Anda di halaman 1dari 122

SEROSIS HEPATIS

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Keperawatan Medikal Bedah II

Dosen Pengampu : TIM

Disusun Oleh :
Kelompok 8 4D
1. Rizki Cahyani 1911020194
2. Amira Azka Dina 1911020222
3. Devalani Twenty N 1911020234
4. Septian Reza Perdana 1911020236

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN S1


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang Serosis Hepatis.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Serosis Hepatis ini
dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Purwokerto, 20 April 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................... ii
DAFTAR ISI………………………………………………………………… iii

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................................3
B. Rumusan Masalah ...........................................................................................3
C. Tujuan Penulisan ..............................................................................................3
D. Manfaat penulisan.............................................................................................3

BAB II LAPORAN PENDAHULUAN .............................................................4


A. Definisi Serosis Hepatis....................................................................................4
B. Anatomi organ terkait Serosis Hepatis............................................................. 5
C. Fisiologi pada Serosis Hepatis.......................................................................... 6
D. Etiologi Serosis Hepatis....................................................................................8
E. Patofisiologi Serosis Hepatis.............................................................................9
F. Manifestasi Klinis Serosis Hepatis.................................................................. 12
G. Komplikasi pada Serosis Hepatis....................................................................14
H. Pemeriksaan Penunjang Serosis Hepatis.........................................................15
I. Penatalaksanaan Serosis Hepatis...................................................................... 17

BAB III PENGKAJIAN 4 ASPEK DAN ASUHAN KEPERAWATAN........ 20


A. Kasus Pemicu Serosis Hepatis.......................................................................... 20
B. Format Dokumentasi Asuhan Keperawatan 4 Aspek ......................................26
I. Identitas Diri Klien..................................................................................... 26

II. Riwayat Kesehatan Klien ..........................................................................26

III. Data Pengkajian 4 Aspek Keperawatan.................................................... 27

IV. Analisa Data............................................................................................. 47

iii
V. Perencanaan Keperawatan........................................................................ 56

VI. Implementasi Keperawatan...................................................................... 80

VII. Evaluasi Keperawatan (SOAP)............................................................. 109

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 119

iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hati merupakan kelenjar terbesar dalam tubuh, bertekstur lunak, lentur dan
terletak di bagian atas cavitas abdominalis tepat di bawah diafragma. Sebagian
besar hati terletak di profunda arcus costalis dextra dan hemidiaphragma dextra
(Snell, 2006). Hati mempunyai beberapa fungsi yaitu metabolisme karbohidrat,
lemak, protein dan merupakan tempat penyimpanan vitamin (Guyton & Hall,
2008). Penyakit sirosis hepatis merupakan penyebab kematian terbesar setelah
penyakit kardiovaskuler dan kanker. Diseluruh dunia sirosis hepatis menempati
urutan ketujuh penyebab kematian. Sekitar 25.000 orang meninggal setiap tahun
akibat penyakit ini. Sirosis hepatis merupakan penyakit hati yang sering
ditemukan dalam ruang perawatan penyakit dalam. Gejala klinis dari sirosis hati
sangat bervariasi, mulai dari tanpa gejala sampai dengan gejala yang jelas.
Apabila diperhatikan, laporan dinegara maju maka kasus sirosis yang datang
berobat kedokter hanya kira-kira 30% dari seluruh populasi penyakit ini dan lebih
dari 30% lainnya ditemukan secara kebetulan ketika berobat, sisanya ditemukan
saat otopsi (Sutadi, 2003).

Penyakit sirosis hepatis merupakan penyakit menular yang penyebabnya


adalah virus hepatitis, bakteri, proses autoimun, obat-obatan, pengaruh alkohol
dan toksik (Padila, 2013). Pemerintah telah berupaya melakukan pemberian
imunisasi hepatitis B pada bayi di Indonesia secara rutin dan kontinue sejak tahun
1997 hingga sekarang, namun angka kejadian penderita hepatitis terus mengalami
peningkatan. Virus hepatitis B telah menginfeksi sejumlah 2 milyar orang di
dunia, sekitar 240 juta orang di antarannya menjadi pengidap hepatitis B kronik,
sedangkan untuk penderita hepatitis C di dunia diperkirakan sebesar 170 orang.
Sebanyak 1,5 juta penduduk dunia meninggal setiap tahunnya karena penyakit
hepatitis. Indonesia merupakan negara dengan endemisitas tinggi sirosis hepatitis
terbesar kedua di negara South East Asian Region (SEAR) setelah Myanmar.

Di seluruh dunia sirosis hepatis menempati urutan ke tujuh penyebab


kematian. Sekitar 25.000 orang meninggal setiap tahun akibat penyakit ini. Dari

v
kejadian sirosis hepatis yang ada, laki-laki lebih mudah terkena sirosis hepatis
dibandingkan dengan perempuan. Penderita sirosis hepatis banyak terjadi pada
usia antara 20-50 tahun. Berdasarkan dari data organisasi kesehatan dunia atau
World Health Organization (WHO) 2010, penyakit sirosis hepatis menempati
urutan kelima tertinggi penyakit kronis yang ada di dunia. Lebih dari 600.000 ribu
kasus baru didiagnosis secara global setiap tahun. Menurut hasil Riset Kesehatan
Dasar (RISKESDAS) tahun 2013 bahwa jumlah orang yang didiagnosis Hepatis
di fasilitas pelayanan kesehatan berdasarkan gejala-gejala yang ada, menunjukan
peningkatan dua kali lipat apabila dibandingkan dengan data tahun 2007 dan
2013.

Menurut hasil dari Riskesdas tahun 2013 bahwa jumlah orang yang
didiagnosis sirosis hati di fasilitas pelayanan kesehatan berdasarkan gejala-gejala
yang ada, menunjukkan peningkatan 2 kali lipat apabila dibandingkan dari data
2007 dan 2013, hal ini dapat menunjukkan petunjuk awal tentang upaya
pengendalian akan penyakit ini harus ditingkatkan. Sirosis hepatis ditularkan
secara parenteral melalui transfusi darah atau produk darah yang terinfeksi atau
melalui peralatan yang terinfeksi seperti jarum suntik, bisa juga ditularkan melalui
fekal oral, kemudian hepatosit (sel epitel hati) dirusak secara langsung oleh virus
atau oleh respon imun tubuh terhadap virus, dan hal ini terjadi perubahan seluler
yang menimbulkan peradangan pada hati sehingga menyebabkan adanya
peregangan pada kapsula hati yang mengakibatkan pembesaran hati, yang akan
menggangu proses metabolisme nutrisi, pengeluaran zat sisa, dan penyimpanan
nutrisi yang ditandai dengan anoreksia (mual dan muntah) yang dapat
mengakibatkan kurangnya kandungan zat nutrisi yang dibutuhkan tubuh, sehingga
pasien mengalami ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
(Nurarif & Kusuma, 2013).

vi
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah dari penulisan makalah
ini adalah sebagai berikut :
1. Apa definisi dari Serosis Hepatis ?
2. Bagaimana anatomi pada Serosis Hepatis ?
3. Bagaimana fisiologi organ yang berkaitan dengan Serosis Hepatis ?
4. Bagaimana etiologi pada Serosis Hepatis ?
5. Bagaimana patofisiologi pada Serosis Hepatis ?
6. Apa saja manifestasi klinis pada Serosis Hepatis ?
7. Apa saja komplikasi pada Serosis Hepatis ?
8. Apa saja pemeriksaan penunjang pada Serosis Hepatis ?
9. Bagaimana penatalaksanaan pada Serosis Hepatis ?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan dari penulisan makalah ini
adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui definisi dari Serosis Hepatis.
2. Mengetahui Anatomi pada Serosis Hepatis.
3. Mengetahui bagaimana fisiologi organ yang berkaitan dengan Serosis
Hepatis.
4. Mengetahui bagaimana etiologi pada Serosis Hepatis.
5. Mengetahui bagaimana patofisiologi pada Serosis Hepatis.
6. Mengetahui bagaimana manifestasi klinis pada Serosis Hepatis.
7. Mengetahui apa saja komplikasi pada Serosis Hepatis.
8. Mengetahui apa saja pemeriksaan penunjang pada Serosis Hepatis.
9. Mengetahui bagaimana penatalaksanaan pada Serosis Hepatis.

D. Manfaat Penulisan
Berdasarkan tujuan penulisan makalah diatas, diharapkan hasil makalah ini
bermanfaat untuk pendidikan keperawatan, praktek keperawatan, dan penulisan
makalah selanjutnya.

vii
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi Serosis Hepatis

Serosis hepatis merupakan penyakit hati menahun ditandai adanya


pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Biasanya dimulai dengan proses
peradangan, nekrosis sel hati yang luas, pembentukan jaringan ikat dan usaha
regenerasi nodul, sehingga menimbulkan perubahan sirkulasi mikro dan makro sel
hepar tidak teratur (Nugroho, 2011).

Sirosis hepatis adalah penyakit kronis pada hati dengan inflamasi dan
fibrosis yang mengakibatkan distorsi struktur dan hilangnya sebagian besar hepar.
Perubahan besar yang terjadi karena sirosis adalah kematian sel-sel hepar,
terbentuknya sel-sel fibrotik (sel mast), regenerasi sel dan jaringan parut yang
menggantikan sel-sel normal (Baradero, 2008).

Sirosis hepatis adalah penyakit yang mengatasi oleh adanya peradangan


difus dan menahun pada hati, diikuti dengan proliferasi jaringan ikat, degenerasi
dan regenerasi sel-sel hati, sehingga timbul kekacauan dalam susunan parenkhim
hati (Arief Mansjoer, 1999).

Sirosis hepatis adalah penyakit kronis yang menyebabkan destruksi sel dan
fibrosis (jaringan parut), jaringan hepatik (Sandra M. Nettina, 2001).

Sirosis hepatis adalah stadium akhir dari penyakit hati, yang menahun
dimana secara anatomis didapatkan proses fibrosis dengan pesanan nodul
regenerasi dan nekrosis (Smeltzer & Bare, 2001).

Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa serosis


hepatis adalah penyakit hati kronis yang ditandai oleh adanya peradangan difus
pada hati, diikuti dengan proliferasi jaringan ikat, degenerasi dan regenerasi sel
hati disertai nodul dan merupakan stadium akhir dari penyakit hati kronis dan
terjadinya pengerasan dari hati.

viii
B. Anatomi organ terkait Serosis Hepatis

Organ yang berhubungan dengan serosis hepatis adalah hati (hepar). Hati
adalah organ yang terbesar yang terletak di sebelah kanan atas rongga perut di
bawah diafragma. Beratnya 1.500 gr atau 2,5 % dari berat badan orang dewasa
normal. Pada kondisi hidup berwarna merah tua karena kaya akan persediaan
darah. Hati terbagi menjadi lobus kiri dan lobus kanan yang dipisahkan oleh
ligamentum falciforme, di inferior oleh fissure dinamakan dengan ligamentum
teres dan di posterior oleh fissure dinamakan dengan ligamentum venosum. Lobus
kanan hati enam kali lebih besar dari lobus kirinya dan mempunyai 3 bagian
utama yaitu : lobus kanan atas, lobus caudatus, dan lobus quadrates. Hati
dikelilingi oleh kapsula fibrosa yang dinamakan kapsul glisson dan dibungkus
peritorium pada sebagian besar keseluruhan permukaannnya.

Hati disuplai oleh dua pembuluh darah yaitu : vena porta hepatica yang
berasal dari lambung dan usus, yang kaya akan nutrien seperti asam amino,
monosakarida, vitamin yang larut dalam air, dan mineral dan Arteri hepatica,
cabang dari arteri kuliaka yang kaya akan oksigen. Hati, saluran empedu, dan
pankreas, semuanya berkembang sebagai cabang dari usus depan fetus pada
daerah yang di kemudian hari menjadi duo denum, semuanya berhubungan erat
dengan fisiologi pencernaan. Karena letak anatomi yang berdekatan, fungsi yang
berkaitan, dan kesamaan dari kompleks gejala yang di timbulkan oleh gangguan
pada ketiga struktur ini, maka cukup beralasan bila ketiga struktur ini di bicarakan
secara bersamaan (Loraine M. Wilson, Laula B. Lester, 1995, hal; 426 ).

ix
C. Fisiologi pada Serosis Hepatis

Menurut Corwin (2001), hati menerima suplai darah dari 2 sumber yang
berbeda. Sebagian besar aliran darah hati, sekitar 1000 ml per menit, adalah vena
yang berasal dari lambung, usus halus, dan usus besar, pankreas, dan limfa. Darah
ini mengalir ke hati melalui vena porta. Darah ini juga mungkin mengandung
toksin atau bakteri. Sumber lain perdarahan hati adalah arteri hepatica yang
mengalirkan darah 500 ml per menit. Darah arteri ini memiliki saturasi oksigen
yang tinggi.

Kedua sumber darah tersebut mengalir ke dalam kapiler hati yang disebut
sinusoid. Dari sinusoid darah mengalir ke vena sentrlis di setiap lobulus, dan dari
semua lobulus ke vena hepatica. Vena hepatica mengosongkan isinya ke dalam
vena kava inverior. Secara hematologis, hati berfungsi membentuk beberapa
faktor pembekuan termasuk faktorI (fibrinogen), II (protrombin), VII
(prokonvertin). Tanpa produksi zat-zat ini yang adekuat, pembekuan darah akan
terganggu dan dapat terjadi perdarahan hebat. Selain itu, vitamin K adalah vitamin
yang larut dalam lemak yang di butuhkan untuk membentuk faktor-faktor ini dan
yang lainnya. Karena garam-garam empedu di perlukan untuk menyerap semua
vitamin larut lemak dan usus, maka disfungsi hati yang menyebabkan penurunan
pembekuan atau suplai empedu ke usus juga dapat menimbulkan masalah
perdarahan.

Menurut Pearce (2002), beberapa fungsi hati :

1. Sebagai perantara metabolisme

Hati mengubah zat makanan yang diabsorbsi dari usus dan yang di simpan
di suatu tempat di dalam tubuh, guna di buat sesuai untuk pemakaiannya
dalam jaringan.

2. Hati mengubah zat buangan dan bahan racun untuk di buat mudah untuk

ekskresi kedalam empedu dan urine.

x
3. Fungsi glikogenik

Hati menghasilkan glikogen dari konsentrasi glukosa yang di ambil dari


makanan hidrat karbon. Zat ini di simpan sementara oleh hati dan kembali
diubah menjadi glukosa. Maka hati berfungsi membantu supaya kadar gula
dalam darah tetap normal. Hati juga dapat mengubah asam amino menjadi
glukosa.

4. Pembentukan ureum.

5. Hati menerima asam amino yang di absorbsi oleh darah, kemudian terjadi
deaminasi oleh sel, artinya nitrogen di pisahkan dari bagian asam amino,
amonia di ubah menjadi ureum.

6. Kerja atas lemak

Hati menyiapkan lemak untuk pemecahannya terakhir menjadi hasil akhir


asam karbonat dan air.

7. Penyimpanan dan penyebaran berbagai bahan, termasuk glikogen, lemak,


vitamin (vitamin Adan D), dan besi.

8. Pertahanan suhu tubuh

Hati membantu mempertahankan suhu tubuh.

9. Membuat sebagian besar dari protein plasma.

10. Berkenaan dengan penghasilan protrombin dan fibrinogen yang perlu


untuk penggumpalan darah.

xi
Kondisi sirosis menyebabkan terbentuknya banyak jaringan dan regenerasi
noduler dengan berbagai ukuran yang dibentuk oleh sel parenkim hati yang masih
sehat. Nodul-nodul regenerasi ini dapat berukuran kecil (mikronoduler) atau besar
(makronodular). Ini terjadi akibat nekrosis hepatoseluler. Jaringan penunjang
retikulin kolaps dalam deposit jaringan ikat, distorsi jaringan vaskuler, dan
regenerasi nodularis parenkim hati. Akibatnya bentuk hati yang normal akan
berubah dalam penanganan pada pembuluh darah dan terganggunya aliran darah
vena porta yang akhirnya menyebabkan hipertensi portal. Pada sirosis dini
biasanya hati membesar, teraba kenyal, tepi tumpul, dan terasa nyeri saat ditekan.
Ketika jaringan hati yang sehat hancur dan digantikan oleh jaringan parut kondisi
menjadi serius, karena dapat mulai memblokir aliran darah melalui hati. Jaringan
hati diganti oleh jaringan parut fibrosa serta nodul regeneratif (benjolan yang
muncul sebagai konsekuensi dari suatu proses di mana kerusakan jaringan dibuat
ulang).

D. Etiologi Serosis Hepatis

Sirosis hepatis dapat terjadi disebabkan beberapa etiologi. Etiologi tersering


dari sirosis hepatis adalah infeksi virus hepatitis B atau hepatitis C, serta alcohol
use disorder. Sirosis hepatis juga dapat disebabkan oleh penyakit herediter dan
metabolik, obat atau toksin, serta penyakit noninfeksius dan penyakit hepar kronis
yang tidak tertangani dengan baik. Penyebab lain sirosis hepatis diantaranya virus
hepatitis (B,C,dan D), alkohol, kelainan metabolik, hemakhomatosis, penyakit
Wilson, defisiensi Alphalantitripsin, galaktosemia, tirosinemia, kolestasis,
sumbatan saluran vena hepatika, sindroma Budd-Chiari, payah jantung, gangguan
imunitas, toksin dan obat-obatan, operasi pintas usus pada obesitas, kriptogenik
dan malnutrisi (Sherlock, 2011).

Penyebab sirosis hepatis belum teridentifikasi dengan jelas, meskipun


demikian, Menurut Black & Hawks, 2009 ada beberapa faktor yang menyebabkan
sirosis hepatis yaitu:

xii
a. Sirosis Pascanekrosis (Makronodular)

Merupakan bentuk paling umum di seluruh dunia. Kehilangan masif sel


hati, dengan pola regenerasi sel tidak teratur. Faktor yang menyebabkan
sirosis ini pasca- akut hepatitis virus (tipe B dan C).

b. Sirosis Billier

Merupakan turunnya aliran empedu bersamaan dengan kerusakan sel


hepatosit disekitar duktus empedu seperti dengan kolestasis atau obstruksi
duktus empedu.

c. Sirosis Kardiak

Merupakan penyakit hati kronis terkait dengan gagal jantung sisi kanan
jangka panjang, seperti atrioventrikular perikarditis konstriktif lama.

d. Sirosis Alkoholik (mikronodular Laenec)

Merupakan bentuk nodul kecil akibat beberapa agen yang melukai terus-
menerus, terkait dengan penyalahgunaan alcohol.

E. Patofisiologi Serosis Hepatis

Sirosis hepatis terjadi akibat adanya cedera kronik-reversibel pada parenkim


hati disertai adanya jaringan ikat timbul difus, pembentukan nodul degeneratif
ukuran mikronodul sampe makronodul. Hal ini sebagai akibat adanya nekrosis
hepatosit, kolapsnya jaringan penunjang retikulin, disertai dengan deposit jaringan
ikat, distorsi jaringan vascular berakibat pembentukan vascular intrahepatik antar
pembuluh darah hati aferen dan eferen dan regenerasi nodular parenkim hati dan
sisanya.

Terjadinya fibrosis hati disebabkan adanya aktifitas dari sel stellate hati.
Aktifitas ini dipicu dengan adanya faktor-faktor inflamasi yang dihasilkan oleh
hepatosit dan sel kupffer. Sel stellate merupakan sel penghasil utama matrix
ekstraseluler setelah terjadi cedera pada hepar. Pembentukan ECM disebabkan

xiii
oleh adanya pembentukan jaringan mirip fibroblast yang dihasilkan sel stellate
dan dipengaruhi oleh beberapa sitokin (Sherlock, 2011).

Deposit ECM di space of disease akan menyebabkan perubahan bentuk dan


merangsang kapilarisasi pembuluh darah. Kapilarisasi sinusoid kemudian
mengubah pertukaran normal aliran vena porta dengan hepatosit, sehingga
material yang seharusnya di metabolisme oleh hepatosit akan langsung masuk
kealiran darah sistemik dan menghambat material yang diproduksi hati masuk ke
darah. Proses ini akan menimbulkan hipertensi porta dan penurunan fungsi
hepatoseluler (Sherlock, 2011).

Patofisiologi sirosis hepatis juga diketahui berdasarkan etiologinya.


Berdasarkan penyebabnya, paling sering sirosis hepatis disebabkan oleh virus dan
konsumsi alkohol. Walaupun berbeda, keduanya menyebabkan fibrosis berulang
pada hepar yang berakhir dengan terjadinya sirosis.

a. Sirosis Hepatis yang disebabkan Virus

Sirosis yang disebabkan oleh virus hepatitis B dan C ditandai dengan


adanya fibrosis portal dengan bridging fibrosis dan pembentukan nodul.
Pembentukan fibrin yang terus menerus menutup portal sehingga pertukaran
oksigen antara sinusoid hepatis dan hepatosit terganggu. Hal ini
menyebabkan fungsi hepar terganggu. Pembentukan fibrin yang
menyebabkan fibrosis disebabkan oleh aktivasi sel stelata yang diinduksi
oleh paparan oleh virus hepatitis. Selain itu, angiogenesis dan kapilarisasi
berlangsung terus menerus sehingga menyebabkan gagal hepar dan
meningkatkan tekanan portal.

b. Sirosis Hepatis yang disebabkan Alkohol

Berbeda dengan sirosis yang disebabkan oleh virus, pada sirosis yang
disebabkan oleh alkohol, alkohol awalnya diserap di usus halus. Tubuh
memiliki gastric alcohol dehydrogenase (ADH), microsomal ethanol
oxidizing system (MEOS), dan peroxisomal catalase untuk memetabolisme
alkohol yang yang masuk dalam tubuh. Etanol yang telah dimetabolisme akan
membentuk asetaldehida yang nantinya akan termetabolisme menjadi asetat.

xiv
Konsumsi alkohol dapat meningkatkan akumulasi trigliserida dengan
meningkatkan asupan asam lemak dan mengurangi oksidasi asam lemak seta
sekresi lipoprotein. Selain itu, pembentukan spesies oksigen reaktif
meningkatkan kerusakan membran hepatosit. Asetaldehida dapat bergabung
dengan protein untuk membentuk protein-acetaldehyde adduct yang dapat
mengganggu proses bentukan formasi mikrotubular dan pertukaran protein
hepatis. Akibatnya, terjadilah aktivasi sel stelata yang menginduksi produksi
kolagen berlebih dan matriks ekstraseluler. Jaringan ikat terbentuk dan
mengikat portal triad. Vena sentral membentuk nodul regeneratif.

Proses fibrosis pada sirosis yang disebabkan virus dan konsumsi alkohol
terjadi secara kronis sehingga hepar kontraksi dan mengecil. Walau demikian,
seiring perkembangan fibrosis menjadi sirosis, ukuran hepar akan kembali
membesar. Hipertensi portal menyebabkan pembentukan varises pada
esofagus dan gaster. Hal ini sangat berbahaya mengingat varises mudah untuk
pecah dan terjadi perdarahan. Selain itu, vasodilasi splanknik juga
meningkatkan aliran ke portal yang memperparah tekanan portal dan juga
menyebabkan sirkulasi hiperdinamik. Hal ini berujung pada asites dan
sindrom hepatorenal yang ditandai dengan adanya retensi natrium, vasodilasi
perifer, dan aktivasi faktor vasoaktif.

Terbentuknya fibrosis pada sel hepar menyebabkan adanya kerusakan


fungsi sintesis, fungsi metabolik, serta drainase bilier pada hepar. Drainase
bilier yang terganggu menyebabkan empedu tidak dapat keluar ke sistem
pencernaan. Hal ini menyebabkan penumpukan empedu dan terganggunya
ekskresi bilirubin terkonjugasi sehingga menyebabkan jaundice dan ikterik,
serta feses seperti dempul. Selain itu, penumpukan empedu dapat terjadi di
kulit sehingga menyebabkan pruritus. Sintesis faktor pembekuan darah yang
terganggu karena kerusakan sel hepar menyebabkan mudah terjadinya
perdarahan, yang memperparah varises yang terjadi. Fungsi metabolisme
yang terganggu menyebabkan ditemukannya hiperkolesterolemia pada pasien
dengan sirosis hepatis (NICE, 2016).

xv
F. Manifestasi Klinis Serosis Hepatis

Menurut Smeltzer & Bare (2001) manifestasi klinis dari sirosis hepatis

antara lain:

1. Pembesaran Hati

Pada awal perjalanan sirosis hati, hati cenderung membesar dan sel-selnya
dipenuhi oleh lemak. Hati tersebut menjadi keras dan memiliki tepi tajam yang
dapat diketahui melalui palpasi. Nyeri abdomen dapat terjadi sebagai akibat
dari pembesaran hati yang cepat dan baru saja terjadi sehingga mengakibatkan
regangan pada selubung fibrosa hati (kapsula Glissoni). Pada perjalanan
penyakit yang lebih lanjut, ukuran hati akan berkurang setelah jaringan parut
menyebabkan pengerutan jaringan hati. Apabila dapat dipalpasi, permukaan
hati akan teraba berbenjol-benjol (noduler).

2. Obstruksi Portal dan Asites

Manifestasi lanjut sebagian disebabkan oleh kegagalan fungsi hati yang


kronis dan sebagian lagi oleh obstruksi sirkulasi portal. Semua darah dari
organ-organ digestif praktis akan berkumpul dalam vena porta dan dibawa ke
hati. Karena hati yang sirotik tidak memungkinkan perlintasan darah yang
bebas, maka aliran darah tersebut akan kembali ke dalam limpa dan traktus
gastrointestinal dengan konsekuensi bahwa organ-organ ini menjadi tempat
kongesti pasif yang kronis; dengan kata lain, kedua organ tersebut akan
dipenuhi oleh darah dan dengan demikian tidak dapat bekerja dengan baik.
Pasien dengan keadaan semacam ini cenderung menderita dyspepsia kronis dan
konstipasi atau diare.

Berat badan pasien secara berangsur-angsur mengalami penurunan. Cairan


yang kaya protein dan menumpuk dirongga peritoneal akan menyebabkan
asites. Hal ini ditunjukkan melalui perfusi akan adanya shifting dullness atau
gelombang cairan. Splenomegali juga terjadi. Jaring-jaring telangiektasis, atau
dilatasi arteri superfisial menyebabkan jaring berwarna biru kemerahan, yang
sering dapat dilihat melalui inspeksi terhadap wajah dan keseluruhan tubuh.

xvi
3. Varises Gastrointestinal

Obstruksi aliran darah lewat hati yang terjadi akibat perubahan fibrotik juga
mengakibatkan pembentukan pembuluh darah kolateral dalam sistem
gastrointestinal dan pemintasan (shunting) darah dari pembuluh portal ke
dalam pembuluh darah dengan tekanan yang lebih rendah. Sebagai akibatnya,
penderita sirosis sering memperlihatkan distensi pembuluh darah abdomen
yang mencolok serta terlihat pada inspeksi abdomen (kaput medusae), dan
distensi pembuluh darah diseluruh traktus gastrointestinal. Esofagus, lambung
dan rektum bagian bawah merupakan daerah yang sering mengalami
pembentukan pembuluh darah kolateral. Distensi pembuluh darah ini akan
membentuk varises atau hemoroid tergantung pada lokasinya.

Karena fungsinya bukan untuk menanggung volume darah dan tekanan yang
tinggi akibat sirosis, maka pembuluh darah ini dapat mengalami ruptur dan
menimbulkan perdarahan. Karena itu, pengkajian harus mencakup observasi
untuk mengetahui perdarahan yang nyata dan tersembunyi dari traktus
gastrointestinal. Kurang lebih 25% pasien akan mengalami hematemesis
ringan; sisanya akan mengalami hemoragi masif dari ruptur varises pada
lambung dan esofagus.

4. Edema

Gejala lanjut lainnya pada sirosis hepatis ditimbulkan oleh gagal hati yang
kronis. Konsentrasi albumin plasma menurun sehingga menjadi predisposisi
untuk terjadinya edema. Produksi aldosteron yang berlebihan akan
menyebabkan retensi natrium serta air dan ekskresi kalium.

5. Defisiensi Vitamin dan Anemia

Karena pembentukan, penggunaan dan penyimpanan vitamin tertentu yang


tidak memadai (terutama vitamin A, C dan K), maka tanda-tanda defisiensi
vitamin tersebut sering dijumpai, khususnya sebagai fenomena hemoragik yang
berkaitan dengan defisiensi vitamin K. Gastritis kronis dan gangguan fungsi
gastrointestinal bersama-sama asupan diet yang tidak adekuat dan gangguan
fungsi hati turut menimbulkan anemia yang sering menyertai sirosis hepatis.

xvii
Gejala anemia dan status nutrisi serta kesehatan pasien yang buruk akan
mengakibatkan kelelahan hebat yang mengganggu kemampuan untuk
melakukan aktivitas rutin sehari-hari.

6. Kemunduran Mental

Manifestasi klinis lainnya adalah kemunduran fungsi mental dengan


ensefalopati dan koma hepatik yang membakat. Karena itu, pemeriksaan
neurologi perlu dilakukan pada sirosis hepatis dan mencakup perilaku umum
pasien, kemampuan kognitif, orientasi terhadap waktu serta tempat, dan pola
bicara.

G. Komplikasi pada Serosis Hepatis

Komplikasi sirosis hati menurut Tarigan (2001) antara lain :

1. Hipertensi portal

Adalah peningkatan hepatic venous pressure gradient (HVPG) lebih dari


5 mmHg. Hipertensi portal merupakam sindroma klinis yang sering terjadi.
Bila gradient tekanan portal (perbedaan tekana antara vena portal dan vena
cava inferior) diatas 10-20 mmHg, komplikasi hipertensi portal dapat terjadi

2. Asites

Penyebab asites yang paling banyak pada sirosis hepatis adala hipertensi
portal, disamping adanya hipoalbumin(penurunan fungsi sintesis pada hati )
dan disfungsi ginjal yang akan mengakibatkan akumulasi cairan dalam
peritoneum.

3. Varises gastroesofagus

xviii
Varises gastroesofagus merupakan kolateral portosistemik yang paling
sering. Pecahnya Varises oesofagus (VE) mengakibatkan perdarahan
varieses yang berakibat fatal.

4. Peritonitis Bakterial Spontan

Peritonitis Bakterial Spontan merupakan komplikasi berat dan sering


terjadi pada asites yang ditandai dengan infeksi spontan cairan asites tanpa
adanya focus infeksi intraabdominalis.

5. Enselopati Hepatikum

Mekanisme terjadinya Enselopati Hepatikum (EH) adalah akibat


hiperamonia, terjadi penurunan hepatic uptake sebagai akibat dari
intrahepatic portalsystemic shunts dan/atau penurunan sintesis urea dan
glutamik

6. Sindroma Hepatorenal

Merupakan gangguan fungsi ginjal tanpa kelainan organic ginjal, yang


ditemukan pada sirosis hepatis lanjut. Sindroma ini dapat ditemukan pada
penderita sirosis hepatis dengan asites refrakter. Sindroma Hepatorenal tipe
1 ditandai dengan gangguan progresif fungsi ginjal dan penurunan klirens
kreatinin secara bermakna dalam 1- 2 minggu. Tipe 2 ditandai dengan
penurunan filtrasi glomerulus dengan peningkatan serum kreatinin.

H. Pemeriksaan Penunjang Serosis Hepatis

a. Pemeriksaan laboratorium

Menurut Smeltzer & Bare (2001) yaitu:

1. Darah lengkap

Hb/ Ht dan SDM mungkin menurun karena perdarahan. Kerusakan


SDM dan anemia terlihat dengan hipersplenisme dan defisiensi besi.
Leukopenia mungkin ada sebagai akibat hiperplenisme.

2. Kenaikan kadar SGOT,SGPT

xix
3. Albumin serum menurun

4. Pemeriksaan kadar elektrolit :hipokalemia

5. Pemanjangan masaprotombin

6. Glukosa serum: hipoglikemi

7. Fibrinogen menurun

8. BUNmeningkat

b. Pemeriksaan diagnostik 

Menurut smeltzer & Bare (2001) yaitu:

1. Radiologi

Dapat dilihat adanya varises esofagus untuk konfirmasi hipertensi portal.

2. Esofagoskopi

Dapat menunjukkan adanya varises esofagus.

3. USG

4. Angiografi

Untuk mengukur tekanan vena porta.

5. Skan/ biopsi hati

Mendeteksi infiltrat lemak, fibrosis, kerusakan jaringan hati.

6. Partografi transhepatik perkutaneus

Memperlihatkan sirkulasi sistem venaportal.

I. Penatalaksanaan Serosis Hepatis

xx
a. Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan medis pada sirosis hepatis yaitu:

1) Terapi mencakup antasid, Suplemen vitamin dan nutrisi, diet seimbang;


diuretik penghemat kalium (untuk asites) hindari alkohol (Brunner &
Suddart, 2013).

2) Dokter biasanya meresepkan multivitamin untuk menjaga kesehatan.

Sering kali vitamin K diberikan untuk memperbaik faktor pembekuan


(Black & Hawks, 2009).

3) Dokter mungkin juga meresepkan pemberian albumin IV untuk


menjaga volume plasma (Black & Hawks, 2009).

Sedangkan menurut Lyndon Saputra (2014), penatalaksanaan medis pada


sirosis hepatis yaitu sebagai berikut:

1) Memberikan oksigen

2) Memberikan cairan infus

3) Memasang NGT (pada perdarahan) 4) Terapi transfusi: platelet, packed


red cells, fresh frozen plasma (FFP)

5) Diuretik: spironolakton (Aldactone), Furosemid (lasix)

6) Sedatif: fenobarbital (Luminal)

7) Pelunak feses : dekusat

8) Detoksikan Amonia: Laktulosa

9) Vitamin: zink

10) Analgetik: Oksikodon

11) Antihistamin: difenhidramin (Benadryl)

12) Endoskopik skleroterapi: entonolamin

xxi
13) Temponade balloon varises: pipa Sengstaken-Blakemore (pada
perdarah aktif)

14) Profilaksis trombosis vena provunda : stocking kompresi sekuensial.

b. Penatalaksanaan Keperawatan

Menurut Black & Hawks (2009), penatalaksaan keperawatan sebagai berikut:

1) Mencegah dan memantau perdarahan

Pantau klien untuk perdarahan gusu, purpura, melena, hematuria, dan


hematemesis.Periksa tanda vital sebagai pemeriksa tanda syok. Selain itu
untuk menceah perdarahan, lindungi klien dari cedera fisik jatuh atau
abrasi, dan diberikan suntikan hanya ketika benar-benar diperlukan,
menggunakan jarum sintik yang kecil. Instruksikan klien untuk
menghindari nafas hidung dengan kuat dan mengejan saat BAB.
Terkadang pelunak fases diresepkan untuk mencegah mengejan dan
pecahnya varises.

2) Meningkatkan status nutrisi

Modifikasi diet: diet tinggi proten untuk membangun kembali jaringan


dan juga cukup karbohidrat untuk menjaga BB dan menghemat protein.
Berikan suplemen vitamin biasanya pasien diberikan multivitamin untuk
menjaga kesehatan dan diberikan injeksi Vit K untuk memperbaiki faktor
bekuan.

3) Meningkatkan pola pernapasan efektif

Edema dalam bentuk asites, disamping menekan hati dan


memengaruhi fungsinya, mungki juga menyebabkan nafas dangkal dan
kegagalan pertukaran gas, berakibat dalam bahaya pernafasan. Oksigen
diperlukan dan pemeriksaan AGD arteri. Posisi semi fowler, juga
pengkuran lingkar perut setiap hari perlu dilakukan oleh perawat.

xxii
4) Menjaga keseimbangan volume cairan

Dengan adanya asites dan edema pembatasan asupan cairan klien


harus dipantau ketat. Memantau asupan dan keluaran, juga mengukur
lingkar perut.

5) Menjaga integritas kulit

Ketika tedapat edema, mempunyai resiko untuk berkembang


kemungkinan lesi kulit terinfeksi. Jika jaundis terlihat, mandi hangat-
hangat kuku dengan pemakai sabun non-alkalin dan penggunaan lotion.

6) Mencegah Infeksi

Pencegahan infeksi diikuti dengan istirahat adekuat, diet tepat,


memonitor gejala infeksi dan memberikan antibiotik sesuai resep.

xxiii
BAB III

PENGKAJIAN 4 ASPEK DAN ASUHAN KEPERAWATAN

A. KASUS PEMICU SEROSIS HEPATIS


Tn. U berumur 37 tahun, No. MR : 00.55.53.27,beragama Islam, suku
Jawa, status perkawinan menikah, pekerjaan buruh, pendidikan SMP, datang ke
Rumah Sakit melalui UGD pada tanggal 5 April 2021 pukul 19.19 WIB dengan
keluhan nyeri dibagian perut kanan atas, lemas, perut membesar (asites) dan
keras sejak 2 minggu yang lalu, BAB hitam dan batuk kering sudah 1 bulan. Klien
ditemani oleh istrinya yaitu Ny. S. Setelah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut,
klien disarankan untuk dirawat inap karena didiagnosis menderita serosis hepatis.
Klien dirawat di ruang Mawar.

Riwayat penyakit sekarang keluhan utama klien mengatakan nyeri


dibagian perut kanan atas, nyeri seperti diremas-remas, nyeri bertambah ketika
makan dan nyeri berkurang apabila tidak terlalu banyak bergerak, skala nyeri 6,
nyeri hilang timbul. Klien juga mengatakan nafasnya sesak karena nyeri tersebut.
Hasil pemeriksaan fisik diperoleh data Inspeksi : bentuk dada simetris, klien
bernafas menggunakan cuping hidung, Palpasi : fremitus kiri dan kanan sama,
saat dilakukan Perkusi : terdengar bunyi sonor, Auskultasi : RR 29x/menit,
pernafasan takipnea. Pada pemeriksaan jantung didapatkan hasil, Inspeksi : ictus
kordis tidak terlihat , kulit berwarna sedikit kuning, Palpasi : ictus cordis teraba,
kulit terasa hangat, Perkusi : batas jantung tidak melebar, Auskultasi : Irama
jantung teratur, suara jantung lub-dub, nadi cepat 111x/menit.

Riwayat kesehatan dahulu klien mengatakan tidak memiliki alergi


obat/makanan, pasien mengatakan tidak pernah mengalami kecelakaan, klien
mengatakan pernah dirawat dirumah sakit dengan riwayat penyakit hepatitis. Pada
saat pengkajian klien terlihat lemas. Ny. S mengatakan jika ada anggota keluarga
yang sakit maka biasanya keluarga akan memeriksakannya ke dokter keluarga / ke
puskesmas. Ny. S mengatakan badan klien panas dan demam. Riwayat penyakit
keluarga klien mengatakan anggota keluarganya tidak ada yang mengidap

xxiv
penyakit seperti klien ataupun penyakit keturunan seperti diabetes mellitus,
hipertensi dan jantung koroner.

Pola nutrisi klien mengatakan sebelum sakit : makannya 4 kali sehari,


pasien tidak memiliki alergi makanan, BB klien 60 kg. Saat sakit : Pasien
mengatakan mual saat makan, saat makan klien hanya menghabiskan 3 sendok
makan, BB klien saat ini 48 kg, tinggi badan 160 cm, IMT = 18,75. Sebelum sakit
klien mengatakan dapat menghabiskan 4 botol air mineral dan klien
mengkonsumsi minuman alkohol. Saat sakit klien mengatakan hanya minum 1
gelas perhari (150 cc), pasien tidak terpasang infus. Pola eliminasi klien
mengatakan sebelum sakit BAB 1-2 kali sehari dengan konsistensi padat dan
BAK 3-4 kali sehari dengan warna urine kuning kecoklatan dan waktu tidak
menentu. Saat sakit klien mengatakan belum pernah BAB, BAK pasien (100cc).
Klien tidak terpasang kateter dan tidak terdapat iritasi pada alat kelamin klien.

Pada pemeriksaan fisik klien (head to toe) didapatkan data-data berupa


keadaan umum klien lemas, wajah tampak pucat dan tingkat kesadaran compos
mentis. Tanda-tanda vital pasien dengan hasil pemeriksaan tekanan darah 130/80
mmHg, Nadi 111x/menit, pernafasan 29x/menit, suhu 38ºC, GCS 15 (E4, V5,
M6), BB 48 kg, TB 16 cm dan lingkar perut 117 cm. Pada kepala klien didapatkan
bentuk kepala mesochepal, warna rambut hitam, kulit kepala kotor, tidak ada
nyeri tekan. Pemeriksaan mata, keadaan kedua mata simetris, konjungtiva anemis,
pergerakan bola mata normal, reaksi terhadap cahaya mengecil. Klien tidak
menggunakan alat bantu penglihatan dan tidak ada keluhan pada mata klien.
Pemeriksaan hidung, mukosa hidung tampak kotor, tidak terdapat polip hidung,
tidak terpasang selang oksigen, tidak ada pembengkakan. Fungsi penciuman klien
baik, klien dapat membedakan bau makanan dan obat. Pemeriksaan mulut, klien
tidak mengalami penurunan fungsi pengecapan, tetapi mukosa mulut kering &
pecah-pecah, terdapat bau karakteristik pernapasan yaitu fetor hepaticus, tidak ada
kesulitan menelan. Pemeriksaan telinga, pendengaran klien baik, posisi telinga
kanan dan kiri simetris, telinga bersih tidak ada serumen yang keluar dari telinga,
klien tidak menggunakan alat pendengaran. Pemeriksaan leher, klien tidak
terdapat pembesaran kelenjar tiroid. Pemeriksaan abdomen 1) Inspeksi : abdomen
tampak membesar (asites), tidak ada lesi. 2) Auskultasi : terdengar bising usus

xxv
12x/menit. 3) Perkusi : terdengar pekak pada batas hati, dan shifting dulness saat
diperkusi 4) Palpasi : terdapat nyeri tekan pada perut bagian kanan atas, hepar
teraba membesar, terdapat shifting dullnes atau gelombang cairan. Pemeriksaan
anus, tidak terdapat hemoroid, dan klien tidak terpasang kateter, bersih, dan tidak
ada tanda-tanda iritasi kulit. Pada ekstremitas atas, tangan klien tidak terpasang
infus, CRT < 2 detik, tidak ada edema. Pada ekstremitas bawah, terdapat udem
tungkai, kekuatan otot menurun, tidak ada gangguan gerak hanya saja klien
terlihat lemas.

Pemeriksaan laboratorium diperoleh data :

Parameter Hasil Nilai Normal Satuan

1. Hemoglobin 7,8 g/dL 13-18 g/dL (laki- g/dL


laki)
Satuan S1 = 8,1 –
11,2 mmol/L

2. Leukosit 7.800 / mm3 3.200-10.000 / mm3 mm3


Satuan SI = 3,2 –
10,0 x 109/L

3. Eritrosit 2,9 x 106 sel/ mm3 4,4 - 5,6 x 106 sel/ sel/ mm3
mm3 (laki-laki)
Satuan SI = 4,4 – 5,6
x 1012 sel/L

4. Hematokrit 25 % 40 – 50 % (laki-laki) %
Satuan SI = 0,4 – 0,5

5. Trombosit 224 x 103/mm3 170-380 x 103/mm3 /uL


Satuan SI = 170 –
380 x 109/L

xxvi
6. MCV 86 fL 80-100 fL fL
7. MCH 27 pg/sel 28 – 34 pg/sel pg/sel
8. MCHC 30 g/dL 32 – 36 g/dL g/dL
Hitung jenis
- Basofil 0% 0 – 2% %
- Eosinofil 4% 0% - 6% %
- Batang 0% 0% - 12% %
- Segmen 59% 6% - 73% %
- Limfosit 26% 15% – 45% %
- Monosit 10% 0% - 11% %

Parameter Hasil Nilai Normal Satuan


Kimia
Bilirubin total 1,7 mg/dl 0,1 – 1,2 mg/dl mg/dL
Bilirubin direk 0,5 mg/dl 0,1 – 0,3 mg/dl mg/dL
Bilirubin indirek 1,2 mg/dl 0,1 – 1,0 mg/dl mg/dL
Protein total 5,9 mg/dL 6,3 – 7,9 mg/dL g/dL
Albumin 2,9 % 3,5% – 5,0% %
Globulin 3,4 g/dL 2,8 – 3,2 g/dL g/dL
Ureum 36 mg/dL 8 – 24 mg/dL mg/dL

Creatinine 1,5 mg/dL 0,6 – 1,3 mg/dL mg/dL

Saat dirawat, klien mendaptakan terapi pengobatan sebagai berikut :

JENIS OBAT DOSIS


NO JAM PEMBERIAN
TERAPI INSTRUKSI
1 Omefrazol 20 mg 1x1 per oral Pagi sebelum
sebelum makan sarapan
2 Lasix/furosemid 40 mg 2x1 per oral Pagi dan siang
e sebelum/ sesudah

xxvii
makan
3 Spironolacton 100 mg 1x1 per oral Pagi sebelum
sebelum makan sarapan

Pola keamanan dan kenyamanan, sebelum sakit klien mengatakan tidak


ada keluhan saat tidur dan melakukan aktifitas, namun saat sakit klien merasa
lemas dan sering terbangun karena nyeri perut. Pola personal hygiene sebelum
sakit : klien mengatakan mandi 2x sehari dan mencuci rambut menggunakan
shampoo setiap 2 hari sekali. Saat sakit : selama di rawat klien tidak pernah mandi
dan hanya di lap saja 2x sehari pagi dan sore. Pola istirahat tidur sebelum sakit :
klien mengatakan tidur 7-8 jam/hari, dan jarang tidur siang karna aktifitas, klien
tidak ada keluhan saat tidur. Saat sakit : selama dirawat klien mengatakan susah
tidur dan sering terbangun karena nyeri perut. Tidur malam maksimal 5 jam dan
siang 2 jam. Pola aktivitas dan latihan, sebelum sakit klien mengatakan
melakukan semua aktivitasnya secara mandiri dan dapat bekerja seperti biasa.
Selama sakit aktivitas klien dibantu oleh keluarga dan perawat karena klien
merasa badannya lemas dan nyeri dibagian perut kanan atas, serta batuk kering
sehingga ia tidak dapat bekerja seperti biasanya.

Pola perseptual, pada penglihatan klien tidak menggunakan alat bantu


penglihatan seperti kacamata, klien dapat melihat dengan jelas. Pada pendengaran,
klien tidak menggunakan alat pendengaran dan pendengaran klien baik. Pada
pengecapan, klien tidak mengalami penurunan fungsi pengecapan, tetapi mukosa
mulut kering & pecah-pecah. Fungsi penciuman klien baik, klien dapat
membedakan bau makanan dan obat. Pada sensasi, klien dapat merasakan
sentuhan kulit, sentuhan halus, kasar mau pun cubitan. Pola konsep diri 1). Body
Image : klien mengatakan menyukai anggota tubuhnya 2). Ideal diri : klien
mengatakan agar penyakit yang di alaminya cepat sembuh dan klien cepat pulang
3). Peran : klien mengatakan peran nya dirumah sebagai kepala keluarga dan
dirumah sakit sebagai seorang klien 4). Identitas diri : klien mengatakan dirinya
sebagai seorang suami dan seorang kepala rumah tangga merasa tidak nyaman
karena keadaannya yang tidak bisa beraktivitas seperti biasa.

xxviii
Pola hubungan dan peran, klien mengatakan didalam keluarganya berperan
sebagai kepala rumah tangga, ia mengatakan tinggal bersama istri dan kedua
anaknya. Klien mengatakan keluarganya sangat mendukung untuk menjalani
proses keperawatan khususnya istri dan anaknya. Klien mengatakan mampu
berkomunikasi dengan siapapun. Klien mengatakan sangat takut dan nampak
cemas karena keadaan perutnya yang semakin membesar. Klien mengatakan agar
penyakit yang di alaminya cepat sembuh dan klien cepat pulang. Pola reproduksi
dan seksual, klien seorang laki-laki, klien mengatakan ia mempunyai 1 anak laki-
laki dan 1 anak perempuan. Klien mengatakan ia tidak ada keluhan terkait
reproduksi dan seksualnya. Pola nilai dan keyakinan, klien mengatakan bahwa
klien beragama Islam, klien mengatakan kondisi sekarang merupakan cobaan dari
sang maha pencipta, selama dirawat pasien tidak melakukan kegiatan keagamaan
seperti sholat. Klien terlihat berdoa untuk kesembuhan sakitnya. Klien dan
keluarga tidak paham tentang penyakit sirosis hepatis dan cara penyembuhannya.

Aspek Biologis

Aspek Psikologis

Aspek Sosial

Aspek Spiritual

FORMAT DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN 4 ASPEK


KASUS SEROSIS HEPATIS

I. Identitas Diri Klien


Nama : Tn. U
No. MR : 00.55.53.27

xxix
Tempat/Tanggal Lahir : Pekaja, 12 Januari 1984
Umur : 37 tahun
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SMP
Suku : Jawa
Pekerjaan : Buruh
Tanggal Masuk RS : 5 April 2021
Sumber Informasi : Ny. S (istri klien)
Status Perkawinan : Menikah
Lama Bekerja : 2 tahun
Alamat : Desa Pekaja, Kalibagor
Diagnosa Medis : Sirosis Hepatis
Keluarga terdekat yang dapat dihubungi (orang tua, wali, suami, istri dan
lain-lain ):
Nama : Ny.S (istri klien)
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SMP
Alamat : Desa Pekaja, Kalibagor

II. Riwayat Kesehatan Klien


a. Keluhan Utama
Nyeri dibagian perut kanan atas
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien datang ke Rumah Sakit melalui UGD pada tanggal 5 April 2021
pukul 19.19 WIB dengan keluhan nyeri dibagian perut kanan atas, nyeri
seperti diremas-remas, nyeri bertambah ketika makan dan nyeri berkurang
apabila tidak terlalu banyak bergerak, skala nyeri 6, nyeri hilang timbul.
Klien merasa lemas, perut membesar (asites) dan keras sejak 2 minggu yang
lalu, BAB hitam dan batuk kering sudah 1 bulan. Klien juga mengatakan
nafasnya sesak karena nyeri tersebut.

c. Riwayat Penyakit Dahulu

xxx
Klien mengatakan tidak memiliki alergi obat/makanan, pasien
mengatakan tidak pernah mengalami kecelakaan, klien mengatakan pernah
dirawat dirumah sakit dengan riwayat penyakit hepatitis.

d. Riwayat Penyakit Keluarga

Klien mengatakan anggota keluarganya tidak ada yang mengidap


penyakit seperti klien ataupun penyakit keturunan seperti diabetes mellitus,
hipertensi dan jantung koroner.

III. Data Pengkajian 4 Aspek Keperawatan

Tanggal Pengkajian : 6 April 2021 Waktu : Pukul 09.0 WIB

1. Aspek Biologis

Oksigen Data Subyektif a) Klien mengatakan nafasnya sesak karena nyeri


dibagian perut kanan atas
b) Klien mengatakan bahwa ia mengalami batuk
kering sudah 1 bulan

Data Obyektif a) Inspeksi :


- bentuk dada simetris
- klien bernafas menggunakan cuping hidung
b) Palpasi :
- fremitus kiri dan kanan sama
c) Perkusi :
- terdengar bunyi sonor
d) Auskultasi :
- RR 29x/menit
- pernafasan takipnea

xxxi
Cairan Data Subyektif a) Klien mengatakan sebelum sakit dapat
menghabiskan 4 botol air mineral dan klien
sering mengkonsumsi minuman alkohol.
b) Klien mengatakan saat sakit hanya minum 1
gelas perhari (150 cc), klien tidak terpasang
infus.

Data Obyektif a) mukosa mulut kering & pecah-pecah


b)Nadi 111x/menit
c) Perut klien terlihat asites
d) Di ekstremitas bawah klien terdapat udem
tungkai

Nutrisi Data Subyektif a) Klien mengatakan sebelum sakit makannya


4 kali sehari, pasien tidak memiliki alergi
makanan
b) Klien mengatakan saat sakit ia merasa mual
saat makan

Data Obyektif a) Klien hanya menghabiskan 3 sendok makan


saat sakit
b) Sebelum sakit BB klien 60 kg
c) Saat sakit BB klien 48 kg
d) Tinggi badan 160 cm
e) IMT = 18,75
f) Klien tidak ada kesulitan menelan
g) Mukosa mulut kering & pecah- pecah
h) Terdapat nyeri tekan pada bagian perut
i) Warna kulit kuning dan kering

xxxii
Temperature Data Subyektif a) Ny. S mengatakan bahwa klien panas dan
demam
b) Klien mengatakan saat sakit hanya minum 1
gelas perhari (150 cc)

Data Obyektif a) suhu tubuh klien 38ºC


b) Wajah klien tampak pucat

Eliminasi Data Subyektif a) BAB


1) Klien mengatakan sebelum sakit BAB 1-2
kali sehari dengan konsistensi padat dan warna
feses hitam
2) Saat sakit klien mengatakan belum pernah
BAB

b) BAK
1) Klien mengatakan sebelum sakit BAK 3-4
kali sehari dengan warna urine kuning
kecoklatan dan waktu tidak menentu

Data Obyektif a) BAK klien (100cc)


b) Klien tidak terpasang kateter
c) Tidak terdapat iritasi pada alat kelamin klien.

Istirahat Data Subyektif a) Sebelum sakit klien mengatakan tidur 7-8


jam/hari, dan jarang tidur siang karna aktifitas,
klien tidak ada keluhan saat tidur
b) Saat sakit, selama dirawat klien
mengatakan susah tidur dan sering terbangun
karena nyeri perut. Tidur malam maksimal 5 jam

xxxiii
dan siang 2 jam.

Data Obyektif a) Konjungtiva anemis


b) Wajah klien tampak pucat

Seksualitas Data Subyektif a) Klien mengatakan ia tidak ada keluhan


terkait reproduksi dan seksualnya
b) Klien mengatakan ia mempunyai 1 anak
laki-laki dan 1 anak perempuan.

Data Obyektif a) Klien seorang laki-laki

Tempat Data Subyektif a) Klien mengatakan tinggal bersama istri dan


tinggal kedua anaknya

Data Obyektif a) Alamat klien di Desa Pekaja, Kalibagor

Aktivitas dan Data Subyektif a) Sebelum sakit klien mengatakan melakukan


Latihan semua aktivitasnya secara mandiri dan dapat
bekerja seperti biasa.
b) Klien mengatakan badannya lemas dan nyeri
dibagian perut kanan atas

Data Obyektif a) Selama sakit aktivitas pasien dibantu oleh


keluarga dan perawat karena pasien merasa
badannya lemas dan nyeri dibagian perut kanan
atas, sehingga ia tidak dapat bekerja seperti
biasanya
b) CRT < 2 detik
c) Di ekstremitas bawah klien terdapat udem

xxxiv
tungkai
d) Kekuatan otot menurun
e) Klien terlihat lemas

Rasa Aman Data Subyektif a) Sebelum sakit klien mengatakan tidak ada
dan Nyaman keluhan saat tidur dan melakukan aktifitas

b) Saat sakit klien merasa lemas dan sering


terbangun karena nyeri perut
c) Klien mengatakan dirinya sebagai seorang
suami dan seorang kepala rumah tangga merasa
tidak nyaman karena keadaannya yang tidak bisa
beraktivitas seperti biasa

Data Obyektif a) Saat sakit, selama dirawat klien mengatakan


susah tidur dan sering terbangun karena nyeri
perut. Tidur malam maksimal 5 jam dan siang 2
jam.

b) TTV :
1) Tekanan darah 130/80 mmHg
2) Nadi 111x/menit
3) Pernafasan 29x/menit
4) Suhu tubuh 38ºC

1.1 ASPEK Fisik ( Head To Toe), dengan menggunakan teknik ( IP2A)


yaitu :

Data Subyektif a) Klien mengatakan lemas, perut membesar (asites) dan


keras sejak 2 minggu yang lalu, BAB hitam dan batuk

xxxv
kering sudah 1 bulan

b) Klien mengatakan nyeri dibagian perut kanan atas


dengan identifikasi :
P : Klien mengatakan rasa nyeri bertambah ketika
makan dan nyeri berkurang apabila tidak terlalu banyak
bergerak
Q : Klien mengatakan rasa nyeri yang timbul seperti
diremas-remas
R : Klien mengatakan lokasi rasa nyeri dibagian perut
kanan atas
S : Pasien mengatakan jika skala nyeri yang dirasakan 6
T : Klien mengatakan nyeri yang dirasakan hilang timbul.
b) Klien juga mengatakan nafasnya sesak karena nyeri
tersebut

Data Obyektif a) Keadaan umum klien lemas


b) Tingkat kesadaran compos mentis
c) TTV :
1) Tekanan darah 130/80 mmHg
2) Nadi 111x/menit
3) Pernafasan 29x/menit
4) Suhu tubuh 38ºC
5) CGCS 15 (E4, V5, M6)
6) BB 48 kg
7) TB 16 cm
8) Lingkar perut 117 cm

d) Pada kepala klien didapatkan bentuk kepala


mesochepal, warna rambut hitam, kulit kepala kotor, tidak
ada nyeri tekan.

xxxvi
e) Pemeriksaan mata, keadaan kedua mata simetris,
konjungtiva anemis, pergerakan bola mata normal, reaksi
terhadap cahaya mengecil. Klien tidak menggunakan alat
bantu penglihatan dan tidak ada keluhan pada mata klien.

f) Pemeriksaan hidung, mukosa hidung tampak kotor,


tidak terdapat polip hidung, tidak terpasang selang oksigen,
tidak ada pembengkakan. Fungsi penciuman klien baik,
klien dapat membedakan bau makanan dan obat.

g) Pemeriksaan mulut, klien tidak mengalami penurunan


fungsi pengecapan, tetapi mukosa mulut kering & pecah-
pecah, terdapat bau karakteristik pernapasan yaitu fetor
hepaticus, tidak ada kesulitan menelan.

h) Pemeriksaan telinga, pendengaran klien baik, posisi


telinga kanan dan kiri simetris, telinga bersih tidak ada
serumen yang keluar dari telinga, klien tidak menggunakan
alat pendengaran.

i) Pemeriksaan leher, klien tidak terdapat pembesaran


kelenjar tiroid.

j) Pada pemeriksaan dada diperoleh data :


1) Inspeksi : bentuk dada simetris, klien bernafas
menggunakan cuping hidung
2) Palpasi : fremitus kiri dan kanan sama, saat dilakukan
3)Perkusi : terdengar bunyi sonor
4) Auskultasi : RR 29x/menit, pernafasan takikhardi.

k) Pada pemeriksaan sistem jantung didapatkan hasil :


1) Inspeksi : ictus kordis tidak terlihat , kulit berwarna

xxxvii
sedikit kuning
2) Palpasi : ictus cordis teraba, kulit terasa hangat,
3) Perkusi : batas jantung tidak melebar
4) Auskultasi : Irama jantung teratur, suara jantung lub-
dub, nadi cepat 111x/menit.
l) Pemeriksaan abdomen diperoleh hasil :
1) Inspeksi : abdomen tampak membesar (asites), tidak
ada lesi
2) Auskultasi : terdengar bising usus 12x/menit
3) Perkusi : terdengar pekak pada batas hati, dan shifting
dulness saat diperkusi
4) Palpasi : terdapat nyeri tekan pada perut bagian kanan
atas, hepar teraba membesar, terdapat shifting dullnes atau
gelombang cairan.

m) Pemeriksaan anus, tidak terdapat hemoroid, dan klien


tidak terpasang kateter, bersih, dan tidak ada tanda-tanda
iritasi kulit.

n) Pada ekstremitas atas, tangan klien tidak terpasang


infus, CRT < 2 detik, tidak ada edema. Pada ekstremitas
bawah, terdapat udem tungkai, kekuatan otot menurun,
tidak ada gangguan gerak hanya saja klien terlihat lemas

Data Penunjang Laboratorium

JENIS NILAI PEMERIKSAAN


NO PEMERIKSAAN INTERPRETASI HASIL
NORMAL HASIL

1. Hemoglobin 13-18 g/dL (laki- 7,8 g/dL Nilai normal dari


laki) pemeriksaan Hb adalah 13-18
Satuan S1 = 8,1 – g/dL (laki-laki). Hb pada
11,2 mmol/L kasus didapatkan hasil

xxxviii
terjadinya penurunan Hb
didalam tubuh klien yaitu 7,8
g/dL. Penurunan nilai hb
dapat terjadi pada anemia
(terutama anemia karena
kekurangan zat besi), sirosis,
hipertiroidisme, perdarahan,
peningkatan asupan cairan
dan kehamilan.

2. Leukosit 3.200-10.000 / mm3 7.800 / mm3 Nilai normal dari


pemeriksaan leukosit adalah

Satuan SI = 3,2 – 3.200-10.000 / mm3. Leukosit

10,0 x 109/L pada kasus didapatkan hasil


7.800 / mm3 yaitu normal.

3. Eritrosit 4,4 - 5,6 x 106 sel/ 2,9 x 106 sel/ Nilai normal dari

mm3 (laki-laki) mm3 pemeriksaan eritrosit adalah

Satuan SI = 4,4 – 5,6 4,4 - 5,6 x 106 sel/ mm3 (laki-

x 1012 sel/L laki). Eritrosit pada kasus


didapatkan hasil terjadinya
penurunan eritrosit didalam
tubuh klien yaitu 2,9 x 106
sel/ mm3. Jumlah sel eritrosit
menurun pada pasien anemia,
leukimia, dan penurunan
fungsi ginjal.

4. Hematokrit 40 – 50 % (laki-laki) 25 % Nilai normal dari

(Hct) Satuan SI = 0,4 – 0,5 pemeriksaan hematokrit


adalah 40 – 50 % (laki-laki).
Hematokrit pada kasus
didapatkan hasil terjadinya

xxxix
penurunan hematokrit
didalam tubuh klien yaitu 25
%. Penurunan Hct merupakan
indicator anemia (karena
berbagai sebab), reaksi
hemolitik, ssirosis.

5. Trombosit 170-380 x 103/mm3 224 x Nilai normal dari

Satuan SI = 170 – 103/mm3 pemeriksaan trombosit adalah

380 x 109/L 170-380 x 103/mm3.


Trombosit pada kasus
didapatkan hasil 224 x
103/mm3 yaitu normal.

6. MCV 80 - 100 fL 86 fL Nilai normal dari


pemeriksaan MCV adalah 80-
100 fL .
MCV pada kasus didapatkan
hasil 86 fL yaitu normal.

7. MCH 28 – 34 pg/sel 27 pg/sel Nilai normal dari


pemeriksaan MCH adalah 28
– 34 pg/sel . MCH pada kasus
didapatkan hasil terjadinya
penurunan MCH didalam
tubuh klien yaitu 27 pg/sel
Penurunan MCH
mengindikasikan anemia
mikroskotik.

8. MCHC 32 – 36 g/dL 30 g/dL Nilai normal dari


pemeriksaan MCHC adalah

xl
32 – 36 g/dL. MCHC pada
kasus didapatkan hasil
terjadinya penurunan MCHC
didalam tubuh klien yaitu 30
g/dL . Penurunan MCHC
mengindikasikan klien
kekurangan zat besi, anemia
mikrositik.

Hitung jenis

- Basofil 0 %– 2 % 0% Nilai normal dari


pemeriksaan basofil adalah
0% – 2 %. Basofil pada
kasus didapatkan hasil 0%
yaitu normal.

- Eosinofil 0% - 6% 4% Nilai normal dari


pemeriksaan eosinofil adalah
0% - 6%. Eosinofil pada
kasus didapatkan hasil 4%
yaitu normal.

- Batang 0% - 12% 0% Nilai normal dari


pemeriksaan batang adalah
0% - 12%. Nilai batang pada
kasus didapatkan hasil 0%
yaitu normal.

- Segmen 6% - 73% 59% Nilai normal dari


pemeriksaan segmen adalah
6% - 73%. Nilai batang pada
kasus didapatkan hasil 59%

xli
yaitu normal.

- Limfosit 15% – 45% 26% Nilai normal dari


pemeriksaan limfosit adalah
15% – 45%. Limfosit pada
kasus didapatkan hasil 26%
yaitu normal.

- Monosit Nilai normal dari


0% - 11% 10%
pemeriksaan monosit adalah
0% – 11%. Limfosit pada
kasus didapatkan hasil 10%
yaitu normal.

Kimia

Bilirubin total 0,1 – 1,2 mg/dl 1,7 mg/dl Nilai normal dari
pemeriksaan bilirubin total
adalah 0,1 – 1,2 mg/dl.
Bilirubin total pada kasus
didapatkan terjadinya
peningkatan bilirubin total
didalam tubuh klien 1,7
mg/dl. Peningkatan bilirubin
total mengindikasikan adanya
kerusakan pada organ hati
atau pada klien dengan
hepatitis dan sirosis.

Bilirubin direk 0,1 – 0,3 mg/dl 0,5 mg/dl Nilai normal dari
pemeriksaan bilirubin direk
adalah 0,1 – 0,3 mg/dl.

xlii
Bilirubin direk pada kasus
didapatkan terjadinya
peningkatan bilirubin total
didalam tubuh klien 0,5
mg/dl. Peningkatan bilirubin
direk mengindikasikan
adanya gangguan fungsi hati
seperti hepatitis dan serosis
hati atau penyakit lain akibat
mengkonsumsi alkohol
berlebih.

Bilirubin 0,1 – 1,0 mg/dl 1,2 mg/dl Nilai normal dari

indirek pemeriksaan bilirubin indirek


adalah 0,1 – 1,0 mg/dl.
Bilirubin indirek pada kasus
didapatkan terjadinya
peningkatan bilirubin indirek
didalam tubuh klien 1,2
mg/dl. Peningkatan bilirubin
indirek mengindikasikan
adanyagangguan fungsi hati
seperti hepatitis dan serosis
hati atau penyakit lain akibat
mengkonsumsi alkohol
berlebih.

xliii
Protein total 6,3 – 7,9 mg/dL 5,9 mg/dL Nilai normal dari
pemeriksaan protein total
adalah 6,3 – 7,9 mg/dL.
Protein total pada kasus
didapatkan hasil terjadinya
penurunan protein total
didalam tubuh klien yaitu 5,9
mg/dL. Nilai protein total
menurun pada kondisi gizi
buruk atau penyakit hati yang
berat.

Albumin 3,5% – 5,0% 2,9 % Nilai normal dari


pemeriksaan albumin adalah
3,5% – 5,0%. Albumin pada
kasus didapatkan hasil
terjadinya penurunan albumin
didalam tubuh klien yaitu 2,9
%. Nilai albumin menurun
pada keadaan gangguan
fungsi hati, asites, sirosis dan
defisit nutrisi.

xliv
Globulin 2,8 – 3,2 g/dL 3,4 g/dL Nilai normal dari
pemeriksaan globulin adalah
2,8 – 3,2 g/dL. Globulin pada
kasus didapatkan hasil
terjadinya peningkatan
globulin didalam tubuh klien
yaitu 3,4 g/dL.

Nilai globulin yang


meningkat dikarenakan nilai
albumin terlalu rendah
misalnya pada penyakit hati.

Ureum 8 – 24 mg/dL 36 mg/dL Nilai normal dari


pemeriksaan ureum adalah 8
– 24 mg/dL. Ureum pada
kasus didapatkan hasil
terjadinya peningkatan ureum
didalam tubuh klien yaitu 36
mg/dL. Nilai ureum yang
meningkat dapat
mengakibatkan cepat
lelah,warna urine tidak seperti
biasanya, mual dan muntah
pada klien.

Creatinine 0,6 – 1,3 mg/dL 1,5 mg/dL Nilai normal dari


pemeriksaan creatinine adalah
0,6 – 1,3 mg/dL. Creatinine
pada kasus didapatkan hasil
terjadinya peningkatan

xlv
creatinine didalam tubuh
klien yaitu 1,5 mg/dL. Nilai
creatinine yang meningkat
dapat mengakibatkan tubuh
terasa lemah,demam, warna
urine tidak seperti biasanya
dan jarang berkemih.

Terapi Pengobatan

JENIS OBAT DOSIS


NO JAM PEMBERIAN
TERAPI INSTRUKSI
1 Omefrazol 20 mg 1x1 per oral Pagi sebelum sarapan
sebelum makan
2 Lasix/furosemid 40 mg 2x1 per oral Pagi dan siang
e sebelum/ sesudah
makan
3 Spironolacton 100 mg 1x1 per oral Pagi sebelum sarapan
sebelum makan

Hasil pemeriksaan diagnostik Lainnya (St-Scan- RO-USG dll)

2. Aspek Psikologis (Nyeri, Hospitalisasi, Support Sistem, dll)

Data a) Klien mengatakan nyeri dibagian perut kanan atas dengan


Subyektif identifikasi :
P : Klien mengatakan rasa nyeri bertambah ketika makan dan
nyeri berkurang apabila tidak terlalu banyak bergerak
Q : Klien mengatakan rasa nyeri yang timbul seperti diremas-
remas
R : Klien mengatakan lokasi rasa nyeri dibagian perut kanan
atas
S : Pasien mengatakan jika skala nyeri yang dirasakan 6
T : Klien mengatakan nyeri yang dirasakan hilang timbul

xlvi
b) Klien juga mengatakan nafasnya sesak karena nyeri tersebut
c) Klien mengatakan pernah dirawat dirumah sakit dengan
riwayat penyakit hepatitis
d) Klien mengatakan agar penyakit yang di alaminya cepat
sembuh dan klien cepat pulang
d) Klien mengatakan dirinya sebagai seorang suami dan seorang
kepala rumah tangga merasa tidak nyaman karena keadaannya
yang tidak bisa beraktivitas seperti biasa
e) Klien mengatakan sangat takut dan nampak cemas karena
keadaan perutnya yang semakin membesar

Data a) Klien berjenis kelamin laki-laki


Obyektif b) Selama sakit aktivitas pasien dibantu oleh keluarga dan perawat
c) Klien tampak menahan rasa nyeri
d ) Klien dan keluarga tidak paham tentang penyakit sirosis
hepatis dan cara penyembuhannya

3. Aspek Sosial (Hubungan dan Interaksi Sosial di sekitar Lingkungan,


Keyakinan)

Data Subyektif a) Klien mengatakan keluarganya sangat mendukung


untuk menjalani proses keperawatan khususnya istri dan
anaknya
b) Klien mengatakan mampu berkomunikasi dengan
siapapun

xlvii
c) Sebelum sakit pasien mengatakan melakukan semua
aktivitasnya secara mandiri dan dapat bekerja seperti biasa

Data Obyektif a) Klien memiliki hubungan baik dengan keluarga


b) Selama sakit aktivitas pasien dibantu oleh keluarga dan
perawat karena pasien merasa badannya lemas dan nyeri
dibagian perut kanan atas, serta batuk kering sehingga ia
tidak dapat bekerja seperti biasanya
a) Klien sangat kooperatif sehingga mudah untuk
mendapatkan data klien

4. Aspek Spiritual * (pilih salah satu : HOPE / PICA)

A. Format Pengkajian Aspek Spiritual (FICA):

Format Pengkajian PICA

1) F (Faith / Beliefs) :

“Apakah iman atau kepercayaan anda? Apakah anda menganggap diri


memiliki spiritual atau agama? Hal-hal apa yang Anda percaya bahwa ada
seseuatu yang memberi makna pada hidup Anda?”

Jawaban:

Ds : Klien mengatakan bahwa ia beragama Islam

Do : Klien terlihat berdoa untuk kesembuhan sakitnya

2) I (Importance and Fluence) :

“Apakah spiritual ini penting dalam hidup Anda? Apa spiritual itu
memiliki pengaruh pada diri anda pribadi, bagaimana Anda memahami
spiritualitas ini pada diri sendiri? Bagaimana keyakinan anda memiliki pengaruh

xlviii
terhadap perubahan perilaku selama Anda sakit ini? Apakah peran keyakinan
Anda akan memberikan kekuatan untuk bangkit/kembali dalamkeadaan sehat ?”

Jawaban:

Ds : Klien mengatakan kondisi sekarang merupakan cobaan dari Sang

maha pencipta

Do : Selama dirawat pasien tidak melakukan kegiatan keagamaan

seperti sholat.

3) C (Community):

“Apakah Anda berada pada bagian dari komunitas spiritual atau


komunitas religius di rumah/di Lingkungan anda? Apakah hal itu merupakan
suatu dukungan untuk Anda dan bagaimana wujud dukungan tersebut ? Apakah
ada seseorang atau sekelompok orang yang benar-benar Anda cintai atau yang
sangat penting dalam kehidupan Anda, siapakah dia, dimana posisi orang
tersebut (dekat/jauh) ?”

Jawaban:

Ds : - Klien mengatakan jika ia punya masalah selalu


menceritakan dengan keluarga

- Klien mengatakan keluarganya sangat mendukung untuk

menjalani proses keperawatan khususnya istri dan anaknya

Do : Klien memiliki hubungan yang baik dengan keluarga

4) A (Addres):

“Bagaimana Anda memilih tempat penyedia layanan kesehatan/RS ini ,


dalam mengatasi masalah untuk perawatan kesehatan Anda?”

Jawaban:

xlix
Ds : Klien mengatakan pernah dirawat dirumah sakit dengan riwayat
penyakit hepatitis.

Do : Klien dirawat di Rumah Sakit

Kesimpulan Aspek Spiritual Format PICA:

Data Subyektif Data Obyektif


(DS) (DO)

a) Klien mengatakan bahwa ia a) Klien terlihat berdoa untuk


beragama Islam kesembuhan sakitnya
b) Klien mengatakan kondisi sekarang b) Selama dirawat klien tidak
merupakan cobaan dari Sang maha melakukan kegiatan keagamaan
pencipta seperti sholat
c) Klien mengatakan jika pasien c) Klien dirawat di Rumah Sakit
punya masalah selalu menceritakan d ) Klien memiliki hubungan yang
dengan keluarga baik dengan keluarga
d) Klien mengatakan keluarganya
sangat mendukung untuk menjalani
proses keperawatan khususnya istri
dan anaknya
e) Klien mengatakan pernah dirawat
dirumah sakit dengan riwayat penyakit
hepatitis.

IV. Analisa Data ( bisa diperbanyak tersendiri, sesuai kebutuhan)

Analisa data ini mohon diperhatikan supaya MEMUAT 4 ASPEK yang terkait
problem utama.

NO Data Fokus Problem Etiologi Diagnosa


. Keperawatan

l
1. DS : Pola napas Hambatan upaya Pola napas tidak
- Klien mengatakan tidak efektif napas (nafasnya efektif b.d
nafasnya sesak karena nyeri sesak karena Hambatan upaya
dibagian perut kanan atas nyeri) napas d.d
- Klien mengatakan bahwa pernapasan cuping
ia mengalami batuk kering hidung
sudah 1 bulan

DO :
- klien bernafas
menggunakan cuping
hidung
- RR 29x/menit
- pernafasan takipnea

2. DS : Risiko Gangguan Risiko perdarahan


- Klien mengatakan bahwa perdarahan fungsi hati b.d Gangguan
ia merasa lemas (sirosis fungsi hati (sirosis
hepatitis) hepatitis)
DO : d.d penurunan
- Hb = 7,8 g/dL. kadar Hb
- Hematokrit = 25 %.
- Mukosa mulut kering &
pecah-pecah

- Klien mengatakan saat


3. Defisit nutrisi Berat badan Defisit nutrisi b.d
sakit ia merasa mual saat
menurun berat badan
makan
minimal 10% menurun minimal
dibawah rentang 10% dibawah
DO :
ideal rentang ideal d.d
- Klien hanya
nafsu makan
menghabiskan 3 sendok

li
makan saat sakit menurun
- Sebelum sakit BB klien
60 kg
- Saat sakit BB klien 48 kg
- Tinggi badan 160 cm
- IMT = 18,75
- Terdapat nyeri tekan pada
bagian perut kanan atas

4. DS : Hipervolemia Kelebihan Hipervolemia b.d


volume cairan
- Klien mengatakan kelebihan volume
sebelum sakit dapat cairan d.d edema
menghabiskan 4 botol air perifer
mineral dan klien sering
mengkonsumsi minuman
alkohol.
- Klien mengatakan bahwa
ia sudah batuk kering sudah
1 bulan

DO :
- Mukosa mulut kering &
pecah-pecah
- Perut klien terlihat asites
- Di ekstremitas bawah
klien terdapat edema
tungkai
- Sebelum sakit BB klien
60 kg
- Saat sakit BB klien 48 kg

- Klien mengatakan saat


5. Hipertermia Dehidrasi Hipertermia b.d
sakit hanya minum 1 gelas

lii
perhari (150 cc) dehidrasi d.d suhu
DO : tubuh diatas nilai
- Suhu tubuh klien 38ºC normal
- Wajah klien tampak
pucat

6. DS : Gangguan Nyeri (dibagian Gangguan


mobilitas fisik perut kanan
- Klien mengatakan mobilitas fisik b.d
atas)
badannya lemas dan nyeri nyeri (dibagian
dibagian perut kanan atas perut kanan atas)
d.d kekuatan otot
DO : menurun
- Selama sakit aktivitas
pasien dibantu oleh
keluarga dan perawat
karena pasien merasa
badannya lemas dan nyeri
dibagian perut kanan atas,
sehingga ia tidak dapat
bekerja seperti biasanya
b) CRT < 2 detik
c) Di ekstremitas bawah
klien terdapat edema
tungkai
d) Kekuatan otot menurun
e) Klien terlihat lemas

liii
7. DS : Gangguan rasa Gejala penyakit Gangguan rasa
nyaman
- Saat sakit klien merasa nyaman b.d gejala
lemas dan sering terbangun penyakit d.d
karena nyeri perut mengeluh sulit
- Klien mengatakan dirinya tidur
sebagai seorang suami dan
seorang kepala rumah
tangga merasa tidak
nyaman karena keadaannya
yang tidak bisa beraktivitas
seperti biasa
- Saat sakit, selama dirawat
klien mengatakan susah
tidur dan sering terbangun
karena nyeri perut. Tidur
malam maksimal 5 jam dan
siang 2 jam.
- Klien mengatakan mual
saat makan
- Klien mengatakan ia
sering mengkonsumsi
minuman alkohol

DO :
- TTV :
- Nadi 111x/menit
- Pernafasan 29x/menit
- Suhu tubuh 38ºC

8. DS : Nyeri akut Agen pencedera Nyeri akut b. d


fisiologis
- Klien mengatakan lemas, agen pencedera
perut membesar (asites) dan fisiologis d.d

liv
keras sejak 2 minggu yang mengeluh nyeri
lalu
- Klien mengatakan nyeri
dibagian perut kanan atas
dengan identifikasi :
P : Klien mengatakan
rasa nyeri bertambah ketika
makan dan nyeri berkurang
apabila tidak terlalu banyak
bergerak
Q : Klien mengatakan
rasa nyeri yang timbul
seperti diremas-remas
R : Klien mengatakan
lokasi rasa nyeri dibagian
perut kanan atas
S : Pasien mengatakan
jika skala nyeri yang
dirasakan 6
T : Klien mengatakan
nyeri yang dirasakan hilang
timbul
- Klien mengatakan saat
sakit ia merasa mual saat
makan

DO :
- Tekanan darah 130/80
mmHg
- Nadi 111x/menit
- Pernafasan 29x/menit
- bau karakteristik

lv
pernapasan yaitu fetor
hepaticus

9. DS : Ansietas Krisis Ansietas b.d krisis


- Klien mengatakan sangat situasional situasional d.d
takut dan nampak cemas merasa khawatir
karena keadaan perutnya dengan akibat dari
yang semakin membesar kondisi yang
- Selama dirawat klien dihadapi
mengatakan susah tidur

DO :
- Klien tampak menahan
rasa nyeri
- Nadi 111x/menit
- Wajah klien tampak pucat

10. DS : Distres Perubahan pola Distres spiritual


- Klien mengatakan agar spiritual hidup b.d perubahan pola
penyakit yang di alaminya hidup d.d tidak
cepat sembuh dan pasien mampu beribadah
cepat pulang

DO :
- Selama dirawat klien tidak
melakukan kegiatan
keagamaan seperti sholat

11. DS : Defisit Gangguan Defisit perawatan


perawatan diri
- Klien mengatakan muskuloskeletal diri b.d gangguan
badannya lemas dan nyeri muskuloskeletal

lvi
dibagian perut kanan atas d.d tidak mampu
mandi
DO :
- Aktivitas pasien dibantu
oleh keluarga dan perawat
- Kekuatan otot pasien
menurun
-Klien terlihat lemas
- Saat sakit : selama di
rawat klien tidak pernah
mandi dan hanya di lap saja
2x sehari pagi dan sore

12. DS : Defisit Kurang terpapar Defisit


- Klien mengatakan lemas, pengetahuan pengetahuan
perut membesar (asites) dan penyakit penyakit sirosis
keras sejak 2 minggu yang sirosis hepatis hepatis dan cara
lalu dan cara penyembuhannya
- Klien mengatakan nyeri penyembuhann b.d kurang
dibagian perut kanan atas ya terpapar informasi
d.d penyakit akut
DO :
- Klien dan keluarga tidak
paham tentang penyakit
sirosis hepatis dan cara
penyembuhannya
- Nyeri di perut bagian
kanan atas

lvii
Prioritas Masalah Keperawatan dari 4 ASPEK Keperawatan

Hasil Pengkajian/Analisa Data :

1. Pola napas tidak efektif b.d hambatan upaya napas d.d pernapasan cuping
hidung

2. Risiko perdarahan d.d penurunan kadar Hb

3. Defisit nutrisi b.d berat badan menurun minimal 10% dibawah rentang ideal d.d
nafsu makan menurun

4. Hipervolemia b.d kelebihan volume cairan d.d edema perifer

5. Hipertermia b.d dehidrasi d.d suhu tubuh diatas nilai normal

6. Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri (dibagian perut kanan atas) d.d kekuatan
otot menurun

7. Gangguan rasa nyaman b.d gejala penyakit d.d mengeluh sulit tidur

8. Nyeri akut b. d agen pencedera fisiologis d.d mengeluh nyeri

9. Ansietas b.d krisis situasional d.d merasa khawatir dengan akibat dari kondisi
yang dihadapi

10. Distres spiritual b.d perubahan pola hidup d.d tidak mampu beribadah

11. Defisit perawatan diri b.d gangguan muskuloskeletal d.d tidak mampu mandi

12. Defisit pengetahuan penyakit sirosis hepatis dan cara penyembuhannya

b.d kurang terpapar informasi d.d penyakit akut

lviii
V. Perencanaan Keperawatan (bisa diperbanyak sesuai kebutuhan)

Nama : Tn. U Umur : 37 tahun Ruang : Mawar Diagnosa medis : Sirosis Hepatis

NO Hari/Tanggal Diagnosa Keperawatan Tujuan / Kriteria Hasil / Indikator Intervensi


.
(SDKI) (SLKI) (SIKI)

1. 7 April 2021 Pola napas tidak efektif Pola Napas Manajemen Jalan Napas
b.d hambatan upaya Definisi : Inspirasi dan/atau ekspirasi Definisi :
napas d.d pernapasan yang memberikan ventilasi adekuat. Mengidentifikasi dan mengelola kepatenan jalan
cuping hidung napas
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 2x 24 jam di harapkan: Aktivitas-aktivitas :
Kriteria hasil : Observasi :
Indikator Awal Target - Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman,
Pernapasan 2 5 usaha napas)
cuping hidung - Monitor bunyi napas tambahan (mis. Gurgling,
Frekuensi napas 2 5
mengi, wheezing, ronki kering)
Keterangan :
Pernapasan cuping hidung Terapeutik :
1 : Meningkat -Posisikan semi-fowler atau fowler

59
2 : Cukup meningkat - Berikan oksigen, jika perlu
3 : Sedang
4 ; Cukup menurun Edukasi :
5 : Menurun - Ajarkan teknik batuk efektif

Frekuensi napas Kolaborasi :


1 : Memburuk - Kolaborasi pemberian
2 : Cukup memburuk bronkodilator,ekspektoran, mukolitik, jika perlu
3 : Sedang
4 ; Cukup membaik
5 : Membaik

2. 7 April 2021 Risiko perdarahan b.d Tingkat Perdarahan Pencegahan perdarahan

60
Gangguan fungsi hati Definisi : Definisi :
(sirosis hepatitis) Kehilangan dara baik internal (terjadi Mengidentifikasi dan menurunkan risiko atau
d.d penurunan kadar Hb didalam tubuh) maupun eksternal komplikasi stimulus yang menyebabkan
(terjadi hingga keluar tubuh). perdarahan atau risiko perdarahan.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan Aktivitas-aktivitas :


selama 2x 24 jam di harapkan: Observasi :
Kriteria hasil : - Monitor tanda dan gejala perdarahan
Indikator Awal Target - Monitor nilai hematokrit/hemoglobin sebelum
Kelembaban 1 5 dan setelah kehilangan darah
membran mukosa
Hemoglobin 1 5
Hematokrit 1 5 Terapeutik :
Suhu tubuh 2 5 - Pertahankan bed rest selama perdarahan
- Batasi tindakan invasif, jika perlu
Keterangan :
Kelembaban membran mukosa
Edukasi :
1 : Menurun
- Jelaskan tanda dan gejala perdarahan
2 : Cukup menurun
- Anjurkan meningkatkan asupan makanan dan
3 : Sedang
vitamin K

61
4 : Cukup meningkat
5 : Meningkat Kolaborasi :
- Kolaborasi obat pengontrol perdarahan, jika
Hemoglobin perlu
Hematokrit - Kolaborasi pemberian produk darah, jika perlu
Suhu tubuh
1 : Memburuk
2 : Cukup memburuk
3 : Sedang
4 : Cukup membaik
5 : Membaik

3. 7 April 2021 Defisit nutrisi b.d berat Status Nutrisi Manajemen Nutrisi

62
badan menurun minimal Definisi : Definisi :
10% dibawah rentang Keadekuatan asupan nutrisi untuk Mengidentifikasi dan mengelola asupan nutrisi
ideal d.d nafsu makan memenuhi kebutuhan metabolisme yang seimbang
menurun
Setelah dilakukan tindakan keperawatan Aktivitas-aktivitas :
selama 2x 24 jam di harapkan: Observasi :
Kriteria hasil : - Identifikasi status nutrisi
Indikator Awal Target - Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
Porsi makanan 1 5 - Identifikasi makanan yang disukai
yang dihabiskan
Serum albumin 1 5
Nyeri abdomen 1 5 -Monitor asupan makanan
Berat badan 2 5 - Monitor berat badan
Frekuensi makan 1 5
Nafsu makan 2 5 - Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Membran mukosa 1 5
Terapeutik :
Keterangan :
- Lakukan oral hygienesebelum makan, jika
Porsi makanan yang dihabiskan
perlu
Serum albumin
- Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis.
1 : Menurun
Piramida makanan)

63
2 : Cukup menurun - Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah
3 : Sedang konstipasi
4 ; Cukup meningkat Berikan makanan yang tinggi kalori atau protein
5 : Meningkat Berikan suplemen makanan, jika perlu

Nyeri abdomen Edukasi :


1 : Meningkat -Anjurkan posisi duduk, jika mampu
2 : Cukup meningkat - Ajarkan diet yang diprogramkan
3 : Sedang
4 : Cukup menurun Kolaborasi :
5 : Menurun - Kolaborasi pemberian medikasi sebelum
makan ( mis. Pereda nyeri, antiemetik), jika
Berat badan perlu
Frekuensi makan - Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
Nafsu makan jumlah kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan,
Membran mukosa jika perlu
1 : Memburuk
2 : Cukup memburuk
3 : Sedang

64
4 : Cukup membaik
5 : Membaik

4. 7 April 2021 Hipervolemia b.d Keseimbangan Cairan Manajemen Hipervolemia


kelebihan volume cairan Definisi : Definisi :
d.d edema perifer Ekuilibrium antara volume cairan Mengidentifikasi dan mengelola kelebihan
diruang intraseluler dan ekstraseluler volume cairan intravaskuler danekstravaskuler
tubuh. serta mencegah terjadinya komplikasi

Setelah dilakukan tindakan keperawatan Aktivitas-aktivitas :


selama 2x 24 jam di harapkan: Observasi :
Kriteria hasil : - Periksa tanda dan gejala hipervolemia (mis.
Indikator Awal Target Ortopnea,dispnea,edema, JVP/CVP
Kelembaban 1 5 meningkat,refleks hepatojugularis, suara napas
membran mukosa tambahan)
Edema 2 5
Asites 1 5 - Identifikasi penyebab hipervolemia
Membran mukosa 1 5 - Monitor intake dan output cairan
Berat badan 2 5
Asupan makanan 1 5
Terapeutik :

65
Keterangan : - Timbang BB setiap hari pada waktu yang sama
Kelembaban membran mukosa - Batasi aupan cairan dan garam
Asupan makanan
1 : Menurun Edukasi :
2 : Cukup menurun - Ajarkan cara membatasi cairan
3 : Sedang
4 ; Cukup meningkat Kolaborasi :
5 : Meningkat - Kolaborasi pemberian diuretik (furosemide)

Edema
Asites
1 : Meningkat
2 : Cukup meningkat
3 : Sedang
4 ; Cukup menurun
5 : Menurun

Membran mukosa
Berat badan

66
1 : Memburuk
2 : Cukup memburuk
3 : Sedang
4 ; Cukup membaik
5 : Membaik

5. 7 April 2021 Hipertermia b.d dehidrasi Manajemen Hipertermia


Termoregulasi
d.d suhu tubuh diatas Definisi :
Definisi :
nilai normal Mengidentifikasi dan mengelola peningkatan
Pengaturan suhu tubuh agar tetap
suhu tubh akibat disfungsi termoregulasi.
berada pada rentang normal.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan


selama 2x 24 jam di harapkan:
Aktivitas-aktivitas :
Kriteria hasil :
Observasi :
Indikator Awal Target
Pucat 2 5 - Identifikasi penyebab hipertermia
Takipnea 1 5 - Monitor suhu tubuh
Suhu tubuh 2 5

Terapeutik :

67
- Basahi dan kipasi permukaan tubuh
- Lakukan pendinginan eksternal (mis. Kompres
Keterangan : dingin padai, leher, dada, abdomen, aksila)
Pucat
Takipnea Edukasi :
1 : Meningkat - Anjurkan tirah baring
2 : Cukup meningkat
3 : Sedang Kolaborasi :
4 : Cukup menurun - Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit
5 : Menurun intravena, jika perlu

Suhu tubuh
1 : Memburuk
2 : Cukup memburuk
3 : Sedang
4 : Cukup membaik
5 : Membaik

6. 7 April 2021 Gangguan mobilitas fisik Mobilitas Fisik Dukungan Mobilisasi


b.d nyeri (dibagian perut Definisi : Definisi :

68
kanan atas) d.d kekuatan Kemampuan dalam gerakan fisik dari Memfasilitasi pasien untuk meningkatkan
otot menurun satu atau lebih ekstremitas secara aktivitas pergerakan fisik
mandiri
Aktivitas-aktivitas :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi :
selama 2x 24 jam di harapkan: - Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fiik
Kriteria hasil : lainnya
Indikator Awal Target
Pergerakan 1 5 Terapeutik :
ekstremitas - Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu
Kekuatan otot 1 5
Nyeri 1 5 (mis. Pagar tempat tidur)
- Libatkan keluarga untuk membantu pasien
Keterangan : dalam meningkatkan pergerakan
Pergerakan ekstremitas
Kekuatan otot Edukasi :
1 : Menurun - Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
2 : Cukup menurun -Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus
3 : Sedang dilakukan (mis. Duduk ditempat tidur,duduk
4 : Cukup meningkat disisi tempat tidur dari tempat tidur ke kursi).

69
5 : Meningkat

Nyeri
1 : Meningkat
2 : Cukup meningkat
3 : Sedang
4 : Cukup menurun
5 : Menurun

7. 7 April 2021 Gangguan rasa nyaman Status Kenyamanan Manajemen Nyeri


b.d gejala penyakit d.d Definisi : Keseluruhan rasa nyaman dan Definisi : Mengidentifikasi dan mengelola
mengeluh sulit tidur aman secara fisik, psikologis, spiritual, pengalaman sensorik atau emosional yang
sosial, budaya dan lingkungan berkaitan dengan kerusakan jaringan atau
fungsional dengan onset mendadak atau lambat
Setelah dilakukan tindakan keperawatan dan berintensitas ringan hingga berat dan
selama 2x 24 jam di harapkan: konstan
Kriteria hasil :

70
Indikator Awal Target Aktivitas-aktivitas :
Kesejahteraan 2 5 Observasi :
fisik
Kesejahteraan 2 5
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durai,
psikologis
Kebebasan 1 5 frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
melakukan ibadah - Identifikasi skala nyeri
Keluhan tidak 2 5 - Identifikasi respon nyeri non verbal
nyaman - Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
Keluhan sulit tidur 2 5
Mual 2 5
Konsumsi alkohol 2 5
Pola tidur 1 5

Keterangan : Terapeutik :

Kesejahteraan fisik - Berikan teknik nonfarmakologis untuk

Kesejahteraan psikologis mengurangi rasa nyeri (mis. Terapi musik,

Kebebasan melakukan ibadah kompres hangat/dingin)

1 : Menurun - Fasilitasi istirahat dan tidur

2 : Cukup menurun
3 : Sedang Edukasi :

4 ; Cukup meningkat - Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri

71
5 : Meningkat - jelaskan strategi meredakan nyeri
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
Keluhan tidak nyaman mengurangi rasa nyeri
Keluhan sulit tidur
Mual Kolaborasi :
Konsumsi alkohol - Kolaborasi pemberia analgetik, jika perlu
1 : Meningkat
2 : Cukup meningkat
3 : Sedang
4 : Cukup menurun
5 : Menurun

Pola tidur
1 : Memburuk
2 : Cukup memburuk
3 : Sedang
4 : Cukup membaik
5 : Membaik

8. 7 April 2021 Nyeri akut b. d agen Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri

72
pencedera fisiologis d.d Definisi : Pengalaman sensorik atau Definisi : Mengidentifikasi dan mengelola
mengeluh nyeri emosional yang berkaitan dengan pengalaman sensorik atau emosional yang
kerusakan jaringan atau fungsional berkaitan dengan kerusakan jaringan atau
dengan onset mendadak atau lambat dan fungsional dengan onset mendadak atau lambat
berintensitas ringan hingga berat dan dan berintensitas ringan hingga berat dan
konstan konstan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan Aktivitas-aktivitas :


selama 2x 24 jam di harapkan: Observasi :
Kriteria hasil : - Identifikasi lokasi, karakteristik, durai,
Indikator Awal Target frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
Keluhan nyeri 1 5 - Identifikasi skala nyeri
Kesulitan tidur 2 5
Mual 2 5 - Identifikasi respon nyeri non verbal
Frekuensi nadi 2 5 - Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
Pola napas 1 5
Nafsu makan 2 5
Pola tidur 2 5 Terapeutik :
- Berikan teknik nonfarmakologis untuk
Keterangan :
mengurangi rasa nyeri (mis. Terapi musik,
Keluhan nyeri
kompres hangat/dingin)

73
Kesulitan tidur - Fasilitasi istirahat dan tidur
Mual
1 : Meningkat Edukasi :
2 : Cukup meningkat - Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
3 : Sedang - jelaskan strategi meredakan nyeri
4 : Cukup menurun - Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
5 : Menurun mengurangi rasa nyeri

Frekuensi nadi Kolaborasi :


Pola napas - Kolaborasi pemberia analgetik, jika perlu
Nafsu makan
Pola tidur
1 : Memburuk
2 : Cukup memburuk
3 : Sedang
4 : Cukup membaik
5 : Membaik

9. 7 April 2021 Ansietas b.d krisis Tingkat Ansietas Terapi Relaksasi

74
situasional d.d merasa Definisi : Definisi :
khawatir dengan akibat Kondisi emosi dan pengalaman Menggunakan teknik peregangan untuk
dari kondisi yang subyektif terhadap objek yang tidak mengurangi tanda dan gejala ketidaknyamanan
dihadapi jelas dan spesifik akibat antisipasi sepertinyeri, ketegangan otot, atau kecemasan.
bahaya yang memungkinkan individu
melakukan tindakan untuk menghadapi Aktivitas-aktivitas :
ancaman. Observasi :
- Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi,
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
tekanan darah dan suhu sebelum dan sesudah
selama 2x 24 jam di harapkan:
Kriteria hasil : latihan
Indikator Awal Target
-Monitor respon terhadap terapi relaksasi
Frekuensi 2 5
pernapasan
Frekuensi nadi 2 5 Terapeutik :
Pucat 2 5
Pola tidur 2 5 - Ciptakan lingkungan yang tenang dan tanpa
gangguan dengan pencahayaan dan suhu ruang
Keterangan : nyaman, jika memungkinka
Frekuensi pernapasan -Berikan informasi tertulis tentang persiapan dan
Frekuensi nadi
Pucat prosedur teknik relaksasi
1 : Meningkat

75
2 : Cukup meningkat Edukasi :
3 : Sedang
- Jelaskan tujuan, manfaat, batasan dan jenis
4 : Cukup menurun
5 : Menurun relaksasi yang tersedia (mis. Musik, meditasi,
napas dalam, relaksasi otot progres)
Pola tidur
1 : Memburuk - Jelaskan secara rinci intervensi relaksi yang
2 : Cukup memburuk
dipilih
3 : Sedang
4 : Cukup membaik - Anjurkan mengambil posisi nyaman
5 : Membaik
- Anjurkan rileks dan merasakan sensasi
rileksasi.

10. 7 April 2021 Distres spiritual Status Spiritual Dukungan spiritual


b.d perubahan pola hidup Definisi : Definisi :
d.d tidak mampu Keyakinan atau sistem nilai berupa Memfasilitasi peningkatan perasaan seimbang
beribadah kemampuan merasakan makna dan dan terhubung dengan kekuatan yang lebih
besar.
tujuan hidup melalui hubungan diri,
orang lain, lingkungan atau Tuhan. Aktivitas-aktivitas :
Observasi :

76
Setelah dilakukan tindakan keperawatan -Identifikasi perasaan khawatir, kesepian dan
selama 2x 24 jam di harapkan: ketidakberdayaan
-Identifikasi pandangan tentang hubungan antara
Kriteria hasil : spiritual dan kesehatan
Indikator Awal Target - Identifikasi ketaatan dalam beragama
Verbalisasi 2 5
perasaan tenang Terapeutik :
Perasaan takut 2 5
Kemampuan 1 5 - Berikan kesempatan mengekspresikan perasaan
beribadah tentang penyakit dan kematian
- Fasilitasi melakukan kegiatan ibadah
Keterangan :
Verbalisasi perasaan tenang Edukasi :
1 : Menurun - Anjurkan berinteraksi dengan keluarga, teman
2 : Cukup menurun dan/ atau orang lain
3 : Sedang
4 : Cukup meningkat Kolaborasi :
5 : Meningkat - Atur kunjungan dengan rohaniawan (mis.
Ustadz).
Perasaan takut

77
1 : Meningkat
2 : Cukup meningkat
3 : Sedang
4 : Cukup menurun
5 : Menur

Kemampuan beribadah
1 : Memburuk
2 : Cukup memburuk
3 : Sedang
4 : Cukup membaik
5 : Membaik

11. Perawataan Diri Edukasi perawatan Diri


7 April 2021 Defisit perawatan diri b.d
Definisi : Definisi :
gangguan Kemampuan melakukan atau Mengajarkan pemenuhan kebutuhan kesehatan
menyelesaikan aktivitas perawatan diri dasar perawatan diri
muskuloskeletal d.d tidak
mampu mandi
Observasi :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 2x 24 jam di harapkan: - Identifikasi tentang perawatan diri

78
- Identifikasi kemampuan membaca, status
perawatan diri, status kognitif , psikologis,
Kriteria hasil : tingkat kecemasan dan budaya
Indikator Awal Target
- Identifikasi masalah dan hambatan perawatan
Kemampuan 2 5
mandi diri yang dialami
Kemampuan 2 5
mengenakan
pakaian Terapeutik :
Kemampuan 2 5
BAB/BAK - Rencanakan strategi edukasi termasuk tujuan
yang realistis
Keterangan :
1: Menurun - Ciptakan edukasi interaktif untuk memicu
2: Cukup menurun partisipasi aktif selama edukasi
3: Sedang
4: Cukup meningkat - Berikan penguatan positif terhadap kemampuan
5: Meningkat yang didapat

Edukasi :
- Ajarkan perawatan diri praltik perawatan diri,
dan aktivitas kehidupan sehari-hari
- Ajurkan mendemonstrasikan praktik perawatan
diri sesuai kemampuan

79
- Anjurkan mengulang kembali informasi
edukasi tentang perawatan diri

12. 7 April 2021 Defisit pengetahuan Tingkat Pengetahuan Edukasi Kesehatan


Definisi :
penyakit sirosis hepatis Definisi :
Kecukupan informasi kognitif yang
dan cara berkaitan dengan topik tertentu. Mengajarkan pengelolaan faktor risiko penyakit
penyembuhannya dan perilaku hidup bersih serta sehat.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
b.d kurang terpapar selama 2x 24 jam di harapkan:
informasi d.d penyakit Aktivitas-aktivitas :
Kriteria hasil :
akut Indikator Awal Target Observasi :
Kemampuan 2 5 - Identifikasi kesiapan dan kemampuan
menjelaskan
pengetahuan menerima infromasi
tentang suatu topik

Terapeutik :
Perilaku sesuai 2 5 - Sediakan materi dan media pendidikan
dengan
pengetahuan kesehatan
- Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
Keterangan : kesepakatan
Kemampuan menjelaskan pengetahuan - Berikan kesempatan untuk bertanya

80
tentang suatu topik
Perilaku sesuai dengan pengetahuan
1 : Menurun
2 : Cukup menurun Edukasi :
3 : Sedang
- Jelaskan faktor risiko yang dapat
4 : Cukup meningkat
5 : Meningkat mempengaruhi kesehatan
- Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat

VI. Implementasi Keperawatan

81
Nama : Tn. U Umur : 37 tahun Ruang : Mawar Diagnosa medis : Sirosis Hepatis

Dx Hari/Tanggal/Waktu Implementasi Respon Paraf


Pola napas tidak efektif b.d Rabu , 7 April 2021 DS :
Hambatan upaya napas d.d 08.00 - Mengobservasi keluhan pasien - Klien mengatakan nafasnya sesak
pernapasan cuping hidung 08.20 - Melakukan TTV karena nyeri dibagian perut kanan atas
08.30 - Anjurkan posisi semi flower atau - Klien mengatakan bahwa ia
flower mengalami batuk kering sudah 1 bulan
09.10 - Mengobservasi pola pernafasan
DO :
- Mengedukasi melakukan
09.30 - klien bernafas menggunakan cuping
aktivitas
hidung
- Mengkaji nyeri secara
10.00 - RR 29x/menit
komprehensif
- pernafasan takipnea

- Mengajarkan pasien teknik nafas


10.10
dalam

10.20
- Melakukan pengkajian nyeri
11.30
- Melakukan kolabrasi dengan

82
dokter untuk pemberian obat
bronkodilator,ekspektoran,
13.00 mukolitik
- Mengajarkan teknik batuk efektif

Pola napas tidak efektif b.d Kamis , 8 April 2021 DS :


Hambatan upaya napas d.d 08.30 - Melakukan pengkajian terhadap - Klien mengatakan nafasnya sesak
pernapasan cuping hidung pasien karena nyeri dibagian perut kanan atas
09.00 - Melakukan TTV dan saturnasi - Klien mengatakan bahwa ia
09.20 - Posisikan semi flower mengalami batuk kering sudah 1 bulan
09.30 - Memonitoring pola napas
10.00 - Menyediakan kursi roda didekat DO :
tempat pasien - klien bernafas menggunakan cuping
10.30 - Observasi hambatan pisik hidung
11.00 - Mengedukasi pasien untuk - RR 29x/menit
meminum obat - pernafasan takipnea
Risiko perdarahan b.d Kamis ,9April 2021 DS :
Gangguan fungsi hati 08.00 - Mengobservasi keluhan pasien - Klien mengatakan bahwa ia merasa
(sirosis hepatitis) d.d 08.20 - Melakukan TTV lemas
penurunan kadar Hb 08.30 - Menjelaskan tanda dan gejala

83
perdarahan DO :
09.10 - Anjurkan untuk meningkatkan - Hb = 7,8 g/dL.
makanan serta vitamin - Hematokrit = 25 %.
09.30 - Mengobservasi hambatan fisik - Mukosa mulut kering & pecah-pecah
- Menganjurkan untuk tetap
10.00 bedrest selama perdarahan
10.10 - Kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian obat pengontrol
10.20 perdarahan jika perlukan

Risiko perdarahan b.d Sabtu , 10April 2021 DS :


Gangguan fungsi hati 08.30 - Mengkaji keluhan pasien - Klien mengatakan bahwa ia merasa
(sirosis hepatitis) d.d - Melakukan TTV dan saturnasi lemas
penurunan kadar Hb 09.00 - Mengedukasi pasien untuk

84
mekan dan minum vitamin K DO :
09.20 - Kolaborasi dengan dokter untuk - Hb = 7,8 g/dL.
pemberian produk darah jika - Hematokrit = 25 %.
diperlukan - Mukosa mulut kering & pecah-pecah
09.30 - Memonitoring nilai
hematokrit/hemoglobin
10.00 - Mengedukkasi pasien untuk
membatasi tindakan invasif
10.30 - Menciptakan lingkungan yang
nyaman
11.00 - Mengedukasi pasien untuk
semangat mengkonsumsi obat
11.30 - Memonitoring kelelahan fisik
terhadap aktivitas pasien

Defisit nutrisi b.d berat Minggu 11April 2021 DS :


badan menurun minimal 08.00 - Mengedukasi pasien untuk - Klien mengatakan saat sakit ia
10% dibawah rentang ideal 08.20 mengkonsumsi makanan merasa mual saat makan
d.d nafsu makan menurun 08.30 - Mengobservasi hambatan fisik

85
- Memonitoring tingkat nyeri DO :
- Klien hanya menghabiskan 3 sendok
makan saat sakit
- Sebelum sakit BB klien 60 kg
- Saat sakit BB klien 48 kg
- Tinggi badan 160 cm
- IMT = 18,75
- Terdapat nyeri tekan pada bagian
perut kanan atas

Defisit nutrisi b.d berat Senin , 12April 2021 DS :


badan menurun minimal 08.30 - Mengkaji keluhan pasien - Klien mengatakan saat sakit ia
10% dibawah rentang ideal 09.00 - Melakukan TTV dan Saturnasi merasa mual saat makan
d.d nafsu makan menurun
09.20 - Melakukan hygine sebelum DO :
makan - Klien hanya menghabiskan 3 sendok
09.30 - Mengidentifikasi makanan yang makan saat sakit
disukai oleh pasien - Sebelum sakit BB klien 60 kg
10.00 - Mengidentifikasi status nutrisi - Saat sakit BB klien 48 kg

86
10.30 - Mengobservasi tingkatan nyeri - Tinggi badan 160 cm
11.00 - Anjurkan posisi semi flower - IMT = 18,75
11.30 - Mengedukasi diet yang di - Terdapat nyeri tekan pada bagian
programkan perut kanan atas
13.00 - Kolaborasi dengan dokter
pemberian medikasi sebelum
makan

Hipervolemia b.d kelebihan Selasa 13April 2021 DS :


volume cairan d.d edema 08.00 - Memonitor intake dan output cairan - Klien mengatakan sebelum sakit
perifer 08.20 - Menimbang BB setiap hari pada waktu dapat menghabiskan 4 botol air
yang sama mineral dan klien sering
08.30 - Membatasi aupan cairan dan garam mengkonsumsi minuman alkohol.
09.10 - Mengajarkan cara membatasi cairan - Klien mengatakan bahwa ia sudah
09.30 - Memberikan diuretik (furosemide) batuk kering sudah 1 bulan

DO :
- Mukosa mulut kering & pecah-pecah
- Perut klien terlihat asites

87
- Di ekstremitas bawah klien terdapat
edema tungkai
- Sebelum sakit BB klien 60 kg
- Saat sakit BB klien 48 kg

Hipervolemia b.d kelebihan Rabu,14 April 2021 DS :


volume cairan d.d edema 08.30 - Memonitor intake dan output cairan - Klien mengatakan sebelum sakit
perifer 09.00 - Membatasi aupan cairan dan garam dapat menghabiskan 4 botol air
09.20 - Mengajarkan cara membatasi cairan mineral dan klien sering
09.30 - Memberikan diuretik (furosemide) mengkonsumsi minuman alkohol.
- Klien mengatakan bahwa ia sudah
batuk kering sudah 1 bulan

DO :
- Mukosa mulut kering & pecah-pecah
- Perut klien terlihat asites
- Di ekstremitas bawah klien terdapat

88
edema tungkai
- Sebelum sakit BB klien 60 kg
- Saat sakit BB klien 48 kg

Hipertermia b.d dehidrasi Kamis, 15 April 2021 DS :


d.d suhu tubuh diatas nilai 08.00 - Mengkaji keluhan pasien - Ny. S mengatakan bahwa klien panas
normal 08.20 - Melakukan TTV dan demam
08.30 - Memonitoring suhu tubuh - Klien mengatakan saat sakit hanya
- Menganjukan untuk tirah baring minum 1 gelas perhari (150 cc)
09.10 DO :
- Melakukan terapi - Suhu tubuh klien 38ºC
09.30 nonfarmakologi seperti kompres - Wajah klien tampak pucat
air dingin/panas
10.00 - Mengidentikifasi penyebab
hipertermia
- Memonitoring aktivitas terhadap
10.10 pasien
- Sediakan kursi roda diekat
10.20 tempat tidur pasien

89
- Mengedukasi pasien untuk rajin
11.30 meminum obat
- Kolaborasi dengan dokter
13.00 pemberian cairan dan elektrolit
intravena jika diperlukan

Hipertermia b.d dehidrasi Jumat 16April 2021 DS :


d.d suhu tubuh diatas nilai 08.30 - Mengkaji keluhan pasien - Ny. S mengatakan bahwa klien panas
normal 09.00 - Melakukan TTV dan demam
- Memonitoring suhu tubuh - Klien mengatakan saat sakit hanya
09.20 - Menganjukan untuk tirah baring minum 1 gelas perhari (150 cc)
09.30 - Melakukan terapi DO :
nonfarmakologi seperti kompres - Suhu tubuh klien 38ºC
air dingin/panas - Wajah klien tampak pucat
10.00 - Mengidentikifasi penyebab
hipertermia
10.30 - Memonitoring aktivitas terhadap
pasien

90
11.00 - Sediakan kursi roda diekat
tempat tidur pasien
11.30 - Mengedukasi pasien untuk rajin
meminum obat
13.00 - Kolaborasi dengan dokter
pemberian cairan dan elektrolit
intravena jika diperlukan
13.30 - Mengobservasi tindakan basahi
dan kipasi permukaan tubuh

Gangguan mobilitas fisik Sabtu 17 April 2021 DS :


b.d nyeri nyeri (dibagian 08.00 - Mengkaji keluhan pasien - Klien mengatakan badannya lemas
perut kanan atas ) d.d 08.20 - Melakukan TTV dan nyeri dibagian perut kanan atas
kekuatan otot 08.30 - Memposisikan pasien untuk

91
memaksimalkan ventilasi DO :
08.40 - Mengajarkan teknik untuk - Selama sakit aktivitas pasien dibantu
mengurangi rasa nyeri oleh keluarga dan perawat karena
09.10 - Kolaborasi dengn dokter pasien merasa badannya lemas dan
pemberian analgetik nyeri dibagian perut kanan atas,
09.30 - Memonitoring pola aktivitas dan sehingga ia tidak dapat bekerja seperti
tidur dan faktor penggangu tidur biasanya
10.00 pada pasien

10.10 - Mengedukasi pasien untuk b) CRT < 2 detik


mengurangi rasa nyeri c) Di ekstremitas bawah klien terdapat
10.20 edema tungkai
- Sediakan kursi roda didekat d) Kekuatan otot menurun
tempat tidur pasien e) Klien terlihat lemas

92
Gangguan mobilitas fisik Minggu 18April 2021 - Mengkaji perkembagan pasien DS :
b.d nyeri nyeri (dibagian - Mengobservasi pola pernafasan - Klien mengatakan badannya lemas
perut kanan atas ) d.d 08.30 pasien dan nyeri dibagian perut kanan atas
kekuatan otot 09.00 - Mengedukasi cara melakukan

93
aktivitas DO :
- Menyediakan kursi roda didekat - Selama sakit aktivitas pasien dibantu
pasien oleh keluarga dan perawat karena
- Melakukan tindakan mobilisasi pasien merasa badannya lemas dan
- Mengidentifikasi harapan dan nyeri dibagian perut kanan atas,
kekuatan pasien sehingga ia tidak dapat bekerja seperti
biasanya

b) CRT < 2 detik


c) Di ekstremitas bawah klien terdapat
edema tungkai
d) Kekuatan otot menurun
e) Klien terlihat lemas

Gangguan mobilitas fisik Senin , 19April 2021 - Mengkaji perkembagan pasien DS :


b.d nyeri nyeri (dibagian - Mengobservasi pola pernafasan - Klien mengatakan badannya lemas
perut kanan atas ) d.d 08.30 pasien dan nyeri dibagian perut kanan atas

94
kekuatan otot 09.00 - Mengedukasi cara melakukan
aktivitas DO :
09.20 - Menyediakan kursi roda didekat - Selama sakit aktivitas pasien dibantu
pasien oleh keluarga dan perawat karena
09.30 - Melakukan tindakan mobilisasi pasien merasa badannya lemas dan
nyeri dibagian perut kanan atas,
10.00 - Mendampingi rohaniawan dan sehingga ia tidak dapat bekerja seperti
pelaksanaan ibadah yang di anut biasanya
10.30 b) CRT < 2 detik
- Mengedukasi untuk rajin
c) Di ekstremitas bawah klien terdapat
mengkonsumsi obat
edema tungkai
d) Kekuatan otot menurun
- Mengidentifikasi harapan dan
11.00 e) Klien terlihat lemas
kekuatan pasien

Gangguan rasa Nyaman b.d Selasa 20April 2021 DS :


Gejala penyakit d.d 08.00 - Mengobservasi keluhan pasien - Saat sakit klien merasa lemas dan

95
mengeluh sulit tidur 08.20 - Melakukan TTV sering terbangun karena nyeri perut
08.30 - Mengedukasi tentang gangguan - Klien mengatakan dirinya sebagai
rasa nyaman terhadap pola tidur seorang suami dan seorang kepala
09.10 - Menciptakanlingkungan yang rumah tangga merasa tidak nyaman
nyaman karena keadaannya yang tidak bisa
09.30 - Mengidentifikasi tingkat rasa beraktivitas seperti biasa
nyeri - Saat sakit, selama dirawat klien
10.00 - Melakukan terapi mengatakan susah tidur dan sering
nonfarmakologi untuk terbangun karena nyeri perut. Tidur
mengurangi rasa nyeri malam maksimal 5 jam dan siang 2
10.10 - Sediakan kursi roda didekat jam.
tempat tidur pasien - Klien mengatakan mual saat makan
10.20 - Mengobservasi hambatan fisik - Klien mengatakan ia sering
11.30 - Mengedukasi pasien untuk mengkonsumsi minuman alkohol
mengkonsumsi makanan
DO :
- TTV :
- Nadi 111x/menit
- Pernafasan 29x/menit
- Suhu tubuh 38ºC

96
- Selama dirawat klien tidak
melakukan kegiatan keagamaan seperti
sholat

Gangguan rasa Nyaman b.d Rabu ,21April 2021 DS :


Gejala penyakit d.d 08.30 - Mengobservasi keluhan pasien - Saat sakit klien merasa lemas dan
mengeluh sulit tidur sering terbangun karena nyeri perut
09.00 - Melakukan TTV dan Saturnasi - Klien mengatakan dirinya sebagai
seorang suami dan seorang kepala
09.20 - Mengkaji pola pernafasan rumah tangga merasa tidak nyaman
karena keadaannya yang tidak bisa
09.30 - Mengkaji tingkat rasa nyeri beraktivitas seperti biasa
- Saat sakit, selama dirawat klien
10.00 - Mendampingi rohaniawan dan mengatakan susah tidur dan sering
pelaksanaan ibadah yang di anut terbangun karena nyeri perut. Tidur
10.30 - Sediakan kuris roda didekat malam maksimal 5 jam dan siang 2
tempat tidur pasien jam.
11.00 - Menciptakan lingkungan yang - Klien mengatakan mual saat makan
nyaman - Klien mengatakan ia sering

97
11.30 - Mengajarkan strategi meredakan mengkonsumsi minuman alkohol
nyeri
DO :
- TTV :
13.00 - Mengedukasi pasien untuk
- Nadi 111x/menit
semangat meminum obat
- Pernafasan 29x/menit
- Suhu tubuh 38ºC
13.30 - Mengobservasi hambatan fisik
- Selama dirawat klien tidak
melakukan kegiatan keagamaan seperti
sholat

Nyeri akut b.d agen Kamis 22April 2021 DS :


pencedera fisiologis d.d 08.00 - Mengkaji keluhan pasien - Klien mengatakan lemas, perut
pola napas abnormal 08.20 - Melakukan TTV membesar (asites) dan keras sejak 2
(takipnea) 08.30 - Kolaborasi dengan dokter untuk minggu yang lalu
08.40 pemberian analgetik jika - Klien mengatakan nyeri dibagian
diperlukan perut kanan atas dengan identifikasi :
09.10 - Memonitoring pola aktivitas dan P : Klien mengatakan rasa nyeri
tidur dan faktor penggangu tidur bertambah ketika makan dan nyeri
pada pasien berkurang apabila tidak terlalu banyak

98
09.30 - Memonitoring pola aktivitas dan bergerak
tidur dan faktor penggangu tidur Q : Klien mengatakan rasa nyeri yang
10.00 pada pasien timbul seperti diremas-remas
R : Klien mengatakan lokasi rasa nyeri
10.10 - Memonitoring pola makan dan dibagian perut kanan atas
faktor pengganggu pola makan S : Pasien mengatakan jika skala nyeri
pada pasien yang dirasakan 6
10.20 - mengidentifikasi kekuatan fisik T : Klien mengatakan nyeri yang
terhadap pasien dirasakan hilang timbul
11.30 - mengevaluasi keadaan pasien - Klien mengatakan saat sakit ia
merasa mual saat makan

DO :
- Tekanan darah 130/80 mmHg
- Nadi 111x/menit
- Pernafasan 29x/menit
- bau karakteristik pernapasan yaitu
fetor hepaticus

99
Nyeri akut b.d agen Jumat 23 April 2021 DS :
pencedera fisiologis d.d 08.00 - mengkaji perkembangan pasien - Klien mengatakan lemas, perut
pola napas abnormal 08.20 - mengobservasi pola nafas pada membesar (asites) dan keras sejak 2
(takipnea) 08.30 pasien minggu yang lalu
08.40 - mengukur TTV - Klien mengatakan nyeri dibagian
09.10 - mengatur posisi semi flower perut kanan atas dengan identifikasi :
09.30 - Monitoring kelelahan fisik dan P : Klien mengatakan rasa nyeri
emosional dan tingkat bertambah ketika makan dan nyeri
kemandirian berkurang apabila tidak terlalu banyak
bergerak
Q : Klien mengatakan rasa nyeri yang
timbul seperti diremas-remas
R : Klien mengatakan lokasi rasa nyeri

100
dibagian perut kanan atas
S : Pasien mengatakan jika skala nyeri
yang dirasakan 6
T : Klien mengatakan nyeri yang
dirasakan hilang timbul
- Klien mengatakan saat sakit ia
merasa mual saat makan

DO :
- Tekanan darah 130/80 mmHg
- Nadi 111x/menit
- Pernafasan 29x/menit
- bau karakteristik pernapasan yaitu
fetor hepaticus

Ansietas b.d krisis Sabtu 24April 2021


situasional d.d merasa 08.00 - Mengkaji keluhan pasien DS :
khawatir dengan akibat dari 08.20 - Melakukan TTV - Klien mengatakan sangat takut dan
kondisi yang dihadapi 08.30 - Mengedukasi tentang tindakan nampak cemas karena keadaan

101
terapi relaksasi perutnya yang semakin membesar
08.40 - Mengajarkan teknik terapi - Selama dirawat klien mengatakan
relaksasi susah tidur
09.10
- Mengajarkan teknik terapi rileks
dan meraasakan sensasinya DO :
09.30 - Klien tampak menahan rasa nyeri
- Memonitoring ketegangan
- Nadi 111x/menit
otot,frekuensi nadi,TD,dan shu
- Wajah klien tampak pucat
sesudah dan sebelum latihan
teknik terapi relaksasi
10.00

- Memonitor respon terhadap


terapi relaksasi
10.10
- Memberikan dorongan pada
pasien untuk tetap semangat dan
10.20 menerima keadaan
- Mencipakan lingkungan yang
tenang tanpa gangguan

102
11.30
- Kolaborasi dengan dokter
pemberian terapii relaksasi
13.00
- Memonitoring pola aktivitas dan
tidur dan faktor penggangu tidur
pada pasien

13.30
- Mengevaluasi keadaan pasien

103
Ansietas b.d krisisi Minggu 25 April 2021 DS :
situasional d.d merasa 08.00 - Mengkaji perkembangan pasien - Klien mengatakan sangat takut dan
khawatir dengan akibat dari 08.20 - Mengobservasi pola pernapasan nampak cemas karena keadaan
kondisi yang dihadapi 08.30 - Mengatur posisi semi flower perutnya yang semakin membesar
- Selama dirawat klien mengatakan
- Mengedukasi cara melakukan
08.40 susah tidur
aktivitas bertahap

09.10
- Mengidentifikasi harapan dan
DO :
kekuatan pasien
- Klien tampak menahan rasa nyeri
- Nadi 111x/menit
- Wajah klien tampak pucat

Distres spiritual b.d Senin 26April 2021 DS :

104
perubahan pola hidup d.d 08.00 - Mengkaji keluhan pasien - Klien mengatakan agar penyakit yang
tidak mampu beribadah 08.20 - Melakukan TTV di alaminya cepat sembuh dan pasien
08.30 - Mengedukasi pasien untuk terus cepat pulang
melakukan ibadah
09.10 DO :
- Memberikan dukungan semangat
- Selama dirawat klien tidak
kepada pasien
09.30 melakukan kegiatan keagamaan seperti
sholat
- Mendampingi rohaniawan dan
10.00
pelaksanaan ibadah yang di anut
- Memonitoring pola aktivitas dan
10.10
tidur dan faktor penggangu tidur
pada pasien

Distres spiritual b.d Selasa ,27April 2021 DS :


perubahan pola hidup d.d 08.30 - Mengobservasi keluhan pasien - Klien mengatakan agar penyakit yang
tidak mampu beribadah 09.00 - Mengedukasi cara melakukan di alaminya cepat sembuh dan pasien

105
aktivitas dengan cara bertahap cepat pulang
09.20 - Mendampingi rohaniawan dan
pelaksanaan ibadah yang di anut DO :
- Selama dirawat klien tidak
melakukan kegiatan keagamaan seperti
sholat

. Defisit perawatan diri b.d Rabu , 28 April 2021


gangguan muskulosketal d.d 08.30 DS :
- Mengkaji keluhan pasien
tidak mampu mandi - Klien mengatakan badannya lemas
- Melakukan TTV
dan nyeri dibagian perut kanan atas
09.00 - Mengobservasi hambatan fisik

DO :
09.20 - Mengkaji tingkat rasa nyeri
- Aktivitas pasien dibantu oleh
keluarga dan perawat

106
09.30 - Mengedukasi pasien untuk - Kekuatan otot pasien menurun
melakukan pola hidup sehat -Klien terlihat lemas
- Monitoring kelelahan fisik dan - Saat sakit : selama di rawat klien
10.00 emosional dan tingkat tidak pernah mandi dan hanya di lap
kemandirian saja 2x sehari pagi dan sore
10.30 - Mengidentifikasi masalah dan
hambatan perawatan diri

Defisit perawatan diri b.d Kamis 29April 2021 DS :


gangguan muskulosketal d.d 08.30 - mengkaji keluhan pasien - Klien mengatakan badannya lemas
tidak mampu mandi
09.00 - melakukan TTV dan saturnasi dan nyeri dibagian perut kanan atas
09.20 - mengedukasi pasien tentang
perawatan diri DO :
- Aktivitas pasien dibantu oleh
09.30 - merencanakan strategi edukasi keluarga dan perawat
termasuk tujuan yang realistis - Kekuatan otot pasien menurun
10.00 - mengidentifikasi masalahdan -Klien terlihat lemas
hambatan perawatan diri yang - Saat sakit : selama di rawat klien
dialami tidak pernah mandi dan hanya di lap

107
10.30 - mengkaji tingkat rasa nyeri saja 2x sehari pagi dan sore

11.00 - menganjurkan praktik perawatan


diri sesuai kemampuan

Defisit pengetahuan Jumat 30 April 2021 DS :


penyakit sirosis hepatis dan 08.30 - Mengkaji keluhan pasien - Klien mengatakan lemas, perut
cara penyembuhannya 09.00 - Melakukan TTV membesar (asites) dan keras sejak 2
b.d kurang terpapar 09.20 - Mengkaji tingkat rasa nyeri minggu yang lalu
informasi d.d penyakit akut 09.30 - Mengidentifikasi kesiapan dan - Klien mengatakan nyeri dibagian
kemampuan menerima informasi perut kanan atas
10.00 - Mengobservasi hambatan fisik
10.30 - Menjadwalkan kegiatan DO :
pendidikan kesehatan - Klien dan keluarga tidak paham
11.00 - Mengedukasi pasien agar tentang penyakit sirosis hepatis dan
semangat mengkonsumsi obat cara penyembuhannya
- Nyeri di perut bagian kanan atas

Defisit pengetahuan Sabtu, 1 Mei 021 DS :


penyakit sirosis hepatis dan 08.30 - Mengobservasi keluhan pasien - Klien mengatakan lemas, perut

108
cara penyembuhannya 09.00 - Melakukan TTV dan saturnasi membesar (asites) dan keras sejak 2
b.d kurang terpapar 09.20 - Mengedukasi pasien untuk minggu yang lalu
informasi d.d penyakit akut melakukan pola hidup bersih dan - Klien mengatakan nyeri dibagian
sehat perut kanan atas
09.30 - Mengkaji tingkat rasa nyeri
DO :
10.00 - Mengedukasi faktor risiko yang - Klien dan keluarga tidak paham
dapat mempengaruhi kesehatan tentang penyakit sirosis hepatis dan
10.30 - Memberikan keempatan untuk cara penyembuhannya
bertanya - Nyeri di perut bagian kanan atas
11.00 - Melakukan edukasi tentang
kesehatan
11.30 - Mengobservasi hambatan fisik

13.00 - Mendampingi rohaniawan untuk


melakukan ibadah yang dianut
13.30 - Menyediakan kursi roda didekat
tempat tidur pasien
14.00 - Mengevaluasi

109
VII. Evaluasi Keperawatan (SOAP)

Nama :Tn. U Umur : 37 tahun Ruang : Mawar Diagnosa medis : Sirosis Hepatis

Hari/Tanggal/Waktu/Dx Evaluasi (SOAP) Paraf


Rabu 7 April 2021 S : Pasien mengatakan jika skala nyeri yang dirasakan 6
O : Dibagian perut kanan atas
1. Pola napas tidak efektif b.d A : Masalah belum teratasi
Hambatan upaya napas d.d Indikator Awal Target Akhir
pernapasan cuping hidung Pernapasan cuping 2 5 3
hidung

110
Frekuensi napas 2 5 3

P: Intervensi lanjutan :
 Teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
 Posisikan semi flower.
 Mengajarkan teknik batuk efektif.
 Mengedukasi pasien untuk meminum obat.

2. Risiko perdarahan b.d S : pasien mengatakan sangat takut dan cemas


Gangguan fungsi hati (sirosis O : perut membesar
hepatitis) d.d penurunan A : Masalah belum teratasi
kadar Hb
Indikator Awal Target Akhir
Kelembaban 1 5 4
membran mukosa
Hemoglobin 1 5 4
Hematokrit 1 5 4
Suhu tubuh 2 5 4

P : Intervensi lanjutan :
 Pemberian obat analgetik
 Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian produk darah jika
diperlukan
 Memonitoring nilai hematokrit/hemoglobin

111
Jumat, 9 April 2021 S : pasien mengatakan lemas perut membesar
3. Defisit nutrisi b.d berat badan O ; nadi 11x/menit
menurun minimal 10% dibawah A: Masalah sudah teratasi
rentang ideal d.d nafsu makan
menurun Indikator Awal Target Akhir
Porsi makanan 1 5 5
yang dihabiskan
Serum albumin 1 5 5
Nyeri abdomen 1 5 5
Berat badan 2 5 5
Frekuensi makan 1 5 5
Nafsu makan 2 5 5
Membran mukosa 1 5 5

P : Intervensi lanjutan :
 -

S : pasien mengatakan susah tidur


4. Hipervolemia b.d kelebihan O : wajah tampak pucat
A : Masalah belum teratasi
volume cairan d.d edema perifer
Indikator Awal Target Akhir
Kelembaban membran 1 5 5
mukosa
Edema 2 5 4
Asites 1 5 4

112
Membran mukosa 1 5 4
Berat badan 2 5 5
Asupan makanan 1 5 5

P : Intervensi lanjutan :
 Menciptakan lingkungan yang nyaman
 Mengobservasi hambatan fisik
 Mengedukasi pasien untuk rajin mengkonsumsi obat

Minggu, 11 April 2021

5. Hipertermia b.d dehidrasi d.d S : klien mengatakan badanya lemes


suhu tubuh diatas nilai normal O : kekuatan otot menurun
A : Masalah sudah teratasi
Indikator Awal Target Akhir
Pucat 2 5 5
Takipnea 1 5 5
Suhu tubuh 2 5 5

P : Intervensi lanjutan :
 -

6. Gangguan mobilitas fisik b.d S : pasien mengatakan tidak bisa melakukan aktivitas

113
nyeri nyeri (dibagian perut kanan O : CRT<2detik
atas) d.d kekuatan otot menurun A : Masalah sudah teratasi
Indikator Awal Target Akhir
Pergerakan 1 5 5
ekstremitas
Kekuatan otot 1 5 5
Nyeri 1 5 5

P : Intervensi lanjutan :
 -
Selasa, 13 April 2021
7. Gangguan rasa Nyaman b.d S : Pasien mengatakan agar penyakit yang dialaminya cepat sembuh
Gejala penyakit d.d mengeluh sulit O : tidak pernah melakukan kegiatan keagamaan
tidur A : Masalah sudah teratasi
Indikator Awal Target Akhir
Kesejahteraan fisik 2 5 5
Kesejahteraan 2 5 5
psikologis
Kebebasan 1 5 5
melakukan ibadah
Keluhan tidak 2 5 5
nyaman
Keluhan sulit tidur 2 5 5
Mual 2 5 5

114
Konsumsi alkohol 2 5 5
Pola tidur 1 5 5

P : Intervensi lanjutan :
 -

S : pasien mengatakan ingin cepat pulang


O:-
A : Masalah sudah teratasi
Indikator Awal Target Akhir
8. Nyeri akut b. d agen pencedera Keluhan nyeri 1 5 5
fisiologis d.d mengeluh nyeri Kesulitan tidur 2 5 5
Mual 2 5 5
Frekuensi nadi 2 5 5
Pola napas 1 5 5
Nafsu makan 2 5 5
Pola tidur 2 5 5

P : Intervensi lanjutan :
 -
9. Ansietas b.d krisis situasional S : Pasien mengatakan susah tidur
d.d merasa khawatir dengan akibat O : Wajah tampak pucat
dari kondisi yang dihadapi A : Masalah sudah teratasi
Indikator Awal Target Akhir
Frekuensi pernapasan 2 5 5
Frekuensi nadi 2 5 5

115
Pucat 2 5 5
Pola tidur 2 5 5

P : Intervensi lanjutan :
 -

S : Pasien mengatakan mengatakan agar penyakit yang di alaminya cepat


10. Distres spiritual sembuh dan pasien cepat pulang
b.d perubahan pola hidup d.d tidak O : Tidak melakukan kegiatan keagamaan
mampu beribadah A : Masalah sudah teratasi
Indikator Awal Target Akhir
Verbalisasi 2 5 5
perasaan tenang
Perasaan takut 2 5 5
Kemampuan 1 5 5
beribadah

P : Intervensi lanjutan :
 -

11. Defisit perawatan diri b.d S : Pasien mengatakan melakukan ingin menyelesaikan aktivitas
gangguan muskulosketal d.d tidak perawatan diri
mampu mandi O : hambatan perawatan diri yang dialami
A : Masalah sudah teratasi

116
Indikator Awal Target Akhir
Kemampuan mandi 2 5 5
Kemampuan 2 5 5
mengenakan pakian
Kemampuan 2 5 5
BAB/BAK

P : Intervensi lanjutan :
 -

S : Pasien mengatakan lemas, perut membesar (asites) dan keras sejak 2


minggu yang lalu
12. Defisit pengetahuan tentang O : Nyeri di perut bagian kanan atas
penyakit serosis hepatis dan cara A : Masalah sudah teratasi
penyembuhannya b.d kurang
terpapar informasi d.d penyakit akut Indikator Awal Target Akhir
Kemampuan 2 5 5
menjelaskan
pengetahuan
tentang suatu topik
Perilaku sesuai 2 5 5
dengan
pengetahuan

117
P : Intervensi lanjutan :
 -

118
PROGNOSIS

Prognosis sirosis sangat bervariasi dipengaruhi sejumlah faktor, meliputi etiologi,


beratnya kerusakan hati, komplikasi, dan penyakit lain yang menyertai. Klien
dengan sirosis hepatis yang masih meminum alkohol memiliki sintasan 5 tahun
kurang dari 50%. Sedangkan, klien yang tidak meminum alkohol lagi memiliki
prognosis yang jauh lebih baik dan dapat dilakukan transplantasi hepar. Sintasan
pada klien dengan sirosis tanpa komplikasi adalah lebih dari 12 tahun. Sedangkan,
sirosis dengan komplikasi memiliki sintasan sekitar 2 tahun.

Klien dalam kasus ini sering mengkonsumsi alkohol sehingga klien memiliki
sintasan 5 tahun kurang dari 50% dan memiliki komplikasi yaitu asites. Asites
pada pasien sirosis menunjukkan prognosis yang buruk. Angka mortalitas 40%
dalam 1 tahun dan 50% dalam 2 tahun. EASL (European Association for the
Study of the Liver) merekomendasikan klien sirosis dengan asites merupakan
kandidat untuk dilakukan transplantasi hati.

KOMPLIKASI

Pasien pada kasus ini mengalami asites. Asites berkaitan dengan ketahanan hidup
jangka panjang yang rendah (5-year survival rate 30%-40%), peningkatan risiko
infeksi dan gagal ginjal sehingga semua pasien dengan asites sebaiknya dievaluasi
untuk transplantasi. Sekitar 50% pasien dengan sirosis hati akan mengalami asites
dalam waktu 10 tahun dan meninggal dalam 2 tahun.

119
DAFTAR PUSTAKA

Amin, H.N., Kusuma, H. (2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan

Diagnosa Medis &NANDA NIC-NOC Edisi Revisi Jilid 1.Jogjakarta:

Mediaction Publishing.

Baradero Mary. (2008). Klien Gangguan Hati. Seri Asuhan Keperawatan.

Jakarta:EGC.

Bare BG., Smeltzer SC. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Hal : 45

47. Jakarta: EGC.

Black, M. J. & Hawks, H .J., (2009). Medical surgical nursing : clinical

management for continuity of care, 8th ed. Philadephia : W.B. Saunders

Company.

Brunner & Suddarth, (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8

volume 2. Jakarta : EGC.

Corwin, J.E. (2001). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran

EGC.

Guyton, A.C., dan Hall, J.E. (2008). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11.

Jakarta: EGC.

Longo DL, dkk. (2012). Principles of internal medicine 18th Ed EB. McGraw Hill

Professional.

Lorraine M. Wilson, Laula B Leter. (1994). Patofisiologi Konsep Klinis

Prosesproses Penyakit. Buku Pertama Ed.Empat. Jakarta : Penerbit Buku

Kedokteran.

120
Mansjoer, A., dkk. (1999). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Fakultas

Kedokteran Univ Indonesia.

Nettina, S.M. (2001). Pedoman Praktik Keperawatan. Jakarta: EGC.

NICE. (2016). Cirrhosis in Over 16s: Assessment and Management. National

Institute for Health and Care Excellence (UK).

Nugroho, T. (2011). Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah Dan Penyakit

Dalam. Yogyakarta : Nuha Medika.

Padila. (2013). Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika.

PB PAPDI. (2014). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam 6th Ed. Jakarta: Interna

Publishing.

Pearce, C. Evelyn. (2002). Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedic. Jakarta :

Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.

Robinson, J.M., dan Saputra.L. (2014). Buku Ajar Visual Nursing Jilid Satu.

Tangerang Selatan: Binarupa Aksara Publisher

Schuppan.D ., Afdhal. NH. (2008). Liver cirrhosis. The Lancet. 371(9615):83851.

Snell, R.S. (2006). Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran.

Dialihbahasakan oleh Suguharto L. Edisi ke-6. Jakarta: EGC.

Sutadi. (2003). Sirosis Hepatis. Sumatra Utara : Bagian Ilmu Penyakit Dalam

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara.

Tarigan, P. (2001). Buku Ajar Penyakit Dalam jilid 1 Ed. 3 Sirosis Hati. Jakarta:

Balai Penerbit FKUI.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperwatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

121
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Tsochatzis, dkk. (2014). Liver cirrhosis. The Lancet.;383(9930):1749-61.

122

Anda mungkin juga menyukai