Anda di halaman 1dari 9

PERCOBAAN 4

Cara Pemberian Obat dan Pengambilan Spesimen Sampel Hewan


Uji

Bab I : Pendahuluan
1. Latar Belakang
Hewan percobaan yang digunakan pada penelitian akan mengalami penderitaan, yaitu:
ketidaknyamanan, ketidaksenangan, kesusahan, rasa nyeri, dan terkadang berakhir dengan
kematian. Berdasarkan hal tersebut, hewan yang dikorbankan dalam penelitian yang hasilnya
dapat dimanfaatkan oleh manusia patut dihormati, mendapat perlakuan yang manusiawi,
dipelihara dengan baik, dan diusahakan agar bisa disesuaikan pola kehidupannya seperti di alam.
Peneliti yang akan memanfaatkan hewan percobaan pada penelitian kesehatan harus mengkaji
kelayakan dan alasan pemanfaatan hewan dengan mempertimbangkan penderitaan yang akan
dialami oleh hewan percobaan dan manfaat yang akan diperoleh untuk manusia. Dalam
pelaksanan penelitian, peneliti harus membuat dan menyesuaikan protokol dengan standar yang
berlaku secara ilmiah dan etik penelitian kesehatan. Dalam rangka menciptakan sebuah
perlakuan yang ideal pada hewan coba maka seorang peneliti perlu memperhatikan etika
pembedahan sesuai dengan pedoman etik penelitian kesehatan. Pedoman etik penelitian
kesehatan khusus penggunaan hewan percobaan tertuang dalam UU No. 36 tahun 2009
tentang Kesehatan pasal 44 ayat 4 yang berbunyi :“Penelitian terhadap hewan harus dijamin
untuk melindungi kelestarian hewan tersebut serta mencegah dampak buruk yang tidak langsung
bagi kesehatan manusia.” Etik penelitian kesehatan secara umum tercantum dalam World
Medical Association, yaitu: respect (menghormati hak dan martabat makhluk hidup, kebebasan
memilih dan berkeinginan, serta bertanggung jawab terhadap dirinya, termasuk di dalamnya
hewan coba), beneficiary (bermanfaat bagi manusia dan makhluk lain, manfaat yang didapatkan
harus lebih besar dibandingkan dengan risiko yang diterima), dan justice (bersikap adil dalam
memanfaatkan hewan percobaan).
Prosedur penanganan hewan uji di laboratorium harus mendapat perhatian khusus,
termasuk sifat-sifat dan karakter dari hewan uji. Hal ini dimaksudkan agar hewan tidak dalam
kondisi stres ketika masa percobaan berlangsung sehingga dapat berakibat hasil penelitian
menjadi tidak baik. Untuk itu perlu diketahu sifat dan karakter dari hewan uji seperti tikus,
kelinci, dan mencit. Hewan uji mencit, merupakan hewan yang cenderung berkelompok, sedikit
penakut dan tidak tahan dengan sinar yang terang (fotophobia), termasuk dalam hewan nokturnal
(beraktivitas lebih pada malam hari), butuh ketenangan di sekitar area pemeliharaannya dan
jarang menggigit. Aktivitas mencit dapat terganggu dengan keberadaan manusia. Suhu tubuh
normal 37,4°C dan laju respirasi normal 163 kali per menit . Jika dibandingkan dengan tikus,
mencit lebih fotophobia, perlu juga ketenangan di sekitar area pemeliharaan. Bila dalam keadaan
defisiensi makanan atau minum dan merasa terganggu, cenderung responsif, galak dan terkadang
menyerang bahkan menggigit.
2. Tujuan Praktikum
Melalui praktikum ini diharapkan anda mampu memegang, memberikan perlakukan dan
mengambil sampel cairan dari hewan uji mencit dengan benar.

3. Prinsip Praktikum
Hewan percobaan dipegang, diberi perlakukan dan diambil sampel cairannya dengan
benar sehingga hewan tetap tenang, sehat dan merasa aman.

Bab II : Tinjauan Pustaka


Definisi Hewan Uji
Hewan percobaan atau hewan laboratorium adalah hewan yang sengaja dipelihara dan
diternakkan untuk dipakai sebagai hewan model, dan juga untuk mempelajari dan
mengembangkan berbagai macam bidang ilmu dalam skala penelitian atau pengamatan
laboratorik. Animal model atau hewan model adalah objek hewan sebagai imitasi(peniruan)
manusia (atau spesies lain), yang digunakan untuk menyelidiki fenomena biologis atau
patobiologis (Hau & Hoosier Jr., 2003) Dalam laboratorium pendidikan,

Obat dapat diberikan dengan menggunakan berbagai metode. Beberapa obat hanya
efektif jika diberikan dalam bentuk sediaan tertentu. Obat lain diberikan dalam bentuk dapat
meningkatkan atau menurunkan efeknya atau melokalisir efek obat.
1. Oral.
Kebanyakan obat tersedia saat ini dapat diberikan melalui mulut (oral). Obat
dapatdiberikan secara oral dalam bentuk tablet, kapsul, bubuk, larutan, atau suspensi. Obat yang
diberikan melalui rute oral biasanya digunakan untuk mendapatkan efek sistemik. Obatobat ini
harus melalui saluran pencernaan dan biasanya mengalami first pass metabolism.
2. Parenteral.
Istilah parenteral secara harfiah berarti untuk menghindari usus (saluranpencernaan).
Dengan demikian, parenteral adalah obat injeksi yang masuk ke tubuh secara langsung dan tidak
diharuskan untuk diserap di saluran pencernaan sebelum obat tersebut berefek. Pemberian rute
parenteral biasanya memiliki onset of action yang lebih cepat dibandingkan rute lain dari
pemberiannya. Produk parenteral harus steril (bebas dari mikroba hidup). Rute parenteral
memiliki kelemahan: sakit, tidak nyaman, dan obat yang sudah disuntikkan tidak dapat diambil
kembali.
a. Intravena.
Penyuntikan obat secara langsung ke dalam vena pasien merupakan
rutepemberian yang paling cepat. Jenis rute pemberian ini merupakan rute parenteral
yang paling cepat memberikan onset of action.
b. Subkutan (Sub-Q/SC).
Rute pemberian ini melibatkan suntikanobatdi bawah kulit ke dalam lapisan
lemak, tetapi tidak ke dalam otot. Penyerapanobat inicepat.Insulinbiasanyadiberikan
secara subkutan.
c. Intraperitonial.
Walaupun metode ini jarang digunakan secara klinis, cara ini selaludigunakan
untuk memberikan obat pada hewan kecil. Dinding otot di peritoneum (dibawah
abdomen) sangat tipis dan usus banyak memiliki pembuluh darah vaskuler. Ini berarti
suntikan pada bagian tersebut akan menyebabkan sedikit kesakitan, akan tetapi obat
mudah diserap ke dalam sistem peredaran darah. Tambahan lagi obat yang bersifat iritan
dan bervolume besar dapat disuntikkan dibanding dengan cara-cara pemberian lainnya.

Bab III : Metode Kerja


Alat dan hewan yang digunakan
 Alat :
1. Masker
2. Sarung tangan
3. Kandang restrain
4. Spoit oral
5. Spoit 1 ml
Saat menggunakan alat suntik harus diperhatikan penggunaannya seperti steril, tetapi
tidak harus steril melainkan cukup bersih untuk mencit.

 Hewan uji yang digunakan :


1. Mencit

Sebelum anda memegang mencit dan hewan lainnya sebaiknya anda menggunakan alat
pelindung diri yang berupa baju laboratorium, sarung tangan, dan masker. Bila anda memiliki
riwayat alergi dengan hewan yang digunakan dalam percobaan ini, segeralah melapor kepada
instruktur.

Memegang Mencit
a. Mencit diangkat dengan cara memegang ekor kearah atas dengan tangan kanan
b. lalu letakkan mencit di letakkan di permukaan yang kasar biarkan mencit menjangkau /
mencengkeram alas yang kasar (kawat kandang).
c. Kemudian tangan kiri dengan ibu jari dan jari telunjuk menjepit kulit tengkuk mencit seerat /
setegang mungkin.
d. Ekor dipindahkan dari tangan kanan, dijepit antara jari kelingking dan jari manis tangan kiri.
e. Dengan demikian, mencit telah terpegang oleh tangan kiri dan siap untuk diberi perlakuan.

Cara Pemberian Obat Pada Mencit


a. Oral
Cairan obat diberikan dengan menggunakan sonde oral. Sonde oral ditempelkan pada
langit-langit mulut atas mencit, kemudian perlahanlahan dimasukkan sampai ke esofagus dan
cairan obat dimasukkan.
b. Sub kutan
Kulit di daerah tengkuk diangkat dan ke bagian bawah kulit dimasukkan obat dengan
menggunakan alat suntik 1 ml & jarum ukuran 27G/ 0,4 mm. Selain itu juga bisa di daerah
belakang tikus
c. Intra vena
Mencit dimasukkan ke dalam kandang restriksi mencit, dengan ekornya menjulur keluar.
Ekornya dicelupkan ke dalam air hangat (28-30 ºC) agar pembuluh vena ekor mengalami
dilatasi, sehingga memudahkan pemberian obat ke dalam pembuluh vena. Pemberian obat
dilakukan dengan mengguna kan jarum suntik no. 24.
d. Intramuskular
Obat disuntikkan pada paha posterior dengan jarum suntik no. 24.
e. Intra peritonial
Pada saat penyuntikan, posisi kepala lebih rendah dari abdomen. Jarum disuntikkan
dengan sudut sekitar 100 dari abdomen pada daerah yang sedikit menepi dari garis tengah, agar
jarum suntik tidak mengenai kandung kemih. Penyuntikan tidak di daerah yang terlalu tinggi
untuk menghindari terjadinya penyuntikan pada hati.

Bab IV : Hasil Percobaan dan Pembahasan


Hewan coba
Cara pemberian Vol. pemberian
Jeni Berat
s
No. 7 155 Oral dengan sonde 0,5 ml aquadest
No. 8 148 Oral dengan sonde 0,5 ml aquadest

Berat Tikus Minggu ke-2

TIKUS BERAT BADAN (g) SELAMA 7 HARI PERSEN


PERUBAHAN

8 9 10 11 12 13 14

7 155 150 154 159 162 169 167 7,10 %

8 148 151 153 146 158 164 162 8,64 %

Rumus % Perubahan : (sebelum – sesudah)/sebelum

 Tikus No.7 : (167 - 155 )/167


: 7,10 %

 Tikus No.8 : (162 - 148 )/162


: 8,64 %

Pemberian obat maupun sediaan dapat menggunakan teknik per oral. Sebelum
dilakukannya pemberian obat kepada mencit, terlebih dahulu mengetahui cara dalam memgang
mencit. Pemberian obat secara oral harus dilakukan dengan hati- hati dan pastikan apakah sonde
benar-benar masuk ke esophagus dan bukan ke trakea. Untuk dosis 1 ekor mencit sendiri sekitar
5 ml, jadi jangan sampai melebihi kepasitas mencit.

Bab V : Kesimpulan
Dalam memegang hewan uji coba diperlukan teknik yang berbeda agar menghindari
terjadinya cedera. jika kita salah dalam memegang hewan uji maka kita akan kesulitan dalam
memasukkan atau memberikan obat pada hewan uji dan kemungkinan besar hewan akan stress
Percobaan dengan menggunakan hewan mencit atau tikus, pemberian obat maupun
sediaan dapat menggunakan teknik per oral. Pemberian obat secara oral merupakan teknik paling
umum dilakukan karena relatif mudah, praktis dan murah. Namun ada beberapa kerugiannya
yaitu: banyak faktor dapat mempengaruhi bioavailabilitasnya (faktor obat, faktor penderita dan
adanya interaksi dalam absorbsi di saluran cerna).

DAFTAR PUSTAKA
 Modul
 Nugroho, Rudy Agung. 2018. Mengenal Mencit Sebagai Hewan Laboratorium.
Samarinda : Mulawarman University Press.
 Rakhmawati, Irvani, dkk. 2016. Petunjuk Praktikum Farmakologi. Jakarta Barat : Universitas Esa
Unggul
 Suci, E. 2019. Penuntun Praktikum Farmakologi dan Toksikologi. Makalah. Dalam : Fakultas
Farmasi Usu.
 Ridwan, E. (2013). Etika Pemanfaatan Hewan Percobaan dalam Penelitian Kesehatan. J
Indon Med Assoc, 63 (3), 112-116
 Putri, F. 2018. Urgensi Etika Medis dalam Penanganan Mencit pada Penelitian
Farmakologi. Jurnal Kesehatan Madani Medika, Vol 9 No 2: 51-60.
LAMPIRAN
 Lampiran Foto Pemberian Obat Melalui Oral Menggunakan Sonde Pada Hewan Uji

 Lampiran Pemeliharaan selama minggu kedua

Hari Tikus No.07 Tikus No.08 Pemberian makan

H-8

155 gr 148 gr

H-9

150 gr 151 gr
H-10
154 gr 153 gr

H-11

159 gr
146 gr
H-12

162 gr 158 gr
H-13

169 gr 164 gr
H-14

167 gr 162 gr

Hari Tikus No.07 Tikus No.08 Pemberian makan


H-15

158 gr 173 gr

H-16

170 gr 161 gr

H-17

187 gr
170 gr

H-18

173 gr 167 gr

H-19

176 gr 162 gr

H-20

165 gr 165 gr
H-21

179 gr 170 gr

Gambar CPO

Anda mungkin juga menyukai