Anda di halaman 1dari 20

Sri Utami Handayani [MODUL REFRIGERASI DAN AC]

BEBAN PENDINGINAN

1. Pengertian Cooling load dan heat gain


Sistem pengkondisian udara yang dipasang harus mempunyai kapasitas yang sesuai
dengan beban pendinginan yang dimiliki ruangan tersebut, agar dapat menghasilkan udara
dengan kondisi yang diinginkan. Untuk itu diperlukan survei dan perhitungan untuk
menentukan besarnya beban pendinginan.
Cooling load (beban pendinginan) adalah kuantitas kalor yang harus dikeluarkan /
dipindahkan dari udara ruangan / materi sehingga kondisi ruangan / materi sesuai dengan
kondisi rancangan. Heat gain atau perolehan kalor adalah kuantitas kalor yang masuk ke
ruangan dan melalui struktur ruangan atau yang berasal dari sumber-sumber kalor dari
luar dan dari dalam ruangan. Perbedaan keduanya disebabkan karena kapasitas termal
dari struktur gedung, sehingga terjadi time lag antara cooling load dan heat gain.
Heat gain semakin besar bila temperatur udara ambient semakin tinggi dan
temperatur udara ruangan yang diinginkan semakin rendah. Apabila penggunaan energi
menjadi pertimbangan utama, penentuan temperatur rancangan harus dipertimbangkan
secara matang. Temperatur rancangan harus didasarkan pada kebutuhan ruangan
tersebut.
Dilihat dari asalnya, heat gain dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu: beban kalor
internal dan beban kalor external. Pada umumnya, heat gain terbesar berasal dari beban
external yaitu dari matahari. Apabila biaya konsumsi energi listrik untuk pengkondisian
udara menjadi pertimbangan, maka posisi, orientasi, komposisi dan materi bahan
bangunan menjadi pertimbangan utama.
Selain dapat dikelompokkan berdasarkan asalnya (sumbernya), heat gain juga dapat
dikelompokan berdasarkan jenisnya atau sifatnya, yaitu: kalor sensible dan kalor laten.
Masuknya beban kalor sensibel ke dalam suatu ruangan akan ditandai dengan naik
temperatur dry bulb, sedangkan masuknya beban kalor laten ditandai dengan
meningkatnya kandungan uap air di dalam udara.
Sri Utami Handayani [MODUL REFRIGERASI DAN AC]

Heat Gain ≠ Cooling Load, hal ini dikarenakan bahwa kalor yang diterima oleh suatu
ruangan melalui berbagai sumber baik dari radiasi matahari , penerangan penghuni,
peralatan, dan lainnya tidak secara langsung meningkatkan temperatur ruangan. Hanya
sebagian kecil yang diserap oleh udara dalam ruangan dan meningkatkan temperatur,
sedangkan sebagian besar kalor tersebut diserap oleh strukur maupun permukaan dalam
ruangan, seperti dinding, atap, lantai, furniture, dll. Kalor yang diterima atau masuk ke
dalam ruangan yang diserap oleh strukur maupun permukaan dalam ruangan pada
waktunya akan dilepas kembali dan akhirnya temperatur ruangan akan meningkat
walaupun sumber kalor (utamanya dari kalor radiasi surya ) telah tiada (matahari
terbenam).
Sri Utami Handayani [MODUL REFRIGERASI DAN AC]

Bangunan dengan konstruksi ringan (light construction, misal dinding dan atap seng,
asbes, dll) mencapai peak load lebih dulu dibanding yang lainnya, namun cooling load cepat
menurun. Dengan kata lain, bangunan dengan dinding dan atap yang tipis (ringan), maka
temperatur ruangan cenderung mengikuti kondisi udara ambien (luar ruangan). Artinya
bila kondisi udara ambien panas, maka temperatur ruangan juga akan segera panas
(karena mempunyai time lag yang relatif pendek), dan sebaliknya pada malam hari, udara
ruangan akan lebih cepat dingin, mengikuti kondisi udara ambien. Sedangkan untuk
konstruksi struktur gedung medium dan heavy construction (misal : dinding bata tebal,
atap genteng) akan memiliki time lag yang lebih panjang.
Panjangnya time lag pada satu bangunan dapat dirasakan bila berada pada bangunan
yang memiliki dinding yang tebal dan kokoh, seperti candi maupun museum. Temperatur
dalam candi maupun museum relatif dingin walaupun temperatur ambien terasa panas.
Namun sebaliknya, pada malam hari di dalam candi maupun museum relatif hangat bila
dibandingkan dengan udara ambien. Hal ini disebabkan bahan dinding candi maupun
museum memiliki kapasitas kalor yang cukup tinggi, yaitu menyimpan kalor yang cukup
banyak pada siang hari dan melepaskannya kembali ke dalam ruangan pada malam hari.
Sri Utami Handayani [MODUL REFRIGERASI DAN AC]

2. Perhitungan beban pendinginan


Tujuan perhitungan beban pendinginan :
1. Sebagai informasi/ data untuk memilih kapasitas peralatan mesin pendingin
(cooling capacity) yang sesuai pada beban puncak
2. Sebagai informasi untuk memilih system pengaturan pada beban parsial
Metoda perhitungan yang digunakan ada bermacam-macam, diantaranya adalah :
1. TFM (transfer function factor)
2. CLTD/CLF ( cooling load temperature difference)/( cooling load factor)
3. TETD/TA (Total Equivalent Temperature Differential/Time-Averaging)
Berdasarkan sumbernya beban pendinginan dibagi 2 yaitu beban pendinginan eksternal
dan internal.
Beban pendinginan eksternal diantaranya :
 Konduksi melalui atap
 Konduksi melalui dinding luar
 Konduksi melalui kaca
 Konduksi melalui partisi interior
 Konduksi melalui langit-langit
 Konduksi melalui lantai
 Radiasi matahari melalui kaca
 Infiltrasi
 Ventilasi
Beban pendinginan internal diantaranya :
 Penerangan/pencahayaan ruangan
 Orang/penghuni
 Peralatan
Dalam modul ini akan diuraikan cara perhitungan dengan metode CLTD/CLF dan TETD
Sri Utami Handayani [MODUL REFRIGERASI DAN AC]

METODE CLTD

Kondisi udara luar


Kondisi udara luar dapat ditentukan seperti pada ASHRAE Handbook 1993 Fundamentals
(Chapter 26) atau jika di Indonesia dapat dilihat dari data BMKG atau diambil dari data
pengukuran suhu pada bulan terpanas.

Kondisi udara rancangan


Kondisi udara rancangan ditentukan berdasarkan kebutuhan, apakah akan digunakan
untuk industri, sekolah, kantor atau tempat tinggal. Jika dipergunakan untuk industry maka
harus menyesuaikan dengan produk yang akan disimpan atau dihasilkan. Jika akan
digunakan sebagai kantor, sekolah atau tempat tinggal, kondisi udara rancangan secara
langsung berkaitan dengan kondisi udara nyaman. Standar kenyamanan saat ini, Standar
ASHRAE 55-1992 [4] dan ISO Standar 7730 [5], menetapkan "zona nyaman," yang
mewakili kisaran optimal dan kombinasi faktor termal (suhu udara, suhu radiasi,
kecepatan udara, kecepatan udara, kelembaban) dan faktor pribadi (pakaian dan tingkat
aktivitas). Faktor lingkungan yang mempengaruhi kenyamanan termal penghuni di ruang
ber-AC terutama:
a. Laju metabolisme, dinyatakan dalam met (1 met = 18,46 Btu / jam.ft2) menentukan
jumlah panas yang harus dilepaskan dari tubuh manusia dan itu terutama
tergantung pada intensitas aktivitas fisik.
b. Suhu udara dalam ruangan (Tr) dan suhu rata-rata radiasi (Trad), keduanya dalam °
F. Tr mempengaruhi pertukaran panas sensible dan kerugian penguapan, dan Trad
hanya memengaruhi pertukaran panas sensible.
c. Kelembaban relatif udara dalam ruangan dalam %, yang merupakan faktor utama
yang memengaruhi kehilangan panas penguapan.
d. Kecepatan udara dari udara dalam yang mempengaruhi koefisien perpindahan
panas dan karenanya pertukaran panas sensibel dan kehilangan penguapan.
e. Insulasi pakaian, clo (1 clo = 0,88 h.ft2. ° F / Btu), memengaruhi hilangnya panas
sensibel. Insulasi pakaian untuk penghuni biasanya 0,6 clo di musim panas dan 0,8
hingga 1,2 clo di musim dingin.
Sri Utami Handayani [MODUL REFRIGERASI DAN AC]

Beban Eksternal
Untuk menghitung beban eksternal diperlukan data data :
a. Orientasi, letak geografik (lokasi/latitude) dan dimensi (komponen) gedung
(dari gambar rancangan gedung).
b. Konstruksi selubung ruangan (atap, dinding, ceilling, partisi lantai dan kaca
/fenestrasi).
c. Ukuran dan fungsi ruangan
d. Kondisi udara luar dan udara ruangan yang akan dikondisikan (temperatur ,
kelembaban udara dan bulan rancangan ).

Konduksi melalui atap dan dinding


Konduksi melalui atap dan dinding dihitung dengan persamaan :

Q = beban pendinginan atap, Btu/h atau watt


U = koefisien perpindahan kalor menyeluruh ( Btu/h.ft2 oF) , diperoleh dari
tabel 6.1, 1hal 124
A = luas permukaan atap, ft2
CLTDc = nilai CLTD terkoreksi, F
CLTD = Cooling load temperature difference (⁰F)
CLTD bukan perbedaan temperature riil antara temperature udara luar dan dalam, tetapi
merupakan suatu nilai yang sudah mempertimbangkan penyimpanan panas/efek time lag.
Besarnya CLTD dapat dilihat pada tabel 6.1 dan 6.2, berdasarkan kondisi berikut :
1. Temperatur dalam ruangan 78 F
2. Temperatur udara luar ruangan 85 F (db)
3. Kondisi udara pada tanggal 21 Juli
4. Lokasi di 40oLU
Jika kondisi perancangan berbeda dengan kondisi diatas, maka meggunakan factor koreksi
sebagai berikut :
CLTDc =CLTD+LM + (78-tr) + (ta – 85)
ta = to - (DR/2)

1 Air Conditioning Principle and System , Edward G Pita, 2002


Sri Utami Handayani [MODUL REFRIGERASI DAN AC]

Dimana :
CLTDc = nilai CLTD terkoreksi, F
LM = factor koreksi untuk bulan dan posisi lintang , dari tabel 6.4
tr = temperature ruangan, F
ta = temperature udara luar rata rata
DR = kisaran temperature harian, F
to = temperature udara luar, F
to dan DR dicari dari tabel A.9

Konduksi melalui partisi interior


Panas yang mengalir dari interior ruangan yang berbatasan dengan ruangan yang lain yang
tidak didinginkan melalui partisi, plafon , dan lantai dapat dihitung dengan persamaan
berikut :
Q= U x A x TD
Q = perolehan panas/beban pendinginan melalui partisi , BTU/hr
U = koefisien perpindahan panas menyeluruh, BTU/hr ft2 F
A = luas lantai, dinding, partisi, ft2
TD = beda temperature antara ruangan yang didinginkan dengan ruangan yang
tidak didinginkan, F.
jika suhu ruangan yang tidak didinginkan tidak diketahui, dapat diasumsikan
5F lebih rendah dari suhu udara luar

Konduksi melalui kaca

Q =beban kalor konduksi pada kaca , BTU/h


U = koefisien perpindahan kalor menyeluruh (BTU/hr.ft2.F)) , diperoleh dari
tabel A.8
A = luas permukaan kaca, ft2
CLTDc = nilai CLTD terkoreksi, F
Sri Utami Handayani [MODUL REFRIGERASI DAN AC]

CLTD = Cooling load temperature difference (⁰F), tabel 6.52

Radiasi melalui kaca


Radiasi sinar matahari masuk melalui kaca dan menjadi beban pendinginan ruangan.
Besarnya bervariasi tergantung dari waktu, orientasi, tirai dan efek penyimpanan panas.

Q = beban kalor radiasi sinar matahari , BTU/hr


SHGF = maximum solar heat gain factor, BTU/hr.ft2, tabel 6.63
A = luas kaca, ft2
SC = shading coefficient, tabel 6.74
CLF = cooling load factor, tabel 6.8, 6.9, 6.10
Jika ada sebagian kaca yang tertutup pohon atau bangunan lain maka hanya radiasi tak
langsung yang masuk ke ruangan, besarnya radiasi diasumsikan sama dengan kaca yang
menghadap ke utara.

Infiltrasi dan ventilasi


Infiltrasi adalah pemasukan udara melalui celah celah bangunan. Infiltrasi dapat
meningkatkan pemasukan kalor sensible dan laten. Perolehan kalor total adalah jumlah
kalor sensible dan kalor laten. Jika bangunan tertutup rapat, maka udara infiltrasi dapat
diabaikan. Dalam unit pendinginan yang besar/sentral, udara infiltrasi bukanlah beban
bagi ruangan tetapi beban bagi mesin pendingin secara keseluruhan.
Udara ventilasi adalah udara yang secara sengaja dimasukkan ke dalam ruangan yang
didinginkan untuk menambah kandungan oksigen dan mengurangi polutan dalam ruangan.
Beban kalor infiltrasi/ventilasi :

Qs, Ql = kalor sensible dan kalor laten, BTU/hr

2 ibid, hal 129


3 Ibid hal 131
4 Ibid,, hal 132
Sri Utami Handayani [MODUL REFRIGERASI DAN AC]

CFM =jumlah ventilasi udara , ft3/men


TC = selisih antara temperature udara luar dan dalam, F
Wo, Wi=rasio kelembaban, lb w/lb d.a
Jumlah udara ventilasi per orang bervariasi tergantung dari aktivitas orang dan
karakteristik ruangan, dapat dilihat di tabel 6.17

Beban Internal

Lampu
Beban kalor lampu dapat dihitung dengan persamaan :

Q = beban kalor lampu , BTU/hr


W = daya lampu , watt ( 3,4 merupakan factor konversi dari watt ke BTU/hr)
BF = ballast factor ( 1,25 untuk lampu neon dan 1 untuk lampu pijar/bolam)
CLF = cooling load factor untuk lampu, ada di tabel ASHRAE, atau CLF = 1

Penghuni/manusia

Qs, Ql = kalor sensible dan kalor laten


qs, ql = perolehan panas sensible dan laten, tabel 6.13
n = jumlah orang
CLF = cooling load factor , tabel 6.14

Peralatan elektronik
Perolehan kalor dari peralatan kadang terdapat pada spesifikasi peralatan. Ada peralatan
yang mengeluarkan kalor sensible dan ada juga yang laten atau keduanya.
Perolehan kalor dapat dilihat di tabel 6.15.
Sri Utami Handayani [MODUL REFRIGERASI DAN AC]

Beban Cooling Coil


Beban cooling coil adalah beban kalor yang harus dikeluarkan oleh cooling coil AC. Pada AC
sentral beban cooling coil lebih besar dibandingkan dengan beban kalor bangunan karena
ada tambahan komponen berikut :
a. Udara ventilasi (fresh air)
b. Tambahan kalor pada saluran udara
c. Beban kalor akibat fan dan pompa pada system
d. Kebocoran pada saluran udara
Pada AC split, beban pendinginan sama dengan beban cooling coil, karena tidak ada
tambahan komponen di atas.
Sri Utami Handayani [MODUL REFRIGERASI DAN AC]

METODE TETD

Secara prinsip metode TETD tidak jauh berbeda dengan metode CLTD, komponen
komponen beban pendinginan juga sama. Sistem satuan yang digunakan disini adalah
British.
BEBAN EKSTERNAL
Perolehan panas melalui kaca akibat radiasi
Q= beban panas x overall factor x luas kaca

Beban panas melalui kaca dapat di lihat di tabel 15 buku Carrier, dengan menyesuaikan
posisi daerah tersebut. Sebagai contoh di Indonesia yang terletak di 11oLS
Sri Utami Handayani [MODUL REFRIGERASI DAN AC]

Overall factor adalah faktor koreksi jika kaca di ruangan menggunakan tirai. Besarnya
overall factor dapat dilihat di tabel berikut :
Sri Utami Handayani [MODUL REFRIGERASI DAN AC]

Perolehan panas akibat konduksi melalui atap dan dinding


Q=U x A x ∆te
Q = jumlah aliran panas, Btu/jam
U = koefisien perpindahan kalor, Btu/jam ft2F, tabel 21 sd 34 buku Carrier hal 1-66
A = luas, ft2
∆te = beda temperatur ekivalen, oF, tabel 19 dan 20 hal 1-62
Jika kondisi berbeda dengan ketentuan pada tabel 19, maka :
Sri Utami Handayani [MODUL REFRIGERASI DAN AC]

Rs = perolehan panas sinar matahari melalui kaca/dinding pada bulan dan latitude
yang diinginkan, ( tabel 15, dinding sesuai arah hadap sinar matahari, atap : horisontal )
Rm = perolehan panas sinar matahari maksimum melalui kaca/dinding pada bulan Juli
pada 40LU, ( tabel 15, dinding sesuai arah hadap sinar matahari, atap : horisontal )
∆tem = perbedaan temperatur untuk dinding atau atap yang menghadap arah datangnya
sinar matahari, sesuai dengan posisi tempat.
∆tes = perbedaan temperatur ekivalen dari data yang diambil pada bulan Juli 40 LU

Perolehan panas akibat perbedaan temperatur antara dalam dan luar ruangan
Beban ini dihitung untuk struktur bangunan yang tidak terkena sinar matahari seperti
dinding dalam, partisi, pintu, lantai, plafon, dll.
Q= U x A x ∆t
A = luas, ft2
∆t = perbedaan temperatur dalam dan luar ruangan, oF
Temperatur dalam ruangan dapat diukur atau beda temperatur diasumsikan
sebesar beda temperatur antara ruangan dengan luar ruangan yang terkena sinar
matahari dikurangi 5oF.
U = koefisien perpindahan panas, Btu/jam ft2F ( tabel 29 sd 33)
Koefisien perpindahan panas untuk berbagai struktur bangunan dapat dilihat di tabel

Infiltrasi dan ventilasi


Infiltrasi adalah pemasukan udara melalui celah celah bangunan. Infiltrasi dapat
meningkatkan pemasukan kalor sensible dan laten. Perolehan kalor total adalah jumlah
kalor sensible dan kalor laten. Jika bangunan tertutup rapat, maka udara infiltrasi dapat
diabaikan. Dalam unit pendinginan yang besar/sentral, udara infiltrasi bukanlah beban
bagi ruangan tetapi beban bagi mesin pendingin secara keseluruhan.
Besarnya udara infiltrasi dapat dilihat di tabel 41 sd 44 Carrier.
Udara ventilasi adalah udara yang secara sengaja dimasukkan ke dalam ruangan yang
didinginkan untuk menambah kandungan oksigen dan mengurangi polutan dalam ruangan.
Sri Utami Handayani [MODUL REFRIGERASI DAN AC]

Besarnya udara ventilasi yang dibutuhkan tergantung fungsi ruangan.

Beban kalor infiltrasi/ventilasi :

Qs, Ql = kalor sensible dan kalor laten, BTU/hr


CFM =jumlah ventilasi udara , ft3/men
TC = selisih antara temperature udara luar dan dalam, F
Wo, Wi=rasio kelembaban, lb w/lb d.a
Sri Utami Handayani [MODUL REFRIGERASI DAN AC]

BEBAN INTERNAL
Perolehan panas karena penghuni

Perolehan panas karena lampu dan alat elektronik


Sri Utami Handayani [MODUL REFRIGERASI DAN AC]
Sri Utami Handayani [MODUL REFRIGERASI DAN AC]
Sri Utami Handayani [MODUL REFRIGERASI DAN AC]
Sri Utami Handayani [MODUL REFRIGERASI DAN AC]

DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim, Dasar Tata Udara, Beban Pendinginan.
2. Edward G Pita, 2002, Air conditioning Principles and System
3. Handbook of Air Conditioning System Design, Carrier.
4.

Anda mungkin juga menyukai