101 253 1 RV
101 253 1 RV
Yohan
Magister Pendidikan Agama Kristen
Sekolah Tinggi Teologia Baptis Medan
datayohan@gmail.com
ABSTRAK
Pengajaran yang terukur, sistematis dan terarah dalam hal pendisiplinan rohani
terhadap anak terdapat dalam Alkitab yaitu dalam Kitab Ulangan 6:6-9. Bagian Firman
Tuhan ini memberikan perintah kepada orang tua untuk melaksanakan pendidikan anak
sejak dini. Teks Kitab Ulangan 6:6-9 umumnya dipahami sebatas sebagai mandat
pendidikan dalam keluarga, tetapi penulis memandang jika teks Kitab Ulangan 6:6-9 juga
menunjukkan sebuah model pembelajaran. Untuk itu penulis melakukan analisis
terhadap teks Ulangan 6:6-9. Dari analisis terhadap teks tersebut tampak jika terdapat
proses pembelajaran memorisasi, dilakukan dalam kerangka peningkatan pemahaman
terhadap kedisiplinan rohani siswa termasuk dalam mempengaruhi kecerdasan
emosional dan improvisasi sosial siswa.
Tujuan penelitian ini adalah untuk: 1) Menggambarkan peran pendidikan disiplin
rohani dalam keluarga berdasarkan Ulangan 6: 6-9, kecerdasan emosional dan
kemampuan improvisasi sosial siswa SMP Kelas IX Unggul Sakti, 2) Menguji seberapa
jauh pendidikan disiplin rohani dalam keluarga berdasarkan Ulangan 6: 6-9 berperan
signifikan dan mempengaruhi kecerdasan emosional dan kemampuan improvisasi sosial
siswa SMP Kelas IX Unggul Sakti, 3) Menganalisa bagaimana pengaruh pendidikan
disiplin rohani dalam keluarga berdasarkan Ulangan 6: 6-9, terhadap kecerdasan
emosional dan kemampuan improvisasi sosial siswa SMP Kelas IX Unggul Sakti.
Teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling. Jumlah sampel adalah
33 responden. Teknik pengumpulan data adalah kuesioner dan studi dokumentasi.
Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi linier berganda. Hasil penelitian
menunjukkan persamaan regresi berganda sebesar Y = 74.235 = 0.056. + 0.080 + 0.029.
Koefisen regresi bernilai positif artinya Pendidikan Disiplin Rohani berdasarkan Kitab
Ulangan 6: 6-9 perpengaruh positif dabn signifikan terhadap kecerdasan emosional dan
improvisasi sosial siswa. Hal ini berarti semakin tinggi kedisiplinan rohani, maka
kecerdasan emosional, dan improvisasi sosial siswa semakin baik.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kedisiplinan rohani
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kecerdasan emosional dan improvisasi social
siswa yang ditunjukkan dengan nilai probabilitas <0,05) (0,000<0,05). Nilai Adjusted R
Square sebesar 0,204. Hal ini menunjukkan bahwa 20,4% kecerdasan emosional dan
improvisasi sosial siswa pengaruhi oleh kedisiplinan rohani, sedangkan sisanya sebesar
79,6% dipengaruhi faktor-faktor lain yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini.
1
ABSTRACT
The Bible in Deuteronomy 6: 6-9 gives orders to carry out children's education.
The text of Deuteronomy 6: 6-9 is generally understood to be limited to the mandate of
education in the family, but the author views if the text of Deuteronomy 6: 6-9 also shows
a learning model. For this reason, the author analyzes the text of Deuteronomy 6: 6-9.
The analysis of the text appears if there is a memorization learning process. The
memorization learning process is carried out by delivering teaching repeatedly and
accompanied by media available in the family environment. This learning theoretically
helps to improve understanding because there is a process of recording, storing, and
calling that is more effective and allows deepening of the meaning of information including
in the class IX of SMP Unggul Sakti, Jambi City.
The aims of this research are: 1) to determine the influence of spiritual discipline
education in the Bible of Deuteronomy 6:6-9 toward the emotional intelligence and social
improvisation in class IX of SMP Unggul Sakti, 2) to determine the influence spiritual
discipline education in the Bible of Deuteronomy 6:6-9 toward the emotional intelligence
in class IX of SMP Unggul Sakti, 3) to determine the influence of spiritual discipline
education in the Bible of Deuteronomy 6:6-9 toward the social improvisation in class IX
of SMP Unggul Sakti.
This research is a quantitive research. The population of the research was class
IX in SMP Unggul Sakti in the academic year 2020/2021 as many as 4 classes with a
total 130 students. The sampling technique used was purposive sampling. The number
of samples was 33 respondents, because the respondent specifically Christian family of
Christian student. In this school just 33 respondents are they Christian. The data
collection methods use were documentation, test, and questionnaire. The data analysis
technique used was multiple linier regression. The result of the research shows that the
equity of the multiple regression is Y =74.235 + 0.056 X + 0.080 Y1 + 0.029 Y2. The
regression coefficient is positive which means that spiritual discipline education in the
Bible of Deuteronomy 6:6-9 toward the emotional intelligence and social improvisation is
positively and significantly influential toward in emotional intelligence and social
improvisation of the students.
Based on the result of the research, it can be conclude that: (1) spiritual discipline
education in the Bible of Deuteronomy 6:6-9 is positively and significantly influential
toward the emotional intelligence and social improvisation of the students which is shown
by the probability value of <0,05 (0.000<0,005) Adjusted R Square value is 0.204, it
shown that 20,4% of the emotional intelligence and social improvisation is influenced by
spiritual discipline education in the Bible of Deuteronomy 6:6-9 of the students, while the
rest which is 79,6% is influenced by other factors not mentioned in this research.
2
PENDAHULUAN
Keluarga dalam fondasi Kristen memiliki peran yang sangat penting. Keluarga
dibangun dari dasar perkawinan antara dua manusia dalam ikatan pernikahan. Dalam
pernikahan ayah memiliki peran yang sangat besar sebagai ‘payung’ atau pelindung
terhadap kesucian ikatan kekeluargaan yang didalamnya ada istri dan anak-anak.
sehingga tujuan perkawinan adalah untuk menghadirkan keluarga yang harmonis,
sejahtera dan bahagia, seperti halnya Efesus 5: 30-33. Harmonis dalam hal ini adalah
menggunakan hak dan kewajiban sebagai suami istri dan seluruh anggota keluarga.
Ayat tersebut menekankan bahwa penting bagi ayah dan ibu selaku orang tua
menyampaikan ketetapan Tuhan kepada anak-anak mereka. Hal itu harus terus menjadi
gaya hidup, bukan hanya sebagai pembelajaran, terutama pada saat anak memasuki
usia remaja atau usia SMP dimana mereka mencari jati diri, berada di posisi medium,
memiliki konsep ego yang sangat tinggi, ingin dihargai. Jika ini tidak dikontrol oleh orang
tua maka kecerdasan emosional dan improvisasi sosial skill yang dimiliki akan luntur dan
tidak terbentuk dalam karakter mereka.1
Disiplin rohani dalam bangunan keluarga dan Pendidikan anak juga menjadi dasar
pembentukan karakter. Penentuan ini berlandaskan pada bagaimana orang tua ketika di
rumah dan guru ketika di sekolah. Pendidikan disiplin rohani pada anak remaja adalah
satu rangkaian keterampilan, termasuk kontrol dorongan hati seseorang, motivasi diri,
empati, dan kompetensi sosial dalam hubungan interpersonal, secara utuh melalui
penciptaan kemungkinan untuk menerapkan nilai-nilai positif. Rivers2 menjelaskan
bahwa latar belakang berbagai budaya sangat terkait dengan konsep agama dan
ruhaniah seseorang. Hal inilah yang kemudian juga turut membentuk mileu keluarga
dalam memperlakukan disiplin rohani pada anak-anak.
Pendidikan Disiplin Rohani dalam Keluarga juga menjadi core keyword memahami
setiap perkembangan anak agar orang tua mampu melatih dan memaksimalkan
1 Observasi Siswa-Siswi SMP Unggul Sakti, pada tanggal 28 Februari 2020, pukul 07.00-08.00
Risky Behaviors Among College Students. 2013. Journal of College Student Development, 54(2), 172-
183.
3
kecerdasaan yang dimiliki oleh anak, diantaranya kecerdaaan lingualistik, matematis,
visual, spasial, musikal, kinetetis, interpersonal, intrapersonal dan naturalis3.
Dalam hal improvisasi social siswa, pendidikan disiplin rohani dan kecerdasan
emosional sangat berperan penting. Secara social pergaulan menjadi kata kunci.
Keluarga yang merupakan payung juga harus melakukan bimbingan dengan kedisiplinan
yang baik. Keberhasilan improvisasi social anak sangat bergantung pada bagaimana
pola Pendidikan disiplin rohani orang tua, menunjukkan kasih Tuhan, keteladanan,
kharismatik dan pengabdian sesuai perilaku keseharian.
Pendidikan disiplin rohani siswa dalam keluarga memiliki pengaruh nyata terhadap
perkembangan kecerdasan emosional siswa dan improvisasi sosial skill siswa menjadi
penting untuk dilihat sehingga dapat mendorong proses belajar siswa membentuk
karakter seperti dalam konsep Alkitab bahwa anak merupakan anugerah yang ada
padanya kebaikan, memiliki kematangan emosi yang baik, mampu mendisiplinkan diri
dengan ajaran Alkitab seperti terdapat pada Ulangan 6: 6-9, dan bisa diarahkan sesuai
dengan Efesus 6: 1- 4, Yohanes 3: 1- 4, Yesaya 54: 13, Markus 9: 37, Matius 18: 10 dan
Amsal 17: 6, 22: 6. Kecerdasan emosional dan kemampuan improvisasi sosial skill inilah
yang menjadi catatan penting dalam penelitian, dimana peran kedisiplinan rohani
keluarga menjadi kata kunci (core key) dalam mempengaruhi karakter siswa, dalam
pembentukan tingkah laku, watak (emosional & moral) serta kemampuan improvisasi
secara sosial. Perubahan-perubahan pada variabel kecerdasan emosional dan
kemampuan improvisasi sosial inilah yang menjadi fokus penelitian sesuai dengan
periode perkembangan siswa dan tingkat kedisiplinan rohani dalam keluarga, dengan
bimbingan orang tua melalui terminologi pengetahuan, kemampuan berfikir, kemampuan
memimpin, kemampuan membahasakan, etika, spiritual dan identitas siswa.
3 Rivers, S.E., Brackett, M.A., Omori, M., & Sickler, C. Emotion skills as a Protective Factor for
Risky Behaviors Among College Students. 2013. Journal of College Student Development, 54(2), 172-
183.
4 Khokhar, C. P., and T. Kush. Emotional Intelligence and Work Performance Among
4
LANDASAN TEORI
Kecerdasan Emosional
Kecerdasan emosi, menurut Bar-On adalah serangkaian kemampuan, kompetensi
dan kecakapan non-kognitif, yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil
mengatasi tuntutan dan tekanan lingkungan. Menurut Epstein9, menyatakan kecerdasan
emosi adalah kemampuan seseorang untuk menguasai situasi yang penuh tantangan
yang biasanya dapat menimbulkan ketegangan dan kecemasan. Bila seseorang memiliki
kecerdasan pada dimensi kehidupan emosional, maka ia akan mampu secara
berhasilguna mengendalikan reaksi atau perilakunya, begitu rupa hingga tidak
terpengaruh oleh kegagalan.
Salovey10 menempatkan kecerdasan pribadi Gardner dalam definisi dasar tentang
kecerdasan emosional menjadi lima wilayah utama, yaitu: mengenali emosi diri (Self
Awareness), mengelola emosi (Self Regulation), memotivasi diri sendiri (Motivation),
mengenali emosi orang lain (Empati), ketrampilan sosial (Social Skill).
4. Hal 56.
7
Eko Madyo Susilo. Dasar-Dasar Pendidikan. Semarang: Effhar Publishing, 1998. Hal 58-62.
8 Ngalim Purwanto. Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994.
Hal 71.
9
Epstein, J. L. (1987). Parent involvement: what research says to administrators. Education and
Urban Society, 19 (2), 119-136. doi:10.11 77/0013124587019002002.
10
Salovey, P. & Mayer, J. D. (1990). Emotional intelligence. Imagination, Cognition, and
Personality, 9, 185-211. doi:0.2190/DUGG-P24E-52WK6CDG
5
Gunarsa11 kecerdasan emosional (emotional intelligence) adalah kemampuan
untuk mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain, memotivasi diri sendiri,
dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dalam hubungan dengan
orang lain. Seperti kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati, keterampilan sosial.
Kesadaran diri terdiri dari: kesadaran emosi diri, penilaian pribadi, dan percaya diri.
Pengaturan diri terdiri dari: pengendalian diri, dapat dipercaya, waspada, dan inovatif.
Kecerdasan emosional adalah karakteristik individu, sebagai penggerak yang
dapat menimbulkan aspek-aspek energi, kekuatan, daya tahan, intrinsic motivation,
kemampuan kognitif sehingga mampu mengarahkan jati diri individu, memahami
lingkungan sosialnya, sehingga punya nilai “street smart” dalam menentukan pilihan
termasuk keberhasilan membangun self character.
Improvisasi Sosial
Improvisasi sosial merupakan kemampuan individu dalam melakukan empati
sekaligus berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Pada dasarnya merupakan sebuah
keterampilan yang diejawantahkan dalam pergaulan sehari-hari. Keterampilan
improvisasi sosial juga merupakan perilaku yang perlu dipelajari, karena memungkinkan
individu dapat berinteraksi, memperoleh respon positif atau negatif Cartledge dan Milburn
(1986). Karena itu keterampilan sosial merupakan kompetensi yang sangat penting untuk
dimiliki oleh setiap orang termasuk di dalamnya peserta didik, agar dapat memelihara
hubungan sosial secara positif dengan keluarga, teman sebaya, masyarakat dan
pergaulan di lingkungan yang lebih luas.
Bar-On12, keterampilan improvisasi sosial merupakan kemampuan berinteraksi
dengan orang lain dalam konteks sosial dengan suatu cara yang spesifik yang secara
sosial dapat diterima atau dinilai dan menguntungkan orang lain.
Menurut Chatib13 keterampilan improvisasi sosial merupakan kemampuan untuk
menciptakan hubungan sosial yang serasi dan memuaskan berbagai pihak, dalam bentuk
penyesuaian terhadap lingkungan sosial dan memecahkan masalah sosial. Tim Broad-
Based Education menyatakan keterampilan sosial sebagai keterampilan berkomunikasi
dengan empati dan keterampilan bekerjasama.
Chaplin14 berpendapat bahwa keterampilan sosial merupakan bentuk perilaku,
perbuatan dan sikap yang ditampilkan oleh individu ketika berinteraksi dengan orang lain
disertai dengan ketepatan dan kecepatan sehingga memberikan kenyamanan bagi orang
yang berada disekitarnya. Peningkatan perilaku sosial cenderung paling menyolok pada
masa kanak-kanak awal. Hal ini disebabkan oleh pengalaman sosial yang semakin
bertambah pada anak-anak mempelajari pandangan pihak lain terhadap perilaku mereka
dan bagaimana pemandangan tersebut mempengaruhi tingkatan penerimaan kelompok
teman sebaya akan tetapi, ada beberapa bentuk perilaku yang tidak sosial atau anti-
sosial. Sejauh mana terjadinya peningkatan perilaku sosial akan bergantung pada tiga
11Gunarsa, S. D, & Gunarsa, Y. S. D. Psikologi Perkembangan Anak dan. Remaja. 2001.
Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hal 98-103.
12 Bar-On, R. The Bar-On Model of Emotional-Social intelligence (ESI). 1997. Toronto: Multi Health
Systems. P 271-285.
13 M., Chatib. Sekolahnya Manusia: Sekolah Berbasis Multiple Inteligences di Indonesia. 2009.
6
hal. Pertama, seberapa kuat keinginan anak untuk di terima secara sosial; kedua
pengetahuan mereka tentang cara memperbaiki perilaku; dan ketiga, kemampuan
intelektual yang semakin berkembang yang memungkinkan pemahaman hubungan
antara perilaku mereka dengan penerimaan sosial.
Kemampuan untuk mengenal bahasa-bahasa simbol, antri di tempat-tempat
umum, membuang sampah pada tempatnya, berkomunikasi dengan baik dengan orang
lain, berejasama dengan kelompok yang majemuk, menjadi konsumen yang selektif,
membuat keputusan, berpartisipasi sebagai warga negara, mengakui kemajemukan,
menggali, mengolah dan memanfaatkan informasi15.
METODE PENELITIAN
15 Slameto. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. 2010. Jakarta: Rineka Cipta. Hal
71-74.
16Bailey, R. Physical Education and Sport in Schools A Review of Benefits and Outcomes. 2006.
Journal of School Health, 76, 397-401.
7
subyek penelitian mencapai 100%. Dengan demikian, maka jumlah subyek
pada sampel penelitian sudah valid.
Siswa-siswi Kelas IX SMP Unggul Sakti berusia 13-15 tahun sebanyak 13
siswa (35,28%), 16-18 tahun sebanyak 20 siswa (64,72%), sehingga
subyek penelitian terbanyak terdapat pada rentangan usia 16-18 tahun
yang berjumlah 20 siswa atau mencapai 64,72%.
8
Variabel Improvisasi Sosial (Y2)
Hasil uji reliabilitas nilai Alpha Cronbach’s pada variable; improvisasi social
(Y2), nilai rtabel adalah 0,885 dan tergolong di nilai antara 0.81-1,00 maka
hasil uji tersebut sangat reliabel.
b) Uji Normalitas
Uji Normalitas dilakukan dengan estimasi proporsi melalui rumus Bloom.
Alasannya karena peneliti dalam membuktikan hipotesis dilakukan dengan
analisis regresi linier. Sedang ploting uji normalitas semuanya
menggunakan P-P Plot.
c) Uji Linearitas
Uji Linearitas regresi dilakukan dengan uji galat regresi melalui deviation
from linerity. Jadi yang dianalisis kelinieran-nya adalah penyimpangan
distribusi datanya. Dikatakan hubungan antara variabel bebas terhadap
variabel terikat linear apabila α > 0.05. Hasil uji hubungan garis antara
disiplin rohani terhadap kecerdasan emosional adalah non signifikan α >
0,05 artinya hubungan kedua variabel tersebut linier.
d) Uji Hipotesis
1) Uji Hipotesis 1
Terdapat hubungan positif dan signifikan antara Pendidikan disiplin
rohani dan kecerdasan emosional. Hubungan antara disiplin rohani
dengan kecerdasan emosional dihasilkan sebesar 0,319 adalah positif.
Sumbangsihnya dalam memunculkan pendidikan disiplin rohani
9
sebesar 31,9 % Artinya hubungan pendidikan disiplin rohani dengan
kecerdasan emosional di populasi kondisinya juga positif.
Adapun hubungan antara pendidikan disiplin rohani dengan kecerdasan
emosional yang dikontrol oleh kecerdasan emosional ternyata 0,460
adalah signifikan pada α < 0,05 artinya hubungan tersebut murni.
Berdasarkan analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang
mengatakan terdapat hubungan pendidikan disiplin rohani dengan
kecerdasan emosional adalah terbukti dalam penelitian ini.
Jadi dapat dikatakan bahwa teori ini sangat mendukung hasil penelitian
yang menyatakan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan
antara Pendidikan disiplin rohani dengan kecerdasan emosional di
lingkungan Sekolah SMP Unggul Sakti Kota Jambi.
2) Uji Hipotesis 2
Terdapat hubungan positif dan signifikan antara pendidikan disiplin
rohani dengan improvisasi sosial. Hubungan antara dihasilkan antara
pendidikan disiplin rohani dengan improvisasi sosial sebesar 0,032
adalah positif. Sumbangsihnya dalam membentuk improvisasi social
sebesar 32 % Artinya sumbangsih antara pendidikan disiplin rohani
dalam membentuk improvisasi sosial sebesar 32%.
17
Salovey, P. & Mayer, J. D. (1990). Emotional intelligence. Imagination, Cognition, and
Personality, 9, 185-211. doi:0.2190/DUGG-P24E-52WK6CDG
18 Banawiratma (1990). Spiritualitas transformatif, Yogyakarta : Kanisius
19
Goleman, Daniel (1997).Emotional intelligence,Jakarta: Gramedia pustaka utama.
10
berperan penting di tempat kerja, dalam keluarga, masyarakat,
pengalaman romantis dan bahkan dalam kehidupan spiritual20
3) Uji Hipotesis 3
Terdapat hubungan positif dan signifikan antara pendidikan disiplin
rohani terhadap kecerdasan emosional dan improvisasi sosial secara
bersama-sama. Hubungan antara pendidikan disiplin rohani terhadap
kecerdasan emosional dan improvisasi sosial secara bersama-sama.
dihasilkan sebesar 0,564 adalah positif.
KESIMPULAN
Pendidikan rohani dapat mempengaruhi kecerdasan emosional siswa Kelas IX
SMP Unggul Sakti Kota Jambi pada nilai 31,9%, dengan hasil hipotesis diterima (H1).
Pendidikan rohani juga berpengaruh signifikan terhadap improvisasi sosial memiliki nilai
signifikansi sebesar 46% yang berarti (H1) diterima. Secara simultan antara variabel
Pendidikan disiplin rohani berdasarkan Kitab Ulangan 6: 6-9 terhadap kecerdasan
emosional dan improvisasi sosial sebesar 0,204. Ini berarti nilai antara pendidikan disiplin
rohani terhadap kecerdasan emosional dan improvisasi social memiliki pengaruh 20,4%
dimana (H1) diterima. Temuan penelitian ini mengindikasikan bahwa terdapat hubungan
positif dan signifikan antara pendidikan disiplin rohani terhadap kecerdasan emosional
dan improvisasi social siswa kelas IX SMP Unggul Sakti Kota Jambi.
SARAN
Hubungan positif dan signifikan antara pendidikan disiplin rohani terhadap
kecerdasan emosional dan improvisasi social siswa kelas IX SMP Unggul Sakti Kota
20
Mc.Connell,J.(1992). Understanding human behavior, U.S.A: Harcourt Brace Jovanovich College
Publishers
11
Jambi dalam temuan penelitian ini, beberapa saran yang bisa diusulkan pada sekolah
tersebut diantaranya:
a) Yayasan perlu memberi perhatian khusus untuk peningkatan pendidikan
disiplin rohani yang akan memberi dampak positif pada kecerdasan emosional
dan improvisasi sosial siswa yang tentunya akan mempengaruhi suasana
belajar dan mengajar di sekolah sehingga tercapai peningkatan kualitas
pendidikan.
b) Mengadakan kelompok tumbuh bersama diantara guru secara rutin melalui
belajar Alkitab, sharing dan berdoa bersama.
c) Mengadakan supervisi guru secara khusus untuk menilai/memonitor
pertumbuhan kecerdasa emosi dan rohani guru.
d) Mengadakan parenting bersama bagi orang tua bersama pihak sekolah dalam
peningkatan Pendidikan keagamaan rohani Kristen berdasarkan Kitab
Ulangan 6: 6-9.
DAFTAR PUSTAKA
Bar-On, R. The Bar-On Model of Emotional-Social intelligence (ESI). 1997. Toronto: Multi
Health Systems. P 271-285.
Bailey, R. Physical Education and Sport in Schools A Review of Benefits and Outcomes.
2006. Journal of School Health, 76, 397-401.
Eko Madyo Susilo. Dasar-Dasar Pendidikan. Semarang: Effhar Publishing, 1998. Hal 58-
62.
Ngalim Purwanto. Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis, Bandung: Remaja Rosdakarya,
1994. Hal 71.
J.P. Chaplin. Kamus Lengkap Psikologi. 2004. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Hal
167.
Khokhar, C. P., and T. Kush. Emotional Intelligence and Work Performance Among
Executives. Europe’s Journal of Psychology, Vol. 5, no. 1, Feb. 2009,
doi:10.5964/ejop.v5i1.281.
12
M., Chatib. Sekolahnya Manusia: Sekolah Berbasis Multiple Inteligences di Indonesia.
2009. Bandung: Kaifa. Hal 67-69.
Rivers, S.E., Brackett, M.A., Omori, M., & Sickler, C. Emotion skills as a Protective Factor
for Risky Behaviors Among College Students. 2013. Journal of College Student
Development, 54(2), 172-183.
Tahir Mehmood, Saba Qasim, Rabbia Azam. Impact of Emotional Intelligence on the
Performance of University Teachers. 2013. https://www.semanticscholar.org/. P
231-245.
13