Anda di halaman 1dari 14

TERBATAS

MARKAS BESAR ANGKATAN DARAT


SEKOLAH STAF DAN KOMANDO

PRODUK PERORANGAN

BIDANG STUDI :
SUB BIDANG STUDI :

NAMA :
PANGKAT/KORPS :
NRP :
NOSIS :
KELOMPOK :

LEMBAR KEHORMATAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :


TERBATAS
ii

NAMA :
PANGKAT/KORP :
NRP :
NOSIS :

Menyatakan dengan benar bahwa :


1. Produk ini adalah benar hasil karya sendiri.
2. Materi hasil karya ini merupakan hasil pemikiran sendiri dan idea murni
penulis.
3. Materi hasil karya ini bukan menyalin, menyadur, mencontoh,
mengkopi dan plagiat dari hasil karya Pasis lain atau Pasis sebelumnya atau
karya orang lain.
4. Apabila ternyata dikemudian hari ditemukan bukti-bukti yang benar dan
sah mengandung unsur plagiat atau pelanggaran lainnya (seperti yang diatur
dalam Juklak tentang produk Pasis), maka saya bersedia dan sanggup
menerima sanksi dari lembaga sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Bandung, Februari 2021


Perwira Siswa

Nama
Pangkat Nosis

TERBATAS
TERBATAS

UPAYA PENGELOLAAN POTENSI DISINTEGRASI BANGSA


PADA KONFLIK SPARATIS BERSENJATA DI NEGARA GUINEA-BISSAU

PENDAHULUAN
Afrika adalah benua terbesar kedua setelah Asia. Benua tersebut merupakan
benua pertama yang dihidupi manusia sebelum akhirnya menyebar. Setelah
mengalami penjajahan, perang saudara dan perpecahan yang masih menyisakan
banyak permasalahan, saat ini benua Afrika terdiri dari beberapa Negara, salah
satunya adalah Negara Guinea-Bissau.Guinea-Bissau merupakan Negara yang
menggunakan sistem pemerintahan Republik. Seperti beberapa Negara di benua
Afrika lainnya. Negara yang memiliki populasi 1,6 juta jiwa tersebut sejak
kemerdekaannya pada tahun 1974 terus-menerus mengalami pergolakan politis.
Kondisi politik yang tidak seimbang dan masih dalam masa pemulihan setelah
terjadi banyak konflik internal serta perang saudara mempengaruhi hampir setiap
aspek kehidupan di Guinea Bissau—dari segi politik, ekonomi dan keamanan lah
yang paling dipengaruhi oleh keadaan.Negara yang terletak di sebelah barat benua
eropa ini memang tidak dikenal banyak orang. Pertama, mungkin faktor wilayah.
Wilayah Negara Guinea Bissau dapat dikatakan sangat kecil, keberadaannya di
ujung pulau pun semakin tidak terlihat karena dihimpit oleh Negara-negara yang
lebih besar di sekitarnya, seperti Senagal dan Guinea. Untungnya, Guinea-
Bissau memiliki akses ke Samudra Atlantik di sebelah barat wilayahnya yang
merupakan anugrah yang belum tentu didapatkan sebagian Negara di benua Afrika
lainnya.Kedua, Guinea-Bissau bisa digolongkan sebagai negara baru, ia baru
merdeka dari jajahan Portugal pada tanggal 24 September 1973. Namun Portugal
baru mengakui kemerdekaan Guinea-Bissau pada tanggal 10 September 1974,
yang membuat dunia baru mengetahuinya saat itu juga. Seperti kebanyakan
negara Afrika lainnya, Guinea-Bissau termasuk dalam jajaran negara paling
memprihatinkan di dunia, dengan situasi politik yang tidak stabil membuat
kehidupan masyarakat Guinea-Bissau terperosok dalam kesulitan untuk
berkembang mensejahterahkan diri. Setelah kemerdekaan, dideklarasikan pada
TERBATAS
2

1973 dan diakui pada 1974, nama ibu kotanya, Bissau, ditambahkan ke dalam nama
negara untuk menghindari kekeliruan dengan negara Guinea. Guinea-Bissau
memiliki sejarah ketidakstabilan politik sejak meraih kemerdekaannya dan tidak ada
presiden terpilih yang berhasil menyelesaikan jabatannya selama lima tahun penuh.
Dari uraian di atas, terdapat beberapa pokok-pokok persoalan yang harus
dijawab oleh penulis sebagai berikut : Pertama. Bagaimana latar belakang
terjadinya masalah dinegara tersebut ? Kedua. Bagaimana langkah-langkah
strategis yang digunakan dalam diplomasi dan negosiasi Negara tersebut ? Ketiga.
Bagaimana Lesson learned (proses pembelajaran) yang didapat ditinjau dari
perspektif strategi dan perspektif komunikasi?. Dengan demikian maka didapatkan
rumusan masalah sebagai berikut :” UPAYA PENGELOLAAN POTENSI
DISINTEGRASI BANGSA PADA KONFLIK SPARATIS BERSENJATA DI
NEGARA GUINEA-BISSAU?”.
Dari penjelasan di atas, maka pentingnya penulisan esai ini adalah agar
dapat diperoleh suatu analisa yang mendalam terhadap bagaimana upaya
pengelolaan konflik bahasa di Negara Guinea-Bissau. Sebagai acuan penulis dalam
penulisan ini menggunakan metode deskriptif analisis dengan mempelajari berbagai
literatur dan kepustakaan yang diperoleh dari berbagai sumber.
Adapun nilai guna yang dapat diambil adalah nilai guna pribadi bagi Penulis,
yaitu pengalaman untuk menganalisa terjadinya konflik di suatu Negara yang
disebabkan oleh kelompok sparatis bersenjata. Adapun maksud dari penulisan ini
adalah untuk memberikan gambaran tentang bagaimana kondisi Negara Guinea-
Bissau. Sedangkan tujuan penulisan ini adalah memberikan gambaran kepada
pembaca tentang konflik yang terjadi di Negara Guinea-Bissau. Adapun ruang
lingkup dalam penulisan esai ini meliputi : Pendahuluan, Pembahasan dan
Penutup.

PEMBAHASAN
Guinea-Bissau merupakan Negara yang menggunakan
sistem pemerintahan Republik. Seperti beberapa Negara di
benua Afrika lainnya. Negara yang memiliki populasi 1,6 juta
jiwa tersebut sejak kemerdekaannya pada tahun 1974 terus-

TERBATAS
TERBATAS
3

menerus mengalami pergolakan politis. Kondisi politik yang


tidak seimbang dan masih dalam masa pemulihan setelah
terjadi banyak konflik internal serta perang saudara
mempengaruhi hampir setiap aspek kehidupan di Guinea
Bissau dari segi politik, ekonomi dan keamanan lah yang
paling dipengaruhi oleh keadaan. Sebagai akibat dari kondisi
domestiknya yang tidak stabil, lokasi geografisnya yang berada
di antara Eropa & Amerika Latin, serta banyaknya teluk &
pulau kecil yang bisa digunakan untuk bersembunyi, Guinea-
Bissau pun menjadi lokasi transit favorit jaringan kartel
narkoba internasional yang hendak menyelundupkan narkoba
ke Eropa. Satu dari sekian banyak peristiwa yang menjadi
penanda tidak stabilnya kondisi internal Guinea-Bissau adalah
perang saudara yang terjadi di negara tersebut pada tahun
1998 hingga 1999. Dalam perang ini, pemerintah Guinea-
Bissau terlibat konflik dengan kawanan pemberontak yang
aslinya merupakan tentara Guinea-Bissau yang beramai-ramai
melakukan desersi. Selain melawan militer Guinea-Bissau,
pasukan pemberontak Guinea-Bissau juga terlibat konflik
dengan pasukan negara-negara tetangga Guinea-Bissau.

Bagaimana latar belakang terjadinya masalah di negara tersebut?


Seperti yang terjadi di negara-negara Afrika Barat lainnya, Guinea- Bissau
juga menjalani reformasi politik pada tahun-tahun belakangan ini. Sejak meraih
kemerdekaannya pada 1973, Guinea-Bissau memiliki catatan sejarah politik yang
tidak stabil hingga saat ini. Tercatat selama lima tahun penuh dari masa
kemerdekaan, tidak ada satu presiden pun yang berhasil menyelesaikan periode
jabatannya. Dalam hubungan luar negerinya, masalah sengketa perbatasan dengan
Senegal sering kembali mencuat. Pada bulan April dan Agustus 1990 Presiden Joao
Bernardo Vieira memperkenalkan dan menegaskan pentingnya sistem politik
multipartai yang dinilai sebagai satu-satunya cara bagi kebebasan demokrasi di
Guinea-Bissau.

TERBATAS
TERBATAS
4

Warga Guinea-Bissau mungkin tidak dapat melupakan peristiwa yang terjadi


pada tengah malam menjelang hari Senin (02/03) dengan cepat. Peristiwa itu
diawali dengan terbunuhnya Kepala Staf Angkatan Bersenjata Tagmé Na Waié
dalam sebuah ledakan di markas militer. Beberapa jam kemudian, sejumlah serdadu
mengepung kediaman Presiden João Bernardo Vieira di jantung ibukota Bissau
dan menembaknya. Sejumlah tentara itu menuding Vieira bertanggung jawab atas
kematian Kepala Staf Angkatan Bersenjata Batiste Tagmé Na Waié. Bulan Januari
silam Jenderal Tagmé Na Waié menuduh presiden yang bernama kecil “Nino“
itu bertanggung jawab dalam upaya pembunuhan Tagmé yang gagal. Militer
sejak lama berselisih paham dengan presiden. Di tahun 2006, Vieira
sebenarnya diperkirakan menerima dana dari Senegal supaya militer Guinea-Bissau
dapat memerangi kelompok separatis Gerakan Casamance. Gerakan ini berambisi
memisahkan wilayah Casamance dari Senegal dan menggunakan wilayah Guinea-
Bissau sebagai tempat persembunyian. Dana dari Senegal sebenarnya dijanjikan
Presiden Nino Vieira sebagai gaji tambahan militer. Tapi, menurut sumber dari
lingkungan militer, gaji tambahan itu tidak pernah diberikan. Dengan terbunuhnya
Nino Vieira, Guinea-Bissau kehilangan seorang politisi berpengaruh paling besar
dalam sejarah politik Guinea- Bissau sejak kemerdekaan negara itu di tahun 1974.
Kudeta silih berganti mewarnai politik negara kecil di wilayah Afrika barat tersebut.
Kepala Staf Angkatan Bersenjata Guinea-Bissau Tagme Na Waie tewas
dalam serangan di markas militer beberapa jam sebelum Presiden Vieira ditembak.
Di tahun 1994, João Bernardo Vieira memenangkan pemilu dan resmi menjadi
presiden Guinea-Bissau. Walaupun tersebar isu, hasil pemilihan penentuan
dimanipulasi. Perang saudara di akhir tahun 90-an membuat Vieira melarikan diri
ke Portugal. Di tahun 2005, Vieira kembali memenangkan pemilu yang adil dan
kembali menjadi presiden. Hingga menjelang kematian Vieira dan kepala staf Tagme
Na Waie, situasi politik dan keamanan Guinea-Bissau relatif stabil dan aliran dana
bantuan internasional meningkat. Guinea-Bissau merupakan salah satu negara
termiskin di dunia dan menjadi transit utama jalur penyelundupan kokain dari
Amerika Selatan ke Eropa.
Uni Eropa, Perhimpunan Negara Berbahasa Portugis CPLP, Uni Afrika dan
bekas penguasa Guinea-Bissau, Portugal, mengecam keras peristiwa pembunuhan

TERBATAS
TERBATAS
5

Vieira. Mereka menyerukan militer untuk menghormati institusi demokrasi. Kepala


pemerintahan Guinea-Bissau, Perdana Menteri Carlos Gomes Junior tetap menjabat
posisinya dan membentuk komisi guna menjelaskan peristiwa tersebut.
Menurut konstitusi, ketua parlemen Guinea-Bissau akan menggantikan presiden
yang meninggal dan pemilihan umum baru harus digelar selambatnya 60 hari
setelahnya. Sampai saat ini Guinea masih mengarah ke arah di mana dirinya akan
bangkit menjadi Negara berkembang sebelum berusaha maju.

Bagaimana langkah-langkah strategis yang digunakan dalam diplomasi dan


negosiasi Negara tersebut?
Hanya berselang 3 hari setelah perang sipil meletus, pasukan Senegal &
Guinea yang masing-masingnya berkekuatan 1.300 & 500 personil tiba di Guinea-
Bissau. Senegal bersedia mengirimkan pasukannya untuk membantu rezim Vieira
karena rezim Vieira bersedia menuruti permintaan Senegal untuk tidak membantu
kelompok separatis MFDC. Sementara Guinea bersedia mengirimkan pasukan ke
Guinea-Bissau karena Guinea ingin memperkuat pengaruhnya di kawasan setempat
sambil memberikan peringatan tidak tertulis kepada pihak-pihak oposisi di dalam
negeri supaya mereka tidak ikut memberontak. Begitu pasukan Senegal tiba di
wilayah Guinea-Bissau, mereka langsung "disambut" dengan tembakan artileri
pasukan pemberontak. Intensitas perang pun membesar dengan cepat & kini sudah
menjalar ke seantero Guinea-Bissau. Sebanyak 250.000 warga sipil terpaksa
mengungsi supaya tidak ikut terkena dampak perang. Perbatasan Guinea-Bissau
dengan Senegal ditutup supaya kawasan tersebut tidak dimanfaatkan oleh kelompok
pemberontak di masing-masing negara untuk menyelundupkan senjata. Arus lalu
lintas di ibukota Bissau & sekitarnya dibatasi atau bahkan ditutup sama sekali.
Memasuki bulan Oktober, pasukan pemberontak sudah menguasai 80%
wilayah Guinea-Bissau. Pemerintah Guinea-Bissau yang dibantu oleh militer
Senegal & Guinea di lain pihak hanya memiliki kendali efektif atas ibukota Bissau &
sekitarnya. Selama perang berlangsung, perwakilan dari pemerintah & pemberontak
Guinea-Bissau sebenarnya sempat beberapa kali melakukan perundingan damai &
gencatan senjata atas tekanan dari dunia internasional. Namun karena gencatan
senjata tersebut selalu dilanggar oleh kedua belah pihak, konflik pun tetap terus

TERBATAS
TERBATAS
6

berlangsung. Meskipun perang terus berlanjut, upaya untuk mendapatkan solusi


damai juga tetap berjalan. Hasilnya, pada tanggal 1 November, Vieira & Mane
sepakat untuk menandatangani perjanjian damai di Abuja, Nigeria. Berdasarkan
perjanjian ini, kedua belah pihak akan membentuk pemerintahan bersama.
Perjanjian ini juga mengharuskan agar pasukan Senegal & Guinea ditarik mundur
dari Guinea-Bissau. Sebagai gantinya, pasukan perdamaian dari sejumlah negara
Afrika (ECOMOG) akan diterjunkan untuk membantu menjaga keamanan.
Guinea-Bissau berkali-kali dikabarkan menjadi tempat transit perdagangan
narkoba. Narkoba yang diterbangkan dari Amerika secara ilegal akan singgah
sementara di Guinea-Bissau sebagai tempat transit langganan sebelum akhirnya
akan meneruskan perjalanan ilegal tersebut ke benua Eropa. Padahal itu sudah
menjadi rahasia umum karena berkali-kali masuk dalam media pemberitaan
internasional dan beberapa kali ketangkap basah setelah sebelumya terus dicurigai.
Belum adanya tindak lanjut dari pemerintah Guinea-Bissau membuat semua orang
bertanya-tanya mungkin memang pemerintahan setempat sengaja membiarkan
persinggahan barang dagangan ilegal tersebut terjadi. Organisasi hukum
internasional nampak kurang tegas menegakan hukum di benua Afrika yang
memang terkenal marak akan tindak kriminal. Dan Guinea-Bissau adalah salah satu
Negara yang kurang perhatian dari segi keamanan. Negara kecil yang malang itu
sesungguhnya belum pula terbimbing dalam bidang keamanan oleh organisasi
internasional. Ia yang termasuk dalam jajaran Negara paling miskin di dunia
sebenarnya masih perlu dibimbing karena masih merangkak berusaha pulih
sebelum akhirnya berkembang menyusul Negara-negara berkembang lainnya.
Beberapa bantuan dari organisasi internasional sempat diturunkan untuk Negara
yang kaya akan kacang mete itu, namun Guinea-Bissau memang masih anak nakal
dengan tidak adanya solidaritas dari pihak internal sehingga beberapa bantuan dari
organisasi internasional sempat dicabut karena tidak nampak berguna.
Karena pemulihan ketertiban konstitusional menyusul pemilihan parlemendan
presiden pada bulan April dan Mei 2014, situasi di Guinea-Bissau secara
keseluruhan telah positif berkembang. Pada 11 November 2014, National Assembly
(Majelis Nasional) mengaktifkan kembali Commission for Constitutional Review
(Komisi Ulasan Konstitusi), yang akan dipimpin oleh Majelis Nasional Presiden

TERBATAS
TERBATAS
7

Cipriano Cassamá. Majelis Nasional juga telah mengaktifkan kembali proses dialog
dan perdamaian nasional, dengan harapan mengadakan konferensi nasional
tentang perdamaian pada tahun 2015. Pada 13 November 2014, menteri pertahanan
membentuk sebuah komite untuk meninjau daftar personil militer bahwa Sekretariat
Permanen untuk Komite Pengarah Reformasi Sektor Keamanan dipresentasikan
pada tanggal 15 September. Secara total, daftar mengidentifikasi banyaknya 2.282
personil yang akan pensiun selama periode lima tahun, termasuk 753 orang pada
tahun pertama. Daftar nama disertakan sebagai bagian dari usulan paket pensiun
bagi militer dan polisi. Pada 2 Desember 2014, perbatasan Guinea-Bissau dengan
Guinea dibuka kembali. Dulu ditutupnya perbatasan yang telah berjalan sejak 14
Agustus itu karena untuk mencegah penyebaran Ebola.

Bagaimana Lesson learned (proses pembelajaran) yang didapat ditinjau dari


perspektif strategi dan perspektif komunikasi
Belajar dari Guinea-Bissau, Keamanan di Guinea-Bissau bisa dikatakan
memprihatinkan karena ada saja aktifitas ilegal seperti pembalakan rosewood,
perdagangan narkoba dan sengketa tanah antar tetangga. Guinea-Bissau memiliki
sejarah ketidakstabilan politik sejak meraih kemerdekaannya dan tidak ada presiden
terpilih yang berhasil menyelesaikan jabatannya selama lima tahun penuh. Pada
malam 12 April 2012, para anggota militer negara ini terlibat dalam
sebuah kudeta dan menangkap presiden sementara dan calon presiden terdepan.
Berbagai strategi dan negosiasi untuk mendamaikan konflik di Negara tersebut
selalu tidak membuahkan hasil. Kesulitan ekonomi serta kekacauan poltik dan sosial
yang terjadi dalam negeri, membuat Negara Guinea-Bissau semakin terdesak
dalam menghadapi ancaman dalam menghadapi pemberontakan. Oleh karena itu
diperlukan usaha-usaha untuk menaikkan posisi tawar Guinea-Bissau di mata dunia
internasional dan mendapatkan pengakuan kedaulatan (baik secara de facto dan de
jure) dalam perundingan-perundingan yang akan dilakukan untuk mempertahankan
kemerdekaan Guinea-Bissau.
Kurang tegasnya organisasi hukum internasional menegakan hukum di benua
Afrika yang memang terkenal marak akan tindak criminal dan pada Guinea-Bissau
adalah salah satu Negara yang kurang perhatian dari segi keamanan. Meskipun

TERBATAS
TERBATAS
8

Negara tersebut termasuk dalam jajaran Negara paling miskin di dunia sebenarnya
masih perlu dibimbing karena masih merangkak berusaha pulih sebelum akhirnya
berkembang menyusul Negara-negara berkembang lainnya. Beberapa bantuan dari
organisasi internasional sempat diturunkan untuk Negara tersebut, namun Guinea-
Bissau memang masih tidak muncul solidaritas dari pihak internal sehingga
beberapa bantuan dari organisasi internasional sempat dicabut karena tidak nampak
berguna.
Negosiasi perlu menggunakan strategi dan taktik agar tujuan yang diinginkan
dapat terpenuhi dan tercapai. Kedua komponen ini berbeda namun keduanya saling
melengkapi dalam melakukan negosiasi. Taktik dan strategi memiliki berbagai
macam bentuk, dimana semua bentu-bentuk tersebut akan menunjang dari
keberhasilan dari adanya negosiasi untuk mencapai tujuan dan kepentingan yang
ada. Selain taktik dan strategi adapula faktor lain penentu keberhasilan negosiasi,
seperti eksistensi masing-masing pihak, posisi negosiator, frekuensi kekuasaan,
frekuensi negosiasi, kelompok yang terlibat serta eksistensi tenggat waktu
perundingan dan eksistensi perjanjian. Selanjutnya, terdapat faktor-faktor yang
mempengaruhi keberhasilan dari proses negosiasi itu sendiri. Persiapan negosiator,
tanpa adanya persiapan yang baik, hasil yang diperoleh dalam negosiasi tidak akan
memuaskan bahkan mengalami kegagalan yang pada akhirnya menimbulkan
kekecewaan bagi semua pihak yang terlibat. Cara negosiator memulai negosiasi
juga menentukan sukses tidaknya suatu negosiasi, yakni pemilihan waktu, tempat,
pengaturan tempat duduk, menciptakan suasana yang positif, hingga merumuskan
tawaran pembuka perlu diperhatikan negosiator untuk memulai negosiasi yang baik.
Negosiasi yang sukses tidak hanya hasil dari perencanaan atau persiapan yang
baik, tetapi juga implementasi yang baik dari sebuah negosiasi. Selain itu, kompromi
juga merupakan upaya menuju pencapaian kedua belah pihak dalam bernegosiasi.
Berikutnya, menghindari kesalahan teknis, yakni mengajukan permintaan yang tidak
logis, membuat konsesi bebas, takut, diam, dan marah adalah contoh kesalahan
teknis yang harus dihindari saat bernegosiasi. apabila negosiator melakukan
kesalahan teknis, kepercayaan dari pihak lawan akan hilang dan pada akhirnya
kesepakatan pun gagal tercapai (Hartman dalam Purwanto, 2006).

TERBATAS
TERBATAS
9

Dengan adanya kemampuan yang baik dalam berdiplomasi dan bernegosiasi


diharapkan adanya komunikasi yang baik dengan negara-negara berkembang dan
negara maju untuk menunjang tujuan pembangunan kerjasama di masa yang akan
datang. Dalam mencapai hasil diplomasi dan negosiasi yang diinginkan diperlukan
kemampuan berkomunikasi yang efektif dan persuasif serta mampu melakukan
lobby yang efektif. Pada tingkat kepentingan negara, diplomasi selalu menjadi
pilihan negara sebagai cara dominan untuk meraih tujuan tersebut.

PENUTUP
Sebagai akhir dari pembahasan essay ini, yang dapat disimpulkan bahwa
krisis negara Guinea-Bissau muncul dari kontradiksi antara pemerintah dengan
pihak oposisi, selain itu pemerintah Negara yang kurang perhatian dari segi
keamanan, sehingga Negara Guinea-Bissau dijadikan sebagai tempat paling
aman jaringan kartel  internasional yang hendak menyelundupkan narkoba ke
Eropa. Berkaitan dalam penjelasan diatas, situasi yang terjadi di Guinea-Bissau
selama proses negosiasi dilakukan sesuai dengan keputusan presiden yaitu
negosiasi diambil alih oleh pemerintah dengan sudut pandang ‘winning not-
winner party’ , sehingga dalam hal ini Pemerintah Guinea-Bissau memilih untuk
memposisikan pihaknya pada situasi ‘win-win situation’ dimana pemerintah
bersedia untuk memberikan keuntungan kepada pihak oposisi dengan syarat-
syarat serta ketentuan yang berlaku dan tentunya telah disepakati oleh kedua
belah pihak
Adapun sebagai saran diakhir tulisan ini adalah jika
pemerintah Guinea-Bissau ingin memiliki posisi tawar di mata
internasional, maka pemerintah harus tegas terhadap
jaringan kartel narkoba internasional yang hendak
menyelundupkan narkoba ke Eropa.
Demikianlah tulisan essay tentang “UPAYA PENGELOLAAN POTENSI
DISINTEGRASI BANGSA PADA KONFLIK SPARATIS BERSENJATA DI
NEGARA GUINEA-BISSAU” yang penulis buat sebagai bahan masukan bagi
pembaca. Adapun pembahasan ini tentunya terdapat keterbatasan disana sini, untuk
itu perlu masukan dan saran untuk melengkapi apa yang sudah disampaikan.

TERBATAS
TERBATAS
10

Bandung, Februari 2021


Perwira Siswa

Nama
Pangkat Nosis

TERBATAS
TERBATAS
101

ALUR PIKIR.
UPAYA PENGELOLAAN POTENSI DISINTEGRASI BANGSA
PADA KONFLIK SPARATIS BERSENJATA DI NEGARA GUINEA-BISSAU

LANDASAN PEMIKIRAN
IDEOLOGI NEGARA NEGARA
BERKEMBANG

JARINGAN
KARTEL
NARKOBA KONDISI IDEAL: KERJASAMA
KONDISI FAKTUAL:
1.KEAMANAN EKONOMI &
1. KRIMINALITAS
PROSES PEMECAHAN NEGARA TERJAMIN
2. KETIDAK
STABILAN
2.PEMERINTAHAN POLITIK ANTAR
PEMERINTAHAN
MASALAH YG STABIL
NEGARA UNI
SPARATIS 3. PERDAGANAGN
AFRIKA
NARKOBA
BERSENJATA L

PENGARUH :

KONDISI POLITIK

TERBATAS
TERBATAS
1
11

DAFTAR PUSTAKA

1. https://www.re-tawon.com/2019/05/sejarah-perang-sipil-guinea-bissau.html
2. https://id.wikipedia.org/wiki/Guinea-Bissau
3. https://ejournal.uksw.edu/refleksihukum/article/download/1597/849/
4. https://id.wikipedia.org/wiki/Konflik_bahasa_di_Belgia

TERBATAS

Anda mungkin juga menyukai