Anda di halaman 1dari 18

Patanjala Vol. 3, No.

2, Juni 2011: 278-295 278

KAJIAN NILAI BUDAYA TENTANG MITOS


DAN PELESTARIAAN LINGKUNGAN
PADA MASYARAKAT BANCEUY
KABUPATEN SUBANG
Oleh Endang Supriatna

Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung


Jl. Cinambo No. 136 Ujungberung Bandung
Email: supriatnaraihan@ymail.com

Naskah diterima: 9 Maret 2011 Naskah disetujui: 29 Mei 2011

Abstrak
Kampung Banceuy terletak di Desa Sanca, Kecamatan Jalancagak, Kabupaten
Subang. Masyarakat yang tinggal di Kampung Banceuy memiliki ciri kehidupan yang
unik. Ciri khas masyarakat Banceuy di antaranya: mereka memiliki tokoh adat yang
memimpin dan mengendalikan perilaku kepercayaan masyarakat setempat. Serta
mereka masih memelihara nilai-nilai luhur dan tradisi upacara. Begitu banyak upacara
yang masih mereka laksanakan, baik yang berkaitan dengan pertanian, daur hidup
manusia, dan sistem religi. Banyak hal yang bisa dipetik dari pelaksanaan upacara-
upacara tersebut, antara lain, nilai-nilai mitos dan ritual mendorong mereka menjalin
hubungan timbal balik dengan lingkungan alam sekitar.
Kata kunci: Upacara tradisional, mitos, pelestarian lingkungan.

Abstract
The village of Banceuy lies in Desa (larger village) Sanca, Kecamatan
(district) Jalancagak, Kabupaten (regency) Subang. The people there has a unique
life, e.g. they have a chief who responsible as leader in controlling the behavior of the
community member either in rituals or high-valued ancestral traditions. The rituals
they have are, among others, ones that have something to do with agriculture, human
life cycle and religious system. Those rituals make them maintain a good relationship
with mother nature in term of preserving and conserving the environment.
Keywords: traditional ceremony, myths, environmental preservation

2011 Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung


279 Kajian Nilai Budaya tentang Mitos ... (Endang Supriatna)

A. PENDAHULUAN Kampung Banceuy terletak di


Isu lingkungan hidup akan selalu Desa Sanca, Kecamatan Jalancagak,
aktual jika diperbincangkan, selain sangat Kabupaten Subang. Masyarakat yang
erat dengan kehidupan manusia, cakupan tinggal di Kampung Banceuy memiliki
permasalahan di dalamnya pun cukup ciri kehidupan yang unik. Ciri khas
luas. Bahkan, dewasa ini, permasalahan masyarakat Banceuy di antaranya:
yang mencuat ke permukaan berkaitan pertama, adanya tokoh adat yang
dengan lingkungan hidup semakin memimpin dan mengendalikan perilaku
kompleks. Hal itu diindikasikan dengan kepercayaan masyarakat setempat.
merebaknya berbagai permasalahan Kedua, masyarakat Kampung Banceuy
lingkungan hidup yang menjadi isu masih memelihara nilai-nilai luhur dan
nasional maupun global. tradisi upacara.
Menelusuri berbagai faktor Begitu banyak upacara yang
penyebab terjadinya sejumlah kasus masih dilaksanakan oleh mereka, baik
lingkungan hidup ternyata cukup sulit. yang berkaitan dengan pertanian, daur
Modernisme dan kemajuan teknologi, hidup manusia, dan sistem religi. Banyak
di satu sisi, memang sangat berperan hal yang bisa dipetik dari pelaksanaan
dalam pemenuhan kebutuhan manusia upacara-upacara tersebut, antara lain,
dan menunjang kehidupan manusia yang hubungan timbal balik antara manusia
lebih baik. Pada sisi lain, pemanfaatan dengan lingkungan alam sekitar, serta
teknologi semakin memanjakan manusia. pola hubungan antara manusia (dalam
Akan tetapi, di balik itu semua ternyata hal ini masyarakat Banceuy) dengan
harga yang harus dibayar sungguh amat lingkungannya bertitik tolak dari sistem
mahal. Pemanfaatan kemajuan teknologi keyakinan yang selama ini mereka yakini
mendorong eksploitasi sumber daya dan mereka lakukan sebagai filosofi
alam yang semakin masif. Dari tahun hidup mereka.
ke tahun, eksploitasi sumber daya alam Upacara Ngaruat Bumi, juga
mengalami peningkatan, yang berujung disebut Hajat Bumi, sebelumnya
pada semakin merosotnya kualitas daya didahului oleh rangkaian upacara,
dukung alam untuk menopang kebutuhan seperti upacara hajat solokan, mapag
manusia. cai, mitembeyan, netepkeun, nganyaran,
Munculnya berbagai kasus hajat wawar, ngabangsar, dan kariaan.
lingkungan hidup merupakan indikasi Prosesi upacara-upacara tersebut terkait
yang memperlihatkan adanya dengan proses pertanian, khususnya
kemerosotan kualitas hubungan timbal budidaya padi. Padi bagi masyarakat
balik antara manusia dengan lingkungan Banceuy bersifat sakral dan segala
alam. Melihat fenomena tersebut, betapa proses menghasilkannya dipandang suci.
kepedulian manusia terhadap lingkungan Beragam upacara yang digelar menjadi
hidup merupakan faktor penting dalam spirit hidup warga yang mewarisi tradisi
menjaga kelestarian alam. Pemeliharaan bercocok tanam padi, berkebun, dan
kelestarian alam akan turut menjaga beternak.
kebutuhan manusia akan sumber daya Agar penelitian ini tepat sasaran
alam. diperlukan satu perumusan masalah, yang
dinyatakan dalam bentuk pertanyaan

Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung 2011


Patanjala Vol. 3, No. 2, Juni 2011: 278-295 280

sebagai berikut: (a)Apa yang menjadi latar keadaan alam, pola perkampungan,
belakang pelaksanaan upacara Ngaruat kependudukan, latar belakang sosial
Bumi? (b) Bagaimana deskripsi Upacara budaya; juga uraian berkenaan dengan
Ngaruat Bumi secara keseluruhan? (c) upacara, bentuk mitos berikut maknanya,
Bagaimanakah mitos yang terdapat pada serta identifikasi nilai budaya yang
upacara Ngaruat Bumi? (d) Adakah berkaitan dengan pelestarian lingkungan
kaitan antara kepercayaan terhadap mitos masyarakat setempat.
di sekitar upacara Ngaruat Bumi dengan Penelitian ini merupakan jenis
pelestarian lingkungan? penelitian yang bersifat deskripsi atau
Ada dua tujuan yang ingin dicapai menggambarkan. Penelitian deskriptif
dengan melaksanakan penelitian tentang ini bertujuan menggambarkan secara
Kajian Nilai Budaya tentang Mitos dan tepat sifat-sifat suatu gejala sosial, baik
Pelestarian Lingkungan pada masyarakat individu-individu, kelompok-kelompok,
Banceuy kabupaten Subang. Tujuan dan keadaan sosial tertentu. Oleh karena
yang pertama adalah untuk mengetahui itu, pendekatan atau metode yang
beberapa hal berikut ini (a) latar belakang dipandang tepat untuk jenis penelitian
upacara Ngaruat Bumi; (b) gambaran deskriptif adalah pendekatan kualitatif.
secara menyeluruh pelaksanaan upacara Zulyani Hidayah (2006)
tersebut; (c) identifikasi nilai budaya menjelaskan, pendekatan kualitatif
tentang mitos yang terdapat pada Upacara digunakan untuk memahami persoalan
Ngaruat Bumi; (d) makna mitos menurut sosial atau budaya manusia berdasarkan
interpretasi masyarakat pendukung pada suatu pengembangan gambaran yang
upacara tersebut; (e) identifikasi nilai kompleks dan holistis, dibangun dengan
budaya yang terdapat dalam mitos, susunan kata, menyajikan pandangan
berdasarkan hasil interpretasi peneliti. detil dari informan dan dilaksanakan di
Tujuan kedua, penelitian ini diharapkan lingkungan alamiahnya. Metode kualitatif
dapat mendokumentasikan nilai- juga dilaksanakan dalam situasi yang
nilai budaya masyarakat pendukung memungkinkan peneliti berinteraksi
upacara tersebut sehingga hasilnya secara langsung dengan orang-orang
turut memperkaya nilai-nilai budaya yang diteliti, dalam upaya memperoleh
masyarakat luas secara keseluruhan. data dari sumber pertama.
Ruang lingkup penelitian ini Teknik pengumpulan data yang
meliputi dua hal, yakni ruang lingkup digunakan di lapangan adalah observasi
wilayah dan materi. Ruang lingkup dan wawancara. Observasi dilakukan
wilayah penelitian ini adalah Kampung dengan maksud memperoleh data
Banceuy yang berada di Desa Sanca, dengan pengamatan langsung di wilayah
Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Kabupaten Subang. Data yang diperoleh
Subang. Wilayah Banceuy dipilih sebagai selain menunjukkan kenyataan yang
tempat penelitian karena ditempati oleh sewajarnya atau apa adanya, juga dapat
masyarakat yang masih melaksanakan melengkapi data yang tidak terungkap
sejumlah upacara adat. Ruang lingkup dalam wawancara.
materi penelitian ini meliputi gambaran Teknik wawancara yang digunakan
umum daerah penelitian, yang di merupakan cara penting dalam penelitian
dalamnya menggambarkan lokasi dan ini. Wawancara dimaksudkan guna

2011 Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung


281 Kajian Nilai Budaya tentang Mitos ... (Endang Supriatna)

memperoleh data secara langsung dari Letak Kampung Banceuy di


informan yang paling kompeten serta Kecamatan Jalan Cagak berbatasan
menjadi fokus penelitian ini. Dengan dengan kampung lainnya adalah sebagai
demikian, data mengenai pendapat, berikut: sebelah utara berbatasan dengan
pandangan, dan pengetahuan, maupun sawah Tegal Malaka; sebelah selatan
mengenai kenyataan-kenyataan yang ada berbatasan dengan Solokan Cipadaringan;
dan diketahui informan dapat terungkap sebelah barat berbatasan dengan Solokan
secara lengkap dan dapat dipercaya. Cipatat; dan di sebelah timur berbatasan
Wawancara yang dilakukan merupakan dengan Sungai Cipunagara.
wawancara mendalam (depth-interview) Akses menuju Kampung Banceuy
dengan mempergunakan pedoman dapat ditempuh melalui beberapa
wawancara. alternatif, yakni: Pertama, melalui
Kampung Palasari, Cinungku, Cicalung,
dan tiba di Kampung Banceuy. Perjalanan
B. HASIL DAN BAHASAN tersebut memerlukan waktu tempuh
sekitar 25 menit dengan alat kendaraan
1. Selintas Kampung Banceuy sepeda motor (ojeg). Kedua, melalui
a. Lokasi dan Keadaan Alam Jalan Cagak, Kasomalang, Sanca, dan
Kampung Banceuy termasuk ke sampai di Kampung Banceuy. Waktu
dalam wilayah administratif Desa Sanca, tempuh rute tersebut sekitar 60 menit
Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten yang dapat ditempuh dengan kendaraan
Subang, Provinsi Jawa Barat. Secara roda empat maupun ojeg. Ketiga melalui
geografis. Kampung Banceuy berada pada Ciater, Nagrak, Cibitung, Cicalung, dan
ketinggian 770 meter di atas permukaan tiba di Kampung Banceuy. Waktu yang
laut. Suhu rata-rata di wilayah tersebut diperlukan untuk menempuh rute ini
berada pada kisaran 26 – 28 derajat sekitar 30 menit dengan kendaraan ojeg.
celcius. Sementara itu curah hujan setiap Jarak yang harus ditempuh dari
tahunnya adalah 2.700 mm. Kondisi Kampung Banceuy ke Kecamatan Jalan
topografi wilayah ini terdiri atas dataran Cagak adalah 7-8 kilometer, dengan
dan perbukitan atau pegunungan. waktu tempuh selama setengah jam;
Luas wilayah Kampung Banceuy jarak ke Kabupaten Subang sejauh 23
mencapai 157 hektar, 47 hektar dari luas kilometer dengan waktu tempuh yang
tersebut adalah hutan, 78 hektas berupa diperlukan sekitar 2 jam; dan jarak
sawah, 20 hektar kebun, dan 12 hektar Kampung Banceuy ke ibukota Provinsi
merupakan lahan hunian penduduk. Jawa Barat atau Kota Bandung kurang
Hutan, kebun, dan sawah merupakan lebih sekitar 50 kilometer dengan waktu
sumber daya alam yang ada di Kampung tempuh 2 jam; jarak ke ibukota negara
Banceuy. Selain itu, di wilayah kampung atau Jakarta sekitar 186 kilometer, dengan
ini terdapat sungai kecil yang dinamakan waktu tempuh sekitar 3,5 jam. Sementara
Solokan Ito, Solokan Cipadaringan, itu, jarak Kampung Banceuy menuju
dan air terjun yang diberi nama Curug pusat fasilitas kota terdekat seperti
Bentang. Sampai saat ini Curug Bentang fasilitas ekonomi (pasar) dan kesehatan
menjadi salah satu objek wisata di (puskesmas) yang terdapat di Kampung
Kampung Banceuy. Kasomalang, sekitar 45 menit.

Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung 2011


Patanjala Vol. 3, No. 2, Juni 2011: 278-295 282

b. Pola Perkampungan sebuah wilayah yang dengan ketat


Nama kampung yang sekarang dipagari oleh adat istiadat.
dikenal dengan sebutan Kampung Pola perkampungan Banceuy
Banceuy dahulu disebut Kampung Negla. tergolong pola perkampungan yang
Mengapa berubah disebut Banceuy? linier, ditandai dengan adanya jalan raya
Ternyata ada riwayatnya. Konon ke atau jalan kampung yang memanjang.
Kampung Negla pada waktu dulu datang 7 Rumah-rumah tinggal warga kampung
keluarga. Mereka membangun rumah dan tersebut berada di sepanjang jalan
menetap di sana. Kampung yang mereka kampung. Unsur-unsur yang melengkapi
tinggali itu suatu waktu diterjang bencana kampung seperti sarana ibadah, sarana
berupa angin topan yang menyebabkan pendidikan, sarana untuk berusaha, dan
rumah-rumah mereka hancur. Mereka lapangan olah raga.
pun mulai membangun rumah kembali. Rumah-rumah di Kampung
Ketujuh keluarga itu pun berkumpul Banceuy terdiri atas 193 rumah permanen
untuk membicarakan agar kampung dan 60 rumah nonpermanen. Ukuran
mereka dapat terhindar dari bencana rumah bervariasi antara 5x7, 6x9, dan
serupa di kemudian hari. Mulailah mereka 9x12 meter. Yang paling banyak rumah
berkumpul dan berunding untuk mencari berukuran 6x9 meter. Sepintas terlihat
jalan keluarnya. Untuk memutuskan seperti tidak ada tanda yang khas. Padahal
hal itu, mereka mengundang seorang ada aturan-aturan yang mengatur tata
paranormal. Ternyata ia menyarankan letak atau tata ruang rumah dan unsur-
beberapa hal untuk keselamatan dan unsur rumah.
kedamaian kampung tersebut. Pertama, Pertama, aturan letak rumah sangat
kampung harus dipimpin oleh keturunan berkaitan dengan hubungan kekeluargaan.
Aki Ito. Kedua, warga penduduk harus Seorang anak tidak boleh membangun
melaksanakan ruwatan bumi. Ketiga, rumah di sebelah timur orang tuanya;
kampung tersebut harus diganti seorang adik juga dilarang mendirikan
namanya. Untuk memberi nama baru rumah di sebelah timur kakaknya. Dalam
kampung mereka, mereka memberi istilah mereka, perbuatan seperti itu
nama Banceuy, yang diambil dari kata disebut ngalangkangan, hal tersebut
ngabanceuy yang berarti musyawarah. dilarang menurut keyakinan warga
Mereka (para pendahulu kampung Kampung Banceuy.
itu) melakukan musyawarah atau Kedua, aturan letak pintu erat
ngabanceuy untuk mencari keselamatan kaitannya dengan rezeki. Pintu depan
dan kedamaian kampung tersebut. Sejak rumah (pintu utama) dan pintu belakang
saat itu, di Kampung Banceuy selalu harus menghadap ke selatan dan utara.
diselenggarakan Upacara Ngaruat Bumi. Kedua pintu tidak boleh sejajar atau
Kampung Banceuy juga sering langsung, melainkan harus dihubungkan
disebut Nagara Banceuy, yang lahir dengan pintu tengah yang posisinya tidak
dari keteguhan warga Banceuy dalam sejajar dengan kedua pintu tadi, atau
memelihara dan melaksanakan adat dikenal dengan istilah nyegog. Dasar
istiadat yang diwarisi dari para leluhur. filosofisnya agar rezeki yang didapat
Pengertian nagara dalam hal ini adalah keluarga tersebut tidak cepat habis atau
akan nyangkut di rumah keluarga itu.

2011 Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung


283 Kajian Nilai Budaya tentang Mitos ... (Endang Supriatna)

Ketiga, aturan penempatan goah mereka akan menempatkannya di sekitar


berhubungan erat dengan perhitungan tegalan atau padang rumput, yang juga
hari baik yang berkenaan dengan hari menjadi tempat untuk menggembalakan
kelahiran pemilik rumah. Jika lahir hari ternak. Cukup banyak kandang sapi milik
Selasa, Kamis, dan Sabtu, maka goah warga Banceuy di tempat itu.
harus berada antara timur dan utara, jika Umumnya, di depan rumah
lahir Rabu, Senin, dan Sabtu, goah harus penduduk masih tersisa lahan untuk
berada antara sebelah selatan dan barat. halaman, yang digunakan untuk menanam
Selain aturan tadi, goah pun harus sejajar pohon atau kebutuhan lainnya. Luas
dengan kamar-kamar tidur. halaman yang terdapat di setiap rumah
Tata ruang rumah di Kampung berbeda, mulai yang sempit hingga yang
Banceuy harus disesuaikan dengan luas. Antarrumah penduduk diberi batas
beberapa unsur berikut: teras rumah, pagar besi, tanaman hidup, tembok, atau
ruang tamu, ruang keluarga, kamar bilah-bilah bambu.
tidur, goah, dan dapur. Ada yang unik Tidak jauh dari rumah penduduk,
berkenaan dengan langi-langit rumah. banyak ditemukan saung lisung. Sebagian
Umumnya pada lagit-langit rumah mereka ibu di sana memang masih menumbuk
ada bagian yang diberi (berlapiskan) padi di lesung. Tempat tersebut juga kerap
papan dan agak terbuka. Letak bagian itu dijadikan tempat pelaksanaan sejumlah
biasanya ada di dapur. upacara adat, tepatnya untuk acara
Fungsi langit-langit seperti tutunggulan. Yang dimaksud tutunggulan
dijelaskan ini erat kaitannya dengan adalah memainkan alu pada lesung
pelaksanaan hajatan. Dalam setiap sehingga suara tumbukan keduanya
hajatan, senantiasa ada acara netepkeun berirama musik tertentu. Di sana juga
atau ngadiukkeun, yakni memasukkan terdapat satu tempat penggilingan padi
(menyimpan) makanan seperti kue-kue ke atau heuleur.
langit-langit rumah. Pada saat seperti itu, Sarana umum yang terdapat di
tempat tersebut akan ditunggui seseorang dalam perkampungan Banceuy salah
yang disebut candoli kueh. Sementara itu, satunya adalah sarana pendidikan. Di
dapur rumah di Banceuy masih terlihat sana hanya ada satu sekolah dasar dan
tradisional, dengan perlengkapan yang madrasah tsanawiyah. Kalau ingin
paling utama berupa tungku atau hawu. melanjutkan ke SMP negeri atau ke
Sekalipun ada kompor minyak tanah, SMA, mereka harus pergi ke Jalan Cagak
mereka tetap menggunakan hawu untuk sejauh 7 – 8 kilometer mengendarai ojeg
keperluan memasak sehari-hari. Hal itu dengan ongkos Rp. 5.000,00 sekali jalan.
dilakukan untuk memanfaatkan kayu Sekolah dasar satu-satunya di Kampung
bakar yang ada di wilayah sekitar. Banceuy yaitu Sekolah Dasar Karang
Kamar mandi umumnya berada Madu, dan madrasah tanawiyah yang
di luar rumah dan terbuka. Selain itu, dikelola oleh sebuah lembaga swasta.
di belakang rumah biasanya ada tempat Merapat dengan bangunan SD bagian
untuk menyimpan kayu bakar dan kandang depan, terdapat panggung tembok
ternak seperti ayam, kambing, domba, permanen. Tempat tersebut digunakan
atau sapi. Jika tidak memungkinkan untuk upacara-upacara tradisional, seperti
menyimpan sapi di belakang rumah, Ngaruat Bumi.

Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung 2011


Patanjala Vol. 3, No. 2, Juni 2011: 278-295 284

Masih di depan bangunan SD, ada wabah penyakit ngeluk atau tetelo
hanya terpisah oleh jalan, terdapat bale pada ternak mereka (biasanya unggas).
pertemuan yang berdiri sejak tahun 1965. Sarana pelayanan kesehatan bagi
Tempat tersebut digunakan untuk berbagai warga Banceuy ternyata letaknya cukup
aktivitas yang bersifat musyawarah dan jauh dari kampung mereka, yaitu di Jalan
upacara. Di bale pertemuan ditempatkan Cagak (puskesmas tingkat desa), yang
satu alat komunikasi massa yang masih berjarak 7 – 8 kilometer. Tenaga kesehatan
tradisional, yakni kohkol. Alat tersebut yang ada di wilayah itu adalah seorang
digunakan untuk memberitahukan bidan dan dua orang mantri kesehatan.
adanya peristiwa-peristiwa tertentu Untuk keperluan kesehatan, masyarakat
kepada masyarakat, seperti kebakaran, Banceuy lebih banyak menggunakan
ada bahaya, atau kematian. Konon irama obat tradisional yang mereka usahakan
yang muncul akan berbeda utuk setiap sendiri. Obat-obat medis yang dijual
peristiwa sehingga dapat dipahami oleh bebas dijual pula di warung yang
masyarakat. dekat dengan kampung mereka, tetapi
Sarana peribadatan yang ada kondisinya sangat terbatas.
di Kampung Banceuy di antaranya 1
bangunan masjid jami dan ada 4 - 5 c. Sistem Religi
langgar atau masjid kecil. Sarana olah Satu hal yang penting dalam
raga yang tersedia adalah lapangan kehidupan masyarakat Kampung
sepakbola, yang sekaligus juga menjadi Banceuy adalah terjaganya hubungan
tempat mengembala ternak. yang erat dengan para leluhur. Dalam
Pengelolaan sanitasi lingkungan pandangan mereka, para leluhur adalah
tercermin pula dalam pola perkampungan para pendahulu yang membuka kawasan
B a n c e u y. S a m p a h r u m a h t a n g g a tersebut yang kini disebut Kampung
biasanya dibakar atau dikubur dalam Banceuy. Kepercayaan kepada para
tanah. Air bersih diperoleh dari leluhur tercermin dari berbagai bentuk
pegunungan dan disalurkan melalui aturan adat dan ritual yang diformulasikan
bak-bak penampungan. Penyediaan dan dalam bentuk upacara-upacara adat.
pengelolaan air bersih dilakukan secara Seluruh warga kampung Banceuy
gotongroyong dan swadaya masyarakat. mengaku beragama Islam. Namun
Di sana juga terdapat MCK umum yang demikian, keyakinan kepada para
diperuntukkan bagi keluarga yang kurang leluhur bersamaan dijalankan secara
mampu. ketat melalui berbagai kegiatan upacara
Selain wujud fisik seperti itu, adat. Aktivitas keagamaan sehari-hari
masyarakat juga mengadakan upacara diwujudkan dalam kegiatan ibadah harian
ritual untuk membersihkan lingkungan seperti shalat, pengajian untuk anak-
dan manusia dari berbagai penyakit. anak, ibu-ibu maupun laki-laki dewasa.
Upacara tersebut dinamakan hajat Pengajian untuk anak-anak dilaksanakan
lingkungan atau hajat wawar. dilakukan setiap Magrib dan Subuh. Mereka belajar
secara rutin setiap tiga bulan sekali. membaca al-Quran atau mengaji, belajar
Upacara ini dilakukan sebagai tindakan praktik ibadah, dan pengetahuan agama
preventif, atau jika ada situasi darurat, lainnya. Pengajian ibu-ibu dilaksanakan
seperti ada wabah diare, sakit panas, atau seminggu sekali, yaitu pada setiap hari

2011 Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung


285 Kajian Nilai Budaya tentang Mitos ... (Endang Supriatna)

Jumat setelah Shalat Ashar. Pengajian makhluk halus, bahkan para roh suci
untuk kaum bapak-bapak dilaksanakan ini dapat dicaluk (dipanggil) untuk
setelah Shalat Subuh. dimintai pertolongan. Demikiaan pula,
Mereka juga menyelenggarakan mereka percaya bahwa roh para karuhun
peringatan hari-hari besar Islam seperti (leluhur) dapat mendatangkan bencana
Maulud Nabi, Rajaban, Idul Fitri, dan atau malapetaka bagi warga masyarakat.
Idul Adha. Dalam perayaan hari besar, Oleh karena itu, masyarakat Banceuy
selain diadakan ceramah keagamaan, senantiasa memelihara hubungan dengan
juga mereka merayakan hajatan secara roh para leluhur melalui berbagai upacara
tradisional. Aktivitas keagamaan adat atau persembahan
seperti itu berada di bawah bimbingan Konsep masyarakat Banceuy
pemimpin keagamaan atau kyai yang ada tentang manusia, di antaranya, bahwa
di kampung mereka. jasad manusia terdiri atas empat sir
Kepercayaan masyakat Banceuy (unsur), yakni sir bumi, sir geni, sir
terhadap warisan dari leluhurnya adalah angin, dan sir banyu/air (unsur tanah,
pandangan dan keyakinan mereka tentang api, angin, dan air). Keempat sir ini
alam, manusia, serta kehidupan dan membentuk manusia dengan sifat dan
kematian. Keyakinan mereka tentang tabiatnya. Selain itu, manusia pun dapat
alam atau kosmologi, yaitu keyakinan dipengaruhi oleh empat jiwa, yaitu
bahwa alam ini terdiri atas alam dunia jiwa hewan, setan, jiwa roban (pohon-
(alam nyata) dan alam gaib. Alam pohonan), dan jiwa manusia sejati. Tiga
dunia diisi oleh makhluk hidup, seperti jiwa yang disebut pertama merupakan
manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan, jiwa pengganggu yang selalu berusaha
atau benda-benda nyata yang dapat menguasai jiwa manusia pada jalan
dikenali melalui panca indera. Alam kesesatan dan kecelakaan. Adapun jiwa
gaib dihuni oleh makhluk halus berupa manusia sejati merupakan penangkal
roh para karuhun, jin, syetan, hantu atau segala godaan ketiga jiwa tersebut.
dedemit. Untuk memperkuat jiwa manusia sejati
Menurut keyakinan mereka, roh dapat dicapai melalui jalan eling (ingat).
suci selain menguasai tempat-tempat Manusia harus menyadari kodrat dan
tertentu, juga berhubungan erat dengan fungsi hidup di dunia, yaitu hidup selaras
manusia. Keyakinan kepada benda- dengan lingkungan alam sekitar, tidak
benda yang dianggap berhubungan boleh mengumbar nafsu.
sangat erat dengan manusia. Padi, Konsep masyarakat Banceuy
misalnya, menurut keyakinan mereka tentang kematian adalah terlepasnya
adalah penjelmaan dari Dewi Sri; Pohon sukma (roh) dari raga (badan, jasad).
Kawung dipercaya sebagai jelmaan dari Selama 40 hari, roh orang yang
Nyi Pohaci Hideung; Nabi Hidir atau sudah berpisah dengan badan, masih
disebut juga Batara Banyu yaitu roh suci berkeliaran di sekitar tempat tinggalnya.
yang menguasai air; dan Batara Susuk Oleh karena itu, sampai 40 hari setelah
Tunggal diyakini sebagai roh suci yang peristiwa kematian, maka anak atau
menguasai solokan (saluran air). kerabatnya harus melakukan tahlilan dan
Mereka meyakini bahwa manusia menyediakan sesajen untuk roh tersebut.
bisa berhubungan dengan makhluk- Setelah 40 hari, roh akan dijemput oleh

Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung 2011


Patanjala Vol. 3, No. 2, Juni 2011: 278-295 286

roh para karuhunnya (ibu, bapak, atau Upacara tersebut dilaksanakan di


para pendahulu). Selanjutnya roh mereka dua tempat, yakni di Solokan Eyang
(yang telah meninggal) berkumpul Ito dan di Solokan Cipadaringan.
dengan roh-roh lainnya di alam suci atau Untuk keperluan upacara tersebut
alam gaib, sambil menunggu hari kiamat. harus disediakan hewan sembelihan,
Selama berada di alam gaib, mereka yakni dua ekor domba yang akan
mengawasi perilaku manusia yang masih disembelih pada waktu upacara di
hidup. Roh para pendahulunya masih masing-masing sungai tersebut.
bisa berkomunikasi dan bahkan bisa Peserta upacara adalah masyarakat
dicaluk (diundang) oleh yang masih yang lahan pertanian mereka
hidup. dilalui oleh kedua sungai tersebut.
Pada bulan Ramadhan (bulan Dengan demikian, masyarakat akan
Puasa), roh-roh tadi dibebaskan untuk menyediakan di tiap solokan seekor
mengunjungi sanak keluarganya. Oleh domba secara patungan. Darah segar
karena itu, satu hari menjelang datangnya dari masing-masing hewan tersebut
bulan Ramadhan, warga masyarakat ditumpahkan di kedua sungai disebut.
setempat menyediakan sesajen untuk Warga masyarakat yang memiliki
mapag (menyambut) kedatangan lahan pertanian yang dialiri sungai
roh tersebut. Begitu pula pada akhir tersebut secara otomatis akan menjadi
Ramadhan, disediakan sesajen untuk peserta upacara Hajat Solokan.
mekelan (membekali) roh yang akan • U p a c a r a N g a r u w a t B u m i
kembali ke alam suci. merupakan upacara adat pertanian
Dari sistem kepercayaan tersebut yang paling penting bagi masyarakat
lahirlah berbagai jenis upacara tradisional Banceuy. Upacara ini dilaksanakan
yang masih dilaksanakan oleh masyarakat setelah panen. Tujuannya adalah
Banceuy. Adapun upacara tradisional untuk mengungkapkan rasa syukur
yang berkaitan dengan aktivitas pertanian warga Banceuy terhadap Tuhan, serta
adalah sebagai berikut: para karuhun atas hasil panen yang
• U p a c a r a M a p a g C a i , y a k n i mereka dapatkan pada tahun tersebut.
menyambut datangnya aliran air Selain itu, pada musim tanam tahun
ke Kampung Banceuy. Tempat depannya, mereka berharap diberi
upacaranya di tanggul Cipadaringan, kesuburan tanah dan peningkatan
sungai yang paling besar di kampung hasil panen.
tersebut dan merupakan sungai yang • Upacara Netepkeun yakni upacara
amat vital bagi masyarakat Banceuy. ritual menyimpan beras di dalam
Waktu pelaksanaannya adalah pada tempat penyimpanan beras atau
bulan kesepuluh, bertepatan dengan goah.
mengalirnya air ke wilayah sawah • Upacara Nganyaran yakni upacara
Kampung Banceuy. mengeluarkan padi yang pertama kali
• Upacara Hajat Solokan , yaitu dari goah.
upacara meminta berkah kepada
Tuhan, karuhun, dan penghuni d. Sistem Kemasyarakatan
solokan (sungai) tersebut agar air Seperti telah disinggung di atas,
sungai tersebut senantiasa lancar. masyarakat Kampung Banceuy termasuk

2011 Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung


287 Kajian Nilai Budaya tentang Mitos ... (Endang Supriatna)

ke dalam kategori masyarakat adat. Hal mendampingi Abah dalam setiap


itu dicirikan, salah satunya dengan adanya peristiwa adat, serta mewakili Abah
tokoh adat yang dijadikan panutan oleh bilamana Abah berhalangan. Dengan
masyarakat setempat. Tokoh atau ketua demikian, jika digambarkan dalam
adat tersebut dijadikan sesepuh serta skema, adalah sebagai berikut:
disapa dengan panggilan “Abah”, serta
menempati posisi yang sangat penting Sesepuh Adat/Abah
dalam struktur masyarakatnya. Semua ↓
aktivitas masyarakat yang bersifat adat- Para Pinisepuh
istiadat hampir pasti melibatkan Abah. ↓
Ia pun memutuskan semua perkara yang Juru Kunci makam keramat
bertalian dengan aturan adat. Warga ↓
masyarakat Banceuy sangat menghormati Warga Masyarakat Banceuy
sesepuh adat mereka.
Aturan adat menentukan bahwa Skema di atas memberi gambaran
seorang ketua adat atau sesepuh adat bahwa Sesepuh Adat menempati
haruslah seorang laki-laki. Ketua adat kedudukan paling tinggi. Selanjutnya,
dibantu oleh sekelompok orang (laki-laki) Sesepuh Adat memimpin para Pini
yang dianggap para pinisepuh. Sebutan Sepuh, Juru Kunci makam, dan paling
pinisepuh di masyarakat Banceuy disebut bawah adalah warga masyarakat. Skema
“Aki”. Mereka adalah tangan kanan Abah struktur masyarakat juga mencerminkan
dan memiliki tugas khusus dalam setiap adanya pelapisan masyarakat (social
penyelenggaraan upacara adat. stratification) di Kampung Banceuy.
Hak pewarisan jabatan adat pada Pelapisan masyarakat erat kaitannya
masyarakat Banceuy jatuh pada anak laki- dengan jenjang penghormatan warga
laki tertua. Ketua adat yang tidak memiliki masyarakat kepada orang di atasnya,
keturunan atau ahli waris laki-laki dalam dan seterusnya hingga ke tingkat paling
istilah setempat disebut tumpur. Jika tinggi, yaitu Sesepuh Adat.
hal seperti itu menimpa seorang ketua Skema di atas tidak selalu
adat, maka jabatan adat akan dipilih dari menggambarkan tingkatan orang kaya
keturunan para sesepuh adat pembantu di Kampung Banceuy. Keberadaan orang
Abah. Meskipun demikian, tetap saja kaya biasanya dilihat dari kepemilikan
ada syaratnya, yaitu laki-laki dan telah bangunan rumah serta lahan pertanian
menerima wangsit. Abah (ketua adat)-lah yang paling luas. Tingkatan selanjutnya
pada akhirnya menentukan penerusnya ditempati oleh orang yang paling banyak
yang telah menerima wangsit. memiliki hewan ternak seperti sapi,
Pinisepuh pertama (saat ini dijabat domba/kambing. Kemudian ditempati
oleh Aki Suta) mempunyai tugas khusus, oleh para bandar atau tengkulak sayuran
yaitu memimpin upacara Ngalawar. yang menampung hasil sayuran dari
Pinisepuh kedua (saat ini dijabat oleh kampung dan memasarkan kembali ke luar
Aki Ruhendi) mempunyai tugas sebagai wilayah kampung. Masyarakat Banceuy
mediator antara Abah dengan warga pun sangat menghormati orang yang
masyarakat. Pinisepuh ketiga (saat mereka anggap memiliki pendidikan yang
ini Aki Arma) memiliki tugas khusus cukup tinggi serta orang yang memiliki

Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung 2011


Patanjala Vol. 3, No. 2, Juni 2011: 278-295 288

jabatan kedinasan tertentu. Seperti Upacara Ngaruat Bumi pada


seorang guru, di masyarakat Banceuy masyarakat Banceuy Kabupaten Subang
cukup dihormati oleh kebanyakan warga telah berumur ratusan tahun. Namun,
masyarakat biasa. seperti Seren Taun di Ciptagelar,
Namun demikian pelapisan Kabupaten Sukabumi, atau di Cigugur,
masyarakat tidak menyebabkan Kabupaten Kuningan, kesakralannya
masyarakat Banceuy terkotak-kotak sebagai tradisi masyarakat agraris tetap
atau kaku dalam pergaulan sehari-hari. terasa. Seren Taun dan Ngaruat Bumi
Mereka lebih didominasi oleh aturan adat adalah ungkapan syukur atas hasil
warisan leluhur mereka. Kontrol sosial yang diperoleh dari bumi, pengharapan
berada di tangan Sesepuh Adat. Kontrol setahun ke depan, serta penghormatan
sosial masih berlaku, hal itu tercermin kepada leluhur. Ruat dalam bahasa Sunda
dengan masih dipatuhinya pantangan berarti mengumpulkan dan merawat.
atau larangan adat. Masih dalam konteks Yang dikumpulkan dan dirawat adalah
menjaga keteraturan sosial, mereka juga masyarakat dan hasil buminya.
mematuhi aturan-aturan yang datang dari Ruwatan Bumi, juga disebut Hajat
pemerintah, seperti aturan yang datang Bumi, menggenapi rangkaian upacara
dari camat, lurah, maupun dari RT. yang digelar sebelumnya, seperti Upacara
Keteraturan yang menonjol dalam Hajat Solokan, Mapag Cai, Mitembeyan,
masyarakat adalah kerja sama. Nilai-nilai Netepkeun, Nganyaran, Hajat Wawar,
yang menjalin kerja sama tersebut adalah Ngabangsar, dan Kariaan. Mayoritas di
gotong royong dan tolong-menolong. antaranya terkait dengan proses pertanian,
Kehidupan yang saling menolong hampir khususnya budidaya padi.
mewarnai seluruh aspek kehidupan Dalam tradisi Ruwatan Bumi,
masyarakat. padi memiliki tempat istimewa. Padi
atau beras, dalam keyakinan masyarakat
2. N i l a i M i t o s d a n U p a c a r a setempat, tidak hanya sebagai bahan
Tradisional Masyarakat Banceuy pangan. Padi diyakini bermula dari
Salah satu unsur budaya yang aktivitas Dewa-Dewi sehingga bersifat
sifatnya universal, dan terdapat pada sakral dan segala proses menghasilkannya
hampir semua kebudayaan suku-suku dipandang suci.
bangsa di Indonesia adalah upacara Oleh karena itu, warga biasanya
tradisional. Menurut Budhisantoso, melakukan upacara atau ritual sebelum
(1990: 7), upacara tradisional adalah memasuki fase tertentu penanaman
tingkah laku resmi yang dibakukan padi dan penanganannya setelah panen.
untuk peristiwa-peristiwa yang tidak Mapag Cai, misalnya, dilakukan sebelum
ditujukan pada kegiatan teknis sehari- menyemai benih dan mengolah sawah.
hari, tetapi mempunyai kaitan dengan Menjelang tanam atau panen, warga
kepercayaan akan adanya kekuatan di melaksanakan mitembeyan. Adapun
luar kemampuan manusia atau kekuatan ritual netepkeun dilakukan saat pertama
supernatural, seperti roh nenek moyang kali menyimpan beras ke dalam goah
pendiri desa, roh leluhur yang dianggap (tempat penyimpanan beras) juga ritual
masih memberikan perlindungan kepada nganyaran saat pertama mengeluarkan
keturunannya, dan sebagainya. beras dari goah. Yang membedakan ritual

2011 Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung


289 Kajian Nilai Budaya tentang Mitos ... (Endang Supriatna)

satu dan lainnya adalah ikrar alias isi doa leluhur, Hajat Bumi telah dilaksanakan
yang dipanjatkan pemimpin upacara. di Cibeusi sejak tahun 1527 Masehi.
Berbeda dengan di Cigugur atau Prosesi Ngaruat Bumi berlangsung
Ciptagelar yang kegiatannya dipusatkan lebih dari sebulan, mulai dari dadahut
di tempat pemangku adat tertinggi, (perencanaan) hingga pentas hiburan
Ruwatan Bumi di Subang dilaksanakan sebagai puncak acara. Diawali dengan
tersebar di setiap kampung. Upacara pentas seni Gembyung buhun pada
dipimpin oleh sesepuh adat (sebutan bagi malam menjelang hari pelaksanaan,
pemimpin adat di Kampung Banceuy) prosesi dilanjutkan dengan ritual potong
serta juru kunci atau kuncen (sebutan di padi, numbal dan menyimpan sesaji,
luar Banceuy) masing-masing kampung. selamatan, arak-arakan, dan berziarah ke
Kecuali warga adat Kampung makam leluhur sejak pagi hingga siang.
Banceuy di Desa Sanca yang Pentas seni Gembyung, potong
melaksanakan ruwatan pada akhir padi, numbal, dan selamatan menjadi
Rayagung—bulan terakhir dalam sistem prosesi wajib pada Ruwatan Bumi.
penanggalan Sunda—mayoritas kampung Akibat keterbatasan dana, warga sebagian
lainnya melaksanakan ruwatan pada kampung menggelar ruwatan secara
bulan Muharam, bulan pertama sistem sederhana. Mereka hanya melaksanakan
penanggalan Hijriah. Sesepuh adat atau prosesi wajib dan tanpa panggung, arak-
kuncen biasanya menentukan tanggal arakan, atau hiburan.
pelaksanaan berdasarkan keyakinan akan Menurut Ketua Dewan Kesenian
”hari baik” bagi kampungnya. Kabupaten Subang, Wawan Herawan,
Kampung-kampung yang rutin seni dan budaya yang berkembang di
menggelar hajat tersebar di wilayah Subang Selatan sangat lekat dengan
Subang bagian selatan, khususnya di tradisi masyarakat agraris. Beragam
Kecamatan Ciater, seperti Desa Palasari, upacara yang digelar menjadi spirit hidup
Ciater, Nagrak, Cibeusi, Cisaat, Cibitung, warga yang mewarisi tradisi bercocok
dan Sanca. Berada di ketinggian 770 m di tanam padi, berkebun, dan beternak.
atas permukaan laut atau lebih serta suhu Lekatnya tradisi juga mendasari
18°-32° Celsius, desa-desa itu jaraknya sebagian petani, terutama di Desa
23-30 km dari pusat kota Subang atau 32 Cibeusi, bertahan dengan padi-padi
km dari Kota Bandung. varietas lokal, seperti geulis mandi, pare
Awal 1431 Hijriah ini—antara hideung, rogol, sarikuning, marahmay,
pertengahan Desember 2009 hingga ketan bodas, dan ketan hideung. Mereka
pertengahan Januari 2010—adalah percaya padi-padi buhun (tradisi)
hari-hari pelaksanaan Ngaruat Bumi di warisan leluhur itu membawa berkah.
Kabupaten Subang. Upacara Hajat Bumi Keberkahan itu tecermin dari hasil panen
di Desa Cibeusi terhitung paling tua yang mencukupi kebutuhan pangan
dibandingkan dengan kampung/desa lain. keluarga. Petani juga tak perlu membeli
Menurut Eming, kuncen di Kampung benih atau beras di pasar.
Peuntas, Desa Cibeusi, perayaan tahun Sayangnya, jumlah petani yang
ini merupakan yang ke-483 karena bertahan dengan padi-padi buhun terus
berdasarkan cerita turun-temurun dari berkurang. Selain kalah produktivitas
(60-70 persen dari produktivitas varietas

Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung 2011


Patanjala Vol. 3, No. 2, Juni 2011: 278-295 290

unggul baru), umur padi-padi buhun Bentuk-bentuk penghormatan


itu lebih lama, yaitu 6-7 bulan atau kepada gunung dan hutan sebagai
lebih lama ketimbang varietas unggul ruang yang diyakini sebagai tempat
ciherang dan IR yang berumur kurang yang “berpenghuni” dalam arti terdapat
dari 4 bulan (tepatnya 100-120 hari). kekuatan gaib atau istilahnya angker,
Pergeseran varietas padi dikhawatirkan ternyata menciptakan cara berperilaku
mengganggu ”kalender budaya” yang yang tidak jauh dengan prinsip
selama ini sejalan dengan jadwal tanam konservasi. Dalam prinsip konservasi
padi buhun. yang dibutuhkan adalah rasa saling
menghormati dan menjaga alam.
a. Mitos dan Pelestarian Lingkungan Masyarakat cenderung akan berpikir
Istilah mitos erat kaitannya ulang jika melakukan kegiatan di tempat-
dengan masalah keyakinan atau sistem tempat yang dianggap angker. Mereka
kepercayaan masyarakat dan dalam akan menjaga dan menghormati tempat-
aktualisasi dari kepercayaan adalah apa tempat tersebut. Meskipun bentuk
yang disebut ibadat. Senada juga dengan dari penghormatan tersebut seringkali
apa yang ada dalam makalah Usman Pelly, berupa ritual-ritual tertentu, namun
yang mengartikan ibadat sebagai bagian dalam hal ini mampu menciptakan sikap
dari tingkah laku religius yang aktif bijaksana untuk menghargai alam. Suatu
dan bisa ditaati. Bentuknya, bisa berupa tempat yang dianggap angker membuat
mantra, ucapan-ucapan formal tertentu, aktivitas manusia jarang dilakukan di
samadi, nyanyian, doa, pemujaan, puasa, tempat tersebut. Hal itu justru dapat
tarian, mencuci, membaca, memakai menjaga keseimbangan ekosistem karena
pakaian khusus, menyembelih atau kurangnya aktivitas manusia.
melakukan korban. Mitos juga berlaku pada hewan-
Mitos menjadi bagian dari hewan tertentu yang dianggap keramat,
sistem kepercayaan masyarakat. Sistem seperti ular, kucing, burung gagak,
kepercayaan yang dimiliki suatu burung hantu, dan hewan lainnya. Dengan
masyarakat tentu akan berpengaruh adanya mitos ini kelangsungan hidup
pula pada pola pikir dan tingkah laku hewan tersebut lebih terjamin, karena
yang nantinya berujung pada cara- masyarakat menganggap keramat hewan
cara pengelolaan lingkungan. Dalam ini. Mengingat satwa adalah bagian
penciptaan peradaban manusia, menurut dari jaringan ekosistem yang turut pula
keyakinan masyarakat Banceuy, tidak memainkan perannya dalam menjaga
lepas dari mitos dan alam. keseimbangan ekosistem. Sebagai
Terlepas dari benar tidaknya, contoh mitos Dewi Sri yang menjelma
mitos, seperti telah dikemukakan di atas, sebagai ular sawah. Mitos ini ada jauh
memberikan pelajaran kepada masyarakat sebelum ilmu pengetahuan tentang
luas bagaimana sikap manusia terhadap lingkungan berkembang. Masyarakat
alam. Meskipun dalam cerita tersebut petani mengeramatkan ular sawah
terdapat unsur gaib, namun masyarakat karena dianggap sebagai jelmaan dari
terutama yang bersifat tradisional relatif Dewi Sri yang membawa keberkahan
dapat mengikuti perintah yang secara dan kesuburan sawah. Lewat kacamata
tersirat dalam cerita tersebut. ilmu pengetahuan adanya ular sawah

2011 Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung


291 Kajian Nilai Budaya tentang Mitos ... (Endang Supriatna)

tersebut akan membantu petani dalam Dalam falsafah masyarakat


mengendalikan hama terutama tikus setempat dikenal pitutur luhur atau kata-
sawah. Kotorannya juga dapat menjadi kata luhur atau bisa juga diartikan kata-
pupuk yang menjaga kesuburan tanah. kata bijak. Bagi masyarakat Banceuy,
Masyarakat Kampung Banceuy pitutur luhur diperoleh dari leluhur
sangat mengutamakan sesajen pada mereka yang mengajarkan nilai-nilai
tiap tahap upacara tradisional. Sesajen kehidupan tentang bagaimana bersikap
meupakan seperangkat persembahan sesama manusia maupun perlakuan
yang digunakan untuk menghormati terhadap alam.
penunggu tempat-tempat tertentu, seperti Dalam hubungannya dengan
pohon besar, muara sungai, dan lain-lain. integrasi masyarakat, pitutur luhur yang
Selokan (Cikahuripan dan Cipadaringan) selalu diperkenalkan oleh sesepuh adat
sebagai sarana mengalirnya air, unsur dapat diartikan kerukunan menumbuhkan
yang amat vital dalam bertani, diberi kekuatan, perpecahan menumbuhkan
sesajen agar orang (masyarakat) menjaga kerusakan. Pitutur luhur juga
sungai atau selokan tersebut. Demikian menganjurkan kita untuk hidup rukun,
pula dengan pohon (misalnya pohon enau dalam arti masyarakat yang terintegrasi.
atau kawung) menghalangi seseorang Ajaran warisan para karuhun
untuk menebang pohon tersebut. Dalam juga mengajarkan mereka agar selalu
hal ini berlaku asumsi fungsi manifes bersikap serasi dengan alam. Kata-kata
dan laten dari adanya sesajen tersebut. sesepuh adat ini mengajarkan tentang
Namun, kecenderungan seseorang bagaimana mereka harus mengendalikan
melihat dengan adanya sesajen tersebut diri untuk tidak berbuat semena-mena
akan menghindari terjadinya penebangan kepada alam maupun kepada sesama
pohon. manusia. Mengajarkan masyarakatnya
Masyarakat Kampung Banceuy tentang bagaimana mengelola nafsu,
juga mengenal hari baik. Pada hari mengendalikan nafsu, dan bukan
tersebut masyarakat dapat melakukan dikendalikan oleh nafsu. Tidak berbuat
pekerjaannya. Dalam proses penanaman semena-mena kepada orang lain berarti
padi juga dikenal hari yang baik, kapan juga tidak berbuat semena-mena
melakukan penanaman dan kapan memetik terhadap alam. Jika berbuat semena-
hasil panen. Secara tidak langsung terjadi mena, kerusakan alam karena ulah
pengaturan waktu penanaman. Dengan manusia demi kepentingan pribadi akan
melihat masyarakat petani di zaman berdampak pula pada orang lain.
sekarang yang menggunakan pestisida Sesaji dengan asap dupa mengepul
dan pupuk buatan, hal tersebut dapat ke udara atau ke langit. dapat diartikan
dikontrol dengan adanya penentuan bahwa bumi adalah simbol ibu yang
hari baik tersebut. Tanah juga akan memberikan kesuburan tanah sebagai
mempunyai waktu untuk memperbaiki tempat kegiatan pertanian. Langit
unsur hara yang terkandung di dalamnya. adalah simbol bapak yang memberikan
Hal ini juga dapat mengendalikan keberkahan lewat hujan. Ajaran ini
penggunaan pestisida dan pupuk buatan mengajarkan kita bagaimana menyayangi,
secara berlebihan. melindungi, dan menghormati bumi
beserta langit sebagaimana kita

Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung 2011


Patanjala Vol. 3, No. 2, Juni 2011: 278-295 292
melakukannya kepada kedua orang tua. setempat sebagai bentuk penghormatan
Jika kita merusak bumi, maka langit kepada roh-roh sebagai penunggu
pun akan ikut marah. Seperti halnya gunung, hutan, dan dunia air. Bentuk dari
jika kita berbuat tidak baik kepada ibu, ritual tersebut sangat beragam. Mulai
maka bapak pun akan marah, demikian dari penghormatan agar roh-roh tersebut
pula sebaliknya. Sebagai contoh adanya tidak menggangu masyarakat, sampai
perusakan hutan. Hutan merupakan pada penghormatan sebagai bentuk rasa
penopang keseimbangan ekosistem. Jika syukur karena telah melimpahkan rejeki.
dirusak, maka ekosistem akan kacau dan Ritual-ritual yang dilakukan
iklim menjadi tidak menentu. Akibatnya masyarakat Jawa tidak lepas dari
langit menunjukkan kemarahannya pandangan masyarakat terhadap alam.
dengan fenomena seperti badai, curah Dalam upacara selamatan, mereka
hujan tinggi, dan lain-lain. meminta keberkahan terhadap roh-roh
Ajaran tentang asal-usul manusia penunggu, lelembut (roh karuhun), jin,
yang terdiri atas berbagai unsur, bertolak dan sebagainya yang menunggu tempat
pada filsafat bumi, air, api, angin, dan tertentu. Menurut kepercayaan mereka,
awan. Filsafat ini mencerminkan pada keberadaan makhluk halus tersebut
filsafat asta brata (delapan elemen dasar) dapat mendatangkan keberkahan dan
yang terdiri atas delapan elemen unsur keselamatan. Namun jika manusia
alam. Dalam perkembangannya asta merusak tempat tinggal mereka, maka
brata tidak diajarkan hanya kepada putra akan terjadi malapetaka.
mahkota kerajaan, tetapi juga kepada Ritual Ruwat Bumi adalah sebagai
masyarakat luas. Delapan elemen tersebut wujud dari rasa syukur kepada Tuhan atas
merupakan elemen yang saling berkaitan rahmat yang diberikan. Ritual tersebut
satu sama lain dan memiliki pengaruh merupakan sebuah nilai yang secara
terhadap kelangsungan hidup manusia. tidak langsung mengajarkan masyarakat
Terlepas benar atau tidaknya dari akan pentingnya menjaga alam,
ajaran ini, sebagaimana sifat sosiologi Para wisatawan yang mengunjugi
yang tidak memandang benar atau salah, tempat wisata Curug Bentang sering
tapi lebih menekankan apa yang terjadi melakukan ritual tertentu melalui sesepuh
dan diajarkan lewat pitutur luhur melalui adat setempat. Sebelum memasuki tempat
konsep mitologi. tersebut, mereka memohon keselamatan,
sebagai bentuk penghormatan kepada
b. Ritual dan Pelestarian Alam roh penunggu tempat tersebut untuk
Ritual merupakan bagian dari tidak mengganggu. Secara tersirat ritual
kepercayaan. Di masyarakat Banceuy tersebut memaksa para wisatawan atau
terdapat ritual yang berhubungan para peziarah untuk tidak melakukan
langsung dengan alam. Melihat dari perusakan ketika mengujungi tempat
keberadaan mitos yang telah dijelaskan tersebut.
di atas, para penunggu lapisan bumi Globalisasi mendatangkan
sebagaimana yang mereka yakini, yaitu akibat yaitu mudahnya nilai-nilai asing
roh-roh halus menempati gunung, masuk ke dalam suatu negara atau
hutan, dan lautan sebagai tempat tinggal wilayah. Indonesia sebagai negara
mereka. Ritual diadakan oleh masyarakat dunia ketiga tidak lepas dari pengaruh

2011 Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung


293 Kajian Nilai Budaya tentang Mitos ... (Endang Supriatna)

asing. Dalam kehidupan kita sehari- kearifan lokal agar tetap bertahan di
hari banyak kita temukan unsur-unsur tengah-tengah derasnya globalisasi dan
asing yang masuk ke dalam masyarakat westernisasi.
Indonesia. Dari sisi pola hidup misalnya. Di sisa-sisa tenaga kearifan lokal
Konsumerisme menjamur hampir di dalam mempertahankan eksistensinya,
setiap lapisan masyarakat. Sikap liberal diperlukan suatu usaha untuk menjaganya
juga berkembang seiring perkembangan agar tetap berkembang dalam masyarakat.
zaman. Usaha tersebut harus disertai dengan
Kita semestinya menyikapi kesadaran akan peranan kearifan lokal
globalisasi dengan sikap bijak, bukan yang sangat penting di dalam menghadapi
berarti tidak setuju dengan adanya permasalahan.
globalisasi. Namun yang harus dicermati Pendidikan merupakan media
adalah sikap kita dalam menyambut dimana dalam proses pembelajaran
globalisasi. Hendaknya dalam ditanamkan nilai-nilai. Dalam
menghadapi globalisasi dengan tetap memberdayakan kearifan lokal dapat
berpegang pada nilai-nilai luhur yang dilakukan dengan mengintegrasikannya
diwariskan kepada kita. pada mata pelajaran tertentu, misalnya
Nasib kearifan lokal terus muatan lokal. Adapun untuk menanamkan
terancam oleh globalisasi. Perlahan- nilai-nilai kelingkungan dapat dilakukan
lahan namun secara pasti kearifan lokal dengan hal yang sama maupun dengan
mulai tergerus oleh perkembangan mata pelajaran khusus, seperti pendidikan
zaman. Disadari atau tidak, masyarakat lingkungan hidup.
Jawa sudah mulai meninggalkan ritual- Pendidikan tidak hanya di dalam
ritual yang berhubungan dengan alam, bangku sekolah. Pendidikan yang lebih
melupakan pitutur luhur atau kata-kata penting adalah pendidikan sejak dini
bijak, dan menganggap mitos hanya yang dimulai dari keluarga dengan
seuatu kebohongan. memperkenalkan kearifan lokal dan
Tidak hanya globalisasi, nilai-nilai menanamkan peduli lingkungan kepada
masyarakat Barat (westernisasi) pun anggota keluarga.
turut mengancam kearifan lokal. Bisa
kita lihat bagaimana generasi muda saat C. PENUTUP
ini meniru pola-pola hidup yang condong Menjaga keseimbangan antara
ke negara-negara Barat. Dari hal yang manusia, lingkungan alam fisik, dan
sederhana seperti musik, misalnya. lingkungan transendental, sampai sejauh
Hanya sedikit dari generasi muda yang ini masih merupakan nilai falsafah hidup
tahu akan musik tradisional dan hanya masyarakat Kampung Banceuy yang
segelintir yang mampu memainkan secara sadar masih sangat kuat berakar
musik tradisional. dalam pola hidup mereka sehari-hari.
Perlu kita ketahui kearifan lokal Nilai tersebut tidak terlepas dari sumber
memainkan peran yang sangat penting acuan seluruh gerak langkah mereka
dalam turut serta mengatur masyarakat dalam mengarungi hidup, yaitu sistem
karena di dalamnya melekat nilai-nilai kepercayaan mereka yang senantiasa
yang sudah mendarah daging. Setidaknya menjaga hubungan dengan ajaran nenek
diperlukan sebuah usaha untuk menjamin moyang mereka. Implementasi nilai-

Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung 2011


Patanjala Vol. 3, No. 2, Juni 2011: 278-295 294

nilai tersebut membentuk sikap hidup ungkapan yang mereka pahami, mampu
dalam hal pengelolaan lingkungan alam bertindak sebagai pengendali seluruh
fisik secara arif, yang ditopang dengan aspek kehidupan mereka.
kekuatan tradisi yang secara moral dan
spiritual mampu mempersatukan dan
mengendalikan perilaku masyarakat.
Meskipun masyarakat Kampung
Banceuy merupakan masyarakat DAFTAR PUSTAKA
pedesaan yang sederhana dan tradisional,
namun mereka tetap terus berupaya Adeng, et.al. 1991.
meningkatkan kualitas hidup mereka. Upacara Tradisional Sedekah
Hal ini dapat disaksikan dari lingkungan Bumi di Cibarusah-Bekasi.
alam mereka yang asri. Penataan rumah- Bandung: Proyek terhadap
rumah yang teratur serta kondisi rumah Eksistensi Lembaga Adat
mereka yang sehat dan bersih, serta Pemerintah Provinsi Daerah
bangunan rumah mereka yang pada Tingkat I Jawa Barat
umumnya merupakan rumah permanen.
Dalam melaksanakan tradisi, mereka Ekadjati, Edi S. 1984.
menggunakan bahan-bahan alami seperti Masyarakat Sunda dan
bambu, kayu, daun-daunan, serta bahan Kebudayaan. Jakarta: Girimukti
lainnya. Penggunaan bahan-bahan alam Pusaka.
memberikan kesadaran pada pola hidup
yang berusaha memanfaatkan sekaligus Hidayah, Zulyani. 2006.
menjaga lingkungan, agar kebutuhan Metodologi Penelitian
mereka terhadap bahan-bahan alam terus “Kepercayaan” Masyarakat.
dapat terjaga dan terpenuhi. Kemudian Jakarta: Makalah dalam
tidak mengeksploitasi bahan-bahan alam P e n a t a r a n Te n a g a Te k n i s
tersebut dengan semena-mena. Kondisi Pamong Budaya Sprirtual.
demikian, sampai sejauh ini dapat mereka
pertahankan dan cukup menunjang --------------- . 1970.
kebutuhan hidup mereka. Sampai kapan Manusia dan Kebudayaan
kondisi ini dapat mereka pertahankan? Indonesia. Jakarta: Jembatan.
Akankah alam sekitar mereka terus-
menerus menunjang kebutunan hidup Koentjaraningrat. 1971.
mereka? Beberapa Pokok Antropologi
Untuk menjawab semua pertanyaan Sosial. Jakarta: Dian Rakyat.
ini tentunya mereka sendiri yang paling
tahu jawabannya. Sejauh ini, mereka tetap --------------- . 1989.
berjalan mengikuti alur tradisional yang “Metode Wawancara”, dalam
telah mereka jalani bertahun-tahun secara Metode-Metode Penelitian
turun temurun. Tradisi mereka, baik Masyarakat. Jakarta: PT
berupa mitos, pantangan, dan ungkapan- Gramedia.

2011 Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung


295 Kajian Nilai Budaya tentang Mitos ... (Endang Supriatna)

Nugroho, E. 2000.
Pendidikan, Kebudayaan, dan
Masyarakat Madani  Indo­nesia.
Bandung: Remaja Rosdakarya.

Prawirasoeganda, R. Akip. 1982.


Upacara Adat di Pasundan.
Bandung: Sumur Bandung.

Suyitno, Anan. et. al. 1991.


Bunga Rampai Jawa Barat.
Bandung: Yayasan Wahana Citra
Nusantara.

Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung 2011

Anda mungkin juga menyukai