(IKP)
DANI HAMDANI
PEREKAYASA MUDA
DIT. BINTEK JALAN DAN JEMBATAN
danihamdani98@gmail.com
Menikah + 2 anak 2
IRMS-V3: Surface Condition Index
PCI / IKP
SCI
85 to 100 <2
70 to 85
55 to 70
30 to 55
0 to 30
Sumber:
Prosedur Penilaian kondisi perkerasan
Penilaian kondisi perkerasan dilakukan untuk setiap lajur jalan, dengan arah pengukuran 2
arah. Metoda penilaian kondisi perkerasan secara manual ini mencakup perekaman data
gambar berkoordinat dan penilaian kondisi perkerasan dari gambar. Penilaian kondisi dapat
dilakukan di kantor. Survei dengan metoda ini lebih disarankan dibandingkan dengan metoda
survei dengan penilaian langsung di lapangan, karena:
Cepat – perekaman data gambar di lapangan umumnya dapat mencapai 100 lajur km per
hari dan penilaian per operator umumnya sekitar 30 km per hari
Sumberdaya – lebih banyak petugas penilai dapat ditugaskan untuk menilai kondisi dari
gambar yang direkam
Dapat diperiksa – gambar-gambar yang digunakan, dan penilaian kondisi dapat diperiksa
(di audit) setiap saat untuk memeriksa konsistensi antar petugas penilai dan mutu penilaian.
Prosedur Penilaian kondisi perkerasan
Semua data gambar harus memiliki koordinat berdasarkan pengukuran GPS, dan harus
memenuhi beberapa persyaratan berikut:
Survei hanya dilakukan pada saat cuaca cerah, dan permukaan jalan kering
Gambar harus jelas dan tidak terganggu karena adanya debu, butir air, serangga
atau benda lainnya pada lensa kamera
Ketika merekam data, kendaraan survei tidak boleh berjalan menghadap sinar
matahari,
Bayangan yang tampak pada gambar tidak boleh mengurangi mutu data gambar.
Penilaian Kondisi Perkerasan – dari Data Gambar
PENYEDIA JASA harus memastikan semua petugas penilai kondisi
perkerasan telah terlatih. Kondisi perkerasan dinilai dari data gambar
menggunakan perangkat lunak yang sesuai dan data dicatat dengan
format yang ditetapkan. Sistem masukan data harus mencakup jenis
kerusakan, lokasi kerusakan (chainage, latitude, dan longitude), sebaran
kerusakan, dan tingkat keparahan kerusakan; serta mencatat waktu dan
tanggal pengambilan data gambar, waktu dan tanggal penilaian
dilakukan, dan nama petugas penilai. Disarankan menggunakan drop-
down menu, atau sejenisnya, untuk mempercepat dan memudahkan
pencatatan datanya.
Setiap bingkai data gambar harus dinilai, sehingga terbentuk data kondisi
yang menerus untuk setiap ruas jalan, sehingga cakupan penilaian
kondisi mencakup 100% ruas jalan/jaringan jalan.
Pelaporan
Data kondisi yang dikumpulkan dan dicatat harus dilaporkan lengkap
dengan referensi lokasi yang ditetapkan untuk jaringan jalan, dan harus
secara jelas menunjukkan lajur yang disurvei dan arah bergeraknya
kendaraan ketika data diambil, dilengkapi dengan waktu dan tanggal
survei, kondisi cuaca, factor-faktor lain yang berpengaruh pada proses
dan hasil survei
Penilaian kondisi dinyatakan dengan nilai skor untuk setiap jenis
kerusakan yang dinilai tergantung jenis perkerasannya. Jumlah nilai
rata-rata bobot untuk setiap jenis kerusakan yang dinilai digunakan
untuk menyatakan nilai skor kondisi ruas jalan yang dinilai.
Format Data SKJ Perkerasan Kaku
Format data yang diunggah ke Geodatabase Bina Marga harus sesuai
dengan format yang ditetapkan oleh Ditjen Bina Marga.
Prosedur Penentuan Indeks Kondisi Perkerasan Kaku
Penentuan unit sampel perkerasan kaku
Bagilah perkerasan menjadi beberapa seksi-seksi perkerasan
berdasarkan keseragaman rancangan perkerasan, sejarah
penanganan, lalu lintas, dan kondisi perkerasan. Apabila seragam,
tidak perlu dibagi
.
Penentuan jumlah unit sampel perkerasan
Jumlah minimum unit sampel yang harus disurvei pada seksi tertentu
untuk mendapatkan estimasi IKP seksi yang secara statistika memadai
(memberikan 95% tingkat kepercayaan)
.
Jumlah sampel yang lebih kecil dari jumlah sampel yang menghasilkan
95% tingkat kepercayaan dapat digunakan berdasarkan tujuan survei
kondisi perkerasan jalan. Sebagai contoh, suatu lembaga menggunakan
Tabel di bawah untuk memilih jumlah unit sampel yang perlu disurvei
untuk keperluan bukan analisis proyek.
Penentuan jarak antara unit sampel
perkerasan
Penentuan interval jarak unit-unit sampel dilakukan dengan
menggunakan cara acak sistematik
.
.
Prosedur survei unit sampel perkerasan kaku
R
R
S S
T
T
2. Pemisahan Panel (Divided Slab)
Pemisahan panel, Panel dipisahkan oleh retak menjadi empat atau lebih
pecahan sebagai akibat pembebanan berlebih (overloading), atau daya
dukung yang tidak memadai, atau kedua-duanya. Apabila pecahan-pecahan
atau retak terdapat di dalam retak sudut, maka kerusakan dimasukkan
sebagai retak sudut yang parah.
2. Pemisahan Panel (Divided Slab)
PENYEBAB: Pembebanan berlebih (overloading), atau daya dukung yang tidak
memadai, atau kedua-duanya.
Diukur: Apabila pemisahan panel mempunyai tingkat keparahan sedang atau
tinggi, maka tidak ada pencatatan kerusakan lain pada panel.
TINGKAT KEPARAHAN: Tingkat Keparahan Perbedaan Elevasi
Rendah (R) >3 mm dan <10 mm (>⅛ in dan <⅜ in)
Sedang (S) >10 mm dan <20 mm (>⅜ in dan <¾ in)
Tinggi (T) <20 mm (¾ in)
R S T
3. Penanggaan/Pelat Patah (Faulting)
Penanggaan merupakan perbedaan elevasi dua panel yang berdampingan pada
sambungan.
3. Penanggaan/Pelat Patah (Faulting)
PENYEBAB: Penurunan (settlement) karena fondasi yang lunak, Pemompaan
atau erosi bahan di bawah panel, Pelengkungan (curling) bagian tepi panel
sebagai akibat perubahan temperatur/ kelembaban.
Diukur: Penanggaan di sekitar sambungan dinilai hanya pada satu panel yang
dipengaruhi. Penanggaan di sekitar retak tidak dinilai, tetapi diperhitungkan
pada saat menentukan tingkatkeparahan retak.
TINGKAT KEPARAHAN: Tingkat Keparahan Perbedaan Elevasi
Rendah (R) >3 mm dan <10 mm (>⅛ in dan <⅜ in)
Sedang (S) >10 mm dan <20 mm (>⅜ in dan <¾ in)
Tinggi (T) <20 mm (¾ in)
R S T
4. Retak Linear, (Retak Memanjang,
Melintang, Dan Diagonal)
Retak linier ini membagi panel menjadi dua atau tiga bagian, (Panel yang
terbagi menjadi empat atau lebih bagian dimasukkan sebagai panel yang
mengalami pemisahan). Retak rambut yang panjangnya hanya beberapa puluh
cm dan tidak merambat di seluruh panel dinilai sebagai retak susut.
4. Retak Linear, (Retak Memanjang,
Melintang, Dan Diagonal)
PENYEBAB: Akibat kombinasi repetisi beban lalu lintas, pelengkungan akibat
gradien temperatur, penggergajian sambungan melintang yang terlambat,
serta repetisi kelembaban.
Diukur: Apabila pada satu panel terdapat dua tingkat keparahan sedang,
maka panel dinilai mempunyai satu tingkat keparahan tertinggi. Panel yang
terbagi menjadi empat atau lebih bagian dinilai sebagai pemisahan panel.
Pada panel bertulang, retak yang lebarnya <3 mm (<⅛ in) dinilai sebagai retak
susut.
4. Retak Linear, (Retak Memanjang,
Melintang, Dan Diagonal)
TINGKAT KEPARAHAN:
R S T
5. Penghancuran/Remuk (Punchout)
Penghancuran (punchout) merupakan fenomena dimana panel pecah menjadi
beberapa bagian. Punch out dapat terjadi dalam beberapa bentuk dan
ukuran, namun biasanya hal tersebut dibatasi oleh retak dan sambungan.
5. Penghancuran/Remuk (Punchout)
PENYEBAB: akibat repetisi beban berat, panel yang kurang tebal, panel yang
kehilangan daya dukung, atau kesalahan pelaksanaan setempat; contoh
fenomena pembentukan sarang lebah (honeycombing).
TINGKAT Keparahan Sebagian Tingkat Keparahan Penghancuran
KEPARAHAN: Besar Retak 2-3 buah* 4-5 buah* >5 buah*
Rendah (R) Rendah (R) Rendah (R) Rendah (R)
Sedang (S) Sedang (S) Sedang (S) Sedang (S)
Tinggi (T) Tinggi (T) Tinggi (T) Tinggi (T)
R S T
6. Retak Susut & Retak Lainnya (Shrinkage & Other Oracs)
R S T
7. Pemompaan (Pumping)
Pemompaan merupakan fenomena keluarnya bahan fondasi melalui
sambungan atau retak. Pemompaan terjadi akibat defleksi pelat pada saat
roda kendaraan melintasi sambungan; pertama-tama air di bawah panel yang
pertama tertekan dan kemudian tertekan kembali oleh panel yang ke dua.
7. Pemompaan (Pumping)
PENYEBAB:akumulasi air dibawah plat, karena tingginya muka air, drainase yg
jelek, retak panel atau joint seal yg jelek yg kemasukan air
Diukur: Pemompaan yang terjadi pada satu sambungan antara dua panel
dinilai terjadi pada dua panel, namun apabila sambungan yang lain pada satu
panel juga mengalami pemompaan,maka untuk setiap sambungan yang
mengalami pemompaan ditambahkan satu panel.
TINGKAT KEPARAHAN: Tidak ada batasan tingkat keparahan pemompaan.
Dalam hal tersebut, pemompaan yang dicatat cukup keberadaanya saja
8. Gompal/Pengelupasan Sudut (Corner Spalling)
Gompal sudut merupakan kerusakan panel pada daerah sudut, yaitu
kuantitasnya sekitar 0,5 m (1,5 feet). Gompal sudut ≠ retak sudut, dimana
gompal sudut membentuk sudut dengan bidang vertikal, sedangkan retak
sudut sejajar dengan bidang vertikal;
8. Gompal/Pengelupasan Sudut (Corner Spalling)
PENYEBAB: Infiltrasi incompressible material dan terlambatnya pemotongan
sambungan, daya dukung subgrade kurang.
Diukur: Apabila satu atau lebih gompal sudut dengan tingkat keparahan yang
sama, maka hanya satu panel yang dicatat mengalami gompal sudut, tingkat
keparahan tertinggi yang dicatat. Gompal <130 mm, tidak perlu dicatat
TINGKAT Kedalaman gompal
Tingkat keparahan gompal
130 mm – 300 mm
KEPARAHAN: (5 in - 12 in)*
>300 mm (>12 in)*
<25 mm (1 in) Rendah (R) Rendah (R)
>26 mm – 50 mm (> 1 in – 2 in) Rendah (R) Sedang (S)
>50 mm (2 in) Sedang (S) Sedang (S)
R S T
9. Gompal/Pengelupasan Sambungan (Joint Spalling)
Gompal sambungan Merupakan pecahnya tepi panel di sekitar sambungan
dalam daerah sekitar 0,5 m
PENYEBAB: Tegangan berlebih pada sambungan yang ditimbulkan oleh beban
lalu-lintas atau oleh benda keras yang masuk ke dalam sambungan,
terlambatnya pemotongan sambungan
9. Gompal/Pengelupasan Sambungan (Joint Spalling)
Diukur: Apabila gompal terjadi sepanjang tepi satu panel, maka panel yang
gompal dihitung satu buah. Apabila satu atau lebih tepi satu panel mengalami
gompal, maka tingkat keparahan yang dicatat adalah keparahan tertinggi
Tingkat keparahan
TINGKAT Pecahan gompal Lebar gompal
<0,5 m (1,5 ft) >0,5 m (1,5 ft)
Kuat (tigth) – sulit dilepas
KEPARAHAN: (beberapa buah mungkin hilang)
<100 mm (4 in)
>100 mm (4 in)
Rendah (R)
Rendah (R)
Rendah (R)
Rendah (R)
Longgar (loose) – mudah dilepas <100 mm (4 in) Rendah (R) Sedang (S)
dan beberapa buah; bila sebagian
besar atau semua pecahan hilang,
gompal dangkal, <25 mm (1 in) >100 mm (4 in) Rendah (R) Sedang (S)
Hilang (missing) – sebagian besar <100 mm (4 in) Rendah (R) Sedang (S)
atau semua pecahan hilang >100 mm (4 in) Sedang (S) Tinggi (T)
R S T
10. Kerusakan Penutup Sambungan (Joint Seal Damage)
R S T
10. Kerusakan Penutup Sambungan (Joint Seal Damage)
TINGKAT R
KEPARAHAN:
T
11. Tambalan (Patching)
Tambalan merupakan suatu bagian perkerasan dimana perkerasan lama
dibongkar dan diganti dengan bahan yang baru. Tambalan utilitas adalah
tambalan yang menggantikan bagian perkerasan asli agar dapat dilakukan
pemasangan atau pemeliharaan utilitas di bawah permukaan.
11. Tambalan (Patching)
PENYEBAB: Kerusakan perkerasan setempat yg telah ditambal.
Diukur: Apabila terdapat tambalan >1 dengan tingkat keparahan yang sama,
maka dinilai hanya terjadi pada satu panel. Apabila tingkat keparahan yang
berbeda, maka keparahan tertinggi yang dinilai terjadi pada satu panel
TINGKAT R
KEPARAHAN:
S
R S T
12. Penurunan Lajur/Bahu (Lane/Shoulder Drop Off)
Penurunan lajur/bahu merupakan perbedaan elevasi permukaan bagian tepi
perkerasan dengan permukaan bahu. Perbedaan elevasi dapat mengganggu
keselamatan, dan juga dapat meningkatkan infiltrasi air.
PENYEBAB: permukaan bahu yang menurun atau bahu tererosi.
12. Penurunan Lajur/Bahu (Lane/Shoulder Drop Off)
Diukur: Penanggaan lajur/bahu dihitung dengan cara merata-ratakan
penanggaan maksimum dan minimum di sepanjang panel. Setiap panel yang
mengalami kerusakan dinilai sendiri-sendiri dan dipandang sebagai satu panel
menurut tingkat keparahannya
TINGKAT
R
KEPARAHAN:
S
R S T
PENENTUAN IKP UNIT SAMPEL
DATA KERUSAKAN UNIT
SAMPEL:
JENIS
KEPARAHAN
KUANTITAS KERUSAKAN KURVA HUBUNGAN
(UNTUK PERKERASAN NILAI PENGURANG
BETON ASPAL) ATAU DENGAN DENSITAS,
JUMLAH PANEL YANG DAN JENIS/
RUSAK (UNTUK KEPARAHAN
PERKERASAN KAKU) KERUSAKAN
YA
KURVA HUBUNGAN
TIDAK NP TOTAL DENGAN q
GUNAKAN HITUNG INDIVIDU NP
SEMUA NP TOTAL YANG >2 (q)
REDUKSI JUMLAH
TENTUKAN NP TOTAL
INDIVIDU NP
TERKOREKSI (NPT)
MENJADI m BUAH
HITUNG NP SEMUA
KERUSAKAN (NP TOTAL)
YA APAKAH NP
REDUKSI NP
YANG >2 LEBIH
TERKECIL MENJADI 2
DARI 1 BUAH?
KETERANGAN
NP = NILAI PENGURANG TIDAK
NPT = NILAI PENGURANG TOTAL TERKOREKSI
IKP = INDEKS KONDISI PERKERASAN
m = JUMLAH MAKSIMUM INDIVIDU NP YANG LEBIH PILIH NPT MAKSIMUM
DARI 2 POIN YANG DIIJINKAN
q = JUMLAH INDIVIDU NP YANG LEBIH DARI 2 POIN
TETAPKAN SEBAGAI
IKP UNIT SAMPEL
Prosedur penentuan IKP ruas
perkerasan kaku