Anda di halaman 1dari 54

INDEKS KONDISI PERKERASAN

(IKP)

Penilaian Kondisi Perkerasan Kaku


Dengan Metode Pavement Condition Index, PCI
06 MEI 2021
PERKENALAN DIRI

DANI HAMDANI
PEREKAYASA MUDA
DIT. BINTEK JALAN DAN JEMBATAN

 0813 2121 8840

 danihamdani98@gmail.com
 Menikah + 2 anak 2
IRMS-V3: Surface Condition Index
PCI / IKP
SCI

85 to 100 <2

70 to 85

55 to 70

30 to 55

0 to 30

Sumber:
Prosedur Penilaian kondisi perkerasan
Penilaian kondisi perkerasan dilakukan untuk setiap lajur jalan, dengan arah pengukuran 2
arah. Metoda penilaian kondisi perkerasan secara manual ini mencakup perekaman data
gambar berkoordinat dan penilaian kondisi perkerasan dari gambar. Penilaian kondisi dapat
dilakukan di kantor. Survei dengan metoda ini lebih disarankan dibandingkan dengan metoda
survei dengan penilaian langsung di lapangan, karena:

 Keselamatan – kendaraan survei dijalankan dengan kecepatan normal, tidak memerlukan


manajemen lalu lintas, dan petugas survei tidak terpapar langsung dengan lalu-lintas
maupun cuaca.

 Cepat – perekaman data gambar di lapangan umumnya dapat mencapai 100 lajur km per
hari dan penilaian per operator umumnya sekitar 30 km per hari

 Sumberdaya – lebih banyak petugas penilai dapat ditugaskan untuk menilai kondisi dari
gambar yang direkam

 Dapat diperiksa – gambar-gambar yang digunakan, dan penilaian kondisi dapat diperiksa
(di audit) setiap saat untuk memeriksa konsistensi antar petugas penilai dan mutu penilaian.
Prosedur Penilaian kondisi perkerasan
Semua data gambar harus memiliki koordinat berdasarkan pengukuran GPS, dan harus
memenuhi beberapa persyaratan berikut:
 Survei hanya dilakukan pada saat cuaca cerah, dan permukaan jalan kering
 Gambar harus jelas dan tidak terganggu karena adanya debu, butir air, serangga
atau benda lainnya pada lensa kamera
 Ketika merekam data, kendaraan survei tidak boleh berjalan menghadap sinar
matahari,
 Bayangan yang tampak pada gambar tidak boleh mengurangi mutu data gambar.
Penilaian Kondisi Perkerasan – dari Data Gambar
 PENYEDIA JASA harus memastikan semua petugas penilai kondisi
perkerasan telah terlatih. Kondisi perkerasan dinilai dari data gambar
menggunakan perangkat lunak yang sesuai dan data dicatat dengan
format yang ditetapkan. Sistem masukan data harus mencakup jenis
kerusakan, lokasi kerusakan (chainage, latitude, dan longitude), sebaran
kerusakan, dan tingkat keparahan kerusakan; serta mencatat waktu dan
tanggal pengambilan data gambar, waktu dan tanggal penilaian
dilakukan, dan nama petugas penilai. Disarankan menggunakan drop-
down menu, atau sejenisnya, untuk mempercepat dan memudahkan
pencatatan datanya.
 Setiap bingkai data gambar harus dinilai, sehingga terbentuk data kondisi
yang menerus untuk setiap ruas jalan, sehingga cakupan penilaian
kondisi mencakup 100% ruas jalan/jaringan jalan.
Pelaporan
 Data kondisi yang dikumpulkan dan dicatat harus dilaporkan lengkap
dengan referensi lokasi yang ditetapkan untuk jaringan jalan, dan harus
secara jelas menunjukkan lajur yang disurvei dan arah bergeraknya
kendaraan ketika data diambil, dilengkapi dengan waktu dan tanggal
survei, kondisi cuaca, factor-faktor lain yang berpengaruh pada proses
dan hasil survei
 Penilaian kondisi dinyatakan dengan nilai skor untuk setiap jenis
kerusakan yang dinilai tergantung jenis perkerasannya. Jumlah nilai
rata-rata bobot untuk setiap jenis kerusakan yang dinilai digunakan
untuk menyatakan nilai skor kondisi ruas jalan yang dinilai.
Format Data SKJ Perkerasan Kaku
 Format data yang diunggah ke Geodatabase Bina Marga harus sesuai
dengan format yang ditetapkan oleh Ditjen Bina Marga.
Prosedur Penentuan Indeks Kondisi Perkerasan Kaku
Penentuan unit sampel perkerasan kaku
 Bagilah perkerasan menjadi beberapa seksi-seksi perkerasan
berdasarkan keseragaman rancangan perkerasan, sejarah
penanganan, lalu lintas, dan kondisi perkerasan. Apabila seragam,
tidak perlu dibagi

 Untuk perkerasan kaku, bagilah seksi perkerasan menjadi unit-


unit perkerasan yang masing-masing berjumlah 20+8 panel.
apabila panel-panel > 8 m, bagi setiap panel menjadi panel-panel
imajiner. Setiap panel imajiner ≤ 8 m

 .
Penentuan jumlah unit sampel perkerasan

 Jumlah minimum unit sampel yang harus disurvei pada seksi tertentu
untuk mendapatkan estimasi IKP seksi yang secara statistika memadai
(memberikan 95% tingkat kepercayaan)

 .

 PENTING: Penentuan IKP ruas HARUS memperhatikan keseragman


konstruksi dan kondisi perkerasan yang ditinjau. Apabila tidak seragam,
maka perkerasan perlu dibagi menjadi seksi-seksi yang dinilai seragam,
lalu dibagi menjadi unit-unit perkerasan
Penentuan jumlah unit sampel perkerasan
 PENTING: Penentuan IKP ruas HARUS memperhatikan keseragman
konstruksi dan kondisi perkerasan yang ditinjau. Apabila tidak seragam,
maka perkerasan perlu dibagi menjadi seksi-seksi yang dinilai seragam,
lalu dibagi menjadi unit-unit perkerasan

Kondisi Jalan Sangat Baik = 6 Km Sedang = 3 Km Rusak Parah


= 1 Km

 Panjang ruas jalan = 10 Km = 100 unit sampel = 13 sampel random


 IKP Ruas tanpa pembagian seksi/keseragaman = 80 = Berkala
 IKP Seksi A= 90/Rutin, B=60/Peningk.Struktural, C=30/Rekonstruksi
 IKP Rata-rata = (90+60+30)/3 = 60 (Salah)
 IKP Rata-rata terhadap luasan = 75 (Benar)
Penentuan jumlah unit sampel perkerasan

 Jumlah sampel yang lebih kecil dari jumlah sampel yang menghasilkan
95% tingkat kepercayaan dapat digunakan berdasarkan tujuan survei
kondisi perkerasan jalan. Sebagai contoh, suatu lembaga menggunakan
Tabel di bawah untuk memilih jumlah unit sampel yang perlu disurvei
untuk keperluan bukan analisis proyek.
Penentuan jarak antara unit sampel
perkerasan
 Penentuan interval jarak unit-unit sampel dilakukan dengan
menggunakan cara acak sistematik

 .

 .
Prosedur survei unit sampel perkerasan kaku

 Buat sketsa unit sampel yang menunjukkan lokasi panel-panel.


 Catat nomor dan nama ruas, nomor seksi, jumlah dan nomor unit
sampel dalam seksi, jumlah panel dalam unit sampel, serta ukuran
panel (diukur dengan meteran roda).
 Sambil berjalan kaki di totoar/bahu, lakukan pengamatan semua
jenis kerusakan pada unit sampel.
 Bubuhkan (pada sketsa unit panel) setiap jenis dan keparahan
kerusakan yang dijumpai pada panel-panel yang sesuai, dimana
tingkat keparahan dibagi menjadi 3, yaitu: tingkat keparahan
rendah (R), sedang (S) dan tinggi (T).
Prosedur survei unit sampel perkerasan kaku

 Rangkum (dalam formulir)


semua jenis kerusakan,
tingkat keparahan dan jumlah
panel pada unit sampel yang
mengandung kerusakan.
JENIS KERUSAKAN PERKERASAN KAKU
(MANAJEMEN DATA)
No Jenis Kerusakan Satuan Pengukuran
1 Retak sudut (Corner break) Satu plat
2 Pelat terbelah (Divided slab) Satu plat
3 Pelat patah (faulting) Satu plat
4 Retak linier (Linear cracking) Satu plat
5 Remuk (Punched out) Satu plat
6 Retak susut dan retak lainnya (Shrinkage & other cracking) Satu plat
7 Pemompaan (Pumphing) Satu plat
8 Terkelupas pada sudut (Corner spalling) Satu plat
9 Terkelupas pada sambungan (Joint spalling) Satu plat
10 Rusak penutup sambungan (Join seal) Kondisi keseluruhan
per area
11 Tambalan (Patching) Satu plat
12 BAHU: Beda tinggi permukaan Bahu dengan permukaan lajur lalu lintas Satu plat
KERUSAKAN PERKERASAN KAKU
Ledakan/Pelengkungan (Blowup/Buckling)
 Ledakan/pelengkungan terjadi pada cuaca panas, biasanya pada lokasi retak
atau sambungan melintang dimana lebar celah retak atau sambungan tidak
cukup lebar untuk menampung pemuaian panel. Pada kondisi tersebut, panel
yang memuai tidak dapat melepaskan tegangan sehingga pada ujung-ujung
panel yang berdampingan terjadi kehancuran atau kedua ujung terdorong ke
atas (melengkung). Ledakan dapat terjadi pula di lokasi utilitas atau inlet
drainase.
Ledakan/Pelengkungan (Blowup/Buckling)
 Penyebab: Sambungan tidak cukup lebar untuk menampung pemuaian panel.
 Diukur: Apabila terjadi pada lokasi retak, ledakan dinilai hanya pada satu panel;
apabila terjadi pada sambungan dan kedua panel terpengaruh, maka ledakan
terjadi pada kedua panel.
 Tingkat Keparahan:
a. Rendah (R) – Pelengkungan atau peremukan (shattering) hanya menimbulkan
gangguan kenyamanan dengan tingkat keparahan rendah;
b. Sedang (S) – Pelengkungan atau permukan menimbulkan gangguan
kenyamanan dengan tingkat keparahan sedang;
c. Tinggi (T) – Pelengkungan atau peremukan menimbulkan gangguan
kenyamanan dengan tingkat keparahan tinggi.
Ledakan/Pelengkungan (Blowup/Buckling)
 Tingkat Keparahan:
1. Retak Sudut (Corner Break)
 Retak sudut merupakan retak yang memotong sambungan pada jarak yang
kurang dari atau sama dengan setengah panjang kedua sisi panel, yang diukur
dari titik sudut panel.
1. Retak Sudut (Corner Break)
 Penyebab: Repetisi beban yang digabung dengan kehilangan daya dukung,
load transfer yg jelek pada sambungan dan tegangan pelengkungan (curling
stress) biasanya mengakibatkan retak sudut.
 Diukur: Panel yang mengalami kerusakan dicatat sebagai satu panel apabila:
a. Hanya terdapat satu sudut yang retak. b. Lebih dari satu pecahan dengan
keparahan khusus. c. Dua atau lebih pecahan dengan keparahan berbeda.
Untuk dua atau lebih pecahan, keparahan yang dicatat adalah keparahan
tertinggi. Contoh, suatu panel yang mengalamiretak sudut dengan keparahan
rendah dan sedang harus dicatat sebagai satu paneldengan retak sudut
keparahan sedang.
1. Retak Sudut (Corner Break)
 TINGKAT KEPARAHAN:

R
R

S S

T
T
2. Pemisahan Panel (Divided Slab)
 Pemisahan panel, Panel dipisahkan oleh retak menjadi empat atau lebih
pecahan sebagai akibat pembebanan berlebih (overloading), atau daya
dukung yang tidak memadai, atau kedua-duanya. Apabila pecahan-pecahan
atau retak terdapat di dalam retak sudut, maka kerusakan dimasukkan
sebagai retak sudut yang parah.
2. Pemisahan Panel (Divided Slab)
 PENYEBAB: Pembebanan berlebih (overloading), atau daya dukung yang tidak
memadai, atau kedua-duanya.
 Diukur: Apabila pemisahan panel mempunyai tingkat keparahan sedang atau
tinggi, maka tidak ada pencatatan kerusakan lain pada panel.
 TINGKAT KEPARAHAN: Tingkat Keparahan Perbedaan Elevasi
Rendah (R) >3 mm dan <10 mm (>⅛ in dan <⅜ in)
Sedang (S) >10 mm dan <20 mm (>⅜ in dan <¾ in)
Tinggi (T) <20 mm (¾ in)

R S T
3. Penanggaan/Pelat Patah (Faulting)
 Penanggaan merupakan perbedaan elevasi dua panel yang berdampingan pada
sambungan.
3. Penanggaan/Pelat Patah (Faulting)
 PENYEBAB: Penurunan (settlement) karena fondasi yang lunak, Pemompaan
atau erosi bahan di bawah panel, Pelengkungan (curling) bagian tepi panel
sebagai akibat perubahan temperatur/ kelembaban.
 Diukur: Penanggaan di sekitar sambungan dinilai hanya pada satu panel yang
dipengaruhi. Penanggaan di sekitar retak tidak dinilai, tetapi diperhitungkan
pada saat menentukan tingkatkeparahan retak.
 TINGKAT KEPARAHAN: Tingkat Keparahan Perbedaan Elevasi
Rendah (R) >3 mm dan <10 mm (>⅛ in dan <⅜ in)
Sedang (S) >10 mm dan <20 mm (>⅜ in dan <¾ in)
Tinggi (T) <20 mm (¾ in)

R S T
4. Retak Linear, (Retak Memanjang,
Melintang, Dan Diagonal)
 Retak linier ini membagi panel menjadi dua atau tiga bagian, (Panel yang
terbagi menjadi empat atau lebih bagian dimasukkan sebagai panel yang
mengalami pemisahan). Retak rambut yang panjangnya hanya beberapa puluh
cm dan tidak merambat di seluruh panel dinilai sebagai retak susut.
4. Retak Linear, (Retak Memanjang,
Melintang, Dan Diagonal)
 PENYEBAB: Akibat kombinasi repetisi beban lalu lintas, pelengkungan akibat
gradien temperatur, penggergajian sambungan melintang yang terlambat,
serta repetisi kelembaban.
 Diukur: Apabila pada satu panel terdapat dua tingkat keparahan sedang,
maka panel dinilai mempunyai satu tingkat keparahan tertinggi. Panel yang
terbagi menjadi empat atau lebih bagian dinilai sebagai pemisahan panel.
Pada panel bertulang, retak yang lebarnya <3 mm (<⅛ in) dinilai sebagai retak
susut.
4. Retak Linear, (Retak Memanjang,
Melintang, Dan Diagonal)
 TINGKAT KEPARAHAN:

R S T
5. Penghancuran/Remuk (Punchout)
 Penghancuran (punchout) merupakan fenomena dimana panel pecah menjadi
beberapa bagian. Punch out dapat terjadi dalam beberapa bentuk dan
ukuran, namun biasanya hal tersebut dibatasi oleh retak dan sambungan.
5. Penghancuran/Remuk (Punchout)
 PENYEBAB: akibat repetisi beban berat, panel yang kurang tebal, panel yang
kehilangan daya dukung, atau kesalahan pelaksanaan setempat; contoh
fenomena pembentukan sarang lebah (honeycombing).
 TINGKAT Keparahan Sebagian Tingkat Keparahan Penghancuran
KEPARAHAN: Besar Retak 2-3 buah* 4-5 buah* >5 buah*
Rendah (R) Rendah (R) Rendah (R) Rendah (R)
Sedang (S) Sedang (S) Sedang (S) Sedang (S)
Tinggi (T) Tinggi (T) Tinggi (T) Tinggi (T)

R S T
6. Retak Susut & Retak Lainnya (Shrinkage & Other Oracs)

 Retak susut merupakan retak rambut yang biasanya mempunyai panjang


kurang dari 2 m dan tidak melintas di seluruh lebar panel. Retak susut
biasanya terbentuk pada saat beton mulai mengeras (setting and curing) dan
tidak tembus pada seluruh tebal panel.
6. Retak Susut & Retak Lainnya (Shrinkage & Other Oracs)

 PENYEBAB: teknik perawatan yg tidak baik, apabila permukaan plat dibiarkan


mengering terlalu cepat, yg akan terjadi menyusut terlalu cepat dan terjadi
retak susut.
 Diukur:Apabila pada suatu panel dijumpai retak susut, maka cukup satu panel
yang dicatat mengalami retak susut.
 TINGKAT KEPARAHAN: Tidak ada batasan tingkat keparahan retak susut. Dalam
hal tersebut cukup dicatat keberadannya saja (lihat Gambar)
6-1. Pengeroposan, Retak Map & Pengerutan
(Scaling, Map Cracking & Crazing)
 Map cracking atau crazing merupakan jaringan retak dangkal dan halus yang
hanya terjadi pada permukaan beton. Retak cenderung berpotongan yang
membentuk sudut sekitar 1200.
 PENYEBAB: Map cracking atau crazing biasanya terjadi sebagai akibat penyelesaian
berlebih (over-finisihing) yang kemudian menimbulkan scaling, yaitu kehancuran
permukaan panel sampai kedalaman sekitar 6 mm sampai 13 mm
6-1. Pengeroposan, Retak Map & Pengerutan
(Scaling, Map Cracking & Crazing)
 Diukur: Panel yang mengalami pengeroposan dinilai sebagai satu panel.
Pengerutan dengan tingkat keparahan rendah dinilai hanya apabila dalam waktu
dekat akan terjadi pengeroposan atau apabila pecahan kecil lepas
 TINGKAT
KEPARAHAN: R
S
T

R S T
7. Pemompaan (Pumping)
 Pemompaan merupakan fenomena keluarnya bahan fondasi melalui
sambungan atau retak. Pemompaan terjadi akibat defleksi pelat pada saat
roda kendaraan melintasi sambungan; pertama-tama air di bawah panel yang
pertama tertekan dan kemudian tertekan kembali oleh panel yang ke dua.
7. Pemompaan (Pumping)
 PENYEBAB:akumulasi air dibawah plat, karena tingginya muka air, drainase yg
jelek, retak panel atau joint seal yg jelek yg kemasukan air
 Diukur: Pemompaan yang terjadi pada satu sambungan antara dua panel
dinilai terjadi pada dua panel, namun apabila sambungan yang lain pada satu
panel juga mengalami pemompaan,maka untuk setiap sambungan yang
mengalami pemompaan ditambahkan satu panel.
 TINGKAT KEPARAHAN: Tidak ada batasan tingkat keparahan pemompaan.
Dalam hal tersebut, pemompaan yang dicatat cukup keberadaanya saja
8. Gompal/Pengelupasan Sudut (Corner Spalling)
 Gompal sudut merupakan kerusakan panel pada daerah sudut, yaitu
kuantitasnya sekitar 0,5 m (1,5 feet). Gompal sudut ≠ retak sudut, dimana
gompal sudut membentuk sudut dengan bidang vertikal, sedangkan retak
sudut sejajar dengan bidang vertikal;
8. Gompal/Pengelupasan Sudut (Corner Spalling)
 PENYEBAB: Infiltrasi incompressible material dan terlambatnya pemotongan
sambungan, daya dukung subgrade kurang.
 Diukur: Apabila satu atau lebih gompal sudut dengan tingkat keparahan yang
sama, maka hanya satu panel yang dicatat mengalami gompal sudut, tingkat
keparahan tertinggi yang dicatat. Gompal <130 mm, tidak perlu dicatat
 TINGKAT Kedalaman gompal
Tingkat keparahan gompal
130 mm – 300 mm
KEPARAHAN: (5 in - 12 in)*
>300 mm (>12 in)*
<25 mm (1 in) Rendah (R) Rendah (R)
>26 mm – 50 mm (> 1 in – 2 in) Rendah (R) Sedang (S)
>50 mm (2 in) Sedang (S) Sedang (S)

R S T
9. Gompal/Pengelupasan Sambungan (Joint Spalling)
 Gompal sambungan Merupakan pecahnya tepi panel di sekitar sambungan
dalam daerah sekitar 0,5 m
 PENYEBAB: Tegangan berlebih pada sambungan yang ditimbulkan oleh beban
lalu-lintas atau oleh benda keras yang masuk ke dalam sambungan,
terlambatnya pemotongan sambungan
9. Gompal/Pengelupasan Sambungan (Joint Spalling)
 Diukur: Apabila gompal terjadi sepanjang tepi satu panel, maka panel yang
gompal dihitung satu buah. Apabila satu atau lebih tepi satu panel mengalami
gompal, maka tingkat keparahan yang dicatat adalah keparahan tertinggi
Tingkat keparahan
 TINGKAT Pecahan gompal Lebar gompal
<0,5 m (1,5 ft) >0,5 m (1,5 ft)
Kuat (tigth) – sulit dilepas
KEPARAHAN: (beberapa buah mungkin hilang)
<100 mm (4 in)
>100 mm (4 in)
Rendah (R)
Rendah (R)
Rendah (R)
Rendah (R)
Longgar (loose) – mudah dilepas <100 mm (4 in) Rendah (R) Sedang (S)
dan beberapa buah; bila sebagian
besar atau semua pecahan hilang,
gompal dangkal, <25 mm (1 in) >100 mm (4 in) Rendah (R) Sedang (S)
Hilang (missing) – sebagian besar <100 mm (4 in) Rendah (R) Sedang (S)
atau semua pecahan hilang >100 mm (4 in) Sedang (S) Tinggi (T)

R S T
10. Kerusakan Penutup Sambungan (Joint Seal Damage)

 Kerusakan penutup sambungan merupakan kondisi yang memungkinkan


tanah atau kerikil atau air memasuki sambungan. Bahan padat yang
terakumulasi pada sambungan akan mencegah pemuaian panel sehingga dapat
menimbulkan pelengkungan, peremukan, atau gompal.
10. Kerusakan Penutup Sambungan (Joint Seal Damage)
 PENYEBAB: Pengelupasan aspal (stripping), ditumbuhi rumput, Pengerasan
(oksidasi), kehilangan lekatan, bahan penyumbat yang kurang/ tdk ada
 Diukur: Kerusakan bahan penyumbat tidak dinilai per panel, tetapi dinilai
berdasarkan kondisi pada seluruh seksi
 TINGKAT
KEPARAHAN:

R S T
10. Kerusakan Penutup Sambungan (Joint Seal Damage)
 TINGKAT R
KEPARAHAN:

T
11. Tambalan (Patching)
 Tambalan merupakan suatu bagian perkerasan dimana perkerasan lama
dibongkar dan diganti dengan bahan yang baru. Tambalan utilitas adalah
tambalan yang menggantikan bagian perkerasan asli agar dapat dilakukan
pemasangan atau pemeliharaan utilitas di bawah permukaan.
11. Tambalan (Patching)
 PENYEBAB: Kerusakan perkerasan setempat yg telah ditambal.
 Diukur: Apabila terdapat tambalan >1 dengan tingkat keparahan yang sama,
maka dinilai hanya terjadi pada satu panel. Apabila tingkat keparahan yang
berbeda, maka keparahan tertinggi yang dinilai terjadi pada satu panel
 TINGKAT R
KEPARAHAN:
S

R S T
12. Penurunan Lajur/Bahu (Lane/Shoulder Drop Off)
 Penurunan lajur/bahu merupakan perbedaan elevasi permukaan bagian tepi
perkerasan dengan permukaan bahu. Perbedaan elevasi dapat mengganggu
keselamatan, dan juga dapat meningkatkan infiltrasi air.
 PENYEBAB: permukaan bahu yang menurun atau bahu tererosi.
12. Penurunan Lajur/Bahu (Lane/Shoulder Drop Off)
 Diukur: Penanggaan lajur/bahu dihitung dengan cara merata-ratakan
penanggaan maksimum dan minimum di sepanjang panel. Setiap panel yang
mengalami kerusakan dinilai sendiri-sendiri dan dipandang sebagai satu panel
menurut tingkat keparahannya
 TINGKAT
R
KEPARAHAN:
S

R S T
PENENTUAN IKP UNIT SAMPEL
DATA KERUSAKAN UNIT
SAMPEL:
 JENIS
 KEPARAHAN
 KUANTITAS KERUSAKAN KURVA HUBUNGAN
(UNTUK PERKERASAN NILAI PENGURANG
BETON ASPAL) ATAU DENGAN DENSITAS,
JUMLAH PANEL YANG DAN JENIS/
RUSAK (UNTUK KEPARAHAN
PERKERASAN KAKU) KERUSAKAN

HITUNG KERAPATAN TENTUKAN NP TIAP APAKAH NP TIDAK


YANG >2 LEBIH JUMLAHKAN
TIAP JENIS/KEPARAHAN JENIS/KEPARAHAN
DARI 1 BUAH? SEMUA NP
KERUSAKAN KERUSAKAN

YA

YA APAKAH TENTUKAN JUMLAH SUSUN NP MENURUT


JUMLAH MAKSIMUM URUTAN YANG
INDIVIDU NP INDIVIDU NP (m) MAKIN KECIL
LEBIH DARI m?
BUAH?

KURVA HUBUNGAN
TIDAK NP TOTAL DENGAN q
GUNAKAN HITUNG INDIVIDU NP
SEMUA NP TOTAL YANG >2 (q)
REDUKSI JUMLAH
TENTUKAN NP TOTAL
INDIVIDU NP
TERKOREKSI (NPT)
MENJADI m BUAH
HITUNG NP SEMUA
KERUSAKAN (NP TOTAL)

YA APAKAH NP
REDUKSI NP
YANG >2 LEBIH
TERKECIL MENJADI 2
DARI 1 BUAH?

KETERANGAN
NP = NILAI PENGURANG TIDAK
NPT = NILAI PENGURANG TOTAL TERKOREKSI
IKP = INDEKS KONDISI PERKERASAN
m = JUMLAH MAKSIMUM INDIVIDU NP YANG LEBIH PILIH NPT MAKSIMUM
DARI 2 POIN YANG DIIJINKAN
q = JUMLAH INDIVIDU NP YANG LEBIH DARI 2 POIN
TETAPKAN SEBAGAI
IKP UNIT SAMPEL
Prosedur penentuan IKP ruas
perkerasan kaku

 Ditinjau dari garis besar tahapannya, penentuan IKP ruas


perkerasan kaku adalah sama dengan penentuan IKP ruas
perkerasan lentur
 Namun demikian penggunaan kurva, gambar dan tabel
disesuaikan untuk hitungan IKP ruas perkerasan kaku
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai