BEBAN PENDINGINAN
Heat Gain ≠ Cooling Load, hal ini dikarenakan bahwa kalor yang diterima oleh suatu
ruangan melalui berbagai sumber baik dari radiasi matahari , penerangan penghuni,
peralatan, dan lainnya tidak secara langsung meningkatkan temperatur ruangan. Hanya
sebagian kecil yang diserap oleh udara dalam ruangan dan meningkatkan temperatur,
sedangkan sebagian besar kalor tersebut diserap oleh strukur maupun permukaan dalam
ruangan, seperti dinding, atap, lantai, furniture, dll. Kalor yang diterima atau masuk ke
dalam ruangan yang diserap oleh strukur maupun permukaan dalam ruangan pada
waktunya akan dilepas kembali dan akhirnya temperatur ruangan akan meningkat
walaupun sumber kalor (utamanya dari kalor radiasi surya ) telah tiada (matahari
terbenam).
Sri Utami Handayani [MODUL REFRIGERASI DAN AC]
Bangunan dengan konstruksi ringan (light construction, misal dinding dan atap seng,
asbes, dll) mencapai peak load lebih dulu dibanding yang lainnya, namun cooling load cepat
menurun. Dengan kata lain, bangunan dengan dinding dan atap yang tipis (ringan), maka
temperatur ruangan cenderung mengikuti kondisi udara ambien (luar ruangan). Artinya
bila kondisi udara ambien panas, maka temperatur ruangan juga akan segera panas
(karena mempunyai time lag yang relatif pendek), dan sebaliknya pada malam hari, udara
ruangan akan lebih cepat dingin, mengikuti kondisi udara ambien. Sedangkan untuk
konstruksi struktur gedung medium dan heavy construction (misal : dinding bata tebal,
atap genteng) akan memiliki time lag yang lebih panjang.
Panjangnya time lag pada satu bangunan dapat dirasakan bila berada pada bangunan
yang memiliki dinding yang tebal dan kokoh, seperti candi maupun museum. Temperatur
dalam candi maupun museum relatif dingin walaupun temperatur ambien terasa panas.
Namun sebaliknya, pada malam hari di dalam candi maupun museum relatif hangat bila
dibandingkan dengan udara ambien. Hal ini disebabkan bahan dinding candi maupun
museum memiliki kapasitas kalor yang cukup tinggi, yaitu menyimpan kalor yang cukup
banyak pada siang hari dan melepaskannya kembali ke dalam ruangan pada malam hari.
Sri Utami Handayani [MODUL REFRIGERASI DAN AC]
METODE CLTD
Beban Eksternal
Untuk menghitung beban eksternal diperlukan data data :
a. Orientasi, letak geografik (lokasi/latitude) dan dimensi (komponen) gedung
(dari gambar rancangan gedung).
b. Konstruksi selubung ruangan (atap, dinding, ceilling, partisi lantai dan kaca
/fenestrasi).
c. Ukuran dan fungsi ruangan
d. Kondisi udara luar dan udara ruangan yang akan dikondisikan (temperatur ,
kelembaban udara dan bulan rancangan ).
Dimana :
CLTDc = nilai CLTD terkoreksi, F
LM = factor koreksi untuk bulan dan posisi lintang , dari tabel 6.4
tr = temperature ruangan, F
ta = temperature udara luar rata rata
DR = kisaran temperature harian, F
to = temperature udara luar, F
to dan DR dicari dari tabel A.9
Beban Internal
Lampu
Beban kalor lampu dapat dihitung dengan persamaan :
Penghuni/manusia
Peralatan elektronik
Perolehan kalor dari peralatan kadang terdapat pada spesifikasi peralatan. Ada peralatan
yang mengeluarkan kalor sensible dan ada juga yang laten atau keduanya.
Perolehan kalor dapat dilihat di tabel 6.15.
Sri Utami Handayani [MODUL REFRIGERASI DAN AC]
METODE TETD
Secara prinsip metode TETD tidak jauh berbeda dengan metode CLTD, komponen
komponen beban pendinginan juga sama. Sistem satuan yang digunakan disini adalah
British.
BEBAN EKSTERNAL
Perolehan panas melalui kaca akibat radiasi
Q= beban panas x overall factor x luas kaca
Beban panas melalui kaca dapat di lihat di tabel 15 buku Carrier, dengan menyesuaikan
posisi daerah tersebut. Sebagai contoh di Indonesia yang terletak di 11oLS
Sri Utami Handayani [MODUL REFRIGERASI DAN AC]
Overall factor adalah faktor koreksi jika kaca di ruangan menggunakan tirai. Besarnya
overall factor dapat dilihat di tabel berikut :
Sri Utami Handayani [MODUL REFRIGERASI DAN AC]
Rs = perolehan panas sinar matahari melalui kaca/dinding pada bulan dan latitude
yang diinginkan, ( tabel 15, dinding sesuai arah hadap sinar matahari, atap : horisontal )
Rm = perolehan panas sinar matahari maksimum melalui kaca/dinding pada bulan Juli
pada 40LU, ( tabel 15, dinding sesuai arah hadap sinar matahari, atap : horisontal )
∆tem = perbedaan temperatur untuk dinding atau atap yang menghadap arah datangnya
sinar matahari, sesuai dengan posisi tempat.
∆tes = perbedaan temperatur ekivalen dari data yang diambil pada bulan Juli 40 LU
Perolehan panas akibat perbedaan temperatur antara dalam dan luar ruangan
Beban ini dihitung untuk struktur bangunan yang tidak terkena sinar matahari seperti
dinding dalam, partisi, pintu, lantai, plafon, dll.
Q= U x A x ∆t
A = luas, ft2
∆t = perbedaan temperatur dalam dan luar ruangan, oF
Temperatur dalam ruangan dapat diukur atau beda temperatur diasumsikan
sebesar beda temperatur antara ruangan dengan luar ruangan yang terkena sinar
matahari dikurangi 5oF.
U = koefisien perpindahan panas, Btu/jam ft2F ( tabel 29 sd 33)
Koefisien perpindahan panas untuk berbagai struktur bangunan dapat dilihat di tabel
BEBAN INTERNAL
Perolehan panas karena penghuni
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim, Dasar Tata Udara, Beban Pendinginan.
2. Edward G Pita, 2002, Air conditioning Principles and System
3. Handbook of Air Conditioning System Design, Carrier.
4.