Anda di halaman 1dari 4

KOMUNIKASI RISIKO

Pokok Bahasan 2 : Sasaran komunikasi, perilaku dan sosial budaya

1. Sasaran Komunikasi, Perilaku dan Sosial Budaya

a. Sasaran Komunikasi

Sasaran komunikasi dapat dikelompokkan dalam tiga kategori, yaitu sasaran primer,
sekunder dan tersier. Kategorisasi sasaran ini tidak berarti mengelompokkan
masyarakat dalam kelompok yang terpisah, melainkan pengelompokan dalam konteks
posisi dan peran kelompok sebagai sasaran komunikasi.

Sasaran primer adalah individu, kelompok atau masyarakat yang diharapkan akan
berubah perilakunya. Yang termasuk dalam sasaran primer adalah semua anggota
masyarakat yang berisiko tertular.

Sasaran sekunder adalah individu, kelompok atau organisasi yang mempengaruhi


perubahan perilaku sasaran primer. Yang termasuk dalam sasaran sekunder adalah
kader, tokoh masyarakat, tokoh agama, petugas kesehatan, petugas pemerintah,
organisasi profesi, organisasi kepemudaan, organisasi keagamaan, lembaga swadaya
masyarakat, dan sebagainya.

Sasaran tersier adalah individu, kelompok atau organisasi yang memiliki kewenangan
untuk membuat kebijakan dan keputusan dalam pelaksanaan penanggulangan yang
termasuk dalam sasaran tersier adalah para pejabat eksekutif, legislatif, penyandang
dana, pimpinan media massa, dan sebagainya.

Pemahaman mengenai sasaran komunikasi sangat diperlukan agar tidak terjadi


kesalahan dalam penetapan tujuan suatu kegiatan komunikasi, penyusunan isi pesan,
pemilihan metode, alat dan bahan, dan hal-hal lain yang diperlukan dalam persiapan
kegiatan.

b. Perilaku
Perilaku adalah respon individu rangsangan, baik yang berasal dari luar maupun dari
dalam dirinya atau suatu tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi
spesifik, durasi dan tujuan baik disadari maupun tidak. Perilaku juga merupakan
kumpulan berbagai faktor yang saling berinteraksi. Sering tidak disadari bahwa interaksi
tersebut amat kompleks sehingga kadang-kadang kita tidak sempat memikirkan
penyebab seseorang menerapkan perilaku tertentu. Karena itu amat penting untuk
dapat menelaah alasan dibalik perilaku individu, sebelum ia mampu mengubah perilaku
tersebut.

Faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat pada perilaku, didasarkan atas 3


faktor esensial ;

a. Kesiapan individu untuk merubah perilaku dalam rangka menghindari suatu


penyakit atau memperkecil risiko kesehatan.
b. Adanya dorongan dalam lingkungan individu yang membuatnya merubah
perilaku.
c. Perilaku itu sendiri.

Ketiga faktor diatas dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang berhubungan dengan
kepribadian dan lingkungan individu, serta pengalaman berhubungan dengan sarana &
petugas kesehatan. Kesiapan individu dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti persepsi
tentang kerentanan terhadap penyakit, potensi ancaman, motivasi untuk memperkecil
kerentanan terhadap penyakit, potensi ancaman, dan adanya kepercayaan bahwa
perubahan perilaku akan memberikan keuntungan. Faktor yang mempengaruhi
perubahan perilaku adalah perilaku itu sendiri yang dipengaruhi oleh karakteristik
individu, penilaian individu terhadap perubahan yang di tawarkan, interaksi dengan
petugas kesehatan yang merekomendasikan perubahan perilaku, dan pengalaman
mencoba merubah perilaku yang serupa.

c. Budaya
Sosial budaya adalah keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta
keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala
pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat. Perubahan
perilaku harus mempertimbangkan nilai-nilai tersebut yang ada di masyarakat, nilai-nilai
yang sudah baik bisa diteruskan dan dipertahankan agar tidak hilang, sedangkan nilai
yang tidak mendukung pemeliharaan/pencegahan kesehatan bisa diubah menjadi lebih
baik lagi.

Aspek sosial budaya dari tingkah laku manusia, terutama tentang cara-cara interaksi
antara keduanya sepanjang sejarah kehidupan manusia yang mempengaruhi kesehatan
dan penyakit. Cara hidup dan gaya hidup manusia merupakan fenomena yang dapat
dikaitkan dengan munculnya berbagai macam penyakit. Peran sosial budaya sangat
besar di masyarakat dalam penanggulangan penyakit, untuk itu diharapkan adanya
perubahan sosial budaya yang lebih baik dimasyarakat dari yang baik terhadap diri,
keluarga dan masyarakat hidup dengan unggas yang lebih sehat

d. Sasaran
Sasaran utama komunikasi risiko adalah masyarakat dan pihak-pihak terkait
yang berisiko terjangkit virus influenza jenis baru, yang meliputi:
1. Masyarakat dalam wilayah penanggulangan episenter pandemi influenza
2. Masyarakat di sekitar Daerah perbatasan desa, kabupaten, kota yang
berbatasan langsung dengan lokasi penanggulangan episenter pandemi
influenza
3. Masyarakat di luar dua wilayah di atas, yang masih dalam wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia.

Gambar. 2

2
PETA WILAYAH KERJA KOMUNIKASI RISIKO

Wilayah TERJANGKIT

wilayah episenter

di luar wilayah episenter

Pelaku komunikasi risiko adalah para petugas unit-unit terkait komunikasi risiko
yang tugas pokok dan fungsi utamanya memberdayakan dan mengerakkan
masyarakat serta berperan aktif dalam menyebarkan informasi kepada
masyarakat,dengan penyampaian ke masyarakat secara langsung maupun tidak
langsung baik serta masyarakat dalam negeri dan luar negeri melalui media
cetak dan elektronik.

E. SIKLUS PENANGGULANGAN EPISENTER PANDEMI INFLUENZA


Penanggulangan episenter diketahui melalui siklus penanggulangan episenter
pandemi influenza. sehingga dari siklus ini dapat ditentukan pada tahap mana
peran setiap komponen dapat ditempatkan.

3
GAMBAR 1.
SIKLUS PENANGGULANGAN EPISENTER PANDEMI INFLUENZA

Tanggap darurat

Kesiapsiagaan

Pra Episenter Episenter

Pasca Episenter

Pemulihan

Dari gambar tersebut diatas maka secara umum, siklus penanggulangan


episenter pandemi influenza dibagi menjadi 3 tahap, yaitu :
1. Pra episenter pandemi influenza
2. Episenter pandemi influenza
3. pasca episenter pandemi influenza

Anda mungkin juga menyukai