Abstrak
Kampung Banceuy terletak di Desa Sanca, Kecamatan Jalancagak, Kabupaten
Subang. Masyarakat yang tinggal di Kampung Banceuy memiliki ciri kehidupan yang
unik. Ciri khas masyarakat Banceuy di antaranya: mereka memiliki tokoh adat yang
memimpin dan mengendalikan perilaku kepercayaan masyarakat setempat. Serta
mereka masih memelihara nilai-nilai luhur dan tradisi upacara. Begitu banyak upacara
yang masih mereka laksanakan, baik yang berkaitan dengan pertanian, daur hidup
manusia, dan sistem religi. Banyak hal yang bisa dipetik dari pelaksanaan upacara-
upacara tersebut, antara lain, nilai-nilai mitos dan ritual mendorong mereka menjalin
hubungan timbal balik dengan lingkungan alam sekitar.
Kata kunci: Upacara tradisional, mitos, pelestarian lingkungan.
Abstract
The village of Banceuy lies in Desa (larger village) Sanca, Kecamatan
(district) Jalancagak, Kabupaten (regency) Subang. The people there has a unique
life, e.g. they have a chief who responsible as leader in controlling the behavior of the
community member either in rituals or high-valued ancestral traditions. The rituals
they have are, among others, ones that have something to do with agriculture, human
life cycle and religious system. Those rituals make them maintain a good relationship
with mother nature in term of preserving and conserving the environment.
Keywords: traditional ceremony, myths, environmental preservation
sebagai berikut: (a)Apa yang menjadi latar keadaan alam, pola perkampungan,
belakang pelaksanaan upacara Ngaruat kependudukan, latar belakang sosial
Bumi? (b) Bagaimana deskripsi Upacara budaya; juga uraian berkenaan dengan
Ngaruat Bumi secara keseluruhan? (c) upacara, bentuk mitos berikut maknanya,
Bagaimanakah mitos yang terdapat pada serta identifikasi nilai budaya yang
upacara Ngaruat Bumi? (d) Adakah berkaitan dengan pelestarian lingkungan
kaitan antara kepercayaan terhadap mitos masyarakat setempat.
di sekitar upacara Ngaruat Bumi dengan Penelitian ini merupakan jenis
pelestarian lingkungan? penelitian yang bersifat deskripsi atau
Ada dua tujuan yang ingin dicapai menggambarkan. Penelitian deskriptif
dengan melaksanakan penelitian tentang ini bertujuan menggambarkan secara
Kajian Nilai Budaya tentang Mitos dan tepat sifat-sifat suatu gejala sosial, baik
Pelestarian Lingkungan pada masyarakat individu-individu, kelompok-kelompok,
Banceuy kabupaten Subang. Tujuan dan keadaan sosial tertentu. Oleh karena
yang pertama adalah untuk mengetahui itu, pendekatan atau metode yang
beberapa hal berikut ini (a) latar belakang dipandang tepat untuk jenis penelitian
upacara Ngaruat Bumi; (b) gambaran deskriptif adalah pendekatan kualitatif.
secara menyeluruh pelaksanaan upacara Zulyani Hidayah (2006)
tersebut; (c) identifikasi nilai budaya menjelaskan, pendekatan kualitatif
tentang mitos yang terdapat pada Upacara digunakan untuk memahami persoalan
Ngaruat Bumi; (d) makna mitos menurut sosial atau budaya manusia berdasarkan
interpretasi masyarakat pendukung pada suatu pengembangan gambaran yang
upacara tersebut; (e) identifikasi nilai kompleks dan holistis, dibangun dengan
budaya yang terdapat dalam mitos, susunan kata, menyajikan pandangan
berdasarkan hasil interpretasi peneliti. detil dari informan dan dilaksanakan di
Tujuan kedua, penelitian ini diharapkan lingkungan alamiahnya. Metode kualitatif
dapat mendokumentasikan nilai- juga dilaksanakan dalam situasi yang
nilai budaya masyarakat pendukung memungkinkan peneliti berinteraksi
upacara tersebut sehingga hasilnya secara langsung dengan orang-orang
turut memperkaya nilai-nilai budaya yang diteliti, dalam upaya memperoleh
masyarakat luas secara keseluruhan. data dari sumber pertama.
Ruang lingkup penelitian ini Teknik pengumpulan data yang
meliputi dua hal, yakni ruang lingkup digunakan di lapangan adalah observasi
wilayah dan materi. Ruang lingkup dan wawancara. Observasi dilakukan
wilayah penelitian ini adalah Kampung dengan maksud memperoleh data
Banceuy yang berada di Desa Sanca, dengan pengamatan langsung di wilayah
Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Kabupaten Subang. Data yang diperoleh
Subang. Wilayah Banceuy dipilih sebagai selain menunjukkan kenyataan yang
tempat penelitian karena ditempati oleh sewajarnya atau apa adanya, juga dapat
masyarakat yang masih melaksanakan melengkapi data yang tidak terungkap
sejumlah upacara adat. Ruang lingkup dalam wawancara.
materi penelitian ini meliputi gambaran Teknik wawancara yang digunakan
umum daerah penelitian, yang di merupakan cara penting dalam penelitian
dalamnya menggambarkan lokasi dan ini. Wawancara dimaksudkan guna
Masih di depan bangunan SD, ada wabah penyakit ngeluk atau tetelo
hanya terpisah oleh jalan, terdapat bale pada ternak mereka (biasanya unggas).
pertemuan yang berdiri sejak tahun 1965. Sarana pelayanan kesehatan bagi
Tempat tersebut digunakan untuk berbagai warga Banceuy ternyata letaknya cukup
aktivitas yang bersifat musyawarah dan jauh dari kampung mereka, yaitu di Jalan
upacara. Di bale pertemuan ditempatkan Cagak (puskesmas tingkat desa), yang
satu alat komunikasi massa yang masih berjarak 7 – 8 kilometer. Tenaga kesehatan
tradisional, yakni kohkol. Alat tersebut yang ada di wilayah itu adalah seorang
digunakan untuk memberitahukan bidan dan dua orang mantri kesehatan.
adanya peristiwa-peristiwa tertentu Untuk keperluan kesehatan, masyarakat
kepada masyarakat, seperti kebakaran, Banceuy lebih banyak menggunakan
ada bahaya, atau kematian. Konon irama obat tradisional yang mereka usahakan
yang muncul akan berbeda utuk setiap sendiri. Obat-obat medis yang dijual
peristiwa sehingga dapat dipahami oleh bebas dijual pula di warung yang
masyarakat. dekat dengan kampung mereka, tetapi
Sarana peribadatan yang ada kondisinya sangat terbatas.
di Kampung Banceuy di antaranya 1
bangunan masjid jami dan ada 4 - 5 c. Sistem Religi
langgar atau masjid kecil. Sarana olah Satu hal yang penting dalam
raga yang tersedia adalah lapangan kehidupan masyarakat Kampung
sepakbola, yang sekaligus juga menjadi Banceuy adalah terjaganya hubungan
tempat mengembala ternak. yang erat dengan para leluhur. Dalam
Pengelolaan sanitasi lingkungan pandangan mereka, para leluhur adalah
tercermin pula dalam pola perkampungan para pendahulu yang membuka kawasan
B a n c e u y. S a m p a h r u m a h t a n g g a tersebut yang kini disebut Kampung
biasanya dibakar atau dikubur dalam Banceuy. Kepercayaan kepada para
tanah. Air bersih diperoleh dari leluhur tercermin dari berbagai bentuk
pegunungan dan disalurkan melalui aturan adat dan ritual yang diformulasikan
bak-bak penampungan. Penyediaan dan dalam bentuk upacara-upacara adat.
pengelolaan air bersih dilakukan secara Seluruh warga kampung Banceuy
gotongroyong dan swadaya masyarakat. mengaku beragama Islam. Namun
Di sana juga terdapat MCK umum yang demikian, keyakinan kepada para
diperuntukkan bagi keluarga yang kurang leluhur bersamaan dijalankan secara
mampu. ketat melalui berbagai kegiatan upacara
Selain wujud fisik seperti itu, adat. Aktivitas keagamaan sehari-hari
masyarakat juga mengadakan upacara diwujudkan dalam kegiatan ibadah harian
ritual untuk membersihkan lingkungan seperti shalat, pengajian untuk anak-
dan manusia dari berbagai penyakit. anak, ibu-ibu maupun laki-laki dewasa.
Upacara tersebut dinamakan hajat Pengajian untuk anak-anak dilaksanakan
lingkungan atau hajat wawar. dilakukan setiap Magrib dan Subuh. Mereka belajar
secara rutin setiap tiga bulan sekali. membaca al-Quran atau mengaji, belajar
Upacara ini dilakukan sebagai tindakan praktik ibadah, dan pengetahuan agama
preventif, atau jika ada situasi darurat, lainnya. Pengajian ibu-ibu dilaksanakan
seperti ada wabah diare, sakit panas, atau seminggu sekali, yaitu pada setiap hari
Jumat setelah Shalat Ashar. Pengajian makhluk halus, bahkan para roh suci
untuk kaum bapak-bapak dilaksanakan ini dapat dicaluk (dipanggil) untuk
setelah Shalat Subuh. dimintai pertolongan. Demikiaan pula,
Mereka juga menyelenggarakan mereka percaya bahwa roh para karuhun
peringatan hari-hari besar Islam seperti (leluhur) dapat mendatangkan bencana
Maulud Nabi, Rajaban, Idul Fitri, dan atau malapetaka bagi warga masyarakat.
Idul Adha. Dalam perayaan hari besar, Oleh karena itu, masyarakat Banceuy
selain diadakan ceramah keagamaan, senantiasa memelihara hubungan dengan
juga mereka merayakan hajatan secara roh para leluhur melalui berbagai upacara
tradisional. Aktivitas keagamaan adat atau persembahan
seperti itu berada di bawah bimbingan Konsep masyarakat Banceuy
pemimpin keagamaan atau kyai yang ada tentang manusia, di antaranya, bahwa
di kampung mereka. jasad manusia terdiri atas empat sir
Kepercayaan masyakat Banceuy (unsur), yakni sir bumi, sir geni, sir
terhadap warisan dari leluhurnya adalah angin, dan sir banyu/air (unsur tanah,
pandangan dan keyakinan mereka tentang api, angin, dan air). Keempat sir ini
alam, manusia, serta kehidupan dan membentuk manusia dengan sifat dan
kematian. Keyakinan mereka tentang tabiatnya. Selain itu, manusia pun dapat
alam atau kosmologi, yaitu keyakinan dipengaruhi oleh empat jiwa, yaitu
bahwa alam ini terdiri atas alam dunia jiwa hewan, setan, jiwa roban (pohon-
(alam nyata) dan alam gaib. Alam pohonan), dan jiwa manusia sejati. Tiga
dunia diisi oleh makhluk hidup, seperti jiwa yang disebut pertama merupakan
manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan, jiwa pengganggu yang selalu berusaha
atau benda-benda nyata yang dapat menguasai jiwa manusia pada jalan
dikenali melalui panca indera. Alam kesesatan dan kecelakaan. Adapun jiwa
gaib dihuni oleh makhluk halus berupa manusia sejati merupakan penangkal
roh para karuhun, jin, syetan, hantu atau segala godaan ketiga jiwa tersebut.
dedemit. Untuk memperkuat jiwa manusia sejati
Menurut keyakinan mereka, roh dapat dicapai melalui jalan eling (ingat).
suci selain menguasai tempat-tempat Manusia harus menyadari kodrat dan
tertentu, juga berhubungan erat dengan fungsi hidup di dunia, yaitu hidup selaras
manusia. Keyakinan kepada benda- dengan lingkungan alam sekitar, tidak
benda yang dianggap berhubungan boleh mengumbar nafsu.
sangat erat dengan manusia. Padi, Konsep masyarakat Banceuy
misalnya, menurut keyakinan mereka tentang kematian adalah terlepasnya
adalah penjelmaan dari Dewi Sri; Pohon sukma (roh) dari raga (badan, jasad).
Kawung dipercaya sebagai jelmaan dari Selama 40 hari, roh orang yang
Nyi Pohaci Hideung; Nabi Hidir atau sudah berpisah dengan badan, masih
disebut juga Batara Banyu yaitu roh suci berkeliaran di sekitar tempat tinggalnya.
yang menguasai air; dan Batara Susuk Oleh karena itu, sampai 40 hari setelah
Tunggal diyakini sebagai roh suci yang peristiwa kematian, maka anak atau
menguasai solokan (saluran air). kerabatnya harus melakukan tahlilan dan
Mereka meyakini bahwa manusia menyediakan sesajen untuk roh tersebut.
bisa berhubungan dengan makhluk- Setelah 40 hari, roh akan dijemput oleh
satu dan lainnya adalah ikrar alias isi doa leluhur, Hajat Bumi telah dilaksanakan
yang dipanjatkan pemimpin upacara. di Cibeusi sejak tahun 1527 Masehi.
Berbeda dengan di Cigugur atau Prosesi Ngaruat Bumi berlangsung
Ciptagelar yang kegiatannya dipusatkan lebih dari sebulan, mulai dari dadahut
di tempat pemangku adat tertinggi, (perencanaan) hingga pentas hiburan
Ruwatan Bumi di Subang dilaksanakan sebagai puncak acara. Diawali dengan
tersebar di setiap kampung. Upacara pentas seni Gembyung buhun pada
dipimpin oleh sesepuh adat (sebutan bagi malam menjelang hari pelaksanaan,
pemimpin adat di Kampung Banceuy) prosesi dilanjutkan dengan ritual potong
serta juru kunci atau kuncen (sebutan di padi, numbal dan menyimpan sesaji,
luar Banceuy) masing-masing kampung. selamatan, arak-arakan, dan berziarah ke
Kecuali warga adat Kampung makam leluhur sejak pagi hingga siang.
Banceuy di Desa Sanca yang Pentas seni Gembyung, potong
melaksanakan ruwatan pada akhir padi, numbal, dan selamatan menjadi
Rayagung—bulan terakhir dalam sistem prosesi wajib pada Ruwatan Bumi.
penanggalan Sunda—mayoritas kampung Akibat keterbatasan dana, warga sebagian
lainnya melaksanakan ruwatan pada kampung menggelar ruwatan secara
bulan Muharam, bulan pertama sistem sederhana. Mereka hanya melaksanakan
penanggalan Hijriah. Sesepuh adat atau prosesi wajib dan tanpa panggung, arak-
kuncen biasanya menentukan tanggal arakan, atau hiburan.
pelaksanaan berdasarkan keyakinan akan Menurut Ketua Dewan Kesenian
”hari baik” bagi kampungnya. Kabupaten Subang, Wawan Herawan,
Kampung-kampung yang rutin seni dan budaya yang berkembang di
menggelar hajat tersebar di wilayah Subang Selatan sangat lekat dengan
Subang bagian selatan, khususnya di tradisi masyarakat agraris. Beragam
Kecamatan Ciater, seperti Desa Palasari, upacara yang digelar menjadi spirit hidup
Ciater, Nagrak, Cibeusi, Cisaat, Cibitung, warga yang mewarisi tradisi bercocok
dan Sanca. Berada di ketinggian 770 m di tanam padi, berkebun, dan beternak.
atas permukaan laut atau lebih serta suhu Lekatnya tradisi juga mendasari
18°-32° Celsius, desa-desa itu jaraknya sebagian petani, terutama di Desa
23-30 km dari pusat kota Subang atau 32 Cibeusi, bertahan dengan padi-padi
km dari Kota Bandung. varietas lokal, seperti geulis mandi, pare
Awal 1431 Hijriah ini—antara hideung, rogol, sarikuning, marahmay,
pertengahan Desember 2009 hingga ketan bodas, dan ketan hideung. Mereka
pertengahan Januari 2010—adalah percaya padi-padi buhun (tradisi)
hari-hari pelaksanaan Ngaruat Bumi di warisan leluhur itu membawa berkah.
Kabupaten Subang. Upacara Hajat Bumi Keberkahan itu tecermin dari hasil panen
di Desa Cibeusi terhitung paling tua yang mencukupi kebutuhan pangan
dibandingkan dengan kampung/desa lain. keluarga. Petani juga tak perlu membeli
Menurut Eming, kuncen di Kampung benih atau beras di pasar.
Peuntas, Desa Cibeusi, perayaan tahun Sayangnya, jumlah petani yang
ini merupakan yang ke-483 karena bertahan dengan padi-padi buhun terus
berdasarkan cerita turun-temurun dari berkurang. Selain kalah produktivitas
(60-70 persen dari produktivitas varietas
asing. Dalam kehidupan kita sehari- kearifan lokal agar tetap bertahan di
hari banyak kita temukan unsur-unsur tengah-tengah derasnya globalisasi dan
asing yang masuk ke dalam masyarakat westernisasi.
Indonesia. Dari sisi pola hidup misalnya. Di sisa-sisa tenaga kearifan lokal
Konsumerisme menjamur hampir di dalam mempertahankan eksistensinya,
setiap lapisan masyarakat. Sikap liberal diperlukan suatu usaha untuk menjaganya
juga berkembang seiring perkembangan agar tetap berkembang dalam masyarakat.
zaman. Usaha tersebut harus disertai dengan
Kita semestinya menyikapi kesadaran akan peranan kearifan lokal
globalisasi dengan sikap bijak, bukan yang sangat penting di dalam menghadapi
berarti tidak setuju dengan adanya permasalahan.
globalisasi. Namun yang harus dicermati Pendidikan merupakan media
adalah sikap kita dalam menyambut dimana dalam proses pembelajaran
globalisasi. Hendaknya dalam ditanamkan nilai-nilai. Dalam
menghadapi globalisasi dengan tetap memberdayakan kearifan lokal dapat
berpegang pada nilai-nilai luhur yang dilakukan dengan mengintegrasikannya
diwariskan kepada kita. pada mata pelajaran tertentu, misalnya
Nasib kearifan lokal terus muatan lokal. Adapun untuk menanamkan
terancam oleh globalisasi. Perlahan- nilai-nilai kelingkungan dapat dilakukan
lahan namun secara pasti kearifan lokal dengan hal yang sama maupun dengan
mulai tergerus oleh perkembangan mata pelajaran khusus, seperti pendidikan
zaman. Disadari atau tidak, masyarakat lingkungan hidup.
Jawa sudah mulai meninggalkan ritual- Pendidikan tidak hanya di dalam
ritual yang berhubungan dengan alam, bangku sekolah. Pendidikan yang lebih
melupakan pitutur luhur atau kata-kata penting adalah pendidikan sejak dini
bijak, dan menganggap mitos hanya yang dimulai dari keluarga dengan
seuatu kebohongan. memperkenalkan kearifan lokal dan
Tidak hanya globalisasi, nilai-nilai menanamkan peduli lingkungan kepada
masyarakat Barat (westernisasi) pun anggota keluarga.
turut mengancam kearifan lokal. Bisa
kita lihat bagaimana generasi muda saat C. PENUTUP
ini meniru pola-pola hidup yang condong Menjaga keseimbangan antara
ke negara-negara Barat. Dari hal yang manusia, lingkungan alam fisik, dan
sederhana seperti musik, misalnya. lingkungan transendental, sampai sejauh
Hanya sedikit dari generasi muda yang ini masih merupakan nilai falsafah hidup
tahu akan musik tradisional dan hanya masyarakat Kampung Banceuy yang
segelintir yang mampu memainkan secara sadar masih sangat kuat berakar
musik tradisional. dalam pola hidup mereka sehari-hari.
Perlu kita ketahui kearifan lokal Nilai tersebut tidak terlepas dari sumber
memainkan peran yang sangat penting acuan seluruh gerak langkah mereka
dalam turut serta mengatur masyarakat dalam mengarungi hidup, yaitu sistem
karena di dalamnya melekat nilai-nilai kepercayaan mereka yang senantiasa
yang sudah mendarah daging. Setidaknya menjaga hubungan dengan ajaran nenek
diperlukan sebuah usaha untuk menjamin moyang mereka. Implementasi nilai-
nilai tersebut membentuk sikap hidup ungkapan yang mereka pahami, mampu
dalam hal pengelolaan lingkungan alam bertindak sebagai pengendali seluruh
fisik secara arif, yang ditopang dengan aspek kehidupan mereka.
kekuatan tradisi yang secara moral dan
spiritual mampu mempersatukan dan
mengendalikan perilaku masyarakat.
Meskipun masyarakat Kampung
Banceuy merupakan masyarakat DAFTAR PUSTAKA
pedesaan yang sederhana dan tradisional,
namun mereka tetap terus berupaya Adeng, et.al. 1991.
meningkatkan kualitas hidup mereka. Upacara Tradisional Sedekah
Hal ini dapat disaksikan dari lingkungan Bumi di Cibarusah-Bekasi.
alam mereka yang asri. Penataan rumah- Bandung: Proyek terhadap
rumah yang teratur serta kondisi rumah Eksistensi Lembaga Adat
mereka yang sehat dan bersih, serta Pemerintah Provinsi Daerah
bangunan rumah mereka yang pada Tingkat I Jawa Barat
umumnya merupakan rumah permanen.
Dalam melaksanakan tradisi, mereka Ekadjati, Edi S. 1984.
menggunakan bahan-bahan alami seperti Masyarakat Sunda dan
bambu, kayu, daun-daunan, serta bahan Kebudayaan. Jakarta: Girimukti
lainnya. Penggunaan bahan-bahan alam Pusaka.
memberikan kesadaran pada pola hidup
yang berusaha memanfaatkan sekaligus Hidayah, Zulyani. 2006.
menjaga lingkungan, agar kebutuhan Metodologi Penelitian
mereka terhadap bahan-bahan alam terus “Kepercayaan” Masyarakat.
dapat terjaga dan terpenuhi. Kemudian Jakarta: Makalah dalam
tidak mengeksploitasi bahan-bahan alam P e n a t a r a n Te n a g a Te k n i s
tersebut dengan semena-mena. Kondisi Pamong Budaya Sprirtual.
demikian, sampai sejauh ini dapat mereka
pertahankan dan cukup menunjang --------------- . 1970.
kebutuhan hidup mereka. Sampai kapan Manusia dan Kebudayaan
kondisi ini dapat mereka pertahankan? Indonesia. Jakarta: Jembatan.
Akankah alam sekitar mereka terus-
menerus menunjang kebutunan hidup Koentjaraningrat. 1971.
mereka? Beberapa Pokok Antropologi
Untuk menjawab semua pertanyaan Sosial. Jakarta: Dian Rakyat.
ini tentunya mereka sendiri yang paling
tahu jawabannya. Sejauh ini, mereka tetap --------------- . 1989.
berjalan mengikuti alur tradisional yang “Metode Wawancara”, dalam
telah mereka jalani bertahun-tahun secara Metode-Metode Penelitian
turun temurun. Tradisi mereka, baik Masyarakat. Jakarta: PT
berupa mitos, pantangan, dan ungkapan- Gramedia.
Nugroho, E. 2000.
Pendidikan, Kebudayaan, dan
Masyarakat Madani Indonesia.
Bandung: Remaja Rosdakarya.