Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Industri pariwisata memiliki tujuan utama yaitu menonjolkan
ciri khas suatu objek. Segala hal yang bersifat lokal ditampilkan sebagai
atraksi, baik berupa adat maupun kebiasaan, keadaan alam, karya,
panganan, dan sebagainya. Hal tersebut tak lain guna menarik minat
wisatawan untuk berwisata ke objek tersebut serta memperkenalkan
daerah asal.
Wisata kuliner menjadi suatu trend berwisata di masa kini,
sering kali kuliner menjadi alasan utama untuk berwisata mengunjungi
suatu daerah. Salah satu yang menjadi daya tarik wisatawan adalah
panganan lokal yang bisa dibawa ke daerah asal wisatawan atau biasa
disebut panganan oleh-oleh. Jawa Barat dengan segala potensi dan
sumberdaya nya telah menghasilkan bayak produk pangan yang bisa
disebut sebagai panganan khas dan dijadikan oleh-oleh daerah oleh
wisatawan. Salah satu oleh-oleh khas Jawa barat yang mudah ditemui
adalah manisan buah. Panganan manis ini sangat mudah ditemui di pusat
oleh - oleh makanan di Jawa Barat khususnya Kabupaten Cianjur, baik
yang berbentuk kering maupun basah. Manisan buah merupakan buah
segar yang diawetkan dengan cara diberi pemanis, dalam hal ini
digunakan gula pasir. Selain itu, beberapa jenis manisan diberi pewarna
guna menambah daya tarik konsumen. Manisan dijual dalam bentuk
kiloan sesuai dengan permintaan, dan untuk menjualnya manisan
disimpan di toples kaca besar sehingga terlihat jelas bentuk dan warnanya.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui motivasi
pembelian wisatawan terhadap oleh-oleh khas Jawa Barat, yaitu manisan
buah yang pada umumnya memiliki penampilan dengan warna menarik
dan rasa manis yang awet di lidah, yang diakibatkan oleh penambahan
Bahan Tabahan Pangan (BTP) . Dari penelitian ini, dapat diketahui
seberapa besar pengaruh penambahan BTP terhadap aspek tersebut.
Pariwisata memperlihatan pertumbuhan yang konsisten dari
tahun ke tahun, hal tersebut telah diperkirakan oleh World Tourism
Organization bahwa pada tahun 2020 akan terjadi peningkatan sebesar
200% terhadap angka kunjungan wisatawa dunia saat ini. Jumlah
Rosa Kurniawati, 2018
ANALISIS PENGARUH PERSEPSI WISATAWAN AKAN BAHAN TAMBAHAN
PANGAN TERHADAP MINAT BELI MANISAN DI KABUPATEN CIANJUR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
kunjungan wisatawan mancanegara atau wisman ke Indonesia Oktober
2017 naik 11,33 persen dibanding jumlah kunjungan pada Oktober 2016,
yaitu dari 1,04 juta kunjungan menjadi 1,16 juta kunjungan. Sementara
itu, jika dibandingkan dengan September 2017, jumlah kunjungan
wisman pada Oktober 2017 mengalami penurunan sebesar 4,54 persen.
Secara kumulatif (Januari - Oktober) 2017, jumlah kunjungan
wisatawa mancanegara ke Indonesia mencapai 11,62 juta kunjungan atau
naik 23,55 persen dibandingkan dengan jumlah kunjungan wisman pada
periode yang sama tahun sebelumnya yang berjumlah 9,40 juta
kunjungan.

Tabel 1.1
Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara dan Domestik di
Provinsi Jawa Barat selama periode tahun 2012-2016

Tahun Wisatawan Jumlah


Mancanegara Domestik
2012 1.905.378 42.758.063 44.663.441
2013 1.794.401 45.536.179 47.330.580
2014 1.962.639 47.992.088 49.954.727
2015 2.027.629 56.334.706 58.362.335
2016 4.428.094 58.728.666 63.156.760

Sumber: Dinas Pariwisata Dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat


Panganan ringan terutama yang berlabel panganan khas atau
oleh-oleh khas daerah, dalam hal ini manisan tentunya harus
memperhatikan standar standar kemanan pangan. Pangan merupakan
kebutuhan utama yang sangat berpengaruh pada kehidupan manusia,
karena didalamnya mengandung nutrisi yang diperlukan, antara lain
untuk; a) Pertumbuhan badan, b) Memelihara dan memperbaiki jaringan
tubuh yang telah tua atau rusak, c) Diperlukan untuk berkembang biak, d)
Menghasilkan energi agar dapat melakukan aktivitas (Sartono, 2002,
hal.70 ).
Meskipun dianggap hanya makanan ringan, kegagalan dalam
pengelolaan keamanan pangan dapar berakibat fatal. Penggunaan bahan
tambahan pangan (BTP) dalam proses produksi bersama, baik oleh
Rosa Kurniawati, 2018
ANALISIS PENGARUH PERSEPSI WISATAWAN AKAN BAHAN TAMBAHAN
PANGAN TERHADAP MINAT BELI MANISAN DI KABUPATEN CIANJUR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
produsen produksi pangan perlu diwaspadai bersama, baik oleh produsen
maupun konsumen. Dampak penggunaanya dapat berakibat positif
maupun negatif bagi masyarakat. Penyimpangan dalam penggunaan akan
membahayakan kita bersama, khususnya generasi muda sebagai penerus
pembangunan bangsa. Di bidang pangan kita memerlukan sesuatu yang
lebih baik untuk masa yang akan datang, yaitu pangan yang aman untuk
dikonsumsi, lebih bermutu, bergizi, dan lebih mampu bersaing dalam
pasar global. Kebijakan keamanan pangan (food safety) dan
pembangunan gizi nasional (food nutrient) merupakan bagian integral
dari kebijakan pangan nasional, termasuk penggunaan bahan tambahan
pangan (Cahyadi, 2008, hlm.1-2). Maka dari itu pengelolaan serta
pengawasan mutu keamanan pangan sangat penting, baik pada industri
besar maupun rumahan.
Pengetahuan mengenai keamanan pangan sangatlah penting,
terlebih karena hal tersebut dapat mempengaruhi kesehatan konsumen.
Bahkan Departemen Kesahatan Republik Indonesia memberikan
perhatian khusus lewat dibentuknya BPOM (Badan Pengawasan Obat dan
Makanan) sebagai langkah pengendalian agar konsumen Indonesia hanya
mengonsumsi makanan dan obat-obatan yang sudah teruji secara klinis
keamanannya. Pada kenyataannya, BPOM hanya melakukan sertifikasi
pada usaha makanan dan obat-obatan yang mengajukan
sertifikasi,sehingga tidak seluruh usaha pangan dan obat dalam
pengawasan BPOM.
Hasil penelitian ditujukan untuk mengetahui kesenjangan antara
prinsip-prinsip baik dan kenyataan penerapannya pada pengembangan
standard dan peraturan keamanan pangan di Indonesia. Dalam sebuah
jurnal pangan menunjukkan bahwa terjadi hambatan dalam penerapan
prinsip baik untuk pengembangan standard dan peraturan keamanan
pangan (Purwiyatno Haryadi dkk . 2014).
Dalam penilitian ini, penulis menyoroti penggunaan Bahan
Tambahan Pangan (BTP) khususnya pada panganan manisan. Menurut
Wisnu Cahyadi (2006, hlm.1), bahan tambahan pangan secara umum
adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai makanan dan
biasanya bukan merupakan komponen khas makanan, mempunyai atau
tidak mempunyai nilai gizi, yang dengan sengaja ditambahkan untuk
maksud pada teknologi pembuatan, pengolahan, peyiapan, perlakuan,
pengepakan, pengemasan, dan penyimpanan, Tujuannya adalah dapat
Rosa Kurniawati, 2018
ANALISIS PENGARUH PERSEPSI WISATAWAN AKAN BAHAN TAMBAHAN
PANGAN TERHADAP MINAT BELI MANISAN DI KABUPATEN CIANJUR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
meningkatkan atau mempertahakan nilai gizi dan kualitas daya
simpan,membuat bahan pangan lebih mudah dihidangkan, serta
mempermudah peparasi bahan pangan. Penggunaan BTP pada manisan
yang sering ditemui di pasaran terdiri dari 4 macam, yaitu: Pewarna,
Pemanis, Pengawet, dan Perisa makanan.

Manisan adalah olahan dari buah-buahan ataupun sayuran segar


dengan menggunakan pemanis (gula) sebagai media untuk meningkatkan
cita rasa dan daya tahan. Produk manisan Cianjur sangat kental dengan
penggunaan berbagai jenis Bahan Tambahan Pangan. Penggunaan BTP
pada beberapa produk manisan cukup menyita perhatian, terlebih karena
BTP bukan merupakan komponen inti dalam pembuatan manisan
sehingga menimbulkan citra pangan yang beragam di masyarakat.
Penggunaan BTP pada makanan di Republik Indonesia telah diatur dalam
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
235/MenKes/Per/VI/79, Nomor 239/ MenKes/Per/V/85, dan Nomor
722/MenKes/Per/IX/88. Dalam peraturan-peraturan tersebut telah diatur
mengenai pewarna-pewarna yang diizinkan, dilarang penggunaannya
hingga takaran aman penggunaan Bahan Tambahan Pangan.

Tujuan utama produsen untuk menarik perhatian konsumen


dengan penambahan Bahan Tambahan Pangan (BTP) dikhawatirkan
dapat berpengaruh pada kualitas produk serta menimbulkan persepsi yang
kurang baik. Disamping itu, masih belum terbukti kebenarannya bahwa
manisan yang memiliki taampilan lebih menarik merupakan salah satu
faktor yang memotivasi konsumen untuk membeli produk tersebut
khususnya wisatawan domestik.
Adapun dalam beberapa kasus terjadi penyalahgunaan bahan
tambahan pangan, baik dari segi penyalahgunaan BTP terlarang, maupun
penggunaan BTP diatas ambang wajar masih terjadi di Jawa Barat.
Seperti baru baru ini diberitakan Suara.com pada 21 April 2018,
penemuan kasus semangka yang disuntikkan bahan pengawet dan
pewarna berbahaya di Bogor Jawa Barat guna melambatkan pembusukan
dan membuat tampilan lebih menarik. Hal tersebut menunjukkan bahwa
penggunaan bahan tambahan pangan yang tidak seharusnya masih terjadi
di Jawa Barat. Dan hal tersebut dapat mengundang persepsi beragam di
masyarakat awam khususnya, yang belum teredukasi mengenai bahan
tambahan pangan.
Rosa Kurniawati, 2018
ANALISIS PENGARUH PERSEPSI WISATAWAN AKAN BAHAN TAMBAHAN
PANGAN TERHADAP MINAT BELI MANISAN DI KABUPATEN CIANJUR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Minat beli didorong oleh kebutuhan atau keinginan dalam diri.
Minat ini sendiri bergerak dalam dua arah yaitu, memilih satu tujuan
diatas tujuan lainnya, dan intensitas energi yang kita gunakan untuk
mengejar tujuan tersebut (Kotler, 2008, hlm.178). Maka persepsi sangat
berpengaruh dalam pembelian manisan. Namun dengan adanya
penambahan BTP dalam produk manisan, penulis merasa perlu
menjabarkan kembali bagaimanan pengaruh penambahan BTP pada
manisan terhadap persepsi konsumen dan dampaknya terhadap minat beli
konsumen.
Dari pemaparan latar belakang diatas, penulis memilih judul
Analisis Pengaruh Persepsi Wisatawan Akan Bahan Tambahan
Pangan (BTP) Terhadap Minat Beli Manisan di Kabupaten Cianjur
untuk diteliti lebih lanjut.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang diatas dapat ditarik rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana persepsi konsumen terhadap kandungan BTP
dalam manisan?
2. Bagaimana gambaran minat beli konsumen terhadap
produk manisan?
3. Bagaimana pengaruh persepsi konsumen serta dampaknya
terhadap minat beli produk manisan?

1.3 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan dari diadakannya penelitian ini adalah:
1. Mengetahui persepsi konsumen terhadap kandungan BTP
pada produk manisan
2. Mengetahui gambaran minat beli produk manisan

Rosa Kurniawati, 2018


ANALISIS PENGARUH PERSEPSI WISATAWAN AKAN BAHAN TAMBAHAN
PANGAN TERHADAP MINAT BELI MANISAN DI KABUPATEN CIANJUR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
3. Mengetahui pengaruh persepsi konsumen serta dampaknya
terhadap minat beli produk manisan

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat dari adanya penelitian ini adalah produsen manisan
dapat mengetahui persepsi serta efisiensi penambahan Bahan Tambahan
Pangan pada produk manisan, serta pengaruhnya terhadap minat beli
manisan oleh wisatawan domestik di Kabupaten Cianjur.

Rosa Kurniawati, 2018


ANALISIS PENGARUH PERSEPSI WISATAWAN AKAN BAHAN TAMBAHAN
PANGAN TERHADAP MINAT BELI MANISAN DI KABUPATEN CIANJUR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu

Anda mungkin juga menyukai