UNIVERSITAS TERBUKA
SEMESTER: 2020/21.1
Psikologi Sosial
ADPU4218
1. Media sosial bahkan menjadi “senjata baru” bagi banyak bidang. Kampanye politik pada
pemilu 2014 lalu banyak melibatkan peran media sosial. Perusahaan-perusahaan saat ini
memberikan perhatian khusus untuk mengelola media sosial dan menjalin hubungan yang
baik dengan pelanggan mereka secara daring (dalam jaringan). Dengan media sosial
diyakinkan dapat meraih suara bagi seorang calon anggota dewan. Akan tetapi terjadi
penyalahgunaan media sosial untuk menyebarkan hoax di kalangan masyarakat yang
cukup masif sehingga menyebabkan permasalahan – permasalahan sosial. Dari bahan
cerita diatas ditemukan permasahalan sosial dari penyalahgunaan media sosial yang
menyebabkan konflik.
Untuk mengetahui lebih lanjut permasalahan sosial diatas silahkan saudara jawab
pertanyaan dibawah ini.
a. Jelaskan permasalahan diatas berdasarkan konsep kebutuhan ?
Jawab :
Di dalam ruang media sosial hanya informasi yang sesuai fakta yang berharga. Untuk
mencapai keyakinan bahwa informasi itu sesuai fakta, sering kali muncul perdebatan.
Dalam berbagai hal yang menarik perhatian publik terjadi tesis yang dilawan oleh
argumen antitesis. Keajaiban sering kali muncul di media sosial berupa tercapainya
sintesis. Tidak perlu ada seseorang yang menyimpulkan, tapi dari perdebatan tersebut
sering kali muncul "kesepakatan sunyi" di antara pihak-pihak yang berdebat beserta
para "pendengarnya". Inilah sintesis tersebut. Proses seperti ini berjalan dalam
rentang waktu yang cukup panjang. Karena sifatnya yang memiliki rentang waktu
panjang, media sosial tidak memiliki pengaruh signifikan untuk kampanye yang
sifatnya mobilisasi. Kerja-kerja di media sosial bergerak perlahan dengan
membincangkan visi, misi, ide, ideologi. Pengguna media sosial bukan orang yang
bisa digiring, tapi bergerak dengan kemauan dan kesadaran sendiri. Media sosial
hanya berpengaruh signifikan bagi politikus yang bekerja sepanjang waktu. Bukan
pekerjaan instan lima tahun sekali. Mereka yang intens menyebarkan ide-ide dan
berdiskusi dalam bidang tertentu secara mendalam sepanjang waktu akan mendapat
hasilnya saat pemilu. Media sosial tidak cocok untuk politisi "kosong", tapi hanya
bagi mereka yang punya kemampuan berpikir dan berdialektika. Media sosial juga
tak cocok bagi yang egois, melainkan bagi mereka yang memiliki kepekaan dan
kepedulian terhadap berbagai masalah yang dihadapi masyarakat. Hanya politisi yang
memiliki simpati dan empati terhadap permasalahan rakyat yang akan menuai simpati
dan empati publik. Sifat kampanye di media sosial bisa merupakan kebalikan dari
kampanye di dunia nyata. Jika di dunia nyata kampanye begitu berisik, keras
suaranya tapi tanpa bukti nyata, di media sosial adalah antitesis dari berisik dan
bising tersebut, yaitu bermakna. Setiap suara punya arti, memiliki pembuktiannya
sendiri-sendiri. Politik di media sosial bisa merupakan politik sejati, yaitu politik
yang benar-benar berisi ide-ide dan aksi nyata untuk kebaikan umum. Inilah politik
yang memiliki daya dobrak. Berbagai isu sosial yang menjadi beban masyarakat
sering kali mendapatkan solusinya di media sosial. Penyeimbang Di sisi lain perlu
ada regulasi yang jelas dan komprehensif. Kecurangan dan pelanggaran amat
mungkin terjadi saat regulasi yang ada memiliki banyak celah. Amat mungkin terjadi
kampanye di media sosial saat masa tenang dan pungut-hitung. Permenkominfo No
14/2014 tentang Kampanye Pemilu melalui Penggunaan Jasa Telekomunikasi perlu
disosialisasikan dan diperkuat dengan peraturan KPU dan peraturan Bawaslu. Potensi
pelanggaran lainnya terkait kejelasan aktor dan materi kampanye. Perlu ada aturan
yang jelas untuk mencegah kampanye yang bersifat fitnah, terutama oleh akun-akun
anonim. Sebagai catatan, media sosial dapat jadi solusi meminimalkan ketidakadilan.
Media sosial dapat jadi penyeimbang media siaran televisi yang sekarang tak lagi
mampu mempertahankan independensi dan keadilannya. Televisi dimiliki pengusaha
yang sekarang masuk berbagai partai. Kondisi ini menyebabkan media televisi
tersebut menjadi corong partai politik sang pemilik. Di sinilah urgensi media sosial.
b. Terapkan teori skema mental pada kasus diatas ?
Jawab :
Penggunaan sosial media pada lembaga pemerintahan mempunyai etika yang berbeda
dengan penggunaan media sosial untuk pribadi. Oleh karena itu, dalam penggunaan
media sosial ini, Lembaga pemerintahan harus menaati etika yang lebih ketat. Dalam
hal ini, Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi telah
mengeluarkan pedoman penggunaan media sosial yang tertuang dalam Peraturan
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi Republik
Indonesia Nomor 83 Tahun 2012 Tentang Pedoman Pemanfaatan Media Sosial
Instansi Pemerintah. Dalam peraturan ini kita dapat petunjuk etika berikut:
1. Menjunjung tinggi kehormatan instansi pemerintah.
2. Memiliki keahlian, kompetensi, objektivitas, kejujuran, dan integritas.
3. Menjaga rahasia negara dan melaksanakan sumpah jabatan.
4.Menegakkan etika yang berlaku agar tercipta citra dan reputasim instansi
pemerintah.
5. Menghormati kode etik pegawai negeri.
6. Menyampaikan dan menerima informasi publik yang benar, tepat, dan Akurat
7. Menghargai, menghormati, dan membina solidaritas serta nama baik instansi dan
perorangan.
8. Melaksanakan keterbukaan informasi publik sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pedoman penggunaan media sosial ini disusun sebagai acuan bagi pranata humas
atau divisi komunikasi sejenis pada masing-masing Lembaga. Dengan menggunakan
pedoman ini, maka diharapkan para pengelola media sosial di lingkungan
pemerintahan dapat mempunyai rujukan praktis dalam menyusun strategi, aktivasi
maupun evaluasi.
2. Sikap tidak muncul begitu saja, tetapi merupakan hasil dari suatu proses belajar. Faktot –
faktor yang mempengaruhi sikap antara lain pengalaman langsung, pengaruh orang tua,
lingkungan terdekat, kelompok teman sebaya, media massa, dan status atau kedudukan.
Dari pernyataan diatas sikap tidak muncul begitu saja tapi melalui proses belajar.
Silahkan saudara jawab pertanyaan dibawah ini.
A. Jelaskan secara teoritis proses perubahan sikap?
Jawab :
Dalam beberapa kasus, orang mungkin benar – benar akan merubah sikap mereka
agar dapat lebih sejalan dengan perilaku mereka. Sikap bisa memiliki efek yang kuat
pada perilaku, namun hal itu tidaklah permanen. Pengaruh sama yang mengarah
kepada pembentukan perilaku juga dapat menciptakan perubahan sikap. Proses
perubahan sikap dalam psikologi sosial bisa terjadi melalui beberapa pendekatan,
antara lain dengan pendekatan proses ganda. Proses ganda ini terjadi ketika
seseorang melakukan upaya kognitif dengan intensitas yang relatif sedikit atau
rendah, dan ketika seseorang melakukan upaya kognitif dengan intensitas tinggi.
Perubahan sikap dalam psikologi sosial bisa terjadi ketika faktor – faktor yang
memotivasi seseorang untuk berpikir rendah dan melakukan proses usaha rendah.
Jenis proses rendah upaya dalam perubahan sikap pada psikologi sosial. Proses
rendah upaya ini terbagi lagi menjadi beberapa tipe:
1.Pengkondisian klasik – Adalah salah satu cara untuk menghasilkan perubahan
sikap dalam psikologi sosial dengan berulang kali mengasosiasikan objek sikap yang
awalnya netral dengan stimulus lain yang sudah bermakna positif atau negatif.
2.Priming Afektif – Dalam proses ini melibatkan dua jenis rangsangan yang ditemui
tepat sebelum menemukan objek sikap baru dan tidak menemukan dengan cara
mengikutinya. Reaksi terhadap stimulus positif atau negatif ini akan menghasilkan
perubahan sikap dalam psikologi sosial.
3.Paparan yang Lebih – Cara ini merupakan paparan berulang terhadap suatu objek
sikap yang pada akhirnya akan menghasilkan perubahan sikap, misalnya dari positif
menjadi negatif dan sebaliknya. Efeknya paling kuat terjadi ketika objek diulang
diluar kesadaran.
4.Keseimbangan – Satu proses inferensial untuk perubahan perilaku melibatkan
keseimbangan kognitif, yang dicapai ketika orang – orang setuju dengan apa yang
mereka sukai dan tidak setuju pada apa yang tidak disukai.
5.Atribusi – Pada tingkat yang paling umum, atribusi terkait dengan kesimpulan
yang dibuat seseorang mengenai dirinya sendiri dan orang lain setelah melihat
perilaku dan situasi dimana terjadinya hal tersebut.
6.Heuristik – Adalah aturan mengenai keputusan sederhana yang didasarkan pada
pengalaman atau pengamatan yang dilakukan sebelumnya. Aturan sederhana ini
dapat digunakan untuk membentuk evaluasi ketika motivasi dan kemampuan berpikir
yang ada berada dalam tahap rendah.
B. Proses Upaya Tinggi
Proses ini membutuhkan penggunaan sumber daya mental yang lebih besar sehingga
disebut upaya tinggi.
Respons Kognitif – Sikap orang yang berubah melalui upaya kognitif tinggi
menghasilkan beberapa aspek yang penting untuk dipertimbangkan. Tanggapan
secara kognitif terhadap suatu objek sikap dan pesan persuasi jenis apapun yang
diterima oleh topik tertentu.
1.Proses Nilai – Harapan – Semakin besar kemungkinan suatu objek sikap
dihubungkan dengan konsekuensi positif maka sikap yang dihasilkan semakin
positif.
2. Proses Disonansi – Teori disonansi kognitif menyatakan bahwa orang
mendapatkan motivasi agar dapat memiliki sikap yang konsisten. Rata – rata orang
yang mengalami ini akan merasakan peningkatan detak jantung, telapak tangan yang
berkeringat, dan lain sebagainya.
Jenis Perubahan Sikap
Perubahan sikap dalam psikologi sosial bisa digolongkan dalam beberapa jenis yaitu:
2. Subjek 2
Narasumber merasa senang dengan adanya kegiatan volunteer ini, karena ia
menganggap kegiatan seperti ini bisa memberikan pengalaman secara langsung
sekaligus bisa memberikan sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain. Narasumber
berpikir bahwa anak Griya Baca akan malu-malu dan kuranga aktif, tapi seperti
narasumber yang lain, setelah bertemu langsung dengan adik-adik binaan ternyata
tidak seperti yang dipikirkan, walaupun ketika mengajari awalnya cukup susah, tapi
setelah beberapa pertemuan selanjutnya malah berjalan dengan mudah. Untuk
sesama volunteer, narasumber menilai kalau pengaruh satu sama lain sangat berperan
penting, fungsinya untuk saling memotivasi dan memberi solusi hal-hal yang sulit
untuk diatasi ketika mengajar.
3. Subjek 3
Kesan pertama ketika mendapatkan tugas volunteer narasumber merasa tertarik
karena memang narasumber adalah individu yang menyukai kegiatan turun lapangan.
Tapi narasumber mengatakan bahwa ia kurang merasa nyaman di Griya Baca
awalnya, karena ketidak cocokan sistem yang diberikan oleh pengurusnya. Tapi
setelah berkegiatan langsung dengan adik-adik binaan narasumber merasakan
perasaan senang karena dari sikap adik-adiknya sendiri sangat welcome dan mudah
di ajak untuk kerja sama. Hal ini membuat penilaian narasumber berubah, dari yang
sebelumnya mengira anak jalanan itu menutup diri, sekarang mulai berubah.
Kalau dari sesama pengajar, narasumber mengatakan bahwa ia tidak merasakan hal
atau motivasi tertentu, maksudnya pengaruh pengajar lain tidak mempengaruhi
motivasi dalam diri narasumber.
4. Subjek 4
Ketika mendapatkan tugas volunteer narasumber menilai hal tersebut bagaikan
peluang emas, dikarenakan memang sudah lama subjek ingin melakukan volunteer,
tapi dia selalu disibukkan dengan acara organisasiny, jadi dikarenakan volunteer ini
merupakan tugas kuliah jadi ada alasan yang kuat untuk melakukan volunteer.
Sebelum melakukan volunteer di Griya Baca, narasumber megira adik-adik binaan
akan berperilaku seperti anak punk, susa diatur dan semacamnya. Tapi kesan setelah
bertemu ternyata adik-adik binaan jauh dari kata anak punk, gampang diatur ternyata
adik-adik binaan GB. Masalah kecilnya adalah mereka cenderung moody , tapi hal
ini malah menantang narasumer untuk lebih melatih sikap humanisnya.
Dari kasus yang diperoleh disesuaikan dengan teori yang mendukung didapatkan
bahwa tingkah laku orang lain mempengaruhi sikap yang akan diberikan oleh
seorang individu kepadanya. Dalam kegiatan Volunteer ini sesuai dengankesimpulan
awal didapatkan hasil bahwa adanya perubahan sikap serta pandangan tentang anak
binaan yang ada di Griya Baca, yaitu anak binaan Griya Baca yang dikira cuek dan
pasif ternyata tidak persis seperti apa yang diperkirakan. Perubahan prasangka
menjadi sikap yang positif ini dikarenakan adanya interaksi secara langsung.
Sesuai dengan tiga komponen pembentuk sikap, kegiatan volunteer di Griya Baca
menunjukkan bahwa terdapat perubahan sikap pengajar atas adik-adik binaan, yang
terbentuk dari tiga komponen tersebut. Pertama pada komponen kognitif yang berisi
pemikiran serta ide-ide yang berkenaan dengan objek sikap, para pengajar
(mahasiswa psikologi) awalnya mempunyai pemikiran mengenai adik-adik binaan
Griya Baca (GB) hanya terdiri dari anak-anak jalanan saja, yang memiliki sikap cuek
dan pasif, serta sulit untuk diatur. Pertama pada komponen afektif yang
berisiperasaan atau emosi seseorang atas objek sikap, tercermin dari perilaku adik-
adik binaan yang ternyata welcome dan selalu menuruti instruksi yang diberikan oleh
pengajar, mengubah perasaan tidak senang pengajar menjadi perasaan senang. Ketiga
pada komponen perilaku yang melalui respon subjek yang berkenaan dengan objek
sikap, karena sikap adik binaan yang welcome sehingga mengubah perasaan para
pengajar, maka sikap pengajar mulai berubah juga, pengajar menjadi termotivasi
dalam mengajar.
4. Bentrok merajalela, madiun mencekam. Puluhan rumah rusak, mobil dan motor dibakar.
Lagilagi, dua perguruan silat di madiun bentrok massal. Ulah brutal anggota perguruan
itu berubah menjadi kerusahan massal yang merugikan masyarakat. Bukan hanya mereka
yang bermusuhan yang saling merusak, tetapi warga yang tak berkaitan dengan masalah
juga menjadi korban (jawa pos, edisi senin 17 maret 2003).
Dari studi kasus di atas silahkan saudara jelaskan
a. Mengapa dapat terjadi perubahan sosial ?
Jawab :
Perubahan Penduduk
Penemuan-penemuan Baru
Penemuan baru juga dapat memengaruhi perubahan sosial. Penemuan yang benar-
benar baru disebut discovery. Penemuan baru ini berupa alat, gagasan, atau rangkaian
ciptaan.
Penemuan baru apabila telah diterima dan diakui masyarakat disebut invention. Proses
yang terjadi dalam discovery menjadi invention memerlukan waktu lama. Penemuan
baru di dalam masyarakat didorong oleg beberapa faktor sebagi berikut:
- Kualitas sumber daya manusia atau ahli untuk mengolah sumber daya alam dan
teknologi.