa yang diperintahkan oleh Tuhan. Mereka diperintahkan keluar dari taman eden dan

mereka melakukan hal itu sesuai dengan perintah Tuhan. Adam dan Hawa tetap

49
sebagai orang yang memiliki posisi kudus dihadapan Allah dengan iman yang mereka

tunjukkan - setelah Allah menganggap gagal dan sia-sia usaha yang mereka lakukan

dalam hal menyemat daun ara sebagai bahan penutup ketelanjangan mereka- dengan

mau mengenakan pakaian dari kulit binatang yang dibebuat dan diberikan oleh Allah

sendiri.

Dari kegelapan dan tragedi kejatuhan manusia muncullah cahaya yang samar-
samar dan anugerah lain yang melengkapkan protoevangelium itu. Allah
membunuh beberapa ekor binatang dan membuat pakaian dari kulit binatang
untuk menggantikan daun pohon ara yang tidak memadai untuk menutupi tubuh
Adam dan Hawa (Kej 3:21).65

Setidaknya Adam dan Hawa telah melihat sebuah gambaran tentang anugerah yang

besar telah terjadi atas hidup mereka dan melihat pelajaran dari jatuhnya korban dan

penumpahan darah (binatang) untuk solusi bagi ekses pelanggaran yang baru saja

mereka lakukan. Adam tetap berpredikat sebagai milik Allah, namun ia harus

menerima konsekwensi logis dari dosa yang telah mereka lakukan yaitu harus angkat

tikar dan pergi meninggalkan taman eden yang penuh dengan keindahan tersebut.

Pihak perempuan yang diwakili oleh Hawa akan mengalami kesakitan pada saat

melahirkan anak-anak mereka, sementara pihak Pria yang diwakili oleh Adam, akan

mengalami kesusahan dalam jerih lelah untuk penghidupan.

Pasca kejatuahan Adam dan Hawa,kini mulailah sebuah babak baru dari

sistem kehidupan yang juga meliputi perubahan ekosistem. Tidak kalah pentingnya,

kini manusia terpisah dari Allah seolah mereka berjalan sendiri,tidak seperti ketika

berada ditaman eden dalam pemeliharaan Tuhan. Lalu bagaimana selanjutnya

keturunan Adam dan Hawa bisa menerima penyucian dan diselamatkan, sebab anak-

anak mereka tidak menjadi saksi mata bagi anugerah Allah ketika orang tua mereka

diberi pakaian dari kulit binatang?

65
John.J.Davis, Eksposisi Kitab Kejadian. ( Malang: Gandum Mas , 2001) ,100.

50
Sekalipun manusia telah jatuh dalam dosa bukan berarti gambar Allah itu telah

terhapus sama sekali dari dalam diri mereka. Tetapi yang terjadi adalah bahwa

manusia tidak lagi memiliki kemampuan untuk menjangkau Allah, meraih

keselamatan . manusia tetap memiliki sebuah kebaikan walau itu terbatas hanya

menyangkut kebaikan yang berkenan dihati sesama manusia.

Dari sudut negatif, kebejatan menyeluruh tidak berarti bahwa setiap orang
berdosa sama sekali tidak memiliki sifat-sifat yang menyenangkan hati manusia;
bahwa orang berdosa melakukan, atau ccenderung melakukan bermacam-
macam dosa;atau bahwa orang berdosa sangat membenci Allah. 66

Karena sejak Adam dan Hawa jatuh kedalam dosa hingga pada jaman Musa sebelum

adanya Hukum Taurat, tidak/belum ada Hukum yang menyatakan bahwa tindakan ini

dan itu merupakan sebuah pelanggaran terhadap Hukum Allah (kecuali spesifik bagi

Adam dan Hawa), Allah telah mengaktifkan hati nurani manusia agar mereka tanggap

tentang membedakan yang baik dan yang jahat.

Hati nurani kini menjadi aktif,dan manusia diberi kesempatan untuk


menunjukkan bahwa hukum Allah yang tertulis dalam sifat manusia sudah
cukup untuk menuntun manusia kembali kepada Allah. Akan tetapi kain
sendiri menjadi pembunuh;dan sekalipun untuk sementara garis keturunan
Set menunjukkan kesalehan,tidak lama kemudian kesalehan itupun lenyap.
Kehidupan semua manusia menjadi rusak dan segala kecenderungan hatinya
jahat semata-mata. Suara hati manusia ternyata tidak cukup kuat untuk
mendorong manusia mencari kehadiran Allah serta jalan keselamatannya. 67

Hal itu terbukti ketika Allah sendiri yang memberikan penilaian kepada Kain ketika ia

hendak membunuh adiknya Habel. ( Kej 4:5-7) Bahwa kebencian dan panas hati yang

ditunjukkan oleh Kain merupakan sesuatu yang jahat bertentangan dengan kebaikan

yang diperhitungkan dihadapan Allah.

Selanjutnya demikian pula terjadi dengan Nuh. Diantara manusia sebangsanya, Allah

mendapati bahwa hanya Nuh lah orang yang berkenan dihati Tuhan sementara yang
66
Henry C.Thiessen.Teologi Sistematika. ( Malang : Gandum Mas , 2003) ,294
67
ibid , .309

51
laian memiliki kecenderungan hati yang jahat hingga Nuh mendapat predikat dari

Allah sebgaai orang yang benar dan tak bercela. (Kej 6:8-9)

Pada jaman Abraham semakin kita melihat ada peningkatan ide yang sagat

jelas mewakili penjelasan akan sarana keselamatan dan pengudusan bagi manusia

yaitu melalui iman semata.

Dalam bagian Paling awal dari Perjanjian Lama hanya ada sedikit
sekali garis abstrak yang berkenaan dengan keselamatan. Esensi dari
agama para bapa leluhur ditunjukkan kepada kita dalam perbuatan.
Janji Allah menjadi latar depan dan Abraham dipakai untuk
mengemukakan bahwa respon yang tepat adalah iman. Keseluruhan
hidup Nuh ditentukan oleh kepercayaan kepada Tuhan dan janji
NYa,tetapi terutama Abraham,yang dinyatakan dihadpan kita sebagai
tipikal orang beriman.68

Akhirnya kita menemukan sebuah jawaban yang seringkali jadi perdebatan berbagai

aliran teoligia tentang: lalu bagaimana caranya manusia sejak jaman Adam hingga

Jaman Musa dapat diselamatkan dan dianggap kudus dihadapan Allah? Caranya tetap

satu melalui Anugerah Allah yang diresponi lewat iman.

Menurut roma 2:24-25 apabila bangsa-bangsa lain yang tidak memiliki


Hukum Taurat oleh dorongan diri sendiri melakukan apa yang dituntut
hukum taurat...mereka menunjukkan bahwa isi hukum taurat ada tertulis
didalam hati mereka dan suara hati mereka turut bersaksi dan pikiran mereka
saling membela dan saling menuduh. Dengan demikian konflik-konflik hati
nurani manusia berhubungan dengan pokok-pokok penghakiman Allah yang
terakhir. (Roma 2:16) para nabi Perjanjian Lama sering berbicara mengenai
penghakiman Allah yang adil terhadap bangsa-bangsa bukan
Yahudi,walaupun bangsa-bangsa ini tidak diajarkan tentang hukum taurat.69

Mereka yang hidup dibawah hukum hati nurani akan dihakimi menurut hati nurani

mereka,sementara mereka yang hidup dibawah hukum taurat akan dihakimi menurut

hukum tauratnya.tetapi bagi manusia yang telah hidup dibawah Kasih Karunia

68
Louis Berkhof Teologi Sistematik 4 (Jakarta: LRII ,1994 ) ,191
69
Bruce milne. Mengenal Kebenaran (Jakarta : BPK. Gunung Mulia, 1996 ) ,38

52
melalui Pengorbanan Kristus, maka mereka akan dihakimi menurut penerimaan atau

penolakannya terhadap Kristus.

Zaman Taurat, Nabi-Nabi

Sesungguhnya tidak jauh berbeda dengan kondisi pada jaman pra taurat

dimana peran respon iman menjadi syarat utama; yang membedakan adalah, adanya

Hukum yang tertulis, panduan yang lebih terang serta adanya orang-orang yang diutus

langsung oleh Tuhan sebagai penyambung lidah Allah untuk mendeskripsikan sebuah

kebenaran. Allah memberikan Hukum Taurat dan Para nabi Nya kepada bangsa

Israel-sesungguhnya bukan sebagai tiket untuk membawa mereka menjadi orang yang

terdahulu masuk didalam kerajaan sorga. Hukum dan janji Allah tentang keselamatan

lewat anugerah tidak mungkin digantikan oleh apapun juga.

Pemberian hukum tidak mengakibatkan perubahan fundamental, tetapi hanya


sekedar memulai perubahan dalam bentuk eksternal saja. Hukum tidak
menggantikan janji dan iman juga tidak digantikan oleh pekerjaan.
Sesungguhnya banyak diantara kaum Israel yang melihat hukum itu
sepenuhnya dalam cara yang legalistik dan berusaha mendasarkan klaim
mereka akan keselamatan pada pemenuhan cara hidup yang tidak mau
melakukan kekeliruan terhadap hukum itu sebagai suatu badan peraturan
eksternal.70

Oleh Kasih Karunia Allah, IA memilih bangsa Israel sebagai agen Allah di bumi ini

untuk menjadi saksi / bangsa percontohan bagi bangsa-bangsa lain untuk merapat

kepada sisi keselamatan yang sedang ditawarkan oleh Allah. Dengan memberikan

Hukum Taurat kepada bangsa Israel, mereka dan bangsa-bangsa didunia lebih

mengenal Allah yang selama ini hanya bisa mereka raba lewat hati nurani dan atau

lewat kebesaran Allah dalam ciptaanNya. Ada sebuah tatanan Allah yang perlu

diketahui untuk dilakukan sebagai orang-orang yang telah meresponi anugerah Allah

lewat iman, sehingga ada sebuah kepastian bagaimanakah sesungguhnya orang yang

70
Louis Berkhof, Teologi Sistematika 4 (Jakarta: LRII ,1994) 46

53
beriman harus bersikap. Tetapi bangsa Israel gagal menjadi berkat bagi bangsa-

bangsa sebab dengan memperoleh Hukum Taurat dan adanya Nabi-Nabi yang

diberikan oleh Allah,bangsa Israel malah menjadi bangsa yang sombong (Kej 12:2).

Mereka terjebak dalam praktek hidup legalistik; menggeser keselamatan karena iman

kepada Allah dengan melakukan Hukum Taurat sebagai syarat memperoleh

keselamatan. Hal itu tidak memberkati bangsa-bangsa disekeliling mereka, sebaliknya

malah menjadi batusandungan yang sangat berat.(Roma 9:31)

Iman kepada “Yahweh”

Dari awal pokok pembahasan tentang penyucian secara posisi dalam

Perjanjian Lama, kita telah berulangkali menyinggung tentang peran Iman kepada

Allah. Namun yang menjadi pertanyaannya adalah iman kepada Allah yang mana?

Diantara manusia sejaman dengan Abraham didaerah Mesopotamia, telah

berkembang pula pemahaman tentang iman kepada allah yang menjadi sesembahan

mereka.

Reruntuhan kota purba ini (Urkasdim) telah beberapa kali digali,tetapi


penggalian yang paling berarti dipimpin oleh Sir Leonard Wooley dari tahun
1922 samapai tahun 1934..... daerah sakral yang mengelilingi manara kuil ini
meliputi sepertiga dari setengah bagian utara tempat itu.71

Abraham dipanggil keluar dari tengah-tengah penyembahan berhala dan


kekafiran. Beberapa ratus tahun kemudian ketika Yosua menunjuk kepada
keuarga Abraham, ia berkata bahwa mereka”beribadah kepada allah yang lain
(Yos 24:2).penggalian c.Leonard di Ur...memberibanyak keterangan mengenai
agama kafir yang tumbuh dan subur didaerah itu pada masa Abraham. Dewa
utama dikota itu adalah dewa bulan bernama Nanna (sebelumnya tertulis
Nannar).72

Sejarah telah membuktikan dalam penemuan-penemuan arkeologi yang menunjukkan

bahwa pada masa itu banyak orang menyembah kepada dewa-dewa yang bukan Allah
71
John.J.Davis Eksposisi Kitab Kejadian. (Malang: Gandum Mas. ,2001) ,176.
72
Joseph P.Free. Arkeologi dan Sejarah Alkitab. (Malang :Gandum Mas ,2001) ,64

54
sesungguhnya. Tetapi apakah allah yang mereka sembah itu sebagai obyek

penyembahan yang disarankan oleh Allah? Tentu tidak. Sasaran iman yang membawa

kepada pengudusan hanya ditujukan kepada “YAHWEH”

Umat Ibrani baik secara individu maupun secara bangsa. Orang percaya
dibawah Perjanjian lama dibenarkan oleh iman pada janji Yahweh yang di
tunjukkan melalui ketaatan pada persyaratan-persyaratan perjanjian Nya
(mis.Kej 15:6; Hab 2:4). Tindakan secara lahir dari upacara korban
melambangkan dan mewakili sikap batin dan keberadaan dari hati.p.198

Walaupun Abraham adalah orang yang taat akan perintah Tuhan,tetapi tidak dapat

dikatakan bahwa ia menjadi orang yang diselamatkan karena perbuatannya,

melainkan karena imannya kepada Yahweh yang sedang ia taati.

Memang Abraham adalah orang yang taat,dan memang ia benar tetapi


menurut Rasul Paulus Kej 15:6 mengatakan bahwa Abraham dibenarkan
karena Iman dan bukan karena ketaatan. Perbuatan Abraham tidak
dikemukakan, ia hanya percaya dan imannya diperhitungkan sebagai
kebenaran. 73

Abraham diselamatkan karena anugerah Allah, dengan memilih dia untuk di

kuduskan/ dipisahkan dari orang-orang sebangsanya,sanak keluarga dan imannya

yang lama.

Bagi bangsa Israel sendiri , iman mereka terhadap Yahweh telah dituangkan dalam

sebuah teologia pengharapan akan Mesianis.

Penghinaan/rasa malu dalam pnindasan dan pengasingan yang diderita oleh


orang-orang Yahudi akan diperbaiki suatu saat, bila Tuhan mengirimkan
Mesiasnya (mashiah, “ orang yang diurapi” dengan minyak sebagai raja
Israel ), satu keturunan dari raja Daud, untuk menebus mereka.
Messianisme, dari sejak dahulu , menjadi sesuatu yang sangat penting bagi
pemikiran Yahudi.
keRinduan akan datangnya Mesias lebih terasa apalagi pada-saat-saat mereka
didalam kesusahan.74

73
Dave HagelBerg. Tafsiran Roma.(Bandung: Yayasan Kalam Hidup , 1996) ,75
74
Microsoft® Encarta® Encyclopedia .(Microsoft Corporation, 2003).Soft Were.komputer

55
Sampai saat ini bangsa Israel pada umumnya masih memegang pandangan tradisional

ini, tidak tahu entah kapan mereka akan membuka mulut dan mengeluarkan

pengakuan bahwa pengharapan mesianis tidak diperlukan lagi karena pengharapan

yang sudah digenapi tidak bisa lagi disebut sebagai pengharapan. Karena mesias telah

datang.

Konsep dan Sarana dalam PB,Iman Kepada Kristus

Didalam Perjanjian Lama dan perjanjian Baru tidak terdapat perbedaan akan

sarana penyucian posisi,seolah – olah terdapat banyak sarana yang bisa dipakai untuk

mencapai keselamatan. Seperti halnya dalam Perjanjian Lama, penyucian secara

posisi, hanya dapat diperoleh semata –mata karena anugerah Allah sendiri yang kita

responi dengan mata iman.

Iman adalah syarat yang penting untuk mendapatkan keselamatan dalam


Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru.75.

Antara iman orang Kristen dengan iman Abraham ada kesamaan ada juga
perbedaan. Kesamaannya, keduanya sama sekali mengandalkan kuasa Allah
dengan menyadari tidak ada harapan yang berdasarkan kekuatan atau
perbuatan sendiri.namun ada pula perbedaan, Abraham berdiri diawal sejarah
keselamatan baginya semuanya maíz bersifat janji,harapan masa depan. Bagi
kita janji itu pada asasnya telah digenapi. Yaitu dalam kematian dan
kebangkitan Yesus Kristus. 76.

Didalam Perjanjian Baru, segala sesuatu yang masih ter siar secara samar-samar kini

semakin jelas. Jika orang Israel telah sejak lama menggagas akan konsep pengharapan

mesianik, sesunggunhnya dalam Perjanjian Baru inilah segala sesuatunya telah

digenapkan.

Ketika sang Mesias datang memenuhi nubuatan para Nabi,membawa


keselamatan yang diharapkan,maka iman menjadi sarana yang perlu untuk

75
Charles C.Ryrie. Teologi Dasar 2.(Jogjakarta: .ANDI ,1992 ) , 18.
76
Dr.Th.Vanden End. Tafsiran Alkitab Surat Roma. (Jakarta: Bpk.Gunung Mulia, 1997) ,
210.

56
wahyu Allah untuk mengarahkan umat Allah kepada pribadi penyelamat
mereka. 77

Kegenapan dari semua yang dimaksud berada dalam Agungnya Pengorbanan

Kristus.Tidak ada sejarah yang terlebih besar dari apa yang sudah dilakukan oleh

Allah lewat penebusan Kristus.

Kematian Kristus di kayu salib telah dilakukan demi mengubah posisi manusia yang

tadinya milik dunia /dosa kini dijadikan kudus oleh DarahNYa yang mulia. Namun

status itu tidak bisa dinikmati oleh semua orang kecuali mereka yang diterangi mata

hatinya untuk mengimani makna pengorbanan Nya.

Persyaratan Allah mengenai pendamaian bersifat universal. Karena kematian


Kristus,maka keadaan dunia diubah-sekarang manusia dapat diselamatkan.
Tetapi hal itusendiri tidak menyelamatkan satu manusiapun,sebab pelayanan
pendamaian itu harus dilaksanakan dengan setia melalui pemberitaan Injil.
Pada saat seorang menjadi percaya,maka ia menerima pendamaian yang
diberikan Allah didalam kematian Kristus 2Kor5:18-21). Dunia telah
didamaikan tetapi manusia perlu didamaikan. 78.

Iman berati keyakinan,kepercayaan menganggap sesuatu adalah benar. Tentu


saja iman harus mempunyai isi; harus ada kepercayaan atau keyakinan
tentang sesuatu. Mempunyai iman Kepada Yesus Kristus berarti mempunyai
keyakinan bahwa Ia dapat menghilangkan kesalahan dosa mengaruniakan
hidup kekal.79

Didalam Perjanian Baru kita akan menemukan sebuah istilah yang dipakai untuk

merujuk pada seseorang yang telah ditetapkan kudus secara posisi, yaiutu: ”Lahir

Baru”.jika ditinjau dari segi waktu,inilah saat yang menjadi titik tolak diawalinya

sebuah kehidupan yang hakiki.

1.lahir baru adalah: Genethe-anathon. Yaitu lahir dari atas.artinya kelahiran


kembali. Sesudah lahir satu kali tetapi kemudian dilahirkan kembali untuk
kedua kalinya (Yoh 3:3,5,7;Tit 3:5;I Pet3:23).

77
Louis Berkhof Teologi Sistematik 4 (Jakarta: LRII ,1994) , 192.
78
Charles C.Ryrie. Teologi Dasar 2.(Jogjakarta: .ANDI ,1992) , 39.
79
Ibid,86

57
2.Adalah Palingenesia” : yaitu bangkit pula. Jadi dipakai untuk hal atau
peristiwa maka berarti kebangunan.Misalnya kebangunan rohani atau
kebangunan moral. (mat 19:28;Kis 3:19-21).80

Dalam hubungannya dengan kekudusan posisi, Alkitab menggunakan Arti pertama:

Genethe-anathon. Sebuah kelahiran kedua- sebuah kelahiran Rohani.

Jika disebut sebagai sebuah proses kelahiran, hal ini memberikan sebuah gambaran

bahwa orang tersebut baru saja mengawali hidupnya yang baru untuk melangkah pada

sebuah pertumbuhan rohani. Manusia lamanya telah ditanggalkan kini mengenakan

manusia yang baru.(Kol 3:10)

Sistim Korban Sempurna

Walau sistem pengorbanan merupakan sesuatu yang sudah umum dapat diterima

oleh banyak kalangan sebagai sarana pengudusan, namun masih saja ada orang-orang

tertentu yang masih meragukan kualitas pengorbanan Kristus yang disebut dapat

mengampuni dosa dunia.

Teori kebetulan: pandangan ini tidak melihat ada sesuatu yang istimewa dari
kematian Kristus. Kristus dianggap seorang manusia,dan sebagai manusia
dengan sendirinya Ia harus mati....bagaimanapun juga kematianNya tidak
berarti apa-apa bagi orang lain81

Pengorbanan Kristus tidak bisa dipandang sebagai sebuah pertimbangan yang

meragukan, karena kualitas pengorbananNya dapat dipertanggung jawabkan secara

valid.

Kualitas Korban Kristus telah memenuhi kriteria karena kualitasnya sempurna,

dengan bukti-bukti sebagai berikut:

Ia sempurna karena Allah sendirilah yang merancangkannya (Yes 52:13-15;53:1-10)

80
7.Dr.Peter Wongso, Sotereologi (Malang: SAAT,2000) ,64
81
henry C.Thiessen,Teologia Sistematika (Malang: Gandum Mas , 2003) ,353

58
Jika kita adalah orang yang diterangi hatinya dan menerima Firman Allah/Alkitab

sebagai otoritas yang dapat dipercaya, maka kita tidak perlu ragu lagi bahwa jika

Allah yang merancangkan sesuatu, maka hal itu tidak mungkin salah.

Ia sempurna Karena Korban Itu sendiri suci adanya: tidak seorangpun yang

menunukkan jari kepada Nya dan berkata bahwa telah ditemui adanya kesalahan pada

Nya. (Pengakuan Yudas Mat 27:4;pengakuan Pilatus Yoh 18:38;Pengakuan Paulus

Kis 28:17).

Berhubung kualitas nya sudah sempurna maka peristiwa tersebut tidak perlu diulang

kembali.(Ibr 9:27;10:10). Korban Krsitus sangat cukup untuk menebus dosa seluruh

umat manusia, dan tidak perlu ditambah-tambah oleh unsur apapun dalam kaitannya

dengan keselamatan.

Pengorbanan Kristus bukanlah suatu keterpaksaan yang menjadi sebuah

keharusan, melainkan atas kerelaan yang didorong oleh KasihNya yang ajaib. Tidak

ada pihak ketiga yang memberi stimulus kepada Allah agar Ia melakukan

pengorbanan demi keselamatan umat manusia,namun karena inisiatif Allah sendiri.

Karya penebusan ini merupakan sebuah transaksi obyektif, suatu tindakan


khusus Allah yang melibatkan AnakNya.tindakan ini harus dilakukan.
Keharusan tersebut bukan dipaksakan lepada Allah dari luar,karena jira
demikian Dia tentu bukan Allah. Keharusan tersebut dipaksakan lepada
Allah dari dalam,yaitu oleh kebaikan sifat Nya sendiri.82

Kesucian Allah dinyatakan dalam hal Allah menyediakan korban (grafirat)


untuk menyelamatkan manusia dari pada dosa mereka,dan menyucikan
mereka. Kematian Tuhan Yesus bukan hanya menyatakan kasih Allah,dan
kebencian Nya terhadap dosa. (Yoh 3:16; I Pet 3:18. 83

Seandainya Allah memberikan toleransi bagi keselamatan lewat sarana pengorbanan

manusia biasa, apakah ada manusia didunia ini yang tidak berdosa untuk memenuhi

82
Charles F.Pfeiffer;Everett F.Harrison. TAfsiran Alkitab Wycliffe.Vol.3 (Malang: Gandum
Mas, 1962) ,531.
83
J.W.Brill , Dasar yangTeguh (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 1996) ,51

59
kriteria tuntutan Allah? Jika ada orang mengaku tidak berdosa,maka saat itu juga ia

sedang melakukan dosa dihadapan Tuhan.(I Yoh 1:8,9)

Dengan demikian alasan sebagian orang yang meragukan kualitas pengorbanan

Kristus ini telah terpatahkan dan tidak dapat dibantah lagi.

Konsekwensi Logis Menolak Penyucian secara Posisi

Anugerah keselamatan yang diberikan oleh Allah dengan Cuma-Cuma

memang bisa saja tidak menjadi pilihan bagi orang-orang yang mengeraskan hatinya

untuk tidak percaya, tetapi sadar atau tidak sadar,percaya atau tidak, dunia ini harus

diakhiri dan semua manusia harus dibawa kembali kepada kekekalan. Nah sekarang

hanya ada dua pilihan. Kekekalan yang bahagia atau kekekalan dalam penderitaan.

Peristiwa-peristiwa penghakiman ini akan terjadi untuk menunjukkan


keadilan Allah dalam berurusan dengan manusia.dihadapan pengadilan Allah
semua mulut akan tertutup (Roma 3:19).tidak perlu beranggapan bahwa
setiap orang akan mengakui bahwa ia menerima imbalan yang sesuai dengan
perbuatannya,namun tersirat bahwa tidak ada orang yang akan mempunyai
alasan yangtepat untuk mengeluh,dan karena itu tidak ada yang mengeluh.
Orang-orang ini akan dihakimi berdasarkan apa yang ada tertulis dalam
kitab-kitab itu (Wahyu 20:12)jelaslah dalam kitab-kitab tercatat nama-nama
orang yang tidak percaya. 84

Allah tidak mengada-ada dengan sesumbar berkata bahwa: tidak ada

keselamatan kecuali hanya didalam Kristus Yesus, karena nyata bahwa tidak ada

manusia yang bisa melepaskan dirinya dari hukuman yang akan menimpa dunia ini.

Konsekwensi dosa sudah nyata bahwa ia harus dihukum. Menolak untuk tidak

menerima keselamatan lewat pengudusan Kristus adalah sama dengan perbuatan dosa

melawan Allah. (yoh 3:36;5:24;). Menolak penyucian posisi berarti menolak

84
Henry C.Thiessen,Teologi Sistematika.Gandum Mas. 601,607.

60
pendaftaran dan pencatatan namanya untuk dicantumkan dalam kitab kehidupan,

dengan kata lain tempatnya tidak berada didalam sorga, melainkan neraka keji.

Neraka:tempat hukuman bagi orang jahat atau orang yang tak


beriman,setelah orang-orang itu meninggal dunia (Ams 9:18;Mat 5:22,29-30)
dilukiskan sebagai laut api (Wahyu 20:14-15) sama dengan neraka atau
jahanam(Mark 9:43-48)85

Sama seperti surga, neraka bukan hanya suatu keadaan, tapi merupakan
sebuah tempat yang nyata. Neraka adalah sebuah tempat di mana orang-
orang yang bedosa akan mengalami murka Tuhan secara kekal dan tanpa
akhir. Mereka akan mengalami siksaan secara emosi, mental, dan fisik.
Mereka akan merasa malu, menyesal dan bersalah.
Neraka digambarkan sebagai jurang yang tanpa dasar (Lukas 8:31, Wahyu
9:1), lautan api dan belerang, di mana para penghuninya disiksa siang dan
malam untuk selama-lamanya (Wahyu 20:10). Di neraka akan ada tangisan
dan kertak gigi, menunjukkan kesusahan dan kemarahan yang amat sangat
(Matius 13:42). Neraka adalah tempat “di mana ulat-ulat bangkai tidak mati
dan api tidak padam” (Markus 9:48). Allah tidak menikmati kebinasaan
orang-orang jahat dan ingin untuk mereka berbalik dari jalan-jalan mereka
yang sesat supaya mereka hidup (Yehezkiel 33:11). Namun Dia tidak
memaksa kita untuk tunduk; jika kita terus menerus menolak Dia, Tuhan
tidak punya pilihan lain selain memberi kita apa yang kita inginkan, hidup
terpisah dari Dia.86

Ada banyak orang tertawa jika mendengar bahwa Allah yang penuh kasih dengan

teganya menghukum umat ciptaanNya sendiri dengan penyikasaan keji. Memang jika

kita melihat dari satu sisi sifat Allah maka hal itu memang tidaklah mungkin terjadi.

Tetapi sadarkah kita bahwa Allah tidak dapat berdiri tidak seimbang antara kasih dan

keadilan yang juga adalah naturnya.

Penderitaan yang akan anda hadapi adalah penderitaan yang akan dibuat
sedemikian rupa oleh Allah untuk menunjukkan seperti apa murka Allah itu
sebenarnya. Dalam hatiNya Allah telah bertekad untuk menyatakan kepada
para malaikat dan manusia,bukan hanya tentang kasihNya yang besar,tetapi
juga kedahsyatan murkaNya. 87.

85
W.N.Mc elrath, Billy Mathias Ensiklopedia Alkitab Praktis (Bandung: Literatur Baptis,
1986) ,98
86
WWW. Got Question.org
87
.Sinner In the Hands of an Angry God.(Surabaya: Momentum, 2004) ,40 (Terjemahan
langsung)

61
Saat ini adalah saat yang tepat untuk orang yang belum percaya segera mengambil

keputusan untuk percaya dan menerima Yesus Kristus sebagai satu-satunya sarana

penyucian bagi keselamatan . Hari inilah hari kasih karunia itu sebab Allah sungguh

tidak mau seorangpun dari manusia yang dikasihinya itu akan binasa. (II Pet 3:9-15).

2.Penyucian Secara Pengalaman (Experiental Sanctification)

Berbeda dengan penyucian secara posisi yang menjadi penentu status kita

didalam kehidupan mendatang, penyucian secara pengalaman ini merupakan

Penyucian lanjutan. Pada fase ini orang percaya harus melewati proses yang

panjang,terus bergulir sampai pada saat yang telah ditentukan. Orang percaya dituntut

untuk selalu mengkonfirmasi ,serta memproklamasikan kebenaran akan penyucian

posisi yang telah ia peroleh dari Allah. Sehingga kepastian akan keselamatan,tidak

tinggal sebagai kenangan atau slogan yang tak berarti, melainkan aktif dan dinamis.

Seseorang yang telah diselamatkan dan disebut sebagai orang kudus,

seyogianyalah mereka mengerjakan keselamatannya dengan bertanggung jawab. (Filp

2:12).Rasul Paulus dengan tegas menyampaikan kepada jemaat di Galatia (Gal 5:1-

15) bahwa betul kita yang sudah percaya telah dimerdekakan dan tidak mungkin lagi

di jajah secara posisi oleh kuasa iblis, tetapi hal itu bukan berarti menjadi legalisasi

bagi kita untuk arogan melakukan dosa. Hal inilah yang menjadi perdebatan panjang

diantara mereka yang menganut pemahaman bahwa keselamatan tidak bisa

hilang(Calvinis) dengan mereka yang menganut paham keselamatan bisa

hilang.(Armenian).

Calvisnisme berpegang pada ketekunan orang-orang kudus, sementara


Arminianisme berpegang pada keselamatan yang bersyarat. Ketekunan
orang-orang kudus merujuk pada konsep bahwa seseorang yang telah dipilih
Allah akan bertahan dalam imannya dan tidak akan pernah menolak Kristus
atau berbalik daripadaNya. Keselamatan yang bersyarat adalah pandangan

62
bahwa seseorang yang percaya pada Kristus, dapat, dengan kehendak
bebasnya, berbalik dari Kristus dan karena itu kehilangan keselamatan.

Jadi, dalam perdebatan Calvinisme vs Arminianisme, mana yang benar?


Adalah menarik untuk dicatat bahwa dalam keanekaragaman tubuh Kristus
ada berbagai perpaduan antara Calvinisme dan Arminianisme. Ada orang-
orang Calvinist lima poin dan Arminian lima poin, dan pada saat yang sama
ada orang-orang tiga poin Calvinis dan dua poin Arminian88

Pihak Armenian telah membentengi diri bahwa apabila seorang kristen menganut

pemahaman keselamatan tidak bisa hilang, orang tersebut akan bertendensi sangat

mengecilkan makna hidup kudus. Sementara pihak Calvin juga membangun gagasan

bahwa jika keselamatan bisa hilang maka kualitas penyucian itu bertendensi inferior.

Sesungguhnya kedua pemahaman diatas tidak perlu diperuncing menjadi

permasalahan yang rumit, keduanya akan sangat baik jika dikombinasikan. Dalam

kesimpulan yang sederhana dan tidak sempurna, kita bisa menyelaraskannya jadi

sebuah filosofi dengan istilah: “Calvinis dalam hal penyucian posisi, Armenian dalam

hal penyucian pengalaman”.

Seperti telah disinggung diatas, bahwa berbicara tentang kekudusan

pengalaman tidak ada sangkut paut perannya dalam capaian keselamatan, namun

lebih mengarah kepada upah atau pahala yang akan diperolehnya. (1 Kor 3:11-15;2

Kor 5:10)

Upah yang paling ditonjolkan akan didapati pada saat pengadilan Kristus diadakan

(Bema) Roma 10:14. adanya beberapa (5) mahkota yang telah disediakan bagi mereka

yang semasa hidupnya mengaplikasikan hidup yang kudus dihadapan Tuhan.

1.Mahkota Kemenangan (tidak berubah) 1 Kor 9:25

2.Mahkota Kehidupan / Para martir (Wahyu 2:10)

3.Mahkota Kemuliaan (Gembala) (1 Pet 5:2-4)

88
WWW. Got Question.org

63
4.Mahkota Kebenaran (Yang merindukan kedatangan Nya) (2 Tim 4:8)

5.Mahkota Sukacita (Pemenang Jiwa) 1 Tes 2:19-20.

Baiklah kita tidak perlu terlalu berlarut-larut dalam pembahasan tersebut,saat

ini mari kita lihat gagasan Alkitab tentang kesucian secara pengalaman , baik yang

terdapat dalam Perjanjian Lama maupun dalam Perjanjian Baru.

Konsep dan Sarana Penyucian dalam PL

Didalam Perjanjian Lama Penyucian secara pengalaman merupakan gagasan

yang menonjol, luas dan sangat rumit. Karena segala sesuatunya dituliskan dengan

saksama dalam berbagai aturan -aturan yang terdapat didalam Hukum Taurat.

Hubungan antara Allah dengan Israel sebagai umat pilihan Nya, tidak bisa dianggap

remeh dan simple. Allah yang Maha Kudus tidak mungkin berkenan dan kompromi

terhadap dosa sekecil apapun.

Tindakan dosa yang dilakukan oleh orang israel atau orang asing yang beriman

kepada Yahweh dianggap sebagai permusuhan terhadap Allah. Itu sebabnya mereka

harus senantiasa melakukan tindakan rekonsiliasi dengan Allah.

Dalam Perjanjian Lama ada tiga istilah yang dipakai untuk gagasan
pengampunan, yaitu: satu, Kapar yang berati: “make reconsiliation”
Perdamaian).
Dalam Perjanjian Lama kata ini dipakai untuk menjelaskan gagasan
pengampunan. Biasanya selalu dihubungkan dengan korban. Arti dasar kata
ini adalah “to cover sin” (menutupi dosa).
Dua: nasa yang berarti carry, (membawa) take (mengangkat) dimana dosa
diangkat dan dibawa jauh. Tiga: salah :Forgive (mengampuni). Gagasan ini
selalu dipakai dalam pengampunan ilahi. 89

Proses rekonsiliasi tidak dapat dilakukan secara eksklusif oleh diri sendiri, namun

harus melalui mediasi Para Imam yang ditunjuk untuk bertugas.


89
R.Laird Harris,Theological Wordbook of The Old Testament Vol.1 (Chicago: Moody
Press,1990) ,452 (terjemahan langsung)

64
Dan yang tidak kalah penting untuk di perhatikan adalah setiap kali mengadakan

rekonsiliasi selalu diikuti dengan pengorbanan.sebab sudah menjadi sebuah ketentuan

dari Tuhan bahwa segala sesuatu yang berkaitan dengan penyucian tidak bisa lepas

dari aspek pengganti berupa nyawa yang harus dikorbankan.

Upacara korban hanyalah satu cara bagi umat Ibrani untuk menghampiri
Allah Yahweh mereka, yang Kudus dari Israel (selain dari doa,Yer
29:12;pertobatan dan penyesalan karena dosa,Yes 66:2 dan seterusnya).90

Dalam istilah Ibrani ada banyak istilah yang dipakai untuk membedakan jenis-jenis

korban yang dipersembahkan, mari kita lihat beberapa istilah yang terdapat

didalamnya:

PL tidak mempunyai kata umum untuk “korban” kecuali qorban yang jarang
digunakan; artinya: yang dibawa mendekat,dan secara praktis terbatas pada
susastra keimaman.kata-kata lain yang banyak digunakan melukiskan macam
korban tertentu ,dan dijabarkan atau dari bentuk kata korban seperti “zavakh”
(korban),Yang disembelih,ola (korban bakaran)..asyam (korban penebus
salah)..khatta (korban penghapus dosa).

Berkaitan dengan pengudusan secara pengalaman, korban korban yang dimaksud bisa

kita ringkaskan menjadi 2 disebut sebagai: Korban penebus salah dan korban

penghapus dosa.

Korban Penebus salah: korban yang dipersembahkan ( biasanya berupa


domba jantan atau anak domba jantan) oleh karena seseorang secara tidak
sengaja menyakiti orang lain ( Im 5:15-19).91

Korban Penghapus dosa: korban yang dipersembahkan karena seseorang


telah berdosa atau melanggar larangan keagamaan (Im 4:2-14);sama dengan
Tebusan salah (1 Sam 6:3).92

Sebenarnya tidak ada perbedaan yang mencolok antara korban penebus salah dan

penebus dosa, yang membedakan adalah: jenis kesalahan/pelanggarannya. Disebut

90
Andrew E.Hill & John H.Walton. Survei Perjanjian Lama (Malang: Gandum Mas, 2004 )
, 196
91
W.N.Mc elrath, Billy Mathias Ensiklopedia Alkitab Praktis (Bandung: Literatur Baptis ,
1986 ), 73
92
Ibid,74

65
korban penebus salah karena orang tersebut melakukan dosa dengan tidak sengaja.

Sementara disebut korban penghapus dosa, karena orang tersebut telah berdosa

dengan sadar melanggar hukum Allah.

Kesemua korban yang dibawa kepada Tuhan merupakan lambang pendamaian bagi

mereka yang telah melakukan dosa, sementara korban yang dipersembahkan di

mengerti sebagai korban pengganti bagi penebusan akan dosa dan kesalahan mereka.

Dalam perjanjian lama. Peraturan upacara pengorbanan termasuk keharusan


bagi pembawa persembahan untuk meletakkan tangannya keatas hewan
yang akan dipersembahkan sebagai korban...ini berarti pengalihan dan
penyerahan dan secara tidak langsung berarti penggantian; sehingga hal itu
benar-benar menyatakan pengganti bagi sipembawa korban. 93

Itu sebabnya setiap kali mereka menyerahkan korbannya kepada Imam, maka mereka

harus meletakkan tangannya atas korban sebagai lambang integrasi terhadap korban

yang tak bersalah sehingga umat dijadikan suci. (Im 1:1-4;4:13-15).

Penyembah meletakkan kedua tangannya (samakh) atau pada zaman Alkitab


mungkin satu tangan (liht Bil 27:18) pada korban,dan besar kemungkinan
sambil mengaku dosanya.94

Ada banyak fariasi korban yang dapat dipersembahkan, tergantung pada status sosial

atau status ekonominya.(Im 1-7). Mulai dari lembu jantan muda, kambing dan domba

jantan atau betina hingga burung tekukur.

Sistem Korban Temporal/berulang

Korban yang dpersembahkan oleh orang Israel karena dosa dan kesalahannya

kepada Tuhan hanya berdaya guna untuk satu kali dosa yang baru dia lakukan. Tetapi

tidak berlaku untuk dosa yang akan dilakukan dikemudian hari. Oleh sebab itu jika

93
Charles C.Ryrie. Teologi Dasar 2.(Jogjakarta: ANDI, 1992) ,30.
94
J.D.douglas Ensiklopedia alkitab Masa Kini 1. (Jakarta: YKBK, 1992) ,576

66
yang bersangkutan berdosa dikemudian hari, maka ia harus menyediakan korban baru

bagi pengampunan dosa-dosanya.

orang Israel yang berbuat suatu dosa merasa karena pelanggarannya itu
terputus hubungannya dengan Tuhan dan sesamanya. Untuk memulihkan
hubungan itu,ia harus membawa korban pendamaian yang telah ditetapkan
Allah.maka imam berdoa baginya dan Tuhan mengampuni
dosanya.hubungannya dengan Allah kembali dan menjadi tenteram dan
sejahtera.95

Sesuai dengan makna yang terdapat dalam istilah yang dipakai, kita akan menemukan

bahwa sesungguhnya korban binatang yang dipersembahkan disebut hanya mampu

menutupi dosa dan kesalahan .

Maksud korban persembahan dalam Imamat sering dinyatakan untuk


“menebus” (Kipper,Im 1:4,dst) arti kata kerja ini dapat dijelaskan menurut
salah satu dari tiga cara berikut: “menutup” dari kata Arab Kafara”
menghapus” dari kata akad Kuppuru” menebus dengan suatu pengganti, dari
kata Ibrani Kofer. Yang terakhir nampaknya paling sesuai artinya dengan
teori tentang korban yang diberikian dalam Imamat 17:11 ‘nyawa makhluk
ada dalam darahnya...karena darah menandakan pendamaian bagi nyawa.96

Kemah suci-dan oleh karena itu bait suci dikemudian hari juga-adalah tenpat
ibadat orang Israel,dimana Tuhan menampakkan diri untuk memberi
penutupan dosa,seperti yang diminta oleh umatnya dengan jalan mengadakan
upacara Penutupan dosa97

Perjanjian lama mengetahui dengan jelas bahwa persembahan itu sendiri


tidak dapat menebus dosa. (Hos 6:6) mazmur 51 khususnya membeberkan
ini dengan penuh perasaan. Kesalahan moral tidak dapat dihapuskan dengan
kurban (16) tetapi hanya karena oleh rahmat Allah secara Cuma-Cuma.98

Istilah penghapus dosa dimaksudkan sebagai obyek penderita yang dipakai sebagai

pengganti dari konsekwensi penghukuman karena dosa. Itulah sebabnya orang israel

harus mengulang dan berulang untuk mempersembahkan korban pendamaian karena

sifat dari pengorbanan yang mereka persembahan sangat temporal dan tidak tuntas

95
Dr.H.L.Senduk. Teologia Alkitabiah ,57
96
J.D.douglas Ensiklopedia alkitab Masa Kini 1. (Jakarta:YKBK , 1992) ,579
97
Dr.C.Barth. Theologia Perjanjian Lama. (Jakarta: Bpk.Gunung Mulia, 1990) ,344.
98
Bruce milne. Mengenal Kebenaran . (Jakarta : BPK. Gunung Mulia 1996 ) ,.211

67
sempurna. Namun demikian hal tersebut tidaklah menyurutkan niat Allah untuk

mendamaikan umat dengan diriNya, sebab hal tersebut dilakukan oleh umat dengan

iman Kepada Yahweh yang sanggup mengampuni mereka. Dengan tidak disadari

praktek –praktek tersebut merupakan gambaran dari proses pengorbanan dan

pendamaian yang akan dilakukan oleh Kristus sebagai korban sesungguhnya dan

berkualitas secara sempurna.

Konsep dan Sarana Penyucian dalam PB

Seperti halnya konsep penyucian secara posisi yang tersentralisasi didalam

Perjanjian Baru, demikian pula dengan konsep penyucian pengalaman yang terdapat

Dalam PB merupakan gagasan puncak dari cerminan tentang apa yang ada didalam

Perjanjian Lama.

Karena Penyucian pengalaman didalam Perjanjian Baru tidak bisa dikaitkan dengan

orang yang belum percaya/ memiliki posisi kudus dihadapan Allah. Maka konsep ini

bisa kita sebut sebagai proses kehidupan orang percaya. (Perjalanan kahidupan

“Kristen).

Pengalaman Pengudusan: meskipun orang –orang percaya dalam pengudusan


status telah terjamin,namun pengudusan dalam pengalaman sehari-harinya
dapat berubah-ubah karena itu bergantung pada kehidupan dan pengalaman
sehari-harinya.99

Kita sedang dikuduskan melalui pertumbuhan yang terusmenerus yang


semakin penuh dan semakin kaya didalam kesatuan dengan Kristus.
Pengudusan kita didalam kesatuan dengan Kristus diringkaskan dengan luar
biasa didalam 1 Kor 1:30. diayat ini kata yang diterjemahkan ”kekudusan”
adalah hagiasmos. 100

99
Paul Enns. The Moody Hand Book Of Theology . (Malang: SAAT, 2004),409
100
Anthony A.Hoekma. Diselamatkan oleh Anugerah. (Jakarta: Momentum, 2001) , 271.

68
Orang percaya masih perlu membuktikan komitmennya dengan istilah” mengerjakan

keselamatan” yang bertnggung jawab dihadapan Tuhan. Meskipun ia masih

bertendensi untuk melakukan dosa namun satuhal harus diingat bahwa hal itu tidak

boleh menjadi legalitas bagi kita untuk melakukan dosa. Sebaliknya jika kita sudah

berposisi sebagai orang yang telah selamat, maka kita harus membuktikan bahwa dosa

tidak berkuasa lagi atas kita. (Gal 5:13).

Tidak bisa dipungkiri bahwa pemberian status kudus bagi orang percaya tidak serta

merta menjamin bahwa orang tersebut tidak akan jatuh lagi didalam perbuatan dosa.

(kecuali ketika ia percaya langsung mati). Namun jika ada diantara orang percaya

jatuh didalam dosa, maka tetap ada sarana yang telah disediakan oleh Allah bagi

pengampunan dosa-dosanya.

Penyucian secara pengalaman ini,akan terus mempertajam keimanan kita dari sehari

kesehari yang mengarah kepada Kristus, sampai pada satu saat kelak sempurna saat

kedatangan Nya kedua kali.

Ketika mempelajari ajaran penyucian, kita mencapai segi pengalaman dalam


keselamatan. Pembenaran berarti suatu perubahan dalam reputasi saya
dihadapan Allah, pembaruan berarti perubahan watak saya; adopsi berarti
perubahan kedudukan saya; penyucian berarti perubahan sifat dan kelakuan
saya. Secara langsung penyucian mengenai hidup dan kesaksian saya.101

Namanya pengalaman,selalu ada yang harus dipelajari. Baik tentang kegagalan untuk

tidak terulang kembali, juga keberhasilan untuk semakin ditingkatkan dan ditindak

lanjuti.

Sarana penyucian pengalaman yang disediakan oleh Allah bukanlah sebuah barang

murahan yang dipermainkan wibawanya, jika demikian maka kekudusan posisi orang

yang melakukan hal tersebut perlu dipertanyakan kembali. Bila korban-korban

binatang yang disebut hanya menutupi kesalahan umat Israel begitu sangat dihargai
101
G.Raymond Carlson. Apa yang dikatakan Alkitab Mengenai Keselamatan ( Malang:
Gandum Mas,1989) ,94.

69
dan tidak boleh dipermainkan terlebih lagi korban yang terdapat dalam Perjanjian

Baru ini, karena korban tersebut adalah Yesus Kristus sendiri. (Roma :3-4)

Iman Kepada Korban Kristus

Pada prinsipnya gagasan Perjanjian Lama dengan Perjanjian Baru mengenai

penyucian Pengalaman memiliki persamaan dalam hal hubungan dengan Tuhan.

Setiap orang yang berbuat dosa, sesungguhnya hubungan nya dengan Allah sedang

terganggu, oleh sebab itu jika ia ingin datang kepada Tuhan/ berbakti kepada Tuhan,

maka terlebih dahulu ia harus mengadakan pendamaian akan dosa-dosanya.

Manusia yang berdosa ,bila ingin berhubungan dengan Allah haruslah


melalui korban persembahan, inilah maksudnya persediaan korban
pendamaian. Dan inilah maksudnya pula jika manusia yang berdosa mau
berhubungan dengan Allah yang suci ,haruslah melalui darah yang
kudus,dimana mereka harus disucikan terlebih dahulu,barulah bersekutu
dengan Allah.102

Tetapi yang menjadi perbedaannya adalah, orang percaya yang hidup pada masa

perjanjian baru hingga kini tidak perlu lagi membawa korban persembahan untuk

dipakai sebagai sarana ketika ia akan mengadakan pendamaian/pengampunan dosa.

Karena Allah telah menyediakan sarana dengan kualitas yang sempurna,mahal tak

ternilai harganya namun diberikan Cuma-Cuma bagi mereka yang percaya. Itulah

sebabnya disebut sebagai anugerah.

semua korban dalam perjanjian lama adalah bayangan dari satu korban
Kristus yang sempurna dalam perjanjian baru. Semua korban itu merupakan
alat anugerah.103

Yang lebih penting pemahaman Perjanjian Baru terhadap korban-korban


Perjanjian Lama sebagai ”lambang” atau ilustrasi yang menunjuk pada karya
penebusan Yesus dari Nazaret sebagai mesias.104

102
Peter wongso,Kristologi ( Malang :SAAT,1998) , 95
103
Dr.H.L.Senduk. Teologia Alkitabiah., .60
104
Andrew E.Hill & John H.Walton. Survei Perjanjian Lama (Malang: Gandum Mas ,2004)
,198,200.

70
Orang percaya cukup hanya dengan meresponi anugerah tersebut dengan Iman. Tentu

saja respon iman yang dimaksudkan harus disertai dengan perilaku dan ungkapan

penyesalan akan kesalahan yang telah ia lakukan. Maka Allah setia dan adil,IA akan

mengampuninya. (1 Yoh 1:7-9).

Alkitab juga mengajarkan bahwa kita dikuduskan oleh Iman. Kis 26:18
menurut Herman Bavinck ”Iman adalah sarana utama dalam pengudusan.
Bagaimana iman menjadi sara pengudusan? Pertama oleh iman kita terus
berpegang kepada kesatuan kita dengan Kristus,yang merupakan inti
pengudusan. Kedua oleh iman kita menerima fakta bahwa didalam Kristus
dosa tidak lagi berkuasa atas diri kita.105

Surat I Yoh 1:19 merupakan ayat berharga yang telah membimbing berjuta-
juta orang Kristen menuju suka cita setelah mengalami duka cita,yang
membawa kepada terang kemenangan setelah melalui kegelapan akibat
persekutuan yang rusak dengan Allah, yang membawasuasana riang setelah
melampaui saat-saat yang memalukan dari dosa.106

Iman kita kepada Korban Kristus merupakan sebuah pengakuan bahwa kualitas Darah

Kristus yang telah mati dikayu salib jauh berbeda dengan darah korban binatang yang

dipersembahkan dalam perjanjian lama. Ia tidak saja menutupi dosa dan kesalahan

kita,tetapi menjadikannya bersih sama-sekali. aqari,zw

kaqari,zw membuat bersih, membersihkan, memurnikan. Mt 23:25f; Mk 7:19; Ac 10:15; 15:9;

2 Cor 7:1; Tit 2:14; Hb 9:22f; 10:2; Js 4:8.107

Iman kepada Korban Kristus tidak bisa ditafsirkan sebagai sikap fisik semata, contoh

nya kehadiran didalam gereja, melipat tangan dan berbagai aktifitas fisik lainnya,

tetapi iman selalu berbicara tentang pertobatan yang terpancar dari hati yang paling

dalam.

105
Anthony A.Hoekma Diselamatkan oleh Anugerah. (Jakarta: Momentum,2001), 273
106
John R.rice. Bila Orang Kristen Berdosa. (Bandung: Kalam Hidup, 1997), 62.
107
Bible Work 7. Soft wereComputer

71
Tetapi pengampunan tidak sembarangan: Tuhan tidak mengampuni yang
salah. Manusia yang ingin menerima pengampunan harus bertobat. Mereka
yang tidak mau bertobat takkan memperoleh pengampunan.108

Proses pengampunan yang dilakukan oleh Allah bisa berulang-ulang -dalam arti

tersedia setiap kali kita berdosa dan memohonkan pengampunan- namun korban Nya

dikayu salib tidak perlu terulang kembali, karena Ia telah mengadakan penyucian

sempurna satu kali saja. (Ibr 10:14).

Korelasi Peran Firman & Roh Kudus

Didalam kaca mata iman, proses akhir yang kita lihat adalah kenyataan

bahwa dosa-dosa kita telah diampuni oleh Tuhan, ketika dengan sikap dan penyesalan

yang dalam kita datang dihadapan Nya. Namun kalau kita merunut kembali

kebelakang, hal tersebut tidak terjadi secara dadakan begitu saja, tetapi ada sebuah

proses awal yang menjadi penyebab mengapa kita menyadari dan memohonkan

ampun akan segala kesalahan kita. Proses awal tersebut tidak terlepas dari peran aktif

dari Firman Allah dan Pekerjaan Roh Kudus.

Selain itu,pengudusan juga terjadi secara berangsur-angsur oleh pekerjaan


Roh Kudus dan Firman Allah,sementara orang percaya tersebut diubahkan
dari hari-kehari samapai menjadi serupa dengan Kristus.dengan kata lain
pengudusan merupakan suatu proses.109

Allah telah menyediakan korban bagi pendamaian,berupa penumpahan Darah yang

mulia di Golgota, namun dengan kemampuannya sendiri manusia tidak bisa

menangkap makna ketersediaanNya, karena kemiskinan rohani yang dimilikinya.

108
Morris,Forgiveness”in Laird Harris( ed), Theological Wordbook of The Old Testament
Volume II (Chicago:Moody Press,1990),645 (Terjemahan langsung)
109
G.R.Harding Wood, Bina Diri 2 (Jakarta :BPK.Gunung Mulia.), 14.

72
Penyediaan untuk penyucian kita adalah karya Kristus di Golgota. Kristus
menjadi bagi kita hikmat...Kebenaran dan kesucian dan penebusan ( I Kor
1:30) Ia menjadi kesucian kita; Roh kudus menyucikan dan kita disucikan.110

Oleh sebab itu Peran aktif dari Firman Allah sangat penting dalam membuat

seseorang menyadari kesalahan dan dosa dosanya untuk kemudian memohonkan

pengampunan dari Tuhan. Jika harus ditarik sebuah garis rujuk kro nologis, maka

akan didapati bahwa Firman Allah akan membeberkan segala kehendak Allah

termasuk menunjuk kepada kesalahan yang kita perbuat, kemudian Roh Kuduslah

yang menginsyafkan kita akan segala tindakan tersebut dan menyadari bahwa

perbuatan itu merupakan dosa dihadapan Allah.(Yoh 16:8)

Seperti dikatakan dalam Yoh 16:8-11, Tuhan berjanji bahwa setelah


Pantekosta,Roh Kudus akan menginsyafkan dunia akan dosa, kebenaran
dan penghakiman. Apakah keinsyafan? Hal tersebut tidak sama dengan
pertobatan. Itu meyakinkan atau membuktikan kesalahan musuh
sehingga ia menempatkan persoalannya dihadapan dirinya dengan
terang benderang apakah bukti itu ia terima atau tolak.111

Melihat betapa pentingnya peranan Firman Allah dan Roh Kudus dalam proses

penyucian secara pengalaman, maka mau tidak mau setiap orang percaya harus

mempertajam kepekaan dengan senantiasa dari hari kesehari membangun hubungan

yang intim dengan membaca Firman Allah untuk kemudian peka terhadap tuntunan

Roh Kudus.

Roh Kudus adalah yang lain dari jenis yang sama sebagaimana
Kristus,seorang penolong yang dipanggil untuk mendampingi dan menolong
orang percaya. Roh Kudus yang bekerja sama sebagai paraclete orang
percaya ditunut untuk memiliki keilahian karena IA bekerja sama seperti
Kristus dalam peranNya sebagai paraclete.112

110
G.Raymond Carlson, Apa yang dikatakan Alkitab Mengenai Keselamatan (Malang:
Gandum Mas, 1989) ,96.
111
John R.rice. Bila Orang Kristen Berdosa. (Bandung: Kalam Hidup, 1997) ,85-86
112
Paul Enns. The Moody Hand Book Of Theology (Malang : Saat, 2004) , 310

73
Apabila seseorang menyadari sebuah makna dari pengampunan, maka sesungguhnya

ia akan merasakan sebagai orang yang paling berbahagia didalam dunia ini. Mengapa

demikian? Semua karena perlakuan Allah yang sangat istimewa. Kasih Allah sungguh

takterselami; Manusia yang telah IA selamatkan lalu berbuat dosa tidak serta merta di

Hukum dan diperlakukan semena-mena, namun dengan kasih setiaNya Ia telah

memberikan Firman Nya sebagai penuntun,serta mengirimkan Roh Kudus Nya untuk

menerangi hati kita. Namun mengapa ada saja orang percaya yang tidak menyadari

hal ini malah berulang kali mendukakan Roh Kudus Nya? (Ef 4:30.)

Konsekwensi Menolak Penyucian secara Pengalaman

Sama seperti hal nya menolak penyucian secara posisi, menolak disucikan

secara pengalaman pun akan menerima suatu konsekwensi. Walau sesungguhnya hal

konsekwensi itu tidak akan pernah menggeser posisi /status kita dihadapan Tuhan,

tetapi toh hal itu akan sangat merugikan bagi orang tersebut.Yoh 10:28.

Adapun beberapa konsekwensi yang diterima,terdapat didalam Perjanjian Lama dan

Perjanjian Baru sebagai berikut:dalam Kitab Bilangan 14:1-23 ketika bangsa Israel

telah memberontak dengan bersungut-sungut kepada Tuhan karena hasutan dari 10

orang pengintai Yeriko yang membawa kabar yang tidak sedap. Musa telah bersujud

dan hendak memohonkan ampun kepada Tuhan, tetapi bangsa itu malah hendak

melempari Musa dengan batu. Mereka menganggap dirinya benar dan merasa tidak

perlu untuk memohonkan pengampunan. Maka yang terjadi adalah bahwa dari pihak

Allah memutuskan bahwa mereka tidak akan masuk ketanah perjanjian.sebuah

penerapan praktis yang bisa kita tarik dari pelajaran tersebut adalah: menolak untuk

disucikan akan berdamapak pada terhalangnya kegenapan janji-janji Alah tersebut

untuk kita nikmati. Selain dari pada itu penolakan juga bisa berakibat hajaran

74
keras,bahkan kematian. (Bil 21:4-9) bangsa Israel lagi-lagi bersungut-sungut

dihadapan Tuhan perbuatan ini merupakan dosa dan pemberontakan hingga mereka

mendapat pukulan keras dari Tuhan berupa pagutan ular-ular tedung. Musa telah

memohonkan ampun dihadapan Tuhan, dan Tuhan memberisolusi dengan mendirikan

ular tembaga. Sehingga mereka yang melihatnya akan sembuh. Tetapi ada saja orang

diantara bangsa itu yang tidak percaya hingga mengalami kematian. Masih banyak

lagi; seperti anak-anak Imam Eli (I Sam 2:11-23), Raja Saul dan Lain-lain.

Sementara dalam Perjanjian Baru juga ada banyak catatan tentang

keengganan anak-anak Tuhan untuk meresponi penyucian pengalaman ini.

Kisah yang paling santer adalah kisah 7 sidang jemaat asia kecil yang dipakai oleh

Tuhan sebagai tipologi kualitas rohani anak-anak Tuhan. (Wahyu 2-3).

Wahyu 2:5 Kepada Jemaat Efesus yang kehilangan Kasih mula-mula, Allah berpesan:

bertobatlah...jika tidak...:berarti ad konsekwensi yang harus diterima “mengambil kaki

dian” Mathew Henry menafsirkannya sebagai berikut.

Jika kehadiran anugerah Kristus dan terang Roh Kudus telah dianggap sia-
sia, maka Allah akan datang dengan sangat mengejutkan dan mengadakan
penghukuman. Ia akan mengucilkan gereja tersebut,mengambil kepercayaan
Injil serta pelayanan yang dipercayakan.113

Kepada jemaat Pergamus Allah juga berpesan jika mereka tidak bertobat dari ajaran

Bileam yang dianutnya, maka Allah sendiri akan memerangi mereka. (2:14-15)

Kepada jemaat di Tiatira Allah berkata: jika mereka tidak bertobat dari dosa Jinah nya

maka penderitaan ,kesukaran dan kesakitan akan mereka alami bahkan anak-anak

mereka akan mati. (2:20-22). Jemaat sardis juga demikian; terlihat rohani/hidup

namun sebetulnya ada kemunafikan didalamnya dan hampir mati Rohani, Allah

berpesan bertobatlah sebab ada konsekwensnya (3:3)

113
Mathew Henry Bible Commentary Bible Work 7. soft were.computer (Terjemahan
Langsung)

75
Dan terakhir jemaat di laodikia yang merasa diri sangat kaya materi ; komromi atau

sinkritis akan dunia dan rohani membuat mereka suam-suam kuku. Allah berkata:

bertobatlah karena hajaran sudah menanti (3:18-9).

Segala konsekwensi ini sebenarnya tidak perlu terjadi karena Allah selalu ingin

memberkati. Sesungguhnya Allah dengan sangat sabar merindukan orang –orang

yang dikasihiNya untuk kembali dan berdamai dengan Dia denmgan tujuan supaya

anak-anakNya diberkati . Ia adalah seorang ayah yang tidak mungkin menolak

kepulangan seorang anak Nya yang telah terhilang. Namun sekali lagi manusia sering

memilih untuk tidak kembali.

3.Kesucian Akhir (Perfected Sanctification)

Jika ada yang awal pasti ada yang akhir. Penyucian yang diawali

berhubungan dengan status, diakhiri dengan status pula. Status pertama adalah

seumpama tiket pasti untuk memasuki suatu tempat, sementara status kedua kepastian

telah berada ditempat.

Puncak dari proses penyucian diakhiri dengan penyucian yang bersifat sempurna.

Dengan kata lain pasca penyucian ini, tidak ada lagi perkara dosa yang perlu

disucikan/ diperdamaikan dengan Tuhan karena segala sesuatunya telah sempurna.

Sama halnya dengan penyucian secara pengalaman,penyucian akhir ini hanya bisa

dialami oleh orang yang telah melewati proses penyucian posisi. Artinya hanya orang

yang percayalah yang mendapat kesempatan untuk disucikan secara sempurna.

Konsep Penyucian equal/sepadan dalam PL & PB

Salah satu penyebab mengapa Alkitab tetap eksis hingga kini dan telah

memberkati sangat banyak orang, adalah karena akurasi serta kesatuan berita yang

dimilikinya. Walau Alkitab disebut terbagi 2 bagian perjanjian, namun ia bisa

76
memiliki hanya satu yang pasti, yaitu barang siapa percaya kepada ALLAH didalam

Yesus Kristus, maka sasarannya adalah kehidupan kekal. Lihat saja Henokh,Elia

Bapak Abraham yang hidupnya berkenan dihadapan Tuhan, Alkitab mengatakan

bahwa saat ini mereka ada bersama-sama dengan ALLAH.(Kej 5:24;Mat 17:3)

kemudian orang-orang percaya dalam Perjanjian Baru juga demikian.(Kis 7:59-60

Stephanus disambut oleh Yesus;Wah 7:9).

Konsep penyucian akhir antara Perjanjian Lama dengan perjanjian Baru memiliki

kesepadanan. Dikatakan sepadan karena semua orang yang telah meninggal didalam

Iman sejak jaman adam hingga kini sama-sama akan dibangkitkan untuk

mendapatkan tubuh baru yang telah dikuduskan oleh Allah, sementara orang yang

masih hidup akan diubahkan menjadi tubuh yang mulia hingga tidak memiliki tubuh

dosa lagi. (I Tes 4:16;I Kor 15:51-54).

Nuansa Eskatologis

Berbicara tentang penyucian akhir erat kaitannya dengan nuansa eskatologis

Yaitu berbicara tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan kejadian dimasa yang

kan datang. Segala sesuatu yang belum terjadi namun pasti terjadi karena Alkitab

mengkonfirmasi demikian. Oleh sebab itu, penyucian akhir ini belum pernah dialami

oleh seorang manusiapun di bumi ini. Lagi-lagi peran iman sangat diperlukan untuk

dapat mencerna hal ini,sebab jika tidak, maka sikap skeptis yang dipengaruhi oleh

logika manusia tidak mungkin bisa mengiakan hal tersebut terjadi. Saat itu orang

percaya dengan tanpa diduga sebelumnya akan mengenakan tubuh yang baru, lepas

dari kefanaan, tubuh yang tidak mengenal kematian.

Filsafat manusia tidak mengakui adanya tubuh yang kekal, sebab tubuh tidak perlu

dihargai sebagai sebuah pribadi.

77
Menurut Plato martabat manusia sebagai pribadi tidak terbatas pada mulainya
jiwa bersatu dengan raga. Jiwa telah berada lebih dulu sebelum jatuh kedunia
dan disatukan dengan badan. Maka bagi Plato yang disebut manusia atau
pribadi adalah jiwa sendiri.sedangkan badan oleh Plato dianggap sebagai alat
yang berguna sewaktu masih hidup didunia ini.114

Justru penyucian akhir tidak boleh dilepaskah dari aspek tubuh/badani, karena ketika

saat itu terjadi, yang diubahkan / dikuduskan sempurna bukanlah aspek roh tetapi

tubuh fana menjadi tubuh kemuliaan. I kor15:51-54).

Akan tetapi, tinggal bersama-sama dengan Kristus didalam roh bukanlah


tujuan akhir penebusan; Kristus telah menebus baik tubuh maupun jiwa
(Roma 8:23;Ef 1:14;4:30)115

Dalam kitab Wahyu, telah dijelaskan secara terperinci tentang hal-hal apa

yang akan terjadi terlebih dahulu sebelum semuanya itu terjadi.

Dikutip dari: Chris Marantika Materi kuliah Eskatologi116

114
Dr.P.HArdonohadi. Jati Diri Manusia. (Jakarta: Kanisius, 1996) ,32
115
Henry C.Thiessen. Teologi Sistematika (Malang: Gandum Mas, 2003)
116
Chris Marantika Materi kuliah Eskatologi . soft were computer

78
Pertama-tama Kristus akan turun dari sorga diawan-awan untuk

menyongsong orang-orang yang percaya. Orang –orang tersebut dibagi dalam dua

golongan, yang pertama adalah mereka yang meninggal didalam Tuhan akan

dibangkitkan terlebih dahulu, dan kelompok kedua adalah mereka yang masih hidup

diubahkan dalam sekejap mata, dan mereka bersama-sama bertemu dengan Yesus dia

awan-awan permai. (I Tes 4:16-17).

Pengudusan Akhir: Aspek pengudusan ini terjadi pada masa yang akan
datang dan mengharapkan transformasi dari orang percaya untuk menjadi
serupa dengan Kristus. Pada saat orang percaya dihadapkan kepada Allah
tanpa cacat cela.117

Sementara dibumi akan terjadi masa yang sukat (tribulasi), orang-orang percaya

bersama-sama dengan Yesus akan menghadapi kursi pengadilan Kristus dimana

segala pahala akan diberikan untuk kemudian masuk didalam Pesta kawin Anak

Domba.

Waktunya Allah

Pertanyaan klasik yang seringkali muncul berhubungan dengan penyucian

akhir adalah: kapankah semua itu terjadi? Sesungguhnya pertanyaan tersebut bisa

dianggap sebagai pertanyaan retorika belaka karena tidak ada seorang pun yang bisa

menjawab pasti tentang kapan hari dan saat semuanya akan terjadi.

Namun Rasul Paulus lewat Ilham Roh Allah telah mengingatkan jemaat di Tesalonika

agar tidak perlu bingung mengenai hal itu. (2 Tes 2:1-7).

Walau peringatan dan himbauan Paulus ini telah ditulis ribuan tahun yang lalu, namun

hingga kini masih saja ada orang/ Hamba Tuhan yang coba-coba memprediksi secara

mendetail tentang waktu,tanggal dan hari yang sebenarnya adalah misteri Allah.(Mat

117
Paul Enns. The Moody Hand Book Of Theology1 . (Malang: SAAT, 2004) ,409

79
24:36). (Masih segar dalam ingatan kita tentang Pdt.Sibuea , yang telah memperdaya

banyak umat Tuhan di Bandung)

Dengan demikian, dari pihak manusia sebenarnya tidak perlu memusingkan perkara

kapankah masa penyucian terakhir itu berlangsung, tetapi Tuhan mau supaya kita dari

sehari kesehari terus menyucikan diri secara pengalaman, dengan mengarah dan

menjadikan Kristus sebagai form yang harus ditiru. (Roma 8:29;2 Kor 3:18;I Yoh 3:2)

Menyaksikan Injil Kristus kepada sebanyak mungkin orang-orang yang belum

percaya, menyebarkan kebajikan sebagai bukti bahwa kita adalah orang-orang yang

sudah diselamatkan.

Bagi mereka yang menganut pemahaman pre tibulasi (Pengangkatan

sebelum masa kesukaran besar) hal ini menjadi sebuah kebahagiaan karena sedikit

banyak menciptakan suasana psikologis yang lebih kondusif dan berpengharapan,

karena sebelum masa sulit itu (Wahyu 6-17) kita orang-orang yang percaya telah

diangkat/diubahkan terlebih dahulu untuk bertemu dengan Yesus di awan-awan.

Tentu pengalaman psikologis yang berbeda akan dialami oleh orang-orang yang

menganut pemahaman mid dan post tribulasi.

80
BAB IV

KORELASI DAMPAK PENYUCIAN BAGI ORANG PERCAYA

Seorang anak yang baru lahir hingga ia beranjak dewasa tidak pernah

terlepas dari proses mandi setiap hari minimal 2 kali. Kegiatan mandi tersebut bukan

semata-mata dilakukan hanya untuk memenuhi syarat kebiasaan atau budaya yang

belaku dilingkungannya, namun hal itu memiliki hubungan erat dengan faktor

kesehatan,kesegaran dan lain-lain.

Tidak jauh berbeda dengan Penyucian rohani yang telah dibahas secara panjang lebar

sebelumnya. Penyucian secara Rohani akan berhubungan langsung dengan dampak

yang terjadi pada orang yang menjadi obyek penyucian tersebut.dampak yang dihasil

kan bisa berupa dampak secara lahiriah juga yang rohaniah.

Maka akan menjadi sebuah pertanyaan besar,jika kita temui seseorang yang mengaku

sudah diselamatkan dan disucikan secara progresif, namun tidak ada buah yang dapat

dilihat dari penyucian tersebut. Perilaku kesehariannya tidak menunjukkan adanya

perubahan radikal dari kehidupannya yang sebelumnya.

Adapun korelasi dampak penyucian yang dapat dilihat atau dirasakan oleh

orang percaya terangkum dalam berbagai aspek seperti: aspek

teologis,misiologis,apoligis dan aspek hidup kontemporer.

Aspek Teologis

Pengalaman dikuduskan oleh Tuhan merupakan segmen yang paling berarti

bagi mereka yang mendapatkan anugerah Ilahi. Tidak bisa dibayangkan sebelumnya,

manusia yang sudah bobrok dan rusak bisa diberi predikat sebagai Anak-anak Allah

81
sungguh luar biasa. Hubungan berstatus musuh dengan Allah kini disebut sebagai

hubungan ayah dengan anaknya. Terpujilah Tuhan.

Penyucian telah menjadikan manusia yang tadinya adalah sarang dosa dan

menginapnya segala roh-roh jahat yang ber musafir, menjadi sebuah Bait Allah

dimana Roh Kudus ada bertahta didalamnya (I Kor 6:19). Dengan demikian saat ini

ada sistim nilai yang baru dimana dunia bukanlah segala-galanya yang menjadi

prioritas utama dalam berkarya, tetapi segala sesuatunya mengandung keterkaitan

dengan perkara kekekalan. Seorang usahawan yang sudah dikuduskan membanting

tulang untuk mendapatkan sebanyak mungkin keuntungan, mengaitkan keuntungan

nya itu dengan pekerjaan Tuhan. Tidak menganggap bahwa materi adalah segalanya

tetapi segalanya adalah sarana.

Bagi orang yang telah dikuduskan, dunia tidak lagi menjadi daya tarik yang

sangat memikat untuk dinikmati tetapi ia adalah sebuah persinggahan sementara/halte

yang harus disinggahi ketika mengadakan perjalanan menuju sorga.

Harus diakui, telah terjadi dua buah ekstrim yang saling bertentangan,sebab bagi

orang yang belum mengecap anugerah keselamatan, dunia ini adalah surga yang

sangat disayangkan untuk dilewatkan. Itu sebabnya muncul istilah tradisional yang

berkata “Hidup ini hanya sekali nikmatilah sebelum mati” nikmati dalam arti hiduplah

dengan menuruti apa kata dagingmu.

Jika ditinjau dari aspek teologis, penyucian ini memberikan dampak

pengenalan yang semakin mendalam terhadap Allah. Gambar Allah yang telah rusak

oleh dosa kini dipulihkan oleh Tuhan dengan Tujuan agar manusia yang percaya ini

bisa menangkap segala sesuatu yang diinginkan oleh Allah didalam hidupnya.

Beberapa contoh diantaranya adalah Ia ingin agar kita mencintai FirmanNYa (Maz

82
1:1-2) hidup kita berpadanan dengan Injil Kristus (Flp 1:27) hidup dalam kebenaran

dan lain-lain.

Mungkinkah hal itu bisa tercapai ditengah-tengah dunia yang sangat

individualistik,kapitalis dan sangat materialistik ini? Tentu bisa sebab bagi Tuhan

tiada yang mustahil. Justru untuk itulah Allah mau datang ke dunia dan menjadi

manusia. Sekarang ini belum terlihat kesempurnaannya, karena ada saat yang sudah

ditentukan oleh Tuhan bahwa Ia berhasil dalam segala rancanganNya. Kesemuanya

itu belum digenapi, karena saat ini pemerintahan dunia masih berada didalam

pengaruh iblis dan antek-anteknya, tetapi kelak saat Kristus telah mengambil pucuk

pemerintahan, seluruh bumi akan bertekuk lutut dihadapanNya. Pemerintahan

duniawi akan dikembalikan kepada sistem pemerintahan teokrasi. (Wahyu 20:6).

Bila kita dibawa Melihat kedalam aspek tersebut, maka secara otomatis

seorang yang telah dikuduskan adalah seorang teolog, karena ia telah

terangsang,dibawa kepada pengenalan tentang siapa,apa dan bagaimanakah Allah itu

sesungguhnya. Dewasa ini Allah mempercayakan Hamba-hamba Tuhan sebagai

mentor bagi sidang jemaat untuk mengarahkan mereka kepada pengenalan yang

semakin jelas kepada Kristus. Oleh sebab itu, seorang Hamba Tuhan tersebut

setidaknya harus memahami prinsip-prinsip berteologia dengan benar, agar tidak

muncul ekses negatif yang justru menyesatkan kepada pengenalan yang salah.

Mengapa belajar teologi menjadi perlu? Padahal kitakan bisa belajar langsung kepada

Allah?

Bahkan orang-orang yang tidak bersedia memformulasikan keyakinan


teologis mereka memiliki pandangan –pandangan yang cukup kuat tentang
pokok-pokok utama teologi.maksudnya suatu kenyakinan teologis
diperlukan. Hal itudisebabkan karena sifat intelek manusia serta soal-soal
kehidupan yang praktis.118

118
Henry C.Thiessen. Teologi Sistematika (Malang: Gandum Mas,2003) ,6

83
Untuk maksud –maksud Allah tertentu hal itu ada benarnya, tetapi kita juga harus

mengerti bahwa ada bapak-bapak gereja atau hamba-Tuhan yang terdahulu dipakai

oleh Tuhan sebagai media untuk kita dimasa sekarang memahami teologia dengan

benar. Alkitab telah dituliskan oleh Roh Kudus melalui para RasulNya, namun

dibutuhkan penjabaran, penafsiran yang baik untuk mengeksploitasi makna yang

terkandung didalamnya. Mereka yang telah terdahulu menjadi Hamba Tuhan,telah

dipakai oleh Tuhan lewat iluminasi Roh Kudus untuk menggenapkan maksud itu.

Didalam belajar teologia pengenalan kita akan Allah akan semakin jelas dan

komprehensip.melihat bukan hanya dari satu dimensi kacamata disiplin ilmu, tetapi

dalam sebuah keutuhan. Oleh sebab itu belajar teologia bukanlah sebuah perbuatan

dosa.

Selain kerinduan akan pengenalan yang lebih mendalam kepada Allah,

penyucian juga akan menghasilkan dampak ketergantungan mutlak kepada Allah.

Segala hasrat dan karya terasa sangat penting untuk melibatkan Tuhan didalamnya

karena pengertian tanpa Tuhan semua tujuan akhir akan sia-sia. Seorang yang telah

ditebus oleh Allah, ia tidak berhak lagi atas dirinya sendiri-bukan dengan maksud

membelenggu/ mengekang hak azasinya- tetapi Allah sebagai pemilik yang

bertangung jawab penuh atas hidupnya. Dengan status sebagai anak, ia akan

bersandar penuh kepada pengayoman Bapanya. Dengan demikian hak azasi sejatinya

terpenuhi seutuhnya.

Aspek Misiologis

Dalam Lukas 10:30 Yesus membeberkan sebuah perumpamaan untuk

menjelaskan aplikasi kasih yang sesungguhnya. Disana ada seseorang yang turun dari

Yerusalem dan dirampok serta dipukuli higga sekarat. Orang sekarat tersebut dilihat

oleh seorang imam yang kebetulan lewat, demikian juga dengan seorang lewi, namun

84
apa yang terjadi? Kedua orang tersebut cuek dan say good bay. Kemudian lewatlah

seorang samaria, lalu kemudian tergerak oleh belas kasihan dan menolong orang

tersebut. Pelajaran apa yang bisa kita ambil dari kisah tersebut sebagai bahan

renungan untuk penerapan aspek misi atas dampak penyucian yang sudah kita terima?

Jawabannya sudah pasti adalah “sejauh mana Kasih kita kepada jiwa –jiwa”

Seirngkali kita sebagai orang yang sudah dikuduskan oleh Allah secara

Cuma-Cuma, justru kita merasa enggan untuk menolong orang lain. Kita sering

egois,dan hanya memikirkan keselamatan kita sendiri sementara diluar sana ada

banyak orang sekarat seolah tergeletak dipinggiran maut,siap untuk dibinasakan.

Sepatutnyalah ketika kita melihat dan bertemu dengan orang yang belum mengecap

karunia Allah ini, hati ini haruss merasa tergetar dan iba untuk segera menawarkan

kasih Allah yang luar biasa ini. Orang yang sudah dikuduskan oleh Tuhan tidak

mungkin bisa berdiam diri saja. Kasih yang dinamis didalam dirinya akan bergejolak

tak terbendung meluap untuk bersaksi,bercerita,mempromosikan,memproklamasikan

prodak keselamatan yang diberi dengan Cuma-Cuma ini.

Tugas untuk memberitakan berita penyucian ini bukan hanya dibebankan

kepada para penginjil semata, tetapi menjadi tugas dan tanggung jawab kita bersama

(setiap orang percaya).(Mat 28:18-20;Kis 1:8:).

Jemaat seluruhnya adalah misioner oleh karena itu diutus kedalam dunia.jika
tidak ia menyangkal inti injil Yesus Kristus yang tidak datang untuk dilayani
melainkan untuk melayani. Dan menyerahkan hidupnya sebagai tebusan
untuk banyak orang,dan murid tidak lebih daripada muridNya.119

Keterlibatan manusia dalam proyek misi ini tidak semata-mata karena Allah tidak

sanggup lagi menjalankan proyek ini dengan sendirinya,Ia perlu orang lain yang turut

ambil bagian untuk lebih memudahkan. Pemikiran ini salah sama sekali. Allah tidak

119
Dr.Arie de Kuiper. Missiologia. (Jakarta: Bpk Gunung Mulia, 2oo6) ,102.

85
membutuhkan siapa-siapa untuk menyelesaikan proyek tersebut. Buktinya telah

disebutkan diatas bahwa yang bisa membawa orang kepada Kristus dan diselamtakan,

semata- mata hanya karena kemurahan Allah semata. (Yoh 16:8). Keterlibatan

manusia dalam proyek misi, merupakan tanggung jawab moral, karena kita telah

berhutang kepada Allah. (Roma 1:14). Disisi lain Allah menghargai luar biasa apa

yang telah kita lakukan dalam mengintegrasikan diri kedalam proyek misi ini dengan

memberikan upah khusus bagi mereka yang mau dipakai oleh Tuhan untuk

memenangkan jiwa bagi Kristus. (1 Tes 2:19-20.

Aspek Apologetik

ICMI adalah sebuah lembaga berbasis agama, yang disingkat dari istilah “

Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia”. Orang orang yang tergabung didalamnya

adalah orang-orang hebat baik dalam pengetahuan religi maupun ilmu sekuler

lainnya. Dengan demikian mereka adalah orang-orang yang sangat getol dengan

pertanggungan jawab soal iman kedalam dan dakwah keluar. Mereka sangat fasih

lidah dalam mempertahankan kebenaran iman mereka serta banyak mengungkapkan

sisi logis dari kelemahan-kelemahan agama yang tidak seiman dengan mereka.

Memang orang Kristen masih dianggap tidak perlu untuk ikut-ikutan mendirikan

sebuah lembaga cendikiawan Kristen. (karena memang sampai sekarang tidak ada

ICKI). Namun perlu diperhatikan bahwa kita sebagai orang Kristen, juga harus bisa

mempertanggungjawabkan iman kita baik kedalam diri kita sendiri, maupun kepada

orang lain yang memintakan pertanggung jawaban tersebut.

Kita sebagai orang percaya diminta untuk siap sedia dalam perkara tersebut.(I Pet

3:15). Jika orang lain mempertanggungjwabkan imannya dengan cara yang kurang

86
terpuji (ngotot,memaksakan diri) kita sebagai orang percaya diberi suatu etika yang

baik, yaitu dengan cara yang hormat dan lemah-lembut.

Aspek apologetika perlu dianggap sebagai permasalahan yang urgen harus

dimiliki oleh orang-orang percaya. Mengapa demikian? Karena dewasa ini seiring

dengan perkembangan jaman dan pesatnya teknologi informasi, membuat manusia

lebih kritis dan terkesan lebih banyak menggunakan akal pikirannya dibanding

perasaan dalam menyikapi segala sesuatu. Ada banyak orang yang ingin mengetahui

kebenaran bahkan ingin menghidupinya dengan cara bertanya kepada orang-orang

percaya, tapi sayang orang percaya tidak siap.

Berapologetika bukan saja berbicara tentang pembelaan iman, tetapi juga sarana

menyaksikan apa yang kita imani, penjelasan dan konfirmasi terhadap pengajaran

iman yang salah.

Tiga aspek apologetika


1.apologetika sebagai pembuktian. Sebuah dasar iman kepercayaan atau
“membuktikan kebenaran Kristen.
2.Apologetika sebagai pembelaan. Menjawab keberatan-keberatan dari
ketidak percayaan.
3.Apologetika sebagai penyerangan. Menyerang kebodohan dari pikiran
yang tidak percaya.120

Kaitannya dengan pengudusan, aspek apologetika akan berupaya

menjelaskan secara alkitabiah tentang metode,sarana dan tatacara yang benar dalam

memperolehnya. Pemahaman yang keliru dan bersifat subyektif inilah yang menjadi

akar persoalan didalam memahami pengudusan. Manusia dianggap sebagai aktor

utama dari segala adegan pengudusan, sementara Allah dianggap sebagai pembuat

naskah semata. Kita tidak menyadari jika rancangan itu datangnya dari Allah

dilaksanakan oleh Allah sendiri hingga selesai.

120
Dr. Chris Marantika Seri Diktat Kuliah Apologetika, (Surabaya: STII) ,2

87
keselamatan pemberian Allah dari awal sampai akhir,dari perencanaan
sampai penyelesaian. Iman adalah lawan dari perbuatan, untuk itu
menunjukkan suatu tindkan kepada Allah namun diterima sebagai
pembebasan yang telah dilakukan Allah.121

Semangat antroposentris telah mengaburkan kelemahan-kelemahan yang dimiliki oleh

manusia, dengan demikian telah menganggap bahwa pencemaran dosa tidak akan

mempengaruhi aspek-aspek spiritual yang lebih mendalam. Perbuatan baik,

kesalehan,dan etika yang relevan dianggap sudah cukup untuk memfasilitasi manusia

untuk hidup kudus. Memanglah benar orang yang kudus seyogianya harus melakukan

perbuatan baik, tetapi sesusngguhnya perbuatan baik manusia tersebut hanyalah

merupakan ekses eksternal dari keselamatan/pengudusan, bukan sarana.

Walaupun perbuatan baik adalah perencanaan kudus dari Allah,hal itu dalam
saat yang sama juga merupakan tanggung jawab manusia.kedua hal ini tidak
dapat dipisahkan. Jika keselamatan dapat diilustrasikan sebagai figur pohon
yang baik,dan perbuatan baik bukanlah disimbolkan dengan akarnya,tetapi
buahnya. 122

Secara logika saja, kemungkinan yang terjadi ketika Allah membuat sebuah

keputusan yang ngawur dengan mencanangkan bahwa untuk masuk sorga itu bukan

hanya tergantung dari kasih karunia Allah tetapi juga karena perbuatan baik, maka

bisa dibayangkan betapa tidak indah dan angkuhnya keadaan sorga itu. Mengapa

demikian, sebab semua manusia tidak lagi mengucap syukur kepada Allah, sebaliknya

mereka akan angkat kepala dan berkata kepada Tuhan : eh...Tuhan jangan memaksa

saya untuk memujiMu karena saya bisa masuk sorga ini bukan karena siapa-siapa,

tetapi karena perbuatan saya,kebaikan saya,kesalehan saya dan masih banyak saya-

saya yang lainnya.

Homer A.Kent,Everyman’s Bible Commentary Ephesians-Glory of The church (Chicago:


121

The moody Bible Institute,1971) ,39 (Terjemahan langsung)


122
William Hendriksen,The new testament Commentary-Epesians (Pennsylvania:n.p 976) ,
125 (Terjemahan langsung)

88
Samasekali bukan tergantung pada manusia untuk dapat naik kesurga.”jadi
hal ini tidak tergantung pada kehendak atau usaha orang,tetapi kepada
kemurahan hati Allah(roma 9:16).123

Sebalinya jika kita mengembalikan pemahaman yang benar terhadap konsep

penyucian teosentris, secara jujur dan legowo, maka keindahan sorga itu sudah bisa

dinikmati sejak masa sekarang ini. Sebab pusat pemujaan tidak ada pada tiap-tiap

pribadi tetapi terfokus kepada Allah secara kolektif. Tidak akan ada iri dan dengki

disana, sebab semua orang akan meresa dirinya tidak berlayak untuk ada disorga

kecuali karena anugerah Allah semata. Semuanya akan satu bahasa dan berkata: Allah

yang layak menerima segala,pujian,hormat dan kemuliaan kekal selama lamanya.

amin

Aspek Hidup Kontemporer

Pengudusan dan kekudusan adalah dua aktifitas yang terus terjadi didalam

kehidupan orang percaya disadari atau tidak disadari. Sebuah berita yang selalu up

todate dan kontemporer. Mengngingat manusia masih belum terlepas dari tubuh yang

fana ini maka ia akan selalu bertendensi untuk berbuat dosa; pada saat itu dia butuh

penyucian.

Setelah kita melihat dampak apa yang seharusnya terjadi bagi orang percaya

secara eksternal ketika ia dikuduskan, maka aspek hidup kontemporer ini merupakan

dampak kongkrit yang terjadi secara internal. Disebut internal, karena ia terlihat

sebagai bonus yang membahagiakan bagi orang yang menerimanya. Istilah familiar

yang kita pakai dalam membahasakan dampak yang dimaksud kita sebut dengan

“BERKAT”. Berkat yang diterima oleh orang mengalami pengudusan dari Allah bisa

kita lihat dari dua sisi kehidupan yang berbeda, yang pertama kehidupan rohani

123
Dr.Eta Linemman. Teologi Kontemporer. (Malang: I 3, 1991) ,22.

89
disebut”spiritual blessing” dan kehidupan kedua merupakan berkat yang bersifat

jasmani disebut dengan“Material Blessing”.

Rasanya tidak perlu untuk merasa tabuh untuk berbicara mengenai berkat-

berkat , khsusnya berkat yang bersifat jasmani- sebab ada saja orang merasa kurang

rohani jika bersinggungan dengan persoalan berkat jasmani- sebab itu semua

datangnya dari Tuhan dan itu adalah sebagian dari janji-janjiNya bagi umat yang mau

Ia kuduskan. Ada banyak struktur kalimat Firman Tuhan yang memakai istilah:

apabila engkau............maka........... (I raj 3:14;11:38;Yer 15:19;Mat 6:3,4,6) artinya

berkat itu berasal dan difasilitasi oleh Allah sendiri. Kalau Allah yang memberi

fasilitas,mengapa manusia harus merasa tabuh akan hal itu? Kita harus bisa

membedakan antara keinginan daging dengan berkat yang Tuhan beri.

Spiritual Blessing

Kis 2:38 Jawab Petrus kepada mereka: "Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-
masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan
dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus.

Ayat ini dapat kita jadikan menjadi salah satu acuan yang meneguhkan suatu

pemahaman bahwa orang yang telah dikuduskan oleh Darah Kristus, secara otomatis

diberikan suatu bonus rohani berupa karunia dari Roh Kudus. Karunia ini diberikan

oleh kedaulatan Allah sendiri tanpa dipengaruhi oleh latar belakang orang tersebut.

Adapun beberapa karunia yang terdapat dalam, Alkitab dituangkan sebagai berikut:

1 Korintus 12:7-11 7 Tetapi kepada tiap-tiap orang dikaruniakan penyataan Roh


untuk kepentingan bersama. 8 Sebab kepada yang seorang Roh memberikan karunia
untuk berkata-kata dengan hikmat, dan kepada yang lain Roh yang sama memberikan
karunia berkata-kata dengan pengetahuan. 9 Kepada yang seorang Roh yang sama
memberikan iman, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk
menyembuhkan. 10 Kepada yang seorang Roh memberikan kuasa untuk mengadakan
mujizat, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk bernubuat, dan kepada
yang lain lagi Ia memberikan karunia untuk membedakan bermacam-macam roh.
Kepada yang seorang Ia memberikan karunia untuk berkata-kata dengan bahasa roh,

90
dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk menafsirkan bahasa roh itu. 11
Tetapi semuanya ini dikerjakan oleh Roh yang satu dan yang sama, yang memberikan
karunia kepada tiap-tiap orang secara khusus, seperti yang dikehendaki-Nya.

Satu hal yang perlu diperhatikan dalam perkara ini adalah bahwa seluruh karunia-

karunia bekerja untuk pelayanan memperlengkapi sidang jemaat sebagai tubuh

Kristus yang sempurna. Tidak ada yang merasa lebih hebat dari orang lain yang

memiliki karunia berbeda tetapi semuanya saling menghargai.

Dalam perjalanan pengalaman hidup rohani, anak-anak Tuhan seringkali

salah menggunakan kepercayaan yang telah diberikan oleh Tuhan berupa karunia-

karunia rohani dengan maksud –maksud yang keliru. Seperti:untuk show off (pamer

kebolehan) I Kor 14:26-40; mencari keuntungan pribadi (Bil 22:6) dan masih banyak

lagi. Orang percaya yang telah dipercayakan karunia-karunia Rohani,tetapi salah

menggunakan karunia tersebut dan atau setiap orang percaya namun yang hidupnya

tidak sesuai dengan status rohaninya serta yang tidak peka terhadap pimpinan Roh

Kudus untuk segera mengadakan pendamaian,pengudusan kepada Allah, maka bagi

orang-orang tersebut akan terjadi kemandulan-kemandulan karunia rohani. Artinya

karunia rohani yang dimilikinya tidak akan berdaya guna secara efektif dan maksimal.

Dosa dipendam, dosa yang dianggap kecil dan sepele dan yang asyik untuk dilakoni

tetap disimpan rapat-rapat dihadapan Roh Allah,dengan harapan Allah tidak mungkin

tahu sebab kesemua dosa tersebut akan tertutupi lewat frekuensi aktifitas pelayanan

rohani dalam manifestasi karunia yang ada. (II Kor 6:1)

Itulah sebabnya ada banyak anak-anak Tuhan yang tertipu ketika melihat

seorang Hamba Tuhan yang sudah jelas-jelas salah dan menghidupi dosa dihadapan

Tuhan tanpa penyelesaian, malah menyanjung-nyanjungnya dengan alibi : lihat saja

kan banyak jemaatnya,kan khotbahnya bagus,kan...kan..kan dan kan...kan yang lain.

91
Memang didalam Perjanjian Baru ada sedikit perbedaan dengan Perjanjian Lama,

terhadap penempatan Roh Kudus dan atau kepercayaan Allah terhadap seseorang.

Dalam PL Roh Kudus termasuk karunia jabatan yang diberi bisa ditarik/berpindah,

apabila orang tersebut mangkir/ tidak konsekwen dihadapan Allah. Contohnya raja

Saul dengan jabatan Rajanya. Sementara didalam Perjanjian Baru, dikatakan bahwa

Roh Kudus telah berdiam tinggal didalam setiap Hati orang percaya,menjadi materai

yang permanen.

Dari istilah bahasa asli dan pada posisinya, maka pekerjaan Roh Kudus pada
masa PL adalah:
1.Obyeknya : Terbatas tidak untuk semua orang
2.Sifatnya: Temporal, bisa hilang: a. Karena masa bertgasnya selesai, sepert
Bezaleel,b. Karena orang tersebut tidak menjaga kesucian
3.Istilahnya: Menghinggapi/ diatas.124

Namun kita harus ketahui pula bahwa aktifitas rohani didalam manifestasi karunia

Roh yang kita pergunakan dibalik kedok ketidak kudusan kita, hal itu bisa saja terlihat

memberkati orang banyak (ada mujizat,ada kesembuhan dll) tetapi hal itu tidak

mempengaruhi Allah untuk berkompromi dengan ketidak beresan tersebut. Sebab hal

itu dianggap mandul dihadapan Allah. Beginilah perkataan Yesus kepada orang-orang

yang salah mempergunakan karunia Allah (Mat 7:22-23) disebut tidak

dikenal,berpredikat penjahat. Kelihatannya pelayanan mereka luar biasa hebatnya.

Berbeda dengan orang orang yang selalu hidup disucikan, mereka sangat

dinamis dalam melayani Tuhan dan karunia yang mereka miliki menjadi efektif baik

secara horizontal kepada sesama dan vertikal dihadapan Allah.

Jika kita bisa mengambil pelajaran yang linier dari Injil Matius 25:27-28 tentang

talenta, kita bisa melihat bahwa orang kepercayaan yang mempergunakan uang

tersebut dengan baik sehingga berhasil guna, bagi mereka ditambahkan lagi

124
Thomas Bedjo Oetomo, Ceramah Perkuliahan.Surabaya: STII

92
kepercayaan yang lebih. Sebaliknya bagi dia yang tidak menggunakan kepercayaan

dengan efektif, padanya hanya ada sebutan hamba yang jahat dan malas.

Itu sebabnya bagi setiap kita yang telah disucikan dan mendapatkan karunia

Rohani, sesungguhnya tidak ada alasan bagi kita untuk berkata saya tidak bisa

melayani. Masing-masing kita telah diberikan karunia minimal satu karunia, karena

tujuan pengudusan kita bukan untuk menganggur didalam ladang Tuhan tetapi

sebaliknya kita berkarya untuk kemuliaan Nya.

Material Blessing

Tidak dapat diragukan lagi kebenarannya bahwa orang –orang percaya

dimasa kini yang hidup dalam tutunan dan pimpinan Roh Kudus,yang mau senantiasa

mengalami penyucian, baginya berkat-berkat Allah telah disediakan termasuk berkat-

berkat jasmani. Bisa berupa kekayaan,kehormatan,kesehatan dan lain sebagainya.

Allah menjamin ketersediaan apa yang akan kita makan dan pakai (Mat 6:25)

Itu sebabnya satu permintaan yang diinginkan oleh Tuhan kepada orang PercayaNya

adalah supaya kita jangan kuatir. Lihat saja perbandingan yang menonjol dalam

ilustrasi tersebut antara pemeliharaan Tuhan terhadap binatang dan tumbuhan yang

tidak melakukan aktifitas rohani dan tidak punya hidup kekal dibandingkan dengan

manusia yang dikasihiNya, kita sungguh spesial.

Anak-anak Tuhan yang terus mengalami disucikan dari sehari kesehari,memiliki

perbedaan dengan orang –orang dunia ini. Kalau orang dunia bekerja dan menjadi

kaya tanpa deposito kekal,sementara kita ada jaminan bukan hanya menikmati berkat-

berkat Allah didunia ini,namun juga samapai pada menikmati berkat-berkat yang

telah disediakan didalam sorga.Ef 1:1-5.

93
Material blessing dalam cakupan yang lebih luas, dapat kita mengerti tidak

hanya sebatas berkat-berkat makanan,minuman,pakaian,emas,perak dan lain-lain,

namun lebih dalam lagi ia mencakup sampai kepada masalah kejiwaan.

Damai sejahtera,sukacita,kebahagiaan pun termaktub didalamnya. Apa gunanya kita

memiliki segala sesuatu tetapi tidak ada damai,ketenangan dalam menikmatinya?

Jika disimpulkan; segala kegiatan,upaya dan kerja keras manusia didunia ini pada

umumnya adalah bahagia. Tetapi ukuran kebahagiaan yang ditetapkan adalah relatif

sehingga banyak orang mengejar kekayaan untuk menjamin kebahagiaannya, adap ula

yang mengejar prestasi setinggi-tingginya karena sistim nilai yang ia tetapkan adalah

gengsi. Namun mari kita melihat dan berkata jujur. Adakah orang yang sudah kaya

raya merasa puas dan bahagia dengan apa yang sudah ia miliki? Pernahkah pejabat

tertinggi merasa ini kedudukan yang tertinggi? Jawabannya tidak. Orang kaya ingin

terus bertambah kaya,dan orang yang berkedudukan terus haus akan kekuasaannya.

Dimanakah damai sejahtera dan kebahagiaan yang sesungguhnya bisa didapat??

Hanya didalam Yesus. (Filippi 4:4-7).

Yer 7:23;Roma 4:6;Yak 1:25.dan Mat 5:3-12, merupakan ucapan bahagia yang peling

terkenal. Jika didalam Firman Tuhan dikatakan bahwa orang percaya yang menderita

karena proses penyucian saja,disebut berbahagia? Apalagi jika mereka berada dalam

keberkatan?? Tentu lebih lagi.

94
BAB V

KESIMPULAN

Walau dikaji dari sisi manapun, manusia tidak pernah akan mungkin dapat

menyucikan dirinya sendiri. Entah melalui perbuatan baik dan upaya penyiksaan diri,

itu adalah upaya sia-sia. Dampak racun dosa tidak bisa dianggap sebagai dampak

sosiologi dan atau ekologi semata yang apabila kelompok sosialnya berubah maka ia

akan berubah, lebih dari itu dosa telah meraja lela meracuni sampai kedalaman hati

manusia ,seluruh aspek hidupnya berpotensi dosa.

Mengedepankan antroposentris dalam pengudusan adalah sia-sia. Diperlukan

pihak kedua yang super power, super holy dan Ia harus berasal dari pihak yang lebih

tahu tentang siapa manusia dan bagaimana manusia. Dia haruslah figur pencipta alam

semesta dan segala isinya. ALLAH, hanya Dia yang memiliki kemampuan untuk

melakukan semuanya itu.

Mengingat masalah penyucian tidak bisa terlepas dari kegiatan pengampunan dosa,

maka tindakan yang dilakukan Allah menggunakan sistim pengorbanan. Sebab tanpa

pengorbanan tidak mungkin ada pengampunan.(Ibrani 9:22). Pengorbanan dengan

menggunakan binatang sebagai sarana pendamaian tidak mungkin bisa mengampuni

dosa-dosa manusia, Ia harus dari pihak manusia namun yang harus memiliki kualitas

kesucian yang sempurna tanpa cacat maupun cela walau secuil jua. Pada

kenyataannya telah didapati bahwa ternyata tidak ada seorang pun dari manusia yang

pernah hidup ditemukan tanpa berdosa; artinya tidak ada pilihan lain “mau tidak

mau” – namun dengan inisiatif kerelaan tan pa terkondisi,tanpa intimidasi dan tanpa

terpaksa- Allah sendirilah yang harus turun dari sorga, menjadi manusia ,dikorbankan

95
,menumpahakan darah untuk menjadi sarana pengampunan dosa. Itulah yang telah

dilakukan oleh pribadi Allah yang kedua yaitu YESUS KRISTUS yang telah menjadi

manusia, mati dikayu salib, namun yang ditolak oleh dunia, dianggap sebagai bidat,

pelecehan terhadap Allah (Syirikh) dan dianggap tidak masuk akal.

Bukan Cuma orang diluar Kristen saja yang menyoroti minor tentang isu

penyucian, dikalangan anak-anak Tuhan pun banyak berkembang suatu aggapan

bahwa berita penyucian,kekudusan tidak bisa dipopulerkan lagi sebagai prioritas

dalam menjalani hidup kekristenan ini, sebab tidak relevan dengan jaman

hedonis,kapitalis seperti sekarang ini,dan ia juga tidak relevan dengan natur manusia.

Kecenderungan membuka telinga untuk berita-berita yang mengasikkan dan

mengenakkan menjadi kegandrungan. Namun tidak perlu diherankan, karena Firman

Allah telah membenarkan fenomena tersebut.(II Tim 4:2-4)

Pengudusan adalah kebutuhan, sama halnya mandi dan makan merupakan

kebutuhan hidup sehari-hari demikianlah seharusnya sikap setiap orang percaya- yang

telah memiliki posisi kudus dihadapan Allah, dan juga bagi mereka yang belum

pernah mengecap karunia ini- terhadap tawaran berharga ini , yang telah diberikan

oleh Allah dengan Cuma-cuma. Secara Horizontal, Bagi orang-orang percaya hidup

kudus bisa dijadikan menjadi suatu budaya yang baik ditengah-tengah

masyarakat,menjadi kesaksian yang indah,menjadi sebuah daya tarik bagi orang lain

untuk mengenal dan bertanya Siapa yang membuat kita menjadi sedemikan?

Jika kita melihat Alkitab secara mendalam dan komprehensif, kita akan

menjadi sadar betapa rindunya hati Tuhan agar manusia bisa kembali kepada

Naturnya yang semula. Mulai dari Perjanjian Lama, diawali dengan kitab Kejadian

hingga Maleakhi, dan dalam perjanjian Baru dari Injil Matius hingga kitab Wahyu,

tidak ada satupun yang keluar dati tema besar Penyucian/ Kekudusan. Pendekatan

96
yang persuasif telah dilakukan oleh Allah untuk menjelaskan bahwa hati dan

kehendak Allah adalah pengudusan manusia (I Tes 4:3). Ia mulai dari Iman dan

diakhiri dengan Iman sebagai fasilitas meresponi gagasan ini. Allah memulai lewat

gambaran yang samar-samar, hingga pada kegenapannya didalam Kristus Yesus,

sebagai sarana Pengudusan .tidak ada sarana yang lain yang berasal dari subyektifitas

manusia atau agama manapun yang bisa dibenarkan menjadi pertibangan hanya

Yesus fasilitas satu-satunya.Kita.manusia mau apa lagi?? Adakah kita bisa menunjuk

jari dihadapan Allah kelak dan berkata “aku tidak tahu akan hal itu”?? tidak bisa

demikian, sebab sudah jelas dan gamblang dihadapan kita, bahwa sekali lagi itulah

kehendak ALLAH. Alasan ketidak tahuan? Para anak-anak Tuhan dan Hamba-Hamba

Tuhan yang meresponi penyucian dengan baik dan memiliki jiwa misi sudah

mewartakan berita tersebut. Alasan ketidak mengertian? Hal itu tidak usah ditrima

dengan akal yang terlalu rumit dan berintelegensi tinggi. Ia cukup diterima dengan

iman. Alasan ekses sakit bagi daging yang ditimbulkannya? Allah berjanji menjadi

pembela (Roma 8:34). ingin mengajukan alasan papun itu, semua bisa di cover oleh

Allah kecuali jika alasan kita “aku tidak mau”. Maka Allah tidak bisa memaksa.

Namun Allah harus berlaku adil: konsekwensi –konsekwensi harus dijalankan. Mulai

dari konsekwensi hidup dimasa kini hingga berdampak pada kehidupan kekal.

Berita penyucian ini akan tetap relevan dengan kebutuhan jaman, justru untuk

jaman sekarang ini menjadi semakin relevan mengingat kejahatan semakin meningkat

dan dosa dianggap sebagai penyakit flu biasa yang bisa diobati dengan antibiotik.

Allah pasti berhasil dalam rencananya, Ia tidak akan pernah gagal dalam

pekerjaanNya, suatu saat kelak kesempurnaan akan tiba, dalam kerajaanNya tidak ada

lagi orang yang perlu di kuduskan,sebab dosa tidak berkuasa lagi atas dunia, dan Ia

menjadi raja diatas segala raja yang menghasilkan damai sejahtera,suka citra dan

97
kebahagiaan sejati sesuai dengan janjiNya. Bukankah hal ini yang dirindukan dan

diidam-idamkan oleh semua umat manusia? Lalu mengapa harus menunggu waktu

lagi? Sekaranglah saatnya “membudayakan Hidup Kudus dan menguduskan budaya

dosa”.Amin.

98
BAB VI

KEPUSTAKAAN

Abineno, J.L.ch. Manusia dansesamanya dalam Dunia.. Jakarta: BPK.Gunung


________Mulia, 1990.

Adi, K Dwi. Kamus Praktis Bahasa Indonesia . Surabaya : Fajar Mulya, 2001.

Bakker, SVD A. Ajaran Iman KAtolik 2 .Jakarta: Kanisius, 1989 .

Barth,Carl. Theologia Perjanjian Lama. Jakarta: Bpk.Gunung Mulia, 1990.

Berkhof, Louis .Teologi Sistematika 2. Jakarta : Lembaga Reformed Injili Indonesia.


_________1994

Berkhof, Louis. Teologi Sistematik 4 . Jakarta: LRII ,1994.

Brill , J.W. Dasar yangTeguh . Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 1996.

Brown, Francis dan lainnya. The Brown-Driver-Briggs Hebrew And English Lexicon.
________Los Angles: Henry Publisher.1999.

Budhisme. Jogjakarta: Tarawang Press ,2001.

Carlson,G.Raymond. Apa yang dikatakan Alkitab Mengenai Keselamatan . Malang:


________Gandum Mas, 1989.

Davis, John.J . Eksposisi Kitab Kejadian. Malang: Gandum Mas. ,2001.

Douglas,J.D dan lainnya. Ensiklopedi Alkitab Masa kini. Jilid II. Jakarta: YKBK,
________1995.

Elrath, W.N.Mc dan Billy Mathias Ensiklopedia Alkitab Praktis . Bandung: Literatur
________Baptis, 1986.

End, Th.Vanden. Tafsiran Alkitab Surat Roma. Jakarta: Bpk.Gunung Mulia, 1997.

Enns, Paul. The Moody Hand Book Of Theology . Malang : Saat, 2004.

Everyman’s, Homer A.Kent. Bible Commentary Ephesians-Glory of The church.


_________Chicago: The moody Bible Institute,1971.

Free, Joseph P. Arkeologi dan Sejarah Alkitab. Malang :Gandum Mas ,2001.

Freligh,Harold M. Delapan Tiang Keselamatan. Bandung: Kalam Hidup ,2002.

99
Ghazali, Imam .Melatih Jiwa dengan Sifat Terpuji . Surabaya: Bintang usaha
_________Jaya,2003.

Hadiwijono, Harun. Iman Kristen .Jakarta; Bpk.Gunung Mulia 1991.

HagelBerg, Dave. Tafsiran Roma. Bandung: Yayasan Kalam Hidup , 1996.

Hakim,Agus. Perbandingan Agama. Bandung : CV.Diponegoro. 1985.

HArdonohadi, P. Jati Diri Manusia. Jakarta: Kanisius, 1996.

Harris,R.Laird. Theological Wordbook of The Old Testament Vol.1 . Chicago: Moody


_________Press,1990.

Hasyim , Ahnad U. Pilar-pilar Islam . Jakarta: Aka Press,2000.

Hendriksen , William .The new testament Commentary-Epesians .Pennsylvania:n.p


________1976.

Hill, Andrew E. dan John H.Walton. Survei Perjanjian Lama .Malang: Gandum Mas,
________2004.

Hoekma, Anthony A. Diselamatkan oleh Anugerah. Jakarta:Momentum , 2001.

Holmes,Arthur G. Segala Kebenaran Adalah Kebenaran Allah .Jakarta: LRII, 1990.

Iswanto, Djuhari. Diktat Islamologi . Stii Surabaya.

Jones Liod, D. Marthin. The Plight Of Man End The Power Of God . Grand Rapids:
________Eerdmans, 1945.

Juanda. 777 Ungkapan Abadi . Jogjakarta : Andi 2004.

Kalvin,Yohanes. Institutio . Jakarta: Bpk.Gunung mulia ,2003.

Kuiper, Arie de. Missiologia. Jakarta: Bpk Gunung Mulia, 2oo6.

Linemman,Eta. Teologi Kontemporer. Malang: I 3, 1991.

Macarthur JR, John F. Hamartologi. Malang: Gandum Mas, 2000.

Marantika, Chris. Doktrin Keselamatan dan Kehidupan Rohani. Jogjakarta Iman


_________Press, 2002.

Marantika, Chris. Seri Diktat Kuliah Apologetika. Surabaya: STII.

Mardudi,Abdul Ala .Menjadi Muslim Sejati .Jogjakarta: Mitra Pustaka, 2003.

Menzies, William W. dan Stanley M.Horton. .Doktrin-Doktrin Alkitab. Malang:


_________Gandum Mas, 1998.

100
Milne, Bruce. Mengenal Kebenaran . Jakarta : BPK. Gunung Mulia, 1996.

Morris. ,Forgiveness”in Laird Harris( ed), Theological Wordbook of The Old


_________Testament Volume II . Chicago:Moody Press,1990.

Murrray, John. Penggenapan dan penerapan penebusan. Jakarta: Momentum, 1999.

Oetomo, Thomas Bedjo. Ceramah Perkuliahan.Surabaya: STII.

Pfeiffer, Charles F. dan Everett F.Harrison. TAfsiran Alkitab Wycliffe.Vol.3 . Malang:


________Gandum Mas, 1962.

R.rice , John. Bila Orang Kristen Berdosa. Bandung: Kalam Hidup, 1997.

Rag Havan, Ka Usalya Rani. Tanya Jawab Ajaran Hindu. Jakarta: Paramita.

Rausch, Thomas P. Katolisisme . Jakarta : Kanisius, 2001.

Roni K.A.M.Jusuf. Membangun manusia seutuhnya. Jogjakarta: Yayasan Andi 1987.

Ruseno, Bambang. Bebagai Agama dan Kepercayaan di Indonesia .Gandum


________Mas,2000.

Ryrie ,Charles C. Teologi Dasar 1. Yogyakarta.,Andi 1991.

Senduk, H.L. Teologia Alkitabiah

Sinner In the Hands of an Angry God. Surabaya: Momentum, 2004.

Soedarmo, R..Kamus Istilah Teologi .Jakarta BPK.Gungung Mulia , 2002.

Soghir, Muhammad. Muslim Sejati . Bandung: Mujahid Press, 2004.

Sproul,.R.C. Kaum Pilihan . Malang : SAAT ,1996.

Stoke,Gillian .Budha . Jakarta : Erlangga, 2000.

Sudjana,I Gusti Made. Diktat Kuliah Hindu Budha .Surabaya: STII.2007

Suyono H.S, Aminuddin;Mohammad. Pendidikan Agama Islam .Jakarta: Bumi


________Aksara 2004

Thiessen, Henry.C. Teologi Sistematika. Malang : Gandum Mas, 2003.

Verkuyl, J.Samakah Semua Agama. Jakarta: BPK.Gunugn Mulia, 1965.

Wongso, Peter. Soteriologi . SAAT: Malang. 2000.

Wood, G.R.Harding. Bina Diri 2 . Jakarta :BPK.Gunung Mulia.

101
Yancey, Philip. Keajaiban Kasih Karunia . Batam : Interaksa, 1999.

Internet

http/:www.babad bali-agama dan dharma -Agama Hindu

WWW. Got Question.org

Soft Were

Bible Work 7.Twot Hebrews Lexicon P.1990 Soft were Komputer

Babylon .English-Indonesian Online Dictionary.Soft Were Computer

English-english Babilon Dictionary.Soft Were.Komputer.

Henry, Mathew. Bible Commentary Bible Work 7. soft were.computer.

Marantika, Chris. Materi kuliah Eskatologi . soft were computer

Microsoft® Encarta® Encyclopedia .Microsoft Corporation, 2003.Soft


_________Were.komputer

102
103

Anda mungkin juga menyukai