Bandwagoning Brunei
Bandwagoning Brunei
Abstract
The South China Sea dispute involves People’s Republic of China (PRC) against Vietnam,
Malaysia, Philippines, Indonesia, and Brunei Darussalam. The South China Sea Dispute was
caused by claimant state and nine dashed line which made by PRC. Instead of resist, Brunei
Darussalam in South China Sea Conflict took considerable different gesture other than the rest
belligerent parties like Vietnam, Malaysia, Philippines, and Indonesia. Brunei did not show any
resistance to PRC regarding territorial claimants and instead cooperates with Asian giants
controversial move. Brunei Darussalam took a stand by bandwagoning against the PRC. Brunei’s
behaviour was identified by Balance of Threat theory by Stephen Walt. As a result, there is a very
unbalanced capability and power capacity measure between the combined power capacity of
Brunei Darussalam, Vietnam, Malaysia, the Philippines, and Indonesia with PRC. It made worse by
the Brunei’s economic crisis.
Keywords: South China Sea; Brunei Darussalam; People Republic of China; Bandwagoning.
Abstrak
Konflik Laut Cina Selatan melibatkan Republik Rakyat Cina (RRC) dengan Vietnam, Malaysia,
Filipina, Indonesia, dan termasuk Brunei Darussalam. Konflik Laut Cina Selatan disebabkan oleh
claimant state dan pembuatan sembilan garis putus-putus (nine dashed line) secara sepihak oleh
RRC. Dalam menyikapi agresifitas RRC yang mengklaim wilayahnya di Laut Cina Selatan, Brunei
Darussalam mengambil sikap yang berbeda dibanding yang dilakukan oleh Vietnam, Malaysia,
Filipina, dan Indonesia. Brunei Darussalam mengambil sikap dengan tidak menentang klaim RRC
dan melakukan bandwagoning terhadap RRC. Sikap bandwagoning yang dilakukan Brunei
Darussalam disebabkan oleh tiga kondisi negara dan empat faktor ancaman dalam teori Balance of
Threat Stephen Walt, dimana ukuran kapabilitas dan kapasitas kekuatan yang sangat tidak
berimbang antara Brunei Darussalam, Vietnam, Malaysia, Filipina, dan Indonesia dengan RRC,
bahkan jika kekuatan lima negara tersebut digabungkan. Kondisi tersebut ditambah dengan krisis
ekonomi yang dialami Brunei Darussalam sehingga bandwagoning dianggap sebagai pilihan yang
rasional.
Kata Kunci: Laut Cina Selatan; Brunei Darussalam; Republik Rakyat Cina; Bandwagoning.
lebih besar akan cenderung untuk kuat sebagai tumpuan utama dalam
mengontrol negara lain dan melahirkan membangun kekuatan militer, memiliki
dominasi dan kepemimpinan intelektual nuklir, dan harus mendominasi institusi
(Gramsci, 1999). Dominasi yang internasional karena institusi internasional
dimaksud oleh Gramsci disebut dengan merupakan lembaga yang mempunyai
hegemoni. Menurut Gramsci, hegemoni legitimasi atas perilaku negara
dan dominasi merupakan elemen yang (Mearsheimer, 2011). Hegemoni tercapai
tidak dapat dipisahkan karena konsep melalui kepemilikan superioritas atas
hegemoni berbicara tentang dua konsep, akses berbagai sumber kekuatan yang
yaitu kepemimpinan dan dominasi. Kedua menghasilkan satu negara sebagai sebuah
konsep ini mengimplikasikan tiga hal, hegemon yang memiliki structural power.
yaitu kekuasaan dan dominasi suatu Oleh karena ketidakpastian dalam
negara, penaklukan terhadap sistem internasional, negara great power
pemerintahan bangsa lain, dan selalu berusaha untuk mendapatkan
kepemimpinan serta dominasi yang terus legitimasi kekuasaan terhadap negara-
berlanjut (Nezar Patria & Andi Arif, negara lain. Hal pertama yang dilakukan
2015:117-118). adalah dengan memaksimalkan power
Dalam koridor sistem internasional, relatif yang dimiliki. Menurut
Mearsheimer mengartikan hegemoni Mearsheimer, terdapat empat cara yang
sebagai dominasi satu negara yang dilakukan negara great power untuk
disebut great power terhadap negara- memaksimalkan power relatif-nya. Cara
negara lainnya dalam keseluruhan sistem pertama adalah dengan perang sebagai
internasional. Negara great power adalah strategi yang paling utama. Cara kedua
negara yang memiliki power lebih besar adalah blackmail. Strategi ini
dari negara-negara lainnya serta memiliki mengandalkan ancaman kemampuan
dominasi di kawasan dengan power militer secara tidak langsung untuk
relatif-nya tersebut. Beberapa komponen mencapai suatu hasil tanpa membutuhkan
power relatif yang harus dimiliki oleh biaya. Cara blackmail akan dilakukan
negara great power adalah kekuatan negara great power ketika menghadapi
militer yang kuat, perekonomian yang negara yang power relatif-nya berada jauh
4 Indonesian Journal of International Relations
meskipun RRC merupakan salah satu Reef pada tahun 1988 dengan merilis peta
negara yang menandatangani UNCLOS resmi yang menyatakan bahwa Louisa
1982. Reef adalah bagian dari wilayah landasan
Tindakan RRC dengan claimant kontinental Brunei Darussalam (Gary
state dan nine dashed line membuat Sands, 2016). Kemudian pada tahun
Vietnam, Malaysia, Filipina, dan 1992, pulau tersebut diklaim oleh RRC
Indonesia sebagai negara-negara yang sebagai bagian dari wilayahnya melalui
bersengketa dengan RRC di Laut Cina nine dashed line. Meski Brunei
Selatan masing-masing membuat sikap Darussalam telah menandai pulau Louisa
menentang tindakan RRC yang Reef sebagai bagian teritorinya dengan
mengganggu teritori laut masing-masing cara meletakkan batu sebagai tanda, RRC
negara tersebut melalui pernyataan pihak tetap bersikukuh dengan klaimnya hingga
pemerintah masing-masing (Rehia saat ini (Haller-Trost, 1994:48).
Sebayang, 2020). Selain itu, terdapat tren Sejak Pulau Louisa Reef diklaim
peningkatan kapabilitas armada laut serta oleh RRC pada tahun 1992, Brunei
peningkatan anggaran militer hingga 47 Darussalam tidak pernah menjukkan
persen dari keempat negara tersebut sejak sikap menentang klaim RRC tersebut
tahun 2007 hingga 2016 (Stockholm (Gary Sands, 2016). Sepanjang itu pula,
Internasional Peace Research Institute, Brunei tidak pernah menunjukkan
2017), khususnya pada sektor angkatan kekuatan militernya di area yang menjadi
laut. Meski belum memiliki sikap objek sengketa (Odgaard, 2003:18).
kolektif, namun peningkatan kekuatan Ketika Brunei Darussalam menjadi ketua
militer mempertegas sikap negara-negara ASEAN pada tahun 2013, Brunei
tersebut terhadap klaim RRC di teritori Darussalam menunjukkan sikap netral
laut mereka. dengan mendukung prinsip shelving
Adapun objek sengketa yang disputes and pursuing joint development
melibatkan Brunei Darussalam dalam yang diusung oleh RRC dan menghindari
konflik Laut Cina Selatan adalah Pulau kebijakan konfrontatif. Pada bulan
Louisa Reef yang juga diklaim oleh RRC. Desember 2013, misalnya, Brunei
Brunei Darussalam mengklaim Louisa Darussalam menolak untuk menghadiri
Bandwagoning Brunei Darussalam terhadap Republik Rakyat Cina 7
pertemuan informal yang diadakan manapun sejak era Perang Dingin hingga
Filipina bersama dengan negara-negara pasca Perang Dingin (Munthe Salman,
anggota ASEAN yang memiliki klaim di 2015:108). Hal ini dikarenakan Brunei
Laut Cina Selatan. Selain itu, Brunei Darussalam merupakan negara yang kaya
memutuskan untuk tidak mengadakan akan minyak bumi dan gas (migas).
pertemuan anggota ASEAN guna Sebagian besar pendapatan negara ini
membahas isu-isu penting selama satu berasal dari industri terutama industri
tahun terakhir lantaran Brunei migas dan pengolahannya. Keadaan
Darussalam tidak ingin jika permasalahan tersebut membuat Brunei Darussalam
Laut Cina Selatan akan menjadi topik memiliki ketergantungan yang tinggi
utama dan memicu konfrontasi dengan akan migas. Sebanyak 95 persen
RRC (Zhida, 2013). komoditas ekspor Brunei Darussalam
Sikap Brunei Darussalam yang adalah migas. Migas pun menyumbang
tidak menentang klaim RRC menjadi 90 persen pendapatan pemerintah, jauh
anomali, mengingat jika dilihat dari lebih besar ketimbang pemasukan dari
power relatifnya (ekonomi dan militer), jasa, konstruksi, agrikultur, dan bidang-
meski secara militer Brunei tidak bidang lainnya (Akhmad Muawal Hasan,
memiliki kekuatan militer yang mumpuni, 2018).
namun Brunei Darussalam merupakan Meski mengalami penurunan dalam
negara kaya dengan perekonomian yang hal pertumbuhan ekonomi, pada tahun
baik. Brunei Darussalam juga merupakan 2018 Brunei Darussalam masih
negara anggota OPEC (Organization of menempati peringkat ke-9 Asia dan
the Petroleum Exporting Countries) yang peringkat ke-33 dunia dalam kategori
merupakan organisasi negara pengekspor negara dengan pendapatan per kapita
minyak bumi. tertinggi di dunia, lebih tinggi jika
Sejak merdeka dari Inggris pada dibandingkan dengan Vietnam, Malaysia,
tahun 1984, Brunei Darussalam Filipina, dan Indonesia (Trading
menerapkan sistem ekonomi terbuka, Economics, 2018). Hal ini menunjukkan
namun tidak pernah bersekutu secara bahwa Brunei Darussalam masih
politik dan ekonomi dengan negara memiliki power relatif yang kuat, bahkan
8 Indonesian Journal of International Relations
anarki dan cenderung tidak ada distribusi 1985) Terdapat dua penyebab negara
kekuatan yang berimbang, oleh sebab itu melakukan balancing, yang pertama
maka negara akan membuat kerjasama adalah ketika negara merasa terancam
dengan atau melawan kekuatan yang oleh negara yang memiliki potensi
terjadi. Hal ini berbeda dengan teori negara pengancam. Maka strategi yang
bahwa perilaku negara merupakan hasil negara yang belum siap mendominasi,
(imbalance of power) (Legro & alasan kedua adalah negara lebih memilih
Moravcsik, 1999:36). Lebih lanjut lagi, untuk bekerjasama dengan negara yang
Walt menyatakan dua macam perilaku lebih lemah agar memiliki pengaruh
negara sebagai respon atas imbalance of lebih. Hal ini disebabkan oleh karena
Darussalam dalam menyikapi klaim RRC (Walt, 1987). Jika dilihat dari jumlah
di Laut Cina Selatan berdasarkan empat populasi, RRC memiliki jumlah
faktor ancaman, yaitu aggregate power, penduduk sebanyak 1,4 miliar jiwa.
geographic proximity, offensive power, Sedangkan Vietnam memiliki jumlah
dan aggressive intention serta tiga kondisi penduduk sebanyak 96.491.146 jiwa,
negara dalam teori Balance of Threat. Malaysia memiliki sekitar 32.042.458
Penulis juga menjadikan empat faktor jiwa, Filipina memiliki sekitar
ancaman tersebut sebagai indikator 106.512.074 jiwa, dan Indonesia memiliki
perbandingan dengan Vietnam, Malaysia, sekitar 267.002.779 jiwa (The Spectator
Filipina, dan Indonesia sebagai negara- Index, 2018). Jika jumlah populasi
negara yang juga bersengketa dengan keempat negara tersebut digabungkan,
RRC di Laut Cina Selatan. Kemudian maka jumlah populasinya adalah sekitar
hasil analisis tersebut akan Penulis 500 juta jiwa, separuh dari jumlah
gunakan untuk mengidentifikasi populasi RRC.
perbedaan sikap Brunei Darussalam
Sedangkan jika diukur dari luas
dengan empat negara tersebut terhadap
wilayah, RRC memiliki luas wilayah
klaim RRC. Hasil analisis tersebut akan
sebesar 9.596.961-kilometer persegi.
disimpulkan untuk mengidentifikasi sikap
Sebagai perbandingan, Vietnam memiliki
Brunei Darussalam termasuk ke dalam
luas wilayah sebesar 331.210-kilometer
balancing atau bandwagoning, sehingga
persegi, Malaysia sebesar 330.803-
hasil analisis tersebut akan menjawab
kilometer persegi, Filipina sebesar
pertanyaan penelitian.
300.000-kilometer persegi, dan Indonesia
sebagai 1,904,569 kilometer persegi. Jika
satu alasan bagi Brunei Darussalam untuk perekonomiannya dan membuat negara
tidak menentang klaim RRC. tersebut, sehingga mengakibatkan Brunei
Darussalam meminta bantuan RRC untuk
Kebijakan yang tidak bersifat
menanamkan modalnya untuk
konfrontatif tersebut merupakan hasil
mengangkat perekonomian negara (Ervan
pertimbangan akan kapasitas pertahanan
Handoko, 2018). Krisis ekonomi yang
yang kurang memadai dan kondisi
dialami Brunei Darussalam serta
sumber daya migas yang diprediksi akan
kerjasama ekonomi dengan RRC
segera habis dalam waktu dekat. Padahal,
membuat negara tersebut berada dalam
hasil dari sektor migas menyumbang 90%
kondisi yang tidak memungkinkan untuk
dari total pendapatan hasil ekspor Brunei
menentang klaim RRC dan meningkatkan
Darussalam, sehingga menjalin kerjasama
kekuatan militernya seperti yang
dengan RRC menjadi esensial bagi
dilakukan oleh Vietnam, Malaysia,
Brunei Darussalam (Heydarian 2012)
Filipina, dan Indonesia.
karena RRC merupakan pasar potensial
bagi Brunei Darussalam sebagai alternatif Geographic Proximity
sumber pendapatan yang bergantung pada
migas (Heydarian, 2012). Dalam hal kedekatan wilayah,
Brunei Darussalam lebih dekat kepada
Berdasarkan fakta yang ada, Brunei
Vietnam, Malaysia, Filipina, dan
Darussalam tengah dilanda krisis
Indonesia dibandingkan dengan RRC.
ekonomi yang disebabkan oleh jatuhnya
Namun dalam sengketa Laut Cina
harga minyak dunia. Krisis ekonomi yang
Selatan, nine dashed line yang dibuat oleh
terjadi di Brunei Darussalam disebabkan
RRC melanggar Zona Ekonomi Eksklusif
oleh ketergantungan Brunei Darussalam
Brunei (ZEE) Darussalam, serta melintasi
pada hasil migasnya, sehingga ketika
batas-batas wilayah Brunei Darussalam
harga minyak dunia jatuh, maka Brunei
yang dekat dengan ibukota Brunei
Darussalam mengelami resesi (Ervan
Darussalam, seperti wilayah utara pulau
Handoko, 2018). Krisis ekonomi tersebut
Kalimantan. Nine dashed line yang dibuat
membuat Brunei Darussalam tidak
RRC merupakan ancaman bagi Brunei
mampu mengembangkan
Darussalam karena terletak dekat dengan
16 Indonesian Journal of International Relations
wilayahnya. Dengan demikian, dari segi bawah Amerika Serikat dan Rusia, seperti
geographic proximity, RRC merupakan yang Penulis telah paparkan sebelumnya.
ancaman bagi Brunei Darussalam,
Tabel 1 RRC Vietnam, Malaysia, Filipina,
meskipun jarak antara Brunei Darussalam Indonesia Combined
dengan RRC lebih jauh dibandingkan Naval Assets 714 466
jarak Brunei Darussalam dengan
Aircraft
Vietnam, Malaysia, Filipina, dan 1 0
Carriers
Indonesia.
Frigates 50 24
Offensive Power
Destroyers 29 0
kekuatan angkatan laut yang telah terlebih membuat Brunei Darussalam lebih
dahulu dibahas. memilih untuk tidak menentang klaim
RRC.
Kemudian sikap Brunei
Darussalam ditinjau secara lebih lanjut Adapun klimaks dari sikap Brunei
pada kondisi ketiga, yaitu sikap negara Darussalam tersebut adalah kesepakatan
lemah (small power) yang oportunis (Mao Xi Jinping dan Sultan Hassanal Bolkiah
Thang, 2018). Seperti telah dipaparkan melalui kedatangan Xi Jinping ke Brunei
sebelumnya, bahwa Brunei Darussalam Darussalam pada bulan November 2018
tengah mengalami krisis ekonomi yang untuk memperkuat kerjasama
disebabkan oleh anjloknya harga minyak perdagangan dan investasi bilateral, di
bumi di dunia. Hal ini menyebabkan antaranya mendorong kerja sama pada
Brunei Darussalam kehilangan sumber kilang minyak Hengyi Industries Sdn Bhd
pendapatan utamanya. Kemudian jika dan pabrik petrokimia di Pulau Muara
faktor tersebut digabungkan juga dengan Besar, serta mempromosikan "Koridor
keadaan konflik di Laut Cina Selatan, Ekonomi Brunei-Guangxi", dan
Brunei Darussalam menganggap bahwa memperkuat komunikasi dan kerjasama
RRC sebagai negara great power di teknis di bidang pertanian, makanan halal
kawasan memiliki kemungkinan yang dan budidaya (Eka Yudha Saputra, 2018).
lebih besar untuk memenangkan sengketa Kesepakatan ini merupakan bentuk
Laut Cina Selatan jika dilihat dari bandwagoning yang dilakukan oleh
perbandingan kekuatan militernya, Brunei Darussalam, padahal pada saat itu
khususnya angkatan laut, dengan konflik LCS masih berlangsung dan
Vietnam, Malaysia, Filipina, dan Brunei Darussalam merupakan salah satu
Indonesia. Bahkan jika keempat negara negara yang berkonflik dengan RRC di
tersebut menggabungkan kekuatan LCS.
militernya, RRC tetap memiliki kekuatan
Simpulan
yang lebih besar. Hal ini membuat Brunei
Berdasarkan analisa yang telah
Darussalam memposisikan RRC sebagai
dipaparkan oleh Penulis, maka simpulan
negara kuat sekaligus musuh dan
yang dapat diambil adalah bahwa Brunei
20 Indonesian Journal of International Relations
Darmawan, Arief & Mahendra, Lady. (2018). Hutabarlian, Robinsar. (2018). Indonesia
Isu Laut Tiongkok Selatan: Negara- Dalam Tren Modernisasi Alutsista
negara ASEAN Terbelah Menghadapi Angkatan Laut Negara Kawasan Laut
Tiongkok. E-Journal Universitas China Selatan. Diambil dari
Airlangga. https://www.kompasiana.com/robinsar
hutabalian6845/5b7042556ddcae2cd17
Djelantik. (2015). Asia-Pasifik: Konflik, e23b2/indonesia-dalam-tren-
Kerja Sama, dan Relasi Antarkawasan. modernisasi-alutsista-angkatan-laut-
Yayasan Pustaka Obor Indonesia. negara-kawasan-laut-china-selatan.
Donnelly, Jack. (2008). The Ethics of Haller-Trost. (1994). International Law and
Realism, in Christian Reus-Smit, the History of the Claims to the Spratly
Duncan Snidal (eds.). The Oxford Islands. Washington: American
Handbook of International Relations, Enterprise Institute.
Oxford University Press p. 150
International Monetary Fund World
Gramsci, Antonio. (1999). Selections from Economic Outlook. (2018). Diambil
the Prison Notebooks. London: The dari
Electric Book Company Ltd. http://statisticstimes.com/economy/proj
Griffiths, Martin & Terry O’Callaghan. ected-world-gdp-ranking.php.
(2002). International Relations: The Kementerian Luar Negeri Republik
Key Concepts. London:Routledge. Indonesia. (2019). Diambil dari
Hanifam, Aqwam. (2017). ASEAN https://kemlu.go.id/portal/id/read/101/h
Mempercanggih Armada Bersiaga alaman_list_lainnya/laut-china-selatan
Hadapi Cina. Diambil dari
Bandwagoning Brunei Darussalam terhadap Republik Rakyat Cina 23
Salman, Munthe. (2015). Strategi Trading Economics Index. (2018). GDP per
Implementasi Sistem Ekonomi Islam capita. Diambil dari
dalam Menghadapi Masyarakat https://tradingeconomics.com/.
Ekonomi Asean (MEA), Jurnal
Toft, Peter. (2005). John J. Mearsheimer: an
Perspektif Ekonomi Darussalam,
offensive realist between geopolitics
Volume 1 No. 2.
and power. University of Copenhagen.
Sands, Gary. (2016). Brunei, Silent Claimant
in the South China Sea. Diambil dari
https://foreignpolicyblogs.com/2016/04
24 Indonesian Journal of International Relations