Anda di halaman 1dari 11

Makalah Ringkasan

PENGANTAR TEORI KEPUTUSAN

OLEH
WA ODE FATMA WATI
F1A2 16 055

PROGRAM STUDI S1 STATISTIKA


JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kami dapat membuat dan menyelesaikan makalah ini dalam keadaan sehat-sehat wal’afiat.
Semoga limpahan rahmat dan karunia-Nya selalu dilimpahkan kepada kita semua, Aamiin. Tak
lupa pula shalawat serta salam senantiasa kita curahkan kepada junjungan kita Nabi Besar
Muhammad SAW, Keluarga beserta para Sahabatnya yang dengan gigih untuk menyebarkan
agama Islam ke penjuru dunia.

Makalah ini disusun untuk diajukan sebagai tugas kelompok mata kuliah Teori
Keputusan. Harapan kami, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang
membacanya.

Demikian makalah ini kami buat, kami sadar bahwa makalah ini masih sangat jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan.
Atas perhatian Dosen eknik Demografi StatistiTerori Keputuasan dan teman-teman, kami
ucapkan terima kasih.

Kendari, Desenber 2019

Penulis
BAB I

PERANAN TEORI KEPUTUSAN DALAM BERBAGAI BIDANG


2.1 Pengertian Pengambilan Keputusan
Keputusan (decision) secara harfiah berarti pilihan (choice). Pilihan yang dimaksud di sini
adalah pilihan dari dua atau lebih kemungkinan, atau dapat dikatakan pula sebagai keputusan
dicapai setelah dilakukan pertimbangan dengan memilih satu kemungkinan pilihan.
Berdasarkan pandangan-pandangan tersebut di atas, dapat dipahami bahwa pengambilan
keputusan senantiasa berkaitan dengan problem atau masalah dalam organisasi, sifat hakiki dari
pengambilan keputusan adalah memilih satu dua atau lebih alternatif pemecahan masalah
menuju satu situasi yang diinginkan, melalui keputusan atau penetapannya orang berharap akan
tercapai suatu pemecahan masalah dari problem yang terjadi.
2.2 Fungsi Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan sebagai suatu kelanjutan dari cara pemecahan
masalah, antara lain memiliki fungsi sebagai berikut:
1. Pangkal dari semua aktivitas manusia yang sadar dan terarah baik secara
individual maupun secara kelompok, baik secara institusional maupun
secara organisasional.
2. Sesuatu yang bersifat futuristik atau menyangkut keadaan masa yang
akan datang, yang efeknya berlangsung cukup lama
2.3 Tujuan Dari Pengambilan Keputusan
Tujuan pengambilan keputusan dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu:
1. Tujuan yang bersifat tunggal
Terjadi apabila keputusan yang dihasilkan hanya menyangkut satu masalah, artinya sekali
diputuskan tidak akan ada kaitannya dengan masalah lain.
2. Tujuan yang bersifat ganda Terjadi apabila keputusan yang dihasilkan itu menyangkut
lebih dari satu masalah, artinya bahwa satu keputusan yang diambil memcahkan dua
masalah atau lebih, yang bersifat kontradiktif atau yang bersifat tidak kontradiktif.
2.4 Jenis-jenis Keputusan Organisasi
Jenis keputusan dalam sebuah organisasi dapat digolongkan berdasarkan banyaknya waktu
yang diperlukan untuk mengambil keputusan tersebut, bagian mana organisasi harus dapat
melibatkan dalam mengambil keputusan dan pada bagian organisasi mana keputusan tersebut
difokuskan. Secara garis besar jenis keputusan terbagi menjadi dua bagian yaitu :
1. Keputusan Rutin
Keputusan Rutin adalah Keputusan yang sifatnya rutin dan berulang-ulang serta biasanya
telah dikembangkan untuk mengendalikannya.
2. Keputusan tidak Rutin
Keputusan tidak Rutin adalah Keputusan yang diambil pada saat-saat khusus dan tidak
bersifat rutin.
2.5 Peranan Teori Keputusan dalam Berbagai Bidang
1. Peranan pengambilan keputusan dalam rangka menciptakan inovasi di bidang
pendidikan
Melihat realitas hasil/out pendidikan yang berkembang saat ini, dimana
lulusan yang dihasilkan dari proses pendidikan cenderung masih didominasi
oleh sifat ketergantungan. Kondisi ini merupakan tantangan untuk pendidikan
untuk menghasilkan lulusan yang mandiri dan siap berkompetisi dalam
persaingan global. Untuk itu maka perlu adanya pembaharuan mutu pendidikan
dalam arti hasil pendidikan harus dapat mencetak manusia-manusia yang
berkualitas.

BAB II
KEPUTUSAN HEDGING
2.1 pengertian
Hedging atau lindung nilai adalah pembentukan struktur transaksi guna mengurangi
risiko yang terjadi secara alamiah sebagai bagian dari kebanyakan kegiatan usaha. Hedging
diperlukan dengan adanya alasan transaksi kontan mungkin akan memerlukan negosiasi dan
waktu, komponen biaya komiditi mungkin kurang menarik serta adanya perdagangan future akan
membuat transaksi jadi tersamar. Secara umum tujuan diadakannya hedging adalah untuk
meningkatkan profitabilitas dalam beberapa cara (Iban, 2005 : 92).
Hedging (Lindung Nilai) adalah mengambil suatu posisi, memperoleh suatu arus kas,
asset, atau kontrak (termasuk kontrak forward) yang akan naik (atau turun) nilainya dan
mengoffsetnya dengan suatu penurunan (atau kenaikan) nilai dari suatu posisi yang sudah ada.
Lindung Nilai (hedging) dapat disebut sebagai strategi untuk mengurangi resiko bisnis. Aktivitas
hedging adalah kontrak penjualan atau pembelian mata uang asing untuk mengurangi resiko
yang timbul karena menyimpan piutang atau hutang dalam mata uang asing.
2.2 Tujuan Keputusan Keputusan Hedging
Tujuan utama perusahaan melakukan hedging adalah untuk mengurangi atau melindungi
perusahaan dari risiko kerugian nilai tukar mata uang, akibat adanya fluktuasi kurs valas. Dengan
melakukan hedging perusahaan dapat menghitung secara pasti seberapa besar hutang perusahaan
yang harus dibayar dan berapa pendapatan yang akan diterima perusahaan di masa yang akan
datang.
2.3 Faktor-faktor yang medorong perusahaan melakukan hedging
Faktor – faktor yang dapat mempengaruhi atau mendorong perusahaan melakukan
aktivitas hedging. Faktor yang mendukung perusahaan melakukan aktivitas hedging
antara lain:
a) faktor financial distress
faktor financial distress yaitu kesulitan keuangan perusahaan untuk membayar hutang-
hutangnya.
b) faktor Underinvestment problem
Underinvestment problem merupakan faktor lain perusahaan melakukan hedging. Dengan
hedging perusahaan dapat mengurangi underinvestment problem yaitu menurunnya
kemampuan perusahaan dalam mendanai investasi karena faktor-faktor eksternal yang
mempengaruhi aliran arus kas internal perusahaan. Asset substitution problem adalah
salah satu faktor perusahaan melakukan hedging yang berkaitan dengan agency problem
yang timbul akibat adanya perbedaan kepentingan antara pihak agen dan prinsipal.
menyatakan bahwa untuk mengurangi konflik kepentingan ini salah satunya dengan
meningkatkan sumber pendanaan melalui hutang, namun pembiayaan dengan hutang
membuat pemegang saham cenderung memilih proyek yang lebih berisiko.

BAB III
RESIKO SISTEMATIK, RESIKO TIDAK SISTEMATIK DAN RESIKO TOTAL
2.1 Pengertian Resiko (Risk)
Secara umum, resiko adalah tingkat ketidakpastian akan terjadinya sesuatu atau tidak
terwujudnya sesuatu tujuan, pada suatu kurun atau periode waktu tertentu (time period). Atau
resiko bisa dikatakan sebagai penyimpanan arus kas yang mungkin terjadi dimasa yang akan
datang semakin besar rentang penyimpanan yang mungkin terjadi, maka akan semakin besar
resikonya.
Suad Husnan (2005:161) menyebutkan bahwa resiko dibagi menjadi tiga, yaitu:
1) Resiko Sistematis (Systematic Risk).
Resiko sistematis merupakan resiko yang mempengaruhi semua perusahaan. Resiko
ini terjadi karena kejadian-kejadian diluar kegiatan perusahaan seperti inflasi, resesi,
suku bunga, kurs dan sebagainya, sehingga resiko ini merupakan resiko yang tidak
dapat didiversifikasi.
Resiko Sistematis memang tidak dapat dihilangkan meskipun telah dibentuk suatu
portofolio. Namun, resiko ini tetap dapat diukur untuk menjadi pertimbangan investor
dalam memilih investasinya. Beta merupakan suatu tolok ukur atau ukuran untuk
menghitung Resiko Sistematis. Karena Beta menunjukkan adanya hubungan antara
return saham dengan return pasar. Beta dilambangkan oleh β. Pengukuran Resiko
Sistematis portofolio adalah sebagai berikut (Jogiyanto Hartono, 2014: 247):
Resiko Sistematis = βp2 × σm2
Keterangan :
βp = beta portofolio
σm = varian return pasar
2) Resiko Tidak Sistematis (Unystematic Risk).
Resiko tidak sistematis atau resiko khusus merupakan resiko yang mempengaruhi satu
(kelompok kecil) perusahaan, karena resiko ini merupakan resiko yang penyebabnya ada
di dalam perusahaan itu sendiri atau di dalam suatu kelompok industri tertentu. Resiko ini
disebut juga sebagai resiko unit atau resiko residual atau resiko khusus perusahaan. Yang
termasuk dalam resiko ini misalnya adanya kerusakan peralatan, pemogokan kerja,
tuntutan hokum, penelitian yang gagal maupun bencana alam.
Varians dapat menunjukkan bobot dari penyimpangan dengan tingkat probabilitas
berbeda yang kemudian dijumlahkan karena pembentukan dari portofolio saham. Oleh
karena itu, ukuran dari Resiko Tidak Sistematis adalah varians. Varians
dilambangkan oleh σei2. Resiko Tidak Sistematis portofolio adalah sebagai berikut
(Jogiyanto Hartono, 2014: 247):
Resiko Tidak Sistematis = (∑ W i × σei)2
Keterangan :
∑W i = presentase alokasi dana untuk setiap saham
σei2 = varian saham
3) Resiko Total (Total Risk).
Resiko Total merupakan penjumlahan dari diversifiable dan nondiversifiable risks
sebagai berikut :

Resiko Total = Resiko dapat didiversifikasi + Risisko Tidak dapat didiverifikasi


= Resiko perusahaan + Resiko pasar
= Resiko Tidak Sistematik + Resiko Sistematiks
2.2 Mengelola Resiko s
Dalam aktivitas yang namanya resiko adalah pasti terjadi dan sulit untuk dihindari
sehingga bagi sebuah lembaga bisnis seperti perbankan sangat penting untuk memikirkan
bagaimana mengelola resiko tersebut.
Dalam mengelola resiko pada dasarnya ada 4 cara yaitu :
a. Memperkecil resiko, dengan cara tidak memperbesar setiap keputusan yang
mengandung resiko tinggi tapi membatasinya bahkan meminimalisirnya agar resiko tersebut
tidak menambah menjadi besar dan diluar kontrol manajemen perusahaan.
b. Mengalihkan resiko, dengan cara mengalihkan resiko yang kita terima tersebut
ketempat lain seperti mengasurasikan bisnis guna menghindari terjadinya resiko yang
sifatnya tidak tentu waktunya.
c. Mengontrol resiko, dengan cara melakukan kebijakan mengantisipasi terhadap
timbulnya resiko sebelum terjadi, seperti memasang alarm terhadap mobil,
menempatkan satpam pada siang atau malam hari.
d. Pendanaan resiko, dengan cara menyediakan dana cadangan (reserve) guna
mengantispasi timbulnya resiko dikemudian hari, seperti perubahan terhadap nilai tukar
dolar dipasaran maka kebijakan sebuah bank adalah harus memiliki dana cadangan
dalam bentuk dolar.
BAB IV
KOEFISIEN VARIANSI UNTUK MENAJEMEN KEPUTUSAN
2.1 Defenisi Manajemen Keputusan
Pengertian Manajemen adalah sebuah proses untuk mengatur sesuatu yang dilakukan
oleh sekelompok orang atau organisasi untuk mencapai tujuan organisasi tersebut dengan
cara bekerja sama memanfaatkan sumber daya yang dimiliki. Secara etimologi kata
manajemen diambil dari bahasa Perancis kuno, yaitu menagement, yang artinya adalah seni
dalam mengatur dan melaksanakan. Manajemen dapat juga didefinisikan sebagai upaya
perencanaan, pengkoordinasian, pengorganisasian dan pengontrolan sumber daya untuk
mencapai sasaran secara efisien dan efektif.
2.2 Tipe-tipe Manajemen Keputusan
Pengambilan keputusan (decision making) adalah tindakan manajemen di dalam
pemilihan alternatif untuk mencapai sasaran. Kegiatan dilaksanakan setelah keputusan diambil.
Keputusan yang dilakukan oleh manajer tingkat bawah sifatnya adalah rutin dan berulang-ulang
yang disebut dengan istilah terprogram (programmed) atau keputusan terstruktur (structured
decision). Terprogram bukan berarti keputusan yang dibuat oleh komputer melalui suatu
program komputer, tetapi berupa suatu kumpulan prosedur yang dilakukan berulang-ulang.
Keputusan pada tingkat yang lebih tinggi sifatnya adalah lebih tidak terprogram atau lebih tidak
terstruktur. Secara ringkas, keputusan oleh manajemen dapat diklasifikasikan ke dalam tiga tipe,
yaitu sebagai berikut ini.

1.     Keputusan Tidak Terstruktur


Keputusan tidak terstruktur (unstructured decision) adalah keputusan yang tidak terjadi
berulang-ulang dan tidak selalu terjadi. Keputusan ini terjadi di manajemen tingkat atas.
Informasi untuk pengambilan keputusan tidak terstruktur tidak mudah untuk didapatkan
dan tidak mudah tersedia dan biasanya berasal dari lingkungan luar. Pengalaman
manajer merupakan hal yang sangat penting di dalam pengambilan keputusan tidak
terstruktur. Keputusan untuk bergabung dengan perusahaan lain adalah contoh
keputusan tidak terstruktur yang jarang terjadi.
2.     Keputusan Setengah Terstruktur
Keputusan setengah terstruktur (semi-structured decision) adalah keputusan yang
sebagian dapat diprogram, sebagian berulang-ulang dan rutin dan sebagian tidak
terstruktur. Keputusan tipe ini seringnya bersifat rumit dan membutuhkan perhitungan-
perhitungan serta analisis yang terperinci. Contoh dari keputusan tipe ini misalnya
adalah keputusan membeli sistem komputer yang lebih canggih. Contoh yang lainnya
adalah keputusan alokasi dana promosi.

3.     Keputusan Terstruktur


Keputusan terstruktur (structured decision) adalah keputusan yang berulang-ulang dan
rutin sehingga dapat diprogram. Keputusan terstruktur terjadi dan dilakukan terutama
pada manajemen tingkat bawah.

2.3 Proses Pembuatan Keputusan

 Pemahaman dan Perumusan Masalah


 Pengumpulan dan Analisa Data yang Relevan.
 Pengembangan Alternatif
 Pengevaluasian Terhadap Alternatif yang Digunakan
 Pemilihan Alternatif Terbaik
 Implementasi Keputusan
 Evaluasi atas Hasil Keputusan
 Langkah-langkah dalam pengambilan keputusan
 Mendefinisikan Masalah.
 Membuat Solusi Menguji Solusi.
 Menganalisis Hasil.
 Mengimplementasikan Hasil.

2.4 Koefisien Variansi

 Definisi Koefisien Variasi


Koefisien variasi merupakan suatu ukuran variansi yang dapat digunakan untuk
membandingkan suatu distribusi data yang mempunyai satuan yang berbeda. Kalau
kita membandingkan berbagai variansi atau dua variabel yang mempunyai satuan yang
berbeda maka tidak dapat dilakukan dengan menghitung ukuran penyebaran yang
sifatnya absolut

Koefisien Variasi (KV) adalah perbandingan antara simpangan baku dengan rata-rata
suatu data dan dinyatakan dalam (%). Besarnya koefisien variasi akan berpengaruh terhadap
kualitas sebaran data.
 Semakin kecil koefisien variasi berarti semakin seragam atau homogen data tersebut.
 Semakin besar koefisien variasi berarti semakin data tersebut tidak seragam atau
heterogen
 Jika dua kelompok data KV1 dan KV2, dengan KV1>KV2, maka kelompok pertama
lebih bervariasi atau lebih heterogen dari kelompok kedua.

 Rumus Koefisien Variasi


Koefisien Variasi merupakan suatu perbandingan antara simpangan baku dengan nilai
rata-rata dan dirumuskan sebagai berikut:

Dimana dalam penerapan rumus diatas kita harus menghitung nilai simpangan baku dan
rata-rata sampel atau populasi terlebih dahulu.
Koefisien variasi berguna untuk membandingkan tingkat variasi suatu seri data ke data yang
lain, bahkan jika nilai rata-ratanya sangat berbeda dengan data yang lain. Penerapan perhitungan
koefisien variasi dalam kehidupan sehari-hari diantaranya

 Untuk mengetahui perbandingan (membandingkan) antara gejala yang satu dengan gejala
yang lain; (dalam) Untuk menilai keadaan dengan jalan menguji perbedaan antara gejala
yang satu dengan gejala yang lain
 Untuk menilai resiko bisnis yang akan muncul yaitu dengan membandingkan aset dan
return yang diharapkan
 Untuk menjadi dasar atau pedoman, baik di dalam menarik kesimpulan, mengambil
keputusan, serta memperkirakan terjadinya sesuatu hal atas dasar bahan-bahan
keterangan (data) yang telah berhasil dihimpun, dan lain sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai